• Tidak ada hasil yang ditemukan

“Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Petani Padi Beralih ke Perkebunan Kelapa Sawit “(Studi Kasus Desa Salugatta, Kecamatan Budong-Budong, Kabupaten Mamuju Tengah, Provinsi Sulawesi Barat). SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "“Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Petani Padi Beralih ke Perkebunan Kelapa Sawit “(Studi Kasus Desa Salugatta, Kecamatan Budong-Budong, Kabupaten Mamuju Tengah, Provinsi Sulawesi Barat). SKRIPSI"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

“Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Petani Padi Beralih ke Perkebunan Kelapa Sawit “

(Studi Kasus Desa

Salugatta, Kecamatan Budong-Budong, Kabupaten Mamuju Tengah, Provinsi Sulawesi Barat).

SKRIPSI

MUH RIZAL G211 12 109

DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

201

(2)
(3)

PANITIA UJIAN SARJANA

JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

Judul : Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Petani Padi Beralih ke

Perkebunan Kelapa Sawit, (Studi Kasus di Desa Salugatta, Kecamatan Budong-Budong, Kabupaten mamujuTengah).

Nama : Muh Rizal Nim : G 211 12 109

TIM PENGUJI

Prof. Dr. Ir.Didi Rukmana, M.S Ketua Sidang

Prof. Dr. Ir.Rahim Darma, M.S Anggota

Prof. Dr. Ir. M.Saleh S, M.Sc Anggota

Ir. Tamzil Ibrahim, M.Si Anggota

Dr. Letty Fudjaja, S.P, M.si.

Anggota

Dr. Ir. Saadah, M.Si Anggota

Tanggal Ujian : Agustus 2018

(4)

RINGKASAN

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Petani Padi Beralih ke Perkebunan Kelapa Sawit ” (Studi Kasus Desa Salugatta, Kecamatan

Budong-Budong, Kabupaten Mamuju Tengah, Provinsi Sulawesi

1Muh Rizal ,2Didi Rukmana, 2Rahim Darma

1Agribisnis, UniversitasHasanuddin, Makassar

2,3Staf PengajarFakultasPertanian, UniversitasHasanuddin, Makassar Penelitian ini dilakukan di Desa Salugatta, Kecamatan Budong- Budong, Kabupaten Mamuju Tengah, Provinsi Sulawesi Barat pada bulan Oktober- November 2017. Lokasi penelitian dengan pertimbangan bahwa umumnya petani beralih dari usaha tani padi menjadi perkebunan kelapa sawit. Penelitian ini tujuannya adalah 1).Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan usaha tani padi ke perkebunan kelapa sawit, 2) Mengetahui apakah perkebunan kelapa sawit lebih menguntungkan dibandingkan usaha tani padi

Data diperoleh dari 20 responden yang dipilih secara acak sederhana.Teknik pengumpulan data adalah melalui wawancara langsung dengan petani responden menggunakan daftar pertanyaan. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisa deskriptif kualitatif dan analisa deskriptif kuantitatif.

Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi petani padi beralih ke perkebunan kelapa sawit adalah faktor ekonomi, faktor sosial, faktor teknis dan faktor politik. Faktor ekonomi meliputi, harga, pendapatan, jaminan pasar. Faktor sosial meliputi pengetahuan dan pengalaman usahatani. Faktor teknis meliputi infrastruktur dan pabrik pengolahan . Faktor politik meliputi kebijakan perusahaan .

Usahatani kelapa sawit lebih menguntungkan daripada usahatani padi. Keuntungan baru yang diperoleh rata-rata sebesar Rp. 38.886.000 per tahun per hektar atau B/C ratio 3,3

Kata Kunci : Alih Fungsi Lahan, Usaha Tani Padi dan Kelapa Sawit.

(5)

ABSTRACT

Factors Affecting Rice Farmers To Change Oil Palm Plantation " ( Study Case Village Salugatta , District Budong-Budong , District

Mamuju Tengah, West Sulawesi Province),

1Muh Rizal,2Didi Rukmana, 2Rahim Darma

1Agribisnis, Hasanuddin University, Makassar

2,3Lecturer in the Faculty of Agriculture, Hasanuddin University, Makassar.

This research was conducted in Salugatta Village, Budong- Budong Sub-district, Central Mamuju District, West Sulawesi Province from October to November 2017. Research location with consideration that farmers generally switch from rice farming to oil palm plantation. The purpose of this research are 1) Knowing what factors influence the shifting of rice farming to oil palm plantation, 2) Knowing whether oil palm plantation are more profitable than rice farming

Data obtained from 20 respondents selected by simple random.

The method of data collection is through direct interviews with farmers respondents using a list of questions. Data analysis was done by using qualitative descriptive analysis and quantitative descriptive analysis.

The results of analysis indicate that factors influence rice farmers change to oil palm plantations are economic factors, social factors, technical factors and political factors. Economic factors include price, income, market guarantee. Social factors include knowledge and experience of farming. The technical factors include infrastructure and manufacture factory.

Oil palm plantation is more profitable than rice farming. The new profit earned an average of Rp. 38,886,000 per year per hectare or B / C ratio of 3.3

Keywords: Land Function Transfer, Rice Farming Business and Oil Palm .

(6)

RIWAYAT HIDUP PENULIS

MUH RIZAL, lahir di Salogatta pada tanggal 7 September 1995. Merupakan anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan H.Muis dengan Hj.Mujiati Memulai pendidikan formal di SD Negeri Inpres Salogatta dan tamat pada tahun 2006. Kemudian melanjutkan ke SMP Negeri 4 Budong-Budong dan tamat pada tahun 2009.

Setelah itu penulis melanjutkan pendidikan ke SMA Negeri 1 Budong-Budong dan tamat pada tahun 2012. Pada tahun 2012 penulis diterima sebagai Mahasiswa Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin dan memilih sub Program Studi Agribisnis.

Semasa perkuliahan, selain mengikuti kegiatan akademik dengan sebaik-baiknya penulis juga aktif dalam organisasi lingkup jurusan yaitu Mahasiswa Peminat Sosial Ekonomi Pertanian (MISEKTA) sebagai anggota Departemen Studi Pedesaan dan Lingkungan Hidup (SPLH) selama menjadi Badan Pengurus Harian (BPH) pada periode 2015-2016, Dan organisasi Lingkup Universitas yaitu KORPALA UNHAS Sejak 2014 – 2018, dan Seminar lokal maupun Nasional.

(7)

UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillahi rabbil alamiin, segala puji bagi Allah SWT Rabb

semesta alam, berkat rahmat dan kasih sayang-Nya. Rasa syukur tak terhingga penulis panjatkan kepada Allah SWT, satu dari berbagai nikmat yang selalu diberikan Allah SWT kepada setiap hamba-Nya, yakni terselesaikannya tugas akhir penulis dalam meraih gelar Sarjana Pertanian di Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin. Sholawat serta salam selalu tercurah kepada tauladan sepanjang masa, Nabi Muhammad SAW, beserta para keluarga, sahabat, dan para pengikutnya yang senantiasa istiqomah dalam sunnahnya hingga akhir jaman.

Dalam penyusunan skripsi ini, ada banyak hambatan yang penulis temui dan lalui mulai dari tahap persiapan hingga tahap penyelesaian akhir skripsi ini. Namun, berkat usaha dan kerja keras serta bimbingan, arahan, kerjasama, dukungan, dan bantuan dari berbagai pihak maka skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Dengan segala kerendahan hati, melalui kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Kedua orang tua tercinta, Ibunda Hj. Mujiati dan Ayahanda H. Muis.

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada beliau yang merawat, membesarkan, mendidik, memberikan motivasi dan dorongan, dengan penuh kasih sayang, ketulusan, kesabaran dan keikhlasan, curahan rasa cinta dan sayangnya yang tiada berujung, dan

(8)

pengorbanan yang tak ternilai. Kepada saudara-saudara kandungku yang selalu menyemangati dan memberi dukungan untuk penulis. Kepada keluarga besar penulis yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil kepada penulis.

2. Prof. Dr. Ir. Didi Rukmana, M.S.. selaku pembimbing I dan sebagai Orang Tua pengganti di lingkungan akademik, terima kasih atas setiap waktu yang diberikan untuk ilmu, motivasi, saran, teguran yang membangun, dan pemahaman baru mengenai berbagai hal. Penulis secara pribadi memohon maaf atas segala kekurangan serta kekhilafan penulis yang membuat kecewa selama proses bimbingan skripsi selama ini.

3. Prof. Dr. Ir. Rahim Darma, M.S.Selaku pembimbing II, terima kasih atas segala bimbingan, saran, motivasi, serta teguran membangun sehingga penulis selalu bersemangat untuk menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih, atas setiap waktu bimbingan yang selalu memberikan penulis ilmu dan pemahaman baru mengenai berbagai hal baik dan penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya atas kesalahan dan tingkah laku yang penulis lakukan selama ini baik sewaktu kuliah dan selama penyusunan skripsi ini.

4. Prof. Dr. Ir. M.Saleh S, M.Sc, Ir. Tamzil Ibrahim, dan M.Si Dr. Letty Fudjaja, S.P, M.si. selaku penguji yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun guna penyempurnaan penyusunan tugas akhir ini.

Walaupun beliau bukanlah pembimbing skripsi penulis, namun penulis sangat berterima kasih karena beliau masih rela untuk meluangkan

(9)

waktunya dan selalu memperhatikan perkembangan skripsi, serta penulis ingin memohon maaf yang sebesar-besarnya atas kesalahan dan tingkah laku yang penulis lakukan selama ini baik sewaktu kuliah dan selama penyusunan skripsi ini.

5. Ibu Ir. Saadah, M.Si selaku panitia ujian sarjana dan Ibu Ni Made Viantika S.S.P, M.Agb. selaku panitia seminar proposal dan panitia seminar hasil, terima kasih untuk telah meluangkan waktunya dalam memimpin seminar terima kasih juga telah memberikan petunjuk, saran dan masukan dalam penyempurnaan skripsi serta penulis ingin memohon maaf yang sebesar-besarnya atas kesalahan dan tingkah laku yang penulis lakukan selama ini baik sewaktu kuliah dan selama penyusunan skripsi ini.

6. Bapak Dr. Ir. Muh Hatta Jamil, S.P., M.Si dan Ibu Dr. A. Nixia Tenriawaru, S.P., M.Si. selaku Ketua Departemen dan Sekertaris Departemen Sosial Ekonomi Pertanian yang telah banyak memberikan pengetahuan, mengayomi, dan memberikan teladan selama penulis menempuh pendidikan serta penulis mau memohon maaf yang sebesar- besarnya atas kesalahan dan tingkah laku yang penulis lakukan selama ini baik sewaktu kuliah dan selama penyusunan skripsi ini.

7. Bapak dan Ibu dosen, khususnya Program Studi Agribisnis Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, yang membimbing penulis sejak pertama kali menginjakkan kaki di Universitas Hasanuddin sampai penulis merampungkan tugas akhir ini dan penulis mau memohon maaf

(10)

yang sebesar-besarnya atas kesalahan dan tingkah laku yang penulis lakukan selama ini baik sewaktu kuliah dan selama penyusunan skripsi ini.

8. Seluruh staf dan pegawai Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin. Khususnya Pak Ahmad, Pak Bahar, Kak Ima, dan Kak Hera terimah kasih telah memberikan semangat serta membantu penulis dalam proses administrasi dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

9. Keluarga besar “SPEKTA12” Terkhusus teman-teman seperjuanganku Rendy Reinhard Ambrosius S.P., Abdul Rahman Karim S.P., Muh.

Taufik Saputra S.P., Anis Irawan Anwar, Haeruddin S.P.,Aisyah Fitria, Ucu Bams, Firman ihsan A Terima kasih atas waktu, saran, serta kerjasama yang baik sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Terima kasih telah membantu dalam pembuatan skripsi ini.

10. Keluarga Besar Mahasiswa Peminat Sosial Ekonomi Pertanian (MISEKTA). Terima kasih atas segala pengalaman dan pelajaran yang telah diberikan selama menggeluti organisasi ini.

11. Kakak-kakak dan adik-adik semua Angkatan di Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, tanpa terkecuali yang telah memberikan semangat dan motivasi kepada penulis. Terima kasih telah menjadi saudara-saudara terbaik penulis selama menempuh pendidikan di Universitas Hasanuddin.

12. Keluarga Besar Korpala Unhas yang telah memberikan semangat dan motivasi kepada penulis. Terima kasih telah menjadi saudara-saudara terbaik penulis selama menempuh pendidikan di Universitas Hasanuddin.

(11)

13. Kepada Utami Dewi Anggraini S.Farm yang meluangkan waktunya, memberikan dukungan, semangat serta bantuan yang sangat banyak terhadap penulis hingga dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

14. Kepada semua pihak yang telah memberi bantuan yang tak mampu penulis sebutkan satu-persatu.

Demikianlah, semoga segala pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah membantu penulis dalam penyelesaian Tugas Akhir semoga Allah SWT memberikan kita kebahagiaan, Amin.

Makassar Agustus 2018

Penulis

(12)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Pertama-tama penulis menghanturkan puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ”Faktor-faktor yang Mempengaruhi Petani Padi Beralih Keperkebunan kelapaSawit” ini.

Salam dan salawat tetap dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi Besar, Nabi Akhirul Zaman, Nabi Pembawa Rakhmat Bagi Alam Semesta, Nabi Muhammad SAW, beserta para keluarganya dan para sahabatnya serta para pengikutnya sampai akhir zaman nanti, insya’ Allah termasuk kita semua yang membaca skripsi ini. Amiin.

Skripsi ini berisi uraian tentang faktor-faktor yang yang mempengaruhi petani padi beralih keperkebunan kelapa sawit, dianalisis menggunakan analisa kualitatif dan analisa kuantitatif. Disadari sepenuhnya bahwa meskipun skripsi ini telah disusun dengan usaha yang semaksimal mungkin, namun bukan mustahil bila di dalamnya terdapat berbagai kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang konstruktif sangat penulis harapkan untuk perbaikan demi kesempurnaan skripsi ini dan untuk pembelajaran di masa yang akan datang.

(13)

Walaupun hanya setetes harapan, penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat adanya. Akhir kata semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam pengembangan diri di kemudian hari dan senantiasa menunjukkan jalan yang terbaik untuk kita serta dapat menuntun kita untuk terus bekerja dengan tulus, Amiin.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Makassar, 2018

Muh Rizal

(14)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Pertama-tama penulis menghanturkan puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ”Faktor-faktor yang Mempengaruhi Petani Padi Beralih Keperkebunan kelapaSawit” ini.

Salam dan salawat tetap dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi Besar, Nabi Akhirul Zaman, Nabi Pembawa Rakhmat Bagi Alam Semesta, Nabi Muhammad SAW, beserta para keluarganya dan para sahabatnya serta para pengikutnya sampai akhir zaman nanti, insya’ Allah termasuk kita semua yang membaca skripsi ini. Amiin.

Skripsi ini berisi uraian tentang faktor-faktor yang yang mempengaruhi petani padi beralih keperkebunan kelapa sawit, dianalisis menggunakan analisa kualitatif dan analisa kuantitatif. Disadari sepenuhnya bahwa meskipun skripsi ini telah disusun dengan usaha yang semaksimal mungkin, namun bukan mustahil bila di dalamnya terdapat berbagai kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang konstruktif sangat penulis harapkan untuk perbaikan demi kesempurnaan skripsi ini dan untuk pembelajaran di masa yang akan datang.

(15)

Walaupun hanya setetes harapan, penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat adanya. Akhir kata semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam pengembangan diri di kemudian hari dan senantiasa menunjukkan jalan yang terbaik untuk kita serta dapat menuntun kita untuk terus bekerja dengan tulus, Amiin.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Makassar, 2018

Muh Rizal

(16)

DAFTAR ISI

RIWAYAT HIDUP PENULIS ...i

UCAPAN TERIMA KASIH...ii

KATA PENGANTAR ...iii

DAFTAR ISI ………iv

DAFTAR TABEL ………...V DAFTAR GAMBAR ……….Vi I. PENDAHULUAN……….1

1.1 Latar belakang ...1

1.2 Rumusan masalah...4

1.3 Tujuan kegunaan...4

1.4 kegunaan Penelititian...5

II. TINJAUAN PUSTAKA... ...6

2.1 Petani ...6

2.2 usahatani...9

2.3 Padi ...13

2.4 Kelapa Sawit ...16

2.5 Alih Fungsi Lahan sawah...19

2.6 Faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan uasaha tani ...25

2.5 Kerangka Berfikir ...32

(17)

III. METODE PENELITIAN ...34

3.1 Lokasi dan waktu penelitian...34

3.2 Jenis dan sumber data………..34

3.3.Penentuan populasi dan sampel……….35

3.4 Analisis data………...35

3.5 Konsep operasional ………..38

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN ………..41

4.1 Letak Geografis dan Wilayah Administrasi………41

4.2 Keadaan penduduk ………...42

4.2.1 Keadaan penduduk berdasarkan jenis kelamin ...43

4.2.2 Keadaan penduduk berdasarkan mata pencaharian...43

4.3 Pola penggunaan lahan ...44

4.4 Keadaan umum sarana dan prasarana ...45

4.5 Jenis dan Jumlah Ternak ... ...46

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ……….…………..………….47

5.1 Identitas petani responden ………..…………..47

5.1.1 Umur ……… 47

5.1.2 Tingkat pendidikan ……….48

5.1.3 Jumlah tanggungan keluarga ………..……….49

5.1.4 Pengalaman Berusahatani ………...………....50

5.1.5 Luas Lahan ………..………….…………52

5.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Petani Padi Beralih Ke Perkebunan Kelapa sawit ... 53

(18)

5.2.1 Faktor ekonomi ……….……….………54

5.2.2 Faktor Sosial ……….……….………55

5.2.3 Faktor Teknis ……….……….………..57

5.2.4 Faktor Politik ……….……….……….…….58

5.3 Analisis Pendapatan Usahatani ……….……….……59

5.3.1 Biaya Usaha Tani Petani Responden ……….……..60

5.3.2 Penerimaan Dan Pendapatan Petani Responden…………61

5.3.3 Keuntungan baru dari peralihan usaha tani ………63

VI. KESIMPULAN DAN SARAN………...64

6.1 Kesimpulan ………..………...64

6.2 Saran ………...64

DAFTAR PUSTAKA ………...………..xx

(19)

DAFTAR TABEL

No Teks Hal

1. Luas areal,produksi, produktivitas tanaman kakao, dan Pendapatan rata-rata petani di Kabupaten Mamuju,

Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2004-2008 ... 9 2. Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di Desa

Kalonding, Kecamatan Sampaga, Kabupaten Mamuju, Provinsi Sulawesi Barat, 2008... ... 34 3. Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di Desa

Kalonding, Kecamatan Sampaga, Kabupaten Mamuju , Provinsi Sulawesi Barat, 2008... 35 4. Jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian di Desa

Kalonding, Kecamatan Sampaga, Kabupaten Mamuju, Provinsi Sulawesi Barat, 2008... ... 37

5. Pola penggunaan lahan di Desa Kalonding, Kecamatan Sampaga, Kabupaten Mamuju, Provinsi Sulawesi Barat,

2008. ... 38 6. Sarana dan prasarana transportasi di Desa Kalonding,

Kecamatan Sampaga, Kabupaten Mamuju, Provinsi Sulawesi Barat, 2008... ……… 39 7. Sarana pendidikan di Desa Kalonding, Kecamatan

Sampaga, Kabupaten Mamuju, Provinsi Sulawesi Barat,

2008. ... 41 8. Sarana keagamaan dan kesehatan di Desa Kalonding,

Kecamatan Sampaga, Kabupaten Mamuju, Provinsi Sulawesi Barat, 2008. ... 42 9. Identitas petani responden berdasarkan kelompok umur di

Desa Kalonding, Kecamatan Sampaga, Kabupaten Mamuju, Provinsi Sulawesi Barat, 2008... 44 10. Identitas petani responden berdasarkan tingkat pendidikan di

Desa Kalonding, Kecamatan Sampaga, Kabupaten Mamuju, Provinsi Sulawesi Barat, 2008...45

(20)

11. Identitas petani responden berdasarkan pengalaman berusahatani di Desa Kalonding, Kecamatan Sampaga, Kabupaten Mamuju, Provinsi Sulawesi Barat,

2008... 46 12. Identitas petani responden berdasarkan luas lahan di Desa

Kalonding, Kecamatan Sampaga, Kabupaten Mamuju, Provinsi Sulawesi Barat, 2008... 47 13. Identitas petani responden berdasarkan jumlah tanggungan

keluarga di Desa Kalonding, Kecamatan Sampaga, Kabupaten Mamuju, Provinsi Sulawesi Barat, 2008... 49 14. Identitas petani responden berdasarkan Intensitas penyuluhan

di Desa Kalonding, Kecamatan Sampaga, Kabupaten Mamuju, Provinsi Sulawesi Barat, 2008... 50 15. Produksi, Nilai produksi, total biaya, keuntungan petani

Kakao di Desa Kalonding, Kecamatan Sampaga, Kabupaten Mamuju, Provinsi Sulawesi Barat, 2008... 51 16. Hasil analisis regresi berganda faktor-faktor yang

mempengaruhi pendapatan petani kakao di Desa Kalonding, Kecamatan Sampaga, Kabupaten Mamuju, Provinsi Sulawesi Barat, 2008... 53 17. Hasil analisis regresi berganda faktor-faktor yang

mempengaruhi produktivitas petani kakao di Desa Kalonding, Kecamatan Sampaga, Kabupaten Mamuju, Provinsi Sulawesi Barat, 2008... 57

(21)

DAFTAR GAMBAR

No Teks Hal

1. Kerangka pikir Faktor-faktor yang mempengaruhi

pendapatan petani kakao di Desa Kalonding, Kecamatan

Sampaga, Kabupaten Mamuju... 23 2. Kerangka pikir Faktor-faktor yang mempengaruhi

produktivitas petani kakao di Desa Kalonding, Kecamatan

Sampaga, Kabupaten Mamuju... 23

(22)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dan strategis dalam kegiatan perekonomian di Indonesia. Pilihan komoditas yang dibudidayakan oleh petani didasarkan pada pilihan rasional dengan berbagai pertimbangan. Oleh karena itu, tidak jarang petani melakukan alih fungsi dari satu jenis tanaman ke jenis tanaman lainnya pada lahan pertaniannya. Alih fungsi lahan yang terjadi antara lain peralihan budidaya tanaman pangan seperti padi dan jagung menjadi perkebunan khususnya kelapa sawit baik secara lokal, regional, maupun nasional.

Luas lahan pesawahan ternyata mengalami penyusutan akibat petani yang sebelumnya bercocok tanam padi mulai berpindah dengan beralih menjadi petani kelapa sawit.Hal ini tentunya tidak dapat di pungkiri mengingat bahwa pola kerja dan cara perawatan antara bertani padi dengan bertani kelapa sawit berbeda.

Lahan sawah memiliki arti yang sangat penting dalam upaya mempertahankan ketahanan pangan. Namun seiring perkembangan zaman, pertambahan penduduk, dan tuntutan ekonomi, eksistensi lahan pangan mulai terusik. Salah satu permasalahan yang cukup serius saat ini berkaitan dengan lahan pangan adalah makin maraknya alih fungsi lahan pangan ke penggunaan lainnya (Astuti, 2011).

(23)

Dalam Undang-undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan, pemerintah telah melakukan pengaturan tentang alih fungsi lahan, yaitu perubahan fungsi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan menjadi bukan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan baik secara tetap maupun sementara akan dikenakan hukuman pidana dan denda sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Namun hal tersebut belum dapat diimplementasikan dengan baik di lapangan. Di Provinsi Sulawesi Barat, khususnya di Desa Salugatta penciutan lahan sawah terjadi secara besar-besaran Salah satu alih fungsi lahan sawah yang nyata terlihat adalah menjadi lahan perkebunan kelapa sawit (Anonimous, 2016).

Tabel 1. Konversi Lahan Desa Salugatta, Kecamatan Budong- Budong, Kabupaten Mamuju Tengah, Provinsi Sulawesi Barat, 2016.

No. Tahun

Luas Lahan

Sawah (Ha) Perkebunana Kelapa Sawit (Ha)

1 2007 513 21

2 2008 426 108

3 2009 347 187

4 2010 231 303

5 2011 136 398

6 2012 9 525

Sumber : Data Sekunder, 2017.

Tabel 1 menunjukkan bahwa luas sawah semakin menurun dan luas lahan perkebunan kelapa sawit semakin bertambah, dan dari tahun 2007-2012 luas lahan sawah mengalami penurunan seluas 504 Ha di Desa Salugatta Kecamatan Budong, Kabupaten Mamuju Tengah.

(24)

Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman perkebunan terluas di Mamuju Tengah. Berdasarkan data BPS Provinsi Sulawesi Barat (2009- 2013), tercatat bahwa pada tahun 2013 luas lahan perkebunan kelapa sawit di Provinsi Sulawesi Barat mencapai 9.559.00 ribu hektar dari luas tanaman perkebunan rakyat. Hal ini mengindikasikan bahwa petani di Mamuju memiliki minat yang tinggi untuk menanam kelapa sawit.

Terjadinya alih fungsi lahan sawah ke tanaman kelapa sawit.

Produksi hasil perkebunan merupakan salah satu komoditas ekspor non migas yang dapat meningkatkan devisa negara. Salah satunya kelapa sawit menjadi komoditas primadona hasil pertanian karena merupakan tanaman dengan nilai ekonomis yang cukup tinggi yang dapat menghasilkan minyak nabati. Sub sektor ini juga mampu bertindak sebagai penyedia bahan baku untuk sektor industri sekaligus sebagai penyerap tenaga kerja.

Tabel 2. Data Produksi Kelapa Sawit di Desa Salugatta, Kecamatan Budong-Budong, Kabupaten Mamuju Tengah, Provinsi Sulawesi Barat, 2016.

No. Bulan Tahun (Kg)

Jumlah

2013 2014 2015 2016

1 Januari 8.324.780 11.110.590 15.246.100 13.068.840 47.750.310 2 Februari 10.068.820 10.107.720 14.065.840 12.771.060 47.013.440 3 Maret 10.381.940 12.534.910 15.358.270 12.571.930 55.847.500 4 April 8.931.740 13.494.660 12.052.460 10.605.740 45.084.330 5 Mei 11.732.160 12.681.270 12.175.190 11.157.630 47.386.250 6 Juni 12.280.670 10.902.440 11.051.360 10.003.930 44.238.400 7 Juli 11.390.830 9.443.940 11.643.100 11.444.910 43.922.780 8 Agustus 10.762.830 14.671.140 17.196.460 18.373.240 61.003.670 9 September 10.621.710 14.511.270 17.451.240 22.115.920 64.700.140 10 Oktober 12.361.820 16.871.490 20.562.750 19.201.874 68.997.934 11 November 14.105.930 15.416.220 16.748.770 17.246.830 63.517.750 12 Desember 12.824.620 14.434.440 15.833.950 17.854.658 60.947.668 Total 133.797.850 156.180.090 179.385.130 176.416.202 645.779.272

Sumber : PT.Surya Astra Lestari II, 2017.

(25)

Berdasarkan Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa hasil produksi kelapa sawit PT. Surya Astra Lestari II yang terletak di Desa Salugatta sebesar 8,324,780 kg pada bulan Januari 2013 yang merupakan produksi terendah sedangkan produksi tertinggi sebesar 22,115,920 kg pada bulan September 2016.

Terkait dengan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk mengangkat judul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Petani Padi Beralih ke Perkebunan Kelapa Sawit” (Studi Kasus Desa Salugatta, Kecamatan Budong-Budong, Kabupaten Mamuju Tengah, Provinsi Sulawesi Barat).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka rumusan masalah yang dapat diangkat dalam penelitian ini adalah :

1. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi beralihnya petani padi ke perkebunan kelapa sawit?

2. Bagiamana perbandingan pendapatan usahatani padi dan kelapa sawit ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian pada rumusan masalah, maka yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah :

(26)

1. Untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi beralihnya petani padi ke perkebunan kelapa sawit di Desa Salugatta, Kecamatan Budong-Budong, Kabupaten Mamuju Tengah, Provinsi Sulawesi Barat.

2. Untuk mengetahui apakah perkebunan kelapa sawit lebih menguntungkan dibandingkan usaha tani padi di Desa Salugatta, Kecamatan Budong-Budong, Kabupaten Mamuju Tengah, Provinsi Sulawesi Barat.

1.4 Kegunaan Penelitian.

Adapun kegunaan dari penelitian yaitu :

1. Memberikan informasi tentang adanya fungsi alih lahan padi ke perkebunan kelapa sawit khususnya di Desa Salugatta, Kecamatan Budong-budong, Kabupaten Mamuju Tengah, Provinsi Sulawesi Barat.

2. Menambah pengetahuan di bidang pertanian, khususnya terhadap perkebunan kelapa sawit di Desa Salugatta, Kecamatan Budong- budong, Kabupaten Mamuju Tengah, provinsi Sulawesi Barat.

(27)

II.TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Petani

Petani adalah setiap orang yang melakukan usaha untuk memenuhi sebagian atau seluruh kebutuhan hidupnya di bidang pertanian dalam artian luas meliputi usahatani pertanian, peternakan, perikanan dan pemungutan hasil laut.Sejalan dengan majunya pertanian, para petani harus lebih banyak lagi mengembangkan kecakapannya dalam jual-beli.

Mereka harus menentukan apakah harus membeli benih unggul, pupuk, pestisida atau alat baru. Mereka harus menentukan berapa banyak dari hasil setiap tanaman yang perlu disediakan untuk dimakan dirumah dan berapa banyak yang akan dijual. Mereka harus menentukan kapan harus menjual produknya dan kepada siapa.

Petani sebagai manusia sangatlah berbeda satu sama lainnya.

Kebanyakan mereka bekerja keras. Dari tahun ketahun pengetahuan mereka bertambah, walaupun tidak banyak. Mereka jarang mengembangkan metode baru. Biasanya mereka mengikuti metode yang berasal dari orang tua mereka. Namun demikian petani memainkan peranan inti dalam pembangunan pertanian. Dialah yang memelihara tanaman dan ternak, dan memutuskan bagaimana usahataninya harus dimanfaatkan.

(28)

Petani adalah orang yang mengusahakan/mengelola usaha pertanian baik pertanian tanaman pangan, perkebunan, peternakan, kehutanan, perburuan dan perikanan. Petani tanaman dapat merupakan petani pemilik atau petani penggarap sesuai dengan yang dikemukakan Irmayanti (2010) tentang klasifikasi petani :

a. Petani Pemilik

Petani pemilik ialah golongan petani yang memiliki tanah dan mereka pulalah yang secara langsung mengusahakan dan menggarapnya. Semua faktor-faktor produksi, baik berupa tanah, peralatan dan sarana produksi yang digunakan adalah milik petani sendiri.

Dengan demikian ia bebas menentukan kebijaksanaan usahataninya, tanpa perlu dipengaruhi atau ditentukan oleh orang lain. Golongan petani yang agak berbeda statusnya ialah yang mengusahakan tanahnya sendiri dan juga mengusahakan tanah orang lain (part owner operator). Keadaan semacam ini timbul karena persediaan tenaga kerja dalam keluarganya banyak. Untuk mengaktifkan seluruh persediaan tenaga kerja ini, ia mengusahakan tanah orang lain.

b. Petani Penyewa

Petani penyewa ialah golongan petani yang mengusahakan tanah orang lain dengan jalan menyewa karena tidak memiliki tanah sendiri. Besarnya sewa dapat berbentuk produksi fisik atau sejumlah uang yang sudah ditentukan sebelum penggarapan dimulai. Lama kontrak sewa ini tergantung pada perjanjian antara pemilik tanah dan penyewa.

(29)

Jangka waktu dapat terjadi satu musim, satu tahun, dua tahun atau jangka waktu yang lebih lama. Dalam sistem sewa, resiko usahatani hanya ditanggung oleh penyewa. Pemilik tanah menerima sewa tanahnya tanpa dipengaruhi oleh resiko usahatani yang mungkin terjadi.

c. Petani Penggarap

Petani penggarap ialah golongan petani yang mengusahakan tanah orang lain dengan sistem bagi hasil. Dalam sistem bagi hasil, resiko usahatani ditanggung oleh pemilik tanah dan penggarap. Besarnya bagi hasil tidak sama untuk tiap daerah. Biasanya bagi hasil ini ditentukan oleh trades daerah-daerah masing-masing, kelas tanah, kesuburan tanah, banyaknya permintaan dan penawaran, dan peraturan negara yang berlaku. Menurut peraturan pemerintah, besarnya bagi hasil ialah 50 persen untuk pemilik dan 50 persen untuk penyakap setelah dikurangi dengan biaya produksi yang berbentuk sarana. Di samping kewajiban terhadap usahataninya, di beberapa daerah terdapat pula kewajiban tambahan bagi penggarap, misalnya kewajiban membantu pekerjaan di rumah pemilik tanah dan kewajiban-kewajiban lain berupa materi.

Dalam usahataninya petani juga bertindak sebagai “manajer”.

Keterampilan bercocok tanam atau menggembalakan ternak pada umumnya merupakan hasil kerja dari kemampuan fisiknya yang meliputi alat, tangan, mata dan kesehatan. Keterampilan sebagai

“manajer” mencakup juga kegiatan-kegiatan otak yang didorong oleh

(30)

kemauan Di dalamnya tercakup masalah pengambilan keputusan atau penetapan pilihan-pilihan dari alternatif-alternatif yang ada. Menurut Patong (1986) keputusan-keputusan yang diperlukan meliputi :

a. Menentukan jenis tanaman yang akan ditanam pada sebidang tanah dan menentukan jenis ternak yang dapat diternakkan pada sebidang tanah.

b. Menentukan waktu kapan tanaman mulai ditanam atau kapan ternak mulai akan dikembangkan.

c. Mengatur penggunaan waktu, sehingga waktu yang bersamaan untuk dua jenis kegiatan dapat dihindarkan.

d. Memperhitungkan jumlah, macam tenaga kerja yang akan digunakan.

e. Memperhitungkan besarnya modal, dan sumber untuk mendapatkan modal yang dibutuhkan.

2.2 Usahatani

Usahatani (farm) adalah organisasi dari alam (lahan), tenaga kerja, dan modal yang ditujukan kepada produksi di lapangan pertanian.

Organisasi tersebut ketatalaksanaannya berdiri sendiri dan sengaja diusahakan oleh seseorang atau sekumpulan orang sebagai pengelolanya (Firdaus, 2008).

Menurut Kepas (Iskandar, 2006) sistem usahatani (farming system) adalah suatu organisasi produksi pada keluarga petani. Petani sebagai pengelola usahatani mengorganisasikan faktor-faktor produksi (lahan,

(31)

tenaga kerja, modal) yang ditujukan untuk perolehan produksi pertanian, baik untuk pencarian laba maupun untuk pemenuhan kebutuhan sehari- hari dalam keluarga.

Usahatani adalah sebagian dari permukaan bumi di mana seorang petani, sebuah keluarga tani atau badan usaha lainnya bercocok tanam atau memelihara ternak. Menurut Rahim dan Hastuti (2007) menyatakan bahwa usahatani adalah ilmu yang mempelajari tentang cara petani mengelola input atau faktor-faktor produksi (tanah, tenaga kerja, modal, teknologi, pupuk, benih, dan pestisida) dengan efektif, efisien dan kontinyu untuk menghasilkan produksi yang tinggi sehinggga pendapatan usahataninya meningkat.

Menurut CGIAR (Reijntjes, 1992) usahatani bukanlah sekadar kumpulan tanaman atau hewan, dimana orang bisa memberikan input apa saja dan kemudian mengharapkan hasil langsung. Namun, usahatani merupakan suatu jalinan yang kompleks yang terdiri dari tanah, tumbuhan, hewan, peralatan, tenaga kerja, input lain dan pengaruh-pengaruh lingkungan yang dikelola oleh seseorang yang disebut petani sesuai dengan kemampuan dan aspirasinya. Petani tersebut mengupayakan output dan input dan teknologi yang ada.

Usahatani tidak terlepas dari budaya dan sejarah, peluang dan hambatan, ekologi dan geografi (lokasi, iklim, tanah, tumbuhan dan hewan setempat) yang tecermin dalam budaya setempat. Hal ini kemudian tercermin dalam pertanian setempat yang merupakan hasil dari suatu

(32)

proses interaksi antara manusia dan sumberdaya setempat. Nilai-nilai masyarakat pedesaan, pengetahuan, keterampilan, teknologi dan intuisi sangat mempengaruhi jenis budaya pertanian yang telah dan terus berkembang (Reijntjes, 1992).

Usahatani adalah himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat di tempat itu yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tubuh tanah dan air, perbaikan-perbaikan yang telah dilakukan di atas tanah itu, sinar matahari, bangunan-bangunan yang didirikan di atas tanah dan sebagainya. Usahatani dapat berupa usaha bercocok tanam atau memelihara ternak (Mubyarto, 1989).

Suratiyah (2008) mengemukakan bahwa pada dasarnya usahatani berkembang terus dari awal hanya bertujuan menghasilkan bahan pangan untuk kebutuhan keluarga sehingga hanya merupakan usahatani- swasembada (subsistence). Oleh karena sistem pengelolaan yang lebih baik maka dihasilkan produk berlebih dan dapat dipasarkan sehingga bercorak usahatani-swasembada keuangan. Pada akhirnya karena berorientasi pada pasar maka akan menjadi usahatani-niaga. Usahatani pada mulanya hanya mengelola tanaman pangan kemudian berkembang meliputi berbagai komoditi sehingga bukan usahatani murni tetapi menjadi usahatani campuran (mixed farming). Lebih lanjut Suratiyah (2008) mengklasifikasikan usahatani berdasarkan:

(33)

1. Corak dan sifat

Menurut corak dan sifat dibagi menjadi dua, yakni komersial dan subsistence. Usahatani komersial telah memperhatikan kualitas serta kuantitas produk sedangkan usahatani subsistence hanya memenuhi kebutuhan sendiri.

2. Organisasi

Menurut organisasinya, usahatani dibagi menjadi 3 yakni, individual, kolektif dan kooperatif.

a) Usaha individual ialah usahatani yang seluruh proses dikerjakan oleh petani sendiri beserta keluarganya mulai dari perencanaan, mengolah tanah, hingga pemasaran ditentukan sendiri.

b) Usaha kolektif ialah usahatani yang seluruh proses produksinya dikerjakan bersama oleh suatu kelompok kemudian hasilnya dibagi dalam bentuk natura maupun keuntungan. Contoh usaha kolektif yang pernah ada di Indonesia yaitu Tebu Rakyat Intensifikasi (TRI).

c) Usaha kooperatif ialah usahatani yang tiap prosesnya dikerjakan secara individual, hanya pada beberapa kegiatan yang dianggap penting dikerjakan oleh kelompok, misalnya pembelian saprodi, pemberantasan hama, pemasaran hasil, dan pembuatan saluran.

Contoh usahatani kooperatif yaitu Perkebunan Inti Rakyat (PIR).

3. Pola

Menurut polanya, usahatani dibagi menjadi 3, yakni khusus, tidak khusus, dan campuran.

(34)

a) Usahatani khusus ialah usahatani yang hanya mengusahakan satu cabang usahatani saja, misalnya usahatani peternakan, usahatani perikanan, dan usahatani tanaman pangan.

b) Usahatani tidak khusus ialah usahatani yang mengusahakan beberapa cabang usaha bersama-sama, tetapi dengan batas yang tegas.

c) Usahatani campuran adalah usahatani yang mengusahakan beberapa cabang usaha bersama-sama dalam sebidang lahan tanpa batas yang tegas, contohnya tumpang sari dan mina padi.

4. Tipe

Menurut tipenya, usahatani dibagi menjadi beberapa macam berdasarkan komoditas yang diusahakan, misalnya usahatani ayam, usahatani kambing, dan usahatani jagung. Tiap jenis ternak dan tanaman dapat merupakan tipe usahatani.

2.3 Padi

Padi merupakan salah satu sumber bahan makanan pokok yang dikomsumsi oleh masyarakat. Menurut sejarah, padi telah dikenal dan ditanam sejak jaman hindu atau sebelumnya. Pada umumnya setiap daerah mempunyai jenis-jenis padi sendiri. Perbedaannya antara lain terletak pada umur tanaman, banyaknya hasil, mutu beras, tahan dan tidak adanya gangguan hama dan penyakit.

(35)

Padi termasuk golongan tanaman setahun atau semusim. Bentuk batangnya bulat dan berongga, daunnya memanjang seperti pita yang terdiri pada ruas-ruas batang dan mempunyai sebuah malai yang terdapat pada ujung batang Bagian-bagian tanaman dalam garis besarnya dapat dibagi dalam 2 bagian besar, yaitu: bagian vegetatif, yang meliputi: akar, batang dan daun, dan bagian Generatif, yang meliputi : malai yang terdiri bulir-bulir daun dan bunga. (Affandi,1977).

Padi merupakan salah satu jenis tanaman pangan yang dapat tumbuh di sembarang tempat dan tidak terlalu banyak menuntut persyaratan lingkungan yang ideal. Namun demikian untuk dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik, tanaman ini memerlukan syarat-syarat yang harus dipenuhi. Syarat itu antara lain meliputi sifat fisik tanah dan sifat kimia tanah. Sifat fisik tanah yaitu sifat-sifat tanah yang mempengaruhi pertumbuhan padi seperti tekstur, struktur keadaan dan komposisi serta air. Sedangkan sifat kimia tanah menggambarkan kekayaan tanah akan unsur-unsur hara yang dibutuhkan dan dapat diserap oleh tanaman yang dibudidayakan

Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan ini merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Meskipun sebagai makanan pokok padi dapat digantikan/

disubtitusi oleh bahan makanan lainnya, namun padi memiliki nilai tersendiri bagi orang yang biasa makan nasi dan tidak dapat dengan mudah digantikan oleh bahan makanan yang lain (AAK, 2001).

(36)

Tumbuhan padi (Oryza sativa L) termasuk golongan tumbuhan Gramineae, yang mana ditandai dengan batang yang tersusun dari beberapa ruas. Tumbuhan padi bersifat merumpun, artinya tanaman- tanamannya anak-beranak. Bibit yang hanya sebatang saja ditanamkan dalam waktu yang sangat singkat telah membentuk satu dapuran, dimana terdapat 20-30 atau lebih anakan/tunas-tunas baru. (Rasda, 2007).

Padi dalam bahasa latin oryza sativa L, merupakan salah satu jenis tanaman pangan yang dapat tumbuh di sawah dan bernilai ekonomi terhadap peningkatan pendapatan petani. Terdapat tiga subspecies padi yaitu indica yang berhari pendek dan tumbuh terutama diwilayah tropik hangat dan lembab, japonica yang beberapa kultivar diantaranya berhari pendek, tetapi kebanyakan berhari netral dan tumbuh di luar wilayah tropis, dan javonica yang berhari netral dan tumbuh di wilayah iklim ekuator di Indonesia (Rasda, 2007).

Adapun klasifikasi dan botani tanaman padi sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermathopyta Sub Divisio : Angiospermae Kelas : Monocotyledoneae Famili : Poaceae

Genus : Oryza Spesies : Oryza spp

(37)

Terdapat 25 spesies Oryza yang dikenal adalah Oryza dengan dua spesies yaitu Indica (padi bulu) yang ditanam di Indonesia dan Sinica (padi cere). Padi dibedakan dalam dua tipe yaitu padi kering (gogo) yang ditanam di dataran tinggi dan padi sawah di dataran rendah yang memerlukan penggenangan. (Sugeng, 1992)

Sugeng (1992) berpendapat bahwa di Indonesia saat ini dikenal ada lebih dari seribu jenis padi. Jumlah yang sangat banyak itu antara lain disebabkan adanya perkawinan silang dari beberapa jenis padi dalam rangka usaha peningkatan hasil.

Secara garis besar, tanaman padi dapat dibedakan dalam 2 macam yaitu :

1. Padi beras, yaitu tanaman padi yang dijadikan beras dan dikomsumsi sebagai makanan pokok.

2. Padi ketan, yaitu tanaman padi yang dijadikan beras tetapi tidak dikomsumsi sebagai makanan pokok melainkan diolah menjadi berbagai macam makanan ringan.

2.4 Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit memiliki nama latin (Elaeis guineensis Jacq) saat ini merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan yang menduduki posisi penting disektor pertanian umumnya, dan sektor perkebunan khususnya, hal ini disebabkan karena dari sekian banyak tanaman yang menghasilkan minyak atau lemak, kelapa sawit yang menghasilkan nilai ekonomi terbesar per hektarnya di dunia (Balai Informasi Pertanian, 1990).

(38)

Melihat pentingnya tanaman kelapa sawit dewasa ini dan masa yang akan datang, seiring dengan meningkatnya kebutuhan penduduk dunia akan minyak sawit, maka perlu dipikirkan usaha peningkatan kualitas dan kuantitas produksi kelapa sawit secara tepat agar sasaran yang diinginkan dapat tercapai. Salah satu diantaranya adalah pengendalian hama dan penyakit. (Sastrosayono 2003).

Tanaman kelapa sawit adalah tanaman penghasil minyak nabati yang dapat menjadi andalan dimasa depan karena berbagai kegunaannya bagi kebutuhan manusia. Kelapa sawit memiliki arti penting bagi pembangunan nasional Indonesia. Selain menciptakan kesempatan kerja yang mengarah pada kesejahteraan masyarakat, juga sebagai sumber devisa negara. Penyebaran perkebunan kelapa sawit di Indonesia saat ini sudah berkembang di 22 daerah provinsi. Luas perkebunan kelapa sawit pada tahun 1968 seluas 105.808 ha dengan produksi 167.669 ton, pada tahun 2007 telah meningkat menjadi 6.6 juta ha dengan produksi sekitar 17.3 juta ton CPO (Sastrosayono, 2003).

Tanaman kelapa sawit merupakan komoditas perkebunan primadona Indonesia. Di tengah krisis global yang melanda dunia saat ini, industri sawit tetap bertahan dan memberi sumbangan besar terhadap perekonomian negara. Selain mampu menciptakan kesempatan kerja yang luas, industri sawit menjadi salah satu sumber devisa terbesar bagi Indonesia. Data dari Direktorat Jendral Perkebunan (2008) menunjukkan bahwa terjadi peningkatan luas areal perkebunan kelapa sawit di

(39)

Indonesia, dari 4 713 435 ha pada tahun 2001 menjadi 7.363.847 ha pada tahun 2008 dan luas areal perkebunan kelapa sawit ini terus mengalami peningkatan. Peningkatan luas areal tersebut juga diimbangi dengan peningkatan produktifitas. Produktivitas kelapa sawit adalah 1.78 ton/ha pada tahun 2001 dan meningkat menjadi 2.17 ton/ha pada tahun 2005.

Hal ini merupakan kecenderungan yang positif dan harus dipertahankan.

Untuk mempertahankan produktifitas tanaman tetap tinggi diperlukan pemeliharaan yang tepat dan salah satu unsur pemeliharaan Tanaman Menghasilkan (TM) adalah pengendalian hama dan penyakit.

Sektor perkebunan merupakan salah satu potensi dari subsektor pertanian yang berpeluang besar untuk meningkatkan perekonomian rakyat dalam pembangunan perekonomian Indonesia. Pada saat ini, sektor perkebunan dapat menjadi penggerak pembangunan nasional karena dengan adanya dukungan sumber daya yang besar, orientasi pada ekspor, dan komponen impor yang kecil akan dapat menghasilkan devisa non migas dalam jumlah yang besar. Produktivitas kelapa sawit sangat dipengaruhi oleh teknik budidaya yang diterapkan. Pemeliharaan tanaman merupakan salah satu kegiatan budidaya yang sangat penting dan menentukan masa produktif tanaman. Salah satu aspek pemeliharaan tanaman yang perlu diperhatikan dalam kegiatan budidaya kelapa sawit adalah pengendalian hama dan penyakit. Pengendalian hama dan penyakit yang baik dapat meningkatkan produksi dan produktivitas.

(40)

2.5 Alih Fungsi Lahan Sawah

Menurut Irawan dan Friyatno (2001), Pada tingkatan mikro, proses alih fungsi lahan pertanian (konversi lahan) dapat dilakukan oleh petani sendiri atau dilakukan oleh pihak lain. Alih fungsi lahan yang dilakukan oleh pihak lain memiliki dampak yang lebih besar terhadap penurunan kapasitas 22 produksi pangan karena proses alih fungsi lahan tersebut biasanya mencakup hamparan lahan yang cukup luas, terutama ditujukan untuk pembangunan kawasan perumahan. Proses alih fungsi lahan yang dilakukan oleh pihak lain tersebut biasanya berlangsung melalui dua tahapan, yaitu:

1. Pelepasan hak pemilikan lahan petani kepada pihak lain 2. Pemanfaatan lahan tersebut untuk kegiatan non pertanian.

Dampak alih fungsi lahan pertanian terhadap masalah pengadaan pangan pada dasarnya terjadi pada tahap kedua. Namun tahap kedua tersebut secara umum tidak akan terjadi tanpa melalui tahap pertama karena sebagian besar lahan pertanian dimiliki oleh petani. Dengan demikian pengendalian pemanfaatan lahan untuk kepentingan pengadaan pangan pada dasarnya dapat ditempuh melalui dua pendekatan yaitu:

 Mengendalikan pelepasan hak pemilikan lahan petani kepada pihak lain.

 Mengendalikan dampak alih fungsi lahan tanaman pangan tersebut terhadap keseimbangan pengadaan pangan. Beberapa kasus menunjukkan jika di suatu lokasi terjadi alih fungsi lahan, maka

(41)

dalam waktu yang tidak lama lahan di sekitarnya juga beralih fungsi secara progresif.

Pola konversi seperti ini terjadi di sembarang tempat, kecil-kecil dan tersebar. Dampak konversi terhadap eksistensi lahan sawah sekitarnya baru terlihat untuk jangka waktu lama. Kedua, alih fungsi yang diawali dengan alih penguasaan. Pemilik menjual kepada pihak lain yang akan memanfaatkannya untuk usaha nonsawah atau kepada makelar. Secara empiris, alih fungsi lahan melalui cara ini terjadi dalam hamparan yang lebih luas, terkonsentrasi dan umumnya berkorelasi positif dengan proses urbanisasi (pengkotaan).

Menurut Rustiadi dan Ernan (2010) dari satu sisi, proses alih fungsi lahan pada dasarnya dapat dipandang merupakan suatu bentuk konsekuensi logis dari adanya pertumbuhan dan transformasi perubahan struktur sosial ekonomi masyarakat yang sedang berkembang.

Perkembangan yang dimaksud tercermin dari

a. Pertumbuhan aktifitas pemanfaatan sumberdaya alam akibat meningkatnya permintaan kebutuhan terhadap penggunaan lahan sebagai dampak peningkatan jumlah penduduk dan kebutuhan per kapita, serta

b. Adanya pergeseran kontribusi sektor-sektor pembangunan dari sektorsektor primer khususnya dari sektor-sektor pertanian dan pengolahan sumberdaya alam ke aktifitas sektor-sektor sekunder (manufaktur) dan tersier (jasa).

(42)

Pengertian Konversi Lahan, Lahan sebagai salah satu faktor produksi merupakan sumber hasil-hasil pertanian yang menjadi tempat proses produksi dan hasil produksi diperoleh. Dalam pertanian terutama di negara berkembang termasuk Indonesia, faktor produksi lahan mempunyai kedudukan yang sangat penting. Hal ini terbukti dari besarnya balas jasa yang diterima dari lahan dibandingkan dengan faktor-faktor produksi lainnya. Bagi petani, lahan mempunyai arti yang sangat penting karena dari lahan mereka dapat mempertahankan hidup bersama keluarganya melalui kegiatan bercocok tanam dan beternak. Karena lahan merupakan faktor produksi dalam berusaha tani, maka status penguasaan terhadap lahan menjadi sangat penting yang berkaitan dengan keputusan jenis komoditas apakah yang akan diusahakan dan berkaitan dengan besar kecilnya bagian yang akan diperoleh dari usaha tani yang diusahakan.

Irawan (2005) mengungkapkan bahwa konversi lahan berawal dari permintaan komoditas pertanian terutama komoditas pangan yang kurang elastis terhadap pendapatan dibanding dengan komoditas non pertanian.

Oleh karena itu pembangunan ekonomi yang berdampak pada peningkatan pendapatan penduduk cenderung menyebabkan naiknya permintaan komoditas non pertanian dengan laju lebih tinggi dibandingkan dengan permintaan komoditas pertanian. Konsekuensi lebih lanjut adalah karena kebutuhan lahan untuk memproduksi setiap komoditas merupakan turunan dari permintaan komoditas yang bersangkutan, maka

(43)

pembangunan ekonomi yang membawa kepada peningkatan pendapatan akan menyebabkan naiknya permintaan lahan untuk kegiatan di luar pertanian dengan laju lebih cepat dibanding kenaikan permintaan lahan untuk kegiatan pertanian. Kuantitas atau ketersediaan lahan di setiap daerah relatif tetap atau terbatas walaupun secara kualitas sumberdaya lahan dapat ditingkatkan. Pada kondisi keterbatasan tersebut maka peningkatan kebutuhan lahan untuk memproduksi komoditas tertentu akan mengurangi ketersediaan lahan yang dapat digunakan untuk memproduksi komoditas lainnya.

Oleh karena pembangunan ekonomi cendurung mendorong permintaan lahan di luar sektor pertanian dengan laju lebih besar dibanding permintaan lahan di sektor pertanian, maka pertumbuhan ekonomi cenderung mengurangi kuantitas lahan yang dapat digunakan untuk kegiatan pertanian. Pengurangan kunatitas lahan yang dialokasikan untuk kegiatan pertanian tersebut berlangsung melalui konversi lahan pertanian yaitu perubahan pemanfaatan lahan yang semula digunakan untuk kegiatan pertanian ke pemanfaatan lahan di luar pertanian seperti kompleks perumahan, kawasan perdagangan, kawasan industri dan seterusnya (Irawan, 2005).

Alih fungsi lahan secara umum menyangkut transformasi dalam pengalokasian sumberdaya lahan dari satu penggunaan ke penggunaan lainnya. Konversi lahan pertanian ini tidak terlepas dari situasi ekonomi secara keseluruhan. Di negara-negara berkembang konversi lahan

(44)

umumnya dirangsang oleh transformasi struktur ekonomi yang semula bertumpu pada sektor pertanian ke sektor yang lebih bersifat industrial.

Proses transformasi ekonomi tersebut selanjutnya merangasang terjadinya migrasi penduduk ke daerah-daerah pusat kegiatan bisnis sehingga lahan pertanian yang lokasinya mendekati pusat kegiatan bisnis dikonversi untuk pembangunan kompleks perumahan. Konversi lahan pertanian ke nonpertanian bukan semata-mata sebagai fenomena fisik yang berpengaruh terhadap berkurangnya luas lahan pertanian, melainkan sebuah fenomena yang bersifat dinamis mempengaruhi aspek- aspek kehidupan masyarakat secara lebih luas, tidak hanya berkaitan dengana aspek ekonomi, juga terkait dengan perubahan sosial dan budaya masyarakat (Nasoetion, dkk. 2000)

Konversi lahan adalah suatu proses perubahan penggunaan lahan dari bentuk penggunaan tertentu menjadi penggunaan lain misalnya perubahan lahan pertanian menjadi non pertanian. Konversi lahan akan terjadi terus menerus yang disebabkan oleh semakin meningkatnya kebutuhan lahan untuk pemukiman, industri, perkantoran, jalan raya dan infrastruktur lain untuk menunjang perkembangan masyarakat.

Konversi lahan merupakan ancaman serius terhadap ketahanan pangan karena dampak dari konversi lahan bersifat permanen. Lahan sawah yang telah dikonversi ke penggunaan lain dipertanian sangat kecil peluangnya untuk berubah kembali menjadi lahan sawah. Substansi masalah konversi lahan bukan hanya terletak pada boleh atau tidaknya

(45)

suatu lahan dikonversi tetapi lebih banyak menyangkut kepada kesesuaian dengan tata ruang, dampak dan manfaat ekonomi dan lingkungan dalam jangka panjang dan alternatif lain yang dapat ditempuh agar manfaatnya lebih besar daripada dampaknya

Irawan (2005) mengungkapkan bahwa konversi lahan berawal dari permintaan komoditas pertanian terutama komoditas pangan yang kurang elastis terhadap pendapatan dibanding dengan komoditas non pertanian.

Oleh karena itu pembangunan ekonomi yang berdampak pada peningkatan pendapatan penduduk cenderung menyebabkan naiknya permintaan komoditas non pertanian dengan laju lebih tinggi dibandingkan dengan permintaan komoditas pertanian. Konsekuensi lebih lanjut adalah karena kebutuhan lahan untuk memproduksi setiap komoditas merupakan turunan dari permintaan komoditas yang bersangkutan, maka pembangunan ekonomi yang membawa kepada peningkatan pendapatan akan menyebabkan naiknya permintaan lahan untuk kegiatan di luar pertanian dengan laju lebih cepat dibanding kenaikan permintaan lahan untuk kegiatan pertanian

Alih fungsi lahan pertanian bukan merupakan hal yang baru.

Dengan semakin meningkatnya taraf hidup dan terbukanya kesempatan untuk menciptakan peluang kerja, yang ditandai oleh semakin banyaknya investor ataupun masyarakat dan pemerintah dalam melakukan pembangunan, maka semakin meningkat pula kebutuhan akan lahan.

Dipihak lain jumlah lahan yang terbatas sehingga menimbulkan

(46)

penggunaan lahan yang seharusnya beralih ke penggunaan non- pertanian. Alih fungsi lahan pertanian ke non-pertanian merupakan isu yang perlu diperhatikan karena ketergantungan masyarakat terhadap sektor pertanian.

Alih fungsi lahan umumnya terjadi di wilayah sekitar perkotaan dan dimaksudkan untuk mendukung perkembangan sektor industri dan jasa.

Dalam kegiatan alih fungsi lahan sangat erat kaitannya dengan permintaan dan penawaran lahan. Adanya ketidakseimbangan antara penawaran dan permintaan dimana penawaran terbatas sedangkan permintaan tak terbatas menyebabkan alih fungsi lahan (Barlowe, 1978).

2.6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kegiatan Usahatani

Pengelolaan usahatani senantiasa berhadapan dengan berbagai permasalahan yang sangat kompleks. Contohnya ketika para petani akan memulai bercocok tanam, mereka harus menentukan jenis-jenis tanaman apa yang akan ditanam, memiliki pengetahuan tentang kapan waktu yang tepat untuk menanam jenis-jenis tanaman tersebut, bagaimana menyiapkan lahan tersebut untuk ditanami jenis-jenis tanaman yang mereka pilih, bagaimana merawat tanaman, bagaimana mendapatkan aneka asupan (input), seperti pupuk, obat-obatan, dan lain-lain, bagaimana memanen jenis-jenis tanaman tersebut, bagaiamana memanfaatkan hasil panen tanaman tersebut untuk memenuhi konsumsi keluarga maupun untuk dijual ke bandar atau pasar, dan bagaimana

(47)

memelihara kesuburan lahan pertaniannya. Masih banyak lagi faktor yang harus dihadapi petani, baik faktor-faktor alam maupun faktor-faktor sosial (Iskandar, 2006).

Menurut Kepas (Iskandar 2006) cabang-cabang usaha yang dikelola petani mengikuti serangkaian urutan tertentu, membentuk suatu sistem usahatani yang merupakan satu kesatuan pengelolaan usahatani yang tidak terpadu. Pilihan komoditinya disesuaikan dengan keadaan lingkungan tempat tumbuh dan kepentingan keluarga petani yang beraneka ragam. Pilihan komoditi pada lahan kering, seperti pekarangan dan kebun campuran, lebih banyak dibandingkan dengan lahan sawah.

Keberhasilan seseorang petani dalam mengelola usahataninya sangat ditentukan oleh ketepatan petani dalam memutuskan pola usahatani yang dipilih. Pemilihan harus disesuaikan dengan faktor-faktor produksi yang dimiliki atau dikuasai petani.

Dalam pelaksanaan kegiatan usahatani, petani saja tidak mempunyai kemampuan untuk merubah usahataninya sendiri, sehingga memerlukan bantuan dari luar baik secara langsung maupun tidak langsung dalam bentuk insentif yang dapat mendorong petani melakukan hal-hal baru, mengadakan tindakan perubahan, kebebasan memilih cabang usahatani dan penggunaan teknologi yang paling menguntungkan.

Oleh karena itu dikenal adanya faktor dari dalam (intern) dan faktor luar (ekstern) yang mempengaruhi petani dalam kegiatan usahataninya.

(48)

Fadoli Hernanto (1991) menyatakan bahwa faktor intern yang mempengaruhi kegiatan usahatani adalah petani, tanah, tenaga kerja, modal, tingkat teknologi, kemampuan petani mengalokasikan penerimaan keluarga dan jumlah tenaga kerja.

Faktor petani dalam hal ini menyangkut umur dan tingkat pendidikan karena umur dan tingkat pendidikan mempengaruhi kemampuan fisik dan cara berpikir petani, petani yang berumur muda dengan tingkat pendidikan yang tinggi akan mudah menerima inovasi dan lebih berani menanggung resiko. Begitupun tanah (lahan) yang digunakan petani, jika lahan sempit dengan kualitas tanah yang kurang baik akan membatasi petani untuk membuat rencana, mengambil keputusan dan merupakan beban dalam pengelolaannya. Lahan yang luas dengan kualitas yang baik akan mempengaruhi produktivitas dan produksi usahatani. Lahan yang luas membutuhkan banyak tenaga kerja, baik yang berasal dari keluarga maupun dari luar yang diupah sehingga membutuhkan modal. Dengan keterbatasan modal, maka penyediaan fasilitas kerja berupa alat-alat usahatani sulit dipenuhi akibatnya intensitas penggunaan kerja semakin menurun, produksi yang rendah akhirnya petani kesulitan untuk mengalokasikan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Adapun faktor-faktor di luar usahatani (ekstern) yang berpengaruh adalah tersedianya sarana transportasi dan komunikasi, aspek pemasaran (harga saprodi), fasilitas kredit dan sarana penyuluhan.

(49)

Bagi para petani yang melakukan usaha agribisnis selain harus melakukan bagaimana mempengaruhi hasil-hasil yang diusahakannya juga harus memikirkan usaha-usaha lain yang berhubungan dengan bidang perekonomian lainnya, memikirkan penyimpanan hasil pengawetan, pencarían pasar, pengangkutan, penentuan harga yang dikaitkan dengan ketentuan pemerintah. Di dalam berusahatani (agribisnis) faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kelancaran usahatani adalah:

1. Pengaruh Alam atau Faktor Alam

Keadaan alam akan meminta perjatian untuk dipikir secara matang oleh para petani yang bergerak dalam bidang agribisnis, seperti halnya iklim dengan unsur-unsurnya, sinar matahari, temperatur curah hujan, pergerakan angin, kemudian bencana alam (banjir, erosi, tanah longsor) serta wabah tanaman yang berjangkit, kesemuanya itu dapat mempengaruhi usaha bertani yang sedang dilakukan, apakah usaha tersebut akan mencapai keberhasilan atau sebaliknya mengalami kegagalan. Pengaruh alam memang sulit untuk dilawan, akan tetapi dengan dilakukan pendekatan-pendekatan kemungkinan besar akibat- akibatnya akan diperkecil sehingga kegagalan total dari petani dapat dicegah atau ditekan sedemikian rupa.

2. Faktor Ekonomi

Berhasil atau tidaknya usahatani (agribisnis) tidak hanya ditentukan oleh pengaruh alam saja, melainkan juga oleh pengaruh ekonomi yang

(50)

berlangsung pada waktu usahanya itu dilakukan. Menurut Kartosapoetra (Aminah, 2000) bahwa berhasil atau tidaknya usahatani ini akan sangat ditentukan juga oleh:

a. Tingkatan harga yang berlaku di pasaran (para konsumen atau para pembeli).

b. Tingkatan harga dari sarana pertanian yang diperlukan untuk keperluan produksi (usaha bertanam hingga panen) dalam sarana ini termasuk harga benih, harga pupuk, harga insektisida, serta harga jasa atau upah tenaga kerja.

Seorang petani dalam menentukan jenis usahatani yang akan diusahakan dan langkah-langkah yang akan ditempuh memerlukan kriteria dan alasan tertentu dalam diri petani. Menurut Soeharjo dan Patong (Aminah, 2000) kriteria dan alasan tersebut meliputi :

a. Setiap petani memiliki tujuan tertentu yang ingin dicapai sehingga dalam menentukan jenis usaha yang akan diusahakan mempunyai sasaran produksi.

b. Petani telah mengetahui sumber daya yang dimiliki dan dapat dimanfaatkan serta disesuaikan dengan kemampuan pengelolaannya.

c. Pengetahuan yang dimiliki petani termasuk diantaranya jenis tanaman produksi, harga, pemasaran, kondisi alam (tanah dan air) sarana produksi dan resiko.

(51)

Tiap macam tanaman memerlukan kerja yang berbeda.

Berdasarkan kebutuhan kerja berbeda, tanaman dapat digolongkan dalam:

a. Tanaman yang memerlukan kerja intensif, terutama terdiri dari tanaman-tanaman semusim, dan

b. Tanaman yang tidak memerlukan kerja yang banyak, terutama terdiri dari tanaman tahunan.

Perbedaan faktor fisik, terutama kesuburan tanah dan iklim, maka jenis tanaman atau hewan yang cocok diusahakan pada setiap daerah tidak sama. Satu tanaman yang memberikan keuntungan tinggi pada suatu daerah tidak selamanya memberikan keuntungan pada daerah

lainnya karena selama ada perbedaan biaya produksi (Soeharjo dan Patong, 1978).

Soeharjo dan Patong (Aminah 2000) petani sebagai pengusaha harus mempunyai kebebasan untuk menentukan usaha apa yang akan ditanam, kebebasan tersebut mutlak tetapi ada batasan-batasannya.

Adapun batasan tersebut seperti, kondisi iklim dan fisik tanah daripada daerah yang bersangkutan, apakah cocok atau tidak dengan tanaman yang akan ditanam, selanjutnya faktor ekonomi pun turut memberi batasan pada kebebasan si pengusaha, masalah ekonomi yang penting, misalnya elastisitas penawaran dan permintaan yang amat kecil, seperti umumnya bahan makanan, komoditi yang mempunyai elastisitas yang besar tidak akan memberikan keuntungan yang besar, sebab setiap

(52)

kenaikan harga segera disusul oleh penawaran yang berlebihan, oleh karena itu petani harus memperhatikan dan mempertimbangkan beberapa hal dalam menentukan beberapa alternatif.

Menurut Ramli (2015), Dilihat dari proses alih fungsi lahan padi menjadi lahan sawit, tentunya di awali dengan adanya informasi kepada petani bahwa pada usaha tani tanaman padi pendapatan yang diperoleh lebih kecil dibandingkan dengan usaha kelapa sawit, sedangkan biaya yang dibutuhkan dalam pengelolaan tanaman tersebut dibutuhkan biaya yang sangat tinggi sehingga pendapatan yang diperoleh sangat rendah, juga dipengaruhi oleh harga yang sangat rendah dan berfluktuatif.

Berbeda dengan kelapa sawit, produktifitas kelapa sawit cukup tinggi, sedangkan biaya yang dibutuhkan cukup rendah. selain itu, usaha tani tanaman padi sangat rentan terhadap kegagalan panen, hal ini dapat disebabkan oleh hama dan penyakit juga faktor alam. Sedangkan pada kelapa sawit resiko kegagalan panen dan harga relatif stabil sehingga resiko yang dihadapi petani kelapa sawit tersebut sangat kecil. Pada lahan dan usaha tanaman padi nilai jual untuk mendapatkan kredit cukup sulit dan kredit yang didapatkan relatif kecil, hal ini disebabkan pada usaha tani padi nilai kreditnya dilihat dari nilai jual lahan sedangkan usaha tani tidak berpengaruh terhadap nilai kredit. Sedangkan usaha tani tanaman kelapa sawit nilai kredit yang didapat cukup tinggi, hal ini disebabkan ada usaha tani kelapa sawit nilai jual lahan dan nilai tanaman dapat mempengaruhi nilai kredit yang didapat karena produktifitas hasil dan harga TBS (tanda

(53)

buah segar) relative stabil. Sementara itu, dilihat dari biaya produksi usaha tani padi sawah membutuhkan biaya yang cukup besar, dimana kebutuhan akan sarana produksi (pupuk, pestisida) dan biaya tenaga kerja sangat tinggi. Sedangkan pada usaha tanaman kelapa sawit biaya yang dibutuhkan hanya pada saat awal pelaksanaan budidaya usaha tani, selanjutnya setelah poduksi biaya yang dibutuhkan sangat rendah. Hal inilah yang mempengaruhi usaha tani padi beralih menjadi usaha tani kelapa sawit

2.10 Kerangka Pemikiran

Pemilihan cabang usahatani yang akan diusahakan banyak dipengaruhi oleh faktor ekonomi seperti, penerimaan usahatani, total biaya usahatani dan pendapatan usahatani. Disamping itu dipengaruhi pula oleh faktor sosial seperti pengetahuan, pengalaman berusahatanib dan luas lahan. Akan tetapi petani mengambil keputusan untuk beralih ke usahatani kelapa sawit yang diharapkan memberikan keuntungan untuk meningkatkan taraf hidupnya. Untuk lebih jelasnya, skema kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 1 sebagai berikut.

Referensi

Dokumen terkait

Dari permasalahan tersebut di angkat lah topik tugas akhir ini yang berjudul “ANALISIS PENETRASI TEST PADA TRANSAKSI PEMBAYARAN NEAR FIELD COMMUNICATION MOBILE” tugas akhir

Hasil penelitian menunjukkan dari 43 responden, sebanyak 79% mengetahui nama obat, 84% mengetahui dosis obat, 100% mengetahui waktu penggunaan obat, 91% mengetahui

Kami telah mereviu Laporan Keuangan Badan Pusat Statistik Kota Palu untuk tahun anggaran 2015 berupa Neraca per tanggal 30 Juni 2015, Laporan Realisasi Anggaran,

Fungsi-fungsi tersebut yang akan bekerja untuk dapat menampilkan hasil penetuan dari algoritma Generate and Test dan algoritma Hill Climbing dalam menentukan hasil

7 Kemungkinan risiko yang dihadapi bank atau koperasi dalam penyaluran pembiayaan tidak dapat dihindarkan berupa risiko gagal bayar dari nasabah tertentu, sehingga

Perancangan Aplikasi Pencarian Jalur Terpendek untuk Daerah Kota Medan dengan Metode Steepest Ascent Hill Climbing. Universitas

Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya

Dengan menggunakan metode mix use konsep compact city ini dapat menekan angka mobilisasi dari suatu kawasan menuju kawasan lainnya sehingga permasalahan