HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum
Sejarah dan Pekembangan
PT Lembu Jantan Perkasa (LPJ) merupakan perusahaan swasta nasional yang bergerak di bidang breeding, fattening dan trading sapi potong dan didirikan pada tahun 1990 oleh Bapak Djaya Gunawan. Visi PT LJP adalah meningkatkan kualitas dan modernisasi tata niaga sapi potong, yang bertujuan untuk menunjang usaha peningkatan gizi masyarakat melalui pemenuhan kebutuhan ternak sapi potong dalam lingkup regional dan nasional. Perusahaan ini memiliki kantor pusat yang terletak di jalan Tarum Barat E11-12 No.8, Jakarta Timur. Perusahaan terdaftar pada Apfindo (Asosiasi Produsen Daging dan Feedlot Indonesia) dengan nomor registrasi 015/APFINDO/1995 tanggal 29 Agustus 1995 dan fokus pada usaha di bidang perdagangan, impor dan penggemukan sapi potong.
PT LJP merupakan perusahaan pertama di Indonesia yang bergerak di bidang penggemukan dan pembibitan secara intensif. PT LJP merupakan salah satu perusahaan penggemukan sapi terbaik di Indonesia. PT LJP memiliki beberapa cabang perusahaan yaitu Serang-Banten, Cikalong-Bandung, Langkat-Medan dan Sawah Lunto-Padang.
Lokasi Usaha
PT LPJ terletak di Jalan Raya Serang-Pandeglang km 9,6 Desa Sindangsari, Kecamatan Pabuaran, Serang-Banten. Perusahaan ini berada sekitar 200 m dari jalan raya dan memiliki topografi yang landai dan datar dengan ketinggian 200 m di atas permukaan air laut. Suhu udara di PT LJP sekitar 27,9-32 oC dan curah hujan sebesar 1500-3000 mm per tahun dengan jumlah hujan rata-rata 141 hari per tahun. PT LJP dibatasi oleh, sebelah Utara berbatasan dengan desa Ranca Lutung dan desa Baruan, sebelah Selatan berbatasan dengan desa Tanjung dan persawahan, sebelah Barat berbatasan dengan kebun masyarakat Desa Sindangsari dan sebelah timur berbatasan dengan desa Tonggoh.
16 Fasilitas dan Bangunan
Fasilitas dan bangunan yang terdapat di PT Lembu Jantan Perkasa Serang- Banten dapat dilihat pada Gambar 1. yang meliputi kantor, kandang pemeliharaan, kandang isolasi, loading chute, cattle yard, gang way, crush (kandang jepit), mess manajer dan karyawan, pos satpam, gudang alat, mushola, gudang pakan, dan unit penanganan limbah. Loading chute digunakan untuk menurunkan dan menaikkan sapi dari atau ke truk, tinggi loading chute ini sekitar 1,15 m. Cattle yard merupakan tempat penanganan ternak sementara seperti bongkar muat sapi, penimbangan, pemasangan ear tag, pengobatan, dan lain-lain. Gang way merupakan lorong tempat sapi berjalan dari cattle yard menuju ke kandang ataupun sebaliknya. Kandang di PT. Lembu Jantan Perkasa Serang-Banten terdiri dari 2 jenis yaitu kandang tertutup dan kandang terbuka.
Struktur Organisasi
Struktur organisasi sangat dibutuhkan dalam menunjang operasional usaha penggemukan sapi potong. PT Lembu Jantan Perkasa merupakan perusahaan keluarga yang sekarang dipimpin oleh Ibu Joyce Aryanti Gunawan. Struktur organisasi PT Lembu Jantan Perkasa dapat dilihat pada Gambar 2.
17 Denah Unit Penggemukan Sapi Potong PT Lembu Jantan Perkasa.
Keterangan:
S
M
MES
MES KARYAWAN
MESS KANTOR
M
WC BAG.UMUM GUDANG PAKAN A
TIMBANGAN S KENDARAAN
A B
C
PENAMPUNGAN LIMBAH
D
E
F
G
KESWAN GUDANG
PAKAN B GUDANG
PAKAN
CATTLE
YARD
= Kandang Penggemukan
= Kantor
= Kebun HMT
= Pos Keamanan
= Pintu Gerbang
= Mushola
= Timbangan Ternak Gambar 1. Denah Unit Penggemukan
18 Gambar 2. Bagan Struktur Organisasi PT Lembu Jantan Perkasa (Sumber : Arsip PT Lembu Jantan Perkasa)
Bagian Umum
Administrasi Head Office General Marketing
Direksi
Kandang Fattening Kandang Breeding
Kesehatan Hewan Supervisor Kesehatan Hewan Supervisor
Manager Fattening
Hijauan
MakananTernak Staf Keamanan
Manager Cikalong
Staf Limbah
Unit Feedmill Manager Breeding
Administrasi Farm Farm Manager
General Manager
19 Jumlah dan bangsa Sapi
Jumlah sapi penggemukan di PT LJP selama tahun 2009 sebanyak 3511 ekor sedangkan tahun 2010 sebanyak 4258 ekor. Sapi bakalan yang dipelihara di PT LJP berasal dari Australia. Menurut Susilowati (1998) sapi bakalan yang digunakan dalam penggemukan adalah sapi Bali, Peranankan Onggole (PO), dan sapi impor seperti sapi Australian Commersial Cross (ACC), Brahman Cross (BX), Shorthon dan Brangus. Sapi potong yang dipelihara sebagian besar merupakan sapi Brahman Cross (BX). Sapi-sapi Brahman Cross (BX) yang dipelihara di PT LJP berasal dari Auastralia. Minish dan Fox (1979) menyatakan bahwa sapi Brahman di Australia secara komersial jarang dikembangkan secara murni dan banyak disilangkan dengan sapi Hereford-Shorthorn (HS). Hasil persilangan dengan Hereford dikenal dengan nama Brahman Cross (BX). Gambar 3 memperlihatkan sapi Brahman Cross (BX) di PT LJP.
Gambar 3. Sapi Brahman Cross (BX) di PT Lembu Jantan Perkasa
Sapi BX banyak digunakan sebagai sapi bakalan di Indonesia dikarenakan memiliki beberapa keunggulan, antara lain: memiliki daya tahan terhadap panas dan kemampuan untuk dapat beradaptasi dengan baik di daerah tropis, memiliki daya tahan terhadap ektoparasit terutama caplak (Direktorat Jendral Peternakan, 1986).
Menurut Ensminger (1995) ciri fisik sapi Brahman Cross (BX) ditandai dengan adanya kelasa yang cukup besar melampaui bahu, kulit yang menggantung dibawah
20 kerongkongan dan gelambir yang panjang, serta mempunyai kaki panjang dan telinga menggantung.
Evaluasi Penerapan Good Farming Practices (GFP)
Good Farming Practices menurut Departement of Agriculture, Food and Rural Development (2001) merupakan cara beternak yang baik dan benar, yang memperhatikan lingkungan dan memenuhi standar minimal sanitasi dan kesejahteraan ternak. Tujuan yang ingin dicapai dari penerapan pedoman budidaya ternak sapi potong yang baik (GFP) menurut Direktorat Jenderal Produksi Peternakan (2000) adalah: 1) meningkatkan popolasi, produksi dan produktivitas ternak, 2) meningkatkan mutu hasil ternak (daging), 3) menunjang ketersediaan pangan asal ternak di dalam negeri, 4) menciptakan lapangan kerja, 5) meningkatkan pendapatan dan kesejahtaraan peternak dan 6) mendorong ekspor komoditas ternak khususnya daging.
Ruang lingkup pedoman budidaya ternak sapi potong yang baik (GFP) menurut Direktorat Jenderal Produksi Peternakan (2000) meliputi empat aspek yaitu sarana, proses produksi, pelestarian lingkungan dan pengawasan. Hasil penerapan aspek Good Farming Practices di PT LJP Serang-Banten dapat dilihat pada Tabel 1.
sampai Tabel 4.
21 Tabel 1. Hasil Evaluasi Aspek Sarana Penerapan GFP Sapi Penggemukan di PT Lembu Jantan Perkasa
No. Aspek Kondisi Seharusnya Kondisi dilapangan Kesesuaian/koreksi
1. Lokasi Tidak bertentangan dengan Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) dan Rencana Detail Tata Ruang Daerah (RDTRD).
Sesuai dengan Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) dan Rencana Detail Tata Ruang Daerah (RDTRD). Ada surat izin mendirikan bangunan.
Letak dan ketinggian lokasi terhadap wilayah sekitarnya harus memperhatikan lingkungan dan topografi sehingga kotoran dan limbah yang dihasilkan tidak mencemari lingkungan.
Sesuai dengan persyaratan. Memiliki topografi yang landai dan datar dengan ketinggian 200 m dpl.
2. Lahan Status lahan peternakan sapi potong jelas.
Status lahan peternakan sapi potong jelas.
Sesuai dengan peruntukannya menurut perundang–undangan yang berlaku.
Sesuai dengan peruntukannya menurut perundang–undangan yang berlaku, dengan iji mendirikan bangunan no 03.647/0423/2008.
3. Penyediaan Air dan Alat
Penerangan
Air yang digunakan harus memenuhi baku mutu air yang sehat, yang dapat diminum oleh manusia dan ternak serta tersedia sepanjang tahun dalam jumlah yang mencukupi.
Air memenuhi baku mutu air sehat, dilakukan pengecekan kualitas air secara berkala, air tersedia sepanjang tahun. Sumber air berasal dari sumur bor dan sumur summermersible yang ada di dalam wilayah peternakan.
Sumur bor sejumlah 11 unit. Air minum ditampung dalam tower air.
Setiap usaha penggemukan sapi potong hendaknya menyediakan alat penerangan (misalnya listrik) cukup
Alat penerangan cukup. Setiap kandang terdapat 10 lampu.
22 setiap saat sesuai kebutuhan dan
peruntukannya.
4. Bangunan Jenis bangunan yang diperlukan untuk usaha penggemukan sapi potong adalah:
a. Kandang penggemukan
b. Kandang isolasi sapi yang sakit c. Gudang pakan dan peralatan d. Barak pekerja
e. Unit penampungan dan unit pengolahan limbah
Semua bangunan tersedia.
a. Kandang penggemukan
b. Kandang isolasi sapi yang sakit c. Gudang pakan dan peralatan d. Barak pekerja
e. Unit penampungan dan unit pengolahan limbah
Konstuksi bangunan
a. Konstruksi bangunan terdiri dari bahan yang kuat yang dapat menjamin kenyamanan dan keamanan bagi pegawai/buruh dan ternak.
b. Konstruksi kandang harus dapat memenuhi daya tampung dan pertukaran udara didalam kandang harus terjamin kelancarannya.
c. Lantai kandang harus kuat dan tidak licin sebaiknya terbuat dari coran semen untuk menjamin kebersihan kandang dan memudahkan untuk didesinfeksi.
d. Konstruksi bangunan gudang pakan harus dibuat sedemikian rupa agar pakan tetap sehat dan hygienis.
Konstruksi bangunan PT Lembu Jantan Perkasa:
• Bahan baku yang digunakan untuk bangunan kandang terdiri atas bahan logam, kayu, beton dan besi.
• Atap kandang menggunakan asbes dan aluminium galvanum setiap atap terdapat seng berwarna bening untuk penerangan cahaya matahari.
• Kerangka dan tiang kandang menggunakan bahan beton, kayu dan besi.
• Lantai terbuat dari paving block dan semen dengan kemiringan 5º.
• Daya tampung cukup, jumlah sapi tiap pen 50-60 ekor dengan luasan sekitar 3 m2/ekor.
-
23 Tataletak Bangunan
a. Ruang kantor dan tempat tinggal karyawan/pengelola usaha peternakan harus terpisah dari daerah perkandangan.
b. Jarak terdekat antara kandang dengan bangunan lain bukan kandang minimal 25 m.
c. Letak kandang dan bangunan lain harus ditata sedemikian rupa agar memudahkan bagi karyawan dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari, memudahkan pengaturan drainase dan penampungan limbah sehingga tidak terjadi polusi dan pencemaran penyakit.
d. Letak kandang isolasi ternak yang sakit atau diduga sakit di belakang penampungan limbah sehingga tidak terjadi polusi dan pencemaran penyakit.
e. Usaha peternakan hanya mempunyai satu pintu masuk (entry point) yang dilengkapi dengan kolam disinfektan dan setiap tamu atau kendaraan harus melewati.
Tataletak Bangunan PT Lembu Jantan Perkasa:
• Ruang kantor dan tempat tinggal karyawan/pengelola usaha peternakan harus terpisah dari daerah perkandangan.
• Jarak terdekat antara kandang dengan bangunan bukan kandang kurang dari 25 m.
• Letak kandang dengan unit penampungan limbah terlalu dekat
± 3 m, dikhawatirkan dapat menyebabkan polusi dan pencemaran penyakit.
• Usaha peternakan hanya mempunyai satu pintu masuk (entry point) yang tidak dilengkapi dengan kolam disinfektan dan setiap tamu atau kendaraan harus melewati.
Sebaiknya tata letak kandang dengan unit penampungan limbah diperbaiki agar jaraknya tidak terlalu dekat.
Peternakan dilengkapi dengan kolam disinfektan pada pintu masuk (entry point) dan setiap tamu atau kendaraan harus melewati, adanya disinfektan untuk mencegah kemungkinan adanya penyakit dari luar.
5. Alat dan Mesin Peternakan
Usaha penggemukan sapi potong memiliki peralatan sesuai dengan kapasitas/jumlah sapi yang dipelihara mudah digunakan, mudah dibersihkan
Usaha penggemukan sapi potong memiliki kandang dengan kapasitas tampung 3 m2/ekor, bangunan terbuat dari besi dan kayu yang mudah
24 dan tidak mudah berkarat. dibersihkan dan tidak mudah berkarat.
Alat dan mesin yang perlu disediakan:
a. Tempat pakan dan tempat minum bias terbuat dari semen, seng anti karat atau papan tebal b. Kendaraan pembawa rumput
kekandang
c. Timbangan pakan dan sapi d. Alat timbangan untuk sapi
(statis/mobil)
e. Mesin giling butiran (apabila membuat pakan konsentrat sendiri)
f. Chopper (pemotong rumput) g. Tempat bongkar/muat ternak
memadai h. Mixer
Alat dan mesin yang ada di Lembu Jantan Perkasa:
a. Tempat pakan terbuat dari semen dan terbuat dari plastik (jligen yang dibelah menjadi 2 bagian).
b. Rumput diangkut mengunakan mobil pick up/truk.
c. Timbangan yang tersedia:
timbangan sapi, timbangan kendaraan, timbangan rumput dan timbangan pakan.
d. Terdapat 2 mesin giling
e. Terdapat chopper untuk rumput dan chopper untuk jerami padi.
f. Tempat bongkar dan muat (loading chute ) memadai.
g. Terdapat 4 mixer.
6. Bibit/bakal an
Bakalan sapi khusus untuk digemukkan bisa berasal dari sapi lokal atau impor, tergantung jenis sapi.
Bakalan berasal dari ternak impor dari Australia yaitu sapi Brahman Cross.
Sapi bakalan yang digunakan harus bebas dari penyakit menular seperti mulut dan kuku (Foot and Mouth Disease), penyakit ngorok, Rinderpest, brucellosis (keluron), anthrax (radang limpa), Blue tangue (lidah biru).
Sapi bakalan berasal dari Negara Australia yang terbebas dari penyakit menular. Pemeriksaan kesehatan dilakukan sebelum dan sesudah sampai ke peternakan oleh Balai Karantina dan Dinas Peternakan Kabupaten Banten.
Usaha peternakan sapi potong yang mengadakan kegiatan pembibitan telah
Usaha peternakan sapi potong yang mengadakan kegiatan pembibitan telah
25 mengikuti petunjuk, pengarahan, serta
pengawasan dari instansi yang berwenang.
mengikuti petunjuk, pengarahan, serta pengawasan dari instansi yang berwenang.
7. Pakan Ketersediaan pakan cukup bagi ternak, baik yang berasal dari hijauan/rumput, maupun pakan konsentrat yang dibuat sendiri atau berasal dari pabrik.
Ketersediaan pakan cukup, pakan hijauan berasal dari kebun HMT perusahaan yaitu rumput Taiwan dan jerami diperoleh dari daerah sekitar, pakan konsentrat diproduksi sendiri oleh perusahaan sedangkan bahan baku ransum berasal dari luar.
Bahan campuran pakan harus diperoleh dari sumber yang sudah mendapat izin.
Ransum pakan yang digunakan tidak terkontaminasi mikroba, penyakit stimulant pertumbuhan, hormon, bahan kimia, obat-obatan, mycotoxin melebihi tingkat yang dapat diterima oleh pejabat yang berwenang dan Negara-negara pengimpor.
Bahan pakan diperoleh dari dalam negeri dan dilakukan pengujian analisis proksimat untuk setiap bahan pakan yang digunakan. Ransum yang digunakan tidak terkontaminasi mikroba, penyakit stimulant pertumbuhan, hormon, bahan kimia, obat-obatan, mycotoxin.
Dalam memenuhi kebutuhan pakan hijauan yang cukup bagi usaha peternakan sapi potong secara berkesinambungan, dapat bekerja sama dengan petani setempat untuk penyediaan hijauan pakan ternak.
Kebutuhan pakan hijauan cukup bagi usaha peternakan sapi potong secara berkesinambungan dan penanaman HMT dilakukan oleh perusahaan bekerja sama dengan masyarakat melalui sistem kemitraan.
8. Obat Hewan
Obat-obatan, bahan kimia dan bahan biologic untuk ternak yang digunakan sudah terdaftar.
Setiap obat memiliki nomor pendaftaran tersendiri.
Penggunaan obat hewan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Penggunaan obat keras di bawah pengawasan tim kesehatan hewan
26 (Keswan) yaitu dokter hewan dan
kepala unit kesehatan hewan.
9. Tenaga Kerja
Semua karyawan yang bekerja pada usaha peternakan sapi potong berbadan sehat
Semua karyawan yang bekerja pada usaha peternakan sapi potong berbadan sehat jasmani dan rohani. Setiap karyawan mendapat kartu jaminan kesehatan dari perusahaan.
Pekerja disediakan pakaian kerja, sepatu bot, jas hujan dan peralatan lainya yang diperlukan.
Pekerja disediakan pakaian kerja, sepatu bot dan peralatan lainya yang diperlukan yang diberikan setiap tahun.
Setiap usaha penggemukan sapi potong hendaknya menjalankan ketentuan/
peraturan perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan.
Sesuai persyaratan, karyawan digaji sesuai dengan jabatan, pendidikan dan masa kerja.
27 Tabel 2. Hasil Evaluasi Aspek Proses Produksi Penerapan GFP Sapi Penggemukan di PT Lembu Jantan Perkasa
No. Aspek Kondisi Seharusnya Kondisi dilapangan Kesesuaian/koreksi
1. Pemilihan bibit
Pemilihan sapi bakalan pada usaha penggemukan sapi potong harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Bangsa sapi murni atau persilangan.
2. Umur 1 sampai 2 tahun
3. Berat; untuk sapi lokal 100 – 150 kg, untuk sapi persilangan 250-350 kg
Sapi bakalan usaha penggemukan PT Lembu Jantan Perkasa berasal dari bangsa sapi persilangan yaitu sapi Brahman Cross (BX) dengan kisaran umur 2 tahun dengan bobot badan 250- 350kg.
2. Kandang Setiap usaha penggemukan sapi potong yang akan didirikan harus merencanakan jumlah kandang yang akan dibangun sesuai dengan jumlah dan jenis sapi yang akan dipeliharan.
Usaha penggemukan PT Lembu Jantan Perkasa merencanakan jumlah kandang sesuai dengan jumlah dan jenis sapi yang akan dipelihara. Jumlah kandang penggemukan 7 kandang penggemukan, setiap kandang terdiri dari 8 - 14 pen.
Daya tampung kandang penggemukan di PT Lembu Jantan Perkasa sekitar 4500 ekor dengan daya tampung setiap pen 50 - 60 ekor.
Kandang yang akan dibangun harus kuat, memenuhi syarat kesehatan, mudah dibersihkan, mempunyai drainase yang baik, sikulasi udara yang bebas dan dilengkapi tempat makan dan minum sapi serta bak desinfektan.
Kandang terbuat dari logam, kayu, beton dan besi sehingga dipastikan kuat, memenuhi syarat kesehatan, mudah dibersihkan, mempunyai drainase yang baik, sikulasi udara yang bebas dan dilengkapi tempat makan dan minum sapi serta bak desinfektan.
Sistem kandang dapat dibuat berkoloni/kelompok dan setiap
Kandang dibuat koloni dengan jumlah sapi 50- 60 ekor tiap pen dan memiliki
28 kelompok berisi 5-10 ekor sapi dengan
luas ruang (space) 10-20 m2.
luas ruang 3 m2 perekor.
Jarak antar kandang dengan kandang lainya minimal 10 m, dan jarak kandang dengan tempat penampungan limbah/kotoran sapi minimal 25 m.
Sebaiknya bangunan kandang dibuat sedemikian rupa agar selalu mendapat cahaya pagi yang penuh ultra violet.
Jarak kandang penggemukan dengan kandang breeding dan kandang isolasi lebih dari 10 m, jarak kandang dengan tempat penampungan limbah/kotoran sapi sekitar 3 m. Bangunan kandang mendapat cahaya pagi yang penuh ultra violet.
Sebaiknya tempat
penampungan limbah/kotoran sapi berjarak lebih dari 25m dari kandang.
3. Pakan Pemberian pakan hijauan segar minimal 10% berat badan dan pakan konsentrat sekitar 0,4% dari berat badan.
Pemberian pakan dilakukan 2 (dua) kali sehari.
Pemberian hijauan 1-2 % dari bobot badan dan pakan konsentrat 1,3 – 2 % berat badan. Pemberian pakan dilakukan 3 (tiga) kali sehari.
Pemberian pakan disesuaikan dengan bobot badan, PBBH dan konsumsi pakan ternak.
Penyusunan ransum memperhatikan keseimbangan zat-zat makanan yang dapat dicerna dalam ransum. Zat-zat makanan dasar adalah energi dan lemak, protein, mineral dan vitamin serta serat kasar.
Penyusunan ransum dilakukan oleh supervisor feeding. Penyusunan ransum memperhatikan keseimbangan zat-zat makanan yang dapat dicerna dalam ransum.
Kebutuhan energi atau Total Digestible Nutrient (TDN), protein dan mineral untuk penggemukan sapi potong jantan untuk tujuan pemelihraan dan pertumbuhan dapat dilihat pada tabel.
Sesuai persyaratan. Ransum konsentrat yang diproduksi PT Lembu Jantan Perkasa untuk sapi penggemukan memiliki kandungan protein sebesar 12- 14%.
Pakan tambahan yang digunakan memiliki ketentuan yang berlaku.
Pakan tambahan yang digunakan memiliki ketentuan yang berlaku. Pakan tambahan yang diberikan adalah urea
29 molasses block (UMB).
4. Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner
A. Kesehatan Hewan 1. Situasi Penyakit
Usaha penggemukan sapi potong terutama usaha penggemukan harus terletak di daerah dimana tidak ditemukan gejala klinis atau bukti lain tentang penyakit mulut dan kuku (Foot and Mouth Disease), ingus jahat (Malignat Catarhal Fever), Bovine Ephemeral Fever, Lidah biru (Blue tangue), anthrax (Radang Limpa), Brucellosis (kluron menular).
Sesuai persyaratan, usaha penggemukan sapi potong terletak di daerah yang bebas endemik penyakit zoonosis.
2. Vaksinasi/pencegahan
a. Usaha bidudaya sapi potong harus melakukan vaksinasi dan pengujian/tes laboratorium terhadap penyakit tertentu yang ditetapkan oleh instansi berwenang.
b. mencatat setiap pelaksanaan vaksinasi dan jenis vaksin yang dipakai dalam kartu kesehatan ternak,
c. melaporkan kepada Dinas yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan setempat (instansi yang berwenang) setiap timbulnya kasus penyakit terutama yang diduga/dianggap penyakit menular.
a. Usaha penggemukkan sapi potong melakukan vaksinasi dan pengujian/tes laboratorium terhadap penyakit tertentu yang ditetapkan oleh instansi berwenang yaitu unit kesehatan hewan dan dinas peternakan kabupaten Banten.
b. Setiap ternak memiliki kartu kesehatan ternak.
c. Melaporkan kepada Dinas yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan setempat (instansi yang berwenang) setiap timbulnya kasus penyakit terutama yang diduga/dianggap penyakit menular.
Namun selama ini belum pernah
30 terjadi kasus penyakit menular.
B. Kesehatan Masyarakat Veteriner (Kesmavet)
1. Lokasi usaha tidak mudah dimasuki binatang liar serta bebas dari hewan piaraan lainnya yang dapat menularkan penyakit.
2. Melakukan desinfeksi kandang dan peralatan dengan menyemprotkan insektisida pembasmi serangga, lalat dan hama lainnya.
3. Untuk mencegah terjadinya penularan penyakit dari satu kelompok ternak ke kelompok ternak lainnya, pekerja yang melayani ternak yang sakit tidak diperkenankan melayani ternak yang sehat.
4. Menjaga agar tidak setiap orang dapat bebas keluar masuk kandang ternak yang memungkinkan terjadinya penularan penyakit.
5. Membakar atau mengubur bangkai kerbau yang mati karena penyakit menular.
6. Menyediakan fasilitas desinfeksi untuk staf/karyawan dan kendaraan tamu dipintu masuk perusahaan.
7. Mengusahakan lokasi peternakan tidak mudah dimasuki binatang
• Lokasi mudah dimasuki binatang liar sebab berdekatan dengan masyarakat, namun hanya mampu masuk hingga wilayah kebun HMT.
• Diterapkan pemakaian insektisida baik tabur dan cair.
• Terdapat pembagian tenaga kerja yang jelas untuk tiap-tiap unit.
• Terdapat unit keamanan yang memantau keluar masuk peternakan.
• Ternak mati segera dikuburkan setelah diperiksa penyebab kematiaannya.
• Tidak tersedia fasilitas desinfeksi untuk staf/karyawan dan kendaraan tamu dipintu masuk perusahaan.
• Kandang dibersihkan setiap hari.
• Ternak yang sakit di kandangkan khusus ternak di kandang ternak sakit.
- Sebaiknya melakukan koordinasi dengan masyarakat agar ternak tidak digembalakan disekitar areal peternakan.
Tersedianya fasilitas
desinfeksi untuk
staf/karyawan dan kendaraan tamu dipintu masuk perusahaan.
-
31 liar, bebas dari hewan piaraan
lainya yang dapat menularkan penyakit.
8. Melakukan desinfektan peralatan, penyemprotan, insektisida terhadap serangga, lalat dan pembasmian terhadap hama-hama lainnya.
9. Melakukan pembersihan dan pencucian kandang serta menyediakan pencuci hama.
10. Memiliki program vaksinasi terhadap penyakit.
11. Melakukan pelaporan kepada yang berwenang apabila ditemukan gejala penyakit menular yang diatur dalam undang-undang.
12. Mengeluarkan ternak yang mati dari kandang untuk segera dikubur/
dimusnahkan oleh petugas yang berwenang.
13. Mengelurkan ternak yang sakit dari kandang untuk segera diobati atau dipotong oleh petugas yang berwenang.
14. Ternak sapi potong bebas dari penyakit Tuberkulosis (TBC).
15. Menyediakan fasilitas desinfektan untuk staf dan tamu serta kendaraan pada pintu masuk peternakan.
32 5. Penanganan
Hasil
Lama/waktu yang digunakan untuk penggemukan sapi potong berkisar antara 3-6 bulan sesuai umur dan kondisi sapi pada waktu mulai digemukkan.
Lama penggemukan 3 bulan sesuai umur dan kondisi sapi pada waktu mulai digemukkan.
Minimal satu bulan terakhir sebelum dipasarkan, pemberian ransum konsentrat ditingkatkan dari pemberian biasa dan pakan hijauan dikurangi dari pemberian biasa dan penggunaan anti biotic dan chemotropic diharapkan meperhatikan withdraw (waktu henti obat).
Sesuai persyaratan, pemberian ransum konsentrat ditingkatkan sejak pemeliharaan lebih dari 30 hari yaitu dengan rasio pemberian hijauan dengan konsentrat sebesar 10 : 90.
Dilarang memperjual-belikan daging yang berasal dari sapi potong selama pengobatan anti biotic atau hormone untuk konsumsi manusia, kecuali apabila ternak tersebut dipotong sesuai ketentuan atau standar withdrowel time obat yang digunakan.
Sesuai persyaratan. Usaha penggemukkan PT Lembu Jantan Perkasa menjual sapi potong yang bebas dari anti biotic atau hormone karena PT Lembu Jantan Perkasa tidak memberikan antibiotik dan hormon.
Sapi yang sudah siap dipasarkan (finisher) harus dijaga sedemikian rupa, jangan sampai sapi tersebut cedera/
cacat.
Sapi yang sudah siap dipasarkan (finisher) harus dijaga sedemikian rupa, jangan sampai sapi tersebut cedera/
cacat. Sapi yang sudah siap jual dijaga agar tidak stress yang dapat menyebabkan penurunan bobot badan.
Sapi yang dipasarkan diangkut menggunakan truk/kendaraan dengan kapasitas 12 - 14 ekor per truk tergantung ukuran truk/kendaraan.
33 Berat sapi potong siap jual minimal:
lokal 250 kg dan persilangan/impor 350 kg.
Berat sapi potong siap jual minimal:
350 kg. Urutan penjualan Sapi potong dimulai dari sapi yang memiliki berat badan tertinggi.
34 Tabel 3. Hasil Evaluasi Aspek Pelestarian Lingkungan Penerapan GFP Sapi Penggemukan di PT Lembu Jantan Perkasa
No. Aspek Kondisi Seharusnya Kondisi dilapangan Kesesuaian/koreksi
1. Rencana Penanggula ngan Pencemara n
Lingkungan
Undang-undang nomor 23 tahun 1997 tentang ketentuan-ketentuan pokok pengolahan lingkungan hidup.
Peraturan pemerintan nomor 27 tahun 1999 tentang analisa mengenai dampak lingkungan.
Peraturan pelaksanaan analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL).
PT Lembu Jantan Perkasa melakukan upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan, dan pengendalian lingkungan hidup.
2. Upaya pencegahan pencemaran lingkungan
Mencegah timbulnya erosi serta membantu penghijauan di areal usaha.
Pencegahan erosi dan penghijauan dilakukan dengan penanaman tanaman disekitar areal peternakan dan penanaman HMT.
Menghindari timbulnya polusi dan ganguan lain yang berasal dari lokasi usaha yang dapat mengganggu lingkungan berupa bau busuk, suara bising, serangga, tikus serta pencemaran air sungai/air sumur.
Sesuai persyaratan. Pencegahan polusi dilakukan dengan pengolah limbah peternakan menjadi pupuk.
Setiap usaha penggemukan sapi potong harus membuat unit pengolahan limbah perusahaan (padat, cair dan gas) yang sesuai dengan kapasitas produksi limbah yang dihasilkan.
Belum terdapat unit pengolahan limbah gas. Limbah hanya diolah menjadi pupuk kompos.
Setiap penggemukan usaha sapi potong membuat pembuangan kotoran dan
Sesuai persyaratan. Usaha penggemukan sapi potong membuat
35 penguburan bangkai. saluran pembuangan kotoran, unit
penampungan dan pengolahan limbah serta melakukan penguburan bangkai ternak.
36 Tabel 4. Hasil Evaluasi Aspek Pengawasan Penerapan GFP Sapi Penggemukan di PT Lembu Jantan Perkasa
No. Aspek Kondisi Seharusnya Kondisi dilapangan Kesesuaian/koreksi
1. Sistem Pengawasan
Sistem pengawasan dilakukan secara baik pada titik kritis dalam proses produksi untuk memantau kemungkinan adanya penyakit dan kontaminasi lainya.
Sesuai persyaratan. Titik kritis dalam usaha penggemukan ini antara lain feeding dan penanganan ternak sakit yang diawasi secara baik.
Instansi yang berwenang dalam bidang peternakan melakukan pengawasan manajemen mutu terpadu yang dilakukan (Pedoman budidaya ternak sapi potong yang baik/Good Farming Practices).
Sesuai persyaratan. Pengawasan manajemen mutu terpadu yang dilakukan (Pedoman budidaya ternak sapi potong yang baik/Good Farming Practices) dilakukan oleh Dinas Peternakan Kabupaten Banten setiap 6 bulan sekali.
2. Sertifikasi Usaha penggemukan sapi potong yang produksinya untuk tujuan eksport harus dilengkapi sertifikat.
Usaha penggemukan sapi potong PT Lembu Jantan Perkasa tidak memproduksi sapi potong untuk tujuan eksport.
Sertifikat dikeluarkan oleh instansi berwenang setelah melalui penilaian dan rekomendasi.
Tidak memiliki sertifikat karena produksi untuk dalam negeri.
3. Monitoring dan
Evaluasi
Monitoring dan evaluasi dilakukan oleh instansi yang berwenang dibidang peternakan di Kabupaten/Kota.
Monitoring dan evaluasi dilakukan oleh dinas peternakan di Kabupaten Banten.
Evaluasi dilakukan setiap tahun berdasarkan data dan informasi yang dikumpulkan serta pengecekan/
kunjungan ke usaha penggemukan sapi potong.
Evaluasi dilakukan setiap enam bulan berdasarkan data dan informasi yang dikumpulkan serta pengecekan/
kunjungan ke usaha penggemukan sapi potong.
37 4. Pencatatan Data usaha penggemukan sapi potong
• Populasi ternak yang digemukkan per periode
• Jumlah karyawan
• Obat atau vaksin yang digunakan
• Feed additive yang digunakan
• Pakan konsentrat yang digunakan per periode
• Penjualan ternak per periode.
Data usaha penggemukan sapi potong
• Populasi ternak yang digemukkan per periode
• Jumlah karyawan
• Obat atau vaksin yang digunakan
• Feed additive yang digunakan
• Pakan konsentrat yang digunakan per periode
• Penjualan ternak per periode.
5. Pelaporan Membuat laporan tertulis secara berkala (enam bulanan dan tahunan) kepada instansi yang berwenang.
Membuat laporan tertulis secara berkala setiap bulan oleh Kepala Unit kepada Kepala Direksi dan dilakukan pelaporan Kepala Dinas Petenakan setiap enam bulan.
Wajib membuat laporan teknis dan administratif secara berkala untuk kepentingan internal, sehingga apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dapat mengadakan perbaikan /perubahan berdasarkan laporan yang ada.
Membuat laporan teknis dan administratif secara berkala untuk kepentingan internal dari kepala unit penggemukan kepada kelapa direksi sehingga apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dapat mengadakan perbaikan/perubahan berdasarkan laporan yang ada.
38 Sarana
Berdasarkan GFP Direktorat Jenderal Produksi Peternakan (2000) aspek sarana meliputi lokasi, lahan, penyediaan air dan alat penerangan, bangunan, alat dan mesin peternakan, bibit/bakalan, pakan, obat hewan dan tenaga kerja. Secara keseluruhan penerapan GFP pada aspek sarana sudah baik. Aspek sarana yang perlu diperhatikan adalah bangunan.
Lokasi PT LJP sudah sesuai dengan Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) dan Rencana Detail Tata Ruang Daerah (RDTRD). Letak dan ketinggian lokasi terhadap wilayah sekitarnya sudah memperhatikan lingkungan dan topografi sehingga kotoran dan limbah yang dihasilkan tidak mencemari lingkungan. PT LJP terletak sekitar 200 m dari jalan raya dan memiliki topografi yang landai dan datar dengan ketinggian 200 m di atas permukaan air laut.
Gambar 4. Izin Mendirikan Bangunan
Status lahan peternakan sapi potong jelas dan sesuai dengan peruntukannya menurut perundang-undangan yang berlaku. PT LJP memiliki lahan seluas ± 26 ha.
Lahan tersebut digunakan untuk bangunan kantor, kandang, mess karyawan, gudang pakan, kebun rumput dan bangunan lainya. Luas dan penggunaan lahan Peternakan PT LJP dapat dilihat pada Tabel 5.
39 Tabel 5. Luas dan Penggunaan Lahan Peternakan di PT Lembu Jantan Perkasa
No Jenis Bangunan Luas (m2)
1 Kantor 102
2 Mess Manager 46,25
3 Mess Staf depan 118
4 Pos Satpam 6,25
5 Gudang alat 12
6 Mushola 16
7 Gudang pakan A 1.232
8 Gudang pakan B 1.590
9 Kandang fattening 17.357
10 Cattle yard fattening 1.000
11 Cattle yard breeding 1.200
12 Water Torn 19 unit 114
13 Gudang alat mekanik 300
14 Gudang pakan (onggok) 245
15 Mess karyawan feedmill 707,25
16 Jalan masuk 4.720
17 Bak air 88 unit 308
18 Kandang breeding 21.664
19 Mess staff dan guest house 272
20 Warehouse 320
21 Kebun rumput 80.000
22 Bangunan chopper 120
23 Pagar 712,62
24 Saluran 2.178
25 Jalan 18.540,8
26 Kandang partus 600
27 Lahan kosong 107.767
28 Timbangan kendaraan 72
Jumlah 261.320,17
(Sumber : Arsip PT Lembu Jantan Perkasa 2010)
40 Penyediaan air dan alat penerangan di PT Lembu Jantan Perkasa telah sesuai dengan GFP. Air memenuhi baku mutu air sehat, dilakukan pemeriksaan kualitas air secara berkala, air tersedia sepanjang tahun. Sumber air berasal dari sumur bor yang ada di dalam wilayah peternakan dan air tersebut ditampung dalam tower air. Sumur bor sejumlah 11 unit dengan tower air berjumlah 14 buah. Tower air yang digunakan berkapasitas 8.000 liter dengan debit 4.000 liter per jam. Air yang telah ditampung di tower air dialirkan ke kandang, kantor dan mess melalui pipa. Air tersebut digunakan untuk membersihkan kandang, air minum ternak dan untuk kebutuhan karyawan sehari-hari seperti mandi, mencuci dan lain-lain. Air yang digunakan untuk ternak berbeda dengan air yang digunakan untuk kebutuhan karyawan sehari-hari Penyediaan alat penerangan (misalnya listrik) tersebut cukup setiap saat sesuai kebutuhan dan peruntukannya.
Bangunan yang diperlukan untuk usaha penggemukan sapi potong adalah kandang penggemukan, kandang isolasi sapi yang sakit, gudang pakan dan peralatan, mess pekerja, unit penampungan, dan unit pengolahan limbah. Office International des Epizooties (OIE) (2006) menjelaskan bahwa bangunan dan fasilitas peternakan harus dikontrol agar tidak membahayakan ternak karena di dalamnya dapat merupakan sumber penyebab kontaminasi bagi ternak seperti mikroba patogen, bahan kimia dan fisik yang dapat membahayakan tenak secara langsung dan tidak langsung. Berikut ini gambar 5. bangunan usaha penggemukan di PT LJP.
(a) (b)
(a) (b)
41
Gambar 5. (a) Gudang Pakan, (b) Mess Karyawan, (c) Kandang Penggemukan, (d) Kandang Isolasi.
Ensminger dan Tylor (2006) menyatakan bahwa bangunan peternakan harus dirancang untuk memfasilitasi kenyamanan, kesehatan dan produktivitas ternak.
Ventilasi yang baik, tersedianya pakan dan air dengan kualitas yang baik, penerangan dan kenyamanan ternak harus diperhatikan untuk meningkatkan performa ternak.
Kandang bagi ternak sapi potong merupakan sarana yang mutlak harus ada. Kandang merupakan tempat berlindung ternak dari hujan, terik matahari, pengamanan ternak terhadap binatang buas, pencuri, dan kandang juga merupakan salah satu sarana untuk menjaga kesehatan (Direktorat Jenderal Peternakan, 1985). Konstuksi bangunan di PT Lembu Jantan Perkasa Serang-Banten telah sesuai dengan GFP yaitu:
a. Konstruksi bangunan terdiri atas bahan yang kuat yang dapat menjamin kenyamanan dan keamanan bagi pegawai/buruh dan ternak.
b. Konstruksi kandang harus dapat memenuhi daya tampung dan pertukaran udara didalam kandang harus terjamin kelancarannya.
c. Lantai kandang harus kuat dan tidak licin sebaiknya terbuat dari coran semen untuk menjamin kebersihan kandang dan memudahkan untuk didesinftasi.
d. Konstruksi bangunan gudang pakan harus dibuat sedemikian rupa agar pakan tetap sehat dan hygienis.
Menurut GFP tataletak bangunan ruang kantor dan tempat tinggal karyawan/pengelola usaha peternakan harus terpisah dari daerah perkandangan. Jarak
(c) (d)
42 terdekat antara kandang dengan bangunan lain bukan kandang minimal 25 m. Letak kandang dan bangunan lain harus ditata sedemikian rupa agar memudahkan bagi karyawan dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari, memudahkan pengaturan drainase, dan penampungan limbah sehingga tidak terjadi polusi dan pencemaran penyakit. Letak kandang isolasi ternak yang sakit atau diduga sakit di belakang penampungan limbah sehingga tidak terjadi polusi dan pencemaran penyakit. Usaha peternakan hanya mempunyai satu pintu masuk (entry point) yang dilengkapi dengan kolam disinfektan dan setiap tamu atau kendaraan harus melewati.
Bangunan secara keseluruhan telah sesuai akan tetapi masih ada yang belum sesuai antara lain pemanfaatan kandang isolasi perlu lebih dioptimal. Sapi yang sakit dikandangkan secara terpisah namun tidak di kandang isolasi. Area yang terpisah diperlukan untuk mengisolasi ternak dan untuk perawatan ternak. Area ini harus dibuat agar nyaman bagi ternak dan memiliki suplai obat-obatan serta memiliki penerangan yang cukup. Area perawatan ini biasanya dibuat dekat dengan kandang khusus untuk melahirkan dan untuk mengisolasi ternak yang sakit. Hal ini dilakukan untuk efisiensi pekerja dan sering disebut dengan kandang untuk kebutuhan khusus (Palmer, 2005). Jarak terdekat antara kandang dengan bangunan lain bukan kandang kurang dari 25 m. Jarak yang terlalu berdekatan yaitu jarak antara kandang dengan unit penampungan limbah yang dikhawatirkan dapat mengganggu kesehatan ternak.
Bangunan PT LJP mempunyai satu pintu masuk (entry point) tetapi tidak dilengkapi dengan kolam disinfektan sehingga setiap tamu atau kendaraan yang masuk peternakan tidak didesinfeksi. Hal ini memungkinkan terjadinya penyebaran penyakit dari luar.
Usaha penggemukan sapi potong memiliki peralatan sesuai dengan kapasitas/
jumlah sapi yang dipelihara mudah digunakan, mudah dibersihkan dan tidak mudah berkarat. Alat dan mesin yang perlu disediakan: tempat pakan dan tempat minum, kendaraan pembawa rumput ke kandang, timbangan pakan dan sapi, alat timbangan untuk sapi (statis/mobil), mesin giling butiran, chopper (pemotong rumput), tempat bongkar/muat ternak memadai dan mixer. Tempat pakan terbuat dari semen dan terbuat dari plastik (jerigen yang dibelah menjadi dua bagian). Rumput diangkut menggunakan mobil pick up/truk. Timbangan yang tersedia antara lain timbangan sapi, timbangan kendaraan, timbangan rumput dan timbangan pakan. PT LJP
43 memiliki 2 mesin giling, chopper untuk rumput dan chopper untuk jerami padi dan terdapat 4 mixer. Tempat bongkar dan muat (loading chute) ternak yang memadai.
Gambar 6. memperlihatkan alat dan mesin peternakan PT Lembu Jantan Perkasa.
Gambar 6. (a) Timbangan Ternak, (b) Timbangan Kendaraan
Gambar 7. (a) Kendaraan Ternak, (d) Kendaraan Rumput/Jerami.
(a) (b)
(a) (b)
44
Gambar 8. (a) Loading chute, (b) Cattle yard
Gambar 9. (a) Mixer (b) Chopper (alat pemotong rumput).
Bakalan sapi yang digemukkan di PT LJP Serang-Banten merupakan sapi impor dari Negara Australia yang terbebas dari penyakit menular. Pemeriksaan kesehatan dilakukan sebelum dan sesudah sampai ke peternakan oleh Balai Karantina dan Dinas Peternakan kabupaten Banten. Sapi bakalan yang digunakan bebas dari penyakit menular seperti mulut dan kuku (Foot and Mouth Disease), penyakit ngorok, Rinderpest, brucellosis (keluron), anthrax (radang limpa), Blue tangue (lidah biru). Usaha peternakan sapi potong yang mengadakan kegiatan pembibitan telah mengikuti petunjuk, pengarahan, serta pengawasan dari instansi
(a) (b)
(a) (b)
45 yang berwenang. Sapi bakalan yang digunakan adalah sapi BX. Sapi BX banyak digunakan sebagai sapi bakalan di Indonesia karena memiliki beberapa keunggulan, antara lain: memiliki daya tahan terhadap panas, kemampuan untuk dapat beradaptasi dengan baik di daerah tropis, dan memiliki daya tahan terhadap ektoparasit terutama caplak (Direktoratt Jendral Peternakan, 1986).
Pakan ternak sapi potong merupakan salah satu unsur yang sangat penting untuk menunjang kesehatan, pertumbuhan, dan reproduksi ternak. Bahan pakan ternak dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu hijauan dan konsentrat. Hijauan ditandai dengan jumlah serat kasar yang relatif banyak daripada berat keringnya, sedangkan konsentrat mengandung serat kasar lebih sedikit daripada hijauan dan mengandung karbohidrat, protein, dan lemak yang relatif banyak, namun jumlahnya bervariasi dengan jumlah air yang relatif sedikit (Williamson dan Payne, 1993).
Pakan hijauan di PT Lembu Jantan Perkasa terdiri atas rumput dan jerami.
Rumput berasal dari kebun HMT perusahaan yaitu rumput taiwan dan jerami yang diperoleh dari daerah sekitar. Rumput Taiwan digunakan karena produksinya yang tinggi, mampu menyimpan air saat musim kemarau, dan batang tidak terlalu cepat tua. Jerami termasuk salah satu hijauan yang sering digunakan pada ternak, hijauan ini umumnya memiliki nilai nutrisi yang rendah (Williamson dan Payne, 1993).
Jerami padi memiliki palatabitas yang cukup baik, tetapi apabila diberikan terlalu banyak dalam pakan sapi akan menyebabkan kebutuhan hidup pokoknya tidak terpenuhi karena kandungan nutriennya rendah (Panjono et al., 2000).
Pakan konsentrat di PT Lembu Jantan Perkasa diproduksi oleh perusahaan sedangkan bahan baku ransum berasal dari luar. Office International des Epizooties (OIE) (2006) menjelaskan bahwa pakan komersial juga harus dipastikan bebas dari residu bahan kimia. Label pada pakan komersial penting diantaranya untuk mengetahui cara pemakaian dengan benar, tanggal kadaluarsa dan identitas perusahaan. Kemasan pakan komersial tersebut harus utuh tanpa cacat yang dapat mempengaruhi isi. Pencatatan atau recording kualitas bahan pakan yang diterima juga sangat penting dan isinya harus sesuai dengan label, serta tidak mengandung hasil ikutan ternak yang tidak diperbolehkan. Pakan yang dicampur atau diproduksi sendiri mengandung resiko terdapat bahaya residu bahan kimia, tumbuhnya jamur dan kapang. Proses pencampuran bahan-bahan mentah harus dipastikan
46 komposisinya dan tercampur dengan sempurna. Bahan baku pakan konsentrat di PT LJP dan daerah asal bahan baku tersebut dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Bahan Baku Pakan dan Daerah Asal Bahan Baku Pakan yang digunakan dalam Usaha Penggemukan di PT Lembu Jantan Perkasa.
Bahan baku Daerah asal bahan baku
Onggok Lampung
Bungkil sawit Jambi dan Kalimantan
Bungkil kopra Jambi, Jakarta, dan
Kalimantan
Bungkil kedelai Bogor dan argentina
Gaplek Bogor dan wonogiri
Kulit kopi Lampung
Kulit coklat Jakarta dan Surabaya
Molasses Lampung dan Cirebon
Bran pollard PT Panganmas (Cilacap)
Wheat pollard PT Bogasari
DDGS (dried distillers grains solubles) Jakarta
Garam Cirebon
Urea Jakarta
Kapur Bandung
Premix Jakarta
Sodium bikarbonat Jakarta
Sumber pakan ternak dibagi menjadi lima berdasarkan fungsinya yaitu: 1) sumber hijauan kering dan hijauan kasar misalnya jerami padi, rumput lapang dan lamtoro; 2) sumber energi misalnya dedak padi, jagung, sorgum dan onggok; 3) sumber protein nabati misalnya bungkil kelapa bungkil kelapa sawit, bungkil kacang kedelai dan bungkil bji kapuk; 4) sumber protein hewani misalnya tepung ikan, tepung daging dan tulang, tepung darah dan tepung bulu ayam; dan 5) sumber mineral misalnya tepung tulang dan tepung kulit kerang, kapur, kalium karbonat, zeolit dan kromium (Khalil, 1998).
Obat hewan yang digunakan oleh PT LJP meliputi sediaan biologik, farmasetik, premik, dan obat alami. Obat-obatan, bahan kimia, dan bahan biologik
47 untuk ternak yang digunakan sudah terdaftar. Penggunaan obat sesuai ketentuan berlaku. Penggunaan obat keras di bawah pengawasan tim kesehatan hewan.
Beberapa jenis obat-obatan, bahan kimia, dan bahan biologik yang digunakan di PT Lembu Jantan Perkasa antara lain gusanex, biosalamine, tympanol, limoxin 25 spay, limoxin-200 LA, pink eye, amproprim, entrostop, injectamin, penstrep, rivanol, dan lain-lain.
Gambar 10. Obat-obatan.
Berdasarkan GFP semua karyawan yang bekerja pada usaha peternakan sapi potong berbadan sehat. Tenaga kerja PT LJP terdiri atas tenaga kerja tetap, tenaga kerja harian dan tenaga kerja borongan. Jumlah tenaga kerja di PT LJP berjumlah 147 orang dengan pendidikan akhir yang berbeda. Staf dan kepala unit umumnya berpendidikan diploma dan sarjana. Tenaga kerja harian dan borongan tidak terlalu diutamakan pendidikan formal, yang dibutuhkan adalah kemampuan menulis, membaca, menghitung, dan bertanggungjawab. Tenaga kerja harian yaitu pakerja kandang sedangkan tenaga borongan meliputi pekerja di unit hijauan makanan ternak (HMT), feedmill, dan unit penanganan limbah (UPL).
Waktu kerja di PT LJP dimulai pada pukul 07.00-16.00 WIB, dengan waktu istirahat pukul 11.00-13.00 WIB, khusus untuk hari Jumat waktu istirahat pukul 10.30-13.00 WIB. Hari libur dalam seminggu hanya satu hari dan dilakukan secara bergilir. Sistem pemberian gaji dilakukan berdasarkan status tenaga kerja. Untuk karyawan dan kepala unit pembayaran gaji dilakukan sebulan sekali. Tenaga kerja
48 harian dan tenaga kerja borongan pembayaran gaji dilakukan seminggu sekali.
Tenaga kerja harian digaji berdasarkan banyaknya hari kerja sedangkan tenaga kerja borongan digaji berdasarkan hasil kerjanya.
Besarnya nominal gaji juga berdasarkan status tenaga kerja. Tenaga kerja harian diberi gaji sebesar Rp 36.000,-/hari. Tenaga kerja borongan unit HMT terdiri atas upah panen, chopper sampai distribusi rumput Rp 80/kg, upah chopper jerami sampai distribusi rumput Rp 40/kg sedangkan upah perawatan dan pemupukan rumput Rp 225/m2. Gaji tenaga kerja feedmill terdiri dari upah bongkar muat Rp 12/kg, mixing Rp 10/kg dan giling onggok Rp 10/kg. Gaji tenaga kerja UPL terdiri atas upah mengarungkan pupuk Rp 400/karung dan upah muat Rp 150/karung.
Selain mendapat upah gaji, tenaga kerja di PT Lembu Jantan Perkasa juga mendapatkan fasilitas kesehatan, tunjangan hari raya, dan jaminan sosial tenaga kerja.
Proses produksi
Aspek proses produksi meliputi pemilihan bibit, kandang, pakan, kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat, serta penanganan hasil. Menurut Parakkasi (1999), sistem pemeliharaan ternak sapi dibagi menjadi tiga yaitu, intensif, ekstensif dan mixed farming system. Sistem pemeliharaan ternak sapi di PT LJP Serang-Banten merupakan sistem intensif. Pemeliharaan ternak secara intensif adalah sistem pemeliharaan ternak sapi dengan cara dikandangkan secara terus menerus dengan sistem pemberian pakan secara cut and carry. Keuntungan sistem ini adalah penggunaan bahan pakan hasil ikutan dari beberapa industri lebih intensif dibanding dengan sistem ekstensif, sedangkan kelemahannya modal yang digunakan lebih tinggi, masalah penyakit dan limbah peternakannya.
Pemilihan sapi bakalan yang akan dipelihara PT LJP berasal dari sapi persilangan yaitu sapi Brahman Cross (BX) dengan kisaran umur 2 tahun dengan bobot badan 250-350 kg. Menurut Direktorat Jenderal Produksi Peternakan (2000) sapi bakalan adalah anak sapi jantan dan betina yang tidak layak bibit yang berumur 1-2 tahun untuk digemukkan. Sapi bakalan yang biasa digunakan dalam penggemukan adalah sapi Bali, Peranankan Onggole (PO), dan sapi impor seperti sapi Australian Commersial Cross (ACC), Brahman Cross (BX), Shorthon dan Brangus (Susilowati, 1998).
49 Setiap usaha penggemukan sapi potong yang akan didirikan harus merencanakan jumlah kandang yang akan dibangun sesuai dengan jumlah dan jenis sapi yang akan dipeliharaan berdasarkan GFP. Kandang yang akan dibangun harus kuat, memenuhi syarat kesehatan, mudah dibersihkan, mempunyai drainase yang baik, sirkulasi udara yang baik dan dilengkapi tempat makan dan minum sapi serta bak desinfektan. Sistem kandang dapat dibuat berkoloni/kelompok dan setiap kelompok berisi 5-10 ekor sapi dengan luas ruang (space) 10 - 20 m2. Jarak antar kandang dengan kandang lainya minimal 10 m, dan jarak kandang dengan tempat penampungan limbah/kotoran sapi minimal 25 m. Bangunan kandang dibuat sedemikian rupa agar selalu mendapat cahaya pagi yang penuh ultra violet.
Kandang di PT LJP terdiri atas kandang terbuka dan kandang tertutup. Sistem perkandangan di PT LJP adalah kandang koloni dengan jumlah sapi 50 - 60 ekor tiap pen dan memiliki luas ruang 3 m2/ekor. Jarak antar kandang dengan tempat penampungan limbah (kotoran) sapi terlalu dekat. Jarak seharusnya adalah 25 m karena jarak yang terlalu dekat dikhawatirkan akan menganggu kesehatan ternak.
Tempat penampungan kotoran dibuat terpisah dengan kandang ternak.
Pemberian pakan hijauan segar minimal 10% berat badan dan pakan konsentrat sekitar 0,4% dari berat badan berdasarkan GFP. Pemberian pakan dilakukan dua kali sehari. Penyusunan ransum memperhatikan keseimbangan zat-zat makanan yang dapat dicerna dalam ransum. Zat-zat makanan dasar adalah energi dan lemak, protein, mineral, dan vitamin serta serat kasar. Kebutuhan energi, protein dan mineral untuk penggemukan sapi potong jantan untuk tujuan pemeliharaan dan pertumbuhan dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Ransum yang Dibutuhkan untuk Menggemukan Sapi Potong Jantan.
Bobot Badan (kg) Pertambahan (kg)/hari
Bahan Kering Jumlah Energi Dicerna (TDN)
Protein (gram)
Kalsium (gram)
Fosfat
Kg % *1
250 Nol
0,75 1,00 1,10
4,4 6,4 6,6 6,6
1,8 2,6 2,6 2,6
2,0 3,8 4,3 4,6
45*2 59 58 70
337*2 693 753 782
9*2 21 23 30
9*2 17 18 20
300 Nol
0,75 1,00 1,10
5,0 7,4 7,5 7,6
1,7 2,5 2,5 2,5
2,4 4,3 5,0 5,3
48 58 66 70
385 753 819 846
10 23 28 30
10 18 21 22
350 Nol
0,75 1,00 1,10 1,20
5,7 8,3 8,5 8,5 8,5
1,6 2,4 2,4 2,4 2,4
2,6 4,8 5,6 5,9 6,2
46 58 66 69 73
432 806 874 899 743
12 25 30 31 32
10 18 21 23 24
400 Nol
0,75 1,00 1,10 1,20 1,30
6,2 9,1 9,3 9,4 9,4 9,4
1,6 2,3 2,3 2,4 2,4 2,4
2,9 5,4 6,2 6,6 7,0 7,2
47 59 67 70 74 77
478 875 913 942 967 988
13 26 31 32 33 33
13 21 24 25 25 26
450 Nol
0,75 1,00 1,10 1,20 1,30
6,8 10,0 10,2 10,2 10,2 10,2
1,5 2,2 2,2 2,3 2,3 2,3
3,2 5,9 6,8 7,2 7,6 7,9
47 59 67 71 75 77
528 911 952 975 998 1018
14 26 29 30 31 32
14 23 26 27 28 29 Keterangan:
*1 = % dari berat pakan sebenarnya
*2 = % dari bahan kering 50
Sumber: Direktorat Jenderal Produksi Peternakan (2000)
51 Pakan yang diberikan di PT LJP telah memenuhi persyaratan. Pemberian pakan disesuaikan dengan bobot badan, konsumsi pakan dan pertambahan bobot pakan perhari. Pakan hijauan diberikan ± 2 kg per ekor berupa rumput Taiwan atau jerami sekitar 1 – 2 % dari bobot badan. Pakan konsentrat yang diberikan 8 – 10 kg per ekor tergantung bobot badan sekitar 1,3 – 2 % dari bobot badan ternak.
Kandungan protein pakan konsentrat untuk penggemukan sebesar 12 - 14%. Pakan tambahan yang digunakan memiliki ketentuan yang berlaku. Pemberian pakan dilakukan tiga kali sehari.
Kebutuhan pakan terkait erat pada jenis, umur dan tingkat produksi.
Konsumsi bahan kering (BK) pakan ditentukan oleh ukuran tubuh, jenis pakan, umur dan kondisi. Konsumsi bahan kering pakan hijauan berkualitas tinggi pada sapi dewasa adalah sebesar 1,4 % dari bobot hidupnya, sedangkan pada sapi jantan muda sebesar 3%. Konsumsi bahan kering pakan biasanya makin menurun dengan meningkatnya kandungan zat-zat pakan yang dapat dicerna (National Research Council, 1984). Menurut Tilman et al. (1991) kebutuhan bahan kering pakan yang disarankan utuk sapi pedaging adalah antara 2,5 - 3% dari bobot badan setiap hari dan dapat ditambahkan konsentrat 2% dari bobot badan, sedangkan sisanya adalah hijauan atau pakan berserat tinggi.
Usaha penggemukan sapi potong terletak di daerah yang bebas endemik penyakit zoonosis, selama berdirinya perusahaan ini ternak yang ada tidak pernah menderita penyakit zoonosis. Usaha penggemukan sapi potong melakukan vaksinasi dan pengujian/tes laboratorium terhadap penyakit tertentu yang ditetapkan oleh instansi yang berwenang. Mencatat setiap pelaksanaan vaksin dan jenis vaksin yang dipakai dalam kartu kesehatan ternak dan dilakukan pelaporan kepada Dinas yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan setempat (instansi yang berwenang) setiap timbulnya kasus penyakit terutama yang diduga/dianggap penyakit menular. Vaksinisasi di PT LJP dilakukan saat ternak datang oleh tim Keswan. Pembersihan kandang dilakukan setiap hari untuk kandang terbuka sedangkan untuk kandang tertutup dilakukan penggantian sawdust setiap sekitar 2 minggu sekali.
Kesehatan masyarakat di PT LJP dijelaskan berikut ini. Menurut GFP, lokasi usaha yang baik tidak mudah dimasuki binatang liar serta bebas dari hewan piaraan
52 lainya yang dapat menularkan penyakit. Kondisi di PT Lembu Jantan Perkasa, lokasi mudah dimasuki binatang liar seperti ternak masyarakat sebab berdekatan dengan masyarakat. Pengawasan perlu lebih ditingkatkan agar tidak terjadi hal yang merugikan, seperti melakukan koordinasi yang baik dengan masyarakat sehingga ternak masyarakat tidak masuk ke Peternakan.
PT LJP telah melakukan disinfeksi kandang dan peralatan dengan pemakaian insektisida baik tabur dan cair. Kandang dibersihkan setiap hari, ternak yang sakit di kandangkan khusus ternak di kandang ternak sakit. Untuk mencegah terjadinya penularan penyakit dari satu kelompok ternak ke kelompok ternak lainnya, pekerja yang melayani ternak yang sakit tidak diperkenankan melayani ternak yang sehat. PT LJP terdapat pembagian tenaga kerja yang jelas untuk tiap-tiap unit. Menjaga agar tidak setiap orang dapat \bebas keluar masuk kandang ternak yang memungkinkan terjadinya penularan penyakit. PT LJP memiliki unit keamanan yang memantau keluar masuk peternakan, ternak mati segera dikuburkan setelah diperiksa penyebab kematiaannya. PT LJP tidak tersedia fasilitas desinfeksi untuk staf/karyawan dan kendaraan tamu dipintu masuk perusahaan.
Penanganan hasil penggemukan sapi PT LJP telah sesuai GFP. Berdasarkan GFP lama/waktu yang digunakan umtuk penggemukan sapi potong berkisar antara 3- 6 bulan sesuai umur dan kondisi sapi pada waktu mulai digemukkan. Lama penggemukan di PT LJP dilakukan selama 90 hari (3 bulan). Di Amerika pada tahun terakhir ini usaha penggemukan sapi secara feedlot berlangsung kurang dari 120 sampai 150 yakni periode 70 sampai 90 hari. Perubahan waktu penggemukan yang lebih singkat dimaksudkan untuk memperoleh efisiensi ekonomi dalam penggunaan pakan (Tilman et al., 1991). Sapi yang akan dijual diberikan pakan pagi 75% dari pakan yang diberikan dan siang 25%. Sapi yang dijual memiliki bobot minimal 350 kg, hal ini sesuai dengan persyaratan GFP.
Pelestarian lingkungan
Aspek pelestarian lingkungan meliputi rencana penanggulangan pencemaran lingkungan dan upaya pencegahan pencemaran lingkungan. Secara keseluruhan penerapan GFP pada aspek pelestarian lingkungan sudah baik. Hal ini ditunjukkan dengan adanya upaya mencegah terjadinya erosi dan membantu pelaksanaan penghijauan di areal peternakan dengan cara penanaman tanaman dan HMT di areal
53 peternakan, mencegah terjadinya polusi dan gangguan lain yang berasal dari lokasi usaha yang dapat mengganggu lingkungan berupa bau busuk, suara bising, serangga, tikus, pencemaran air sungai/air sumur dengan cara pengelolaan limbah dan pembasmian lalat menggunakan insektisida.
Penggolahan limbah dilakukan oleh unit penanganan limbah (UPL). Limbah yang dihasilkan di PT Lembu Jantan Perkasa adalah limbah padat dan limbah cair.
Limbah padat berasal dari kandang tertutup berupa feses sapi yang bercampur dengan sawdust dan berasal dari endapan penyaringan limbah cair. Limbah cair dihasilkan dari kandang terbuka yaitu feses dan urine yang bercampur dengan air yang digunakan untuk membersihkan kandang. Limbah cair dialirkan ke tempat penampungan limbah (holding pond) kemudian dialirkan ke kolam filtrasi untuk penyaringan dan pengendapan. Feses sapi yang padat akan tertahan dan mengendap di kolam filtrasi, sedangkan cairannya akan mengalir ke kolam facultative. Limbah padat yang terlewat dari pengendapan kolam filtrasi akan mengendap di kolam facultative, sedangkan limbah cair akan terus mengalir menuju ke kolam aerobic.
Limbah cair kemudian akan dialirkan ke sungai dan sawah masyarakat di sekeliling peternakan. Limbah padat di kolam filtrasi ditangani dengan cara dimasukkan ke dalam karung dan dikeringkan untuk dijual. Gambar 11 dan 12 memperlihatkan proses pengolahan limbah padat dan limbah cair.
Gambar 11. (a) Penampungan Limbah Padat, (b) Kemasan Karung Dari Limbah Padat.
(a) (b)
54
Gambar 12. (a) Limbah Kandang, (b) Holding Pond, (c) Filtration Pond, (d) Facultative dan Aerobic Pond, (e) Sawah.
(a) (b)
(d) (c)
(e)
55 Pengawasan
Aspek pengawasan meliputi sistem pengawasan, sertifikasi, monitoring dan evaluasi, pencatatan, dan pelaporan. Secara keseluruhan penerapan GFP pada aspek pengawasan sudah sesuai dengan GFP. Sistem pengawasan dilakukan secara baik pada titik kritis dalam produksi untuk memantau kemungkinan adanya penyakit dan kontaminasi lainya. Titik kritis dalam usaha penggemukan ini antara lain feeding dan penanganan ternak sakit yang diawasi secara baik. Pengawasan manajemen mutu terpadu yang dilakukan (Pedoman Budidaya Ternak Sapi Potong Yang Baik/Good Farming Practices) dilakukan oleh dinas peternakan Kabupaten Banten setiap 6 bulan sekali. Usaha penggemukan sapi potong di PT LJP tidak memiliki sertifikat untuk eksport karena produksi sapi untuk dalam negeri. Monitoring dan evaluasi dilakukan oleh dinas peternakan di Kabupaten Banten. Evaluasi dilakukan setiap enam bulan berdasarkan data dan informasi yang dikumpulkan serta pengecekan/kunjungan ke usaha penggemukan sapi potong. PT Lembu Jantan Perkasa membuat laporan tertulis secara berkala setiap bulan oleh kepala unit kepada kepala direksi dan dilakukan pelaporan kepada Dinas Petenakan setiap enam bulan serta membuat laporan teknis dan administratif secara berkala untuk kepentingan internal dari kepala unit penggemukan kepada kelapa direksi sehingga apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dapat mengadakan perbaikan/perubahan berdasarkan laporan yang ada.
Evaluasi pelaksanaan Standard Operating Procedure (SOP)
Standard Operating Procedure (SOP) merupakan prosedur atau tata cara yang digunakan oleh perusahaan untuk membantu mencapai tujuan yang sesuai dengan GFP. Standard Operating Procedure yang dilaksanakan di PT Lembu Jantan Perkasa meliputi:
Persiapan penerimaan Sapi
Persiapan penerimaan sapi yaitu persiapan sebelum kedatangan dan saat penerimaan sapi. Sebelum kedatangan meliputi a) pembentuk tim petugas bongkar, tim bongkar berjumlah ±10 orang yang terdiri atas supervisor dan petugas kandang, b) persiapan kandang yang terdiri atas jumlah dan alokasi pen, kebersihan, bak pakan atau bak minum disesuaikan jumlah ternak yang datang, c) penerangan yang cukup,