LAPORAN TUGAS AKHIR
PENGEMBANGAN MOTIF DENGAN INSPIRASI BATIK TULIS KELAYANG INDONESIA MENGGUNAKAN TEKNIK
DIGITAL PRINTING UNTUK PRODUK LEISURE WEAR
Oleh:
Rizkyka Maharani 1605184061
(Program Studi Kriya Tekstil dan Fashion) Dosen Pembimbing : Widia Nur Utami B., S.Ds., M.Ds.
TELKOM UNIVERSITY
2022
Bab I Pendahuluan
I.1 Latar Belakang
Pulau Belitung adalah salah satu pulau terbesar di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Indonesia. Belitung merupakan kawasan strategis yang telah digunakan untuk perdagangan di masa lalu (Pangestu, 2018). Belitung juga dikenal sebagai penghasil timah terbesar di Indonesia. Namun pemerintah Belitung terus berupaya untuk menggali potensi Belitung untuk kesejahteraan masyarakatnya. Humas Pemerintah Kabupaten Belitung (2013) menyebutkan setidaknya ada tiga sektor unggulan yang diharapkan menjadi daya saing baru Kabupaten Belitung yaitu pariwisata, kelautan dan perikanan serta transportasi.
Penduduk Belitung di dominasi dengan usia produktif dengan potensi yang cukup besar untuk berkembang dengan menyiapkan tenaga kerja yang berkualitas untuk menyambut ekonomi kreatif. Pengrajin Belitung memiliki semangat dan antusiasme yang tinggi, mereka ingin belajar hal-hal baru dan sangat ingin tahu, mereka juga memeiliki keterampilan yang baik, tetapi kurang memiliki pengetahuan dan fasilitas (Nabila, 2021).
Oleh karena itu IKKON atau Inovatif dan Kreatif melalui Kolaborasi Nusantara yang merupakan program yang digagas dan diselenggarakan oleh Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) membantu para pengrajin Belitung untuk mengembangkan potensi yang dimiliki.
IKKON akhirnya menciptakan brand bernama Kelayang Indonesia.
Kelayang Indonesia menghasilkan berbagai macam produk dan Kelayang Indonesia melakukan banyak hal dan melibatkan banyak pengrajin di Belitung, dan mengambil inspirasi dari berbagai keunikan budaya, tradisi hingga keindahan alam Belitung yang digabungkan dan di visualkan sedemikian rupa hingga menciptakan berbagai macam produk, Salah satunya ialah Batik Tulis (Pangestu, 2018). Batik Tulis adalah batik yang paling tradisional dimana pembuatanyaan masih menggunakan canting yaitu alat yang akan mengeluarkan malam (lilin
batik). Menurut Inas Nabila (2021) motif Batik Tulis Kelayang tidak memiliki makna dalam karena di Belitung sendiri sebenarnya tidak ada budaya membatik
Dari data diatas dapat diambil kesimpulan bahwa Batik Tulis Kelayang Indonesia ini dapat dikembangkan lagi salah satunya dengan menggunakan Teknik Digital Printing dengan motif yang terinspirasi dari Batik Tulis hingga visual yang terdapat di Belitung itu sendiri. Teknik ini dipilih dengan mempertimbangkan para pengrajin yang sudah memiliki kemampuan dasar menggunakan softwear desain dan juga melihat kepopuleran dari digital printing sehingga teknik ini dapat menjadi peluang untuk dikembangkan. Hasil akhir dari penelitian ini adalah lembaran kain motif batik tulis Kelayang Indonesia dan visual tambahan dengan teknik digital printing yang akan digunakan sebagai material utama untuk produk Leisure Wear.
I.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut :
1. Adanya peluang untuk mengembangakan asset motif batik tulis Kelayang Indonesia dengan teknik Digital Printing.
2. Adanya peluang untuk menerapkan hasil olahan pengembangan motif untuk Leisure wear Kelayang Indonesia.
I.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, masalah yang muncul dirumuskan oleh penulis sebagai berikut:
1. Bagaimana cara mengkomposisikan motif, warna, dan bentuk asset motif batik tulis Kelayang Indonesia
2. Bagaimana membuat motif digital untuk produk leisure wear?
I.4 Batasan Masalah
Pada penelitian ini, penulis membatasi masalah berdasarkan beberapa aspek, diantaranya:
1. Teknik
Teknik yang digunakan oleh penulis pada penelitian ini adalah teknik digital printing.
2. Produk
Produk yang dihasilkan adalah lembaran kain motif dengan teknik digital print yang nantinya akan dibuat produk leisure wear.
I.5 Tujuan
Tujuan utama dalam penulisan penelitian ini adalah :
1. Mengembangkan potensi aset motif batik tulis Kelayang Indonesia
2. Menerapkan motif dengan inspirasi batik tulis Kelayang Indonesia dengan teknik digital printing untuk leisure wear
I.6 Manfaat
Adapun manfaat yang didapatkan dari penelitian ini, yaitu :
1. Memberikan inspirasi dan pengetahuan dalam proses pengembangan aset motif batik tulis Kelayang Indonesia.
2. Memberikan inspirasi dalam pembuatan leisure wear Kelayang Indonesia.
I.7 Metodelogi Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data kualitatif, diantaranya:
1. Studi Literatur
Mengumpulkan data-data melalui buku dan jurnal mengenai Motif, Batik tulis, Digital Printing, Leisure Wear, Belitung, IKKON, dan Kelayang Indonesia.
2. Wawancara
Melakukan wawancara dengan narasumber seperti fashion designer Kelayang Indonesia dan brand dengan fokus digital printing.
3. Observasi
Peneliti melakukan observasi secara daring mengenai brand- barand yang membuat produk digital printing dan leisure wear.
4. Eksplorasi
Membuat eksplorasi secara digital yang nantinya akan diterapakn untuk produk Leisurewear.
1.8 Kerangka Panelitian
1.9 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan pada penelitian terdiri dari beberapa bab, diantaranya:
BAB I PENDAHULUAN
Fenomena
Adanya perpindahan sektpr pendapatan Belitung dari timah menjadi ekonomi kreatif
Terbentuknya IKKON dengan tujuan mengembangkan potensi SDM dan SDA Belitung guna menciptakan daerah dengan ekonomi kreatif
Terbentuknya brand Kelayang Indonesia dari program IKKON
Urgensi Masalah
Adanya peluang untuk mengembangakan motif Batik Tulis Kelayang Indonesia dengan teknik Digital Printing.
Adanya peluang untuk menerapkan hasil olahan pengembangan motif untuk Leisure wear.
Tujuan
Meningkatkan nilai ekonomi kreatif daerah Belitung
Menambah pengetahuan dan memberikan inspirasi dalam pengembangan aset motif batik tulis Kelayang Indonesia
Metode Penelitian
Peneliatian ini menggunakan metode pengumpulan data kualitatif diantaranya:
Studi Literatur : buku dan jurnal
Wawancara : Fashion Designer Kelayang Indonesia dan brand Digital Printing.
Eksplorasi : eksplorasi motif secara digital dengan tahap eksplorasi awal, eksplorasi lanjutan dan eksplorasi akhir.
Analisa Perancangan
Konsep Perancangan
Kesimpulan
1.9 Sistematika Penulisan BAB 1 LATAR BELAKANG
Bab ini memaparkan mengenai latar belakang, identifikasi masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodelogi penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II STUDI LITERATUR
Bab ini menjelaskan mengenai teori utama dalam penulisan ini meliputi Motif, Digital Printing dan Leisure wear Kelayang Indonesia yang diambil dari buku, jurnal, dan artikel terpercaya.
BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN
Bab ini membahas data dari hasil metode penelitian yaitu data primer, data sekunder dan hasil eksplorasi yang meliputi teknik dan material.
BAB IV KONSEP PERANCANGAN DAN HASIL PERANCANGAN Bab ini menjelaskan konsep perancangan dan hasilnya, termasuk deskripsi konsep, target market, lifstyleboard, dan desain produk.
BAB V KESIMPULAN
Bab ini memuat kesimpulan dari keseluruhan hasil kegiatan penelitian, saran, dan rekomendasi.
BAB II Studi Literatur
II.1 Teori Motif
Merancang atau membuat motif adalah menuyusun dan memadukan bentuk- bentuk dasar motif sedemikian rupa hingga tercipta sebuah motif baru yang indah, serasi, benilai seni dan original (Suhersono, 2004: 19).
II.1.1 Klasifikasi Motif II.1.1.1 Motif Alam
Motif ini dipengaruhi oleh bentuk-bentuk alam nyata. Seperti hewan, tumbuhan, benda langit (matahari, bulan, bintang, dll.) dan panorama alam lainnya.
Gambar 2.1 Motif Alam
Sumber: fasnina.com (diakses pada tanggal 12 Maret 2022) II.1.1.2 Motif Dekoratif
Motif ini banyak dipengaruhi moleh bentuk alam namun disederhanakan dan pengolahannya secara imajinatif, misalnya hewan yang dibuat seperti bunga.
Gambar 2.2 Motif Dekoratif
Sumber: gambar.pro (diakses pada tanggal 12 Maret 2022)
II.1.1.3Motif Geometris
Motif ini adalah motif tertua karena sudah ada sejak zaman prasejarah, motif ini memiliki bentuk teratur yang dapat diukur, seperti persegi, lingkaran, dan segitiga dan bidang yang berulang.
Gambar 2.3 Motif Geometris
Sumber: moondoggiesmusic.com (diakses pada tanggal 12 Maret 2022) II.1.1.4 Motif Abstrak
Motif abstrak memeiliki bentuk yang tidak nyata, bentuk yang bebas dan abstrak ekspresif atau geometri.
Gambar 2.4 Motif Abstrak
Sumber: kibrispdr.org (diakses pada tanggal 12 Maret 2022) II.1.2 Teknik Menggambar Motif
Dalam pembuatan motif ragam hias terdapat teknik modifikasi daam menggambar (Fauzi,2019). Diantaranya sebagai berikut:
II.1.2.1 Teknik Stilasi
Stilasi adalah teknik mengubah bentuk asli dari sebuah objek dari berbagai arah dengan penggayaan yang bersifat dekoratatif, namun ciri khas dari bentuk asli
objek masih dapat terlihat jelas, stilasi dapat dilakukan untuk bentuk geometris, naturalis, dan alam.
Gambar 2.5 Contoh teknik stilasi
Sumber: sumber.belajar.kemdikbud.go.id (diakses pada tanggal 26 Maret 2022) II.1.2.2 Teknik Deformasi
Deformasi adalaha cara menggambar dengan menyederhanakan struktur maupun proposi bentuk asli dari sebuah objek.
Gambar 2.6 Contoh teknik deformasi
Sumber: sumber.belajar.kemdikbud.go.id (diakses pada tanggal 26 Maret 2022) II.1.2.3 Teknik Distorsi
Distorsi merupakan cara menggam,bar dengan melebih-lebihkan struktur bentuk asli sebuah objek membuat perubahan signifikan antara bentuk asli dan gambar.
Gambar 2.7 Contoh teknik distorsi
Sumber: sumber.belajar.kemdikbud.go.id (diakses pada tanggal 26 Maret 2022) II.1.3 Repetisi Motif
Repetisi motif terdiri dari gambar, bentuk, tekstur dan warna yang disusun berulang untuk membuat seamless pattern.Seamless pattern adalah pola yang tidak dapat diliat darimana pola dimulai dan berakhir (Halowko,2022).
Repetisi Motif terbagi menjadi beberapa macam, diantarnya:
II.1.3.1 Full Drop/Block Repeat
Full Drop/Block Repeat adalah sistem repitisi yang paling umum dan mudah.
Dibuat dengan menumpuk motif asli dalam bentuk kotak.
Gambar 2.8 Full Drop/Block Repeat Sumber: (Halowko,2022) II.1.3.2 Half Drop Repeat
Half Drop Repeat termasuk system yang sangat umum digunakan dalam pengulangan permukaan motif. Half Drop Repeat dibuat dengan menumpul modul secara vertikal kemudia setengahnya di baris vertikal selanjutnya. Teknik ataupun system ini membuat motif terlihat tidak terlalu formal/kaku.
Gambar 2.9 Half Drop Repeat Sumber: (Halowko,2022) II.1.3.3 Brick Repeat
Teknik ini mirip dengan Half drop reapeat hanya saja modul pada teknik ini disusun secara horizontal seperti susunan dinding bata.
Gambar 2.10 Brick Repeat Sumber: (Halowko,2022) II.2 Rekalatar
II.2.1 Pengertian Rekalatar
Reka latar merupakan penambahan nilai estetika berupa penambahan warna dan motif pada kain yang sudah ada, contohnya Batik, Digital Printing sablon, dll.
(Yang,2016)
II.2.2 Jenis Teknik
Reka latar memiliki banyak jenis teknik. Berikut adalah beberapa teknik rekalatar, yaitu:
II.2.2.1 Digital Printing
Digital printing adalah metode mentransfer gambar ke berbagai media seperti kertas atau kain. Biasanya pencetakan dilakukan dengan menggunakan printer inkjet atau laser.
Gambar 2.11 Proses Pembuatan Digital printing
Sumber: fashionmatrixoverseas.com (diakses pada tanggal 05 Januari 2021) II.2.2.2 Batik
Batik Batik merupakan sebuah teknik pengambaran kain menggunakan media canting dan lilin yang kemudian diberi warna . Istilah batik secara etimologi berasal dari Bahasa jawa yaitu “tik” yang artinya titik atau membuat sebuah titik, kata „amba‟ merupakan istilah “batik”. jadi batik tulis merupakan proses penulisan titik menggunakan malam/lilin pada kain menggunakan alat canting
Gambar 2.12 Proses Membatik
Sumber: dream.co.id (diakses pada tanggal 05 Januari 2021)
II.3 Batik
II.3.1 Sejarah Batik
Kerajaan Majapahit dan penyebaran islam di Tanah Jawa sangat berkaitan dengan sejarah pembatikan, bahkan dalam beberapa catatan pembatikan banyak dilakukan pada masa kerajaan Mataram, kerajaan Solo dan Yogyakarta. Kesenian batik di Indonesia telah dikenal sejak kerajaan Majapahit dan terus berkembang dan kesenian ini menjadi milik rakyat Indonesia terkhususnya suku Jawa setelah akhir abad ke-XVIII atau awal ke-XIX. Batik yang dihasilkan adalah batik tulis lalu berkembang batik cap setelah perang dunia kesatu. Banyaknya daerah pusat perbatikan di Jawa yang juga menjadi daerah santri sehingga hal ini dijadikan tokoh pedagang Muslim sebagai cara melawan perekonomian Belanda. Pada awalnya batik hanya dikerjakan dalam kraton dan hanya digunakan oleh keluarga kerajaan yang kemudian kesenian batik banyak ditiru oleh rakyat dan meluas hingga batik juga dapat digunakan oleh rakyat.
Gambar 2.13 Sejarah Seni Batik
Sumber: kebudayaan.kemdikbud.go.id (diakses pada tanggal 19 Desember 2021) II.3.2 Batik Tradisional
Dari sejarahnya dapat disimpulkan bahwa batik tradisional ada dua teknik pembuatan yaitu batik tulis dan batik cap.
a. Batik Tulis
Batik ini dibuat dengan menggunakan canting yaitu alat yang terbuat dari tembaga yang memiliki ujung berupa saluran/pipa kecil untuk mengeluarkan malam (lilin batik). Bentuk gambar/desain batik ini biasanya tidak ada pengulangan yang jelas dan gambar pun tampak lebih luwes dengan garis motif yang lebih kecil daripada batik cap dan motif
pada batik tulis juga tidak akan pernah sama bentuk dan ukurannya. Batik tulis memakan waktu 3 hingga 6 bulan untuk pembuatannya menyebabkan harga jual batik ini relatif lebih mahal.
Gambar 2.14 Batik Tulis
Sumber: kumparan.com (diakses pada tanggal 19 Desember 2021) b. Batik Cap
Batik cap ini dibuat dengan cap yaitu alat yang terbuat dari tembaga dan dibentuk sesuai motif yang biasanya berukuran 20 cm x 20 cm. Bentuk gambar/desain dari batik ini selalu ada pengulangan yang jelas dengan bentuk yang sama dan ukuran garis motif yang relatif lebih besar dari batik tulis. Batik cap ini mengejar harga jual yang lebih murah dan waktu produksi yang lebih cepat yaitu kisaran 1 hingga 3 minggu.
Gambar 2.15 Batik Cap
Sumber: batiksolo.id (diakses pada tanggal 19 Desember 2021) c. Batik Brush
Batik brush sebenarnya adalah batik tulis namun cara membuatnya tidak dengan canting melainkan dengan brush atau kuas untuk menyapukan malam diatas kain. Motif batik ini biasanya tidak memiliki makna tertentu hanya terinspirasi dari alam sekitar.
Gambar 2.16 Pencelupan Brush ke lilin Sumber: (Pangestu,2018) II.4 Teknik Digital Printing
Digital printing adalah teknik mencetak tinta pada suatu media sebagai bahan atau media lain dalam bentuk yang dibutuhkan, biasanya digital printing dilakukan dengan menggunakan printer laser atau inkjet (Daniel, 2017).
II.4.1 Sejarah Digital Printing
Mesin cetak pertama kali ditemukan pada tahun 1453 di Jerman oleh Johannes Gutenberg yang menyebabkan perubahan kehidupan manusia karena tulisan tulisan pada lembaran kertas (manuscript) pada saat itu berubah menjadi sebuah buku yang tertata dengan baik. Hingga akhir 1900-an terdapat empat teknik cetak, yaitu teknik cetak tinggi, cetak datar, cetak dalam, dan cetak saring (sablon). Memasuki abad ke-20, perkembangan telknolohi membuat teknik cetak menjadi lebih sederhana, cepat dan, canggih. Computer to film (CTF) merupakan tanda lahirnya telnolohi baru dalam percetakan, dimana proses pengolahan data dalam bentuk desain tanpa adanya proses lain. (Saharja, 2020).
Gambar 2.17 Mesin Cetak Pertama
Sumber:greelane.com (diakses pada tanggal 12 Maret 2022)
Moltchanova, 2011 menjelaskan penggunaan awal mesin jet printing pada serat tekstil terjadi pada awal tahun 1970, tetapi ini terbatas pada industri karpet.
Sedangkan Bukti perkembangan teknologi digital pada industry tekstil di Indonesia yaitu mulainya penggunaaan computer dan mesin digital printing pada bidang industry fesyen guna memenuhi kebutuhan pasar, meningkatkan kualitas produk dengan cepat dengan harga yang relatif lebih terjangkau namun tetap memberikan keuntungan bagi pengusaha (Slamet, 2012).
II.4.2 Macam-Macam Pewarnaan Digital Printing II.4.2.1 Water-based Pigment inks
Menggunakan pengikat pada permukaan serat dan tinta ini dapat memudar jika bahan pengikatnya rusak . namun proses secara keseluruhna lebih murah dan berdampak rendah terhadap lingkungan.
Gambar 2.18 Hasil Printing Pigment
Sumber: blog.deprintz.com (diakses pada tanggal 12 Maret 2022)
II.4.2.2 Reactive or acid dyes
Biasanya digunakan untuk serat selulosa (katun dan linen) dan serat protein (sutera dan wool) acid dyes dapat membuat warna yang lebih terang dibandingkan tinta pigment. Dan proses pewarnaanya lebih cepat namun pencetakan digital dengan pewarna ini kurang ramah lingkungan tetapi tidak beracun.
Gambar 2.19 Hasil tinta Reactive
Sumber: blog.deprintz.com (diakses pada tanggal 12 Maret 2022) II.4.2.3 Dye sublimation printing
Dye sublimation printingadalah proses yang digunakan untuk kain sintetis, desain dicetak pada gulungan khusus kemudian ditransfer ke permukaan kain dengan panas. Pencetakan sublimasi warna yang dihasilkan sangat cerah dan detail.
Gambar 2.20 Hasil Printing Sublimasi
Sumber: blog.deprintz.com (diakses pada tanggal 12 Maret 2022)
II.5 Leisure Wear
Dalam Bunka (2019) Leisure Wear merupakan pakaian untuk menikmati waktu rekreasi, yang digunkan di ruang terbuka dan materialnya cocok dengan kondisi lingkungan tertentu, fungsionalitas dan desain adalah yang terpenting. Leisure Wear merupakan pakaian casual yang sudah ada sejak1920an. Pakaian leisure wear terbuat dari bahan sintetis sehingga mudah dicuci (Debbie, 2016). Menurut observasi penulis trend busana leisure wear di Indonesia sudah ada sejak lama.
Semakin marak ketika pandemi Covid-19 mulai melanda dunia termasuk Indonesia, dimana banyak brand fesyen yang membuat pakaian casual yang nyaman seperti leisure wear.
Berikut adalah beberapa macam atau jenis yang termasuk kedalam Leisure wear.
a. Travel Wear
Pakaian yang terbuat dari material yang mudah diratur dan dirawat.
Gambar 2.21 Travel Wear by Lanivatti Sumber: lanivatti.com (diakses pada tanggal 13 Maret 2022) b. Hiking Wear
Pakaian ringan yang memudahkan langkah dan sesuai dengan suhu dan cuaca.
Gambar 2.22 Woman swutchback Jacket by Columbia Sumber: columbia.com (diakses pada tanggal 13 Maret 2022) c. Cycling Wear
Ringan dan tidak mengganggu pergerakan lutut.
Gambar 2.23 Cycling Wear by KILOmantra Sumber: kilomantra.com (diakses pada tanggal 13 Maret 2022) d. Beach Wear
Memiliki warna terang dengan memperlihatkan banyak bagian tubuh.
Gambar 2.24 Beach Wear by Olenkathelabel Sumber: @olenkathelable (diakses pada tanggal 13 Maret 2022) e. Fishing Wear
Terbuat dari material yang water-proof dan tahan lama dan lebih mengutamakan fungsionalitas.
Gambar 2.25 Fishing Wear by HUK Sumber: hukgear.co (diakses pada tanggal 13 Maret 2022) II.6 Profil Pulau Belitung
II.6.1 Sejarah Pulau Belitung
Belitung adalah bagian dari Provinsi Bangka Belitung, yang berbatasan dengan Laut Cina Selatan di sebelah utara, berhadapan dengan Kabupaten Belitung Timur pada bagian sebelah timur, sisi selatan berhadapan dengan Lut Jawa, dan pada sisi barat dengan Selat Gaspar. Pulau Belitung atau yang disebut Biliton dalam peta dunia memiliki sejarah panjang sebagai salah satu wilayah yang strategis untuk lalu lintas perdagangan pada zaman dulu dan membawa dampak bagi kehidupan
masyarakat hingga sekarang. Ada dua catatan tertua yang menyebutkan tentang Belitung, yaitu Dinasti Yuan (1279-1368) Buku 210 dan Hsing-Ch‟a Shenglan (1436). Kedua catatan ini menulis tentang keberadaan Belitung yang disebut Kau- lan atau Gao-lan. Hal ini dianggap sebagai salah satu petunjuk bahwa penduduk Belitung tidak hanya dari satu suku bangsa atau satu etnis melainkan banyaknya percampuran etnis karena pendatang yang menetap dan terjadinya proses kawin- mawin. (Potret Belitung: Negeri Laskar Pelangi,2013)
Ada beberapa kerajaan lokal yang pernah tumbuh dan berkembang di Belitung yaitu Kerajaan Badau, Balok, Belantu, dan Buding. Penemuan dan kemajuan dari pertambangan timah mengubah Belitung bahkan mengakhiri kekuasaan kerajaan- kerajaan local dan memunculkan kota-kota modern. Pangestu (2018) juga menjelaskan bahwa banyak orang-orang Suku Laut atau sering disebut sebagai Suku Sawang menetap di perairan Belitung dan memiliki peran penting untuk menjaga kerajaan lokal pada masa lalu. Di masa pertambangan timah Belanda Suku Sawang memiliki tugas sebagai pembuat wadah timah dari karung goni.
Pada tahun 1980an Pemerintah Belitung membuat kebijakan agar suku ini pindah ke darata hingga saat ini keturunan mereka menjadi bagian dari masyarakat Belitung.
Gambar 2.26 Suku Laut Sumber: (Pamgestu,2018)
Sejarah pertambangan timah juga berdampak bagi keberagaman etnis yang ada di Belitung. Ketika perusahaan Belanda menguasai timah sekitar 2.000 buruh di datangkan dari Hongkong, Guangzhou, Xiamen, Shantou, bahkan hingga tahun 1920 jumlah buruh Tionghoa terhitung mencapai 29 ribu atau 42 persen dari populasi di Belitung saat itu. Dan dianggap sebagai jejak etnis Tionghoa di Belitung.
Gambar 2.27 Pertambangan Timah
Sumber: indonesiana.id (diakses pada tanggal 20 Desember 2021)
Sejarah penyebaran Islam di Belitung dibuktikan dengan dibangunnya masjid pertama di Badau, namun situs ini sudah tidak diketahui lagi keberadaannya.
Salah satu ikon yang melambangkan kerukunan antarsuku, ras dan agama di Belitung adalah keberadaan masjid tua Al-Ikhlas dan Klenteng di Kecamatn Sijuk yang didirikan oleh dua saudara yang memiliki kepercayaan berbeda, bangunan ibadah ini masih berdiri kokoh hingga sekarang.
Gambar 2.28 Masjid Al-Ikhlas dan Klenteng
Sumber: travel.detik.com (diakses pada tanggal 20 Desember 2021)
Di masa Orde Baru, pemerintah membawa transmigrasi dari Bali yang akhirnya menetap dan membawa warna bagi kehidupan masyarakat Belitung. Tak hanya itu penduduk Belitung juga terdiri dari orang Bugis, Madura, dan Melayu dari Kalimantan dan Sumatera.
II.6.2 Sumber Daya
Belitung didominasi oleh usia produktif yang sangat berpotensi untuk berkembang tidak hanya itu Belitung juga memiliki Sumber Daya Alam yang melimpah yang akhirnya dijadikan sebagai mata pencaharian.
II.6.2.1 Sumber Daya Alam
Belitung dikenal sebagai salah satu pulau yang memiliki banyak sekali sumber daya alam. Mayarakat Belitung pada jaman dulu kerap memanfaatkan alam untuk kehidupan sehari hari, seperti membuat rumah dengan kayu, lalu daun sagu dan nipah untuk atap rumah. Tidak hanya itu Wisnubroto (2021) mengatakan bahwa di kawasan pulau Belitung terdapat empat potensi warisan geologi yang bernilai tinggi, yaitu geomorfologi granit di perairan pulau Belitung, reruntuhan kapal selam vulkanik purba, Dung The Pillow lava Siantu, Penemuan mineral timah terbesar di Asia Tenggara pada Formasi Kelapa Kampit, dan Meteorit (Tektit/Satam) tersebar di daerah berharga aluvial. Geopark Belitong juga dianggap unik karena keterkaitannya yang erat antara aspek geologi, biologi, dan budaya. Lanskap geologis Pulau Belitung yang unik merupakan rumah bagi berbagai macam flora dan fauna, beberapa di antaranya khas Belitung seperti ikan Hampala dan ikan Toman.
Gambar 2.29 Batu Granit
Sumber: belitunginfo.com (diakses pada tanggal 20 Desember 2021)
Pangestu (2018) juga menjelaskan pada 2012, pemerintah Indonesia menetapkan Belitung bersama tiga kabupaten lainnya sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) untuk pariwisata karena Belitung mampu menarik orang untuk berkunjung dan mengagumi pemandangan alam disana seperti keunikan bentang alam berupa batuan granit usia ratusan juta tahun yang menjadi salah satu ciri khas dan ditetpakan sebagai UNESCO Global Geopark. Daerah perbukitan juga tidak
terlewatkan dimana bukit bukit ini disertai dengan hutan yang lebat dengan keberadaan beragam spesies tumbuhan dan hewan, disana juga mereka menem,ukan sumber mata air yang digunakan untuk berbagai aktivitas kehidupan.
Sebagaimana tertuang dalam RIPPARKAB 2014, Kabupaten Belitung mewujudkan potensi-potensi ini dengan merumuskan pengembangan pariwisata dan kemudia memetakan kawasan termasuk perencanaan struktur kawasan pariwisata.
Gambar 2.30 Peta Wilayah Wisata Sumber: (Pangestu,2018)
Masyarakat Belitung yang sebagian besar bekerja di sector agraria juga menggunakan hasil alam sebagai mata pencaharian, yaitu seperti padi, tanaman palawija, lada, sawit, dan karet sebagai penopang perekonomian dan juga hasil timah pada masa lampau.
II.6.2.2 Sumber Daya Manusia
Pada 2016, tercatat penduduk Belitung adalah 178.721 jiwa dengan perincian penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan penduduk perempuan dan juga didominasi oleh usian 15 sampai 49 tahun atau dapat dikategorikan sebagai penduduk usia produktif, sehingga Kabupaten Belitung cukup berpotensi dalam mempersiapkan suber daya manusia yang berkualitas.(Pangestu,2018).
Gambar 2.31 Diagram Jumlah Penduduk Sumber: (Pangestu,2018)
Mata pencaharian utama tidak hanya di sector agraris namun kini tercatat ada sekita 20 persen dari penduduk Belitung yang berkecimpung di dunia pariwisata seperti hotel, restoran dan jasa dan juga sebagai pengrajin dikarenakan Belitung menjadi salah satu destinasi wisata popular.
II.6.3 Pengrajin Belitung
Tidak hanya keramik dan pertambangan timah, masyarakat Belitung juga kaya akan aneka rupa seni. Pangestu (2018) menyebutkan ada 39 komunitas ekonomi kreatif di Belitung mulai dari kuliner, kriya, fesyen, hingga aktivitas seni dan budaya. Berikuta adalah beberapa pengrajin yang ada di Belitung, yaitu :
Belitung Island Ceramic Art (BICA), Batik Sepiak Belitong, Anyaman Lais Desa Terong, Kerajinan Kayu – Bassinglah, Kerajinan Kayu – Kayuraye, Kerajinan Benang Komunitas Bekemas, Kerajinan Besi – Bekemas, Kerajinan Silber dan Batu-batuan dan Penjahit – Harun, Itulah beberapa pengrajin yang diajak berkolaborasi oleh IKKON.
Gambar 2.32 Pengrajin Belitung Sumber: (Pangestu,2018) II.6.4 IKKON
Wibowo (2018) menjelaskan bahwa Inovatif dan Kreatif melalui Kolaborasi Nusantara (IKKON) merupakan program yang digagas dan dilaksanakan oleh Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf). IKKON adalah program yang menempatkan sekelompok pelaku kreatif pada suatu wilayah di Indonesia yang bertujuan untuk mendorong dan membantu pengembangan potensi ekonomi kreatif lokal. Tujuan utama daiadakannya IKKON adalah untuk Meningkatkan kapasitas SDM setempat, kualitas dan daya saing produk lokal serta menciptakan ekosistem ekonomi kreatif yang kondusif, yang pada akhirnya menciptakan kesempatan kerja dan kesejahteraan masyarakat.
II.7 Kelayang Indonesia
II.7.1 Sejarah Kelayang Indonesia
Setelah melalui proses panjang tim IKKON akhirnya membuat jenama atau merek yaitu “Kelayang”. Nama ini terinspirasi oleh salah satu pantai termasyhur di Belitung. Nama pantai kelayang sendiri diberikan oleh masyarakat zaman dulu yang melihat banyak burung kelayang, atau kita kenal sebagai layanglayang, yang berlabuh di pantai tersebut. Logo Kelayang adalah sebuah gambar batuan granit.
Dengan logo ini Kelayangingin memberi kesan mendalam tentang keindahan alam Belitung serta memperlihatkan kegagahan batuan yang menjadi warisan geologi.
Gambar 2.33 Logo Kelayang Sumber: (Pangestu,2018)
Kelayang mengambil tema Cortex Indonesia Trend Forecast 2019-2020 demi menghormati semangat kebaruan seluruh masyarakat Belitung yang memilih untuk mengembangkan daerahnya dengan segala potensinya. Setelah tambang timah dan industri keramik tidak lagi menjadi tumpuan ekonomi, Belitung mulai fokus pada pariwisata. Dengan demikian, kami berusaha untuk membangun jembatan melalui karya kontemporer yang dibalut teknologi tepat guna untuk merangsang inovasi dan mengajak lebih banyak orang untuk menikmati dan berkontribusi membangun Belitung yang lebih baik. (Pangestu,2018).
II.7.2 Produk yang dihasilkan
Produk yang dihasilkan kelayang tebagi menjadi empat kategori meliputi Kelayang Home, Kelayang Merchandise, Kelayang Service Design, dan Kelayang Fashion.
II.7.2.1 Kelayang Fashion
Kelayang Fashion adalah kategori produk yang paling banyak peminatnya. Dalam kategori ini produk yang dihasilkan cukup bervariasi seperti, aksesoris, kain batik, sandal, dll.
f. Batik Tulis
Batik tulis di Belitung terus berinovasi dimana tidak banyak pengrajin yang menggunakan teknik tradisional, sehingga tim Kelayang melakukan pengembangan terhadap batik tulis dengan gambar kontemporer tanpa kehilangan makna kelokalan.
Gambar 2.34 Batik Tulis Sumber : (Pangestu,2018) g. Batik Brush
Kemampuan para pembatik di Belitung juga terbatas, sehingga detail- detail membatik yang dihasilkan pun juga terbatas. Oleh sebab itulah motif dan teknik pewarnaan yang ditawarkan kepada mereka lebih sederhana dari batik-batik pada umumnya. Dengan menggunakan brush atau kuas untuk menyapu lilin diatas kain. Motif polesan dari brush ini terinspirasi oleh ombak pantai Belitung yang indah. Selain itu, arsiran brush yang diterapkan pada kain menyerupai bentuk rumbia atap rumah orang-orang Belitung yang berasal dari daun sagu. (Pangestu,2018)
Gambar 2.35 Batik Brush Sumber : (Pangestu,2018)
h. Pakaian Siap Pakai
Tim Kelayang memilih 3 dari 6 penjahit untuk diajak berkolaborasi, rata rata penjahit di Belitung adalah penjahit rumahan yang membuat fashion designer dari Kelayang membuat desain dengan pola sederhana dan teknik clean cut untuk koleksi busana resort wear.
Gambar 2.36 Desain Pakaian Siap Pakai Sumber : (Pangestu,2018) i. Aksesoris Fesyen
Guna melengkapi keseluruhan tampilan resort wear aksesoris ini pun tercipta yang dibuat oleh pengrajin BERKEMAS dan BICA. Produk aksesoris ini terdiri dari: Tas Butun, Beach Bag, Sandals,dan Set Perhiasan
Gambar 2.37 Set Perhiasan Sumber : (Pangestu,2018)