Media Komunikasi Internal
Penanggung Jawab: Yatri Indah Kusumastuti Pimpinan Redaksi: Siti Nuryati Redaktur Pelaksana: D Ramdhani Editor : Nunung Munawaroh Reporter : Siti Zulaedah, Dedeh H, Awaluddin Fotografer: Cecep AW, Bambang A Layout : D Ramdhani Sirkulasi: Agus Budi P, Endih M, Untung Alamat Redaksi: Humas IPB Gd. Andi Hakim Nasoetion, Rektorat Lt. 1, Kampus IPB Dramaga Telp. : (0251) 8425635, Email: [email protected]
Volume 029/ Tahun 2018
PARIWARA IPB
Terbit Harian
ngkapan rasa syukur tak henti-hentinya
U
dilontarkan Mochamad Subur dari Unit Keamaman Kampus (UKK) Institut Pertanian Bogor (IPB). Pada 3 Maret 2018 lalu, ia berangkat umroh ke tanah suci, setelah sebelumnya berhasil menjadi salah satu pemenang hadiah umroh Jalan Pagi Sehat (Japas) 2017 dalam rangka Dies Natalis IPB ke-54.“Alhamdulillah, saya sangat senang. Ini hadiah pensiun saya,” ujar Subur. Ya, keberangkatannya untuk umroh ini, bertepatan dengan masa pensiunnya sebagai satpam di IPB.
Sebagaimana diketahui, dalam rangka memperingati Dies Natalis ke-54, IPB menggelar kegiatan Japas 2017 pada 17 September 2017 di Kampus IPB Dramaga, Bogor.
Para peserta yang jumlahnya mencapai 10 ribu orang ini, memulai Japas dari halaman Gedung Rektorat Andi
Hakim Nasoetion dan berakhir di Gymnasium IPB dengan hadiah utama Japas 2017 berupa umroh.
Sekretaris Dies Natalis IPB ke-54, Dr. Soni Trison, mengatakan, hadiah umroh diberikan oleh IPB dengan sponsornya dalam rangka berbagi kebahagiaan di antara sivitas akademika IPB di saat IPB Dies Natalis yang ke-54. Dengan demikian akan terbentuk rasa kekeluargaan sebagai wujud dari keberkahan yang diberikan Alloh SWT. “Melalui momen ini harapannya kebaikan-kebaikan lainnya dapat diberikan dengan membangun kepedulian di antara warga IPB secara keseluruhan, baik dosen, tenaga kependidikan, maupun mahasiswa,” ujarnya.
Dr. Soni berkesempatan melepas dan mengawal Subur ke Bandara Soekarno Hatta untuk melaksanakan umroh. “Semoga perjalanan Pak Subur berkah dan mabrur, dan kita bisa terus menebar kebaikan sebanyak-banyaknya sesuai motto IPB Mencari dan Memberi yang Terbaik,” imbuhnya.(Awl)
Satpam IPB Berangkat Umroh, Hadiah Japas IPB 2017
2
Mahasiswa Purwakarta Promosikan Kampus Pertanian Terbaik Se-Indonesia
O
rganisasi Mahasiswa Daerah (OMDA) Purwakarta yang bernama Purwakarta Student Community (Puscom) telah melaksanakan kegiatan IPB Goes To School (IGTS) di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat.Sebanyak 16 Sekolah Menengah Atas (SMA) disambangi dengan jumlah siswa sekitar 200 hingga 400 orang di setiap sekolah. Siswa tampak sangat antusias menerima kunjungan mahasiswa-mahasiswa IPB di sana. Banyak pertanyaan yang diajukan, misalnya di SMAN 1 Pasawahan seorang siswa bertanya kepada salah satu anggota Puscom yang sedang melaksanakan IGTS di sana, “ Kak, kalau di IPB program sarjana ada asramanya ?”
Pertanyaan ini dijawab,”Di IPB terdapat asrama program sarjana. Asrama ini wajib diikuti mahasiswa tingkat pertama selama satu tahun. Pada tahun pertama kita tidak perlu repot-repot mencari kos-kosan atau kontrakan di sekitaran IPB.“
Salah seorang siswa SMAN 1 Purwakarta, Anggi, “Kami mendapatkan banyak informasi mengenai IPB atas kunjungan kakak-kakak mahasiswa IPB ke sekolah kami khususnya ke kelas saya dan membuat kami lebih tertarik lagi untuk menjadi mahasiswa baru di IPB.”
Hal senada disampaikan Ayodhya, siswa SMAN 1 Purwakarta,
“Kakak-kakak mahasiswa IPB yang datang kesini orangnya baik- baik, asik-asik, dan kalau menjawab pertanyaan dari kami. Kakak- kakak IPB menjawabnya dengan baik dan mudah dimengerti.”
Menurut Indriani, Siswa SMAN 2 Purwakarta, “Saya sangat terinspirasi untuk menjadi mahasiswa baru di IPB, karena menurut saya IPB adalah perguruan tinggi yang bagus dan memiliki sangat banyak lulusan yang sukses, ditambah motivasi-motivasi yang diberikan kakak-kakak mahasiswa IPB yang datang ke sini menambah motivasi saya untuk masuk ke IPB.
Banyak hal menarik yang didapatkan dalam pelaksanaan IGTS di Purwakarta. Misalnya, juga sebuah momen ketika Puscom berkunjung ke SMAN 2 Purwakarta di suatu kelas ada seorang siswa yang dapat menjawab pertanyaan yang diberikan, kemudian siswa tersebut diajak untuk berfoto bersama
di depan kelas dan dipinjamkan kepadanya jas almamater IPB.
Namun sebelum difoto tiba-tiba dia menangis, bukan karena bersedih tetapi dia terharu sekaligus senang, karena sebelum masuk ke perguruan tinggi yang dia impikan, dia telah merasakan bagaimana rasanya memakai jas almamater perguruan tinggi impiannya itu yaitu IPB. (***/ris)
Mahasiswa Jadi Juara Lewat Inovasi Krim dari Kerang
D
ua mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) kembali harumkan nama almamaternya. Mereka adalah mahasiswa dari Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), yakni Anbar Thohari dan Rebecca Tiara Eka Putri. Keduanya berhasil menyabet juara tiga dalam lomba ASEAN Geosmart Competition 2018. Lomba tersebut diselenggarakan pada tanggal 14-15 Februari 2018 di Universitas Pendidikan Indonesia.“Tema lomba kali ini yaitu Optimizing Maritime Resource as an ASEAN Regional Development Axis. Jadi, sesuai dengan tema tersebut, kami menggunakan kaki kerang untuk dibuat jadi krim pembalut luka,” jelas Rebecca. Tahapan yang dilalui oleh Anbar dan Rebecca tidak mudah, sebab harus melalui beberapa seleksi dimulai dari seleksi 100 abstrak.
Dari 100 abstrak, kemudian diseleksi lagi dengan
pengumpulan fullpaper hingga akhirnya ditentukan 12 tim yang harus presentasi pada perlombaan tersebut.
“Judul karya kami ini adalah Musscream: Inovasi Nanokolagen dari Byssus Kerang Hijau sebagai Krim Pembalut Luka Dalam Upaya Memanfaatkan Sumber Daya Maritim Indonesia. Idenya kami siapkan sejak awal semester tujuh, sekitar bulan September 2017,”
lanjut Rebecca.
Rebecca menerangkan, Musscream yang diinovasikan berasal dari byssus atau kaki kerang yang diambilnya di Muara Angke. Byssus atau kaki kerang tersebut diekstraksi dengan beberapa treatment seperti pencampuran larutan basa (NaOH), larutan asam dengan asam sitrat dan dilarutkan dengan akuades. Selanjutnya, beberapa treatment tersebut dihasilkan kolagen murni yang akan dikarakterisasi menggunakan FTIR (Fourier Transform Infra Red) yakni sebuah instrumen untuk mengetahui gugus fungsi dari senyawa ekstrak.
“Langkah pembuatannya sangat panjang. Setelah dikarakterisasi menggunakan FTIR, dibuatlah krim dalam bentuk partikel nano agar mudah diserap di luka. Barulah kita melakukan uji coba pakai in vivo atau hewan uji berupa mencit,” tambah Rebecca.
Melalui ide yang dibuatnya, Anbar dan Rebecca selalu berharap bisa membawa nama baik IPB dalam hal berinovasi.“Setiap lomba kami selalu bawa bendera IPB, sebagai tanda cinta kepada kampus kami sendiri. Selain itu, harapan kami untuk krim yang kami buat pastinya dapat bermanfaat bagi masyarakat,” tutup Rebecca. (NIN/Zul)
P
restasi membanggakan diraih oleh tujuh Mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB). Tak main-main, ke tujuh mahasiswa IPB tersebut memborong tiga juara dalam ajang kompetisi debat dan esai mahasiswa nasional. Dua tim berhasil meraih juara dua dan juara tiga dalam lomba debat pendidikan nasional, dan satu delegasi IPB berhasil meraih juara dua lomba esai pada agenda Kemilau Rafflesia Inisiator yang diadakan di Universitas Bengkulu pada 22-23 Februari lalu.Delegasi IPB dalam perlombaan ini terdiri dari dua tim debat, yaitu Randi Firman Syah , Futiha Hikmatul Husna, dan Langit Biru, dengan tim satu lagi yaitu Sandi Fantea, Rudi Wibowo, dan Zulfa Fauziah. Serta satu orang delegasi esai yaitu Muhammad Firman Ardiansyah. Kemilau Rafflesia Inisiator
merupakan agenda tahunan yang diadakan oleh Universitas Bengkulu. Pada tahun ini kegiatan berhasil diikuti oleh mahasiswa- mahasiswa se-Indonesia dari berbagai perguruan tinggi nasional.
Keberhasilan mahasiswa IPB dalam kompetisi ini tak luput dari usaha dan doa mereka. Pada kompetisi debat, mereka harus mampu menyisihkan tim lain untuk bisa maju dan bertahan di babak final.
Pada lomba esai, delegasi IPB harus mempresentasikan gagasan esainya di hadapan dewan juri.
“Kompetisi ini cukup menantang dan sangat mengesankan. Butuh perjuangan dalam mencapai kekompakan untuk bekerjasama dalam tim. Alhamdulillah semua delegasi IPB berhasil membawa juara dalam agenda ini,” ujar Zulfa salah satu delegasi IPB.
Beberapa diantara mereka cukup sering mengikuti dan menjuarai lomba debat di tingkat nasional, meskipun tema dalam lomba debat tersebut tidak sesuai dengan bidang yang mereka tekuni.
“Senang sekali bisa mengikuti perlombaan ini. Meskipun kami mahasiswa IPB dari berbagai jurusan, kami ditantang untuk berargumen dan berpikir kritis tentang pendidikan. Tipsnya perbanyak membaca, dan asah kemampuan terutama dalam public speaking, critical thinking, dan kecerdasan berpikir,” ujar Randi sebagai peserta lomba debat nasional ini.(UNA/Zul)
Mahasiswa IPB Borong Piala di Kemilau Rafflesia Inisiator 2018
K
isah inspiratif selalu dimiliki setiap orang. Begitu juga dengan mahasiswi Institut Pertanian Bogor (IPB) yang sekarang sedang duduk di bangku semester empat.Kemauan yang kuat untuk bisa melanjutkan studi setelah SMA, serta keinginan untuk mengubah nasib dan mengangkat derajat orang tua menjadi alasan utama untuk pantang menyerah dalam berprestasi.
Ari Elisa Ratih, mahasiswi dari Departemen Teknologi Hasil Perairan (THP) IPB, mendapatkan Indeks Prestasi Komulatif (IPK) sempurna 4.00 selama tiga semester berturut turut. Jalan berliku dilaluinya untuk bisa kuliah di IPB. Dari bekerja di toko bangunan, hingga tidak diterima bidik misi gelombang satu.
“Dulu itu, orang tua kurang mengizinkan untuk kuliah. Tapi, saya tetap mencoba SNMPTN di Teknologi Hasil Perairan IPB, dan orang tua tidak tahu. Sambil menunggu pengumuman saya kerja di toko bangunan dan toko serba ada jaga jaga biaya daftar ulang, jika diterima Dan alhamdulillah
keterima.Kuliah tapi ketika pengumuman berkas beasiswa bidikmisi itu, saya gak keterima. Rasanya udah gimana banget gitu, buat gerak ke depan tanpa dukungan orangtua, karena memang kondisi tidak mendukung,” kata gadis 19 tahun ini. (16/2).
Kendati demikian, dukungan terhadap mahasiswi THP yang kerap di sapa Lisa itu terus berdatangan. Salah satunya dari Organisasi Mahasiswa Daerah (Omda).“Waktu mau berangkat daftar ulang SNMPTN, orang tua nangis-nangis karena tidak ada jaminan dari bidik misi. Dan di situ sudah pasrah banget. Tiba-tiba dari Omda saya, bilang gini, “Kamu tetap kuliah, nanti insyaAllah dari belakang kami bantu!” Nah dari situ lumayan lah dapat dorongan dari omda. Terus saya sampaikan ke orang tua bahwa saat di IPB nanti ada yang mau nolongin. Dan alhamdulillah orang tua saya akhirnya merestui,”
tambah Lisa.
Orang tuanya yang hanya lulusan Sekolah Dasar (SD) dan sang ayah yang bekerja menjadi Anak Buah Kapal (ABK) selalu mendorong Lisa untuk membuktikan bahwa dia mampu membanggakan orang tuanya.
Berkat restu dari orang tua, alhamdulillah akhirnya saya bidik misi gelombang dua. Saya tidak mau mengecewakan orang tua dan orang-orang yang telah mendukung saya. Selain belajar saya selama di asrama berusaha sering sholat tahajud, dhuha dan selalu berdoa, hingga saya bisa meraih IPK 4.00 alhamdulillah selama semester 1, semester 2, dan semester 3” ujar gadis asal Rembang, Jawa Tengah ini.(Ari/Zul)
Pegawai Toko Bangunan ini Selalu Raih IPK 4.00 Berturut-turut di IPB
4
Kreasikan Edukasi Anti Korupsi untuk Anak Zaman Now, Mahasiswa IPB Juara Satu Lomba Esai Nasional
K
a s u s k o r u p s i m a s i h m e n j a d i k a s u s y a n g memprihatinkan bagi bangsa Indonesia. Transparency Internasional pada tahun 2016 mencatat bahwa Indonesia ada di peringkat ke 90 dari 176 negara di tingkat A s i a P a s i f i c . I n d o n e s i a n C o r r u p t i o n W a t c h ( I C W ) mengumumkan ada sebanyak 482 kasus korupsi yang diketahui di tahun 2016, dengan kerugian negara mencapai 1,45 Triliun rupiah. Melihat fakta tersebut, diperlukan upaya terintegrasi dalam meminimalisir kasus korupsi di Indonesia, baik dari penanganan kasus, hingga upaya preventif dengan edukasi anti korupsi.Menyikapi fenomena tersebut diperlukan suatu upaya yang holistik dalam pemberantasan korupsi baik dari segi aparat penegak hukum, kebijakan pengelolaan negara sampai ke pendidikan formal maupun informal. Berpikir dari sudut pandang tersebut, mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB), Futiha Hikmatul Husna menciptakan sebuah program edukasi karakter anti korupsi untuk anak zaman now.
Karya tersebut sukses menarik perhatian dewan juri dan berhasil meraih juara pertama dalam lomba esai mahasiswa nasional Guidance and Conselling Experia 5 (GCE 5) yang diadakan di Universitas Pendidikan Indonesia, pada 22 Februari lalu. Perlombaan ini diikuti oleh mahasiswa-mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi, dan setelah melalui seleksi, dipilih beberapa esai terbaik untuk dipresentasikan dalam acara talkshow GCE 5 di Universitas Pendidikan Indonesia.
“Program ini berfokus pada penanaman nilai dan karakter anti korupsi pada anak-anak dan remaja. Kami membuat berbagai kegiatan yang dapat diimplementasikan baik di sekolah maupun di luar sekolah. Seperti kegiatan-kegiatan terstruktur upaya penanaman karakter anti korupsi, kampanye melalui media sosial, pemilihan duta anti korupsi, dan branding anti korupsi melalui selebgram. Serta mengoptimalkan media-media pembelajaran anti korupsi yang ada, baik itu permainan tradisional maupun mobile apps”, ujar mahasiswa yang akrab dipanggil Husna.
Edukasi antikorupsi merupakan langkah pencegahan sejak dini terjadinya korupsi. Hanya saja hasil upaya preventif ini tidak dapat dinikmati secara langsung, melainkan sebagai suatu bentuk antisipasi yang dapat menciptakan generasi muda yang memiliki mental kuat untuk tidak melakukan korupsi, menekan laju pertumbuhan kasus korupsi Indonesia di masa mendatang serta dapat mencetak calon- calon figure pemangku kekuasaan yang bersih dari korupsi.
Harapan ke depannya, kata Husna, edukasi dan penanaman karakter anti korupsi dapat menjadi salah satu fokus utama pembangunan karakter pelajar dan anak-anak Indonesia.(Una/Zul)
Inovasikan Beras Analog dari Agroforestri, Mahasiswa IPB Raih Juara IPITEX 2018 di Thailand
P
restasi membanggakan kembali diraih oleh mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB). Kali ini, prestasi mahasiswa IPB tak hanya mengharumkan nama institusi, namun juga mengharumkan bangsa Indonesia di kancah internasional. Delegasi IPB berhasil meraih medali perunggu dalam lomba inovasi karya di International Intellectual Property, Invention, Innovation And Technology Exposition di Bangkok, Thailand pada 02-06 Februari lalu.Kompetisi ini diadakan oleh National Research Council of Thailand (NRCT) yang bekerjasama dengan International Federation of Inventor’s Associations (IFIA). Inovasi yang
mereka tawarkan ialah produk pangan bernutrisi tinggi yang berasal dari sektor kehutanan yang diberi nama COWI. COWI merupakan inovasi beras analog yang dikomposisikan dari campuran hasil hutan dan tanaman agroforestri. Inovasi inilah yang sukses mengantarkan keempat mahasiswa dari Fakultas Kehutanan IPB yaitu Nur Badri, Muhammad Ridwan Baihaqi, Muhammad Hawari Azka, dan Nada Radilla, mendapat penghargaan dari ajang bergengsi ini.
“Kami sangat senang dan antusias karena bisa mewakili kampus IPB sekaligus mewakili Indonesia dengan membawa inovasi yang sesuai dengan bidang kami, yaitu agroforestri. Dari inovasi tersebut, kami cukup percaya diri untuk mempresentasikannya di depan dewan juri, dan berhasil meraih medali perunggu dari National Research Council of Thailand (NRCT), dan sukses meraih penghargaan spesial dari Association of Polish Inventor and Rationalizers,” Ujar Badri, salah satu delegasi IPB dalam kompetisi tersebut.
Kompetisi yang diadakan oleh National Research Council of Thailand (NRCT) itu bekerja sama dengan International Federation of Inventor’s Associations(IFIA) dan diikuti oleh berbagai negara yakni Kanada, China, Mesir, Hongkong, India, Indonesia, Iran, Jepang, Lebanon, Makau, Malaysia, Filipina, Polandia, Rumania, Rusia, Saudi Arabia, Singapura, Korea Selatan, Sri Langka, Taiwan, Uni Emirate Arab, Inggris, Vietnam dan Thailand.(Una/Zul)