M OD UL D AN LEM BAR KERJA M AH ASI SW A
ANALISIS REAL I
Disusun Oleh :
Luh Putu Ida Harini
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
ii
IDENTITAS MAHASISWA PESERTA MATA KULIAH
ANALISIS REAL I
Tahun Ajaran 2012/2013
Nama
:______________________________
iii
LEMBAR PENILAIAN PENGUASAAN MATERI LKM
BAB NILAI KETUNTASAN
MATERI
KETERANGAN TANDA
TANGAN
I
II
III
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat rahmat-Nya ringkasan modul yang berjudul
Modul dan Lembar Kerja
Mahasiswa Analisis Real i
dapat diselesaikan dengan baik. Modul ini digunakan
sebagai bahan ajar sekaligus bahan penugasan bagi mahasiswa Jurusan
Matematika FMIPA Universitas Udayana yang sedang mengambil mata kuliah
Analisis Real I.
Modul ini terdiri atas lima bab yaitu Bab 0 Metode-metode dalam
pembuktian, Bab 1 Sistem Bilangan Real, Bab 2 Barisan Bilangan Real, Bab 3
Limit Fungsi dan Bab 4 Relasi Rekursif. Pada awal sub bab akan disajikan
beberapa definisi dan materi, sedangkan bagian selanjutnya diteruskan dengan
contoh-contoh soal dan soal latihan yang wajib diselesaikan oleh setiap
mahasiswa. Dengan modul ini diharapkan proses pembelajaran menjadi lebih
terarah dan menumbuhkan keaktifan serta kemandirian siswa dalam belajar baik
didalam kelas maupun di luar kelas.
Penulis menyadari tulisan ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis
v
September, 2012
vi
DAFTAR ISI
COVER ...
i
IDENTITAS MAHASISWA
ii
LEMBAR PENILAIAN MAHASISWA
iii
KATA PENGANTAR ...
iv
DAFTAR ISI ...
v
PENDAHULUAN
1
BAB 0. METODE-METODE PEMBUKTIAN ………
5
BAB I. SISTEM BILANGAN REAL ...
16
BAB II. BARISAN BILANGAN REAL ...
52
BAB III. LIMIT FUNGSI ...
78
BAB IV. KEKONTINUAN FUNGSI ...
93
1
Jurusan Matematika FMIPA Universitas Udayana
PENDAHULUAN
A. MANFAAT MATA KULIAH
Mata kuliah Analisis Real I merupakan mata kuliah wajib yang harus
diambil oleh semua mahasiswa jurusan matematika. Mata kuliah ini
tergolong mata kuliah lanjut yang diperuntukan bagi mahasiswa yang
telah mengambil mata Kalkulus I dan Kalkulus II. Secara umum materi
pada mata kuliah Analisis Real I sebenarnya sudah dikenal oleh
mahasiswa yang telah mengambil kedua mata kuliah prasyarat tersebut.
Hanya saja, materi pada Analisis Real I bersifat lebih abstrak, teoritis,
dan mendalam. Analisis real merupakan alat yang esensial untuk
membentuk pola pikir kritis dan analitis sehingga nantinya dapat
digunakan, baik di dalam berbagai cabang dari matematika maupun
bidang ilmu-ilmu lain. Apabila mata kuliah ini dapat dipahami dengan
baik maka mahasiswa mempunyai modal yang sangat berharga untuk
memahami mata kuliah di bidang lain. Setelah mempelajari mata ajar
Analisis Real I mahasiswa diharapkan mempunyai kedewasaan dalam
bermatematika, yang meliputi:
1. Kemampuan berpikir secara deduktif, logis, dan runtut.
2. Kemampuan menganalisis masalah
3. Kemampuan mensintesis suatu hal yang bersifat khusus ke suatu hal
yang bersifat umum (kemampuan mengeneralisasi masalah) sehingga
dapat menyelesaikan suatu masalah yang lebih kompleks.
4. Kemampuan mengkomunikasikan penyelesaian suatu masalah secara
akurat dan rigorous.
B. DESKRIPSI PERKULIAHAN
Sebelumnya mari kita simak kata-kata bijak berikut :
“Imajinasi lebih penting daripada pengetahuan (Albert Einstein).”
Mata Kuliah Analisis Real I mempelajari pendekatan deduktif konsep
fundamental matematika yang mencakup sistem bilangan real dan
2
Jurusan Matematika FMIPA Universitas Udayana
dikembangkan melalui konsep limit. Mata kuliah ini menetapkan tujuan
akhir agar mahasiswa memiliki kemampuan untuk dapat memahami
aturan-aturan dasar untuk memberikan justifikasi pada teori
matematika yang berkaitan dengan bilangan real dan fungsi. Selain itu
diharapkan, setelah mempelajari materi Analisis Real I, mahasiswa
mempunyai kedewasaan dalam bermatematika, yang meliputi antara lain
kemampuan berpikir secara deduktif, logis, dan runtut, serta memiliki
kemampuan menganalisis masalah dan mengomunikasikan
penyelesaiannya secara akurat dan rigorous sehingga dapat
membangkitkan kemampuan imajinasi yang lebih abstrak.
C. STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR
Standar Kompetensi: Mahasiswa mampu dalam memahami
aturan-aturan dasar untuk memberikan justifikasi pada teori matematika yang
berkaitan dengan bilangan real dan fungsi.
Kompetensi Dasar :
• Memahami sistem bilangan real dan aturan dasar yang berlaku di dalamnya.
• Memahami sifat kelengkapan bilangan real dan dapat
menggunakannya untuk menunjukkan eksistensi bilangan irrasional
dan bilangan rsional.
• Memahami konsep kekonvergenan barisan bilangan real dan sifat-sifatnya serta dapat menerapkannya pada masalah yang memuat limit
barisan.
• Memahami konsep limit fungsi dan dapat menggu-nakannya untuk menyele-saikan masalah yang memuat limit fungsi.
• Memahami konsep fungsi kontinu dan sifat-sifatnya serta dapat menggunakannya untuk menyelesaikan masalah yang memuat fungsi
kontinu.
D. STRATEGI PERKULIAHAN
Selama masa pembelajaran berlangsung, mahasiswa diharapkan
3
Jurusan Matematika FMIPA Universitas Udayana
dapat dilakukan dengan membuat perjanjian terlebih dahulu. Pada setiap
topik disiapkan lembar kerja mahasiswa untuk digunakan pada sesi
tatap muka. Pengerjaan lembar kerja selama proses pembelajaran bukan
dimaksudkan hanya untuk melakukan latihan soal, namun lebih penting
lagi, sebagai bagian proses membentuk pengetahuan (construction of knowledge) dan pendalaman (internalisasi) sehingga diharapkan
mahasiswa dapat aktif dalam diskusi di kelas.
Pertanyaan-pertanyaan pada lembar kerja sudah dirancang untuk
menunjang proses pembelajaran. Mahasiswa yang sudah memahami
tanpa perlu mengerjakan lembar kerja lebih lanjut dapat meneruskan
proses pembelajaran tanpa harus mengerjakan keseluruhan pertanyaan
satu demi satu. Secara singkat, selama pembelajaran mahasiswa
diharapkan ready to think, dan ready to work, tidak sekedar menjadi
pembaca atau pendengar untuk menjamin terjadinya proses
pembelajaran yang efektif.
Agar Anda berhasil dengan baik dalam mempelajari LKM ini,
ikutilah petunjuk-petunjuk berikut ini.
1. Bacalah dengan baik pendahuluan LKM ini sehingga Anda
memahami tujuan dalam mempelajari LKM ini dan bagaimana
menggunakannya.
2. Bacalah bagian demi bagian materi yang ada dalam LKM ini, kalau
perlu tandai kata-kata/kaliamat yang dianggap penting.
3. Pahami pengertian demi pengertian dari isi LKM ini dengan
mempelajari contoh-contohnya, dengan pemahaman sendiri, tukar
pikiran (diskusi) dengan rekan atau orang lain.
4. Kerjakan soal-soal latihan dalam LKM ini secara individu terlebih
dahulu, apabila mendapat jalan buntu, barulah Anda melihat
pekerjaan rekanan lain atau bertanya kepada pengampu mata
kuliah ini. Perlu ditekankan bahwa jawaban Anda tidak perlu sama
dengan petunjuk yang diberikan, karena kadang-kadang banyak
cara yang dapat kita lakukan dalam menyelesiakan suatu
4
Jurusan Matematika FMIPA Universitas Udayana
Beberapa kata mutiara dari ajaran KONFUSIUS (551 – 479 SM.) disajikan
disini: “Hidup miskin bukanlah hal yang memalukan, yang memalukan
adalah hidup miskin dan tidak mempunyai semangat yang tinggi.
Memegang posisi yang rendah tidaklah mengerikan, yang mengerikan
adalah memiliki posisi rendah dan tidak meningkatkan kemampuan
diri. Menjadi tua tidaklah menyedihkan, yang menyedihkan adalah
menjadi tua dan telah menyia-nyiakan hidupmu.”
5
Jurusan Matematika FMIPA Universitas Udayana
BAB O
METODE-METODE DALAM PEMBUKTIAN
Secara kasat mata apabila dibandingkan dengan ilmu lain
matematika adalah ilmu yang terdiri atas banyak sekali simbol-simbol
yang dirangkai dengan sedikit kata sehingga katanya ”bisa membuat
rambut yang lurus jadi keriting”. Namun apa yang sebenarnya terjadi.
Matematika merupakan cabang utama dari ilmu filsafat. Yang menjadi
ibu dari segala ilmu. Matematika juga dikatakan sebagai bahasa yang
sangat universal.
Matematika sebagai ilmu pengetahuan dengan penalaran deduktif
mengandalkan logika dalam meyakinkan akan kebenaran suatu
pernyataan. Proses penemuan dalam matematika dimulai dengan
pencarian pola dan struktur, contoh kasus dan objek matematika
lainnya. Selanjutnya, semua informasi dan fakta yang terkumpul secara
individual ini dibangun suatu koherensi untuk kemudian disusun suatu
konjektur. Setelah konjektur dapat dibuktikan kebenarannya atau
ketidakbenaranya maka selanjutnya ia menjadi suatu teorema.
Pernyataan-pernyataan matematika seperti definisi, teorema dan
pernyataan lainnya pada umumnya berbentuk kalimat logika, Jadi
membuktikan kebenaran suatu teorema tidak lain adalah membuktikan
kebenaran suatu kalimat logika. Materi logika sudah diberikan sejak di
bangku SLTA. Namun selama ini, sebagian siswa atau guru masih
menganggap logika sebagai materi HAPALAN. Tanpa menguasai logika maka sulit untuk terbentuknya apa yang disebut dengan logically
thinking.
Pola pikIr yang terbentuk pada siswa, mahasiswa, guru atau bahkan
dosen selama ini lebih dominan pada algorithm thinking atau berpikir
secara algoritma. Cara berpikir algoritmis dalam belajar matematika ini
lebih ditekankan pada memahami langkah-langkah dalam
langkah-6
Jurusan Matematika FMIPA Universitas Udayana
langkah tersebut dapat dilakukan. Apabila algorithm thinking lebih
mendominasi maka kita akan menjadi ”robot matematika”.
Pada awalnya pekerjaan membuktikan dan memahami bukti
bukanlah sesuatu yang menarik karena kita lebih banyak bergelut
dengan simbol dan pernyataan logika ketimbang berhadapan dengan
angka-angka yang biasanya dianggap sebagai karakter matematika.
Kenyataan inilah menjadikan salah satu alasan orang malas untuk
memahami bukti dalam matematika. Alasan lainnya adalah pekerjaan
membuktikan lebih sulit dan tidak penting. Padahal banyak manfaat
yang dapat diperoleh pada pengalaman membuktikan ini, salah satunya
adalah melatih logically thinking dalam belajar matematika.
Dalam artikel making mathematics yang berjudul Proof, dijelaskan
secara rinci mengenai bukti dalam matematika yang meliputi what is
proof, why do we prove, what do we prove, dan how do we prove. Menurut
artikel tersebut, terdapat enam motivasi mengapa orang membuktikan,
1. to establish a fact with certainty, untuk meyakinkan bahwa apa yang
selama ini dianggap benar adalah memang benar.
2. to gain understanding, untuk mendapatkan pemahaman.
3. to communicate an idea to others, untuk menyempaikan ide kepada
orang lain.
4. for the challenge, untuk tantangan baru
5. to create something beautiful, untuk membuat sesuatu yang bersifat
indah.
6. to construct a large mathematical theory, untuk membangun teori
matematika yang lebih luas.
Metoda Pembuktian
Definisi memainkan peranan penting di dalam matematika.
Topik-topik baru matematika selalu diawali dengan membuat definisi baru.
Berangkat dari definisi dihasilkan sejumlah teorema beserta
akibat-akibatnya. Teorema-teorema inilah yang perlu dibuktikan. Selanjutnya,
untuk memahami materi selanjutnya dibutuhkan prasyarat pengetahuan
7
Jurusan Matematika FMIPA Universitas Udayana
1. Bukti langsung
Bukti langsung ini biasanya diterapkan untuk membuktikan teorema
yang berbentuk implikasi p⇒q. Dalam hal ini p sebagai hipotesis
digunakan sebagai fakta yang diketahui atau sebagai asumsi, dan
dengan menggunakan p kita harus menunjukkan q berlaku. Secara
logika pembuktian langsung ini ekuivalen dengan membuktikan bahwa
pernyataan p⇒q benar dimana diketahui p benar.
Contoh A Buktikan, jika x bilangan ganjil maka x2 bilangan ganjil.
Bukti. Diketahui x ganjil, jadi dapat ditulis sebagai x = 2n - 1 untuk suatu bilangan bulat n. Selanjutnya,
x2 = (2n - 1)2 = ... = 2 (2n2 + 2) +1 = 2m + 1:
m
Karena m merupakan bilangan bulat maka disimpulkan x2 ganjil.
2. Bukti taklangsung
Kita tahu bahwa nilai kebenaran suatu implikasi p⇒q ekuivalen dengan
nilai kebenaran kontraposisinya ¬q⇒¬p. Jadi pekerjaan membuktikan
kebenaran pernyataan implikasi dibuktikan lewat kontraposisinya.
Contoh B Buktikan, jika x2 bilangan ganjil maka x bilangan ganjil.
Bukti. Pernyataan ini sangat sulit dibuktikan secara langsung. Mari kita coba saja. Karena x2 ganjil maka dapat ditulis x = ... untuk
suatu bilangan asli m. Selanjutnya x = 2m+1 tidak dapat disimpulkan
apakah ia ganjil atau tidak. Sehingga bukti langsung tidak dapat
digunakan. Kontraposisi dari pernyataan ini adalah
”...”.
Selanjutnya diterapkan bukti langsung pada kontraposisinya. Diketahui
x genap, jadi dapat ditulis x = 2n untuk suatu bilangan bulat n.
Selanjutnya,
x2 = ... = 2 (2n2) = 2m
m
8
Jurusan Matematika FMIPA Universitas Udayana
3. Bukti kosong
Bila hipotesis p pada implikasi p⇒q sudah bernilai salah maka implikasi
p⇒q selalu benar apapun nilai kebenaran dari q. Jadi jika kita dapat
menunjukkan bahwa p salah maka kita telah berhasil membuktikan
kebenaran p⇒q.
Contoh C Didalam teori himpunan kita mengenal definisi berikut :
”Diberikan dua himpunan A dan B. Himpunan A dikatakan himpunan
bagian dari B, ditulis A⊂B jika pernyataan berikut dipenuhi : ”jika x∈ A
maka x∈B”.
Suatu himpunan dikatakan himpunan kosong jika ia tidak mempunyai
anggota. Buktikan, himpunan kosong merupakan himpunan bagian dari
himpunan apapun.
Bukti. Tanpa mengurangi keumuman bukti dimisalkan A =... suatu himpunan kosong dan B himpunan sebarang. Akan dibuktikan
bahwa pernyataan ”jika x∈ A maka x∈B” bernilai benar. Karena A
himpunan kosong maka pernyataan p yaitu x 2 A selalu bernilai salah
karena tidak mungkin ada x yang menjadi anggota himpunan kosong.
Karena p salah maka terbuktilah kebenaran pernyataan ”jika x∈A maka
x∈B”, yaitu A⊂B. Karena B himpunan sebarang maka bukti selesai.
4. Bukti trivial
Bila pada implikasi p⇒q, dapat ditunjukkan bahwa q benar maka
implikasi ini selalu bernilai benar apapun nilai kebenaran dari p. Jadi
jika kita dapat menunjukkan bahwaq benar maka kita telah berhasil
membuktikan kebenaran p⇒q.
Contoh D. Buktikan, jika 0 < x < 1 maka 0 <
1
+ x
x
Bukti. Karena pernyataan q, yaitu 0 <
1
+ x
x
selalu benar untuk setiap x
bilangan real termasuk x di dalam interval (0,1) maka secara otomatis
9
Jurusan Matematika FMIPA Universitas Udayana
5. Bukti dengan kontradiksi (Reductio ad Absurdum)
Metoda ini mempunyai keunikan tersendiri, tidak mudah diterima
oleh orang awam. Dalam membuktikan kebenaran implikasi p⇒q kita
berangkat dari diketahui p dan ¬q. Berangkat dari dua asumsi ini kita
akan sampai pada suatu kontradiksi.
Contoh E Misalkan himpunan A didefinisikan sebagai interval setengah terbuka yang dituliskan dengan A := [0,1). Buktikan maksimum A tidak
ada.
Bukti. Diketahui A := [0,1)
Akan ditunjukkan bahwa maksimum A tidak ada.
Andaikan maksimum A ada, katakan p. Maka haruslah 0 < p < 1, dan
akibatnya p
2 1
<
2 1
dan 2 1
(p + 1) < 1.
Diperoleh p = p
2 1
+ p
2 1
< p
2 1
+ 2 1
= 2 1
(p + 1) < 1
Diperoleh dua pernyataan berikut :
• p maksimum A, yaitu elemen terbesar himpunan A.
• ada q∈A (yaitu q := 2 1
(p + 1)) yang lebih besar dari p.
Kedua pernyataan ini kontradiktif, jadi pengandaian A mempunyai
maksimum adalah salah, jadi haruslah tidak ada maksimum.
Latihan Tidak ada bilangan bulat positif x dan y yang memenuhi persamaan Diophantine x2- y2 = 1.
Bukti:
Diketahui: ……….
Akan dibuktikan: ………
Andaikan………...
Maka pada ruas kiri dapat difaktorkan sehingga diperoleh
...
Karena x, y bulat maka persamaan terakhir ini hanya dapat terjadi
bilamana ………. dan ………. atau ……….. dan
10
Jurusan Matematika FMIPA Universitas Udayana
Pada kasus pertama akan dihasilkan x = -1 dan y = 0, sedangkan pada
kasus kedua dihasilkan x = 1 dan y = 0. Hasil pada kedua kasus ini
bertentangan dengan hipotesis bahwa ……….
Jadi pengandaian diingkar sehingga
diperoleh………..
………
Apabila dicermati ada kemiripan bukti dengan kontradiksi dan bukti
dengan kontraposisi. Namun pada dasarnya adalah berbeda dan
perbedaan pada keduanya dapat dijelaskan sebagai berikut :
• Pada metoda kontradiksi, kita mengasumsikan p dan ¬q, kemudian membuktikan adanya kontradiksi.
• Pada bukti dengan kontraposisi, kita mengasumsikan ¬q, lalu membuktikan ¬p.
Asumsi awal kedua metoda ini sama, pada metoda kontraposisi tujuan
akhirnya sudah jelas yaitu membuktikan kebenaran p, sedangkan pada metoda kontradiksi tujuan akhirnya tidak pasti pokoknya sampai bertemu kontradiksi. Secara khusus jika kita sampai pada pernyataan :p
maka kontradiksi sudah ditemukan. Jadi metoda kontraposisi
merupakan kasus khusus dari metoda kontraposisi.
6. Bukti eksistensial
Ada dua tipe bukti eksitensial ini, yaitu konstruktif dan takkonstruktif.
Pada metoda konstruktif, eksistensinya ditunjukkan secara eksplisit.
Sedangkan pada metoda takkonstruktif, eksistensinya tidak
diperlihatkan secara eksplisit.
Contoh F Buktikan, ada bilangan irrasional x dan y sehingga xy rasional.
Bukti. Sudah diketahui bahwa 2 irrasional, anggaplah kita sudah
dapat membuktikannya. Sekarang perhatikan
( )
2 2 Bila ternyata( )
211
Jurusan Matematika FMIPA Universitas Udayana
( )
22 bukan rasional (yaitu irrasional), diperhatikan bahwa
2 2
2 ⎟⎠⎞ ⎜⎝
⎛ =
( )
22 = 2 merupakan bilangan rasional.
Jadi salah satu pasangan (x,y), dengan x = y = 2, atau x =
( )
2 2 dan y= 2pasti memenuhi pernyataan yang dimaksud.
Pada bukti ini hanya ditunjukkan eksistensi bilangan irrasional x
dan y tanpa memberikannya secara eksplisit. Ini dikenal dengan istilah
pembuktian eksistensi non konstruktif.
Contoh G (Bartle and Sherbert, 1994). Bila a dan b bilangan real dengan a < b maka terdapat bilangan rasional r dengan a < r < b.
Bukti. Diperhatikan bahwa
a b−
1
suatu bilangan real positif. Menurut
sifat Archimedes terdapat bilangan asli n sehingga n > a b−
1
. Untuk n ini
berlaku nb - na > 1 (*)
Sekarang ambil m sebagai bilangan bulat pertama yang lebih besar dari
na, dan berlaku m - 1 ≤ na < m (**)
Dari (*) dan (**) diperoleh
na < m ≤ na + 1 < nb:
Bentuk terakhir ini dapat ditulis na < m < nb, dan dengan membagi
semua ruas dengan n, didapat
a < n m
< b
dan dengan mengambil r :=
n m
maka bukti Teorema selesai.
Dalam mebuktikan eksistensi bilangan rasional r, ditempuh dengan
langkah-langkah konstruktif sehingga bilangan rasional yang dimaksud
dapat dinyatakan secara eksplisit. Ini bukti eksistensial dengan
konstruktif.
12
Jurusan Matematika FMIPA Universitas Udayana
Dalam membuktikan ketunggalan, pertama harus ditunjukkan eksistensi
suatu objek, katakan objek itu x. Ada dua pendekatan yang dapat
ditempuh untuk membuktikan bahwa x hanya satu-satunya objek yang
memenuhi, yaitu
• Diambil objek sebarang, katakan y maka ditunjukkan y = x, atau
• Misalkan y objek sebarang lainnya dengan y ≠ y, ditunjukkan adanya suatu kontradiksi. cara ini tidak lain menggunakan
metoda kontradiksi seperti yang sudah dibahas sebelumnya.
Contoh H Diberikan definisi limit barisan sebegai berikut :
Misalkan (xn : n ∈N) suatu barisan bilangan real. Bilangan real x
dikatakan limit dari (xn : n ∈N), dan ditulis lim(xn) = x jika dan hanya
jika untuk setiap ε > 0 yang diberikan terdapat bilangan asli K sehingga
x
xn − <ε untuk setiap n ≥ K:
Buktikan bahwa jika limit barisan (xn) ada maka ia tunggal.
Bukti. Di sini tidak diperlukan bukti eksistensi karena kita hanya akan membahas barisan yang mempunyai limit, atau eksistensinya sudah
diasumsikan. Sekarang kita gunakan pendekatan kedua. Andaikan
barisan X := (xn) mempunyai dua limit yang berbeda, katakan xa dan xb
dengan xa≠ xb. Diberikan ε := xb −xa
3 1
Karena lim(xn) = xamaka untuk ε ini terdapat Kasehingga
a n x
x − <ε untuk setiap n ≥ Ka:
Juga, karena lim(xn) = xbmaka terdapat Kbsehingga
b n x
x − <ε untuk setiap n ≥ Kb:
Sekarang untuk n ≥ maks
{
Ka,Kb}
maka berlakub a x
x − = xa −xn +xn−xb
≤ xn −xa + xn −xb
< ε + ε
= xa −xb
13
Jurusan Matematika FMIPA Universitas Udayana
Akhirnya diperoleh xa −xb < xa −xb3 2
suatu pernyataan yang
kontradikstif. Pengandaian xa≠xb salah dan haruslah xa = xb , yaitu
limitnya mesti tunggal.
8. Bukti dengan counter example
Pembuktian ini dilakukan dengan cara menemukan satu saja kasus yang
tidak memenuhi konjektur tersebut maka selesailah urusannya dengan
kata lain konjektur terbukti.
Contoh I Untuk setiap n bilangan asli maka 22n + 1 merupakan bilangan prima.
Bukti. Pernyataan ini berlaku untuk setiap bilangan asli n. Tapi bila bila
ditemukan satu bilangan asli, katakan n0 dan
0
2
2 n + 1 tidak prima (komposit) maka konjektur ini tidak benar. Diperhatikan beberapa kasus
berikut, untuk n = 1 diperoleh bilangan 5, n = 2 menghasilkan 17, n = 3
menghasilkan 257 dan n = 4 menghasilkan 65537. Keempat bilangan ini
prima. Coba perhatikan untuk n = 5, diperoleh
225 + 1 = 4294967297 = (641)(6700417).
Ternyata bukan prima. Nah, n = 5 merupakan contoh penyangkalan
(counter example). Akhirnya disimpulkan bahwa konjektur ini salah.
9. Bukti dengan induksi matematika
Induksi matematika adalah cara standar dalam membuktikan bahwa
sebuah pernyataan tertentu berlaku untuk setiap bilangan asli.
Misalkan untuk setiap bilangan asli n kita mempunyai pernyataan P(n).
Pembuktian dengan induksi matematika terdiri dari dua langkah yaitu:
1. Basis Induksi.
Menunjukkan bahwa pernyataan yang akan dibuktikan berlaku untuk
bilanganDengan kata lain tunjukkan bahwa P(1) benar.
2. Langkah Induksi
Menunjukkan bahwa jika pernyataan itu berlaku untuk bilangan n
maka pernyataan itu juga berlaku untuk bilangan (n+1).
14
Jurusan Matematika FMIPA Universitas Udayana
a. Asumsikan bahwa pernyataan tersebut benar untuk n=k. P(k) untuk suatu k tertentu dalam kasus ini disebut hipotesa induksi.
b. Tunjukkan bahwa jika pernyataan tersebut benar untuk n=k, maka pernyataan tersebut juga benar untuk n=(k+1).
c. Dengan terbukti (a) dan (b) maka dengan induksi matematika
dapat disimpulkan bahwa pernyataan tersebut berlaku untuk
setiap bilangan asli n.
10. Bukti dua arah
Ada kalanya suatu pernyataan berupa bi-implikasi, p⇔q. Ada dua
kemungkinan bi-implikasi bernilai benar p⇔q yaitu p benar dan q benar,
atau p salah dan q salah. Dalam prakteknya, pernyataan ini terdiri dari
p⇒q dan q⇒p. Membuktikan kebenaran bi-implikasi p⇔q berarti
membuktikan kebenaran kedua implikasi p⇒q dan q⇒p. Selanjutnya
dapat menggunakan bukti langsung, taklangsung atau mungkin dengan
kontradiksi.
Contoh J Buktikan, suatu bilangan habis dibagi sembilan jika hanya jika jumlah angka-angka pembangunnya habis dibagi sembilan.
Bukti. Sebelum kita buktikan, dijelaskan terlebih dulu maksud dari pernyataan ini dengan contoh berikut. Ambil bilangan 135, 531, 351,
513, 315, 153, maka semuanya habis dibagi 9. Coba periksa satu per
satu. Misalkan p suatu bilangan bulat, maka dapat disajikan dalam
bentuk
p = xnxn-1xn-2... x2x1 x0
dimana xn ≠ 0; xn-1,...,x0bilangan bulat taknegatif.
Sedangkan nilai p ini dapat ditulis dalam bentuk berikut :
p = x0 + x1101 + x2102 + . . . + xn10n
Jumlah angka-angka pembangunnya adalah
s = x0 + x1 + x2 + . . . + xn.
Pertama dibuktikan (⇒), yaitu diketahui p habis dibagi 9, dibuktikan s
habis dibagi 9. Karena p habis dibagi 9 maka dapat ditulis p = 9k untuk
suatu bilangan bulat k. Diperhatikan selisih p - s,
15
Jurusan Matematika FMIPA Universitas Udayana
= (10 - 1)x1 + (102- 1)x2 + . . . + (10n - 1)xnDiperhatikan bilangan pada ruas kanan selalu habis dibagi sembilan,
misalnya ditulis 9m untuk suatu bilangan bulat m. Jadi diperoleh
9k - s = 9m ⇒ s = 9(k - m)
yaitu s habis dibagi 9. Selanjutnya dibuktikan (⇐), yaitu diketahui s
habis dibagi 9, dibuktikan p habis dibagi 9. Diperhatikan
p = x0 + x1101 + x2102 + . . . + xn10n
= x0 + x1 (101-1) + x2 (102 -1)+ . . . + xn (10n -1) + x1 + x2 + . . . + xn.
= [x0 + x1 + x2 + . . . + xn ] + [x1 (101-1) + x2 (102 -1)+ . . . + xn (10n -1)]
s
Karena bilangan pada kelompok pertama dan kelompok kedua habis
dibagi 9 maka terbukti p habis dibagi 9.
Metode-metode pembuktian tersebut nantinya yang dapat
digunakan dalam memahami mata kuliah Analisis Real I ini. Tak bisa
dipungkiri bahwa belajar matematika dengan cara memahami bukti
tidaklah mudah. Dibutuhkan waktu untuk memahami matematika
sebagai bahasa logika. Juga, dibutuhkan wawasan matematika yang luas
untuk belajar membuktikan fakta-fakta yang lebih rumit. Oleh karena
itu, awalilah dengan memahami hal-hal yang bersifat dasar, terutama
pahami definisi, sehingga kebelakangnya anda dapat menyelesaikan
16
Jurusan Matematika FMIPA Universitas Udayana
BAB I
SISTEM BILANGAN REAL
KOMPETENSI DASAR
1. Memahami sistem bilangan real dan aturan dasar yang
berlaku di dalamnya.
2. Memahami sifat kelengka-pan bilangan real dan dapat
menggunakannya untuk menunjukkan eksistensi bilangan
irrasional dan bilangan rsional
INDIKATOR:
Setelah melakukan proses belajar mengajar mahasiswa mampu :
1. Menyebutkan aksioma bilangan real
2. Memahami teorema dasar yang langsung diturunkan dari
aksioma
3. Memahami operasi dan himpunan bagian pada bilangan real.
4. Memahami sifat urutan pada bilangan real
5. Memahami ketidaksamaan akar & kuadarat
6. Memahami rata-rata aritmatika-geometri
7. Memahami ketaksamaan Bernoulli dan Cauchy.
8. Memahami definisi dan sifat harga mutlak
9. Memahami pengertian himpunan terbatas.
10. Memahami pengertian supremum dan infimum dan
sifatnya.
SUB POKOK BAHASAN :
1.1. Konsep dan Struktur Bilangan
1.2. Himpunan Bilangan Real
1.3. Aksioma Bilangan Real dan Beberapa
Aturan Dasar
17
Jurusan Matematika FMIPA Universitas Udayana
Bilangan real yang biasa dinotasikan dengan ℜ memainkan peranan
yang sangat penting dalam Kalkulus. Untuk itu, pertama kali akan
diberikan beberapa fakta dan terminologi dari bilangan real. Namun
sebelum membahas bilangan real lebih lanjut, ada baiknya diingat
kembali definisi bilangan-bilangan yang lain. Pengertian macam-macam
bilangan secara umum dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Bilangan kompleks
Himpunan bilangan yang terbesar di dalam matematika
adalah himpunan bilangan komleks. Himpunan bilangan real yang
kita pakai sehari-hari merupakanhimpunan bagian dari himpunan
bilangan kompleks ini.Secara umum bilangan kompleks terdiri
dari dua bagian: bagian real dan bagian imajener (khayal).
2. Bilangan Real (Bilangan Nyata)
Bilangan nyata adalah semua bilangan yang dapat ditemukan pada
garis bilangan dengan cara penghitungan, pengukuran, atau bentuk
geometrik. Bilangan-bilangan tersebut ada di dunia nyata. Ada
berbagai macam bilangan yang termasuk dalam bilangan nyata.
Bilangan Real juga dikenal sebagai suatu bilangan yang terdiri dari
bilangan rasional dan bilangan irasional. Bilangan real biasanya
disajikan dengan sebuah garis bilangan.
3. Bilangan Imajiner
Bilangan imajiner adalah apabila sebuah bilangan bukan
merupakan bilangan nyata (dalam artian bilangan tersebut bukan
merupakan bilangan rasional maupun irasional), maka bilangan
tersebut dikatakan imajiner.
4. Bilangan Rasional
Bilangan rasional adalah bilangan Real yang dapat disusun ulang
18
Jurusan Matematika FMIPA Universitas Udayana
bulat. Jadi, Bilangan irasional adalah bilangan Real yang TIDAK dapat
disusun ulang dalam bentuk pecahan .
5. Bilangan Irasional
Bilangan irasional adalah suatu bilangan yang terdapat pada suatu
garis bilangan yang tidak dapat di alokasikan dengan cara biasa
karena bilangan ini tidak dapat digambarkan seperti halnya bilangan
rasional.
6. Bilangan Bulat
Bilangan bulat adalah bilangan non pecahan yang terdiri dari
bilangan: Bulat positif (1, 2, 3, 4, 5, …), Nol (0), dan Bulat Negatif
( …,-5,-4,-3,-2,-1)
Di dalam bilangan bulat terdapat bilangan genap dan ganjil :
• Bilangan bulat genap adalah bilangan yang habis dibagi dengan 2 yaitu { …, -6, -4, -2, 0, 2, 4, 6, … }
• Bilangan bulat ganjil adalah bilangan yang apabila dibagi 2 tersisa -1 atau 1 yaitu { …, -5, -3, -1, 1, 3, 5, … }
7. Bilangan Pecahan
• Bilangan pecahan merupakan bilangan yang mempunyai jumlah kurang atau lebih dari utuh.
• Terdiri dari pembilang dan penyebut. • Pembilangan merupakan bilangan terbagi. • Penyebut merupakan bilangan pembagi Macam-macam pecahan ;
a. Pecahan biasa
Bilangan pecahan yang hanya terdiri atas pembilang dan penyebut.
b. Pecahan Campuran
Bilangan pecahan yang terdiri atas bilangan utuh, pembilang dan
penyebut.
c. Pecahan Desimal
Merupakan bilangan yang didapat dari hasil pembagian suatu
19
Jurusan Matematika FMIPA Universitas Udayana
d. Pecahan PersenPersen artinya perseratus. Merupakan suatu bilangan dibagi
dengan seratus.
e. Pecahan Permil
Permil artinya perseribu. Merupakan suatu bilangan dibagi seribu,
ditulis dengan tanda ‰
8. Bilangan Cacah
a. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990:116) “bilangan
cacah adalah satuan dalam sistem matematis yang abstrak dan
dapat diunitkan, ditambah atau dikalikan”. “Himpunan bilangan
cacah” adalah himpunan yang semua unsur-unsurnya bilangan
cacah {0, 1, 2, 3, 4, 5, ….}. (Cholis Sa’dijah, 2001: 93).
b. Menurut Muchtar A. Karim, Abdul Rahman As’sari, Gatot
Muhsetyo dan Akbar Sutawidjaja (1997: 99) bilangan cacah dapat
didefinisikan sebagai bilangan yang digunakan untuk
menyatakan cacah anggota suatu himpunan. Jika suatu
himpunan tidak mempunyai anggota sama sekali, maka cacah
anggota himpunan itu dinyatakan dengan “nol” dan dinyatakan
dengan lambang “0”. Jika anggota suatu himpunan hanya terdiri
atas satu anggota saja, maka cacah anggota himpunan tersebut
adalah “satu” dan dinyatakan dengan lambang “1”. Demikian
seterusnya sehingga kita mengenal barisan bilangan hasil
pencacahan himpunan yang dinyatakan dengan lambing 0, 1, 2,
3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, . . . sebagai bilangan cacah.
c. Menurut ST. Negoro dan B. Harahap (1998: 41) menyatakan
bahwa “bilangan cacah adalah himpunan bilangan yang terdiri
atas semua bilangan asli dan bilangan nol”.
9. Bilangan Asli
Bilangan asli merupakan salah satu konsep matematika yang paling
sederhana dan termasuk konsep pertama yang bisa dipelajari dan
dimengerti oleh manusia. Bilangan asli adalah suatu bilangan yang
mula-mula dipakai untuk membilang. Bilangan asli dimula-mulai dari 1,2,3,4,...
20
Jurusan Matematika FMIPA Universitas Udayana
Bilangan prima yaitu bilangan yang hanya dapat dibagi oleh bilangan
1 dan bilangan itu sendiri. Semua anggota bilangan prima adalah
bilangan ganjil kecuali 2.
11. Bilangan Komposit
Bilangan komposit adalah bilangan asli lebih besar dari 1 yang bukan
merupakan bilangan prima. Bilangan komposit dapat dinyatakan
sebagai faktorisasi bilangan bulat, atau hasil perkalian dua bilangan
prima atau lebih. Sepuluh bilangan komposit yang pertama adalah 4, 6,
8, 9, 10, 12, 14, 15, 16, dan 18. Atau bisa juga disebut bilangan yang
mempunyai faktor lebih dari dua.
Beberapa hubungan antar bilangan di atas dapat digambarkan dalam
diagram berikut:
Secara umum dalam sistem bilangan, himpunan semua bilangan
asli dilambangkan dengan N. Himpunan semua bilangan cacah
Bilangan Komplek
Bilangan Real (R) Bilangan Khayal
Nol (0)
Bilangan Cacah (C)
Bilangan Bulat Negatif
Bilangan Irasional (I)
Bilangan Pecahan Bilangan Bulat (Z)
Bilangan Rasional (Q)
21
Jurusan Matematika FMIPA Universitas Udayana
dilambangkan dengan C. Himpunan semua bilangan bulat dilambangkan dengan himpunan Z. Bilangan-bilangan real yang dapat ditulis dalam
bentuk
q p
dengan p,q∈Z disebut bilangan pecahan. Gabungan antara
himpunan bilangan bulat dengan bilangan pecahan disebut bilangan
rasional atau terukur dan himpunan semua bilangan rasional
dilambangkan dengan Q. Bilangan-bilangan real yang bukan bilangan rasional disebut bilangan irasional atau tak terukur dan himpunan
semua bilangan dilambangkan (I). Bilangan diluar bilangan real disebut bilangan khayal atau imajiner, dan gabungan antara bilangan real dan
imajiner inilah yang dikenal sebagai bilangan kompleks.
Lembar Kerja 1
1. Gambarkan hubungan ke sebelas jenis bilangan yang telah
dipaparkan dalam sub bab ”Konsep dan Struktur Bilangan” dalam
diagram Venn.
22
Jurusan Matematika FMIPA Universitas Udayana
2. Buatlah gambar himpunan jenis bilangan tersebut dalam garis
bilangan!
Jawab:
...
...
...
...
...
...
...
...
...
3. Selain jenis bilangan di atas apakah ada jenis bilangan lain yang
pernah anda kenal?
Jawab:
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
23
Jurusan Matematika FMIPA Universitas Udayana
24
Jurusan Matematika FMIPA Universitas Udayana
1.2. Himpunan Bilangan Real
Sub bab ini menjelaskan tentang hal-hal yang berkaitan dengan dengan
himpunan dan sistem bilangan real sebagai suatu sistem matematika
yang memiliki sifat-sifat sebagai suatu lapangan yang terurut dan lengkap
yaitu bahwa pada himpunan semua bilangan real R yang dilengkapi dengan operasi penjumlahan dan perkalian berlaku sifat-sifat aljabar dari
lapangan. Sifat terurut dari R berkaitan dengan konsep kepositifan dan ketidaksamaan antara dua bilangan real, sedangkan sifatnya yang
lengkap berkaitan dengan konsep supremum atau batas atas terkecil.
Teorema-teorema dasar dalam kalkulus elementer, seperti Teorema
Eksistensi Titik Maksimum dan Minimum, Teorema Nilai Tengah,
Teorema Rolle, Teorema Nilai Rata-Rata, dan sebagainya, didasarkan atas
sifat kelengkapan dariRini. Sifat ini berkaitan erat dengan konsep limit dan kekontinuan. Dapat dikatakan bahwa sifat kelengkapan dari R
mempunyai peran yang sangat besar di dalam analisis real.
1.3. Aksioma Bilangan Real dan Beberapa Aturan Dasar
Definisi 1.1 (Sifat Aljabar dari Bilangan Real) Sistem bilangan R adalah suatu sistem aljabar yang terhadap operasi jumlahan (+) dan operasi
perkalian (o) mempunyai sifat-sifat sebagai berikut: A. (R, +) Grup komutatif, yaitu:
(A1). ∀a,b∈ℜ,a+b∈ℜ (Tertutup)
(A2). ∀a,b,c∈ℜ,a+
( ) (
b+c = a+b)
+c (Assosiatif)(A.3). ∃!o∈ℜ,∀a∈ℜ,a+o=o+a=a (ada elemen Netral ⊕)
(A.4). ∀a∈ℜ,∃!−a∈ℜ,a+
( )
−a =o=−a+a (Ada elemen Invers ⊕) (A.5). ∀a,b∈ℜ,a+b=b+a (Komutatif)B. (R-{0}, o) Grup Komutatif, yaitu
(M1). ∀a,b∈ℜ−
{ }
0,aob∈ℜ−{ }
0 (Tertutup) (M2). ∀a,b,c∈ℜ−{ } ( ) ( )
0,ao boc = aob oc (Assosiatif)25
Jurusan Matematika FMIPA Universitas Udayana
(M4). ∀ ∈ℜ−{ }
0,∃!1∈ℜ−{ }
0, 1 = 1 a=1a a a a
a o o (Ada el invers ditulis a−1)
(M5). ∀a,b∈ℜ−
{ }
0 aob=boa (komutatif) C.(
ℜ,+,o)
distributif( )
b c a b a c ac b
a ∈ℜ o + = o + o
∀ , , ,
Selanjutnya anggota ℜ disebut sistem bilangan Real / bilangan nyata.
Teorema 1.2
(a). Jika z dan a∈ℜ,z+a=a, maka z = 0
(b). Jika u,b∈ℜ dengan b≠o dan uob=b, maka u=1
Bukti:
(a). Diketahui z,a∈ℜ, z+a =a
Akan ditunjukkan bahwa z = 0
Menurut (A4)
(
z+a) ( )
+ −a =a+( )
−a(A2) z+
(
a+( )
−a)
=a+( )
−a(A4) z+0 =0
(A3) z =0
(b). Diketahui u,b∈ℜ,b≠0,u⋅b=b
(M4)
( )
uob ob−1 =bob−1(M2)
(
−1)
= −1b b b b
uo o o
(M4) uo1 =1
(M3) u =1
Teorema 1.3.
(a). Jika a,b∈ℜ, a+b=0 maka b=−a
(b). Jika a≠0,b∈ℜ,aob=1 maka
a b= 1
Bukti :
(a). Diketahui a,b∈ℜ, a+b=0
26
Jurusan Matematika FMIPA Universitas Udayana
(b). Latihan!
Diketahui...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
Teorema 1.4 Misal a,b∈ℜ, maka
(a). Persamaan a+x=b mempunyai penyelesaian tunggal x=
( )
−a +b(b). Jika a≠0, persamaan aox=b mempunyai penyelesaian tunggal
b a x ⎟o
⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛
= 1
Bukti:
(a). Dengan (A2) (A4) & (A3) didapat
( )
(
a b)
(
a( )
a)
b b b a+ − + = + − + =0+ =Q a+x=b mempunyai penyelesaian x=
( )
−a +bMisal x1 juga penyelesaian, maka diperoleh: a+x1 =b
(A4)
( ) (
−a + a+x1) ( )
= −a +b(A2)
(
−a+a)
+x1 =( )
−a +b(A4) 0+x1 =
( )
−a +b27
Jurusan Matematika FMIPA Universitas Udayana
(b). Latihan ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...Teorema 1.5. Jika a∈ℜ sebarang, maka (a). ao0=0 (c). −
( )
−a =a(b).
( )
−1oa=−a (d).( ) ( )
−1o −1 =1Bukti:
(a). a ( ) a a
M = ⇒ ℜ ∈ 1 3 o
⇒ a+ao0=ao1+ao0 ( )=ao
( )
1+0c a a A = = 1 3 o ( ) 0 0 0 1 = ⇒ =
+ o o
Q a a a a
a Th
(b). a
( )
a( ) a( )
aM
o o
o 1 1
1 3 − + = − + ( )
( )
(
)
ac
o
1 1+ − = ( ) a A o 0 4 = ( ) 0 a =
( )
a ( )( )
a aa a Th − = − ⇒ = −
+ o o
Q 1 0 1
28
Jurusan Matematika FMIPA Universitas Udayana
(c). Dari A4⇒( )
−a +a=0a
( )
aa Th − − = ⇒2
(d). Dari b,a diganti −1⇒
( ) ( ) ( )
−1 o −1 =− −1( )
( ) ( )
−1 −1 =1⇒c o
Teorema 1.6 Diberikan a,b,c∈ℜ
(a). Jika a≠0 maka 1 ≠0
a dan a a
=
1
1
(b). Jika aob=aoc,a≠0, maka b=c
(c). Jika aob=0 , maka a=0 atau b=0
Bukti:
(a).
a a≠0⇒1 ada
Andaikan 1 =0
a , maka
( ) 0 0 1 1 3 = =
= a a
a
M
o
o Kontradiksi.
Jadi a Th a a a b 1 1 1 1 2 = ⇒ = o
(b). ≠0⇒ 1 ≠0
a
a sehingga dari yang diketahui:
c a b ao = o
( )
( )
a ca b a
ao o o o
1 1 = c b o o 1 1 = c b=
(c). Misalkan a≠0⇒ harus dibuktikan b=0. Karena a≠0, maka 1 ≠0
a . Oleh karena itu
( )
01 1 o o o a b a a⎟⎠ =
⎞ ⎜ ⎝ ⎛ (diketahui) 0 0 1 = = b b o
Sifat Terurut dari ℜ
Sifat terurut dari R berkaitan dengan konsep kepositifan dan
29
Jurusan Matematika FMIPA Universitas Udayana
tersebut? Di sini, kita akan membahasnya. Terlebih dahulu kita akan
membahas konsep kepositifannya.
(Sifat Kepositifan). Terdapat himpunan bagian tak kosong dari R, yang dinamakan himpunan bilangan real positif Ρ∈ℜ sehingga memenuhi:
(1). a,b∈Ρ⇒ a+b∈Ρ
(2). a,b∈Ρ⇒aob∈Ρ
(3). ∀a∈ℜ, tepat satu berlaku : a∈Ρ, a=0, −a∈Ρ (sifat Trichotomi) Selanjutnya P disebut himpunan bilangan real positif.
Sifat Trichotomy ini mengatakan bahwa R dibangun oleh tiga buah himpunan yang disjoin. Tiga buah himpunan tersebut adalah himpunan
{
−a:a∈P}
yang merupakan himpunan bilangan real negatif, himpunan{ }
0 , dan himpunan bilangan real positif .Kesepakatan : a
a∈Ρ⇒ disebut bilangan Real Positif, ditulis a>0
a a∈Ρ⇒
− disebut bilangan Real Negatif, ditulis a<0
{ }
aa∈Ρ∪ 0 ⇒ disebut bilangan real non negatif, ditulis a≥0
{ }
a a∈Ρ∪ ⇒− 0 disebut bilangan real non positif, ditulis a≤0
⇒ Ρ ∈ −b
a ditulis a>b atau b<a
{ }
a bb
a− ∈Ρ∪ 0 ⇒ ≥ atau b≤a b
a c b
a< < ⇒ < dan b<c b
a c b
a≤ ≤ ⇒ ≤ dan b≤c
Penjumlahan k buah suku elemen 1 menghasilkan bilangan k. Himpunan bilangan k yang dikonstruksi dengan cara demikian disebut sebagai himpunan bilangan asli, dinotasikan dengan N. Himpunan N ini
merupakan himpunan bagian dari himpunan . Himpunan ini memiliki
sifat fundamental, yakni bahwa setiap himpunan bagian tak kosong dari
N memiliki elemen terkecil. Sifat yang demikian disebut sebagai sifat
well-ordering dari N. Selanjutnya, jika kita ambil sembarang k∈N maka
N
k −
− ∈ . Gabungan himpunan N,
{ }
0 , dan{
−k k: ∈N}
membentuk suatu himpunan yang disebut sebagai himpunan bilangan bulat, dinotasikan30
Jurusan Matematika FMIPA Universitas Udayana
bilangan bulat positif, dinotasikan dengan Z+, sedangkan himpunan
{
−k k: ∈Z}
disebut juga himpunan bilangan bulat negatif, dinotasikan dengan Z−. Dari himpunan Z, kita bisa mengonstruksi bilangan dalam bentuk m n/ , dengan n≠0. Bilangan real yang dapat direpresentasikan dalam bentuk yang demikian disebut sebagai bilangan rasional.Sebaliknya, bilangan real yang tidak dapat direpresentasikan dalam
bentuk itu disebut sebagai bilangan irasional. Himpunan bilangan
rasional dinotasikan dengan Q. Dapat dikatakan bahwa himpunan
bilangan real R merupakan gabungan dua himpunan disjoin, himpunan bilangan rasional dan himpunan bilangan irasional. Bilangan 2 dan 0
merupakan contoh bilangan-bilangan rasional, dan dapat ditunjukkan
bahwa 2, akar dari persamaan 2
2
x = , merupakan contoh bilangan irasional. Sekarang, kita sampai kepada penjelasan tentang konsep
ketidaksamaan antara dua bilangan real, sebagai salah satu konsep yang
berkaitan dengan sifat terurut dari R.
Teorema 1.7 Diberikan a,b,c∈ℜ
(1). a>b dan b>c⇒a>c
(2). Tepat satu berlaku : a>b, a=b, a<b
(3). a≥b dan a≤b⇒a=b
Bukti:
(1). Karena a>b dan b>c, maka a−b∈Ρ dan b−c∈Ρ, sehingga menurut (1) didapat
(
a−b) ( )
+ b−c =a−c∈Ρ. D.k.l a>b(2). Dengan Trichotomi, tepat satu berlaku :
(
−)
∈Ρ −= − Ρ
∈
−b a b a b
a , 0 ,
b a b
a b
a> , = , <
(3). Andaikan a≠b, maka a<b dan a>b, kontradiksi dengan yang diketahui.
Teorema 1.8 Diberikan a∈ℜ
(1). a≠0⇒a2 >0
(2). 1>0
31
Jurusan Matematika FMIPA Universitas Udayana
Bukti:
(1). Menurut sifat Trichotomi, untuk a≠0, maka a∈Ρ atau −a∈Ρ Dengan sifat urutan (2) = 2∈Ρ
a a
ao atau
( ) ( )
−a o −a =a2∈Ρ.Jadi a2 >0
(2). Dari (1) : 1≠0⇒12∈Ρ. Jadi 0 1>
1 1 1o =
(3). Dengan induksi matematika:
i) n=1⇒1>0 benar karena (2) ii) Dianggap benar untuk n=k
Karena 1∈Ρ&k∈Ρ maka dengan sifat urutan (1) :
Ρ ∈ +1
k Q k+1>0. Jadi n>0, ∀n Teorema 1.9 Diketahui a,b,c,d∈ℜ
(1). a>b⇒a+c>b+c
(2). a>b∧c>d ⇒a+c>b+d
(3). a>b∧c>0⇒ac>bc
a>b∧c<0⇒ac<bc
(4). a>0⇒ 1a>0
a<0⇒ 1a<0
Bukti:
(1). Dari a>b, maka a−b∈Ρ.
(
a c) ( )
b c a c b cb a
+ > + ⇒ Ρ ∈ = + −
+ −
(2). Karena a>b∧c>d maka a−b∈Ρ dan c−d∈Ρ
Dengan sifat urutan (1) :
(
a−b) (
+ c−d) (
= a+c) (
− b+d)
∈ΡQ a+c>b+d
(3). Dari a>b dan c>0, maka a−b∈Ρ dan c∈Ρ
Dengan sifat urutan (2) :
(
a−b)
oc∈Ρac−bc∈Ρ
Q ac>bc
32
Jurusan Matematika FMIPA Universitas Udayana
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...Teorema 1.10 Jika a<b maka a<
(
a+b)
<b2 1
Bukti :
Diketahui a<b⇒2a=a+a<a+b
a<b⇒a+b<b+b=2b
(
)
(
a b)
b a(
a b)
bb a a < + < ⋅ < + + < ⋅ ⇒ > ⇒ > ⇒ Ν ∈ 2 1 2 2 1 2 1 dan 2 1 2 2 1 0 2 1 0 2 2 Teorema 1.11
Jika a∈ℜ dan 0≤a<
ε
, untuk sebarang bilanganε
>0 maka a=0Bukti:
Andaikan a ≠0, a >0. Dengan Teorema sebelumnya, < a<a
2 1
0 . Diambil
bilangan a
2 1
0 =
ε , maka 0<ε0 <a. Kontradiksi dengan yang diketahui :
0 ,
0≤a≤ε ∀ε >
Q Pengandaian a≠0 salah
Teorema 1.12 (Teorema Ketidaksamaan Bernoulli)
ℜ ∈
33
Jurusan Matematika FMIPA Universitas Udayana
Bukti:
Dengan induksi matematika:
i) n=1⇒
( )
1+x ≥1+x benarii) Dianggap benar untuk n=k :
( )
1+x k ≥1+kxiii) n=k+1
( )
1( ) ( ) (
)( )
( )
21 1
1 1 1
1
1+x k+ = +x k ⋅ +x ≥ +kx +x = + k+ x+kx
≥1+
( )
k+1x( )
1+x n ≥1+nxQ .
HARGA MUTLAK
Definisi 1.13 (Nilai Mutlak) Nilai mutlak dari bilangan real a, dinotasikan dengan a, didefinisikan dengan
, 0
:
, 0.
a a a
a a
≥ ⎧
= ⎨− <⎩
Nilai mutlak dari bilangan-bilangan real ini memiliki sifat-sifat tertentu,
di antaranya seperti yang tertuang dalam fakta berikut ini.
Teorema 1.14
1. a =0⇔a=0 2. −a = a
3. ab = a b untuk setiap a,b∈R.
4. Misalkan c≥0 dan a∈R, a ≤c jika dan hanya jika − ≤ ≤c a c.
5. Misalkan c≥0 dan a∈R, a ≥c jika dan hanya jika a≥c atau a≤ −c. 6. − a <a< a , ∀a∈ℜ
Bukti:
1. Jelas dari definisi
2. a∈ℜ
i) a=0⇒−a=0⇒ −a = a
ii) a>0⇒−a<0⇒ a =a=−
( )
−a = −a34
Jurusan Matematika FMIPA Universitas Udayana
3. Diberikan a,b∈ℜ. Jika a=0 atau b=0maka ab = =0 0 dan a b =0. Jika a b, >0 maka ab>0, a =a, dan b =b, sehingga ab =ab dan
a b =ab. Jika a>0 dan b<0 maka ab<0, a =a, dan b = −b, sehingga ab = −ab dan a b = − = −a
( )
b ab. Untuk kasus a<0 dan b>0, penyelesaiannya serupa dengan kasus sebelumnya.4. Misalkan a ≤c. Untuk a≥0, kita peroleh a = ≤a c, sehingga didapat 0≤ ≤a c. Untuk a≤0, kita peroleh a = − ≤a c atau a≥ −c, sehingga didapat − ≤ ≤c a 0. Dengan menggabungkan hasil dari kedua kasus tersebut, kita peroleh − ≤ ≤c a c.
Untuk sebaliknya, misalkan − ≤ ≤c a c. Hal tersebut mengandung arti
c a
− ≤ dan a≤c. Dengan kata lain,− ≤a c dan a≤c. Lebih sederhana, yang demikian dapat dituliskan sebagai a ≤c.
5. Misalkan a ≥c. Untuk a≥0, kita peroleh a = ≥a c. Untuk a≤0, kita peroleh a = − ≥a c atau a≤ −c. Dengan menggabungkan hasil dari
kedua kasus tersebut, kita peroleh a≥c atau a≤ −c. Untuk
sebaliknya, jika a≥c atau a≤ −c maka a≥c atau − ≥a c. Dengan kata
lain, a ≥c.
6. Jelas bahwa a ≥0 dan oleh karena itu menurut (4) diperoleh
a a a < < −
Selanjutnya, kita sampai kepada sifat nilai mutlak yang lain, yang
dinamakan dengan Ketidaksamaan Segitiga. Ketidaksamaan ini
mempunyai kegunaan yang sangat luas di dalam matematika, khususnya
di dalam kajian analisis dan aljabar.
Teorema 1.15 (Teorema Ketaksamaan Segitiga)
Untuk a,b,∈ℜ, a+b ≤ a+ b
Bukti:
Untuk a,b∈ℜ : − a ≤a≤ a
35
Jurusan Matematika FMIPA Universitas Udayana
Diperoleh : − a− b ≤a+b≤ a + b−
(
a+ b)
≤a+b≤ a+ b⇒( )a+b ≤ a + b4
Akibat 1.16
(1). a − b ≤ a−b
(2). a−b ≤ a + b
Bukti:
1). Untuk a,b∈ℜ
(i) a = a−b+b ≤ a−b+ b
(ii) b−b−a+a ≤ b−a+ a = −
(
a−b)
+ a = a−b+ aSehingga
b a b
a − ≤ − dari (i)
b a a
b− ≤ − atau − a−b ≤ a− b dari (ii)
Jadi b a b a b
a− ≤ − ≤ − −
D.k.l
b a b a − ≤ −
2). a−b = a+
( )
−b ≤ a + −b = a+ bContoh 1.17
Tentukan Μ >0 sehingga f
( )
x ≤Μ, ∀x∈[ ]
1,4 dengan( )
1 5 4 3 2 2 − + + = x x x x f Jawab:
( )
2 5 31 41 5
4 3
2 2 2
− + + = − + + = x x x x x x x f 4 3 2 4 3
2x2 + x+ ≤ x2 + x +
4 3 2 2 + +
= x x
48 4 4 3 16
2⋅ + ⋅ + =
≤ 4 1 1 5 1
36
Jurusan Matematika FMIPA Universitas Udayana
( )
12 ,[ ]
1,44 48 1
15 4 3 2 2
∈ ∀ Μ = = ≤ − + +
= x
x x x x
f .
Lembar Kerja 2.
1. Cari semua penyelesaian dari ketidaksamaan x2− <x 6.
Jawaban. Perhatikan bahwa
(
)(
)
2 2
6 6 0 2 3 0
x − < ⇔ − − < ⇔ +x x x x x− < .
Dari sini diperoleh bahwa x+ >2 0 dan x− <3 0, atau ………. dan ………. Untuk kasus yang pertama kita dapatkan x> −2 dan x<3, atau dengan kata lain ………. Untuk kasus yang kedua kita peroleh bahwa x< −2 dan x>3. Perhatikan bahwa pada kasus kedua tersebut tidak ada nilai x yang memenuhinya. Dengan
demikian, ketidaksamaan x2− <x 6 dipenuhi oleh semua
{
∈ :−2< <3}
∈ x xx R . ■
2. Selidiki apakah ketidaksamaan
2 2
2 3
x x− >+
memiliki penyelesaian.
Jawaban:
………
………
………
………
………
………
………
………
………
………
………..
37
Jurusan Matematika FMIPA Universitas Udayana
Jawaban:
………
………
………
………
………
………
………
………
………
………
………..
4. Tentukan himpunan penyelesaian dari .
Jawaban:
………
………
………
………
………
………
………
………
………
………
………..
………
………
………
………
………
………
………
38
Jurusan Matematika FMIPA Universitas Udayana
………
………
………
………..
………
5. Selidiki apakah ketidaksamaan x− + + ≤3 x 2 4 memiliki penyelesaian.
Jawaban:
………
………
………
………
………
………
………
………
………
………
………..
………
………
………
………
………
………
………
………
………
………
………
………..
39
Jurusan Matematika FMIPA Universitas Udayana
Sifat Kelengkapan ℜ
Sifat kelengkapan berkaitan dengan konsep supremum atau batas atas
terkecil. Untuk itu, kita akan bahas terlebih dahulu apa yang dimaksud
dengan batas atas dari suatu himpunan bilangan real, dan kebalikannya,
yaitu batas bawahnya.
Definisi 1.18
(i). Himpunan A⊂R dan A≠
φ
dikatakan terbatas ke atas (bounded above) jika ada bilangan real k sehingga berlaku a≤k untuk setiapA
a∈ . Selanjutnya k disebut batas atas (upper bound) himpunan A. (ii). Himpunan A⊂R dan A≠
φ
dikatakan terbatas ke bawah (boundedbelow) jika ada bilangan real l sehingga berlaku l≤a untuk setiap
A
a∈ . Selanjutnya l disebut batas atas (lower bound) himpunan A. (iii). Himpunan A⊂R dikatakan terbatas (bounded) jika A terbatas ke
atas dan terbatas ke bawah.
Definisi 1.19
(i).Bilangan real M∈R disebut batas atas terkecil (supremum) atas himpunan A⊂R jika memenuhi:
a. a≤M untuk setiap a∈A.
b. Jika a≤M′′ untuk setiap a∈A maka M ≤M′′
(ii). Bilangan real m∈R disebut batas bawah terbesar (infimum) atas himpunan A⊂R jika memenuhi:
c. m≤a untuk setiap a∈A.
d. Jika m′′≤a untuk setiap a∈A maka m′′≤m
Teorema 1.20
(i). M supremum himpunan A jika dan hanya jika memenuhi a. M batas atas himpunan A
b. Untuk setiap bilangan ε >0 terdapat a′∈A sehingga
M a M −ε < ′≤
40
Jurusan Matematika FMIPA Universitas Udayana
d. Untuk setiap bilangan ε >0 terdapat a′′∈A sehingga
ε
+ ≤ ′′
≤a m
m .
Bukti
(i).
( )
⇒ Karena M supremum (batas atas terkecil) himpunan A makaM
a≤ untuk setiap a∈Adan untuk setiap bilangan ε >0 , M−ε
bukan batas atas himpunan A. Berarti ada a′∈A sehingga M−ε <a′. Karena M batas atas terkecil himpunan A maka untuk setiap a∈A
khususnya a′∈A berlaku a′≤M .
Jadi terbukti ada a′∈A sehingga M −ε <a′≤M .
( )
⇐ Diketahui bahwa a≤M dan untuk setiap bilangan ε >0 terdapatA
a′∈ sehingga M −ε <a′≤M . Hal ini berarti tidak ada batas atas M1
sehingga M1<M . Andaikan ada batas atas M1 dengan M1<M .
Kemudian diambil εo=M −M1 maka diperoleh kontradiksi
(
M M)
M aM
M1= − − 1 = −εo< . Dengan kata lain terbukti bahwa M
supremum himpunan A
(ii).
( )
⇒ Karena m infimum (batas bawah terbesar) himpunan A makam
a≥ untuk setiap a∈Adan untuk setiap bilangan ε >0 , m+ε bukan batas atas himpunan A. Berarti ada a′′∈A sehingga a′′<m+ε . Karena
m batas bawah terbesar himpunan A maka untuk setiap a∈A
khususnya a′′∈A berlaku m≤a′′.
Jadi terbukti ada a′′∈A sehingga m≤a′′<m+ε .
( )
⇐ Diketahui bahwa m≤a dan untuk setiap bilangan ε >0 terdapatA
a′′∈ sehingga m≤a′′<m+ε . Hal ini berarti tidak ada batas bawah m1
sehingga m<m1. Andaikan ada batas bawah m1 dengan m<m1.
Kemudian diambil εo=m1−m maka diperoleh kontradiksi
(
m1 m)
m1 mm
a′′< +εo = + − = .
Dengan kata lain terbukti bahwa m infimum himpunan A.
41
Jurusan Matematika FMIPA Universitas Udayana
Teorema 1.21 (Aksioma Supremum) Jika A⊂R,A≠
φ
dan A terbatas ke atas makaAmempunyai supremum di R, yaitu terdapat M∈Rsehingga M =supA.
Akibat 1.22 Jika A⊂R,A≠
φ
dan A terbatas ke bawahmakaAmempunyai infimum di R, yaitu terdapat m∈R sehingga
A m=inf .
Sering muncul pertanyaan, apakah perbedaan an