PENELITIAN INTERNAL DOSEN SEMESTER GASAL 2020/2021
KAPABILITAS PENGAWASAN ORANG ASING (DIREKTORAT JENDRAL IMIGRASI) DALAM PENEGAKAN HUKUM TINDAK PIDANA
PERDAGANGAN ORANG)
Periset Utama:
Lisda Syamsumardian, S.H.,M.H NIDN: 0312078103
Periset Anggota
Anggi Dewinta Chairani, S.H.,M.H NIDN: 0305089301
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS PANCASILA JAKARTA
2020
ABSTRAK
Dalam Pasal 1 Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian, Keimigrasian adalah hal ihwal lalu lintas orang yang masuk atau keluar Wilayah Indonesia serta pengawasannya dalam rangka menjaga tegaknya kedaulatan negara.
Berkaitan dengan hal tersebut Institusi Imigrasi menempati posisi utama dan strategis dalam konteks pengendalian dan pengawasan orang asing. Pengejewantahan Fungsi Keimigrasian adalah bagian dari urusan pemerintahan negara dalam memberikan pelayanan Keimigrasian, penegakan hukum, keamanan negara, dan fasilitator pembangunan kesejahteraan masyarakat, maka setiap pelanggaran yang dilakukan oleh orang asing, yang melanggar norma-norma hukum keimigrasian akan dikenakan hukuman sesuai dengan UU NO 6 Tahun 2011, berupa Hukuman Administrasi atau Pendeportasian, melalui penegakan hukum keimigrasian ini selalu didasarkan pada koridor kebijakan politik keimigrasian yang bersifat selektif, bukan lagi secara terbuka, yang bertujuan untuk perlindungan kepentingan nasional dan menekankan prinsip perlindungan terhadap Warga Negara Indonesia. Berdasarkan prinsip tersebut orang asing diberi masuk dan tinggal jika memberi manfaat bagi kesejahteraan rakyat dan tidak membahayakan keamanan, ketertiban masyarakat. Dalam penelitian ini tim meneliti terkait dengan pelanggaran yang dilakukan oleh WNA dalam penelitian ini adalah, dimana WNA melakukan Tindak Pidana Perdagangan Orang (WNI) dengan modus kawin kontrak. Sesuai dengan kasus tindak pidana perdagangan orang dengan modus dikawin dan diajak ke negara asal tetapi di negara asal dipekerjakan sebagai Wanita Tuna Susila, dapat dijerat dengan Pasal 4 undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang. Permasalahan dalam penelitian ini adalah melihat bagaimana pengawasan dari Institusi Keimigrasian, dalam menegakan sanksi keimigrasian mengenai tindak pidana perdagangan orang.
Dan bagaimana aspek hukum yang diatur dalam Undang-undang Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tidak Perdagangan Orang, apabila dilihat dari penjatuhan hukuman bagi WNA tersebut. Untuk memperoleh jawaban dari permasalahan ini kami menganasila dengan melakukan pendekatan peraturan perundang-undangan (Statute Approach) dan pendekatan pada kasus-kasus terkait dengan isu yang dihadapi (case approach), dan kami menggunakan metode penelitan hukum normatif.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang
Konsep negara hukum yang dimiliki oleh Indonesia adalah Pancasila menjadi salah satu konsep yang lahir dari pengakuan negara Indonesia terhadap kedudukannya dalam mengemban masalah-masalah internasional, pada konsep negara hukum pancasila tentu jiwa yang terkandung di dalamnya bertumpu pada tiga asas yaitu; asas kerukunan, asas kepatutan dan asas keselarasan yang kesemuanya mencerminkan nilai-nilai filosofis Pancasila. Pancasila dijadikan sumber, landasan, pengisi, pengontrol dan barometer baik dalam perancangan, pembentukan, pembaharuan, penggantian, penerapan maupun dalam penegakan hukum di Indonesia.
Dalam penerapan konsep Negara hukum yang berdasarkan Pancasila, juga sekaligus didalamnya ada prinsip kedaulatan negara adalah kekuasaan tertinggi suatu sifat dan ciri hakiki suatu negara atas wilayah territorial tertentu, yaitu wilayah negara Indonesia.1 Pada pemahaman aliran hukum positif dimana negara mempunyai kehendak (state will), maka negara harus tunduk dengan hukum positifnya sebagai kedaulatan yang harus dihormati oleh negara-negara di dunia.
Melihat dari upaya eksistensi, kedaulatan Negara Indonesia dalam penanganan masalah Tindak Pidana Perdagangan Orang dalam kebijakan dan
1 Jazim Hamidi, dan Charles Christian, Hukum Keimigrasian Bagi Orang Asing, hlm 20
pengawasannya pada perspektif hukum, Penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana kekuatan konsep pengawasan keimigrasian, baik itu terkait dengan pengawasan dan penegakan hukumnya.
Bagi Orang Asing yang masuk dan keluar wilayah Indonesia didalam Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011, Pasal 8 (1) Setiap orang yang masuk atau keluar Wilayah Indonesia wajib memiliki Dokumen Perjalanan yang sah dan masih berlaku. (2) Setiap Orang Asing yang masuk Wilayah Indonesia wajib memiliki Visa yang sah dan masih berlaku, kecuali ditentukan lain berdasarkan Undang-Undang ini dan perjanjian internasional. Dan didalam Pasal 9 (1) Setiap orang yang masuk atau keluar Wilayah Indonesia wajib melalui pemeriksaan yang dilakukan oleh Pejabat Imigrasi di Tempat Pemeriksaan Imigrasi. (2) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pemeriksaan dokumen perjalanan dan/atau identitas diri yang sah. (3) Dalam hal terdapat keraguan atas keabsahan Dokumen Perjalanan dan/atau identitas diri seseorang, Pejabat Imigrasi berwenang untuk melakukan penggeledahan terhadap badan dan barang bawaan dan dapat dilanjutkan dengan proses penyelidikan Keimigrasian. Pasal 10 Orang Asing yang telah memenuhi persyaratan dapat masuk Wilayah Indonesia setelah mendapatkan Tanda Masuk.
Negara seperti Indonesia yang memiliki jalur imigrasi akan melihat setiap permasalahan orang asing dari sudut keimigrasian. Orang asing yang masuk ke Indonesia tanpa surat perjalanan dianggap sebagai tindakan ilegal. Ada 2 (dua) pola arus migrasi yang dilakukan orang untuk bermigrasi dari suatu negara ke negara lain, yaitu Arus migrasi dengan pola legal/sah (legal scheme migratory flows) dan Arus
migrasi dengan pola illegal/tidak sah (illegal scheme migratory flows).2 Arus migrasi dengan pola legal/sah (legal scheme migratory flows) menggunakan tahapan sesuai dengan peraturan resmi.3 Perpindahan penduduk dengan pola menggunakan dokumen perjalanan yang sah dan berlaku serta melalui tempat perbatasan yang diatur dalam ketentuan suatu negara.4 Sedangkan, arus migrasi dengan pola illegal / tidak sah (illegal scheme migratory flows) menggunakan tahapan yang melanggar peraturan resmi. Perpindahan penduduk ini menggunakan modus dokumen perjalanan palsu serta tanpa melalui tempat perbatasan yang diatur dalam ketentuan suatu negara, Perpindahan penduduk ini menggunakan modus dokumen perjalanan palsu serta tanpa melalui tempat perbatasan yang diatur dalam ketentuan suatu negara.
Arus migrasi penduduk negara secara global dari negara asal ke negara lain, menimbulkan berbagai permasalahan diantaranya imigran illegal, perdagangan orang, penyelundupan manusia, dan kasus pengungsi. Permasalahan ini menjadi sangat penting di telusuri atau diteliti, karena melihat dari sisi perubahan pergerakan manusia secara global, dengan memanfaatkan issue kemanusiaan, misalnya issue pengungsi, maka negara harus menegakan kedaulatannya, menempatkan suatu masalah dalam regulasi dan kebijakan.
Berkaitan dengan migrasi penduduk antarnegara, Pemerintah Indonesia mengatur hal tersebut dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang
2 Muhammad Alvi Syahrin, Setiawan Saputra, Jurnal Ilmiah Kebijakan Hukum, Tindakan Hukum terhadap Orang Asing Mantan Narapidana yang Memiliki Kartu Pengungsi UNHCR dalam Perspektif Keimigrasian, https://ejournal.balitbangham.go.id/index.php/kebijakan/issue/view/38, Vol 13 No 2 Tahun 2019
3 Ibid
4 Ibid
Keimigrasian. Keimigrasian adalah hal ihwal lalu lintas orang yang masuk atau keluar wilayah Indonesia serta pengawasanya dalam rangka menjaga tegaknya kedaulatan negara. Dalam peraturan keimigrasian, setiap orang yang masuk atau keluar wilayah Indonesia wajib memiliki dokumen perjalanan yang sah dan masih berlaku, kecuali hal lain yang ditentukan Undang-Undang Keimigrasian.5
Berdasarkan peraturan keimigrasian Indonesia, visa bagi orang asing yang merupakan surat keterangan persetujuan bagi orang asing untuk masuk ke wilayah Indonesia diberikan oleh pejabat yang berwenang di Perwakilan Republik Indonesia.
Visa terdiri dari, visa diplomatik, visa dinas, visa kunjungan dan visa tinggal terbatas, visa memiliki fungsi sebagai dasar pemberian izin tinggal yang diberikan kepada orang asing sesuai dengan visa yang dimilikinya. izin tingal terdiri dari, izin tinggal diplomatik, izin tinggal dinas, izin tinggal kunjungan, izin tinggal terbatas, izin tinggal tetap. Berbagai macam tujuan orang asing di Indonesia mencakup pariwisata, kegiatan dinas, diplomatik, bisnis, keluarga, jurnalistik, rohaniawan, tenaga ahli, investor dan pekerja.6
Berbagai kegiatan dan tujuan yang dilakukan orang asing selama berada di Indonesia menimbulkan permalasahan yang disebabkan oleh pelanggaran tidak mematuhi undang-undang. Dalam peraturan keimigrasian di Indonesia mengatur tentang tindakan administarasi keimigrasian dan tindak pidana keimigrasian dan
5 M Alvi Syahrin, “Imigran Ilegal, Migrasi Atau Ekspansi?,” Checkpoint (Depok: Akademi Imigrasi, 2015).
6 Muhammad Alvi Syahrin, Setiawan Saputra, Jurnal Ilmiah Kebijakan Hukum, Tindakan Hukum terhadap Orang Asing Mantan Narapidana yang Memiliki Kartu Pengungsi UNHCR dalam Perspektif Keimigrasian, dikutip dari: M Alvi Syahrin, “Eksodus Warga Negara Tiongkok: Antara Kebijakan Dan Penyelundupan,” Checkpoint (Depok, ID: Politeknik Imigrasi, October 2016)..
peraturan lain tindak pidana umum bagi orang asing. Tindakan administrasi keimigirasian merupakan sanksi administratif yang ditetapkan oleh pejabat imigrasi terhadap orang asing di luar proses peradilan dan tindak pidana keimigrasian merupakan kegiatan yang dilakukan setiap orang dalam keadaan dan situasi tertentu melanggar peraturan keimigrasian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 113-136 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian. Sedangkan, tindak pidana umum bagi orang asing yang melakukan pelanggaran pidana sesuai perbuatan yang dilakukan selama berada di Indonesia.7
Bagi orang asing yang telah melakukan tindak pidana di wilayah Indonesia, dapat dilakukan tindakan deportasi. Hal ini didasarkan pada peraturan keimigrasian Indonesia yaitu Pejabat Imigrasi berwenang melakukan tindakan administratif keimigrasian terhadap orang asing yang berada di wilayah Indonesia yang melakukan kegiatan berbahaya dan patut diduga membahayakan keamanan dan ketertiban umum atau tidak menghormati atau tidak menaati peraturan perundang-undangan8
Dalam kasus perdagangan orang, suatu penegakan hukum nasional menjadi tolak ukur dalam menyelesaikan kasus-kasus kejahatan yang mengaitkan keberadaan warga negara asing di Indonesia. Penegakan hukum harus mencerminkan kepastian, keadilan dan kemanfaatan9. Satjipto Raharjo mengidentifikasikan hakikat hukum
7 Op. Cit Muhammad Alvi Syahrin, Setiawan Saputra, Jurnal Ilmiah Kebijakan Hukum, Tindakan Hukum terhadap Orang Asing Mantan Narapidana yang Memiliki Kartu Pengungsi UNHCR dalam Perspektif Keimigrasian, hlm 4
8 Ibid.
9 Gustav Radbruch dalam buku yang berjudul “einfuhrung in die rechtwissenschaften”.
Radbruch menuliskan bahwa didalam hukum terdapat 3 (tiga) nilai dasar, yakni (1) keadilan
dalam nilai dasar serta implimentasi dalam arti hakikat atau filsafat, dalam arti sosiologis dan nilai yuridis. Sejatinya hukum harus mencerminkan nilai-nilai yang bisa diterima di masyarakat, dalam implementasi yang tercermin dari peraturan yang berlaku. Dalam pengaturan mengenai pengungsi terlihat ada keterlibatan aspek hukum nasional dan internasional.
Melihat aspek hukum tindak pidana perdagangan orang merujuk pada Undang-Undang Nomor: 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang, maka suatu perbuatan dikatagorikan sebagai tindak pidana perdagangan orang apabila memenuhi tiga unsur atau komponen utama dari tindak pidana perdagangan orang, yaitu:
a. Tindakan/aktivitas
Merupakan unsur-unsur: tindakan perekrutan,10 pengangkutan, penampungan, pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang. Sesuai dengan ketentuan Pasal 1 angka 9, maka yang dimaksud dengan perekrutan adalah tindakan yang meliputi mengajak, mengumpulkan, membawa atau memisahkan seseorang dari keluarganya.
Sedangkan pengiriman, sesuai dengan ketentuan Pasal 1 angka 10 diartikan sebagai tindakan memberangkatkan atau melabuhkan seseorang dari satu tempat ke tempat lain. Seseorang dikatakan telah memenuhi unsur tindakan atau aktivitas tidaklah
(Gerenchtigkeit), (2) Kemanfaatan (Zweckmassigkeit); dan (3) Kepastian Hukum (Rechtssicherheit) dalam buku Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum, Ciyta Aditya Bakti Bandung 2012, hlm 19
10 Pengertian perekrutan banyak dipergunakan dalam Undang-Undang Nomor: 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri yang sangat terkait pula dengan undang-undang tindak pidana perdagangan orang. Banyak terjadi tindak pidana perdagangan orang berkedok pengiriman tenaga kerja Idonesia ke luar negeri.
harus memenuhi semua unsur dalam komponen ini, melainkan cukup apabila salah satu dari komponen tindakan/aktivitas telah terpenuhi.
b. Cara
Mencakup unsur-unsur: ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utang atau memberi bayaran atau manfaat walaupun memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain.
Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 12 Undang-Undang Nomor: 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang, maka yang dimaksud ancaman kekerasan adalah setiap perbuatan secara melawan hukum berupa ucapan, tulisan, gambar, simbol atau gerakan tubuh, baik dengan atau tanpa menggunakan sarana yang menimbulkan rasa takut atau mengekang kebebasan hakiki seseorang.
Sedangkan kekerasaan berdasarkan ketetuan Pasal 1 angka 11 UndangUndang Nomor: 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang, diartikan sebagai perbuatan secara melawan hukum, dengan atau tanpa menggunakan sarana terhadap fisik dan psikis yang menimbulkan bahaya bagi nyawa, badan, atau menimbulkan terampasnya kemerdekaan seseorang. Penjeratan utang berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 15 Undang-Undang Nomor: 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang, diartikan sebagai perbuatan menempatkan orang dalam status atau keadaan menjaminkan atau terpaksa menjaminkan dirinya atau keluarganya atau orang-orang yang menjadi tanggung jawabnya, atau jasa pribadinya sebagai bentuk pelunasan hutang. Sedangkan
penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan diartikan sebagai suatu keadaan yang didalamnya terdapat ketidakseimbangan status/kedudukan antara dua pihak (yaitu korban dan pelaku). Pihak yang lebih tinggi memiliki kekuasaan dibanding pihak lainnya yang memiliki kedudukan lebih redah atau berada dalam posisi rentan (misal:
majikan dan buruh). Pihak yang memiliki kekuasaan, menyalahgunakan kekuasaannya untuk memegang kendali atas kerentanan orang lain untuk tujuan mengeskploitasi orang tersebut. Supriyadi Widodo Eddyono, mengartikan penyalahgunaan akan kedudukan rentan (abuse of position of vulnerability) sebagai situasi dimana seseorang tidak memiliki pilihan atau yang dapat diterima, kecuali untuk pasrah pada penyalahgunaan yang terjadi.
Menurut ketentuan Pasal 26 undang-Undang Nomor: 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang, maka persetujuan korban perdagangan orang tidak menghilangkan penuntutan tindak pidana perdagangan orang, yang berarti persetujuan korban tidak relevan atau dapat diabaikan apabila cara-cara yang telah disebutkan dalam undang-undang telah digunakan. Ketentuan ini sesuai dengan Resolusi PBB Nomor: 55/25 Tahun 2000, yang diadopsi oleh Majelis Umum PBB pada tanggal 15 November 2000 di Palermo, yang menetapkan bahwa persetujuan korban menjadi tidak relevan atau dapat diabaikan jika cara-cara yang disebutkan dalam protokol telah digunakan.
Seseorang dikatakan telah memenuhi unsur cara tidaklah harus memenuhi semua unsur dalam komponen ini, melainkan cukup apabila salah satu dari komponen cara telah terpenuhi.
Berkaitan dengan Tujuan atau maksud eksploitasi Tujuan akhir dari perdagangan orang, baik dalam Protokol Palermo maupun dalam Undang-Undang Nomor: 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang adalah eksploitasi yang bermakna tindakan dengan atau tanpa persetujuan korban yang meliputi, tetapi tidak terbatas pada pelacuran; kerja atau pelayanan paksa;
perbudakan atau praktik serupa perbudakan; penindasan, pemerasan, pemanfaatan fisik seksual, organ reproduksi, atau secara melawan hukum memindahkan tenaga atau mentransplantasi organ dan/atau jaringan tubuh atau memanfaatkan tenaga atau kemampuan seseorang oleh pihak lain untuk mendapatkan keuntungan, baik materiil maupun imateriil.
Menurut Modul Tindak Pidana Perdagangan Orang yang disusun oleh Badan Pendidikan dan Pelatihan Kejaksaan Republik Indonesia Setidaknya terdapat lima belas indikator dalam menentukan apakah suatu peristiwa berpeluang terjadinya tindak pidana perdagangan orang, yaitu:
- Tidak menerima upah (dibayar hanya sejumlah kecil) imbalan bagi pekerjaan yang dilakukannya.
- Tidak dapat mengelola sendiri upah yang diterima atau harus menyerahkan sebagian besar upahnya kepada pihak ketiga (perantara, agen, majikan, dalam bisnir pelacuran: pengelola rumah bordir, mucikari).
- Adanya jeratan utang (misalnya saja untuk membayar biaya pengganti rekruitmen, jasa perantara, biaya perjalanan).
- Pembatasan atau perampasan kebebasan bergerak (misalnya tidak boleh meninggalkan tempat kerja atau penampungan untuk jangka waktu lama, di bawah pengawasan terus-menerus),
- Tidak diperbolehkan (dengan ancaman/kekerasan) berhenti bekerja,
- Isolasi/pembatasan kebebasan untuk mengadakan kontak dengan orang lain (keluarga, teman).
- Ditahan atau tidak diberikannya pelayanan kesehatan, makanan yang memadai.
- Pemerasan atau ancaman pemerasan terhadap keluarga atau anak-anaknya.
- Adanya ancaman penggunaan kekerasan, ditemukan tanda-tanda kekerasan fisik.
- Diharuskan bekerja dalam kondisi yang sangat buruk dan/atau harus bekerja untuk jangka waktu yang sangat panjang.
- Tidak membayar sendiri atau mengurus sendiri (perjalanan, visa paspor).
- Tidak memegang sendiri surat-surat identitas diri atau dokumen perjalanannya.
- Menggunakan paspor atau identitas palsu yang disediakan oleh pihak ketiga.
- Indikator khusus untuk tujuan eksploitasi pelacuran, antara lain: mendapatkan bagian sangat kecil dari upah yang umumnya dibayarkan dalam bisnis pelacuran, diharuskan mendapatkan penghasilan dalam jumlah tertentu perhari, pengelola bordir atau pihak ketiga telah membayar ongkos transfer bagi calon korban dan/atau menyerahkan sebagian penghasilan calon korban kepada pihak ketiga, tempat dimana calon korban dipekerjakan berubah-ubah.
Penelitian ini fokus pada modus Tindak Pidana Perdagangan orang dengan dijodohkan, dikawin dan diajak ke negara asal tetapi di negara asal dipekerjakan sebagai Wanita Tuna Susila. Dalam penelitian ini, kami membahas mengenai Pengawasan yang seharusnya dilakukan oleh pihak Imigrasi terhadap Warga Negara Asing yang datang ke Indonesia. Kemudian setelah membahas mengenai pengawasan, para peniliti akan membahas hukum yang dapat diterapkan kepada WNA yang melakukan Tindak Pidana Perdagangan Orang tersebut.
B. Pokok Permasalahan
Untuk menjawab atas permasalahan pada kondis yang dialami oleh WNI dalam jaringan perdagangan orang yang dilakukan oleh WNA asal Tiongkok, maka kami merangkumnya dalam beberap pertanyaan permasalahan, diantaranya
1. Bagaimana Penegakan fungsi pengawasan keimigrasian pada kasus perdagangan orang, yang dilakukan WNA kepada WNI?
2. Bagaimana mekanisme penyelesaian kasus Tindak Pidana Perdagangan Orang, yang melibatkan WNA dengan modus kawin kontrak dengan WNI?
C. Metode Penelitian
Untuk menjawab permasalahan tersebut penelitian ini menggunakan metode yuridis normatif, Untuk memperoleh jawaban dari permasalahan ini kami menganasila dengan melakukan pendekatan peraturan perundang-undangan (Statute Approach) dan pendekatan pada kasus-kasus terkait dengan issu yang dihadapi (case approach), dan kami menggunakan metode penilitan hukum normative.
D. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui terkait dengan penegakan fungsi pengawasan Keimigrasian, dalam kasus yang marak terjadi terkait dengan Tindak Pidana Perdagangan Orang, yang melibatkan WNA kepada WNI.
2. Mengetahui mekanisme penyelesaian kasus Tindak Pidana Perdagangan Orang, yang melibatkan WNA dengan modus kawin kontrak dengan WNI E. Kebaharuan dalam Hasil Penelitian
1. Memperluasan jankauan fungsi Pengawasan Keimigrasian dalam Kasus Tindak Pidana Perdagangan Orang, dimana dari sisi fungsi Pengawasan Imigrasi telah memiliki fungsi Inteljen, fungsi penegakan hukum
2. Memperluas kerjasama Imigrasia dan Institusi-institusi negara dalam rangka Pengawasan dalam aspek pelanggaran terkait daftar cekal orang dalam jaringan kejahatan Internasional.
BAB 2
KEIMIGRASIAN DAN PENGAWASAN OLEH DIREKTORAT JENDERAL IMIGRASI TEHADAP WARGA NEGARA ASING
A. Tinjauan Kebijakan Kemigrasian Terhadap Pengawasan Orang Asing Menurut Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian,
“Keimigrasian adalah hal ihwal lalu lintas orang yang masuk atau keluar Wilayah Indonesia serta pengawasannya dalam rangka tegaknya kedaulatan Negara”.
Sedangkan menurut Iman: Keimigrasian merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam pemberian pelayanan dan penegakan hukum serta pengamanan terhadap lalu lintas keluar-masuknya setiap orang dari dan ke dalam wilayah RI, serta pengawasan terhadap keberadaan warga Negara asing di wilayah Negara Republik Indonesia.11
Tri Fungsi Imigrasi Menurut Iman santoso secara operasional peran keimigrasian dapat diterjemahkan ke konsep Tri Fungsi Imigrasi yaitu12 :
1. Fungsi Pelayanan Masyarakat Fungsi Keimigrasian ini adalah fungsi penyelenggaraan pemerintahan atau administrasi yang mencerminkan aspek pelayanan prima di bidang keimigrasian baik kepada WNI maupun WNA.
11 Santoso, M. Iman. 2004. Perspektif Imigrasi Dalam Pembangunan Ekonomi dan Ketahanan Nasional. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press). hlm 21
12 Ibid
2. Fungsi Penegakan Hukum Dalam Pelaksanaan tugas keimigrasian, keseluruhan aturan hukum keimigrasian itu ditegakkan kepada setiap orang yang berada di wilayah hukum Negara RI baik itu WNI atau WNA.
Penegakkan hukum keimigrasian terhadap WNA, ditujukan pada permasalahan : (1) Pemalsuan identitas WNA; (2) Pendaftaran orang asing dan pemberian buku pengawasan orang asing, (3) Penyalagunaan izin tinggal; (5) Pemantauan/razia, dan (6) kerawanan keimigrasian secara geografis dalam perlintasan.
3. Fungsi Keamanan Imigrasi berfungsi sebagai penjaga pintu gerbang Negara. Dikatakan demikian karena imigrasi merupakan institusi pertama dan terakhir yang menyaring kedatangan dan keberangkatan warga Negara Asing ke dan dari wilayah RI. Pelaksanaan fungsi keamanan yang ditujukan kepada WNI dijabarkan melalui tindakan pencegahan ke luar negeri bagi WNI atas permintaan Menteri Keuangan dan Kejaksaan Agung.
Bentuk Pengawasan Warga Negara Asing Menurut Sihar Sihombing13 bentuk Pengawasan warga Negara Asing terdiri dari dua macam yaitu:
1. Pengawasan administratif, yaitu pengawasan yang dilakukan melalui penelitian surat-surat atau dokumen, berupa pencatatan, pengumpulan, pengolahan data, dan penyajian maupun penyebaran informasi secara manual dan elektronik, tentang lalu lintas keberadaan dan kegiatan warga
13 Sihombing, Sihar. 2013. Hukum Keimigrasian Dalam Hukum Indonesia. Bandung: Nuansa Aulia
Negara Asing. Sedangkan Pengawasan Lapangan yaitu, pengawasan yang dilakukan berupa pemantauan, patroli, proses dengan mengumpulkan bahan keterangan pencarian warga Negara Asing, dan alat bukti yang berhubungan dengan Tanda Pengenal Keimigrasian
2. Pengawasan Lapangan dilakukan dalam bentuk pemantauan razia, pengumpulan bahan keterangan, pencarian orang dan alat bukti yang berhubungan dengan tindak pidana keimigrasian. Pengawasan lapangan ini dilakukan secara rutin dan dalam bentuk operasi.
Instrumen Pengawasan Menurut Warhan dalam rangka mewujudkan prinsip
“selective policy” diperlukan pengawasan terhadap warga Negara Asing.
Pengawasan ini tidak hanya pada saat mereka masuk, tetapi selama mereka berada di Wilayah Indonesia termasuk kegiatan-kegiatannya. Adapun Sasaran Pemantauan menurut “Petunjuk Pemantauan Operasional Keimigrasian Nomor : F4-IL.O1.10- 1.1044 “(Tentang Keberadaan dan Kegiatan Orang Asing di Indonesia, 1999) adalah sebagai berikut :
a. Warga Negara Asing Warga Negara Asing pemegang izin singgah dan warga Negara Asing pemegang izin kunjungan antara lain kunjungan wisata, sosial budaya, usaha/beberapa kali perjalanan
a) WNA pemegang izin tinggal terbatas b) WNA pemegang tinggal tetap c) WNA tanpa izin keimigrasian d) WNA yang overstay
e) WNA imigran gelap
f) WNA yang melakukan kegiatan tidak sesuai dengan izin yang diberikan.
b. Alat angkut berupa : Niaga, Non Niaga, Alat apung c. Bangunan-bangunan
a) Hotel, wisma, hostel dan sebagainya.
b) Kantor-kantor/pemisahan yang memperkerjakan dan menampung tenaga kerja/warga Negara Asing.
c) Rumah/ Asrama tempat warga Negara Asing bertempat tinggal.
Dari kebijakan pengawasan keimigrasia ini sangat mempertimbangkan kondisi Indonesia yang memiliki banyak daya tarik bagi masuknya tenaga kerja asing ataupun warga negara asing secara umum. Salah satunya adalah faktor melimpahnya sumber daya alam. Selain itu, Indonesia juga memiliki keindahan alam yang bisa menarik bagi Warga Negara Asing (yang selanjutnya akan disebut WNA). Sehingga banyak WNA yang dating untuk melancong.
Kondisi inilah yang menyebabkan peningkatan arus lalu lintas manusia antar negara dari dan ke luar wilayah Indonesia. Pasal 8 ayat (1) Undang-undang nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian menetapkan bahwa setiap orang yang masuk atau keluar Wilayah Indonesia wajib memiliki Dokumen Perjalanan yang sah dan masih berlaku. Sementara itu, pada ayat (2) Setiap Orang Asing yang masuk Wilayah Indonesia wajib memiliki Visa yang sah dan masih berlaku, kecuali ditentukan lain berdasarkan Undang-Undang ini dan perjanjian internasional.
Terkait dengan adanya aktivitas masuknya warga Negara Asing ke suatu Negara tertentu bahwa Hukum Internasional memberikan hak dan wewenang kepada semua negara untuk menjalankan yurisdiksi atas orang dan benda serta perbuatan yang terjadi di dalam wilayah negara tersebut.14 Hal ini juga berarti bahwa setiap negara berhak untuk merumuskan hal ikhwal lalu lintas antar negara baik orang, benda maupun perbuatan yang terjadi di wilayahnya. Pengaturan terhadap lalu lintas antar negara yang menyangkut orang di suatu wilayah negara, adalah berkaitan dengan aspek keimigrasian yang berlaku di setiap negara memiliki sifat universal maupun kekhususan masing-masing negara sesuai dengan nilai dan kebutuhan kenegaraannya.15
Pengaruh terhadap kondisi Keamanan dalam negeri suatu Negara. Kondisi Keamanan dalam negeri suatu Negara adalah suatu keadaan yang ditandai dengan terjaminnya keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib dan tegaknya hukum serta terselenggaranya perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.
Untuk menjamin kemanfaatan dan melindungi berbagai kepentingan nasional tersebut, maka perlu diatur prinsip, tata pengawasan, tata pelayanan atas masuk dan keluar orang ke dan dari wilayah Indonesia sesuai dengan nilai-nilai dan tujuan nasional Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan
14 Ukun, W. (2004). Deportasi Sebagai Instrumen Penegakan Hukum dan Kedaulatan Negara di Bidang Keimigrasian. Adi Kencana Aji, Jakarta. hal, 31
15 . Amrullah Armansyah1, Abdul Agis, dan M. Kamal Hidjaz. Penegakan Hukum Keimigrasian Terhadap Warga Negara Asing Anak Buah Kapal (Abk) Tangkap Ikan Secara Ilegal dalam Pleno Jure Jurnal Ilmu Hukum LL-DIKTI wilayah IX Sulawesi. 2019. Hlm19
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD Tahun 1945).16
Berdasarkan hal tersebut, maka untuk mengatur berbagai aktivitas warga negara asing yang keluar dan masuk ke wilayah Indonesia, maka kebijakan pemerintah di bidang keimigrasian menganut prinsip selective policy yaitu suatu kebijakan berdasarkan prinsip selektif. Berdasarkan prinsip ini, hanya orang-orang asing yang dapat memberikan manfaat bagi kesejahteraan rakyat, bangsa dan Negara Republik Indonesia, yang tidak membahayakan keamanan dan ketertiban serta tidak bermusuhan baik terhadap rakyat maupun Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan kepada Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945, yang diizinkan masuk atau keluar wilayah Indonesia, dan untuk itu perlu ada pengaturan dan batasan berupa perizinan yang diberikan kepada orang asing apabila hendak tinggal di Indonesia.17
Berbagai bentuk aktivitas masuknya orang asing atau yang ingin menetap di wilayah NKRI harus dipertimbangkan dari berbagai segi, baik dari segi politik, ekonomi maupun sosial budaya bagi bangsa dan negara Indonesia Dengan demikian, perwujudan prinsip selective policy diperlukan untuk menjamin kemanfaatan orang asing tersebut dan dalam rangka menunjang tetap terpeliharanya stabilitas dan kepentingan nasional, kedaulatan negara, keamanan dan ketertiban umum serta kewaspadaan terhadap dampak negatif yang timbul akibat perlintasan orang antar negara, keberadaan, dan kegiatan orang asing di wilayah NKRI, dipandang perlu
16 Ibid. hal 20
17 Ibid
melakukan Pengawasan bagi orang asing dan tindakan keimigrasian secara tepat, cepat, teliti dan terkoordinasi, tanpa mengabaikan keterbukaan dalam memberikan pelayanan bagi orang asing.18
Pengawasan terhadap Orang Asing perlu lebih ditingkatkan sejalan dengan meningkatnya kejahatan internasional atau tindak pidana transnasional, seperti perdagangan orang, penyelundupan manusia, dan tindak pidana narkotika yang banyak dilakukan oleh sindikat kejahatan internasional yang terorganisasi.
Pengawasan terhadap Orang Asing tidak hanya dilakukan pada saat masuk, tetapi juga selama berada di Wilayah Indonesia, termasuk kegiatannya.
Terlepas dari latar belakang, tujuan kedatangan dan keberadaan orang asing di Indonesia, maka diperlukan pengawasan secara tepat, cepat, teliti dan terkoordinasi, tanpa mengabaikan keterbukaan dalam memberikan pelayanan terhadap Warga Negara Asing (WNA). Pengawasan yang diberikan tidak saja pada saat ingin masuk, tetapi juga selama berada di wilayah Indonesia, termasuk aktifitas yang dilakukan.
Pengawasan terhadap Warga Negara Asing (WNA) di Indonesia dengan menggunakan selective policy, tidak boleh mengabaikan HAM. Sebab dalam konsepsi hukum kewarganegaraan, seorang warga negara di manapun berada tetap memiliki hubungan hukum dengan negaranya. Dengan demikian, maka jaminan perlindungan hukum terhadap Warga Negara Asing (WNA) yang masuk dan berada di Indonesia secara sah haruslah terakomodasi dalam peraturan perundang-undangan keimigrasian.
18 Ibid
Menurut Pasal 66 ayat (1) UU nomor 6 tahun 2011 tentang Keimigrasian bahwa pengawasan keimigrasian menjadi tanggung-jawab dan wewenang Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang hukum dan hak asasi manusia. Pengertian Keimigrasian menurut Pasal 1 angka 1 Undang-undang Nomor 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian adalah masalah lalu lintas orang yang masuk atau keluar wilayah Republik Indonesia dan pengawasan orang asing di wilayah Indonesia. Namun Pengertian Keimigrasian menurut Pasal 1 angka 1 Undang-undang Nomor 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian sudah dirubah di dalam Pasal 1 angka 1 Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian yang menyatakan bahwa:
“Keimigrasian adalah hal ihwal lalu lintas orang yang masuk atau keluar Wilayah Indonesia serta pengawasannya dalam rangka menjaga tegaknya kedaulatan negara.”
Undang-Undang Keimigrasian merupakan hukum tertulis tentang keimigrasian, sebagaimana prinsip dalam aliran hukum positif adalah aliran pemikiran hukum yang memberikan penegasan terhadap bentuk hukum (undangundang), isi hukum (perintah penguasa), ciri hukum (sanksi, perintah, kewajiban dan kedaulatan), dan sistematika norma hukum.19 Pengertian Hukum Keimigrasian menurut Sihar Sihombing adalah himpunan petunjuk yang mengatur
19 Lili Rasjidi, , 2001. Hukum Sebagai Suatu Sistem, Remadja, Rosdakarya, Bandung, hlm.
87.
tata tertib orang-orang yang berlalu lintas di dalam wilayah Republik Indonesia dan pengawasan terhadap orang-orang asing yang berada di wilayah Indonesia.20
Dalam menjalankan fungsinya sebagai instansi pemerintahan Kantor Imigrasi berpedoman kepada Tri Fungsi Imigrasi yaitu, fungsi pelayanan kepada masyarakat, fungsi penegakkan hukum dan Fungsi keamanan serta fungsi fasilitator pembangunan yang berjalan secara simultan, berkesinambungan dan berjalan secara bersamaan.
Kantor Imigrasi mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas pokok dan fungsi Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia di bidang Keimigrasian di wilayah bersangkutan. Untuk menyelenggarakan tugas di bidang Keimigrasian tersebut, Kantor Imigrasi mempunyai fungsi:
1. Melaksanakan tugas Keimigrasian di bidang informasi dan sarana komunikasi Keimigrasian dalam hal memberikan pemahaman kepada masyarakat terkait masalah Keimigrasian.
2. Melaksanakan tugas Keimigrasian di bidang lalu lintas Keimigrasian dalam hal pemberian dokumen Keimigrasian kepada masyarakat seperti paspor RI.
3. Melaksanakan tugas Keimigrasian di bidang status Keimigrasian dalam hal memberikan pelayanan kepada orang asing terkait izin Keimigrasiannya.
20 Sihar Sihombing, 2013. Hukum Keimigrasian Dalam Hukum Inndonesia. Nuansa Aulia, Bandung. Hlm. 4
4. Melaksanakan tugas Keimigrasian di bidang pengawasan dan penindakan Keimigrasian dalam hal melakukan fungsi pengawasan terhadap kegiatan orang asing selama berada di Indonesia dan melakukan penindakan bila orang asing tersebut menyalahi izin Keimigrasian yang diberikan kepadanya.
B Kebijakan Pengawasan Keimigrasian.
Pengawasan adalah segala usaha atau kegiatan untuk mengetahui dan menilai kenyataan yang sebenarnya mengenai pelaksanaan tugas atau kegiatan apakah sesuai dengan yang semestinya atau tidak. Jadi tujuan pengawasan hanyalah untuk mengetahui secara cermat dan seksama kenyataan yang sebenarnya dari apa yang diawasi itu, sehingga tujuan dari pengawasan, untuk mengetahui dan menilai kenyataan yang sebenarnya tentang pelaksanaan tugas dan pekerjaan apakah sesuai dengan yang semestinya atau tidak
Pada Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian, Pasal 1 ayat 1 bahwa: Keimigrasian adalah hal ikhwal lalu lintas orang yang masuk atau keluar wilayah Indonesia serta pengawasannya dalam rangka menjaga tegaknya kedaulatan negara. Definisi keimigrasian di atas mengandung dua pengertian utama, yaitu hal ihwal lalu lintas orang dari dan ke wilayah Indonesia baik warga negara Indonesia maupun warga negara asing melalui pemeriksaan imigrasi di Tempat Pemeriksaan Imigrasi (TPI) oleh pejabat imigrasi baik di pelabuhan udara, pelabuhan laut, dan perbatasan antara Indonesia dengan negara tetangga. Pengertian kedua
adalah pengawasan terhadap orang asing di wilayah Indonesia, yaitu keberadaan orang asing di Indonesia yang menyangkut izin tinggalnya dan kegiatan orang asing selama berada di Indonesia, yaitu segala perilaku, aktivitas atau pekerjaan yang dilakukan yang sesuai dengan izin yang diberikan kepadanya, Seperti diuraikan di atas terhadap orang asing, pelayanan dan pengawasan di bidang keimigrasian dilaksanakan berdasarkan prinsip yang bersifat selektif (selective policy).
Berdasarkan prinsip ini, hanya orang-orang asing yang dapat memberikan manfaat bagi kesejahteraan rakyat, bangsa dan negara Republik Indonesia serta tidak bermusuhan terhadap rakyat, bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD1945 yang diizinkan masuk atau keluar wilayah Indonesia. Selanjutnya berdasarkan ”selective policy” akan diatur secara selektif izin tinggal bagi orang asing sesuai dengan maksud dan tujuannya berada di Indonesia.
Bentuk pengawasan adalah sebagai berikut
a) Pengawasan administratif adalah pengawasan yang dilakukan melalui penelitian surat-surat atau dokumen, yang berupa pencatatan, pengumpulan, pengolahan data dan penyajian maupun penyebaran informasi secara manual dan elektronik, tentang lalu lintas keberadaan dan kegiatan orang asing.
b) Pengawasan lapangan adalah pengawasan yang dilakukan berupa pemantauan, patroli, proses dengan mengumpulkan bahan keterangan, pencarian orang dan alat bukti yang berhubungan dengan Tanda Pengenal Keimigrasian Pengawasan lapangan dapat dilakukan di tempat-tempat di mana beradanya orang asing
berupa alat angkut, kantor perusahaan, hotel dan sejenisnya, pusat keramaian dan tempat-tempat hiburan serta yang lainnya
Sumber data pengawasan lapangan diperoleh petugas dari :
a) Hasil pengamatan, wawancara, pelacakan, pembuntutan dan penyusupan
b) Hasil penilaian sumber data sebagaimana data-data dari sumber data pengawasan administrasi
c) Hasil penilaian dari laporan masyarakat, berita media massa, baik cetak maupun elektronik
d) Hasil laporan instansi pemerintah dan swasta e) Hasil pengembangan semua sumber daya yang ada Mekanisme pengawasan adalah sebagai berikut : 1. Tahap pengawasan
2. Teknik pengawasan 3. Sistem pelaporan
4. Koordinasi dengan instansi terkait.
Pengawasan Preventif dan Represif
Pengawasan preventif yang dimaksudkan adalah, “pengawasan yang dilakukan terhadap suatu kegiatan sebelum kegiatan itu dilaksanakan, sehingga kita dapat lebih mencegah terjadinya penyimpangan.” Biasanya, pengawasan dilakukan
oleh lembaga pemerintahan dengan tujuan untuk menghindariadanya penyimpangan pelaksanaan keuangannegara yang akan membebankan dan merugikan negara lebih besar. Di sisi lain,pengawasan ini juga dimaksudkan agar system pelaksanaan anggaran dapat berjalan baiksebagaimana yang diharapkan. Pengawasan preventif akan lebih berguna jika dilakukan oleh atasan langsung, sehingga penyimpangan yang kemungkinan dilakukan akan terdeteksi lebih awal. Pengawasan represif adalah
“pengawasan yang dilakukan terhadap suatu kegiatan sesudah kegiatan itu terjadi.”
Pengawasan model ini biasanya dilakukan pada akhir tahun anggaran, di mana anggaran yang telah ditentukan akan dipertanggungjawabkan dan dipaparkan laporannya. Kemudian, dilakukan pemeriksaan dan pengawasan untuk mengetahui adanya penyimpangan atau tidak.
Hukum imigrasi Internasional mengatur pergerakan manusia atau lalu lintas di suatu Negara ke Negara lain yang berfokus kepada pengawasan terhadap orang asing yang berbeda di negaranya. Pada intinya keimigrasian mengatur warga Negara di dalam suatu Negara tersebut saat keluar dari negaranya serta mengatur juga bagaimana orang dapat masuk antar Negara atau yang berlaku di Negara-negara pada umumnnya, termasuk di dalamnya adalah pengungsi sebagai objek keimgrasian.21 C. Teori Pengawasa Keimigrasian
Teori pengawasan dari hukum administrasi negara, Dalam kaitannya dengan pengertian pengawasan terdapat berbagai macampengertian.
21 Syahrin, M Alvi. (2017). Posisi dan Perkembangan Hukum Pengungsi Internasional.
Bhumi Pura, 5 (1), 45–48.
Syafiie mengidentifikasikan pengertian pengawasan menurut daribeberapa ahli sebagai berikut:
1. Lyndal F. urwick, pengawasan adalah upaya agar sesuatu dilaksanakan sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan dan instruksi yang dikeluarkan.
2. Sondang Siagian, pengawasan adalah proses pengamatan pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaan yangdilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah ditemukan sebelumnya.
3. George R Terry, pengawasan adalah proses penentuan apa yang harusdicapai yaitu standar, apa yang sedang dilakukan, yaitu menilai pelaksanaan dan bila perlu melakukan perbaikan-perbaikan sehingga sehingga pelaksanaan sesuai dengan rencana yaitu selaras dengan standar.
4. Stephen Robein, pengawasan adalah proses mengikuti perkembangankegiatan untuk menjamin (to ensure) jalannya pekerjaan dengan demikian,dapat selesai secara sempurna (accomplished) sebagaimana yang direncanakan sebelumnya dengan pengoreksian beberapa pemikiran yang saling berhubungan.
5. David granick, pengawasan pada dasarnya memiliki tiga fase yaitu; fase legislatif, fase administratif, dan fase dukungan.
Pengawasan keimigrasian masih belum terlihat adanya fungsi kedaulatan yang diemban oleh Imigrasi, pengawasan menjadi sangat penting apabila dalam pengawasan itu dikuatkan fungsi kedaulatan dan HAM, menjadi sangat penting
karena Indonesia apabila dilihat dari letak geografis dengan wilayah perbatasan yang sangat luas.
BAB III
WEWENANG IMIGRASI TERHADAP WARGA NEGARA ASING YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG
A. Penerapan fungsi pengawasan keimigrasian terhadap WNA dan tindak lanjut terhadap WNA yang melakukan pelanggaran keimigrasian.
Berkaitan dengan perkembangan hukum keimigrasian yang bersifat internasional hukum keimigrasian tidak lagi sekedar mengatur lalu lintas manusia keluar masuk dan pengawasan orang asing di suatu negara, tetapi telah bertalian juga dengan pencegahan orang keluar wilayah Indonesia dan penangkalan orang masuk wilayah Indonesia.22
22 Bandingkan dengan Bagir Manan, op.cit, Hlm 7-9, menyatakan bahwa institusi Imigrasi Indonesia sebagai bagian dari penyelenggaraan kekuasaan eksekutif yaitu fungsi administrasi negara dan pemerintahan. Dengan demikian, hukum keimigrasian sebagai bagian hukum administrasi negara adalah hukum yang mengatur tata cara menjalankan pemerintahan yang mencakup dua hal pokok.
Pertama mengatur tata cara administrasi negara mencampuri kehidupan masyarakat seperti tata cara bepergian ke luar negeri, tata cara warga asing masuk dan tinggal di dalam negeri, tata cara warga negara mendatangkan dan mengeluarkan warga asing, tata cara persyaratan kewarganegaraan dan lain sebagainya. Kedua mengatur tata cara melindungi masyarakat dari tindakan administrasi negara atau untuk mencegah pelanggaran hak warga negara seperti tata cara pencegahan dan penangkalan, tata
Selain fungsi regulasi yang mengandung aspek hukum administratif, hukum keimigrasian juga memiliki fungsi penegakan hukum polisionil keimigrasian. Fungsi ini mencakup hal-hal seperti penolakan orang asing untuk masuk wilayah RI karena tidak memenuhi syarat, pengenaan tindakan keimigrasian, serta pembatalan izin tinggal. Selain tindakan keimigrasian dapat juga dikenakan tindakan adminsitratif seperti denda administratif. Harus dibedakan bahwa putusan denda disini adalah bersifat administratif yang dinyatakan oleh pejabat administrasi bukan pidana denda yang dimaksud dalam Pasal 10 KUHP yang diputuskan oleh hakim peradilan pidana.
Fungsi penegakan hukum polisionil keimigrasian ini tunduk pada ketentuan administrasi negara. Hal itu terlihat dari dibukanya kesempatan pihak yang dikenakan tindakan penegakan hukum mengajukan keberatan. Keberatan terhadap tindakan polisionil keimigrasian diatur menurut asas dan kaidah hukum administrasi negara dan peradilan administrasi. Oleh karena itu gugatan terhadap putusan tindakan cara pengenaan tindakan keimigrasian baik pendeportasian atau pendetensian (bersifat administratif), serta tata cara pengajuan keberatan atas keputusan tindakan keimigrasian, dan lain sebagainya. Oleh karena itu peraturan perundang-undangan di bidang keimigrasian harus mengikuti dan tunduk pada asas-asas dan kaidah hukum administrasi negara umum (algemene administratiefrecht). Dua asas utama yang harus diterapkan dalam setiap implementasi peran keimigrasian adalah :
1. Asas-asas umum penyelenggaraan pemerintahan yang baik (general principles of good administration, mencakup asas persamaan perlakuan; asas dapat dipercaya;
asas kepastian hukum; asas motivasi yang benar; asas larangan melampaui wewenang; asas tidak sewenang-wenang; asas keseimbangan; asas keterbukaan. Oleh karena itu, setiap
"tindakan" yang bertentangan dengan asas ini dapat dijadikan dasar tuntutan bagi koreksi dan pelaksanaan kewajiban hukum aparatur keimigrasian, atau ganti rugi apabila sudah tidak mungkin lagi dipulihkan. Artinya setiap "keputusan" yang bertentangan dengan asas ini dapat dijadikan dasar tuntutan atau pembatalan, disertai pelaksanaan pemulihan, disertai atau tidak disertai ganti rugi.
2. Asas Legalitas yaitu setiap tindakan pejabat administrasi negara dilaksanakan menurut ukuran hukum yang berlaku mencakup ukuran kewenangan; ukuran isi tindakan atau isi keputusan; ukuran tata cara melakukan tindakan atau membuat keputusan sebab tindakan atau keputusan yang bertentangan dengan asas legalitas dapat mengakibatkan tindakan atau keputusan yang bersangkutan batal demi hukum.
keimigrasian merupakan domain PTUN. Apabila pengajuan keberatan itu ditolak dengan dikeluarkannya keputusan penolakan atas pengajuan keberatan maka pihak yang ditolak dapat mengajukan gugatan pada Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara (pemeriksaan tingkat kedua). Keputusan penolakan terhadap penolakan pengajuan keberatan dianggap sebagai pemeriksaan tingkat pertama.
Di sisi lain ada fungsi penegakan hukum keimigrasian yang bersifat pro yustisia yang merupakan salah satu rangkaian dalam proses peradilan pidana oleh karena itu tunduk pada hukum acara pidana. Keberatan terhadap tindakan penyidikan dapat mengajukan praperadilan. UU No. 6 Tahun 2011 merupakan UU yang bersifat administratif yang dilengkapi dengan sanksi pidana. Tindak pidana keimigrasian yang diatur dalam bab ketentuan pidana UU No.6 Tahun 2011 merupakan bagian hukum pidana administrasi yaitu hukum pidana di bidang pelanggaran administrasi yang diklasifikasikan sebagai tindak pidana administrasi (administrative crime).23 Penggunaan sanksi pidana dalam hukum administrasi (administrative penal law) pada hakikatnya merupakan bagian dari kebijakan hukum pidana (penal policy).24 Bentuk kedua adalah berupa upaya-upaya prevention without punishment (tanpa menggunakan sarana penal).25 Hal ini mencakup dekriminalisasi dan depenalisasi.
Artinya dikaitkan dengan UU No. 6/ 2011 yang secara merupakan peraturan yang bersifat administrasi, upaya-upaya ini mencakup pemisahan ketentuan pidana
23 Lihat Barda Nawawi Arief, Kapita Selekta Hukum Pidana, Citra Aditya Bhakti, Bandung, 2003, Hlm 14.
24 Barda Nawawi Arief, Ibid, Hlm 15.
25 Ibid.
keimigrasian dengan ketentuan administratif keimigrasian. Ketentuan pidana keimigrasian merupakan upaya negara melindungi masyarakat dari tindakan yang merusak, sedangkan ketentuan administratif adalah upaya negara agar aturan-atauran pemerintah ditaati.
Salah satu bentuk kejahatan yang dilakukan melintasi batas Negara, adalah kejahatan perdagangan orang. Tindak pidana perdagangan orang sudah menjadi permasalahan di dunia internasional, karena dampaknya sangat mempengaruhi kesejahteraan sosial. Maka TPPO dapat dimasukkan sebagai organized crime, white collar crime, corporate crime, dan bahkan transnational crime.
Berbagai upaya untuk melakukan pencegahan kejahatan perdagangan orang sudah dilakukan dengan berbagai cara namun hasilnya dianggap belum memuaskan, bahkan upaya dengan menggunakan sarana hukum juga masih belum menunjukan hasil yang signifikan. Untuk dapat melaksanakan upaya upaya pencegahan tindak pidana perdagangan orang, maka harus disesuaikan dengan rencana pembangunan hukum.26
Pembangunan hukum atau pembaruan hukum mempunyai hubungan yang kuat dengan politik, karena pembaruan hukum yang dimulai dari pembentukan sampai pelembagaannya dilaksanakan oleh lembaga politik, yang merupakan lembaga kekuatan dalam masyarakat. Proses pembuatan peraturan hukum dilaksanakan melalui kebijakan lasi, sedangkan proses penegakan hukum
26 Herdian Eka dan Pujiyono dalam Peran kantor imigrasi semarang dalam penaggulangan tindak pidana perdagangan orang pada DIPONEGORO LAW REVIEW, Volume 1, Nomor 4, Tahun 2012. Online di http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr. Hlm 3
dilaksanakan melalui kebijakan aplikasi/yudikasi dan proses pelaksanaan pidana dilakukan dengan kebijakan eksekusi/administrasi.27.
Salah satu fungsi keimigrasian adalah pengawasan. Dalam hal ini, yang menjadi sasaran pengawasan adalah orang asing yang berada di wilayah Negara Republik Indonesia dan orang-orang asing yang dicurigai melakukan penyimpangan atau palanggaran keimigrasian. Negara di mana orang asing berada mempunyai kewajiban untuk menjamin kepentingan dan keamanan orang asing tersebut.
Pengawasan adalah suatu proses kegiatan mengumpulkan data, menganalisa dan menentukan apakah sesuatu yang diawasi sesuai dengan standar yang telah ditentukan atau sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian, orang asing adalah orang bukan Warga Negara Indonesia. Setiap orang asing yang masuk atau ke luar wilayah Negara Republik Indonesia wajib memberikan keterangan identitas, keterangan kedatangan atau keberangkatan, dan keterangan lain yang diperlukan kepada Pejabat Imigrasi di Tempat Pemeriksaan Imigrasi. Tempat pemeriksaan yang dimaksud adalah pelabuhan, bandar udara, atau tempat-tempat lain yang ditetapkan oleh Menteri sebagai tempat masuk atau keluar wilayah Indonesia.
Pengawasan keimigrasian tidak hanya pada saat mereka masuk dan keluar dari wilayah Indonesia, tetapi juga selama mereka berada di wilayah Indonesia termasuk kegiatan-kegiatannya. Pengawasan adalah suatu kegiatan yang menentukan apa yang sedang diselenggarakan yakni mengevaluasi penyelenggaraan dan bilamana perlu
27 Ibid
mengambil tindakan korektif sehingga penyelenggaraan itu berlangsung sesuai dengan rencana. 28
Pengawasan terhadap kegiatan orang asing dilakukan dengan koordinasi bersama Badan atau Instansi terkait yang mempunyai tugas melakukan pengawasan orang asing seperti Departemen Tenaga Kerja, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dan Badan atau Instansi lainnya yang dapat dilakukan melalui Tim Koordinasi Pengawasan Orang Asing. Tindak Lanjut dari pengawasan terhadap keberadaan dan kegiatan orang asing akan dikenakan Tindakan baik dengan melalui proses peradilan atau Tindakan Keimigrasian non justisial. Pengawasan terhadap orang asing dilaksanakan dalam bentuk :
a. Pengawasan Administratif, yaitu pengawasan yang dilaksanakan dengan menggunakan data-data administratif yang ada pada instansi yang melakukan pengawasan, di mana terdapat data-data yang berupa catatan dan bahanbahan tertulis yang dikumpulkan sejak orang asing mengajukan visa, saat kedatangannya di Tempat Pemeriksaan Imigrasi, ketika pemberian izin keimigrasian, pendaftaran dan lain yang bersifat administratif. Dari data- data tersebut dapat diketahui keadaan orang asing yang bersangkutan sehingga jika terjadi penyimpangan, instansi tersebut berdasarkan data-data yang ada padanya sudah dapat mengambil langkah penindakan sesuai dengan penyimpangannya dan berdasarkan peraturan yang berlaku.
28 Ibid
b. Pengawasan Koordinatif, yaitu pengawasan terhadap orang asing oleh beberapa instansi yang terkait dalam pengawasan dengan saling memberi masukan sesuai dengan bidangnya masing-masing, sehingga dapat ditentukan secara koordinatif apakah terdapat penyimpangan yang dilakukan oleh orang asing tersebut serta tindakan apa yang akan diambil sesuai dengan bidang masing-masing instansi terkait baik secara sendiri, ataupun secara bersama sesuai dengan peraturan yang berlaku. Setiap instansi melihat pelanggaran atau penyimpangan yang dilakukan oleh orang asing yang bersangkutan di bidangnya, sedang data lainnya diperoleh dari instansi yang berkoordinasi. Sesuai dengan peraturan yang berlaku, pengawasan koordinatif dilakukan secara bertingkat; di tingkat Pusat dipimpin oleh Menteri Kehakiman atau Direktur Jenderal Imigrasi, di tingkat propinsi oleh Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehakiman atau Pejabat Imigrasi yang ditunjuk olehnya dan yang terkait seperti Markas Besar Angkatan Bersenjata, Markas Besar Kepolisian, Badan Koordinasi Intelijen Negara, Departemen Dalam Negeri, Departemen Luar Negeri, Departemen Tenaga Kerja dan Instansi lainnya yang mempunyai tugas dan tanggung jawab terhadap pengawasan orang asing.
c. Pengawasan Di tempat dengan Suatu Operasi Lapangan Dilaksanakan oleh Imigrasi dan atau bersama dengan instansi terkait secara koordinatif, di mana suatu satuan atau tim mengadakan pengawasan dengan mendatangi tempat-tempat yang diduga terjadi pelanggaran atau penyimpangan yang
dilakukan oleh orang asing, baik yang menyangkut keberadaannya ataupun yang menyangkut kegiatannya selama berada di wilayah Indonesia.
Dalam rangka memantapkan mekanisme koordinasi dan mekanisme operasi antara instansi terkait dalam pengawasan orang asing, instansiinstansi tersebut diatas akan tetap melakukan tugas dan wewenangnya masing-masing sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Koordinasi tersebut dimaksudkan untuk memaksimalkan daya guna dan hasil guna pengawasan terhadap orang asing.
Orang asing yang berada di suatu negara lain, keberadaannya dapat ditinjau dari 2 (dua) aspek yaitu :
a. Aspek Keberadaannya atau Izin Tinggalnya Keberadaan orang asing di suatu negara dapat dilihat dari sah tidaknya izin tinggal yang dimiliki oleh orang asing tersebut selama yang bersangkutan berada di negara itu yang dapat dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok orang asing, yaitu :
1) Orang asing yang mempunyai izin tinggal yang sah dan masih berlaku.
2) Orang asing yang memiliki izin tinggal yang sah tetapi sudah tidak berlaku.
3) Orang asing yang tidak memiliki izin tinggal yang sah.
b. Aspek Kegiatan Selama Berada Di Negara Tersebut Kegiatan orang asing selama berada di suatu negara lain dapat melakukan kegiatan yang berupa : 1) Kegiatan yang sesuai dengan izin yang diberikan dan sesuai dengan maksud kedatangannya di wilayah negara yang didatangi.
2) Kegiatan yang tidak sesuai dengan izin yang diberikan dan maksud kedatngannya
3) Kegiatan yang merugikan atau membahayakan negara yang didatangi.
Menurut Undang-undang tentang Keimigrasian, Pengawasan Orang Asing di Indonesia meliputi :
a. Masuk dan keluarnya orang asing ke dan dari wilayah Indonesia.
b. Keberadaan serta kegiatan orang asing. Pengawasan orang asing yang meliputi aspek keberadaan dan aspek kegiatannya, adalah suatu proses kegiatan dibidang keimigrasian yang mengumpulkan data dan informasi, menganalisa dan menentukan apakah keberadaan orang asing sejak masuknya di wilayah Indonesia dan kegiatannya selama berada di wilayah Indonesia telah sesuai dengan norma-norma yang berlaku baginya.
Norma-norma yang diberlakukan bagi orang asing di Indonesia antara lain norma hukum yang berupa peraturan perundang-undangan yang berlaku seperti yang menyangkut izin keberadaannya (izin keimigrasian), izin kegiatannya seperti yang menyangkut ketenaga kerjaan, mengikuti pendidikan, mengadakan penelitian dan sebagainya. Selain itu juga normanorma yang menyangkut norma agama dan sosial budaya lainnya, seperti norma agama, kebudayaan, adat istiadat yang berlaku di Indonesia.
Jika terjadi penyimpangan terhadap norma-norma tersebut, terhadap orang asing yang bersangkutan akan diambil tindakan sesuai dengan peraturan yang berlaku, baik yang berupa tindakan justisial ataupun tindakan keimigrasian. Tindakan
yang dilakukan dapat melalui tindakan Keimigrasian dalam arti tanpa melalui proses peradilan atau tindakan melalui proses peradilan artinya dengan keputusan Hakim.
Seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, darat, laut maupun udara menjadi fokus pengawasan Keimigrasian terhadap lalulintas orang antar negara yang akan masuk ke wilayah Indonesia, melalui tempat pemeriksaan imigrasi yang telah ditentukan oleh pemerintah Republik Indonesia.29
B. Penindakan sebagai tindak lanjut dari Pengawasan
Tindakan Keimigrasian adalah setiap tindakan yang diambil terhadap seseorang yang telah terbukti melakukan pelanggaran, penyimpangan, penyalahgunaan dan kejahatan keimigrasian. Tindakan keimigrasian dapat dilakukan melalui 2 cara yaitu Tindakan Administrasi Keimigrasian dan Tindakan Pro Yustisia. Tindakan Keimigrasian dalam pelaksanaannya terhadap adanya pelanggaran keimigrasian seperti penyalahgunaan izin tinggal lebih condong untuk mengambil Tindakan Administratif Keimigrasian, karena selain dari segi biaya yang dibutuhkan lebih sedikit, penyelesaian hukum secara pro justisia akan memakan waktu yang relatif lama.
Menurut John Sarodja Saleh Tindakan Keimigrasian adalah setiap tindakan yang diambil terhadap seseorang yang telah terbukti melakukan pelanggaran, penyimpangan, penyalahgunaan dan kejahatan keimigrasian. Tindakan keimigrasian dapat dilakukan melalui 2 cara yaitu Tindakan Administrasi Keimigrasian dan Tindakan Pro Yustisia. Tindakan Keimigrasian dalam pelaksanaannya terhadap
29
adanya pelanggaran keimigrasian seperti penyalahgunaan izin tinggal lebih condong untuk mengambil. Tindakan Administratif Keimigrasian, karena selain dari segi biaya yang dibutuhkan lebih sedikit, penyelesaian hukum secara pro justisia akan memakan waktu yang relatif lama.30
Dalam Pasal 1 angka 31 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian, Tindakan Administrasi Keimigrasian adalah sanksi administrative yang ditetapkan pejabat imigrasi terhadap orang asing diluar proses pengadilan.
Pelaksanaan tindakan administrasi keimigrasian haruslah didasarkan atas alasan yang jelas. Alasan tersebut dibedakan menjadi 2 yaitu:
(1) Orang asing tersebut melakukan kegiatan berbahaya atau patut diduga membahayakan keamanan dan ketertiban umum, dan
(2) Orang asing tersebut tidak menghormati atau tidak menaati peraturan perundang-undangan.
Atas dasar alasan yang dikemukan diatas, maka Tindakan Administrasi Keimigrasian sebagaimana diatur dalam Pasal 75 ayat (2) Undang-Undang Keimigrasian berupa:
a. Pencantuman dalam daftar Pencegahan atau Penangkalan;
b. Pembatasan, perubahan, atau pembatalan izin tinggal;
c. Larangan untuk berada di satu atau beberapa tempat tertentu di wilayah Indonesia;
d. Keharusan untuk bertempat tinggal di suatu tempat tertentu di wilayah Indonesia;
30
e. Pengenaan biaya beban; dan/atau f. Deportasi dari wilayah Indonesia
Sebagai tindak lanjut dari pengawasan orang asing, dilakukan tindakan jika terdapat penyimpangan atau pelanggaran yang dilakukan oleh orang asing, baik yang menyangkut izin keberadaanya maupun kegiatannya selama berada di wilayah Indonesia. Tindakan Keimigrasian yang dapat dikenakan terhadap orang asing adalah sebagai berikut :
a. Penolakan pemberian visa yang dilakukan pada Perwakilan Republik Indonesia di luar negeri atau di tempat lain yang ditentukan oleh Pemerintah Republik Indonesia.
b. Penolakan izin masuk ke wilayah Indonesia, meskipun yang bersangkutan telah memiliki visa untuk masuk ke wilayah Indonesia. Visa belum menjamin bahwa yang bersangkutan secara otomatis mendapatkan izin masuk.
c. Merubah, membatasi atau membatalkan izin keimigrasian yang dimilikinya.
Dalam hal ini Pejabat Imigrasi yang berwenang dapat :
1) Merubah izin tinggal tetap menjadi izin tinggal terbatas, atau zizn tinggal terbatas menjadi izin kunjungan.
2) Membatasi berlakunya izin keimigrasian, seperti izin kunjungan yang seharusnya yang seharusnya berlaku 3 (tiga) bulan dibatasi hanya berlaku 2 (dua) bulan.
3) Membatalkan izin keimigrasiannya dengan mencabut izin keimigrasiannya, sehingga yang bersangkutan tidak mempunyai izin keimigrasian dan harus ke luar dari wilayah Indonesia.
d. Melarang orang asing berada di suatu tempat tertentu di Indonesia atau mengharuskan orang asing berada di suatu tempat yang ditentukan di wilayah Indonesia.
e. Mengusir atau mendeportasi orang asing ke luar wilayah Indonesia.
f. Menempatkan orang asing di Karantina Imigrasi dalam hal :
1) Berada di wilayah Indonesia tanpa memiliki izin keimigrasian yang sah.
2) Dalam rangka menunggu proses pengusiran atau deportasi.
3) Dalam rangka menunggu keputusan Menteri atas pengajuan keberatan yang diajukannya terhadap tindakan keimigrasian yang dikenakan terhadapnya.
Selain visa untuk dapat diberikan izin masuk, Pejabat Imigrasi berwenang menolak memberikan izin masuk terhadap orang asing yang tidak memenuhi syarat lainnya, seperti :
a. Tidak mempunyai paspor yang sah dan masih berlaku.
b. Menderita gangguan jiwa atau penyakit menular yang membahayakan kesehatan umum.
c. Ternyata telah memberikan keterangan yang tidak benar dalam memperoleh paspor dan atau visa.
d. Tidak mempunyai biaya cukup untuk hidup selama di Indonesia dan tidak memiliki tiket untuk kembali ke negaranya atau ke negara lain.
Dalam hal penyelenggaraan atau perbuatan tindak pidana imigrasi dapat dilakukan proses penindakannya sebagai berikut :
a. Setiap pelanggaran berupa tindak pidana imigrasi dapat diajukan ke pengadilan melalui porses hukum acara pidana berdasarkan Undang- undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana, di mana pejabat imigrasi dapat bertindak sebagai Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) yang seterusnya melalui Penyidik Polisi diteruskan ke Kejaksaan Negeri dan Pengadilan Negeri untuk diputuskan.
b. Setelah orang asing menjalani putusan Pengadilan Negeri dan dilepas, maka orang asing tersebut diserahkan kepada imigrasi untuk proses selanjutnya yang berupa tindakan keimigrasian dalam bentuk yang sesuai c. dengan peraturan perundangan-undangan yang berlaku dalam hal ini
Undang-undang Keimigrasian.
d. Dalam hal tertentu oleh imigrasi diambil langsung tindakan keimigrasian tanpa melalui proses peradilan dengan pertimbangan bahwa akan lebih efektif diambil tindakan keimigrasian dari pada melalui proses peradilan yang umumnya memakan waktu lebih lama, seperti tindakan pengusiran atau deportasi.31
31 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1994 tentang Pengawasan Orang Asing dan Tindakan Keimigrasian.
C. Penyidikan Keimigrasian
Penyidikan adalah salah satu proses peradilan terhadap suatu tindak pidana yang diatur dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana. Tindak pidana keimigrasian dilakukan sesuai dengan Hukum Acara tersebut.
Sebagai penyidik terhadap tindak pidana keimigrasian, selain Polisi Negara Republik Indonesia sebagai penyidik umum, juga dilakukan oleh Pejabat Imigrasi yang diangkat sebagai Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS). Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil Imigrasi hanya berwenang melakukan penyidikan terhadap tindak pidana keimigrasian. Orang asing yang melakukan tindak pidana umum selain tindak pidana keimigrasian, penyidikannya dilakukan oleh Polisi, meskipun menyangkut orang asing yang berada dibawah pengawasan Imigrasi. Penyidikan yang dilakukan oleh Penyidik Imigrasi berada dibawah Koordinasi Polisi Negara Republik Indonesia yang akan memberikan bantuan dalam proses penyidikannya.
Seperti halnya Penyidik umum, Penyidik Imigrasi berwenang melakukan tindakan sebagai berikut :
a. Menerima laporan tentang adanya tindak pidana keimigrasian.
b. Memanggil, menggeledah, menangkap, menahan seseorang yang disangka melakukan tindak pidana keimigrasian.
c. Menyita surat-surat, dokumen-dokumen, Surat Perjalanan (Paspor), atau benda-benda yang ada hubungannya dengan tindak pidana keimigrasian.
d. Memanggil orang untuk didengar keterangannya sebagai saksi.