• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terjadi baik fisik maupun non-fisik. Menurut Sriyono, aktivitas adalah segala

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terjadi baik fisik maupun non-fisik. Menurut Sriyono, aktivitas adalah segala"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

6 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Aktivitas

2.1.1 Definisi Aktivitas

Menurut Anton M.Mulyono aktivitas adalah kegiatan atau keaktivan termasuk kegiatan- kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non-fisik. Menurut Sriyono, aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani maupun rohani. Aktvitas adalah kegiatan, keaktifan, dan kesibukan (Mirdanda, 2019).

2.1.2 Macam-Macam Aktivitas

(WHO, 2019a) merekomendasikan aktivitas untuk anak-anak yaitu aktivitas fisik, perilaku menetap, dan tidur.

2.1.2.1 Aktifitas Fisik

2.1.2.1.1 Definisi Aktivitas Fisik

Aktifitas fisik adalah setiap pergerakan tubuh akibat aktifitas otot-otot skelet yang mengakibatkan pengeluaran energi. Setiap orang melakukan aktifitas fisik antara individu satu dengan yang lain tergantung gaya hidup perorangan dan faktor lainnnya. Aktivitas fisik terdiri dari aktifitas selama bekerja, tidur, dan pada waktu senggang. Latihan fisik yang terencana, terstruktur, dilakukan berulang-ulang termasuk olahraga fisik merupakan bagian dari aktivitas fisik. Aktivitas fisik sedang yang dilakukan secara terus menerus dapat mencegah resiko terjadinya penyakit tidak menular seperti pembuluh darah, diabetes, kanker, dan lainnya (Ekasari, 2018). Aktivitas fisik merupakan gerakan tubuh yang dihasilkan otot rangka yang membutuhkan pengeluaran energi. Selain itu aktivitas fisik adalah aktivitas otot-otot skeletal yang menyebabkan pergerakan tubuh dan membutuhkan konsumsi energi, termasuk berjalan, bersepeda dan kegiatan lain dengan peregangan otot (Sja’bani, 2017).

Terdapat beberapa pengertian dari beberapa ahli mengenai aktivitas fisik diantaranya menurut Amatsier (2003) aktifitas fisik adalah gerakan fisik yang dilakukan oleh otot tubuh dan

(2)

7

sistem penunjangnya. Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi. Menurut WHO aktivitas fisik yang tidak ada (kurangnya aktivitas fisik) merupakan faktor resiko independen untuk penyakit kronis, dan secara keseluruhan diperkirakan menyebabkan kematian secara global. Aktivitas fisik merupakan kerja fisik yang menyangkut sistem lokomotor tubuh yang ditujukan dalam menjalankan aktivitas hidup sehari-harinya, jika suatu aktivitas fisik memiliki tujuan tertentu dan dilakukan dengan aturan-aturan tertentu secara sistematis seperti adanya aturan waktu, target denyut nadi, jumlah pengulangan gerakan dan lain-lain disebut latihan (Ekasari, 2018).

2.1.2.1.2 Klasifikasi Aktivitas Fisik

Menurut (Ulilalbab, 2017) ada tiga klasifikasi aktifitas fisik yaitu : 1. Aktivitas fisik ringan : 0-3 METs

2. Aktivitas fisik sedang : 3-6 METs. Bekerja cukup keras untuk meningkatkan denyut jantung dan berkeringat, namun masih bisa bercakap-cakap. Contoh : jalan 4,8 km/jam (4,5 METs), badminton-santai (4,5 METs), bersepeda lahan datar dan pelan 16,1-19,3 km/jam (6,0 METs), dansa-slow (3,0 METs), renang santai (6,0 METs), tenis doble (5,9 METs).

3. Aktifitas fisik berat : >6 METs. Contoh : jalan cepat (setengah jam) 7,2 km/jam (6,3 METs), jogging 8,1 km/jam (8METs), lari 11,3 km/jam (11,5 METs), basket-game (8METs), sepak bola kompetisi (10,0 METs), Tenis tunggal (8METs).

1 METs adalah jumlah energi yang dibutuhkan untuk aktivitas duduk diam dan seimbang dengan konsumsi kalori sebesar 1 Kkal/kg/jam.

Menurut (Kemenkes, 2018a) secara umum aktifitas fisik dibagi menjadi tiga kategori berdasarkan intensitas dan besaran kalori yang digunakan yaitu :

1. Aktifitas fisik ringan, aktivitas fisik ini hanya memerlukan sedikit tenaga dan biasanya tidak menyebabkan perubahan dalam pernafasan, saat melakukan aktivitas masih dapat berbicara dan bernyanyi. Energi yang dikeluarkan selama melakukan

(3)

8

aktivitas ini <3,5 Kcal/menit. Contoh aktivitas fisik ringan yaitu berjalan santai di rumah, kantor atau pusat perbelanjaan, duduk bekerja di depan komputer, membaca, menulis, menyetir, mengoperasikan mesin dengan posisi duduk atau berdiri. Berdiri melakukan pekerjaan rumah tangga ringan seperti mencuci piring, setrika, memasak, menyapu, mengepel lantai dan menjahit. Latihan peregangan dan pemanasan dengan lambat, membuat prakarya, bermain kartu, bermain video game, menggambar, melukis, bermain musik, bermain billyard, memancing, memanah, menembak, golf, naik kuda.

2. Aktivitas fisik sedang, pada saat melakukan aktivitas fisik sedang tubuh sedikit berkeringat, denyut jantung dan frekuensi nafas menjadi lebih cepat, tetap dapat berbicara, tetapi tidak bernyanyi. Energi yang dikeluarkan saat melakukan aktivitas fisik ini 3,5-7 Kcal/menit. Contoh aktifitas fisik sedang yaitu berjalan cepat (kecepatan 5 km/jam)pada permukaan rata di dalam atau di luar rumah, di kelas, ke tempat kerja atau ke toko, dan jalan santai. Jalan sewaktu istirahat kerja, memindahkan perabot ringan, berkebun, menanam pohon, mencuci mobil.

Pekerjaan tukang kayu, membawa dan menyusun balok kayu, membersihkan rumput dengan mesin pemotong rumput. Bulutangkis rekreasional, bermain rangkap bola, dansa, tenis meja, bowling, bersepeda pada lintasan datar, volley non kompetitif, bermain skateboard, ski air, berlayar.

3. Aktivitas Fisik Berat, aktifitas dikategorikan berat apabila selama beraktivitas tubuh mengeluarkan banyak keringat, denyut jantung dan frekuensi nafas sangat meningkat sampai terengah-engah. Energi yang dikeluarkan saat melakukann aktivitas pada kategori ini >7 Kcal/menit. Contoh aktivitas fisik berat yaitu berjalan dengan sangat cepat (kecepatan lebih dari 5 km/jam). berjalan mendaki bukit, berjalan dengan membawa beban di punggung, naik gunung, jogging (kecepatan 8 km/jam) dan berlari. Pekerjaan rumah seperti memindahkan perabot yang berat,

(4)

9

menggendong anak, bermain aktif dengan anak. Pekerjaan seperti mengangkut beban berat, menyekop pasir, memindahkan batu bata, menggali selokan, mencangkul. Bersepeda lebih dari 15 km/jam dengan lintasan mendaki, bermain basket, cross country, badminton kompetitif, volley kompetitif, sepak bola, tenis single, tinju.

2.1.2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Fisik

Menurut (Widayati, 2019) ada beberapa faktor yang mempengaruhi aktivitas fisik : 1. Umur

Aktivitas fisik meningkat mencapai maksimal pada remaja sampai dewasa kisaran usia 25-30 tahun, kemudian akan terjadi penurunan kapasitas fungsional dari seluruh tubuh, kira-kira sebesar 0,8-1% per tahun, tetapi bila rajin berolahraga penurunan ini dapat dikurangi sampai separuhnya.

2. Jenis Kelamin

Sampai pubertas biasanya aktivitas fisik remaja laki-laki hampir sama dengan remaja perempuan, tapi setelah pubertas remaja laki-laki biasanya mempunyai nilai yang jauh lebih besar.

3. Penyakit/kelainan pada tubuh

Berpengaruh terhadap kapasitas jantung paru, postur tubuh, obesitas, hemoglobin/sel darah dan serat otot. Kelainan pada tubuh seperti di atas akan mempengaruhi aktivitas yang akan di lakukan. Seperti kekurangan sel darah merah, maka orang tersebut tidak di perbolehkan untuk melakukan olah raga yang berat 2.1.2.2 Perilaku Menetap

2.1.2.2.1 Definisi Perilaku Menetap

Perilaku menetap (sedentary behavior) adalah setiap perilaku yang menetap dengan pengeluaran energi ≤1,5 (MET) dalam hitungan per-minggu, saat dalam posisi duduk atau berbaring. Untuk anak di bawah 5 tahun waktu yang dihabiskan di kursi, kereta dorong, kereta

(5)

10

bayi atau alat untuk membawa bayi yang biasa dibawa oleh pengasuh. Termasuk waktu yang dihabiskan untuk duduk mendengarkan cerita dengan tenang dan tidak melakukan gerakan, pada usia remaja dan dewasa waktu yang dihabiskan untuk berbaring, menonton TV, mengendarai kendaraan transportasi mesin, menggunakan komputer dan hiburan bernasis layar lainnya (WHO, 2019b).

2.1.2.2.2 Klasifikasi Perilaku Menetap

Klasifikasi perilaku menetap menurut (Zhu, 2017) dibedakan menjadi 3 yaitu :

1. Perilaku menetap rendah yaitu perilaku duduk atau berbaring seperti kerja di depan laptop atau komputer, bermain game, dan menonton TV selama < 2 jam/hari

2. Perilaku menetap sedang yaitu perilaku duduk atau berbaring seperti kerja di depan laptop atau komputer, bermain game, menonton TV selama 2-4 jam/hari

3. Perilaku menetap tinggi yaitu perilaku duduk atau berbaring seperti kerja di depan laptop atau komputer, bermain game, menonton TV selama > 4 jam/hari

2.1.2.2.3 Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Menetap

Menurut (Buck et al., 2019) ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku menetap, antara lain :

1. Pengetahuan

Salah satu faktor penyebab terjadinya perilaku menetap dan pengurangan aktivitas fisik adalah kurangnya pengetahuan tentang perilaku menetap dan dampak dari perilaku menetap serta pedoman tentang aktivitas fisik yang benar.

2. Sikap

Sikap merupakan suatu tahap awal seseorang melakukan perilaku menetap. Perilaku menetap diawali dengan pengalaman, pendapat, atau prinsip. Akibatnya seseorang memilih untuk melakukan perilaku menetap atau bergerak aktif.

3. Hobi

(6)

11

Hobi setiap individu berbeda, ada yang memiliki hobi olahraga bahkan ada yang memiliki hobi yang membuat seseorang tidak bergerak aktif seperti bermain game, menonton TV, berbaring, duduk, dan bermin media sosial. Hobi merupakan salah satu faktor yang membuat sseorang memiliki perilaku tidak aktif bergerak (perilaku menetap)

4. Fasilitas dan kemudahan

Pada era revolusi industri 4.0 segala fasilitas kemudahan sudah ditunjang oleh teknologi yang memudahkan seseorang untuk melakukan pekerjaan atau transaksi jual beli secara online seperti membeli makanan dan minuman melalui ojek online, gedung instansi sudah banyak menggunakan lift sehingga membuat seseorang menjadi malas bergerak (perilaku menetap) 5. Sosial geografis

Tempat tinggal juga berkontribusi dalam perilaku menetap karena antara wilayah urban (perkotaan) dan rural (pedesaan) tentu memiliki perbedaan dari segi fasilitas dan kemudahan.

Tempat tinggal dapat memainkan peran utama dalam perilaku menetap. Menurut (Tremblay et al., 2017) anak yang tinggal di pedesaan kurang terpapar dengan perilaku menetap, anak di pedesaan akan lebih banyak waktu luang untuk melakukan aktivitas fisik dibandingkan anak di daerah perkotaan.

2.1.2.3 Tidur

2.1.2.3.1 Definisi Tidur

Tidur adalah aspek kehidupan yang penting dimana organisme istirahat yang terjadi secara berulang, reversibel, dan reguler dalam keadaan ambang rasa terhadap rangsangan menjadi lebih tinggi apabila dibandingkan keadaan terjaga. Pada waktu tidur terjadi perubahan fisiologis seperti sekresi hormon, tekanan darah, temperature, respirasi, tonus otot, dan fungsi jantung (Badrus, 2019).

2.1.2.3.2 Tahapan Tidur

Tahap tidur yang pertama adalah NREM (Non Rapid Eye Movement). Pada kondisi ini, secara berangsur-angsur sebagian organ tubuh menjadi kurang aktif, pernafasan teratur, kecepatan

(7)

12

denyut jantung menjadi melambat, tekanan darah cenderung rendah, dan tonus otot menurun.

Fase NREM berlangsung ±90 menit dan fase ini masih dapat mendengar suara di sekitar, sehingga akan lebih mudah terbangun. Tidur NREM terdiri dari 4 stadium. Pada orang dewasa fase NREM mewakili 75% waktu tidur total (B.Berry, 2012).

Tahap kedua yaitu REM (Rapid Eye Movement). Pada kondisi ini gerakan mata menjadi cepat, terjadi peningkatan pemakaian oksigen, dan otot mengalami relaksasi. Pada fase REM (fase tidur nyenyak) sering timbul mimpi-mimpi, mengigau, atau bahkan mendengkur. Fase ini berlangsung selama ±20 menit.. Fase REM mewakili 25% waktu tidur total (B.Berry, 2012).

2.1.2.3.3 Faktor yang Mempengaruhi Tidur

Menurut (B.Berry, 2012) ada dua faktor yang mempengaruhi tidur yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal terdiri dari faktor kondisi medis, faktor kronobiologis, faktor psikis. Faktor eksternal terdiri dari faktor sosial, faktor lingkungan, dan faktor toksin.

Faktor Sosial yaitu beban akademis adalah masalah yang dialami oleh pelajar. Beban akademis meliputi tuntutan penyelesaian studi, tugas seorang pelajar harus dikerjakan, dan tuntutan dalam pelaksanaan ujian. Hal-hal tersebut yang menjadi stressor sehingga tubuh akan memproduksi kortisol dalam jumlah banyak, yang menyebabkan kondisi terjaga. Faktor lingkungan yaitu suasana tidur yang kurang nyaman serta lingkungan kerja yang pebuh dengan tekanan mampu menyebabkan insomnia. Lingkungan dengan pencahayaan yang tidak sesuai, berisikm dan suhu ruangan yang terlalu dingin atau panas menyebabkan seseorang merasa tidak nyaman sehingga membuat seseorang susah untuk memasuki tidur. Faktor toksin yaitu beberapa zat toksik seperti alkohol, nikotin,obat anti depresan, amfetamin, kafein mampu mempengaruhi sistem saraf pusat (B.Berry, 2012).

Faktor kondisi medis yang mampu menyebabkan insomnia yaitu osteoarthitis, gagal ginjal, prostatic hypertrophy, congestif heart failure, asma, dan kondisi medis lainnya. Kondisi medis mampu menimbulkan rasa tidak nyaman, sehingga menimbulkan tidur yang kurang nyaman.

Faktor kronobiologis yaitu kurangnya aktivitas pada waktu siang hari menyebabkan seseorang

(8)

13

lebih banyak tidur yang menyebabkan terganggunya siklus sirkadian. Gangguan irama sirkadian juga bisa disebabkan karena shift atau jaga malam yang mengakibatkan seseorang terjaga ketika malam hari dan pada siang hari akan memanfaatkan waktunya untuk tidur. Faktor psikis sepeti gangguan mood, kecemasan, dan gangguan psikotik juga mampu menimbulkan insomnia (B.Berry, 2012).

2.2 Konsep Anak Usia Sekolah 2.2.1 Pengertian Anak Usia Sekolah

Anak usia sekolah adalah anak yang berada pada usia-usia sekolah dengan usia 6-12 tahun.

Masa usia sekolah sebagai masa kanak-kanak akhir yang berlangsung dari usia enam hingga kira- kira dua belas tahun. (Walansendow and Hamel, 2016). Anak usia sekolah disebut juga periode intelektualitas, atau keserasian bersekolah. Pada umur 6-7 tahun seorang anak dianggap sudah matang untuk memasuki sekolah. Periode sekolah dasar terdiri dari periode kelas-kelas rendah (6- 9 tahun) dan periode kelas tinggi (10-12 tahun) (Depkes Ri, 2014).

2.2.2 Aspek Perkembangan Anak

Menurut Novella J.Ruffin, 2013: 350-353 dalam (Burhaein, 2017) berpendapat bahwa ada tujuh prinsip pertumbuhan dan perkembangan. Pertama proses perkembangan dari the head downward, prinsip ini menggambarkan arah pertumbuhan dan perkembangan dari bayi menuju anak-anak pada koordinasi lengan selalu mendahului koordinasi kaki. Kedua proses perkembangan dari the center of the body outward, prinsip ini menjelaskan bahwa pada susmsum tulang belakang berkembang sebelum bagian luar dari tubuh. Ketiga perkembangan berdasar pada pematangan dan pembelajaran, pematangan mengacu pada karakteristik berurutan perkembangan dan pertumbuhan biologis yang memberikan anak kemampuan baru. Keempat proses perkembangan dari sederhana (konkrit) hingga kompleks, anak mengembangkan keterampilan kognitif dan bahasa mereka melalui pemecahan masalah. Kelima pertumbuhan dan perkembangan adalah proses berkelanjutan, seorang anak berkembang, dengan proses menambah keterampilan yang sudah diperoleh dan keterampilan baru menjadi dasar untuk

(9)

14

mengoptimalkan prestasi dan penguasaan keterampilan. Keenam pertumbuhan dan perkembangan berproses dari umum hingga spesifik, dalam perkembangan motorik, bayi akan dapat memahami sebuah objek dengan seluruh tangan sebelum menggunakan hanya ibu jari dan telunjuk. Ketujuh tingkatan individu dalam pertumbuhan dan perkembangan, setiap anak berbeda dan tingkat di mana individu anak-anak tumbuh berbeda.

Menurut Syamsu, 2012 dalam (Latifa, 2017) perkembangan bisa diartikan sebagai proses perubahan dalam diri individu atau organisme, baik fisik (jasmani) maupun psikis (rohani) menuju ketingkat kedewasaan atau kematangan yang berlangsung secara sistematis, progesif, dan berkesinambungan. Ada beberapa aspek perkembangan anak yaitu :

2.2.2.1 Aspek perkembangan fisik dan motorik

Menurut Kuhlen dan Thompson dalam (Latifa, 2017) perkembangan fisik dan motorik meliputi empat aspek. Pertama struktur fisik yang meliputi tinggi badan, berat badan, dan proporsi tubuh. Kedua sistem syaraf yang mempengruhi perkembangan aspek lainnya yaitu intelektual dan emosi. Ketiga kekuatan otot akan mempengaruhi perkembangan motorik.

Keempat kelenjar endokrin akan menyebabkan adanya pola-pola perilaku baru.

Menurut Kuhlen dan Thompos dalam (Suyadi, 2019) menjelaskana bahwa perkembangan fisik individu meliputi empat aspek yaitu sistem syaraf, otot-otot, kelenjar endokrin dan struktur fisik atau tubuh. Bagi anak usia sekolah pertumbuhan dan perkembangan fisik yang optimal sangat dibutuhkan untuk perkembangan fisik secara langsung dan tidak langsung. Perkembangan fisik secara langsung akan menentukan keterampilan anak dalam bergerak. Perkembangan fisik secara tidak langsung akan mempengaruhi cara anak memandang diri sendiri dan orang lain.

Menurut (Suyadi, 2019) pada anak usia sekolah perkembangan motorik anak lebih halus, lebih sempurna, dan terkoordinasi dengan baik, seiring dengan bertambahnya berat dan kekuatan badan anak. Anak-anak sudah mampu mengontrol dan mengkoordinasikan gerakan anggota tubuh seperti menggerakkan tangan dan kaki secara baik. Otot kaki dan tangan sudah mulai kuat sehingga bisa melakukan kegiatan melompat, menendang, melempar, menangkap, dan berlari

(10)

15

serta anak sudah bisa menjaga keseimbangan badannya. Untuk memperhalus keterampilan motorik anak-anak dilatih untuk terus melakukan berbagai aktivitas fisik. Aktivitas fisik dilakukan dalam bentuk permainan yang kadang-kadang bersifat informal seperti jalan, bersepeda, dan permainan formal seperti olahraga senam, berenang, atau permainan hoki yang dimana anak menggunakan keterampilan motoriknya. Dalam kehidupan sehari-hari anak lebih sering melakukan permainan informal daripada formal, permainan formal biasa dilakukan di sekolah saat pelajaran olahraga. Permainan informal dilakukan sebagai kegiatan keseharian, hal ini dilakukan untuk mengakomodasi kebutuhan dan karakteristik anak yang masih bersifat spontan dan memiliki masa pemusatan yang pendek (Suyadi, 2019).

Menurut Hurlock 1997 dalam (Suyadi, Wina Calista, 2018) ada empat kategori keterampilan fisik yaitu keterampilan menlong diri sendiri, keterampilan dalam menolong orang lain, keterampilan dalam beraktifitas disekolah, keterampilan bermain. Apabila fisik mengalami gangguan atau hambatan dalam perkembangannya maka kemampuan motorik akan ikut terhambat.

2.2.2.2 Aspek Perkembangan Kognitif atau Intelektual

Aspen perkembangan kognitif berkaitan dengan potensi intelektual yang dimiliki individu, yaitu kemampuan berfikir dan memecahkan masalah. Aspek kognitif dipengaruhi oleh perkembangan sel-sel syaraf pusat otak. Menurut Woolfolk, 1995 dalam (Latifa, 2017) otak dapat dibedakan berdasarkan belahan, yaitu otak kanan dan otak kiri. Otak kiri berkaitan dengan kemampuan berfikir rasional, ilmiah, logis, kritis, analitis dan konvergen (memusat) seperti kegiatan membaca, berhitung, belajar bahasa dan melakukan penelitian ilmiah. Otak kanan berkaitan dengan kemampuan berfikir intuitif, imajinatif, holistik, dan divergen (menyebar), seperti kegiatan melukis, bermain musik, kerajinan tangan.

Menurut Jean Piaget, 1952 dalam (Latifa, 2017) tahap perkembangan kognitif menurut periode usia adalah sensori motorik usia 0-2 tahun, ra-operational usia 2-7 tahun, operational konkrit usia 7-12 tahun, operational formal usia diatas 12 tahun. Perkembangan kognitif berkaitan erat

(11)

16

dengan perkembang fisik dan motorik, selain itu perkembangan kognitif juga akan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh aspek perkembangan moral dan penghayatan agama, aspek bahasa, sosial, emosional.

Menurut (Bujuri, 2018) pada fase anak usia dasar perkembangan kognitif anak memiliki tingkatan yang berbeda-beda dimulai dari usia 7-12 tahun ke atas. Pada fase anak usia dasar, perkembangan kognitif anak dalam dua fase yaitu fase operasional formal konkret adalah fase ketika usia anak antar 7-11 tahun dan kedua fase operasional formal adalah fase usia anak antara 11-12 tahun ke atas. Perkembangan kognitif individu berbeda-beda dipengaruhi oleh berbagai faktor diantarnya asupan gizi, faktor genetika, pendidikan dan lingkungan.

Menurut Anderson dan Kratwohl dalam (Bujuri, 2018) perkembangan kognitif penting dalam pendidikan, ranah kognitif adalah ranah yang berkaitan dengan tujuan belajar yang berorientasi pada kemampuan berfikir yang dalam atau Talksonomi Bloom. Ada enam level Talksonomi Bloom yaitu mengingat (remember), memahami (understand) menerapkan (apply), menganalisis (analyze), menilai atau mengevaluasi (evaluate), menciptakan (create).

2.2.2.3 Aspek Perkembangan Sosial

Menurut Retno 2013 dalam (Latifa, 2017) perkembangan sosial individu ditandai dengan pencapaian kematangan dalam interaksi sosialnya, bagaimana cara bergaul, beradaptasi dengan lingkungannya dan menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok. Menurut Robinson A 1981 menjelaskan sosialisasi sebagai proses yang membimbing anak kearah perkembangan kepribadian sosial sehingga mampu menjadi anggota masyarakat yang bertanggung jawab, perkembangan sosial dipengaruhi oleh lingkungan sosial seperti keluarga, masyarakat sekitar, teman sebaya, guru.

Menurut (Mera Putri Dewi and Irdamurni, 2020) perkembangan sosial adalah proses pencapaian kematangan dalam hubungan sosial dan pembelajaran agar dapat menyesuaikan diri dengan norma-norma yang berlaku pada kelompok tradisi dan moral. Pada dasarnya, perkembangan sosial pada anak usia sekolah dasar ditandai dengan perluasan hubungan atau

(12)

17

interaksi pada kegiatan pembelajaran di kelas maupun saat bermain di luar kelas. Selain dengan keluarga, anak juga mulai dapat menjalin ikatan baru dengan teman sebaya. Perkembangan sosial berarti perubahan perilaku untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan sosial. Tuntutan sosial berbeda-beda tergantung pada lingkungan dimana anak berkembang dan tergantung pada budaya dan norma yang berlaku di masyarakat, serta tergantung pada usia dan tugas perkembangan.

Menurut (Ibnu et al., 2020) perkembangan sosial anak dapat bersumber dari kemampuan anak untuk belajar menghadapi berbagai respons lingkungan terhadap dirinya. Respons tersebut dapat bersumber dari kemampuan anak untuk belajar menghadapi berbagai respons lingkungan terhadap dirinya. Respons tersebut dapat bersumber dari anak lain sebagai teman bermain, orang yang lebih dewasa baik di lingkup keluarga maupun diluar keluarga, kelompok dan masyarakat pada umumnya yang ditandai dengan adanya proses penyesuaian diri yang baik dengan individu yang lain.

2.2.2.4 Aspek Perkembangan Emosi

Menurut Retno dalam (Latifa, 2017) emosi adalah perasaan intens yang ditujukkan kepada seseorang maupun suatu kejadian. Emosi sangat beragam yaitu perasaan senang, perasaan marah, maupun perasaan takut. Emosi akan lebih cepat berlalu daripada suasana hati. Menurut Hurlock dalam (Latifa, 2017) reaksi emosional yang tidak muncul pada awal kehidupan tidak berarti tidak ada, reaksi tersebut akan muncul dikemudian hari dengan berfungsinya sistem endokrin.

Kematangan dan belajar terjalin erat satu sama lainnya dalam mempengaruhi perkembangan emosi, untuk mencapai kematangan emosi anak harus belajar memperoleh gamabran tentang situasi yang dapat menimbulkan reaksi emosional.

Menurut American Academy of Pediatrics dalam (Mera Putri Dewi and Irdamurni, 2020) perkembangan emosi berfokus pada kemampuan anak untuk memiliki pengetahuan dalam mengelola dan mengekspresikan emosi dengan baik sepeerti ungkapan emosi positif maupun emosi negatif, anak mampu menjalin hubungan dengan anak-anak lain dan orang dewasa.

(13)

18

Menurut (Tusyana and Trengginas, 2019) perkembangan emosi pada anak sekolah ditandai dengan kemampuan mengontrol emosi diperoleh anak melalui peniruan dan latihan pembiasaan).

Perkembangan emosi pada siswa usia dasar ditandai dengan marah, takut, cemburu, iri hati, kasih sayang, rasa ingin tahu, dan kegembiraan (rasa senang, nikmat, atau bahagia).

2.2.2.5 Aspek Perkembangan Moral

Menurut Retno 2013 dalam (Latifa, 2017) moral berasal dari bahasa latin mos/moris yang dapat diartikan sebagai peraturan, nilai-nilai, adat istiadat, kebiasaan dan tatacara kehidupan.

Menurut Santrock 1995 dalam (Latifa, 2017) perkembangan moral berkaitan dengan aturan dan konvensi mengenai apa yang seharusnya dilakukan oleh individu dalam interaksinya dengan orang lain. Menurut teori psikoanalisa perkembangan moral adalah proses internalisasi norma- norma masyarakat dan dipengaruhi oleh kematangan biologis individu. Menurut teori behavioristik perkembangan moral dipandang sebagai hasil rangkaian stimulus-respons yang dipelajari oleh anak, antara lain berupa hukuman dan pujian yang sering dialami oleh anak.

Menurut (Hasanah, 2019) perkembangan moral mengukur tahap-tahap penalaran moral hanya akan dicapai dengan memahami secara seksama deskripsi-deskripsi tentang tahap, termasuk kemampuan mengaplikasikan deskripsi-deskripsi tersebut pada jawaban-jawaban dari anak. Teori Kohlberg mengenai perkembangan moral secara formal disebut cognitive-developmental theory of moralization teori ini beramsumsi bahwa kognisi (pikiran) dan afek (perasaan) berkembang secara paralel dan keputusan moral merupakan proses perkembangan kognisi secara alami.

2.3 Konsep Covid-19 2.3.1 Pengertian Covid-19

Covid-19 adalah penyakit yang disebabkan oleh virus korona baru yang disebut SARS- CoV-2. WHO pertama kali mengetahui virus ini pada 31 Desember 2019 karena laporan kasus virus pneumonia dia Wuhan, Republik Rakyat China (WHO, 2020). Coronavirus adalah keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit pada manusia dan hewan. Pada manusia biasnya menyebabkan penyakit infeksi saluran pernafasan mulai dari flu biasa hingga penyakit yang serius

(14)

19

seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Syndrome Pernafasan Akut Berat atau Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Coronavirus jenis baru diberi nama Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-COV 2) sehingga menyebabkan penyakit Coronavirus Disease-2019 (COVID-19) (Kemenkes, 2020).

Menurut (Yuliana, 2020) sebagian besar Coronavirus menginfeksi hewan dan bersirkulasi di hewan. Coronavirus menyebabkan sejumlah besar penyakit pada hewan dan kemampuannya menyebabkan penyakit berat pada hewan seperti babi, sapi, kuda, kucing dan ayam. Coronavirus disebut virus zoonotik yaitu virus yang ditransmisikan dari hewan ke manusia. Banyak hewan liar yang bisa membawa patogen dan bertindak sebagai vektor untuk penyakit menular tertentu.

Kelelawar, tikus bambu, unta dan musang merupakan host yang biasa ditemukan untuk coronavirus. Coronavirus pada kelelawar merupakan sumber utama untuk kejadian Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) dan Middle East Respiratory Syndorme (MERS).

2.3.2 Gejala Covid-19

Gejala yang umum Covid-19 adalah demam, batuk kering, kelelahan. Gejala yang tidak umum yang mempengaruhi pasien yaitu kehilangan indra perasa atau kehilangan indra penciuman, hidung tersumbat, konjungtivitis, sakit tenggorokan, sakit kepala, nyeri otot atau sendi, berbagai ruam di kulit, mual dan muntah, diare, menggigil atau pusing. Gejala Covid-19 yang parah yaitu sesak nafas, kehilangan selera makan, kebingungan, nyeri atau ada tekanan yang terus menerus di dada, suhu tinggi diatas 38°C. Gejala lain yang kurang umum adalah sifat lekas marah, kebingungan, kesadaran berkurang, gelisah, depresi, gangguan tidur, komplikasi neurologis yang lebih parah (WHO, 2020).

Menurut (Yuliana, 2020) infeksi Covid-19 menyebakan gejala ringan, sedang atau berat.

Gejala klinis utama yang muncul yaitu demam (>38°C), batuk dan kesulitan bernafas. Selain itu dapat disertai dengan sesak memberat, fatigue, mialgia, gejala gastrointestinal seperti diare dan gejala saluran pernafasan lainnya.

(15)

20

Manifestasi klinis pasien COVID-19 memiliki spektrum yang luas, mulai dari tanpa gejala (asimtomatik), gejala ringan, pneumonia, pneumonia berat, ARDS, sepsis, hingga syok sepsis.

Gejala ringan diartikan sebagai pasien yang mengalami infeksi saluran napas atas akut tanpa komplikasi bisa disertai demam, fatigue, batuk (dengan atau tanpa sputum), anoreksia, malaise, nyeri tenggorokan, kongesti nasal, atau sakit kepala. Pasien tidak membutuhkan suplementasi oksigen. Pada beberapa kasus pasien mengeluhkan diare dan muntah (Susilo et al., 2020).

2.3.3 Faktor Resiko Covid-19

Menurut (Susilo et al., 2020) penyakit komorbid hipertensi dan diabetes melitus, jenis kelamin laki-laki, dan perokok aktif merupakan faktor resiko dari infeksi SARS-CoV-2. Distribusi jenis kelamin yang lebih banyak pada laki-laki diduga terkait dengan prevalensi perokok aktif yang lebih tinggi. Pada perokok, hipertensi, dan diabetes melitus, diduga ada peningkatan ekspresi reseptor ACE2. Pengguna penghambat ACE (ACE-I) atau angiotensin receptor blocker (ARB) beresiko mengalami COVID-19 yang lebih berat. Pasien kanker dan penyakit hati kronik lebih rentan terhadap infeksi SARS-CoV-2. Infeksi saluran napas akut yang menyerang pasien HIV umumnya memiliki resiko mortalitas yang lebih besar dibanding pasien yang tidak HIV.

Beberapa faktor resiko yang ditetapkan oleh Centers for Disease Control and Prevention (CDC) adalah kontak erat termasuk tinggal satu rumah dengan pasien COVID-19 dan riwayat perjalanan ke area terjangkit. Berada dalam satu lingkungan namun tidak kontak dekat (dalam radius 2 meter) dianggap sebagai resiko rendah. Tenaga media adalah salah satu populasi yang beresiko tinggi tertular (Susilo et al., 2020).

2.3.4 Pemeriksaan Penunjang

Menurut PDPI 2020 dalam (Yuliana, 2020) ada beberapa pemeriksaan penunjang Covid-19 yaitu pemeriksaan radiologi (foto toraks, CT-Scan toraks, USG toraks) pada pencitraan dapat menunjukkan opasitas bilateral, konsolidasi subsegmental, lobar atau kolaps paru atau nodul, tampilan groundglass. Pemeriksaan spesimen saluran napas atas dan bawah, saluran napas atas dengan swab tenggorok (nasofaring dan orofaring), saluran napas bawah (sputum, bilasan

(16)

21

bronkus, BAL, bila menggunakan endotrakeal tube dapat berupa aspirat endotrakeal).

Bronkoskopi, pungsi pleura sesuai kondisi, pemeriksaan kimia darah, biakan mikroorganisme dan uji kepekaan dari bahan saluran napas, pemeriksaan feses dan urin.

Menurut (Susilo et al., 2020) pemeriksaan penunjang Covid-19 yaitu pemeriksaan laboratorium seperti hematologi rutin, hitung jenis, fungsi ginjal, elektrolit, analisis gas darah, hemostasis, laktat, dan prokalsitonin dapat dikerjakan sesuai dengan indikasi. Modalitas pencitraan utama yang menjadi pilihan adalah foto toraks dan Computed Tomography Scan (CT- Scan) toraks. Pemeriksaan diagnostik SARS-CoV-2, pemeriksaan virologi, pengambilan spesimen.

2.3.5 Kebijakan Pemerintah Untuk Covid-19 2.3.5.1 Stay At Home

Stay at home adalah kebijakan yang dibuat pemerintah untuk tetap tinggal di rumah selama pandemi Covid-19. Penerapan kebijakan tinggal di rumah telah menjadi lebih kompleks, tetapi pemerintah masih punya peluang untuk mengelola kebijakan ini lebih efektif. Teori manajemen kepatuhan menyebutkan tiga hal yang mendukung stay at home yaitu komunikasi, konfirmasi, dan koreksi. Komponen utama ini memiliki manfaat untuk meningkatkan kepatuhan mempertahankan aktivitas sehari-hari (Setyawan and Lestari, 2020).

Tujuan melakukan stay at home adalah menghindari paparan virus Covid-19 dengan membatasi jumlah aktivitas yang ada di luar maupun mencegah penyebaran virus Corona.

Kebijakan stay at home ini berlaku untuk sekolah, universitas, dan dunia usaha (Yuda, 2020).

Menurut penelitian (Tabi, 2020) stay at home bagi orang tua yang menunjukkan masih bisa di atasi oleh beberapa aktivitas, lain halnya dengan anak-anak. Aktivitas yang dilakukan oleh anak-anak memerlukan teman untuk bermain dan bereksplorasi. Bagi anak-anak bermain dengan teman dapat mengusir kejenuhan dan pembelajaran, hal itu tentunya perlu di dapat di luar rumah.

Perasaan terkurung dan pertanyaan kapan semua ini akan bisa menjadi pemicu stress saat pandemi virus corona seperti saat ini.

(17)

22 2.3.5.2 Work From Home

Work from home adalah bekerja dirumah untuk menghindari penyebaran Covid-19 sesuai dengan kebijakan pemerintah. Banyak pengusaha yang merekomendasikan staff nya untuk bekerja di rumah. Beberapa karyawan lebih senang bekerja di rumah apabila sudah bisa menguasai teknologi multimedia secara efektif. Akan tetapi ada beberapa karyawan yang mengalami tantangan karena mereka kesulitan dalam memisahkan kehidupan kerja dan kehidupan rumah (Setyawan and Lestari, 2020).

Ada beberapa kendala saat melakukan work from home diantaranya yaitu ketidakpercayaan pemimpin terhadap pegawai. Prosedur yang ditetapkan oleh pemimpin membuat pegawai tidak nyaman yang disebabkan permintaan untuk melaporkan perkembangan pekerjaan setiap waktu serta foto keberadaan pegawai. Gangguan lain yaitu media sosial, pegawai menghabiskan waktunya ampir dua jam sehari untuk membaca informasi dari media sosial (Mungkasa, 2020).

2.3.5.3 Social Distancing

Social distancing adalah pembatasan diri untuk keluar rumah, menghindari kerumunan, dan menjaga jarak fisik. Penerapan social distancing di Indonesia tidak disertai dengan ancaman hukman atau penertiban menyeluruh oleh aparat yang berwenang. Implikasi social distancing sangat bergantung pada kesadaran masyarakat sendiri (Novira, Iskandar and Bahraen, 2020).

Social distancing juga diberlakukan untuk kelompok rentan. Kelompok rentan adalah kelompok masyarakat yang mudah terpapar pada kondisi kesehatan yang rendah, yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah kelompok minoritas, masyarakat yang tidak memilki asuransi kesehatan, kelompok masyarakat pengidap HIV/AIDS, anak-anak, lansia, masyarakat miskin, dan para gelandangan. Menurut UU 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia dalam pasal 5 disebutkan setiap orang yang termasuk rentan berhak memperoleh perlakuan dan perlindungan lebih berkenaan dengan kekhususannya (Pradana, Casman and Nur’aini, 2020).

(18)

23

2.3.5.4 Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB)

Hampir seluruh kegiatan dirumahkan dan kebijakan ini disebut dengan PSBB. Hal ini merupakan salah satu imbauan pemerintah dalam mencegah virus corona. PSBB dapat membantu mencegah penyebaran virus corona ke suatu tempat wilayah, sehingga masyarakat yang berada di suatu wilayah tersebut diharapkan dapat terhndar dari wabah yang cepat menyebar. Kebijakan ini hanya dapat dilakukan oleh pemerintah dengan terlebih dahulu melakukan pemeriksaan secara ketat sebelumnya ke beberapa wilayah dan mempertimbangkan konsekuensinya secara matang, baik dari segi ekonomi maupun sosial (Nasruddin, Rindam, 2020).

Ada beberapa regulasi yang berkaitan dengan PSBB yaitu Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19), Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 9 Tahun 2020 tentang Pedoman Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) (Ristyawati, 2020).

2.3.5.5 Karantinaan Kesehatan

Karantina kewilayahan diatur dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan. Ada tiga jenis karantina kewilayahan yaitu karantina rumah, karantina rumah sakit, karantina wilayah. Karantina rumah adalah pembatasan penghuni dalam satu rumah beserta isinya yang diduga terinfeksi penyakit untuk mencegah penyebaran penyakit. Karantina rumah sakit adalah pembatasan seseorang dalam rumah sakit yang diduga terinfeksi penyakit untuk mencegah penyebaran atau kontaminasi. Karantina wilayah adalah pembatasan perpindahan orang, membatasi kerumunan orang, membatasi gerakan orang untuk mencegah kemungkinan penyebaran penyakit (Undang-Undang Republik Indonesia, 2018).

Penyelenggaraan kekarantinaan kesehatan di sini adalah tanggungjawab bersama antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sebagai suatu bentuk perlindungan kesehatan untuk

(19)

24

masyarakat dari segala penyakit atau dari faktor resiko kesehatan masyarakat yang mempunyai potensi untuk menimbulkan suatu keadaan darurat kesehatan masyarakat. Penyelenggaraan kekarantinaan wilayah ini dilakukan dengan cara kegiatan pengamatan penyakit dan faktor resiko kesehatan masyarakat terhadap alat angkut, orang, barang, atau lingkungan, serta dari ketanggapan terhadap suatu kedaruratan kesehatan di masyarakat dalam bentuk karantina kesehatan (Permadhi and Sudirga, 2020).

Referensi

Dokumen terkait

Aturan yang dilakukan dalam rumah sakit adalah bahwa perawat harus dapat maksimal dalam bekerja, untuk itu dibutuhkan kemampuan dalam menyesuaikan diri di lingkungan kerja,

Sample yang digunakan dalam penelitian ini adalah 61 responden yaitu siswa kelas X yang berjumlah 25 orang siswa dan siswa kelas XI yang berjumlah 36 orang siswa,

7 Tahun 1983 STDD Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan disebutkan bahwa: yang menjadi objek pajak adalah penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan

Tampilan menu Alphabet dapat dilihat pada gambar 5 yang didalamnya terdiri dari 6 tombol alphabet yang jika ditekan akan berbunyi sesuai ejaan Bahasa Inggris... Tekan

DARUSSALAM 1990.. Us£he untuk r.cneiptalwn kebersihan ling lwngan hidup. p ortisipDSi semua wa.rgn o8.syera!tat un - tuk nendukung pro~rem tersebut. Penelitian lni

Konstipasi adalah ketidakmampuan melakukan evakuasi tinja secara sempurna yang tercermin dalam 3 aspek yaitu: berkurangnya frekuensi berhajat dari biasanya, tinja yang

unsur tersebut dalam katagori tinggi yang dimiliki oleh mahasiswa maka ini akan sangat membantu mahasiswa dalam melaksanakan seluruh aktifitas baik berupa

Data dari American Cancer Society (2015) menunjukkan perempuan dengan usia menarche sebelum 11 tahun memiliki risiko kanker payudara 20% lebih tinggi dibandingkan