• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Oleh : N I R W A N A

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI. Oleh : N I R W A N A"

Copied!
118
0
0

Teks penuh

(1)UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MURID PADA MATA PELAJARAN IPA KONSEP BENDA DAN SIFATNYA MELALUI PENGGUNAAN ALAT PERAGA DI KELAS IV SDN PANAIKANG I KOTA MAKASSAR. SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana pada program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dam Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Oleh : NIRWANA 10540 2893 09. UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR 2014.

(2) UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN LEMBAR PENGESAHAN Skripsi atas nama NIRWANA, NIM: 10540 2893 09 dterima dan disahkan oleh Panitia Ujian Skripsi berdasarkan surat keputusan Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar Nomor: 124 Tahun 1435 H/2014 M, tanggal 30 Syawal 1435 H/ 26 Agustus 2014 M sebagai salah satu syarat guna memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar S1 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar pada hari Minggu, tanggal 31 Agustus 2014. Makassar, 11 Dzulqaidah 1435 H 06 September 2014 M Panitia ujian: 1. Pegawas Umum. : Dr. Irwan Akib, M. Pd.. 2. Ketua. : Dr. A. Sukri Syamsuri, M. Hum. (.....................). 3. Sekretaris. : Khaeruddin, S. Pd, M. Pd.. (.....................). 4. Penguji. : 1. Kheruddin, S. Pd., M. Pd.. (.....................). 2. Nasrun, S.Pd., M. Pd.. (.....................). (.....................). 3. Drs. Kandacong Malle, M. Pd. (.....................) 4. Irmawanty, S. Si, M. Si.. Disahkan Oleh Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Dr. A. Sukri Syamsuri, M.Hum. NBM : 858 625. (.....................).

(3) UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PERSETUJUAN PEMBIMBING Nama. : NIRWANA. Stambuk. : 10540 2893 09. Jurusan. : Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Fakultas. : Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Judul Skripsi. : Upaya Peningkatan Hasil Belajar Murid Pada Mata Pelajaran IPA Konsep Benda dan Sifatnya Melalui Penggunaan Alat Peraga di Kelas IV SD Negeri Panaikang I Kota Makassar.. Setelah diperiksa dan diteliti ulang, skripsi ini telah memenuhi persyaratan untuk diujikan di hadapan Tim Penguji Ujian Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makasaar. Makassar, September 2014 Disetujui Oleh Pembimbing I. Pembimbing II. Dra. Andi Marliah Bakri, M.Si.. Drs. Kandacong Malle, M.Pd.. Diketahui, Dekan FKIP UNISMUH Makassar. Dr. A. Sukri Syamsuri, M.Hum. NBM : 858 625. Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Sulfasyah, MA., Ph.D. NBM. 970 635.

(4) UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN SURAT PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama. : NIRWANA. Nim. : 10540 2893 09. Jurusan. : Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Judul Skripsi. : Upaya Peningkatan Hasil Belajar Murid Pada Mata Pelajaran IPA Konsep Benda dan Sifatnya Melalui Penggunaan Alat Peraga di Kelas IV SD Negeri Panaikang I Kota Makassar.. Dengan ini menyatakan bahwa: Skripsi yang saya ajukan di depan TIM Penguji adalah ASLI hasil karya saya sendiri, bukan hasil ciplakan dan tidak dibuat oleh siapapun. Makassar ,. 2014. Yang membuat pernyataan Nirwana Diketehui Oleh, Pembimbing I. Dra. Andi Marliah Bakri, M.Si.. Pembimbing II. Drs. Kandacong Malle, M.Pd..

(5) UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN. SURAT PERJANJIAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama. : NIRWANA. NIM. : 10540 2893 09. Jurusan. : Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Dengan ini menyatakan bahwa : 1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesainya skripsi ini, saya yang menyusunnya sendiri (tidak di buat oleh siapapun). 2. Dalam penyusunan skripsi ini, saya akan melakukan konsultasi dengan pembimbing yang telah ditetapkan oleh pimpinan fakultas. 3. Saya tidak akan melakukan penjiplakan (plagiat) dalam menyusun skripsi ini. 4. Apabila perjanjian seperti butir 1, 2, dan 3 dilanggar, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku. Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.. Makassar ,. 2014. Yang membuat perjanjian. Nirwana.

(6) MOTTO DAN PERSEMBAHAN. Orang bijak berkata : “Hidup akan kerdil kalau hanya menggantungkan belas kasihan orang Hidup adalah proses belajar dan berjuang tanpa batas, kita harus keras pada diri sendiri dan berani bertanggung jawab atas kehidupan sendiri. Saat jatuh, berdiri lagi, kalah, bangun lagi, gagal, bangkit lagi. sikap mental yang demikian harus dimiliki siapa saja yang ingin meraih keberhasilan”. Kupersembahkan karya sederhana ini untuk orang-orang yang telah memberi pengaruh besar dalam hidupku. terutama kepada Kedua orang tuaku, sanak family serta teman-teman seperjuangan dialmamater biru.. vi.

(7) ABSTRAK Nirwana, 2014. Upaya Peningkatan Hasil Belajar Murid Pada Mata Pelajaran IPA Konsep Benda Dan Sifatnya Melalui Penggunaan Alat Peraga di Kelas IV SDN Panaikang I Kota Makassar. Skripsi. Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I Andi Marliah Bakri dan Pembimbing II Kandacong Malle. Permasalahan utama dalam penelitian ini adalah Bagaimana penggunaan alat peraga dalam pembelajaran IPA konsep benda dan sifatnya dapat meningkatkan hasil belajar murid di kelas IV SDN Panaikang I Makassar. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar murid pada mata pelajaran IPA konsep benda dan sifatnya melalui penggunaan alat peraga di kelas IV SDN Panaikang I Makassar. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yaitu berdaur ulang/bersiklus yang dilaksanakan sebanyak dua siklus. Prosedur penelitian meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi, dengan subjek penelitian adalah murid kelas IV SDN Panaikang I Makassar sebanyak 36 orang murid yang terdiri dari 17 orang laki-laki dan 19 orang perempuan pada tahun ajaran 2014. Data penelitian ini diperoleh dari hasil pengamatan di lapangan, dan pencatatan terhadap tindakan pembelajaran. Tehnik yang digunakan dalam mengumpulkan data, yaitu observasi, dan tes. Data yang diperoleh dideskripsikan dengan menggunakan tehnik analisis data kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai rata-rata hasil belajar murid pada Siklus I sebesar 65,41 kemudian meningkat menjadi 74,72, pada siklus II. Sedangkan dari segi persentase ketuntasan hasil belajar murid dapat dilihat dari siklus I yaitu 61,11% meningkat menjadi 86,11% pada siklus II yang tuntas. Dari hasil penelitian ini dapat di simpulkan bahwa dengan penggunaan Alat Peraga dalam pembelajaran IPA konsep benda dan sifatnya di kelas IV SDN Panaikang I Makassar mengalami peningkatan baik menyangkut hasil belajar murid maupun perubahan aktivitas kearah lebih positif, dari segi kehadiran, sikap dalam belajar maupun dalam mengerjakan tugas.. Kata kunci : Hasil belajar, Alat peraga. vii.

(8) KATA PENGANTAR. Alhamdulillah, kita haturkan syukur kehadirat Allah SWT, berkat petunjuk dan hidayah-Nya lah sehingga penulisan Skripsi ini dapat diselesaikan. Sholawat serta salam. senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW.. keluarga dan para sahabat-sahabatnya, yang senantiasa konsisten menjalankan risalah tauhid. Skripsi dengan judul “Upaya Peningkatan Hasil Belajar Murid pada Mata Pelajaran IPA Konsep Benda dan Sifatnya Melalui Penggunaan Alat Peraga di Kelas IV SDN Panaikang I Kota Makassar” merupakan karya tulis yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan akademis guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan guru sekolah dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar. Skripsi ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh kanena itu, selayaknya apabila pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu penulis, terutama kepada Dra.Andi Marliah Bakri, M.Si., dan Drs.Kandacong Malle, M.Pd., sebagai dosen pembimbing yang telah membimbing, mengarahkan, dan memotivasi penulis selama menyelesaikan penulisan skripsi ini. Tidak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada; (1) Dr. Irwan Akib, M. Pd., selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar; (2) Dr. A.. viii.

(9) Sukri Syamsuri, M.Hum., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar; (3) Sulfasyah, MA., Ph.D. sebagai ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar. serta seluruh dosen dan para staf. pegawai dalam lingkungan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah membekali penulis dengan serangkaian ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi penulis. Kepada mereka tiada kata yang patut diucapkan selain ucapan terima kasih yang tak terhingga dan do’a yang tulus dari penulis semoga semua yang diberikan mendapat pahala dan balasan yang setimpal dari Allah SWT. Amin. Akhirnya, penulis menyadari bahwa uraian yang disajikan dalam skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, kritikan dan saran dari berbagai pihak demi perbaikan dan penyempurnaan akan penulis terima dengan baik. Sehingga diharapkan kedepannya laporan ini dapat bermanfaat untuk mengembangkan pembelajaran, khususnya di Sekolah dasar. Kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT. dan hamba hanyalah manusia yang tak luput dari kesalahan dan kekhilafan. Akhir kata Billahi Fii Sabilil Haq, Fastabikul Khaerat. Wassalam.. Makassar,. Juni 2014. Penulis. ix.

(10) DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ............................................................................. HALAMAN PENGESAHAN .............................................................. LEMBAR PENGESAHAN................................................................ .. PERSETUJUAN PEMBIMBING...................................................... . SURAT PERNYATAAN..................................................................... . SURAT PERJANJIAN........................................................................ . MOTTO DAN PERSEMBAHAN........................................................ ABSTRAK............................................................................................. KATA PENGANTAR........................................................................... DAFTAR ISI.......................................................................................... DAFTAR TABEL................................................................................. DAFTAR GAMBAR.............................................................................. i ii iii iv v vi vii viii ix xi xiii xiv. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ............................................................................ B. Masalah Penelitian. ..................................................................... 1. Identifikasi Masalah .............................................................. 2. Pemecahan Masalah .............................................................. 3. Rumusan Masalah ................................................................. C. Tujuan penelitian......................................................................... D. Manfaat Penelitian ....................................................................... 1 4 4 5 5 6 6. BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka............................................................................. 1. Belajar.................................................................................. 2. Hasil Belajar......................................................................... 3. Pembelajaran IPA di SD ...................................................... 4. Benda dan Sifatnya............................................................... 5. Alat Peraga ........................................................................... 6. Penggunaan Alat Peraga dalam Pembelajaran IPA di SD .. B. Kerangka Pikir ............................................................................ C. Hipotesis Tindakan....................................................................... 7 7 10 15 18 20 25 27 28. BAB III METODE PENELITIAN A. B. C. D.. Jenis Penelitian............................................................................ Lokasi dan Subjek penelitian ...................................................... Fokus Penelitian ......................................................................... Prosedur Penelitian...................................................................... x. 29 29 29 30.

(11) E. F. G. H.. Instrumen Penelitian.................................................................... Tehnik Pengumpulan Data.......................................................... Teknik Analisis Data................................................................... Indikator Keberhasilan ................................................................. 32 32 33 34. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian............................................................................ B. Pembahasan Hasil Penelitian......................................................... 35 44. BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ...................................................................................... B. Saran............................................................................................. DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... DAFTAR LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP. xi. 51 51 53.

(12) DAFTAR TABEL No. Tabel. Judul tabel. Halaman. 3.1. Teknik Kategori Standar Berdasarkan Ketetapan Departemen Pendidikan Nasional .............................. 34. 3.2. Kategorisasi Ketuntasan belajar murid merujuk pada acuan yaitu KKM (65).................................................................. 34. 4.1. Distribusi frekuensi aktivitas belajar murid kelas IV SDN Panaikang I pada siklus I...................................................... 35. 4.2. Distribusi nilai statistik hasil belajar IPA murid kelas IV SDN Panaikang I Makassar pada siklus I ..................................... 36. 4.3. Distribusi frekuensi dan persentase skor tes hasil belajar IPA murid kelas IV SDN Panaikang I Makassar pada siklus I............. 37. 4.4. Distribusi frekuensi persentase dan kategori ketercapaian ketuntasan pada siklus I ................................................................ 38. 4.5. Distribusi frekuensi aktivitas belajar murid kelas IV SDN PanaikangI pada siklus II .................................................... 40. 4.6. Distribusi nilai statistik hasil belajar IPA murid kelas IV SDN Panaikang I Makassar pada siklus II ................................... 41. 4.7. Distribusi frekuensi dan persentase skor tes hasil belajar IPA murid kelas IV SDN Panaikang I Makassar pada siklus II........... 41. 4.8. Distribusi frekuensi persentase dan kategori ketercapaian ketuntasan pada siklus II.......................................... 42. 4.9. Perbandingan aktivitas belajar murid kelas IV SDN Panaikang I Makassar pada siklus I dan Siklus II................ 44. 4.10. Perbandingan nilai statistik hasil belajr IPA kelas IV SDN Panaikang I makassar pada siklus I dan siklus II ................ 48. 4.11. Perbandingan ketuntasan hasil belajar IPA pada murid kelas IV SDN Panaikang I Makassar dari siklus I ke siklus II..... 49. xii.

(13) DAFTAR GAMBAR. Gambar 2.1. Bagan kerangka pikir ........................................................ 28. Gambar 3.1. Desain penelitian siklus I dan II ........................................ 30. Gambar 4.1. Grafik perbandingan aktivitas murid dari siklus I ke siklus II....................................................... 44. Gambar 4.2. Grafik perbandingan nilai statistik hasil belajar murid dari siklus I ke siklus II ke siklus........................................ 48. Gambar 4.3. Grafik perbandingan ketuntasan belajar IPA pada siklus I dan siklus II.......................................................................... 50. xiii.

(14) DAFTAR LAMPIRAN. Lampiran. 1. RPP dan LKM Siklus I (Pertemuan 1 dan 2). Lampiran. 2. RPP dan LKM Siklus II (Pertemuan 1 dan 2). Lampiran. 3. Evaluasi Siklus I dan Siklus II. Lampiran. 4. Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus I dan Siklus II. Lampiran. 5. Lembar Observasi Aktivitas Murid Siklus I dan Siklus II. Lampiran. 6. Daftar Hadir Murid Kelas Siklus I dan Siklus II. Lampiran. 7. Data Hasil Tes Akhir Murid Siklus I dan Siklus II. Lampiran. 8. Dokumentasi. xiv.

(15) 1. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan memiliki peranan penting dalam kehidupan suatu bangsa guna menjamin perkembangan dan kelangsungan bangsa yang bersangkutan. Ia berfungsi sebagai alat pembentuk wujud masyarakat yang diinginkan. Dian Sukma (2007:31) menyebutkan bahwa melalui pendidikan diharapkan terbentuk pribadi-pribadi yang memiliki kepercayaan diri, disiplin, dan bertanggung jawab serta mampu mengungkapkan dirinya sebagai warga negara yang baik. Dalam undang-undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 3 disebutkan bahwa : “Pendidkan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokrasi serta bertanggung jawab." Guna terwujudnya fungsi dan tujuan pendidikan nasional diatas, pemerintah telah berupaya mewujudkannya melalui berbagai usaha pembangunan pendidikan yang lebih berkualitas melalui pengembangan dan perbaikan kurikulum dan sistem evaluasi, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan, serta pelatihan bagi guru dan tenaga kependidikan lainnya. (Dian Sukma, 2007:4) Namun sayangnya, berdasarkan pengamatan di lapangan, banyak ditemui kendala atau masalah yang dihadapi dalam proses pelaksanaanya. Menurut. 1.

(16) 2. Ahmad Susanto (2013) masalah yang dihadapi dunia pendidikan saat ini adalah masalah lemahnya pelaksanaan proses pembelajaran yang diterapkan para guru di sekolah. Proses pembelajaran yang diterapkan selama ini kurang mampu mengembangkan kemampuan berfikir murid. Ahmad Susanto (2013:166) menegaskan kembali bahwa proses pembelajaran di kelas khususnya pada mata pelajaran IPA (sains) di sekolah dasar masih banyak dilaksanakan dengan metode konvensional, dimana pelaksanaan pembelajaran di kelas lebih banyak diarahkan pada kegiatan mendengar dan menulis, menyebabkan isi pelajaran sebagai seperangkat fakta-fakta yang harus dihafal sehingga murid tidak memahami konsep yang sebenarnya. Murid hanya pintar secara teoritis tetapi miskin aplikasi. Padahal, untuk anak jenjang sekolah dasar, menurut Marjono(1996) dalam Susanto(2013:167),. hal. yang. harus. diutamakan. adalah. bagaimana. mengembangkan rasa ingin tahu dan daya berfikir kritis mereka terhadap suatu masalah. Oleh karena itu, pembelajaran IPA di sekolah dasar harus dilakukan dengan penyelidikan sederhana dan bukan hafalan terhadap kumpulan konsep IPA. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 16 Oktober 2013, di kelas IV SDN Panaikang I Makassar, ternyata guru disana masih mengalami beberapa masalah dalam proses pembelajaran di kelas khususnya pada mata pelajaran IPA seperti : 1) Guru mengalami kesulitan dalam merancang kegiatan murid dalam bereksperimen langsung karena keterbatasan Alat peraga IPA yang masih kurang terkadang ada akan tetapi tidak bisa digunakan (rusak), 2) Guru lebih mementingkan menjelaskan materi secara rutin setiap semester agar.

(17) 3. target kurikulum lebih cepat tercapai, 3) Guru kurang menuntun murid dalam melakukan percobaan sehingga mereka kesulitan dalam menggunakan alat atau bahan dan membuat laporan hasil percobaan, murid hanya mengerjakan soal-soal yang ada di buku LKS . Melihat masalah yang dihadapi diatas tampaknya guru masih kurang maksimal dalam menggunakan media pembelajaran khususnya penggunaan alat peraga dalam pembelajaran IPA. Para guru belum sepenuhnya melaksanakan pembelajaran secara aktif dan kreatif dalam melibatkan murid serta belum maksimal dalam menggunakan berbagai pendekatan/strategi pembelajaran yang bervariasi berdasarkan karakter materi pelajaran. Akibatnya siswa sekadar mengikuti pembelajaran sampai akhir tanpa mementingkan pengetahuan, siswa menampakkan kekurang-antusiasan dalam belajar sebab komponen pembelajaran kurang menarik dan kurang sesuai dengan minat dan karakter anak. Hal inilah yang menyebabkan pencapaian nilai rata-rata hasil belajar murid masih tergolong rendah yaitu 61,25 dari jumlah murid 36 orang. Dari jumlah murid tersebut, ternyata hanya 17 murid atau sekitar 47,22% saja yang telah mencapai nilai KKM. dan 19 murid yang lain atau sekitar 52,78% belum. memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM), yang ditetapkan sekolah yaitu 65. Dari data tersebut di atas maka dapat dikatakan bahwa pencapaian standar ketuntasan belajar IPA belum tuntas. Oleh sebab itu, guru dituntut kreatif dan inovatif dalam dalam memilih strategi pembelajaran yang sesuai dengan minat dan karakter siswa. Kekreatifan yang dituntut dari guru salah satunya adalah dengan menggunakan alat peraga sebagai media pembelajaran..

(18) 4. Menurut Brings (dalam Sadirman, 1996: 19) mengungkapkan bahwa alat peraga sebagai media pendidikan adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Proses belajar-mengajar yang menggunakan alat peraga membuat siswa mampu menyerap pelajaran dengan baik karena siswa terlibat secara lansung dengan situasi/pengalaman nyata sehingga mendorong keaktifan siswa dalam belajar. Hal ini dibuktikan pula dengan sebuah penelitian yang dilakukan oleh Andi Fatmawati (2011) dimana hasilnya menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan aktivitas belajar IPA melalui penggunaan alat peraga (KIT) IPA di kelas IV SDN Bontobahari Kab.Bulukumba. Hal tersebut dapat dibuktikan dari hasil observasi dari siklus I yakni persentasenya 42,25% kemudian meningkat pada siklus II menjadi 68,5%. Hal ini menunjukkan bahwa respon siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan alat peraga (KIT) IPA sangat tinggi. Berdasarkan pembahasan diatas, maka penulis tertarik melakukan penelitian yang berjudul : “Upaya peningkatkan hasil belajar murid pada mata pelajaran IPA konsep benda dan sifatnya melalui penggunaan alat peraga di kelas IV SDN Panaikang I Makassar”. B. MASALAH PENELITIAN 1. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka masalah yang diidentifikasi dalam penelitian ini antara lain : Guru mengalami kesulitan dalam merancang kegiatan siswa dalam bereksperimen langsung karena keterbatasan Alat peraga IPA yang masih kurang terkadang ada akan tetapi tidak bisa.

(19) 5. digunakan (rusak), Guru lebih mementingkan menjelaskan materi secara rutin setiap semester agar target kurikulum lebih cepat tercapai, kurang dipertimbangkannya. alat. peraga. menyebabkan. siswa. menampakkan. kekurang-antusiasan dalam belajar, hal inilah yang berdampak pada rendahnya hasil belajar murid pada mata pelajaran IPA. 2. Pemecahan Masalah Masalah utama dalam penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar murid kelas IV SD Negeri Panaikang I pada mata pelajaran IPA. Oleh karena itu, peneliti ingin memberikan suatu alternatif dalam mengatasi permasalahan tersebut, dengan cara menggunakan alat peraga. Proses belajar-mengajar yang menggunakan alat peraga membuat siswa mampu menyerap pelajaran dengan baik karena siswa terlibat secara lansung dengan situasi/pengalaman nyata sehingga mendorong keaktifan dan minat belajar siswa. 3. Rumusan Masalah a. Bagaimana penggunaan Alat Peraga dalam menigkatkan aktivitas pembelajaran IPA di kelas IV SDN Panaikang I Kota Makassar ? b. Apakah penggunaan Alat peraga dapat meningkatkan hasil belajar murid pada mata pelajaran IPA di kelas IV SDN Panaikang I kota Makassar ?.

(20) 6. C. TUJUAN PENELITIAN 1. Untuk mengetahui penggunaan Alat Peraga dalam menigkatkan aktivitas pembelajaran IPA di kelas IV SDN Panaikang I Kota Makassar 2. Untuk meningkatkan hasil belajar murid pada mata pelajaran IPA di kelas IV SDN Panaikang I melalui penggunaan alat peraga sebagai media pembelajaran. D. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Teoritis Memberikan sumbangan teori kepada para pengajar khususnya pengajaran IPA sebagai bahan bandingan yang akan dipedomani dalam pelaksanaan pembelajaran. dengan. menggunakan. alat. peraga. sebagai. media. pembelajaran dalam meningkatkan hasil belajar murid. 2. Manfaat Praktis a. Bagi guru, Sebagai bahan masukan untuk diterapkan dalam proses pembelajaran di kelas b. Bagi murid, dapat meningkatkan aktivitas dan minat belajar murid sehingga berpengaruh pada peningkatan hasil belajarnya c. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi awal bagi peneliti lain yang mengangkat tema sejenis. d. Bagi sekolah, sebagai masukan dalam upaya perbaikan dan peningkatan pembelajaran sehingga dapat menunjang tercapainya target kurikulum..

(21) 7. BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN A. KAJIAN PUSTAKA 1. Belajar a. Pengertian Belajar Untuk memudahkan pemahaman mengenai belajar, maka diawali dengan mengemukakan definisi belajar dari beberapa ahli pendidikan sebagai berikut : 1) Menurut Morgan (dalam Agus Suprijono, 2009:2) mengatakan bahwa belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil dari pengalaman. 2) Menurut Chaplin (dalam Dian Sukma, 2007:50) mengatakan bahwa belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman. 3) Belajar menurut W.S. Winkel (2002) dalam Ahmad Susanto(2013:4) adalah suatu aktivitas mental yang berlangsung dalam interaksi aktif antara seseorang dengan lingkungan, dan menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap yang bersifat relatif konstan dan berbekas. 4) Hamalik (2003) juga menegaskan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungannya, yang mencakup perubahan dalam kebiasaan (habit), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotorik) yang disebabkan oleh pengalaman dan latihan. 7.

(22) 8. Dari beberapa pengertian belajar diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar adalah suatu proses yang dialami seseorang dalam memperoleh perubahan perilaku,. yang. mencakup. perubahan. dalam. pengetahuan,. pemahaman,. keterampilan, dan nilai sikap yang bersifat relatif tetap, yang terjadi karena adanya interaksi dengan lingkungan melalui pengalaman atau latihan. b. Prinsip-prinsip Belajar Menurut Zainal Abidin (2010), prinsip belajar yang berkualitas yaitu : 1) Belajar suatu proses aktif dimana terjadi hubungan saling mempengaruhi secara dinamis antar pebelajar dengan lingkungannya. 2) Belajar senantiasa harus bertujuan, terarah dan jelas bagi pebelajar. Tujuan akan menuntutnya dalam belajar untuk mencapai harapanharapannya. 3) Senantiasa ada rintangan dan hambatan dalam belajar, karena itu pebelajar harus sanggup mengatasinya secara tepat 4) Belajar itu memerlukan bimbingan. Bimbingan itu baik dari pembelajar atau tuntutan dari buku pelajaran sendiri 5) Jenis belajar yang paling utama ialah belajar untuk berpikir kritis, lebih baik dari pembentukan kebiasaan-kebiasaan mekanis.. Sedangkan menurut Suprijono (2013:4-5), prinsip-prinsip belajar terdiri dari tiga hal, Pertama, prinsip belajar adalah perubahan perilaku. Kedua, belajar merupakan proses. Belajar terjadi karena didorong kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai. Belajar adalah proses sistemik yang dinamis, konstruktif, dan.

(23) 9. organik . Ketiga, belajar merupakan bentuk pengalaman. pengalaman pada dasarnya adalah hasil dari interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya. c.. Tujuan Belajar Menurut Zainal Abidin (2010) Belajar pada dasarnya adalah suatu. perubahan yang terjadi dalam diri manusia sebagai hasil dari aktivitas tertentu yang dilakukan secara sadar dan mempunyai tujuan serta sasaran yaitu tujuannya mengubah tingkah laku ke arah yang lebih berkualitas, sasarannya meliputi tingkah laku penalaran (kognitif), keterampilan (psikomotor), dan sikap (afektif). Sedangkan Sardiman (2004), mengemukakan bahwa pada dasarnya tujuan belajar terdapat tiga jenis, yaitu : 1) Untuk mendapatkan pengetahuan, yaitu suatu cara untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Dengan tujuan belajar ini akan lebih tepat sistem presentasi atau pemberian tugas materi pelajaran, 2) Untuk penanaman konsep dan keterampilan, yaitu suatu cara belajar menghadapi dan menangani objek-objek secara fisik dan psikhis. Pencapaian. tujuan. belajar. ini. cenderung. dilakukan. dengan. cara. pendemonstrasian, pengamatan, dan pelatihan, 3) Untuk pembentukan sikap, yaitu suatu kegiatan untuk menumbuhkan sikap mental, perilaku dan pribadi anak. Pencapaian tujuan belajar ini, dengan cara pemberian contoh perilaku yang perlu ditiru atau tidak, dengan mengarahkan anak dalam kegiatan mengamati, meniru dan mencontoh..

(24) 10. 2. Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar tersusun dari dua kata yaitu hasil dan belajar. Dalam kamus Bahasa Indonesia hasil artinya mutu yang diperoleh dari suatu aktivitas. sedangkan belajar adalah suatu proses yang dialami seseorang yang ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku yang relatif menetap. Secara sederhana, Susanto (2013:5) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan hasil belajar adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik sebagai hasil dari kegiatan belajar. Pengertian itu dipertegas lagi oleh K. Brahim dalam Susanto (2013:5) yang menyatakan bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu. Selanjutnya Susanto menegaskan kembali bahwa dalam kegiatan pembelajaran biasanya guru menetapkan tujuan belajar terlebih dahulu. Anak yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan tersebut. Untuk mengetahui apakah hasil belajar yang dicapai telah sesuai dengan tujuan yang dikehendaki maka dapat diketahui melalui evaluasi. Hamalik (2008:180) membagi evaluasi hasil belajar yakni : Perkembangan ranah kognitif yang meliputi,. pengetahuan dan pemahaman murid terhadap materi yang telah. dipelajari, perkembangan ranah afektif yakni sikap dan nilai atau perubahan.

(25) 11. tingkah laku murid, perkembangan ranah psikomotorik yakni aspek keterampilan murid. Berdasarkan defenisi dan uraian yang telah dikemukakan, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai murid yang dapat diamati setelah mengikuti program belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapakan yang meliputi tingkat penguasaan murid terhadap aspek pengetahuan dan keterampilan dan sika. b. Hasil Belajar IPA Tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik jika hasil belajar sesuai dengan standar yang diharapkan dalam proses pembelajaran tersebut. Dengan demikian hasil belajar IPA harus dikaitkan dengan tujuan pendidikan IPA yang telah tercantum dalam kurikulum dengan tidak melupakan hakekat IPA itu sendiri. Hasil belajar IPA dikelompokkan berdasarkan hakekat sains yang meliputi IPA sebagai produk, proses dan sikap ilmiah. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar IPA meliputi pencapaian IPA sebagai produk, proses dan sikap ilmiah. Menurut Muhammad Fatwa (2013: 10) Dalam segi produk, murid diharapkan dapat memahami konsep-konsep IPA dalam keterkaitannya dalam kehidupan sehari-hari. Dari segi proses, murid diharapkan memiliki kemampuan untuk mengembangkan pengetahuan, gagasan, dan menerapkan konsep yang diperolehnya untuk memecahkan masalah yang mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari. Dari segi sikap ilmiah murid diharapkan mempunyai minat untuk mempelajari benda-benda disekitarnya, bersikap ingin tahu, tekun kritis, mawas.

(26) 12. diri, bertanggung jawab, dapat bekerja sama dan mandiri, serta mengenal dan mengembangkan rasa cinta terhadap alam sekitar dan Tuhan Yang Maha Esa. Dengan demikian, hasil belajar IPA yang diharapkan di SD adalah hasil belajar yang mencakup penguasaan produk, proses dan sikap ilmiah. c. Macam-macam Hasil Belajar Hasil pemahaman. belajar konsep. sebagaimana (aspek. telah. kognitif),. dijelaskan keterampilan. diatas proses. meliputi (aspek. psikomotorik), dan sikap siswa (aspek afektif). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat berikut ini : 1) Pemahaman Konsep Pemahaman menurut Bloom (1979) dalam Susanto (2013:6) diartikan sebagai kemampuan untuk menyerap arti dari materi atau bahan yang dipelajari. Pemahaman menurut Bloom ini adalah seberapa besar siswa mampu menerima, menyerap, dan memahami pelajaran yang diberikan oleh guru, atau sejauh mana siswadapat menerima serta mengerti apa yang ia baca, yang dilihat, yang dialami, atau yang ia rasakan berupa hasil penelitian atau observasi langsung yang ia lakukan. Untuk mengukur hasil belajar siswa yang berupa pemahaman konsep, guru dapat melakukan evaluasi produk berupa tes baik secara lisan maupun tertulis. 2) Keterampilan Proses Keterampilan berarti kemampuan menggunakan pikiran, nalar, dan perbuatan secara afektif dan efesien untuk mencapai suatu hasil tertentu..

(27) 13. Usman dan Setiawati (1993) dalam Susanto (2013:9) Mengemukakan bahwa keterampilan proses merupakan keterampilan yang mengarah kepada pembangunan kemampuan mental, fisik, dan sosial yang mendasar dalam diri siswa. Indrawati (1993) dalam Susanto (2013:9) menyebutkan ada enam aspek keterampilan proses, yang meliputi : observasi, klasifikasi, pengukuran,. mengomunikasikan,. memberikan. penjelasan. atau. interpretasi terhadap suatu pengamatan dan melakukan eksperimen. Dalam. melatih. keterampilan. proses,. secara. bersamaan. dikembangkan pula sikap-sikap yang dikehendaki, seperti kreativitas, kerja sama, bertanggung jawab, dan berdisiplin sesuai dengan penekanan bidang studi yang bersangkutan. 3) Sikap Menurut Sardiman (1996) dalam Susanto (2013:11), sikap merupakan kecenderungan untuk melakukan sesuatu dengan cara, metode, pola, dan tehnik tertentu terhadap dunia sekitarnya baik berupa individu-individu maupun objek-objek tertentu. Sikap merujuk pada perbuatan, perilaku, atau tindakan seseorang. d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Secara umum ada dua faktor yang sangat mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam melakukan aktivitas belajar, yaitu faktor yang berasal dari dalam subjek belajar (faktor internal) dan faktor yang berasal dari luar subjek.

(28) 14. belajar (faktor eksternal). Islamuddin (2012:181) membedakan faktor- faktor tersebut sebagai berikut : 1) Faktor-faktor internal berupa : a) Faktor fisiologis, yang berhubungan dengan kondisi fisik terdiri dari faktor kesehatan, dan cacat tubuh. Apabila kondisi fisik terganggu misalnya badan yang lemah atau sakit dan keadaan fisik tidak normal/cacat misalnya fungsi mata atau pendengaran tidak berfungsi dengan baik, maka dapat dipastikan proses dan hasil belajar tidak akan maksimal. b) Faktor psikologis, terdiri atas intelegensi atau kecerdasan, sikap, minat, bakat, dan motivasi. 2) Faktor eksternal berupa : a) Faktor keluarga (cara orang tua mendidik relasi antara anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian keluarga, dan latar belakang kebudayaan), b) Faktor sekolah (metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan murid, disiplin sekolah, alat pelajaran, standar pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah), c) Faktor masyarakat (kegiatan murid dalam masyarakat, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat), Selain beberapa faktor diatas Syah (1999) dalam Fatmawati. (2001: 35). menambahkan satu faktor yang juga berpengaruh terhadap hasil belajar murid yaitu faktor lingkungan nonsosial. Faktor-faktor yang termasuk lingkungan.

(29) 15. nonsosial ialah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga murid dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan murid. Faktor- faktor ini dipandang dapat mempengaruhi keberhasilan belajar murid. 3.. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. a.. Hakekat Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan bagian dari ilmu pengetahuan. yang sering disebut juga dengan istilah pendidikan sains. Menurut H.W Fowler (dalam Trianto,2010 :136), IPA adalah pengetahuan yang sistimatis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan terutama pengamatan dan dedukasi. Adapun Wahyana (dalam trianto, 2010 : 136) mengatakan bahwa IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematik, dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangannya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa IPA adalah suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejalagejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan ekperimen serta sikap ilmiah seperti ingin tahu, terbuka, jujur dan sebagainya. Pada hakikatnya pembelajaran IPA dibangun atas dasar proses ilmiah, produk. ilmiah,. dan. sikap. ilmiah.. Susanto. (2013:167-169). kemudian. mengklasifikasikannya menjadi tiga bagian yaitu, Pertama IPA Sebagai proses diartikan semua kegiatan ilmiah untuk menyempurnakan pengetahuan tentang.

(30) 16. alam maupun untuk menemukan pengetahuan baru. Adapun proses dalam memahami IPA disebut dengan keterampilan proses sains, keterampilan ini merupakan keterampilan yang dilakukan oleh para ilmuwan, seperti mengamati, mengukur, mengklasifikasikan, dan menyimpulkan. Kedua, IPA sebagai produk diartikan sebagai hasil proses, berupa kumpulan pengetahuan yang telah dikaji oleh ilmuan seperti fakta-fakta, prinsip, hukum dan teori-teori IPA. Ketiga, IPA sebagai sikap dimaksudkan adalah cara pandang yang dipakai untuk mengetahui sesuatu. Sikap ilmiah harus dikembangkan dalam pembelajaran sains, sebab sikap tersebut harus dimiliki oleh seorang ilmuan dalam melakukan penelitian dan mengkomunikasikan hasil penelitiannya. Menurut Sulistyorini (2006) dalam Susanto (2013:169), ada sembilan aspek yang akan berkembang dari sikap ilmiah dalam pembelajaran sains, yaitu : sikap ingin tahu, ingin mendapat sesuatu yang baru, sikap kerja sama, tidak putus asa, bertanggung jawab, berfikir bebas dan kedisiplinan diri. Sikap diatas akan dikembangkan melalui kegiatan-kegiatan siswa dalam pembelajaran IPA saat melakukan diskusi, percobaan, simulasi, dan kegiatan proyek di lapangan. Dari uraian hakekat IPA diatas, dapat dipahami bahwa pembelajaran sains merupakan pembelajaran berdasarkan pada prinsip-prinsip, proses yang mana dapat menumbuhkan sikap ilmiah siswa terhadap konsep-konsep IPA. Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran IPA di sekolah dasar harus dilaksanakan dengan pengalaman langsung melalui kegiatan pengamatan, diskusi dan penyelidikan sederhana dan bukannya hafalan terhadap kumpulan konsep IPA..

(31) 17. b. Ruang Lingkup Pembelajaran IPA Dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP 2006) membagi ruang lingkup pembelajaran IPA di SD terbagi ke dalam 5 topik yaitu: 1) Makhluk hidup dan proses kehidupannya yaitu : manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya 2) Benda/materi, sifat-sifatnya dan kegunaannya meliputi : benda cair, padat, dan gas 3) Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya, dan pesawat sederhana 4) Bumi dan alam semesta, meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan bendabenda langit lainnya 5) Sains,. lingkungan. teknologi. dan. masyarakat. (SALINGTEMAS). merupakan penerapan konsep sains dan saling keterkaitannya dengan lingkungan, teknologi dan masyarakat melalui pembuatan suatu karya teknologi sederhana termasuk merancang dan membuat. c. Tujuan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar Menurut Susanto (2013:171) adapun tujuan pembelajaran sains di sekolah dasar dalam Badan Nasional Standar Pendidikan (BSNP, 2006) dimaksudkan untuk : 1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya. 2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 3) Mengembangkan rasa ingin tahu, kesadaran dan sikap positif..

(32) 18. 4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan. 5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam. 6) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan ketingkat pendidikan selanjutnya. 4. Benda dan Sifatnya Benda-benda yang ada disekitar kita dapat dibagi menjadi tiga, yaitu padat cair dan gas. Menurut Paijo Pandupraja pada pelajaran IPA tingkat SD kadang masih sering terdengar bentuk disamakan dengan wujud. Wujud benda yang sudah disetujui di alam hanya ada 3, yaitu padat, cair, dan gas. Langkah pertama bapak dan ibu guru menyediakan 3 macam benda yang wujudnya padat, cair, dan gas. Kemudian anak-anak diminta mengamati dan mengkonstruksi konsepnya. a.. Benda padat. Misalnya contoh bendanya adalah spidol. Spidol bentuknya apa? Wujudnya apa? bentuknya silinder, wujudnya padat. Coba lihat wujud spidol yang diletakkan di atas meja guru. Spidol kemudian dipindah diletakkan di atas buku, di meja siswa, diatas tas dan lain-lain. Apakah terjadi perubahan bentuk? Jawabannya tidak. Jadi padat adalah benda yang bentuknya tetap meskipun dipindah-pindah tempatnya.. b.. Benda cair, ambil beberapa wadah dengan bentuk yang berbeda, misalnya gelas bening, botol bening, dan mangkok bening. Masukkan air sebanyak 100 ml kedalam gelas bening. Amati bentuk air dalam gelas. Kemudian air dipindahkan ke dalam botol. Apakah terjadi perubahan bentuk? terakhir air.

(33) 19. dipindahkan ke dalam mangkuk. Pada setiap wadah terjadi perubahan bentuk benda cair. Jadi cair adalah benda yang bentuknya berubah seperti ruangan yang ditempatinya. c.. Benda gas. Bagaimana kita dapat melihat benda gas? Kita sediakan gelas minum dan bejana dari kaca yang berisi air setinggi gelas yang kita punya. Anak-anak ditanya benda apakah yang terdapat dalam gelas? Mereka akan menjawab kosong alias tidak ada isinya. Kemudian guru memasukkan gelas ke dalam bejana dengan posisi terbalik. Mengapa air tidak bisa masuk ke dalam gelas? Anak-anak akan menjawab karena gelas berisi udara. Udara wujudnya apa? gas. Bagaimana bentuk gas dalam gelas? mengisi seluruh ruangan. Jadi benda gas adalah benda yang mengisi seluruh ruangan yang tersedia (tidak seperti benda cair hanya mengisi ruang yang ditempati saja). Masing-masing benda tersebut di atas memiliki sifat yang dapat. membedakan jenis benda yang satu dengan jenis benda yang lainnya, seperti : a.. Benda padat, merupakan jenis benda yang memiliki sifat- sifat diantaranya adalah wujudnya tetap, dapat diubah bentuknya dengan cara tertentu dan mempunyai massa.. b.. Benda cair, mempunyai sifat diantaranya : 1) Bentuknya dapat berubah sesuai dengan wadah yang ditempatinya 2) Menempati ruang dan mempunyai massa 3) Permukaan benda cair selalu datar 4) Benda cair mengalir dari tempat tinggi ke tempat yang lebih rendah.

(34) 20. 5) Benda cair dapat melarutkan zat tertentu. c.. Benda gas dapat diketahui melaui sifat-sifatnya diantaranya : 1) Benda gas terdapat dimana-mana, contohnya udara 2) Benda gas menempati ruang dan mempunyai massa 3) Bentuknya dapat berubah-ubah sesuai dengan ruang yang ditempatinya.. 5. Alat Peraga a. Pengertian alat peraga Menurut teori “kerucut pengalaman” yang dikemukakan. Edgare. Dale(1969) dalam Indriana (2011:47) menyatakan bahwa pengetahuan akan semakin abstrak apabila disampaikan melalui kata verbal. Akibatnya siswa hanya akan memahami suatu pengetahuan dalam bentuk kata, tanpa mengerti dan memahami maknanya. Karena itulah, siswa harus memiliki pengalaman yang lebih konkret agar tidak salah persepsi terhadap pengetahuan yang diajarkan. Salah satu caranya adalah dengan menggunakan alat peraga sebagai media pembelajaran. Menurut Arsyad (2013:9) yang dimaksud dengan alat peraga adalah media alat bantu pembelajaran, dan segala macam benda yang digunakan untuk memperagakan materi pelajaran. Alat peraga disini mengandung pengertian bahwa segala sesuatu yang masih bersifat abstrak, kemudian dikonkretkan dengan menggunakan alat agar dapat dijangkau dengan pikiran yang sederhana dan dapat dilihat, dipandang, dan dirasakan. Sedangkan menurut Brigss(1979) dalam Indriana (2011:14) mengungkapkan bahwa alat peraga sebagai media pengajaran adalah alat-alat fisik untuk menyampaikan materi pelajaran yang dapat.

(35) 21. merangsang siswa supaya terjadi proses belajar. Lebih lanjut Yaumi dan Syafei (2012) dalam Arsyad (2013:10) menyatakan bahwa alat peraga adalah alat-alat yang digunakan guru dalam proses mengajarnya supaya segala sesuatu yang diajarkan mudah dipahami anak didik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, alat peraga lebih khusus dari media dan teknologi pembelajaran karena alat peraga hanya berfungsi untuk memperagakan materi pelajaran yang masih bersifat abstrak. b. Tujuan Penggunaan Alat Peraga Menurut Drs. Soekarto Indra Fachrudi, dkk bahwa tujuan alat-alat pelajaran/alat peraga sangat penting digunakan dalam proses belajar mengajar diantaranya : 1) Memberikan dasar yang kuat dan konkret bagi anak untuk berfikir (dari abstrak ke hal-hal yang konkret) 2) Menjadikan proses belajar mengajar lebih efektif dimana fungsi-fungsi indra terangsang secara keseluruhan 3) Menghilangkan cara mengajar yang verbalisme 4) Memberikan. situasi/pengalaman. yang. nyata. sehingga. mendorong. keaktifan anak dalam belajar. c. Bentuk Alat Peraga Alat peraga dapat berbentuk gambar dan benda-benda yang menyerupai dan mengandung makna suatu konsep yang akan diajarkan. Adapun bentuk alat.

(36) 22. peraga yang sering dipergunakan dalam proses belajar mengajar menurut Zainal Abidin (2013), sebagai berikut 1) Bahan-bahan cetakan Bahan cetakan merupakan media visual yang pembuatannya melalui proses pencetakan, yang menyajikan berbagai pesan melalui huruf dan gambar-gambar ilustrasi. Fungsinya sebagai penjelas pesan atau informasi yang disajikan. Contoh media bahan cetak adalah buku teks, modul, dan bahan pengajaran atau buku panduan. 2) Alat-alat Audio dan Visual Media audio adalah media yang menyampaikan pesannya ditangkap dengan indar pendengaran saja. Hal ini karena media tersebut hanya mengeluarkan suara tanpa ada suara dan pesan konkret lainnya. Yang termasuk media audio adalah radio, rekaman suara dan CD. Sedangkan media visual berkaitan dengan penglihatan. Media visual dapat memperlancar pemahaman dan memperkuat ingatan. Bentuk Media visual bisa berupa : a) Gambar representasi seperti gambar, lukisan atau foto, yang menunjukkan bagaimana tampaknya suatu benda. b) Diagram, yang melukiskan hubungan-hubungan konsep, organisasi, dan struktur isi materi. c) Peta, yang menunjukkan hubungan-hubungan ruang antara unsur-unsur dalam isi materi. d) Grafik, seperti tabel, grafik, dan bagan..

(37) 23. 3) Kumpulan benda-benda atau bahan-bahan Kumpulan atau koleksi benda dan bahan-bahan pelajaran yang dibuat atau yang telah dimodifikasi dari bentuk aslinya menjadi sebuah model tertentu. Misalnya memodifikasi bentuk dari tata surya atau memodifikasi susunan anatomi manusia(organ dalam tubuh manusia). 4) Perilaku guru ketika mengajar yang dicontohkan kepada siswa. Hal yang didasarkan pada fungsi yang melekat dalam hal ini adalah yakni berdasarkan pada sesuatu yang dilakukan dan cara melakukannya. Murid tidak akan dapat memahami suatu konsep yang diajarkan apabila belum diperlihatkan atau dipraktekkan langsung oleh gurunya. Oleh sebab itu media berbasis manusia dapat mengarahkan dan mempengaruhi proses belajar siswa melalui eksplorasi terbimbing dan memberinya pengalaman secara langsung apa yang terjadi pada lingkungan belajar. Alat peraga sebagai media pembelajaran adalah sarana dan prasarana yang digunakan oleh guru untuk menyampaikan informasi kepada siswa agar mereka dapat mencapai tujuan pembelajaran. Jika sarana dan prasarana belajar memadai, minat siswa untuk mempelajari suatu bahan/materi pelajaran akan besar. Sebaliknya, jika sarana dan prasarana belajar tidak memadai, minat siswa pun tentunya akan berkurang. Dalam hal ini, guru dituntut kreatif dan inovatif dalam dalam memilih strategi pembelajaran yang sesuai dengan minat dan karakter siswa..

(38) 24. d. Prinsip-prinsip Pemilihan dan Penggunaan Alat Peraga Sebagaimana dipahami bahwa setiap alat peraga sebagai media pengajaran memiliki keampuhan masing-masing, maka diharapkan kepada guru agar menentukan pilihannya sesuai dengan kebutuhan pada saat pertemuan. Hal ini dimaksudkan agar penggunaan alat peraga tidak menjadi penghalang proses belajar mengajar yang akan guru lakukan, yakni alat bantu yang dapat mempercepat/mempermudah pencapaian tujuan pengajaran. Menurut Zaenal Abidin (2013) Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan alat peraga, antara lain : 1) Kesesuaian dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai 2) Praktis, luwes, dan bertahan. artinya bertahan lama, mudah dipindahkan dan digunakan oleh siapa saja. 3) Guru terampil menggunakannya dalam proses pembelajaran 4) Ketersediaan alat peraga hendaknya mudah diperoleh dari lingkungan sekitar rumah dan sekolah. Rahadjo (1991), memberikan tiga pertimbangan kelayakan yang dapat dipakai pengajar untuk memilih alat peraga sebagai media pembelajaran adalah sebagai berikut: 1) Kelayakan praktis, seperti: Keakraban pengajar dengan media yang akan digunakan,. ketersediaan. media. di. lingkungan. belajar. setempat,. ketersediaan waktu untuk mempersiapkan, dan ketersediaan sarana untuk fasilitas pendukungnya..

(39) 25. 2) Kelayakan teknis seperti: relevan dengan tujuan yang ingin dicapai (kualitas pesan atau kurikuler), dan merangsang terjadinya proses belajar mengajar. 3) Kelayakan biaya: biasanya faktor kelayakan biaya baru ditinjau bila memenuhi persyaratan teknis lebih dari satu, yaitu apakah biaya yang dikeluarkan seimbang dengan manfaat yang akan diperoleh. Berdasarkan beberapa uraian tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pemilihan alat peraga sebagai media pembelajaran didasarkan pada tujuan yang akan dicapai dan kemampuan untuk pengadaannya, dan menggunakannya. 6.. Penggunaan Alat Peraga dalam Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA di SD seharusnya disesuaikan dengan perkembangan. anak. Menurut Piaget, anak usia sekolah dasar yang berkisar antara 6 atau 7 tahun sampai 11 atau 12 tahun masuk dalam kategori fase operasional konkret. Pada fase ini menunjukkan adanya sikap keingintahuannya yang cukup tinggi untuk mengenali lingkungannya. Dalam kaintannya dengan tujuan pendidikan sains, maka `pada anak sekolah dasar meraka harus diberikan pengalaman serta kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berfikir dan bersikap terhadap alam, sehingga dapat mengetahui rahasia dan gejala-gejala alam yang diarahkan pada proses membangun pengetahuan yang bermakna melalui interaksi murid multi arah dengan memanipulasi alat dan bahan di lingkungan sekitar sebagai wahana proses belajarnya. Pembelajaran dapat dilakukan dengan menggunakan benda-benda. konkret. atau. menggunakan. pelaksanaannya difasilitasi oleh guru.. alat. peraga. di. mana. dalam.

(40) 26. Adapun langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam pembelajaran IPA dengan menggunakan alat peraga diantaranya yaitu :. a. Menyampaikan tujuan dan pokok-pokok pembahasan materi tentang wujud benda dan sifatnya b. Membagi murid kedalam beberapa kelompok dan memfasilitasinya dalam melakukan percobaan/praktek di kelas. c. Membimbing murid mendemonstrasikan, menganalisis, menyelesaikan masalah/tugas yang diberikan oleh guru dalam Lember Kegiatan Murid. Langkah pertama yang dapat ditempuh bapak dan ibu guru yakni menyediakan 3 macam benda yang wujudnya padat, cair, dan gas. Kemudian anak-anak diminta mengamati dan mengkonstruksi konsepnya. 1) Untuk benda padat. Misalnya contoh bendanya adalah spidol. Spidol bentuknya apa? Wujudnya apa? bentuknya silinder, wujudnya padat. Coba lihat wujud spidol yang diletakkan di atas meja guru. Spidol kemudian dipindah diletakkan di atas meja siswa, diatas tas dan lain-lain. Apakah terjadi perubahan bentuk? Jawabannya tidak. Jadi padat adalah benda yang bentuknya tetap meskipun dipindah-pindah tempatnya. 2) Untuk benda cair, ambil beberapa wadah dengan bentuk yang berbeda, misalnya gelas bening, botol bening, dan mangkok bening. Masukkan air sebanyak 100 ml kedalam gelas bening. Amati bentuk air dalam gelas. Kemudian air dipindahkan ke dalam botol. Apakah terjadi perubahan bentuk? terakhir air dipindahkan ke dalam mangkuk. Pada setiap wadah terjadi perubahan bentuk benda cair. Jadi cair adalah benda yang bentuknya berubah seperti ruangan yang ditempatinya. 3) Sedangkan untuk benda gas. Bagaimana kita dapat melihat benda gas? Kita sediakan gelas dan bejana dari kaca yang berisi air setinggi gelas yang kita punya. Anak-anak ditanya benda apakah yang terdapat dalam gelas? Mereka akan menjawab kosong. Kemudian guru memasukkan gelas ke dalam bejana dengan posisi terbalik. Mengapa air tidak bisa masuk ke dalam gelas?. Bagaimana bentuk gas dalam gelas? mengisi seluruh ruangan. Jadi benda gas adalah bentuknya berubah sesuai wadahnya dan mengisi seluruh ruangan yang tersedia..

(41) 27. d. Membimbing murid menyimpulkan dan menyajikan hasil diskusi baik secara individual maupun kelompok e. Memberi tindak lanjut berupa pemberian tugas (evaluasi) B. KERANGKA PIKIR Proses pembelajaran merupakan interaksi antara siswa, guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dalam proses pembelajaran, baik guru maupun siswa dituntut aktif dalam proses pembelajaran. Akan tetapi dalam hal ini guru mengalami beberapa masalah dalam proses pembelajaran di kelas khususnya pada mata pelajaran IPA seperti : 1) Guru mengalami kesulitan dalam merancang kegiatan siswa dalam bereksperimen langsung karena keterbatasan Alat peraga IPA, terkadang ada akan tetapi tidak bisa digunakan (rusak), 2) Guru lebih mementingkan menjelaskan materi secara rutin agar target kurikulum lebih cepat tercapai, 3) Murid hanya mengerjakan soal-soal yang ada di buku LKS. Akibatnya, murid menjadi pasif dan kurang antusias dalam mengikuti proses pembelajaran. Berdasarkan hal tersebut diatas, dibutuhkan sebuah pemilihan strategi belajar yang tepat dan lebih bervariasi agar dapat meminimalisasi masalah diatas. Kekreatifan yang dituntut dari guru dalam memilih strategi belajar salah satunya adalah dengan menggunakan alat peraga sebagai media pembelajaran karena penggunaan. media. pembelajaran. secara. intensif. meningkatkan keaktifan dan minat belajar siswa.. pada. dasarnya. dapat.

(42) 28. Berikut. digambarkan. alur. pelaksanaan. penelitian. dalam. upaya. peningkatkan hasil belajar murid pada mata pelajaran IPA dengan menggunakan alat peraga. Kondisi Awal. Proses Tindakan Peggunaan Alat Peraga. Aspek Guru/Pembelajaran :  Monoton ceramah  Kurang melibatkan siswa dalam proses pembelajaran  Kurang maksimal dalam menggunakan alat peraga dalam pembelajaran. Aspek Guru/Pembelajaran :  Penggunaan metode yang lebih bervariatif  Melibatkan siswa dalam proses pembelajaran  Menggunakan alat peraga dalam pembelajaran.   . . Aspek Murid : Kurang antusias Kurang termotivasi Kurang dilibatkan dalam proses belajar(pasif) Hasil belajar rendah. Aspek Murid :  Lebih antusias dalam mengikuti pelajaran  Lebih termotivasi belajar IPA  Terlibat langsung dalam proses belajar(aktif). Melaui Siklus I dan Siklus II. Rekomendasi Penelitian Selanjutnya. Kondisi. Hasil Belajar Meningkat. Akhir Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir. C. HIPOTESIS TINDAKAN Berdasarkan kajian teoritis di atas, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini, yaitu ” jika guru menggunakan alat peraga pada proses pembelajaran IPA dikelas IV SDN Panaikang I Makassar maka hasil belajar murid akan meningkat.”.

(43) 29. BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS PENELITIAN Jenis penelitian ini digolongkan ke dalam penelitian tindakan kelas atau classroom action research. Penelitian ini dilakukan untuk menggambarkan dan mengamati proses belajar pada mata pelajaran IPA melalui penggunaan alat peraga dalam meningkatkan hasil belajar murid kelas IV SDN Panaikang I Makassar. Penelitian tindakan kelas ini merupakan salah satu upaya memperbaiki praktik pembelajaran IPA agar lebih bermanfaat. Dengan demikian, guru dapat mengetahui secara jelas masalah-masalah yang ada di kelas dan cara mengatasi masalah tersebut. Adapun mekanisme pelaksanaannya dengan dua siklus. Setiap siklus masing-masing dilaksanakan dengan tahapan yaitu tahap (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi. B. LOKASI DAN SUBJEK PENELITIAN Lokasi penelitian ini adalah di SDN Panaikang I Makassar. Subjek penelitian ini adalah siswa pada kelas IV yang berjumlah 36 orang siswa yang terdiri atas 17 laki- laki dan 19 perempuan. C. FOKUS PENELITIAN Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka faktor yang akan diselidiki adalah: 1. Faktor proses, yaitu mengenai aktivitas Guru dan murid selama proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar observasi.. 29.

(44) 30. 2. Faktor Hasil, yaitu untuk melihat hasil pembelajaran IPA apakah terjadi peningkatan atau tidak terhadap materi yang disajikan kepada peserta didik dengan cara menilai hasil belajar murid dengan memberikan evaluasi tes akhir siklus. D. PROSEDUR PENELITIAN Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari dua siklus. Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai. Adapun rincian prosedur penelitian tindakan kelas yang berdaur ulang digambarkan sebagai sebagai berikut:. Perencanaan. Refleksi. SIKLUS 1. Pelaksanaan. Pengamatan Perencanaan Refleksi. SIKLUS II. Pelaksanaan. Pengamatan Berhasil. Gambar 3.1 Desain Penelitian Siklus I dan II.

(45) 31. 1. Tahap Persiapan Tindakan Sebelum melakukan tindakan dalam penelitian ini, terlebih dahulu diadakan persiapan antara lain: a.. Mengadakan pertemuan dengan guru IPA di kelas IV untuk menelaah kurikulum untuk materi yang akan diajarkan.. b.. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berdasarkan materi yang akan diajarkan.. c.. Membuat alat peraga sesuai materi yang akan diajarkan.. d.. Membuat lembar observasi untuk mengamati proses belajar mengajar Siklus I.. e. Membuat tes akhir Siklus I 2. Tahap Pelaksanaan Tindakan a. Melaksanakan tindakan berdasarkan rencana pembelajaran yang telah disiapkan, yaitu pembelajaran IPA dengan menggunakan alat peraga. b. Memantau aktifitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung c. Melaksanakan tes pada akhir pembelajaran untuk mengetahui tingkat ketuntasan belajar siswa. d. Melakukan refleksi terhadap pelaksanaan pembelajaran . 3. Observasi. Mengamati dan mengumpulkan data tentang pelaksanan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan. Semua kejadian dalam kelas dicatat oleh peneliti..

(46) 32. 4. Tahap Refleksi. Refleksi dilakukan tiap akhir pembelajaran berdasarkan hasil yang diperoleh selama pengamatan, lalu merumuskan analisis perbaikan. Berdasarkan hasil refleksi tersebut dengan dilakukan perbaikan tindakan berikutnya. E. INSTRUMEN PENELITIAN Untuk memperoleh data penelitian digunakan instrumen penelitian. Instrumen penelitian ini, yaitu alat yang digunakan dalam mengumpulkan data seperti lembar observasi, dan lembar tes (soal). Observasi dilakukan dengan mengamati segala aktivitas siswa saat pembelajaran berlangsung. Tes diberikan untuk mengetahui hasil belajar dan tingkat pemahaman siswa terhadap materi yng diberikan F. TEHNIK PENGUMPULAN DATA Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian tindakan kelas, antara lain sebagai berikut : 1.. Observasi, digunakan untuk mengamati keaktifan dan kerjasma siswa dalam belajar yang dibuat dalam bentuk format untuk mengumpulkan data tentang kondisi. pembelajaran. selama. tindakan. penelitian. diambil. dengan. menggunakan lembar observasi yang dikembangkan sendiri oleh peneliti. 2.. Tes, digunakan untuk mengumpulkan dan menyajikan data tentang kualitas pembelajaran IPA murid diambil dengan menggunakan LKS dan tes hasil belajar pada akhir setiap siklus dalam bentuk ulangan harian.

(47) 33. G. TEHNIK ANALISIS DATA Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan akan dideskripsikan dengan menggunakan tehnik analisis data kualitatif dan kuantitatif, sebagai berikut: 1.. Data hasil observasi menggunakan format observasi dianalisis secara kualitatif. dengan menghitung persentase (%) keterlibatan siswa dengan. setiap aspek yang diamati ketika pembelajaran IPA dengan menggunakan alat peraga.. Persentase. keterlibatan. siswa. dalam. pembelajaran. dihitung. menggunakan rumus: Persentase(%) = Frekuensi x 100 Jumlah Murid 2.. Data hasil tes dianalis secara kuantitatif menggunakan statistik deskriptif sederhana dengan menghitung nilai perolehan, rata-rata kelas, dan persentase (%) ketuntasan. Dengan rumus berikut : Nilai perolehan siswa =. Skor perolehan Skor ideal. x 100. Rata-rata kelas dihitung dengan menggunakan rumus: Nilai rata-rata kelas =. Jumlah nilai murid x 100 Jumlah semua murid. Persentase ketuntasan dihitung menggunakan rumus: Persentase ketuntasan =. Jumlah nilai murid ≥ 65 Jumlah semua murid. x 100. Nilai yang diperoleh murid kemudian dikategorikan berdasarkan teknik kategori standar yang ditetapkan oleh Departemen Pendidikan Nasional (2006) yaitu:.

(48) 34. Table 3.1 Teknik Kategori Standar Berdasarkan Ketetapan Departemen Pendidikan Nasional No.. Skor 0 – 34. Kategori Sangat rendah. 35 – 54. Rendah. 55 -- 64. Sedang. 65 – 84. Tinggi. 85 – 100. Sangat tinggi. Tabel 3.2 Kategorisasi Ketuntasan belajar murid merujuk pada acuan yaitu KKM (65) Nilai KKM. Kategori. ≥ 65 < 65. Tuntas Tidak Tuntas. H. INDIKATOR KEBERHASILAN Indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini adalah: 1. Indikator Proses, apabila terjadi peningkatan baik menyagkut kualitas guru dalam mengajar maupun peningkatan keterlibatan murid dalam proses pembelajaran dengan menggunakan Alat peraga dan berada pada kategori baik. 2. Indikator Hasil, Adapun hasil belajar murid secara individu mencapai nilai KKM yang ditetapkan sekolah (65), dan secara secara klasikal terdapat 85% murid yang memperoleh nilai minimal = KKM.

(49) 35. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN Pada bab ini akan dibahas hasil penelitian yang telah dilakukan pada pokok bahasan benda dan sifatnya dengan menggunakan alat peraga di kelas IV SDN Panaikang I Makassar. 1. Hasil Penelitian Siklus I a. Hasil Observasi Aktivitas Belajar Murid Berdasarkan data yang diperoleh dari lembar observasi pada saat proses pembelajaran berlangsung pada siklus I tiap pertemuan diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 4.1 Distribusi frekuensi aktivitas belajar murid kelas IV SDN Panaikang I pada siklus I No 1 2 3 4 5 6 7 8. Siklus I Pertemuan 1 2. Aktivitas yang diamati Jumlah murid yang hadir pada saat pembelajaran Murid yang memperhatikan materi yang diajarkan pada saat proses pembelajaran Murid yang antusias saat alat peraga dipraktekkan Murid yang berpartisipasi secara aktif dalam mengerjakan tugas kelompok/LKM Murid yang aktif mempersentasikan hasil diskusi kelompoknya Murid yang menanggapi hasil persentase Murid yang mampu menyimpulkan materi hasil diskusi Murid yang melakukan aktifitas negatif selama proses pembelajaran (sering keluar masuk, main-main, ribut, dll). Sumber : Data primer diolah dari lampiran 5. 35. Persentase(%) rata-rata 94,44. 34. 34. 28. 31. 81,94. 29. 34. 87,5. 18. 31. 68,05. 3. 6. 12,5. 9. 11. 27,77. 25. 29. 75. 7. 5. 16,66.

(50) 36. Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa aktivitas murid saat proses pembelajaran berlansung pada siklus I yang dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan diperoleh hasil yaitu dari aspek kehadiran sekitar 94,44%, dan dari murid yang hadir ada sekitar 81,94% murid yang memperhatikan pada saat proses pembelajaran, 87,5% murid yang antusias pada saat alat peraga dipraktekkan, dan 68,05% murid yang berpartisipasi aktif dalam kelompok. Kemudian ada sekitar 12,5% murid yang aktif mempersentasekan hasil diskusinya, 27,77% murid yang menanggapi hasil persentase, dan 75% murid yang mampu menyimpulkan materi hasil diskusi, serta 16,66% murid yang melakukan aktifitas negatif selama proses pembelajaran seperti sering keluar masuk, main-main, ribut, dll. b. Hasil Belajar 1) Nilai statistik hasil belajar Pada tes akhir siklus ini, diperoleh gambaran tentang kemampuan pemahaman murid kelas IV SDN Panaikang I yang menjadi subjek penelitian. Tes akhir siklus ini diikuti oleh semua murid yang berjumlah 36 orang. Adapun data skor hasil tes murid siklus I ini dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 4.2 Distribusi nilai statistik hasil belajar IPA murid kelas IV SDN Panaikang I Makassar pada siklus I Statistik Subjek Skor ideal Skor terendah Skor tertinggi Skor rata-rata Sumber : Data primer diolah dari lampiran 7. Nilai Statistik 36 100 20 90 65,41.

(51) 37. Tabel 4.2 menunjukkan bahwa skor rata-rata hasil belajar IPA murid kelas IV SDN Panaikang I Makassar pada akhir siklus I adalah 65,41 dari skor ideal 100, skor tertinggi yang diperoleh 90 dan terendah adalah 20 2) Kategori hasil belajar Apabila skor hasil belajar murid pada sikus I dikelompokkan kedalam lima kategori, maka diperoleh distribusi frekuensi dan persentase yang ditunjukkan pada tabel 4.3 berikut : Tabel 4.3 Distribusi frekuensi dan persentase skor tes hasil belajar IPA murid kelas IV SDN Panaikang I Makassar pada siklus I. No 1 2 3 4 5 Jumlah. Skor 0 - 34 35 - 54 55 - 64 65 - 84 85 - 100. Kategori Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi. Frekuensi 2 4 7 18 5 36. Persentase(%) 5,56 11,11 19,44 50 13,89 100. Sumber : Data primer diolah dari lampiran 7. Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa dari 36 jumlah murid kelas IV SDN Panaikang I persentase skor hasil belajar murid setelah dilaksanakan pembelajaran IPA konsep benda dan sifatnya melalui penggunaan alat peraga, terdapat 2 murid (5,56%) berada pada kategori sangat rendah, 4 murid (11,11%) berada pada kategori rendah, 7 murid (19,44%) berada pada kategori sedang, 18 murid (50%) pada kategori tinggi, dan terdapat 5 (13,39%) yang berada pada kategori sangat tinggi..

(52) 38. 3) Tingkat ketuntasan hasil belajar Untuk melihat tingkat ketuntasan belajar IPA murid SDN Panaikang I Makassar pada siklus I, dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 4.4 Distribusi frekuensi persentase dan kategori ketercapaian ketuntasan pada siklus I Skor <65 ≥65. Kategori Tidak tuntas Tuntas Jumlah. Frekuensi 14 22 36. Persentase(%) 38,89 61,11 100. Sumber : Data primer diolah dari lampiran 7. Dari tabel diatas menunjukkan bahwa terdapat 14 murid (38,89%), yang memperoleh nilai di bawah Standar Ketuntasan Minimum yaitu 65, dan hanya 22 murid (61,11%) yang memperoleh nilai sama atau diatas standar KKM. Sesuai dengan indikator keberhasilan penelitian ini bahwa murid dikatakan lulus apabila secara individu mencapai nilai KKM yang ditetapkan sekolah (65), dan secara secara klasikal terdapat 85% murid yang memperoleh nilai KKM keatas. Dengan hasil belajar pada siklus I ini menuntut adanya perbaikan pembelajaran, sehingga penelitian dilanjutkan pada siklus II. c. Refleksi Setelah diberikan tindakan berupa penggunan alat peraga pada mata pelajaran IPA selama proses belajar mengajar dijadikan sebagai refleksi pada siklus I dengan hal-hal sebagai berikut: 1) Aktivitas belajar murid pada siklus I melalui penggunaan alat peraga dalam meningkatkan hasil belajar murid, berdasarkan hasil penelitian masih ada beberapa murid yang tampak melakukan aktivitas lain pada saat proses.

(53) 39. pembelajaran berlangsung seperti sering keluar masuk, main-main, ribut, dll. Sehingga proses pelaksanaan tidak berjalan lancar sesuai apa yang diharapkan. 2) Hasil belajar murid pada mata pelajaran IPA dilakukan dengan memberikan tes pada akhir pertemuan siklus I yang terdiri dari 10 soal isian. Setelah dianalisis ternyata menunjukkan bahwa pada siklus I nilai rata-rata hasil tes tertulis yang diberikan kepada 36 murid yaitu 65,41. Jumlah murid yang memenuhi standar KKM yaitu 22 murid dengan persentase 61,11%. Persentase tersebut belum memenuhi ketuntasan belajar klasikal yang harus dicapai yakni 85% murid yang memperoleh nilai ≥ KKM sehingga penelitian ini dilanjutkan ke siklus II. 2.. Hasil Penelitaian Siklus II a. Hasil Observasi Aktivitas Belajar Murid Hasil. observasi. yang. terangkum. dalam. lembar. observasi. murid. menggambarkan bagaimana aktivitas belajar murid setelah menggunakan alat peraga dalam proses pembelajaran. Data hasil observasi tersebut kemudian akan dipersentasekan (%) yaitu dengan menghitung banyaknya frekuensi suatu kejadian. Berdasarkan data yang diperoleh dari lembar observasi pada saat proses pembelajaran berlangsung pada siklus II tiap pertemuan diperoleh hasil sebagai berikut :.

(54) 40. Tabel 4.5 Distribusi frekuensi aktivitas belajar murid kelas IV SDN Panaikang I pada siklus II No. Aktivitas yang diamati. 1. Jumlah murid yang hadir pada saat pembelajaran Murid yang memperhatikan materi yang diajarkan pada saat proses pembelajaran Murid yang antusias saat alat peraga dipraktekkan Murid yang berpartisipasi secara aktif dalam mengerjakan tugas kelompok Murid yang aktif mempersentasikan hasil diskusi kelompoknya. 2 3 4 5. Siklus II Pertemuan 1 2. Persentase(%) rata-rata 95,83. 33. 36. 31. 34. 90,27. 33. 36. 95,83. 23. 30. 73,61. 3. 9. 16,66. 6. Murid yang menanggapi hasil persentase. 11. 11. 30,55. 7. Murid yang mampu menyimpulkan materi hasil diskusi Murid yang melakukan aktifitas negatif selama proses pembelajaran (sering keluar masuk, main-main, ribut, dll). 23. 29. 72,22. 5. 3. 11,11. 8. Sumber : Data primer diolah dari lampiran 5. Berdasarkan Tabel 4.5 di atas, dapat dilihat bahwa sekitar 95,83% murid hadir pada Siklus II, dan dari murid yang hadir ada sekitar 90,27% murid yang memperhatikan pada saat proses pembelajaran, 95,83% murid yang antusias pada saat alat peraga dipraktekkan, dan 73,61% murid yang berpartisipasi aktif dalam kelompok. Kemudian ada sekitar 16,66% murid yang aktif mempersentasekan hasil diskusinya, 30,55% murid yang menanggapi hasil persentase, 72,22% murid yang mampu menyimpulkan materi hasil diskusi. serta 11,11% murid yang melakukan aktifitas negatif selama proses pembelajaran seperti sering keluar masuk, main-main, ribut, dll..

(55) 41. b. Hasil Belajar Murid 1) Nilai statistik hasil belajar Berdasarkan hasil analisis skor tes hasil belajar murid pada mata pelajaran IPA di kelas IV SDN Panaiakang I Makassar pada siklus II, dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.6 Distribusi nilai statistik hasil belajar IPA murid kelas IV SDN Panaikang I Makassar pada siklus II Statistik Subjek Skor ideal Skor terendah Skor tertinggi Skor rata-rata. Nilai Statistik 36 100 40 100 74,72. Sumber : Data primer diolah dari lampiran 7. Tabel 4.6 menunjukkan bahwa skor rata-rata hasil belajar IPA murid kelas IV SDN Panaikang I Makassar setelah melaksanakan tindakan pengajaran dengan menggunakan alat peraga pada siklus II adalah 74,72 dari skor ideal 100 skor tertinggi 100 dan terendah adalah 40 2) Kategori hasil belajar Apabila skor hasil belajar murid pada sikus II dikelompokkan kedalam lima kategori, maka diperoleh distribusi. frekuensi dan persentase yang. ditunjukkan pada tabel 4.7 berikut : Tabel 4.7 Distribusi frekuensi dan persentase skor tes hasil belajar IPA murid kelas IV SDN Panaikang I Makassar pada siklus II. No Skor Kategori Frekuensi Persentase(%) 1 0-34 Sangat rendah 0 0 2 35-54 Rendah 3 8,33 3 55-64 Sedang 2 5,56 4 65-84 Tinggi 22 61,11 5 85-100 Sangat tinggi 9 25 Jumlah 36 100 Sumber : Data primer diolah dari lampiran 7.

(56) 42. Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa dari 36 jumlah murid kelas IV SDN Panaikang I, persentase skor hasil belajar murid setelah dilaksanakan pembelajaran IPA melalui penggunaan alat peraga pada siklus II,ternyata tidak ada murid yang berada pada kategori sangat rendah, dan terdapat 3 murid (8,33%) berada pada kategori rendah, 2 murid (5,56%) berada pada kategori sedang, 22 murid (61,11%) pada kategori tinggi, dan terdapat 9 (25%) yang berada pada kategori sangat tinggi. 3) Tingkat ketuntasan hasil belajar Untuk melihat persentase ketuntasan belajar IPA murid setelah tindakan pengajaran pada siklus II dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut ini: Tabel 4.8 Distribusi frekuensi persentase dan kategori ketercapaian ketuntasan pada siklus II Skor <65 ≥65. Kategori Tidak tuntas Tuntas Jumlah. Frekuensi 5 31 36. Persentase(%) 13,88 86,11 100. Sumber : Data primer diolah dari lampiran 7. Berdasarkan tabel diatas tampak bahwa dari 36 orang murid kelas IV SDN Panaikang I Makassar terdapat 5 murid (13,88%) yang belum tuntas belajar sedangkan 31 orang murid (86,11%) yang telah tuntas belajar. Hal ini berarti ketuntasan belajar pada siklus II tercapai secara klasikal..

(57) 43. c. Refleksi Setelah pelaksanaan tindakan siklus II selesai, maka hasil ynag diperoleh yaitu : 1) Aktivitas belajar murid pada siklus II setelah. penggunaan alat. berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas murid dari tiap pertemuan mengalami peningkatan sedangkan murid yang melakukan aktivitas lain pada saat proses pembelajaran berlangsung seperti sering keluar masuk, main-main, ribut dan lain-lain, mengalami penurunan. 2) Hasil belajar murid melalui penggunaan alat peraga pada mata pelajaran IPA dilakukan dengan memberikan tes pada akhir pertemuan siklus II yang terdiri dari 10 soal isian. Hasil yang diperoleh ternyata skor ratarata hasil belajar IPA murid meningkat dari 65,41 menjadi 86,11 dan telah mencapai ketuntasan belajar secara klasikal. Dengan demikian hasil tersebut telah memenuhi indikator keberhasilan dan ketuntasan belajar secara klasikal, sehingga pelaksannan tindakan hanya sampai pada siklus II..

(58) 44. B. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 1.. Aktivitas Belajar Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat dilihat. perbandingan antara aktivitas belajar murid dalam proses pembelajaran pada saat menggunakan alat peraga baik pada siklus I maupun pada siklus II, untuk lebih jelasnya data tersebut terlihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.9 Perbandingan aktivitas belajar murid kelas IV SDN Panaikang I Makassar pada siklus I dan Siklus II No 1. Aktivitas yang diamati. Persentase Siklus I Siklus II. Jumlah murid yang hadir pada saat pembelajaran. 94,44. 95,83. 2. Murid yang memperhatikan materi yang diajarkan pada saat proses pembelajaran. 81,94. 90,27. 3. Murid yang antusias saat alat peraga dipraktekkan. 87,5. 95,83. 4. Murid yang berpartisipasi secara aktif dalam mengerjakan tugas kelompok Murid yang aktif mempersentasikan hasil diskusi kelompoknya. 68,05. 73,61. 12,5. 16,66. 27,77. 30,55. 75. 72,22. 16,66. 11,11. 5 6. Murid yang menanggapi hasil persentase. 7. Murid yang mampu menyimpulkan materi hasil diskusi. 8. Murid yang melakukan aktifitas negatif selama proses pembelajaran (sering keluar masuk, main-main, ribut, dll). Sumber : Data primer diolah dari lampiran 5. Adapun grafik perbandingan persentase hasil observasi aktivitas belajar murid dengan menggunakan alat peraga pada siklus I dan siklus II, dapat digambarkan sebagai berikut :.

(59) 45. 100. 94.44. 95.83. 90. 90.27 81.94. 95.83 87.5 75. Persentase (%). 80. 72.22. 70. 61.11. 60. 51.38 Siklus I. 50 40 30. 16.66. 20. Siklus II. 30.55 27.77 16.66. 12.5. 11.11. 10 0 1. 2. 3 4 5 Aktivitas yang diamati. 6. 7. 8. Gambar 4.1 Grafik perbandingan aktivitas murid dari siklus I ke siklus I Keterangan : 1. Jumlah murid yang hadir pada saat pembelajaran 2. Murid yang memperhatikan materi yang diajarkan pada saat proses pembelajaran 3. Murid yang antusias saat alat peraga dipraktekkan 4. Murid yang berpartisipasi secara aktif dalam mengerjakan tugas kelompok 5. Murid yang aktif mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya 6. Murid yang menanggapi hasil presentasi 7. Murid yang mampu menyimpulkan materi hasil diskusi 8. Murid yang melakukan aktifitas negatif selama proses pembelajaran (sering keluar masuk, main-main, ribut, dll) Berdasarkan tabel dan grafik diatas, tampak perbandingaan persentase hasil observasi aktivitas belajar murid siklus I dan siklus II. Hal itu dapat dilihat dari uraian berikut ini : a. Persentase jumlah murid yang hadir pada siklus I yaitu 94,44% kemudian meningkat menjadi 95,83% pada siklus II, adanya peningkatan persentase.

Referensi

Dokumen terkait

1 Pengukuran yang cermat terhadap panjang dan berat badan saat lahir sangat penting untuk menentukan apakah bayi lahir disebut SGA(Small for Gestational Age ) atau KMK

Tata Udara 171624021. Muhammad Naufal

Kawasan Amerika dan Eropa adalah wilayah yang mencakup negara-negara (83 negara) yang terletak di benua Amerika dan benua Eropa beserta teritorinya yang memiliki hubungan

Modul Catatan Bimbingan digunakan untuk melihat catatan bimbingan yang diberikan oleh Dosen kepada Mahasiswa untuk setiap bimbingan KRS yang dilakukan, Anda

Dari globalisasi sosial budaya kita dapat meniru pola berpikir yang baik seperti etos kerja yang tinggi dan disiplin dan Iptek dari bangsa lain yang sudah maju untuk

Trance dalam penjualan terjadi saat calon pembeli (prospek) mulai mencapai keadaan rileks, tenang, dan menaruh perhatian kepada si penjual.Dalam hal ini trance yang dicapai

Tuliskan procedure untuk menghitung honor proyek yang diterima setiap pegawai yang terlibat berdasarkan kontribusi waktu.. Tampilan yang diharapkan sebagai

Gambar 4 menunjukkan peningkatan nilai rata-rata siswa mulai dari kondisi awal, siklus 1, dan siklus 2. Rata-rata siswa diperoleh dari jumlah nilai setiap siswa