• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK PELAKU TINDAK PIDANA PENCURIAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK PELAKU TINDAK PIDANA PENCURIAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Ilmu Hukum Volume 2. Nomor 2 Oktober 2020 Hal. 62

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK PELAKU TINDAK PIDANA

PENCURIAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002

LEGAL PROTECTION AGAINST CHILDREN OF CHILDREN OF THE CRIMINAL ACTION OF THEFT ACCORDING TO LAW NUMBER 23 OF 2002

Oleh:

Arifin Kabalmay

Abstract

Protection that has been imposed by law, with respect to the rights and obligations of humans as legal subjects in their interactions with fellow humans and their environment so that they can take legal action. Child protection in Law Number 23 of 2002 concerning Child Protection is defined as all activities to ensure and protect children and children's rights so that they can live, grow, develop and participate optimally in accordance with human dignity and protection from violence. and discrimination.

The research used in the preparation of this research proposal is normative legal research and empirical legal research, so that the approach used is to use a normative juridical approach and an empirical juridical approach. The normative juridical approach is by reviewing the provisions of law No. 23/2002 concerning legal protection for children who are perpetrators of criminal acts of theft. Meanwhile, the empirical juridical approach is to examine the obstacles that arise in the legal protection of the child perpetrators of this crime at the Southeast Police. Therefore, the analysis was carried out using the Analytical Descriptive method.

Southeast Police in providing legal protection for children who have been proven to have committed a criminal act of theft is in the form of diversion and the place of detention is differentiated between children and adults. The obstacles that arise in the process of legal protection for the child perpetrators of the crime of theft are that children's knowledge of legal issues is still limited;

Keywords : Protection of Law, children, Crime, Law Number 23 Year 2002;

PENDAHULUAN.

Selama beberapa periode perjalanan hidup bangsa Indonesia, kita banyak menemukan berbagai macam regulasi perundang-undangan yang menjadi dasar bagi pemerintah dan masyarakat dalam menjalankan kegiatannya. Baik kegiatan kenegaraan maupun kegiatan masing-masing warga Negara Kesatuan Republik Indonesia sesuai norma-norma yang berlaku seperti norma hukum, norma adat istiadat, norma agama, norma kesopanan dan kesusilaan. walaupun sudah banyak peraturan baik yang

sudah diatur dalam perundang- undangan maupun yang masih belum, semuanya hanya berupa peraturan belaka yang tidak berfungsi jika orang- orang yang merupakan subjek sekaligus sebagai penegak peraturan tersebut dan faktanya mereka tidak pernah taat dan tunduk untuk menjalankan peraturan-peraturan yang ada.

Seperti Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, selanjutya disebut UUPA.

Undang-undang ini merupakan dasar bagi penegak hukum khususnya pada

(2)

Jurnal Ilmu Hukum Volume 2. Nomor 2 Oktober 2020 Hal. 63

perlindungan anak, dimana undang-

undang ini menegaskan bahwa tanggung jawab orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah dan negara merupakan rangkaian kegiatan yang dilaksanakan secara terus-menerus demi perlindungan hak-hak anak.

Rangkaian kegiatan tersebut harus berkelanjutan dan terarah dalam rangka untuk menjamin pertumbuhan dan perkembangan anak secara utuh.

Tindakan ini bertujuan untuk mewujudkan kehidupan terbaik bagi anak yang merupakan harapan bagi penerus bangsa yang berpotensi, tangguh, memiliki nasionalisme yang dijiwai adanya akhlak mulia dan nilai Pancasila, serta berkemauan keras menjaga kesatuan dan persatuan negara. Selain itu kita mengetahui bahwa anak sebagai bagian dari generasi muda yang merupakan penerus cita-cita perjuangan bangsa dan sumber daya manusia bagi pembangunan nasional dalam rangka mewujudkan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas dan mampu memimpin serta memelihara kesatuan dan persatuan bangsa dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar tahun 1945 disini diperlukan pembinaan secara terus menerus demi kelangsungan hidup, pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental dan sosial serta perlindungan dari segala kemungkinan yang akan membahayakan mereka dan bangsa ini baik di masa sekarang maupun di masa yang akan datang. Di samping itu juga, terdapat pula anak yang karena satu dan lain hal tidak mempunyai kesempatan memperoleh perhatian yang utuh dan memadai dari

orang tua. Karena keadaan diri yang tidak memadai seperti itu, maka baik sengaja maupun tidak sengaja sering juga anak melakukan tindakan atau berperilaku yang dapat merugikan dirinya dan orang lain. Berbicara mengenai anak dan perlidungannya tidak akan pernah berhenti sepanjang sejarah kehidupan, karena anak adalah generasi penerus pembangunan, yaitu generasi yang dipersiapkan sebagai objek pelaksana pembangunan berkelanjutan dengan dan pemegang kendali masa depan suatu Negara.

Perlindungan anak menurut ketentuan Undang-Undang Nomor 23 Tahum 2002 adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. (Pasal 1 Ayat 2).

Anak adalah bagian yang tidak terpisahkan dari keberlangsungan hidup manusia dan keberlangsungan bangsa dan Negara, dalam konstitusi Indonesia anak memiliki peran strategis. Hal ini secara tegas di nyatakan bahwa Negara menjamin setiap anak berhak atas keberlangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Oleh karna itu kepentingan terbaik bagi anak patut di hayati sebagai kepentingan terbaik bagi keberlangsungan hidup manusia.

Konsekuensi dari Pasal 28B Undang- Undang dasar Negara Republik Indonesia perlu di tindak lanjuti dengan

(3)

Jurnal Ilmu Hukum Volume 2. Nomor 2 Oktober 2020 Hal. 64

membuat kebijakan pemerintah yang

bertujuan untuk melindungi anak.

Perlindungan anak termuat dalam pasal 66 Undang-Undang Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.

Pertama, setiap anak berhak untuk tidak di jadikan sasaran penganiayaan, penyiksaan, dan hukuman yang tidak manusiawi. Kedua, hukuman mati atau hukuman seumur hidup tidak dapat dijatuhkan pada pelaku pidana yang masih anak. Ketiga, setiap anak berhak untuk tidak dirampas kebebasannya secara melawan hukum. Keempat, penangkapan, penahanan, atau pidana penjara anak hanya boleh di lakukan sesuai hukum yang berlaku dan hanya bisa di laksanakan sebagai upaya terakhir. Kelima, setiap anak yang di rampas kemerdekaanya berhak mendapatkan perilaku secara manusiawi dan dengan memperhatikan kebutuhan pengembangan pribadi sesuai dan hanya dipisahkan dengan orang dewasa. Keenam, setiap anak di rampas ke bebasannya berhak untuk memperoleh bantuan hukum atau bantuan lainnya secara efektif pada setiap tahapan upaya hukum yang berlaku. Ketujuh, setiap anak yang dirampas kebebasannya berhak membela diri dan memperoleh keadilan di depan pengadilan anak yang objektif dan tidak memihak dalam sidang yang tertutup untuk umum. (Marlina, 2009 : 10).

Kota Tual merupakan kota daerah yang berada di Provinsi Maluku, dimana pergaulan yang terjadi dikalangan anak- anak begitu cepat dipengaruhi oleh arus globalisasi informasi, komunikasi dan gaya hidup sehingga tidak sedikit dari

mereka terlena dan bahkan melakukan tindakan-tindakan pidana. Anak yang melanggar norma yang hidup dalam masyarakat dan melakukan tindak pidana dikatakan sebagai anak nakal.

Bagi anak-anak nakal tersebut bisa dijatuhkan hukuman atau sanksi berupa tindakan atau pidana apabila terbukti melanggar peraturan perundang- undangan hukum pidana, sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Anak dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 anak yang melakukan tindak pidana diistilahkan dengan anak yang berhadapan dengan hukum dalam menghadapi dan menanggulangi berbagai perbuatan dan tingkah laku anak nakal perlu dipertimbangkan kedudukan anak dengan segala ciri dan sifat khasnya.

Walaupun anak telah dapat menentukan sendiri langkah perbuatannya berdasarkan pikiran perasaan dan kehendaknya tetapi keadaan sekitar dapat mempengaruhi perilakunya. Oleh karena itu dalam menghadapi masalah anak nakal, orang tua dan masyarakat sekelilingnya seharusnya lebih bertanggung jawab terhadap pembinaan, pendidikan dan perkembangan perilaku anak tersebut.

Dalam kehidupan sehari-hari sering dijumpai penyimpangan perilaku di kalangan anak, bahkan terdapat pula anak yang melakukan perbuatan melanggar hukum.

Penyimpangan perilaku yang dilakukan oleh anak dapat juga dikarenakan mereka tidak mempunyai kesempatan memperoleh perhatian baik secara fisik mental maupun sosial.

(4)

Jurnal Ilmu Hukum Volume 2. Nomor 2 Oktober 2020 Hal. 65

jika kita melihat dari segi hukum

pelaksanaan sanksi pidana, terkadang sanksi pidana yang diterapkan tidak memberikan efek jera kepada anak untuk tidak lagi melakukan perbuatan yang melanggar hukum buktinya sampai saat ini banyak kasus anak dengan motif yang berbeda-beda selalu terjadi.

Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul

“Tinjauan Normatif Perlindungan Hukum Terhadap Anak Pelaku Tindak Pidana Pencurian Menurut Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2002 (Studi Kasus di Polres Maluku Tenggara).”

Rumusan Masalah.

Berdasarkan uraian yang dikemukakan pada latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Bagaimanakah perlindungan hukum terhadap anak pelaku tindak pidana pencurian di Polres Maluku Tenggara?

b. Hambatan apa saja yang timbul dalam perlindungan hukum terhadap anak pelaku tindak pidana tersebut?

Metode Penelitian a. Spesifikasi Penelitian

Penelitian yang digunakan dalam penyusun Jurnal ini adalah penelitian hukum normatif dan penelitian hukum empiris, sehingga pendekatan yang digunakan yaitu dengan menggunakan pendekatan yuridis normatif dan yuridis empiris, yakni dengan cara mengkaji ketentuan-ketentuan hukum yang berkenaan dengan Perlindungan Hukum terhadap anak pelaku tindak pidana pencurian yang dilakukan

dengan cara menelaah teori-teori, konsep-konsep, asas-asas hukum serta peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan penelitian ini dan realisasinya dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu, telaah dilakukan dengan menggunakan metode Deskripstif Analitis.

b. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kepolisian Resort Maluku Tenggara.

Penulis memilih lokasi penelitian tersebut dengan pertimbangan bahwa lokasi penelitian relevan dengan masalah yang diteliti.

c. Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan jenis data yang berasal dari sumber yang berbeda, yaitu :

a) Data Primer; yakni data yang diperoleh dari hasil penelitian lapangan, berupa wawancara secara langsung kepada informan yang terkait dengan permasalahan dalam penelitian ini.

b) Data Sekunder; yakni data yang diperoleh dengan kajian kepustakaan yakni terdiri dari publikasi tentang hukum yang merupakan dokumen-dokumen resmi, publikasi tentang hukum yang berkaitan dengan objek penelitian, meliputi buku-buku teks, dan artikel-artikel hukum, serta dokumen resmi yakni Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang

d. Populasi dan Sampel

a) Populasi adalah keseluruhan objek atas totalitas subjek penelitian dapat berupa orang, benda, atau suatu hal yang di dalamnya dapat diperoleh

(5)

Jurnal Ilmu Hukum Volume 2. Nomor 2 Oktober 2020 Hal. 66

dan/atau dapat memberikan

informasi atau data peneltian.

(Ismiyanto dalam Sugiyono, 2011:80).

Populasi dalam penelitian ini adalah para pejabat pada kantor Kepolisian Resort Maluku Tenggara. Hal ini mengingat pejabat pada kantor tersebut mengetahui masalah yang akan diteliti.

b) Sampel dalam penelitian ini dilakukan secara purposive sampling yaitu penarikan sampel dilakukan dengan terlebih dahulu menentukan kriteria yang dipergunakan yakni mereka yang karena tugas dan jabatannya dianggap sangat mengetahui masalah yang akan diteliti. Untuk itu, yang dijadikan sampel dalam penelitian ini yakni:

1. Kepala Kepolisian Resort Maluku Tenggara.

2. Bagian Reskrim Unit Perlindungan Perempuan dan Anak.

e. Metode Pengumpulan Data

Adapun metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan, yang dilakukan dengan jalan telaah dokumen- dokumen data primer dan data sekunder secara kritis, dan selanjutnya melakukan suatu proses kualifikasi secara logis dan sistematis berdasarkan hasil penelitian lapangan.

f. Metode Analisis Data

Data-data hukum yang diperoleh dari penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan akan dianalisis mengunakan metode analisis Interpretasi Sistematis dan Deskriptif Analitis.

a) Interpretasi Sistematis, yakni teknik analisa data yang menghubungkan Pasal-Pasal yang berkaitan dengan

permasalahan dalam

pembahasan ini.

b) Deskriptif Analitis, metode analisa data yang mengelompokkan dan menyeleksi data yang berhubungan dengan hipotesis kemudian dihubungkan dengan teori-teori, asas-asas, dan kaidah- kaidah hukum yang diperoleh dari penelitian kepustakaan.

PEMBAHASAN

Jika kita ketahui bahwa seorang anak sesuai dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002, mendapatkan suatu perlindungan hukum terhadap hak-hak mereka yang di amanatkan oleh Undang-Undang tersebut, serta peran kepolisian sesuai dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang kepolisian Republik Indonesia pada pasal 1 ayat 6 sebagai salah satu acuan bagi penegak hukum dalam bertindak dan melindungi anak dari segala macam masalah yang mereka hadapi.

Perlindungan yang diberikan terhadap anak yang dilakukan oleh Polres Maluku Tenggara yaitu melalui diversi anak yang dilakukan oleh pihak korban dan anak tersebut guna memberikan penyelesaian perkara di luar proses peradilan, bertujuan memperoleh perdamaian antara korban dan anak demi mendapatkan kesepakatan kedua belah pihak guna memberikan perlindungan hukum terhadap anak.

Polres Maluku Tenggara sangat besar perannya dalam menyelesaikan

(6)

Jurnal Ilmu Hukum Volume 2. Nomor 2 Oktober 2020 Hal. 67

kasus yang ada, terutama memberikan

perlindungan terhadap anak seperti melakukan diversi yang diberikan terhadap anak pelaku tindak pidana pencurian tersebut. Pihak Polres Maluku Tenggara dalam hal ini memberikan suatu perlindungan hukum berupa diversi anak sesuai dengan SOP kepolisian, maka dalam hal memberikan perlindungan hukum ini tergantung dari kasus yang ada dan umur dari pelaku anak yang melakukan tersebut mencukupi untuk diberikan perlindungan. Dalam hal ini Polres Maluku Tenggara berkoordinasi dengan Bapas Maluku Tenggara untuk melakukan penelitian, dan dari hasil penelitian tersebut baru ditetapkan Diversi sesuai dengan ketentuan Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Peradilah Anak, yang menyatakan bahwa “Pada tingkat penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan perkara di Pengadilan Negeri wajib diupayakan Diversi.”

Pentingnya diversi sesuai dengan keadilan restoratif, dimana pihak korban yang diundang guna berkonsultasi mengenai permasalahan yang ada dan tim terpadu juga hadir demi membantu dalam melaksanakan diversi anak.

Untuk memperoleh suatu keputusan antara korban dan pelaku sehingga, dalam hal ini anak berusaha berbicara dengan apa yang mereka pikirkan sebelum melakukan perbuatan tersebut. Serta alasan yang diberikan oleh anak mampu diterima korban tanpa harus melakukan perkara sampai ke tingkat selanjutnya kejaksaan sampai ke pengadilan.

Intinya dari pelaksanaan diversi tersebut ada yang dikatakan sepakat dan tidak sepakat, apabila sepakat maka unit PPA mengajukan penetapan diversi ke pengadilan dan jika hasilnya tidak sepakat diversi akan dilanjutkan ke pihak selanjutnya yaitu kejaksaan.

Untuk memudahkan mengidentifikasi mengenai diversi berikut proses diversi yang telah dilakukan oleh Polres Maluku Tenggara dalam memberikan perlindungan hukum, sesuai dengan hasil penelitian lapangan seperti tabel di bawah ini:

Tabel 4.1 Anak Pelaku Tindak Pidana Pencurian yang berhasi Diversi

No Tahun Jumlah Kasus

Diversi

1 2013 2 2

2 2014 2 2

3 2015 3 3

4 2016 4 4

5 2017 1 1

Sumber: Polres Maluku Tenggara Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA);

Berdasarkan data penelitian pada tabel yang di dapat dari Unit PPA Polres Maluku Tenggara, proses Diversi sebagaimana diberikan pada tabel di atas dimulai dari Tahun 2013 sampai dengan Tahun 2017. Pada Tahun 2013, terjadi 2 (Dua) kasus Pencurian yang dilakukan oleh anak, yang mana dari penyelesaian kasus tersebut di atas, 2 (Dua) kasus diselesaikan secara Diversi, yang mana anak pelaku tindak pidana tersebut berusia 12 Tahun dan 10 Tahun. Pada Tahun 2014, terjadi 2 (Dua) kasus Pencurian yang dilakukan

(7)

Jurnal Ilmu Hukum Volume 2. Nomor 2 Oktober 2020 Hal. 68

oleh anak yang berusia 13 Tahun dan

14 Tahun, yang diselesaikan secara Diversi. Pada Tahun 2015, terjadi 3 (Tiga) kasus Pencurian yang dilakukan oleh anak, yang mana tiga pelaku tindak pidana tersebut berusia 12 Tahun, 13 Tahun, dan 14 Tahun yang diselesaikan secara Diversi. Pada Tahun 2016, terjadi 4 (Empat) kasus Pencurian yang dilakukan oleh anak , yang diselesaikan secara Diversi, yang mana 1 anak pelaku tindak pidana berusia 14 Tahun, 2 pelaku berusia 12 Tahun, dan 1 pelaku berusia 13 Tahun.

Begitupun pada Tahun 2017, terjadi 1 (Satu) kasus Pencurian yang dilakukan oleh anak yang berusia 12 Tahun, yang diselesaikan secara Diversi. Hal tersebut terjadi karena di dalam memberikan perlindungan hukum berupa Diversi, kepolisian terkadang memperoleh hasil sepakat dan tidak sepakat, sehingga hal inilah yang sekiranya menjadi kendala dalam memberikan perlindungan terhadap anak.

Tabel 4.2. Jenis Tindak Pidana Pencurian Yang Berhak Diversi pada Polres Maluku Tenggara

No Tahun Jenis Kasus Usia Diversi 1 2013  Pencurian Alat-

Alat Elektronik, pada Tanggal 29 Januari 2013;

 Pencurian Besi Tua, pada Tanggal 3 Juli 2013.

12 Tahun

10 Tahun

2 2014  Pencurian Uang, pada Tanggal 3 Januari 2014;

 Pencurian Besi, pada Tanggal 2 Februari 2014.

13 Tahun

14 Tahun

3 2015  Pencurian Laptop, pada Tanggal 23 April 2015;

 Pencurian Motor, pada Tanggal 28 Mei 2015;

 Pencurian Motor, pada Tanggal 28 Mei 2015.

12 Tahun

13 Tahun

14 Tahun

4 2016  Pencurian Uang, pada Tanggal 8 Juli 2016;

 Pencurian Televisi, pada Tanggal 16 Juli 2016;

 Pencurian Alat- Alat Elektronik, pada Tanggal 13 September 2016;

 Pencurian Uang, pada Tanggal 16 September 2016.

14 Tahun

12 Tahun

12 Tahun

13 Tahun

5 2017 Pencurian Aki Mobil, pada Tanggal 23 Februari 2017

12 Tahun

Sumber : Polres Maluku Tenggara Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA);

Semua kasus Pencurian yang dilakukan oleh anak di bawah umur, dijerat dengan Pasal 362 dan Pasal 363 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Pasal 362 KUHP, menyatakan bahwa “Barang siapa mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum, diancam karena pencurian, dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana denda paling banyak sembilan ratus rupiah.”

Sedangkan Pasal 363 ayat (1) KUHP, menyatakan bahwa “Diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun:

(8)

Jurnal Ilmu Hukum Volume 2. Nomor 2 Oktober 2020 Hal. 69

1. Pencurian ternak;

2. Pencurian pada waktu ada kebakaran, letusan, banjir gempa bumi, atau gempa laut, gunung meletus, kapal karam, kapal terdampar, kecelakaan kereta api, huru-hara, pemberontakan atau bahaya perang;

3. Pencurian di waktu malam dalam sebuah rumah atau pekarangan tertutup yang ada rumahnya, yang dilakukan oleh orang yang ada di situ tidak diketahui atau tidak dikehendaki oleh yang berhak;

4. Pencurian yang dilakukan oleh dua orang atau lebih.

Kepolisian dalam hal ini sudah mengupayakan untuk diadakannya rumah aman guna dijadikan sebagai tempat penahanan dan hal tersebut memang tanggung jawab pemerintah untuk melakukan atau membuatkan rumah aman bagi anak. Dan pengertian dari rumah aman itu sendiri merupakan tempat bagi anak yang dalam hal ini, pelaku anak sesuai dengan undang- undang yang berlaku bahwa seorang anak mendapatkan suatu pelindungan yang diberikan kepadanya agar anak tersebut tidak membawa pengaruh negatif nantinya kepada masyarakat dan mengubah pola pikir anak tersebut agar tidak mengulangi perbuatan yang ia lakukan ini bertujuan untuk membantu mereka kelak menjadi seorang anak yang baik dan penuh rasa tanggung jawab kedepannya.

Tempat tahanan dibedakan dalam hal ini memberikan perlindungan hukum terhadap anak dengan cara membedakan tahanan terhadap anak- anak dan orang dewasa hal ini berguna untuk menghindari anak tersebut

mendapatkan pengaruh lain dari apa yang mereka dapatkan sehingga tidak mengulangi kembali perbuatannya di kemudian hari bahkan lebih berat dari yang sebelumnya karena pengaruh dari orang dewasa tersebut.

Polres Maluku Tenggara memberikan perlindungan terhadap anak dengan membedakan tempat tahanan antara anak-anak dan juga orang dewasa. Hal Ini bertujuan untuk menjauhkan atau meminimalisir pengaruh negatif yang ditimbulkan nantinya di kemudian hari, untuk mencegah terjadinya perbuatan pidana yang anak lakukan. Berdasarkan pemaparan dari narasumber atau informan tadi di atas dapat disimpulkan bahwa, peran Polres Maluku Tenggara dalam memberikan perlindungan hukum terhadap anak yang telah terbukti melakukan tindak pidana pencurian adalah berupa:

1. Diversi;

2. Tempat tahanannya dibedakan antara anak-anak dan orang dewasa.

Kepolisian sebagai aparat hukum yang memiliki peran yaitu sesuai dengan tugas dan kewajibannya sebagai penjaga keamanan, ketertiban, dan penegakan hukum. Di dalam pasal 3 ayat (1) Peraturan Presiden Nomor 52 Tahun 2010 tentang susunan organisasi dan tata kerja kepolisian republik Indonesia disebutkan, bahwa

“Organisasi Polri disusun secara berjenjang dari tingkat pusat sampai ke tingkat daerah hukum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan yang berlaku”.

Kepolisian resort Maluku Tenggara atau yang dikenal Polres Maluku

(9)

Jurnal Ilmu Hukum Volume 2. Nomor 2 Oktober 2020 Hal. 70

Tenggara merupakan kepala satuan

kerja di tingkat Kota Tual Kabupaten Maluku Tenggara Provinsi Maluku.

Polres Maluku Tenggara sesuai dengan salah satu tugasnya yaitu penegakan hukum dimana dalam hal ini terdapat juga perlindungan hukum di dalamnya.

Terhadap penyelesaian kasus-kasus yang ada, Polres Maluku Tenggara mengacu pada aturan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Republik Indonesia salah satunya adalah dalam memberikan perlindungan hukum terhadap anak. Perlindungan adalah pemberian jaminan atas keamanan ketentraman kesejahteraan dan kedamaian dari pelindung atas segala bahaya yang mengancam dari pihak yang dilindungi.Segala bentuk perlindungan diberikan sesuai dengan hukum yang berlaku di Indonesia. Yang ditinjau dari aturan hukum yaitu Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Pasal 1 ayat 2 Tentang Perlindungan Anak yang berbunyi “Segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya untuk dapat hidup, tumbuh dan berkembang, dan berpartisiapasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusian, serta mendapatkan perlindungan dari kekerasan tanpa diskriminasi.”

Polres Maluku Tenggara dalam memberikan perlindungan hukum terhadap anak yang telah terbukti melakukan tindak pidana pencurian yaitu dengan Diversi, diberlakukan rumah aman atau dalam hal ini Lembaga Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial (LPKS), dan

tempat tahanan untuk anak tersebut dibedakan.

1. Diversi; Adapun ketentuan yang diatur dalam pengaturan diversi melalui Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang perlindungan anak (dapat dikaitkan pada pasal 1 ayat (7) Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 Sistem Peradilan Anak), bertujuan untuk adanya perdamaian antara korban dan pelaku guna tercapainya kesepakatan antara kedua belah pihak, dengan cara penyelesaian perkara anak di luar proses peradilan, menghindari anak tersebut dari kemerdekaanya, memberikan arahan kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam memberikan perlindungan dengan menanamkan rasa tanggung jawab terhadap anak.

2. Diberlakukan Rumah Aman; Rumah aman adalah suatu tempat dimana bertujuan untuk melindungi anak dari ancaman-ancaman kekerasan dan tidak menyenangkan dari orang lain. dalam hal ini rumah aman sendiri diberlakukan baik bagi anak pelaku maupun anak korban, karena sesuai dengan tujuannya yaitu memberikan rasa aman, nyaman terhadap anak khususnya anak yang melakukan tindak pidana.

3. Tempat Tahanan Dibedakan;

Tempat tahanan dibedakan sesuai dengan penerapan pasal 45 ayat (3) Undang-undang RI Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak terhadap tempat tahanan anak yang dibedakan dengan tahanan orang dewasa. Dalam pelaksanaan penahanan yang diatur pada pasal 45 ayat (3) Undang-Undang RI Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak dijelaskan bahwa tempat tahanan harus dipisahkan

(10)

Jurnal Ilmu Hukum Volume 2. Nomor 2 Oktober 2020 Hal. 71

dari tempat tahanan orang dewasa

untuk menghindari pengaruh negatif bagi perkembangan psikologi anak pelaku tindak pidana tersebut.

Polres Maluku Tenggara dalam memberikan perlindungan hukum melalui 3 (tiga) cara, yaitu dapat dilihat bahwa di dalam memberikan perlindungan hukum terhadap anak, Polres Maluku Tenggara menggunakan ketiga cara itu untuk memberikan perlidungan terhadap anak pelaku tindak pidana.

Hal tersebut dilakukan oleh Polres Maluku Tenggara agar anak memperoleh hak-haknya sebagai seorang anak dan sesuai dengan fungsi dan kewenangannya untuk membantu anak tersebut ke arah yang lebih baik lagi dan diharapkan anak yang diberikan perlindungan hukum di kemudian hari tidak mengulangi perbuatannya lagi.

Hambatan yang timbul dalam perlindungan hukum terhadap Anak Pelaku Tindak Pidana Pencurian .

Berdasarkan hasil wancacara yang penulis lakukan dengan Kanit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA) Bripka Salmon Katty hambatan- hambatan yang timbul dalam perlindungan hukum terhadap anak pelaku tindak pidana pencurian adalah Pengetahuan anak mengenai masalah hukum masih terbatas. Suatu yang wajar jika seorang anak masih buta dan awam terhadap masalah hukum, dengan keadaan tersebut menyebabkan upaya perlindungan hukum terhadap anak mengalami kendala. Keterbatasan pengetahuan anak mengenai masalah hukum tentunya menyebabkan anak menjadi tidak tahu tentang apa yang

sebenarnya menjadi hak-haknya.

Keterbatasan tersebut juga menyebabkan anak lebih bersikap pasrah pada saat diperiksa, anak merasa dengan telah melakukan tindak pidana dirinya sepenuhnya bersalah.

Rasa bersalah tersebut menyebabkan anak memfonis dirinya sendiri bahwa ia layak dan pantas menerima segala yang dijatuhkan kepadanya, hal tersebut sering terlihat dalam pemeriksaan terhadap anak yang melakukan tindak pidana. Situasi yang demikian ini sangat rentan terhadap perlakukan semena-mena terhadap anak, apabila hal tersebut terjadi, tentunya menandakan bahwa perlindugan hukum terhadap anak khususunya dalam proses penyidikan tidak berjalan sebagaimana mestinya.

Yang terjadi hak-hak anak sering diabaikan dan tidak dijamin pelaksanaanya.

Dalam tingkat pemeriksaan, anak justru berhak mendapat penjelasan dan bantuan hukum guna kepentingan pemeriksaan perkaranya. Anak diharapkan dapat mengetahui masalah hukum yang sedang dialaminya, anak juga diharapkan mengetahui akan hak- haknya sehingga ia dapat menuntut hak-haknya untuk dilaksanakan. Namun demikian, pelaksanaan perlindungan hukum terhadap anak juga merupakan kewajiban dari para pejabat penegak hukum seperti penyidik yang berperan dalam pemeriksaan perkara anak.

Mengingat ciri dan sifat anak yang khas dan demi perlindungan terhadap anak maka ada baiknya para penegak hukum juga turut berperan dalam mewujudkan perlindungan hak-hak anak di dalam hukum.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil dalam pembahasan yang telah diuraikan diatas, maka kesimpulan yang dapat

(11)

Jurnal Ilmu Hukum Volume 2. Nomor 2 Oktober 2020 Hal. 72

dikemukakan guna menjawab rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah:

Polres Maluku Tenggara dalam memberikan perlindungan hukum terhadap anak yang telah terbukti melakukan tindak pidana pencurian adalah berupa: Diversi; Tempat tahanannya dibedakan antara anak- anak dan orang dewasa. Hambatan- hambatan yang muncul dalam proses perlindungan hukum terhadap anak pelaku tindak pidana pencurian adalah Pengetahuan anak mengenai masalah hukum masih terbatas;

Saran

Dalam melaksanakan perlindungan hukum terhadap anak hendaknya aparat Kepolisian selain berpedoman pada ketentuan yang diatur dalam Undang-undang nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, juga memperhatikan kondisi anak baik mental, maupun sosial sehingga setiap penjatuhan sanksi yang diambil benar- benar merupakan langkah yang terbaik bagi pembinaan anak. Upaya menjalin kerjasama yang telah dilakukan Polres Maluku Tenggara dengan BaPas setempat dan organisasi-organisasi sosial kemasyarakatan maupun lembaga bantuan hukum hendaknya ditingkatkan sehingga anak yang telah berperkara secara nyata mendapat pembinaan baik mengenai kondisi fisik, kejiwaan, maupun dalam bidang ketrampilan.

(12)

Jurnal Ilmu Hukum Volume 2. Nomor 2 Oktober 2020 Hal. 73

DAFTAR PUSTAKA

Buku-Buku

Marlina. 2009. Peradilan Pidana Anak Di Indonesia; Pengembangan Konsep Diversi dan Restorative Justice. Refika Aditama. Bandung.

M. Hadjon, Philipus. 2014. Argumentasi Hukum. Gadjah Mada University Press.

Yogyakarta.

Rahardjo, Satjipto. 2003. Sisi-Sisi Lain Dari Hukum Di Indonesia. Kompas. Jakarta.

Setyowati, Soemitro, Irma. 1990. Aspek Hukum Perlindungan Anak. Bumi Aksara.

Jakarta.

Sofyan, Andi dan Nur Azisa. .2016. Hukum Pidana. Pustaka Pena Press. Makassar.

Moeljatno . 2009. Asas-asas Hukum Pidana. Rineke Cipta. Jakarta.

Andrisman, Tri. 2009. Hukum Pidana, Asas-Asas dan Dasar Aturan Umum Hukum Pidana Indonesia. Universitas Lampung.

P.A.F. Lamintang. 1997.Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia. PT. Citra Aditya Bakti.

Bandung.

Dirdjosisworo, Soedjono. 1998. Penanggulangan Kejahatan. Alumni. Bandung.

Kartono, Kartini. 1986. Pantologis Sosial 3; Gangguan-gangguan Kejiwaan. CV Rajawali. Jakarta.

Atmasasmita, Romli. 1983.Problema Kenakalan Anak-Anak/Remaja. Armico. Jakarta.

Prodjodikoro, Wirjono. 2003. Tindak-Tindak Pidana Tertentu di Indonesia. PT Refika Aditama. Bandung.

Prakoso, Abintoro. Hukum Perlindungan Anak. LaksBang Pressindo. Yogyakarta.

2016.

Perundang-Undangan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945;

Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Peradilan Anak;

Undang–Undang Nomor 4 Tahun 1997 Tentang Kesejahteraan Anak;

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia;

Undang-Undang Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers;

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak;

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Republik Indonesia.

Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga;

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak;

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak;

Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1990 tentang Pengesahan Convention On The Rights of The Child (Konvensi tentang Hak-Hak Anak);

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana;

Peraturan Presiden Nomor 52 Tahun 2010 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kepolisian Republik Indonesia.

Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2002 tentang Tatacara Perlindungan Terhadap Korban dan Saksi Dalam Pelanggaran Hak Asasi Manusia yang Berat;

Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelayanan Perempuan dan Anak.

(13)

Jurnal Ilmu Hukum Volume 2. Nomor 2 Oktober 2020 Hal. 74

Gambar

Tabel 4.1 Anak Pelaku Tindak Pidana  Pencurian yang berhasi Diversi
Tabel  4.2.  Jenis  Tindak  Pidana  Pencurian Yang Berhak Diversi pada  Polres Maluku Tenggara

Referensi

Dokumen terkait

Tiga orang Indonesia yang mengusulkan dasar negara pada waktu sidang BPUPKI yaitu ..... Soekarno, Muhammad Hatta, Muhammad

Sebagian ahli ilmu berkata nasihat adalah perhatian hati terhadap yang dinasihati siapa pun dia. Nasihat adalah salah satu cara dari al-mau’izhah al-hasanah yang

KEWIRAUSAHAAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DI SMK BATIK 2 SURAKARTA. Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Penelitian

tersimpan(Trust in Stored Data) terhadap kepercayaan pada e- Government signifikan, ini menunjukkan bahwa jika pihak pemerintahan melakukan jaminan bahwa data milik

Pada metode antopometri kita kenal dengan Indeks Antropometri. Indeks antropometri merupakan dasar dari penilaian status gizi. Kombinasi dari beberapa parameter

Dengan melihat kondisi angin yang seperti ini bisa dikatakan pada tanggal 9 November 2017 hujan berpotensi turun dalam waktu yang cukup lama sebab pergerakan angin seperti mendapat

Kelengkapan dan kualitas bahan koordinasi, mutasi pegawai, analisis jabatan, analisis kinerja organisasi, analisis beban kerja, administrasi jabatan fungsional,

Bengkulu Nomor 8 Tahun 2OO8 tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan. Lembaga Teknis Daerah Provinsi Bengkulu (Iembaran