• Tidak ada hasil yang ditemukan

TESIS. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai. Derajat Magister Program Magister Kenotariatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "TESIS. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai. Derajat Magister Program Magister Kenotariatan"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

PERUBAHAN TANAH PERTANIAN KE NON PERTANIAN DIKAITKAN

DENGAN LEGALITAS PENDIRIAN PERMUKIMAN DI KABUPATEN BOYOLALI

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Magister Program Magister Kenotariatan

Oleh :

AHMAD KURNIADI S351802003

PROGRAM MAGISTER KENOTARIATAN FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2021

(2)

PERUBAHAN TANAH PERTANIAN KE NON PERTANIAN DIKAITKAN

DENGAN LEGALITAS PENDIRIAN PERMUKIMAN DI KABUPATEN BOYOLALI

TESIS

Disusun Oleh:

AHMAD KURNIADI S351802003

Telah disetujui oleh Pembimbing Dewan

Pembimbing

Jabatan Nama TandaTangan Tanggal

Pembimbing Dr. Isharyanto, S.H., M.Hum.

NIP. 19780512003121002

Telah dinyatakan memenuhi syarat pada tanggal ...

Mengetahui,

Kepala Program Magister Kenotariatan

Dr. Hari Purwadi, S.H., M.Hum.

NIP. 196412012005011001

(3)

PERUBAHAN TANAH PERTANIAN KE NON PERTANIAN DIKAITKAN

DENGAN LEGALITAS PENDIRIAN PERMUKIMAN DI KABUPATEN BOYOLALI

Disusun Oleh:

AHMAD KURNIADI S351802003

Telah disetujui oleh Tim Penguji

Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal

1. Ketua : 2. Penguji 1 : 3. Penguji 2 :

4. Penguji 3 :

Dr. Hari Purwadi S.H.,M.Hum.

Dr. Isharyanto, S.H.,M.Hum.

Dr. Lego Karjoko, S.H.,M.H.

Dr. Sunny Ummul Firdaus, S.h., M.H.

(4)

PERNYATAAN

NAMA : AHMAD KURNIADI

NIM :S351802003

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul “Perubahan Tanah Pertanian Ke Non Pertanian Dikaitkan Dengan Legalitas Pendirian Permukiman di Kabupaten Boyolali ” adalah benar-benar karya saya sendiri. Hal yang bukan karya saya, dalam tesis tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftarpustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tersebut di atas tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik, yang berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut.

Surakarta, 18 Agustus 2021 Yang membuatpernyataan,

Ahmad Kurniadi

(5)

MOTTO

ِﺎَﻓ اَذ

ْﺐَﺼْﻧﺎَﻓ َﺖْﻏَﺮَﻓ

“Maka apabila engkau telah selesai (dari

sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras

(untuk urusan yang lain).”

(QS. Al-Insyirah 94: 7)

Penulisan Hukum ini kupersembahkan untuk:

1. Orang tuaku, 2. Istri dan keluarga,

3. Dosen dan Staff Fakultas Hukum Program Studi Magister Kenotariatan UNS,

4. Teman-teman seperjuangan angkatan 12 Magister Kenotariatan UNS, dan

5. Almamaterku.

(6)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T. yang telah memberikan rahmat, nikmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini yang berjudul “Perubahan Tanah Pertanian Ke Non Pertanian Dikaitkan Dengan Legalitas Pendirian Permukiman di Kabupaten Boyolal.”

Banyak pihak yang berperan besar dalam memberikan bantuan sampai selesainya tesis ini, untuk itu ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Jamal Wiwoho,S.H.,M.Hum., selaku Rektor Universitas SebelasMaret,

2. Ibu Prof. Dr. I Gusti Ayu Ketut Rachmi Handayani,S.H.,M.M., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas SebelasMaret, 3. Bapak Dr. Isharyanto,S.H.,M.Hum., selaku Pembimbing

Tesis,

4. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret yang telah mendidik dan memberikan ilmu untuk penulis,

5. Bapak dan Ibu Tata Usaha Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret yang telah membantu serta memberikan informasi yang penulisbutuhkan,

6. Orang tua yang penulis cintai dan sayangi, Terima kasih atas doa, dukungan serta motivasi yang diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan studidan memperoleh gelar Magister Hukum. Penulis percaya, Ibu selalu mendukungku dengan penuh do’a dan cinta,

7. Istri, putri, dan putra tercinta, yang selalu mendukung dan menyemangati penulis dalam menyelesaikan tesis ini,

8. Rekan-rekan angkatan 12 Magister Kenotariatan,

(7)

9. Teman-teman literasi yang selalu mendukung penulis, dan 10. Seluruh pihak yang tidak bisa penulis sebutkan, terima kasih

telah memberikan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tesis ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan. Semoga tesis ini bermanfaat bagi yang membutuhkan.

Surakarta, 18 Agustus 2021

Penulis

DAFTAR ISI

(8)

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PENGESAHAN... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

MOTTO ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTARISI. ... vii

ABSTRAK... ... ix

ABSTRACT ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar BelakangMasalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ...7

D. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II LANDASAN TEORI ... 8

A. Landasan Teori ... 8

B. Penelitian Terdahulu ... 41

C. Kerangka Pemikiran ... 47

BAB III METODE PENELITIAN ... 49

A. Jenis Penelitian ... 49

B. Sifat Penelitian ... 50 C. Lokasi

Penelitian

(9)

50 D. Sumber

Data 50

E. Teknik Pengumpulan

Data 52

F. Teknik Analisis

Data 52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

54

A. Kondisi Umum Lokasi

Penelitian 54

B. Perubahan tanah pertanian ke nonpertanian .menyebabkan

berdirinya permukiman secara

illegal 56

C. Sanksi ideal untuk menyelesaikan persoalan pendirian permukiman secara illegal di atas lahan pertanian

77

BAB

V PENUTUP

84

A. Kesimpulan 85

B. Saran ... 85 DAFTAR PUSTAKA

(10)
(11)

ABSTRAK

Ahmad Kurniadi, S351802003, Perubahan Tanah Pertanian Ke Non Pertanian Dikaitkan Dengan Legalitas Pendirian Permukiman di Kabupaten Boyolali, Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

Penelitian ini dilakukan bertujuan: 1) Mengidentifikasi perubahan tanah pertanian ke nonpertanian menyebabkan berdirinya permukiman secara illegal. 2).

Mengidentifikasi sanksi ideal untuk menyelesaikan persoalan tersebut.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah empiris dan menggunakan pengumpulan data sekunder berdasarkan Undang-undang Pokok Agraria.

Pengumpulan data primer melalui pendekatan wawancara dengan Kepala Bidang Pelayanan Perizinan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Boyolali dan Kepala Bidang Perekonomian dan infrastruktur wilayah BP3D Kabupaten Boyolali) dan peraturan perundang-undangan guna mengkaji masalah yang ada dalam penelitian. analisis data dalam penelitian ini menggunakan langkah reduksi data, penyajian data dan kesimpulan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Pembangunan pertanian akan terjadi permasalahan apabila lahan atas konversi lahan pertanian ke permukiman tidak dapat dihindari atau perlu dicari pemecahan masalah, hal ini dengan cara mempelajari dampak permasalahan dan mensosialisasikan pada masyarakat. Ketika lahan mulai menyusut maka kebutuhan pangan domestik akan mengalami penurunan karena pertumbuhan penduduk tidak dapat dihindari setiap tahunnya maka perlu pengganti lahan pertanian yang telah berubah menjadi pemukiman meskipun tanpa izin. Berdirinya perumahan pada status tanah pertanian menimbulkan permasalahan baru di Kabupaten Boyolali. 2). Perlu diberikan sanksi administrasi dengan tidak memberikan status tanah menjadi pekarangan. Sanksi ideal yang perlu diterapkan pada pelanggaran pembangunan perumahan tanpa izin antara lain adalah: teguran tertulis, selanjutnya dilakukan pembongkaran paksa. Hal tersebut akan mengurangi minat masyarakat untuk membangun perumahan di tanah pertanian yang tidak memiliki izin apapun. Tidak adanya kelengkapan administrasi akan mempersulit masyarakat apabila suatu saat nanti akan menjual rumah tanpa dokumen sertifikat yang sesuai dengan peruntukannya. Selama ini jika belum ada perubahan status tanah dari pertanian menjadi non pertanian maka secara otomatis tidak diterima pemberkasan atau permohonan izin mendirikan bangunan yang ditujukan kepada Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu.

.

Kata Kunci: tanah pertanian, nonpertanian, legalitas pendirian permukiman

(12)

ABSTRACT

Ahmad Kurniadi, S351802003, Changes in Agricultural Land to Non-Agriculture Related to the Legality of Establishing Settlements in Boyolali Regency, Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

The present study aims to find out: 1) Identifying changes in agricultural land to non-agricultural causes the establishment of illegal settlements. 2). Identify the ideal sanctions to solve the problem.

The method used in this research is empirical and uses secondary data collection based on the Basic Agrarian Law. Primary data collection through an interview approach with the Head of Licensing Services of the Investment and One Stop Integrated Service, Boyolali Regency and the Head of the Economy and Infrastructure Sector of the BP3D Boyolali Regency) and laws and regulations to examine the problems in the research. data analysis in this study using data reduction steps, data presentation and conclusions.

The results showed that 1) Agricultural development will cause problems if the land conversion of agricultural land to settlements cannot be avoided or a solution to the problem is needed, this is by studying the impact of the problem and socializing it to the community. When the land starts to shrink, domestic food needs will decline because population growth cannot be avoided every year, so it is necessary to replace agricultural land that has been turned into settlements even without permission. The establishment of housing on the status of agricultural land creates new problems in Boyolali Regency. 2). It needs to be given an administrative sanction by not giving the land status as a yard. The ideal sanctions that should be applied to violations of housing construction without a permit include: written warning, then forced demolition. This will reduce the interest of the community to build housing on agricultural land that does not have any permits. The absence of administrative completeness will make it difficult for the community if one day they will sell a house without a certificate that matches the designation. So far, if there has been no change in the status of the land from agricultural to non- agricultural, automatically filing or applications for building permits are not received, addressed to the One Stop Investment and Integrated Service Agency.

Keywords: agricultural land, non-agricultural, legality of settlement establishment

(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.

Kerusakan lingkungan merata di semua benua dan negara, sehingga kerusakan lingkungan yang sekarang berskala telah berubah menjadi persoalan global dari regional yang dulunya bersifat lokal1 (Syarif dan Sarna, 2017). Multiplier effects dari kegiatan industri menjadikan Kabupaten Boyolali sebagai pusat koleksi hasil-hasil produksi dari daerah hinterland-nya dan juga sebaliknya yaitu mendistribusikan hal-hal yang dibutuhkan daerah hinterland-nya tersebut. Perkembangan ini menuntut untuk terpenuhinya berbagai fasilitas guna menunjang berbagai kegiatan, mulai dari kawasan permukiman sampai dengan kawasan kegiatan ekonomi kota. Dengan dibangunnya pusat-pusat industri, telah menarik penduduk dari wilayah lain ini terutama datang dari pedesaan untuk mengisi celah-celah lapangan pekerjaan yang ada di tempat baru tersebut dan membawa ketidakseimbangan (disequilibrium).

Ketidakseimbangan ini sebagai akibat disparitas pertumbuhan ekonomi dan kesempatan kerja yang selalu disertai dengan perubahan demografi yang mencolok.2

Peningkatan jumlah penduduk ini bertautan dengan peningkatan permintaan terhadap ruang dan sarana prasarana yang mengisi ruang tersebut guna mendukung aktifitas sosial ekonomi penduduk perkotaan. Lahan yang ada dengan sendirinya akan berubah fungsi.

Meminjam terminologi dari Iwan Kustiwan, bahwa konversi lahan adalah alih fungsi atau mutasi lahan secara umum menyangkut transformasi dalam pengalokasian sumber daya lahan dari satu penggunaan ke penggunaan lainnya. Masalah lingkungan berkaitan pula dengan gejala sosial seperti pertumbuhan penduduk, migrasi, dan tingkah laku sosial dalam memproduksi, mengkonsumsi dan rekreasi. 3

1Laode M. Syarif dan Kadek Sarna. Hukum Lingkungan. Teori, Legislasi dan Studi Kasus Permasalahan Lingkunganyang Penting. 2017. United States Agency forInternational Development (USAID). Hal. 7

views of USAID, the United States Government, or The Asia Foundation or Kemitraan”.

2Rochimin, Dahuri et al, 2004. Pembangunan Wilayah : Perspektif Ekonomi, Sosial dan Lingkungan. Jakarta : LP3ES.

Hal.220

3Hamzah. Penegakan HukumLingkungan. Edisi Empat. 1997. Jakarta: Sapta Artha Jaya. Hal. 9

(14)

Nilai fungsional areal dan ketersediaan lahan merupakan prasyarat utama untuk urbanisasi yang mendorong terjadinya tujuan-tujuan sosial ekonomi dari keinginan masyarakat.

Motif ekonomi adalah motif yang utama dalam pembentukan struktur penggunaan lahan suatu kota dengan timbulnya pusat-pusat bisnis yang strategis. Selain motif bisnis terdapat pula motif politik, bentuk fisik kota, seperti topografi,drainase dan sejenisnya. Pertumbuhan kota akan bergerak secara dinamis sesuai kebutuhan, potensi, budaya manusia, dimana perkembangan dimulai dari adanya pusat-pusat kegiatan sebagai embrio pusat-pusat pertumbuhan4. Di dalamnya terdapat lahan terbangun yang terdiri aktivitas permukiman, industri, perkantoran dan jasa komersial yang merembet berjalan (urban sprawl), sesuai dengan potensi jaringan transportasi sebagai akibat aksesibilitas yang membentuk pola jaringan (network) antar pusat- pusat pertumbuhan yang mempertimbangkan secara natural kondisi lahan yang ada.

Perubahan-perubahan yang terjadi akibat tekanan tranformasi sosial ekonomi khususnya di pusat kota ini membawa inefisiensi dan inefektifitas dalam pemanfaatan ruang yang terbatas dan mempengaruhi aspek pengelolaan kota. Pada tataran praktek, penyimpangan muatan RTRW kerap terjadi. Kenyataan lain juga menunjukkan banyak bentuk usaha tanpa izin usaha dan izin lokasi dapat beroperasi tanpa adanya sanksi oleh pemerintah daerah. Sehingga fenomena economic oriented yang belum diatur oleh pemerintah dalam implementasinya masih mengandalkan kesadaran masyarakat untuk melengkapi perizinan.

Beberapa indikasi yang memicu pada perubahan guna lahan di Kabupaten Boyolali adalah:

1. Pada tahun 2017 penduduk Kabupaten Boyolali berjumlah 974.579 jiwa. Menurut data BPS 2016 berjumlah 963 690 jiwa dengan tingkat pertumbuhan sebesar 0.54% per tahun.

Dilihat dari laju pertumbuhan penduduk tersebut maka dapat diindikasikan bahwa kegiatan sosial ekonomi berkembang yang menuntut pemenuhan kebutuhan perumahan dan fasilitas pelayanan perkotaan lainnya.

2. Jumlah Industri berat dan padat modal yang ada bertambah dari 98 buah pada tahun 2017 menjadi industri 109 buah pada tahun 2017. Hal ini terkait dengan pertambahan migrasi penduduk dalam pemenuhan kebutuhan tenaga kerja.

4Koestoer, Raldi Hendro. 1995. Perspektif Lingkungan Desa Kota: Teori dan Kasus. Jakarta: UI. Press. Hal. 77

(15)

3. Penggunaan lahan untuk perumahan dari data kondisi tahun 2012 – 1917 dari 4.400,97 Ha menjadi 6.223,38 Ha. Hal ini menunjukkan berkurangnya lahan pertanian dan berubah menjadi permukiman.

4. Dari PDRB Kabupaten Boyolali tahun 2012-2017, sektor perdagangan, hotel dan restoran tumbuh dari sebesar 3,95 % menjadi 8,53 %. Hal ini menunjukkan pertumbuhan ekonomi dan spasial yang signifikan.

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Boyolali yang tertuang dalam Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2011 setelah mendapatkan persetujuan Substansi dari Kementerian ATR/BPN. Selain itu Gubernur Jawa Tengah juga telah mengevaluasi secara resmi sehingga telah hari ini ditetapkan berlakunya. Evaluasi dan peninjauan kembali setiap lima tahun sekali.

Evaluasi dilakukan dalam rangka mengikuti dinamika perkembangan lingkungan strategis, peraturan terbaru dan penyelarasan berbagai rencana kebijakan strategis nasional yang berkaitan dengan pemanfaatan terkait dengan pemanfaatan ruang. Revisi Perda RTRW ini memiliki arti penting dalam mendorong kemajuan di Boyolali melalui tumbuhnya investasi yang diharapkan memberikan efek positif bagi tumbuhnya perekonomian daerah dan meningkatnya kesejahteraan masyarakat. Tata ruang merupakan kunci awal pembuka investasi sebelum dilakukannya proses perijinan selanjutnya.

“Tujuan dari penataan ruang di Kabupaten Boyolali yaitu mewujudkan pemerataan pembangunan yang terintegrasi di seluruh wilayah kabupaten berbasis pada pertanian dan pengembangan aneka industri yang berwawasan lingkungan,” jelas Kepala Badan Perencanaan, Penelitian dan Pengembangan Daerah (BP3D) Kabupaten Boyolali, Nur Kamdani saat ditemui di ruang kerjanya pada Rabu (17/7/2019). Selanjutnya menurut Nur Khamdani, di Kabupaten Boyolali telah disiapkan ribuan hektare untuk mendukung industri di Kota Susu. “Untuk mendukung investasi tersebut telah disiapkan kawasan peruntukan Industri (KPI) seluas 2.130 hektare yang tersebar di 19 kecamatan,” terangnya.

Disinggung mengenai lahan pertanian, dijelaskan bahwa revisi RTRW ini tetap melindungi lahan pertanian dalam mendukung swasembada pangan. Kemudian predikat

(16)

lumbung pangan nasional bagi Boyolali juga dipertahankan dalam kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan seluas 20.696 hektare. “Sehingga tujuan penataan ruang ini dapat berjalan secara harmonis dan dapat sinergis. Indistri berkembang, pertanian tetap kita pertahankan dan lingkungan tetap terjaga. Oleh karena itu sesuatu hal yang baru yang harapannya keberadan RTRW yang baru ini dapat membuka investasi di Kabupaten Boyolali jauh lebih mudah,”

imbuhnya.

Lebih lanjut, saat ini terdapat beberapa program strategis nasional di Boyolali yang diharapkan dapat mendorong kemajuan Kabupaten Boyolali. Program yang telah terencana dan struktur ruang dan pola ruang di Boyolali diantaranya pengembangan Bandara Adi Sumarmo di Boyolali, pengembangan rencana jalan tol baru, pengembangan kereta api bandara.

Kabupaten Boyolali dengan 22 kecamatan saat ini dari sebelumnya 19 kecamatan telah mengakomodir batasan administrasi maupun nomenklatur. Sehingga diyakini akan memudahkan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) teknis dalam memberikan pelayanan perijinan sesuai dengan nomenklatur baru di dalam pemekaran kecamatan.

Menurut Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali No 9 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Boyolali tahun 2011-2031 yang digunakan untuk untuk mengarahkan pembangunan di Kabupaten Boyolali dengan memanfaatkan ruang wilayah secara berdayaguna, serasi, selaras, seimbang dengan perlu disusun Rencana tata Ruang Wilayah. Pada bab 2 pasal 2 (dua) menyebutkan pada penataan ruang Kabupaten bertujuan mewujudkan pemerataan pembangunan yang terintegrasi di seluruh wilayah kabupaten yang berbasis pertanian dan pengembangan aneka industri5

Pasal 3 poin 2 a menyebutkan bahwa pengendalian dan pengembangan pemanfaatan lahan pertanian. Selanjutnya pada Pasal 4 point a menyebutkan bahwa strategi pengendalian dan pengembangan pemanfaatan lahan pertanian serta didukung strategi mengendalikan alih fungsi lahan pertanian., poin b. Mengembangkan produktivitas pertanian pon c., meningkatkan sarana dan prasarana pendukung kegiatan pertanian,. Poin d. Mengembangkan irigasi pertanian,. Mengoptimalkan kawasan pertanian lahan basah., poin e. Mengoptimalkan kawasan

5Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali No 9 tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Boyolali tahun 2011-2031. Pasal 2

(17)

pertanian lahan kering., poin f. menetapkan kawasan lahan pertanian pangan berkelanjutan., poin h. Menyebutkan mengembagkan kawasan pusat pengembangan agropolitan.6

Informasi terkait tanah permukiman yang berhubungan dengan pemanfaatan tanah pertanian yang digunakan peruntukannya sebagai permukiman di Kampung caringin, Desa Sukamakmur, Cikarang Utara dimana lahan pertanian yang beralih menjadi perumahan. Sejak awal 1990an, pembangunan kawasan perumahan dan industri yang meningkat di kawasan Kabupaten Bekasi, terutama Cikarang yang menyebabkan lahan pertanian semakin menyusut.7 Pertanian selama ini hanya dihargai karena kemampuannya menghasilkan bahan pangan,serat, dan papan,sedangkan fungsi lain di bidang lingkungan,social budaya,dan ekonomi belum banyak dikenal atau masih diabaikan.Penelitian di daerah aliran sungai (DAS) Citarik, Jawa Barat dan DAS Kaligarang, JawaTengah tentang alih guna lahan dan dampaknya terhadap lingkungan memperlihatkan bahwa semakin menyempitnya lahan hutan dan lahan pertanian disebabkan karena adanya permukiman baru.8

Munculnya isu yang berkembang di masyarakat Boyolali yang menyebutkan bahwa ada bangunan permukiman yang telah berdiri di atas tanah sawah atau tanah pertanian dan telah ditempati, padahal telah diketahui oleh masyarakat bahwa tanah tersebut tidak bisa rubah peruntukannya selain untuk pertanian atau lebih dikenal di masyarakat sebagai jalur hijau.

Kepatuhan hukum adalah kesadaran kemanfaatan hukum yang melahirkan kesetiaan masyarakat terhadap nilai-nilai hukum yang diberlakukan dalam hidup bersama yang diwujudkan dalam bentuk perilaku yang senyatanya patuh terhadap nilai-nilai hukum itu sendiri yang dapat dilihat dan dirasakan oleh sesama anggota masyarakat.

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas, penulis tertarik untuk mengkaji lebih mendalam dengan judul penelitian “Perubahan Tanah Pertanian Ke Non Pertanian Dikaitkan Dengan Legalitas Pendirian Permukiman di Kabupaten Boyolali”.

6Ibid. Pasal 3

7BBC Indonesiawww.bbc.com/indonesia/indonesia-41078646 di akses 5 Oktober 2019-10-04

8Fahmuddin Agus dan Edi Husen. 2005. Tinjauan Umum Multifungsi Pertanian. Prosiding Multifungsi Pertanian, 2005.

(18)

B. Rumusan masalah

Berdasarkan landasan teori di atas selanjutnya dalam penelitian ini disajikan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Mengapa perubahan tanah pertanian ke nonpertanian menyebabkan berdirinya permukiman secara illegal?

2. Bagaimanakan sanksi ideal untuk menyelesaikan persoalan tersebut?

C. Tujuan Penelitian

Sasaran yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Mengidentifikasi perubahan tanah pertanian ke nonpertanian menyebabkan berdirinya permukiman secara illegal.

2. Mengidentifikasi sanksi ideal untuk menyelesaikan persoalan tersebut.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi pemerintah daerah, hasil penelitian ini menjadi masukan dalam kegiatan evaluasi Rencana Tata Ruang Kabupaten Boyolali saat mendatang.

2. Bagi masyarakat, merupakan informasi perkembangan pemanfaatan ruang maupun perubahan penggunaan lahan yang terjadi di Kabupaten Boyolali.

3. Bagi ilmu pengetahuan, dapat memberikan tambahan wawasan bagi planner kota dalam merencanakan dan merancang perkotaan yang memiliki potensi wilayah yang menuntut pengembangan.

4. Bagi peneliti, menjadi tambahan informasi untuk penelitian-penelitian lain yang berkaitan dengan penataan ruang khususnya dalam pengendalian pemanfaatan ruang yang konstruktif dan dapat dipertanggungjawabkan.

Referensi

Dokumen terkait

d) Selama pemanasan, level boiler drum akan bergejolak. Jika level boiler drum terlalu tinggi dapat dibuang melalui blowdown valve. e) Tutup secara perlahan main steam drain

Jika oli yang ekuivalen dengan oli yang direkomendasi dipakai, oli harus memenuhi semua API service classifications, JASO standards, dan SAE viscosity grades yang

Rencana Kerja (RENJA) Dinas Kependudukan dan Pencatatatn Sipil Kota Padang Tahun 2015 ini disusun dengan harapan dapat memberikan gambaran perencanaan program

Evaluasi pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2013-2018 dilakukan pada tahun kedua dan pada akhir masa jabatan Walikota terhadap indikator kinerja

Berdasarkan berbagai pendapat ahli (UNDSD, 2001; Burrit, 2004; US EPA, 1995; Ikhsan, 2009) dapat dikatakan bahwa, akuntansi manajemen lingkungan adalah proses

Dari data diatas dapat dilihat bahawa implementasi peraturan daerah no 5 tahun 2008 tentang kawasan terbatas merokok di pusat perbelanjaan ITC Mega Grosir Surabaya

Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 adalah:.. Penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai tetap, baik berupa penghasilan yang bersifat teratur maupun tidak teratur.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa RMC berada pada perusahaan dengan CEO independen dan ukuran dewan yang besar, selanjutnya RMC yang terpisah dari audit secara