• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

11

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2. 1 Kajian Teori

2. 1. 1 Kelompok Kerja Guru 2. 1. 1. 1 Pengertian KKG

Kelompok Kerja Guru merupakan sebuah forum kegiatan yang berbentuk sistem pengembangan profesional secara aktif bagi guru- guru Sekolah Dasar di lingkup gugus sebuah kecamatan yang terbentuk oleh sekelompok guru dari sejumlah sekolahan. Kegiatan KKG memiliki tujuan guna meningkatkan mutu serta kualitas pendidikan melalui kegiatan-kegiatan terencana yang dilaksanakan serta dievaluasi bersama. (Depdiknas, 2009:6, Hendriana, 2003:29, Rusdiana, 2011:4).

Dalam pelaksanaannya, KKG sebagai wadah untuk memecahkan masalah yang dihadapi guru dalam pembelajaran melalui pertemuan diskusi, pelatihan, pengajaran contoh, dan demonstrasi penggunaan alat peraga. KKG bertujuan meningkatkan kualitas pengetahuan, penguasaan materi pembelajaran, teknik mengajar, dan segala macam kegiatan yang menciptakan KBM yang efektif.

Sebagai penunjang pelaksanaannya, KKG harus memiliki organisasi kepengurusan, yang terdiri dari

(2)

12

ketua, pengurus, dan anggota. KKG dibina oleh pengawas gugus serta dibantu oleh beberapa kepala sekolah yang dipandang mampu.

2.1.1.2 Tujuan KKG

Terbentuknya program KKG diharapkan dapat membantu mewujudkan upaya meningkatkan profesionalitas guru dalam usaha peningkatan mutu pendidikan. Untuk itu, keberadaan program KKG perlu dilaksanakan secara optimal, terorganisasi dan berkesinambungan. Salah satu peran program KKG adalah menjadi sebuah forum yang efektif untuk membina serta mengembangkan profesionalisme dengan prinsip dari, oleh, dan untuk guru (Sumardi, 2016:71). Menurut Syofiarni (2006:4) tujuan pelaksanaan program KKG adalah untuk mempermudah upaya peningkatan mutu guru, baik dalam pengetahuan, wawasan, serta keterampilan profesional, bagi guru sekolah dasar dapat memperlancar peningkatan mutu kegiatan belajar mengajar (KBM) serta dapat mendayagunakan segala potensi sumber daya yang dimiliki sekolah, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Secara lebih luas tujuan KKG yang dimuat dalam Juknis Standar Pengembangan

(3)

13 KKG’/MGMP menjelaskan bahwa: 1) memperluas wawasan serta pengetahuan, khususnya penguasaan materi pembelajaran, 2) memberikan kesempatan kepada pendidik agar dapat berbagi pengalaman serta saling memberikan bantuan dan umpan balik, 3) memberdayakan pengetahuan, keterampilan, serta menyiapkan berbagai pembaharuan dalam dunia pendidikan (pembelajaran), 4) membantu guru melaksanakan berbagai tugas sekolah, 5) me- ningkatkan kesadaran akan budaya kerja serta melakukan pengembangan profesionalisme tenaga pendidik, 6) meningkatkan kualitas serta mutu dari proses pendidikan, 7) meningkatkan kompetensi guru (Depdiknas, 2008:4-5).

Dengan kata lain tujuan KKG secara umum adalah sebagai forum kegiatan bagi para guru untuk meningkatkan kompetensi, baik dalam bidang pengetahuan umum, penyusunan administrasi pembelajaran, manajemen kelas, penyusunan alat peraga, serta dapat meningkatkan harga diri guru.

2.1.1.3 Manfaat KKG

KKG memiliki manfaat penting bagi guru yang dapat memahami peran fungsi serta tugasnya. Dalam pelaksanaannya guru akan dibekali dengan berbagai

(4)

14

macam ilmu dasar keguruan, disertai pula dengan berbagai perangkat latihan ilmu keterampilan keguruan, selain itu guru juga dapat belajar menso- sialisasikan sikap keguruan yang baik dan benar (Al Rasyid, 2015:149). Suhardi (2009:7) menyatakan bahwa pada hakikatnya manfaat dari pelaksanaan program KKG adalah: 1) sebagai forum pembinaan tenaga pendidik dalam berbagai bentuk kegiatan pembinaan profesional. 2) wahana menumbuh- kembangkan budaya kerja sama secara kompetitif di lingkup gugus sebagai sarana peningkatkan hasil belajar peserta didik secara mandiri. 3) sebagai forum informasi dan inovasi pembinaan tenaga pendidik. 4) menumbuhkan percaya diri dalam diri pendidik guna menyelesaikan tugas serta kewajiban sosial, pedagogik, akademik, serta kepribadian.

Secara garis besar, kegiatan dalam program KKG dapat memberikan berbagai manfaat sebagai wadah pembahasan masalah serta pemecahannya bagi guru-guru sekolah dasar yang mengalami berbagai kesulitan dalam proses kegiatan belajar mengajar (KBM). Sebagai wadah kegiatan para guru untuk meningkatkan profesionalismenya. Sebagai tempat penyebaran informasi dan inovasi tentang pembaharuan dunia pendidikan, khususnya

(5)

15 informasi dan inovasi yang berkaitan dengan usaha peningkatan hasil belajar peserta didik. Sebagai pusat praktik dalam kegiatan pembuatan alat peraga pembelajaran, mengasah keterampilan mengajar serta pengembangan administrasi kelas. Memberikan peluang berkembang kepada guru yang kreatif serta inovatif untuk berbagi ilmu pengetahuan, wawasan pendidikan, kemampuan, serta keterampilan.

2.1.1.4 Standar Pengelolaan KKG

Dalam pelaksanaannya KKG beranggotakan seluruh guru yang berada di lingkungan salah satu gugus. Secara operasional KKG dapat dibagi menjadi kelompok yang lebih kecil berdasarkan jenjang kelas dan mata pelajaran, misalnya kelompok guru kelas I’

sampai kelas VI, kelompok guru agama, kelompok guru PJOK, dan kelompok guru muatan lokal.

Organisasi KKG terdiri dari pengurus dan anggota dimana SK pengesahannya dibuat oleh Dinas Pendidikan Kota/Kabupaten. Pengurus KKG terdiri dari: ketua, sekretaris, bendahara dan bidang yang dipilih oleh rapat anggota berdasarkan aturan AD/ART. Selain pengurus dan anggota, KKG memiliki pembina (pengawas) dalam organisasi yang berasal dari Satuan Pendidikan. Pengawas berperan

(6)

16

memberi dukungan kebijaksanaan administratif dan memotivasi pelaksanaan program KKG guna meningkatkan mutu pendidikan di wilayah gugus tersebut. Dibawah pengawas terdapat ketua gugus yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan keseluruhan program KKG. Lebih rinci ketua KKG memprakarsai pertemuan berkala antara sesama kepala sekolah dasar guna menjabarkan dan menyusun program kerja (Depdiknas; 2008:8).

Pelaksanaan kegiatan program berpedoman pada Kerangka Acuan Kerja yang disusun pengurus serta telah disetujui oleh ketua dan pengawas. Selain membuat KAK pengurus bertugas membuat berbagai proposal kegiatan KKG yang meliputi rencana, pelaksanaan kegiatan, sumber dana dan pelaporan kegiatan program KKG.

Struktur program kegiatan yang dilaksanakan KKG dibagi menjadi 2, sebagai berikut: 1) program umum yang memiliki tujuan untuk memberikan wawasan tentang kebijakan pendidikan kepada guru.

2) program inti yang ditujukan untuk peningkatan kualitas kompetensi serta profesionalitas tenaga kependidikan, dilaksanakan dengan kegiatan diskusi permasalahan pembelajaran, workshop administrasi guru, analisis kurikulum, evaluasi siswa, kegiatan

(7)

17 pelatihan, pendalaman materi, kegiatan pengembangan pendidikan, serta kegiatan penunjang yang berkaitan dengan perkembangan dunia kependidikan.

Dalam penyelenggaraan program KKG memerlukan pendidik guna kegiatan peningkatan mutu pendidikan. Pendidik dalam KKG memiliki beberapa kriteria persyaratan diantaranya sebagai berikut: 1) kualifikasi akademik minimal S1, 2) memiliki pengalaman sekurang-kurangnya sepuluh tahun, 3) memiliki kompetensi yang relevan dengan materi yang akan disampaikan (Depdiknas, 2008:9).

2.1.2 Evaluasi Program

2.1.2.1 Pengertian Evaluasi Program

Menurut Arikunto dan Jabar (2010:4) ada dua pengertian tentang “program”, yaitu pengertian program secara umum dan khusus. Menurut pengertian secara umum, program dapat diartikan sebagai sebuah rencana. Jika menurut pengertian secara khusus, program adalah sebuah rangkaian kegiatan yang dilaksanakan secara berkelanjutan dengan waktu dan pelaksanaan yang panjang, program juga merupakan sebuah rangkaian kegiatan berbentuk kesatuan sistem yang utuh dan saling

(8)

18

terkait satu dengan lainnya. Program melibatkan lebih dari satu orang dalam pelaksanaannya.

Pengertian lain mengartikan program sebagai segala sesuatu upaya yang hendak dilakukan seseorang dan diharapankan dapat memberikan hasil atau dampak pengaruh bagi penyelenggara program (Tayibnabis, 2000:9). Hal ini senada dengan yang dikatakan Arikunto (2009:5) bahwa evaluasi program merupakan proses terencana untuk mengetahui sejauhmana tujuan dari sebuah program telah direalisasikan.

Menurut Isaac dan Michael (1984:6), sebuah program agar berjalan sesuai fungsi yang ditetapkan harus berakhir dengan sebuah kegiatan evaluasi.

Pada umumnya, evaluasi merupakan sebuah proses mengumpulkan, memberi nilai, dan membanding- kannya suatu objek terhadap standar dan indikator.

Dengan demikian maka pelaksanaan evaluasi program adalah suatu proses dalam menetapkan secara sistematis tentang suatu nilai, tujuan dan efektivitas program sesuai indikator yang telah ditetapkan.

Beberapa pendapat ahli mengatakan bahwa ada tiga unsur pokok untuk dapat dikategorikan sebagai sebuah program, yaitu: 1) kegiatan tersebut

(9)

19 melibatkan sekelompok orang, 2) waktu kegiatan berlangsung secara berkesinambungan membentuk sebuah sistem utuh, 3) kegiatan sudah direncanakan dengan terpadu. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa program merupakan serangkaian kegiatan terencana yang melibatkan sekelompok orang yang berlangsung berkesinambungan dan berkelanjutan sehingga membentuk sebuah sistem yang saling terikat satu dengan lainnya. Lebih lanjut program harus dievaluasi guna menganalisis efisiensi dan efektivitas program. Berkaitan dengan program KKG, peneliti ingin mengumpulkan informasi serta melakukan analisis terhadap pelaksanaan program sehingga dapat mengetahui hambatan dan rekomendasi terhadap keberlanjutan program KKG.

2.1.2.2 Tujuan Evaluasi Program

Tujuan evaluasi program adalah untuk mendapatkan informasi yang objektif tentang penyelenggaraan suatu program, serta mengetahui ketercapaian tujuan program dengan langkah menganalisis seberapa jauh keterlaksanaan kegiatan program, selanjutnya, hasil dari pelaksanaan evaluasi program digunakan sebagai acuan untuk melaksanakan kegiatan tindak lanjut dan sebagai proses pengambilan keputusan (Arikunto dan Jabar,

(10)

20

2009:18). Hal ini didukung oleh pernyataan Wirawan (2011:80) bahwa beberapa tujuan dari evaluasi program yaitu: 1) mengidentifikasi pengaruh program terhadap masyarakat, 2) mengidentifikasi apakah pelaksanaan program sudah berjalan dengan baik sesuai dengan penetapan rencana, agar selalu konsisten dengan tujuan yang sudah ditentukan, 3) mengukur kesesuaian pelaksanaan program dengan standar kriteria, 4) mengidentifikasi dan menemukan dimensi program yang berjalan dengan baik maupun yang tidak berjalan dengan baik, dan 5) mengetahui apakah masyarakat mendapat keuntungan serta manfaat dari pelaksanaan program.

Secara lebih luas Roswati (2008:66-67) menyatakan bahwa tujuan evaluasi program adalah:

1) menjawab pertanyaan mengenai tindak lanjut suatu program, 2) penundaan pengambilan kepu- tusan, 3) penggeseran tanggung jawab, 4) justifikasi program, 5) memenuhi kebutuhan akreditasi, 6) laporan keuangan, 7) menjawab atas permintaan pemberi tugas informan, 8) pengembangan program, 9) mempelajari dampak yang tidak sejalan dengan rencana yang telah ditetapkan, 10) melakukan upaya perbaikan, 11) menilai manfaat, dan 12) memberikan saran masukan bagi program.

(11)

21 Dari beberapa pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa ada empat unsur pokok tujuan evaluasi program, yaitu: 1) mengidentifikasi manfaat program terhadap masyarakat, 2) justifikasi program sebagai bagian tindak lanjut, 3) perbaikan program, 4) masukan bagi program baru. Sehingga dalam pelaksanaan evaluasi program KKG harus mempelajari bagaimana mengumpulkan informasi (menemukan fakta) tentang pelaksanaan program.

Informasi tentang pelaksanaan program KKG guna identifikasi, pertimbangan, serta masukan lebih lanjut mengenai kualitas program KKG.

2.1.2.3 Prosedur Evaluasi Program

Prosedur evaluasi program adalah teknik evaluasi program yang operasional sehingga mencakup urutan tahap-tahap yang dilakukan jika hendak melakukan evaluasi pada sebuah program.

Thoha (2003:18-19) mengatakan bahwa langkah- langkah operasional evaluasi pendidikan yaitu: 1) perumusan tujuan, 2) penetapan aspek yang akan diukur, 3) menetapkan metode serta bentuk tes, 4) merencanakan waktu evaluasi, 5) melakukan uji tes guna mengukur validitas dan reliabilitasnya sebelum digunakan. Sedangkan menurut Arikunto dan Jabar

(12)

22

(2010: 72-92) evaluasi program memiliki beberapa langkah yaitu: 1) analisis kebutuhan, 2) menyusun proposal, 3) membuat alat ukur, 4) melaksanakan evaluasi program, 5) memotivasi pelaksanaan, 6) menganalisis data, 7) pengambilan kesimpulan dan perumusan rekomendasi, dan 8) menulis laporan evaluasi.

Dari dua pendapat ahli tersebut, setiap ahli memiliki kata kunci yang hampir sama. Jika diidentifikasi lebih lanjut, langkah-langkah pokok pelaksanaan evaluasi KKG meliputi tiga tahap kegiatan yaitu: persiapan, pelaksanaan, dan pengolahan hasil. Dalam tahapan persiapan evaluasi program KKG meliputi perumusan tujuan evaluasi, penetapan metode evaluasi, serta analisis kebutuhan. Dalam tahap pelaksanaan evaluasi program KKG meliputi pelaksanaan evaluasi program itu sendiri. Sedangkan tahap pengolahan hasil evaluasi program KKG meliputi analisis data serta pengambilan keputusan dan pelaporan. Keputusan yang diambil dapat berupa pemberhentian program karena dipandang tidak ada manfaatnya, revisi program karena dianggap tidak efektif, melanjutkan program karena telah sesuai harapan, atau

(13)

23 memperkenalkan program karena dinilai telah berhasil dan bermanfaat.

2.1.2.4 Model Evaluasi Program

Dalam mengevaluasi sebuah program ada beberapa model yang dikemukakan oleh berbagai ahli. Walaupun maksud dan tujuannya sama, namun penerapan dalam evaluasi berbeda antara satu dengan yang lain. Berbagai model evaluasi program bertujuan mengumpulkan data suatu objek evaluasi guna menyediakan data bagi pihak pengambil keputusan sebagai tindak lanjut. Terdapat beberapa model yang dapat digunakan dalam pelaksanaan kegiatan evaluasi terhadap suatu program (Arikunto dan Jabar; 2010:40) diantaranya:

1) Goal Oriented Evaluation Model, model evaluasi yang dikembangkan oleh Tyler dan berfokus pada tujuan dari suatu program.

2) Goal Free Evaluation Model, model evaluasi yang dikembangkan oleh Scriven dan berfokus pada sebuah hasil yang direncanakan dalam suatu program.

3) Formatif Summatif Evaluation Model, model evaluasi yang dikembangkan oleh Michael Scriven.

(14)

24

4) Countenance Evaluation Model, model evaluasi dikembangkan oleh Stake yang bertujuan mempertimbangkan sebuah hasil evaluasi program dengan hasil di program lain.

5) CIPP Evaluation Model, model evaluasi yang dikembangkan oleh Stufflebeam ini dapat mengevaluasi program secara komprehensif.

6) Discrepancy Model, model evaluasi yang dikembangkan oleh Provus yang bertujuan pada kesenjangan antara kriteria dan pelaksanaan.

7) CSE-UCLA Evaluation Model, model evaluasi yang memiliki beberapa tahapan, diantaranya:

perencanaan, pengembangan, implementasi, hasil, dan dampak.

8) Responsive Evaluation Model.

2.1.2.5 Model Evaluasi Program CIPP

Evaluasi terhadap program KKG pada dasarnya membutuhkan jenis model evaluasi yang tepat. Dilihat dari substansi evaluasi program KKG yang bertujuan mengidentifikasi, memberikan rekomendasi, serta justifikasi terhadap perencanaan, penyelenggaraan, pelaksanaan, dan produk yang dihasilkan program KKG, maka tidak semua model

(15)

25 evaluasi cocok untuk digunakan sebagai model evaluasi program KKG Gugus Muwardi tersebut.

Diantara berbagai model diatas, model evaluasi CIPP adalah model yang cocok digunakan dalam penelitian evaluasi program KKG. Model evaluasi ini dikembangkan pada tahun 1971’ oleh ‘Stufflebeam.

Stufflebeam (2007: 326) mengemukakan bahwa model CIPP sebagai berikut:

Konsep inti model evaluasi dilambangkan dengan akronim CIPP, yang merupakan singkatan konteks, input, proses, dan produk. Evaluasi konteks menilai kebutuhan-kebutuhan, masalah, aset, dan peluang disusunnya suatu program. Evaluasi input menilai rencana tujuan, prioritas, anggaran dan efektivitas biaya untuk mencapai tujuan. Evaluasi proses menilai implementasi rencana untuk membantu pengelola program melaksanakan kegiatan-kegiatan dan kemudian membantu kelompok pengurus menilai kinerja program dan menafsirkan hasil. Evaluasi produk menilai hasil yang diharapkan dan tidak diharapkan dalam jangka pendek dan jangka panjang, lebih lanjut membantu pengelola program tetap fokus pada pencapaian hasil dan pada akhirnya untuk membantu kelompok pengguna yang lebih luas mengukur keberhasilan dalam memenuhi kebutuhan yang ditargetkan.

Stufflebeam (2007: 332) menyatakan bahwa evaluasi menggunakan model CIPP merangkum elemen-elemen dasar menjadi tiga lingkaran konsentris. Lingkaran dalam menunjukan nilai inti yang harus didefinisikan. Lingkaran kedua melingkupi nilai yang dibagi menjadi empat fokus evaluasi yang terkait dengan program, yaitu: tujuan,

(16)

26

rencana, tindakan, dan hasil. Lingkaran terluar menunjukkan jenis evaluasi yang digunakan untuk mengevaluasi keempat komponen. Setiap panah dua arah mewakili hubungan timbal balik antara fokus evaluasi dan jenis evaluasi.

Gambar 2.1

Hubungan komponen CIPP dan program

Lebih lanjut Stufflebeam (2007:333-335), apabila kegiatan evaluasi dengan komponen CIPP, analisis program harus berdasarkan pada hubungan komponen tersebut. Hubungan komponen CIPP terhadap objek, metode dan kaitannya dengan pengambilan keputusan dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Evaluasi konteks

Menggunakan metode seperti survei, studi dokumen, analisis data sekunder, audiensi,

(17)

27 wawancara guna menjawab pertanyaan bagai- mana mendefinisikan konteks yang relevan, mengidentifikasi populasi dan menilai kebutu- hannya, mengidentifikasi peluang untuk mengatasi kebutuhan, mendiagnosis masalah yang mendasari kebutuhan, dan menilai apakah tujuan program cukup menjawab kebutuhan yang dinilai.

2) Evaluasi input

Menggunakan inventarisasi dokumen, uji kelayakan dan analisis sumber daya dari program yang menjawab pertanyaan bagai- mana perencanaan program, mengidentifikasi dan menilai kemampuan, strategi, anggaran, dan penjadwalan.

3) Evaluasi proses

Menggunakan metode pengamatan terhadap potensi yang diketahui dan tidak diketahui dari hambatan penyelenggaraan program serta informasi faktual dari pengelola program guna mengidentifikasi dan memprediksi cacat pelaksanaan program, yang akhirnya dapat memberikan penilaian terhadap kegiatan program.

(18)

28

4) Evaluasi produk

Menggunakan metode studi dokumen dari penilaian produk stakeholders serta membandingkan hasil dan kebutuhan yang dinilai (konteks, input, dan proses) guna menjawab pertanyaan prestasi program, pencapaian program dan dampak dari pelaksanaan program, yang akhirnya memberikan penilaian terhadap keberlanjutan program

Berdasarkan pendapat Stufflebeam diatas, dapat dipahami bahwa model evaluasi CIPP adalah model evaluasi dengan sistem pendekatan yang terkait dalam serangkaian kegiatan. Model evaluasi ini berfungsi bersama untuk memenuhi misi dan mencapai tujuan yang ditentukan dalam konteks tertentu.

Lebih lanjut, Arikunto & Jabar (2014:46-47) berpendapat bahwa, evaluasi dengan model CIPP harus berdasarkan komponen-komponen CIPP, yaitu: 1) Evaluasi konteks yang berupaya mengidentifikasi tentang kebutuhan lingkungan, populasi, dan tujuan sebuah program. 2) Evaluasi masukan yang berupaya mengidentifikasi kemampuan awal yang dimiliki dalam menunjang

(19)

29 pelaksanaan program. 3) Evaluasi proses yang berupaya mengidentifikasi pelaksanaan dari sebuah program. 4) Evaluasi produk yang berupaya mengidentifikasi perubahan yang terjadi selama pelaksanaan program serta ketercapaian program.

Pendapat diperkuat oleh pernyataan Wirawan (2011:

93-94) yang menyatakan bahwa hal yang perlu diungkap dalam evaluasi menggunakan model CIPP sebagai berikut: 1) Evaluasi konteks yang berupaya mencari informasi dan menilai tentang kebutuhan mendasar suatu program. 2) Evaluasi masukan yang berupaya mencari informasi dan menilai tentang tujuan, prioritas dan manfaat, rencana anggaran dan tindakan. 3) Evaluasi proses yang berupaya mencari informasi dan menilai pelaksanaan dari perencanaan sebuah program. 4) Evaluasi produk yang berupaya mencari informasi dan menilai tentang hasil serta manfaat dari penyelenggaraan program.

Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami bahwa kelebihan dari model CIPP dinilai dapat mengevaluasi sebuah program secara komprehensif, bekerja secara dinamis dan holistik sehingga memberikan gambaran yang detail terhadap pelaksanaan program KKG. Selain itu, konsep

(20)

30

evaluasi CIPP menilai bahwa tujuan penting dari pelaksanaan evaluasi program adalah bukan untuk membuktikan, melainkan untuk memperbaikinya.

Model CIPP juga memungkinkan evaluator mengevaluasi program pada saat sebelum program dilaksanakan dan pada saat program telah dilaksanakan (Arikunto dan Jabar, 2010:45).

Berdasarkan beberapa pendapat diatas (Arikunto & Jabar 2014; Stufflebeam 2007; Wirawan 2011) dapat dipahami bahwa kegiatan evaluasi menggunakan model CIPP harus menganalisis program berdasarkan komponen-komponennya. Bila dirinci substansi dari CIPP dalam pelaksanaan program KKG Gugus Muwardi Kecamatan Tingkir dirinci pada tabel 2.1:

Tabel 2.1

Substansi komponen CIPP terhadap Program KKG

Komponen

Evaluasi Substansi CIPP

Context

Deskripsi lingkungan

Kebutuhan yang belum terpenuhi dalam lingkungan Populasi yang dilayani

Tujuan dari diselenggarakannya program Karakteristik pelaksanaan program

Peluang dan manfaat diselenggarakannya program Input

Kemampuan yang dimiliki organisasi dalam menyelenggarakan KKG (sarpras)

Perencanaan dari penyelenggaraan program

(21)

31 Sumber dana dari penyelenggaraan program

Sumber daya manusia penyelenggara program Mekanisme pelaksanaan program

Process

Kompetensi pengelolaan pengurus program Pelaksanaan kegiatan program

Pendukung dan Hambatan penyelenggaraan program

Efektivitas program

Product

Ketercapaian tujuan

Hasil pengembangan program

Dampak dari penyelenggaraan program Keberlanjutan program

Sumber: Arikunto & Jabar 2014; Stufflebeam 2007; Wirawan 2011

2.2 Kajian Penelitian Relevan

Penelitian terdahulu yang memiliki kesamaan dengan penelitian ini yakni: Penelitian oleh Budiyanto (2016) dengan judul “Evaluasi Program KKG dalam Peningkatan Kompetensi Profesional dan Pedagogik Guru di Gugus Untung Suropati Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal (Dengan Model CIPP)”. Hasil penelitian menyatakan bahwa kategori konteks program KKG masih sangat sederhana, input program KKG yang berupa dana dan sarpras masih kurang, proses program KKG tidak berjalan sesuai jadwal, serta produk program KKG yang berupa karya ilmiah masih belum maksimal.

(22)

32

Penelitian ini dilakukan dengan asumsi bahwa dalam penyelenggaraan program KKG di lingkup Gugus Untung Suropati Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal yang seharusnya dilaksanakan sesuai rambu-rambu dari Depdiknas dan juknis dari dinas pendidikan belum terlaksana secara optimal.

Sehingga fungsi KKG sebagai sarana peningkatan kompetensi professional dan pedagogik guru belum bisa terwujud. Penerapan evaluasi dengan model CIPP pada penelitian ini menekankan bahwa pengurus KKG di Gugus Untung Suropati agar dapat menyusun program KKG yang ideal sehingga dalam pelaksanaan KKG akan lebih menantang serta menarik antusiasme guru.

Penelitian relevan juga dilakukan oleh Legarano (2014) dengan judul “’Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan KKG SD Gugus II Kecamatan Pamona Selatan Kabupaten Poso”. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa konteks, masukan, proses, dan product program KKG gugus II Kecamatan Pamona Selatan Kabupaten Poso dapat dikategorikan efektif.

Selain itu penelitian ini menganalisis program KKG secara kuantitatif dengan hasil analisis data untuk skor variabel konteks, input, proses, dan produk dengan skor-T kondisi KIPH adalah positif-positif-

(23)

33 positif-positif. Bila dipadukan ke dalam kuadran Glickman maka nilai T untuk keempat variabel tersebut berada pada kuadran ke I (satu) atau sangat efektif. Dengan demikian disimpulkan bahwa pelaksanaan kegiatan KKG SD Gugus II Kecamatan Pamona Selatan Kabupaten Poso dalam kategori sangat efektif. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Legarano, efektivitas pelaksanaan kegiatan KKG SD Gugus II Kecamatan Pamona Selatan Kabupaten Poso perlu memerhatikan efektivitas komponen konteks, input, proses dan produk. Dengan demikian temuan dalam evaluasi pelaksanaan kegiatan ini dapat memberikan kontribusi yang positif kepada guru-guru yang tergabung dalam program KKG di lingkup Gugus II Kecamatan Pamona Selatan Kabupaten Poso.

Penelitian lain tentang program KKG juga dilakukan oleh Rahayu (2011) tentang studi evaluatif pelaksanaan KKG matematika dalam pelaksanaan KTSP pada sekolah dasar di lingkup Kecamatan Jembrana. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa pelaksanaan kegiatan KKG guru matematika dalam pelaksanaan KTSP dapat dikategorikan positif jika ditinjau dari aspek konteks, aspek input, dan aspek produknya. Namun kegiatan KKG guru

(24)

34

matematika dalam pelaksanaan KTSP pada sekolah dasar di Kecamatan Jembrana dikategorikan negatif jika ditinjau dari aspek proses penyelenggaraan program KKG matematika. Penelitian yang dilakukan Rahayu memiliki asumsi bahwa gugus melalui KKG dapat mempercepat pembaharuan pendidikan yang dibawa oleh guru-guru dari hasil penyelenggaraan KKG yang diperoleh melalui pelatihan dan pembinaan. Penelitian ini menggunakan model CIPP guna mengetahui kualitas KKG matematika di lingkup Kecamatan Jembrana dalam melaksanakan KTSP. Temuan dalam penelitian ini, agar pengurus KKG mampu menyusun program yang sesuai dengan kebutuhan anggota dan perkembangan IPTEK, serta perlunya dipikirkan terobosan kerjasama antara masyarakat tentang peningkatan mutu pendidikan di lingkup Kecamatan Jembarana.

Selain itu, penelitian evaluasi di California dengan subjek 55 sekolah dasar setempat yang dilakukan oleh Bostic (2013) tentang evaluasi implementasi komunitas pembelajaran professional (PLC) dan dampaknya terhadap prestasi siswa.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi implementasi komunitas pembelajaran

(25)

35 profesional (PLC) dan melihat pengaruhnya terhadap prestasi belajar peserta didik. Penelitian berasumsi bahwa PLC sulit diterapkan di sekolah pinggiran karena kurangnya jumlah guru dan kedekatan antar guru. Dalam penelitian yang Bostic lakukan model evaluasi CIPP digunakan untuk mengevaluasi konteks, masukan, proses serta produk dari penyelenggaraan program PLC. Hasil dari wawancara dan survei kepada guru, kepala sekolah, dan pengawas menyatakan bahwa program PLC termasuk dikategorikan positif, ditinjau dari semua komponen.

Sehingga PLC terbukti bahwa PLC berdampak positif Selain itu penelitian yang dilakukan Al Rashid (2017) tentang evaluasi kebijakan profesionalisme guru melalui program KKG di wilayah Cluster 1 dan 4 Kecamatan Blimbing, Prov. Jawa-Timur, Indonesia.

Dalam penelitian Al Rashid, data dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Data dianalisis menggunakan model Yin’ yang terdiri dari lima tahap, yaitu kompilasi, pembongkaran, pemasangan kembali, interpretasi, dan penutup.

Hasil penelitian menyatakan bahwa konteks program KKG cukup efektif karena tujuan dan sasaran program sudah sesuai kebutuhan profesionalisme

(26)

36

guru, Komponen konteks cluster 1 lebih efektif dibandingkan dengan cluster 4. Input program KKG dalam hal pengelolaan pembelajaran, program pelatihan, dan kemampuan tutor termasuk dalam kategori cukup efektif pada cluster 1, sedangkan cluster 4 kurang efektif. Proses program KKG dalam hal ini pelaksanaan program sudah efektif di kedua cluster. Sedangkan produk program KKG telah bermanfaat dalam peningkatan profesionalisme.

Simpulan dari berbagai penelitian diatas bahwa evaluasi penyelenggaraan program KKG adalah suatu hal yang penting, karena dapat mengidentifikasi program serta perbaikan program KKG. Kajian hasil penelitian juga tampak bahwa program KKG bertujuan untuk meningkatkan profesionalitas guru. Meskipun terdapat hasil beberapa penelitian yang cukup kontradiktif, bahwa pelaksanaan program KKG belum mampu memberikan peningkatan profesionalitas tenaga kependidikan (Budiyanto,2016).

Jika diidentifikasi lebih lanjut, penelitian diatas memang sama-sama menggunakan model CIPP untuk mengevaluasi program, namun penelitian Bostic (2013) sangat spesifik karena selain melihat

(27)

37 efektivitas program, juga melihat kondisi stakeholder dan pemangku kepentingan program. Sedangkan peneliti yang lain mengevaluasi program cenderung lebih umum melalui komponen-komponen CIPP (Budiyanto,2016; Legarano,2014; Rahayu,2011; Al Rashid, 2017). Sedangkan dari segi luas cakupan wilayah evaluasi penelitian Al Rashid lebih luas karena membandingkan 2 cluster KKG.

Studi penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya memiliki kesamaan objek evaluasi berupa kelompok kerja guru, walaupun dibeberapa penelitian disebutkan sebagai Teachers_Working Group program serta Professional_Learnings Commu- nities. Hasil penelitian mereka sama-sama memberikan dampak positif bagi guru dan siswa. Hal yang membedakan dari penelitian diatas terletak pada pengembangan substansi komponen CIPP yang nantinya tidak hanya mengevaluasi sampai pada tahap hasil, namun akan mencari pengaruh dari penyelenggaraan program serta memberikan berbagai masukan kepada pengurus guna melanjutkan, mengakhiri, memodifikasi, atau memfokuskan kembali program KKG Gugus Muwardi Kecamatan Tingkir.

(28)

38

2.3 Kerangka Berpikir

Evaluasi terhadap penyelenggaraan program KKG Gugus Muwardi bertujuan untuk mengukur sejauhmana efektivitas pelaksanaan program tersebut. Model evaluasi program yang digunakan dalam penelitian ini adalah model evaluasi_CIPP yang telah dikembangkan sesuai kebutuhan peneliti dan program KKG yang akan dievaluasi, melalui model tersebut nantinya akan dilakukan analisis komponen context, input, process dan product yang ada dalam program KKG.

Kegiatan evaluasi terhadap komponen konteks dalam penyelenggaraan program KKG meliputi penilaian terhadap kebutuhan diadakannya program KKG, karakteristik, masalah, asset, serta peluang dari penyelenggaraan program KKG. Penilaian terhadap komponen masukan program meliputi perencanaan, strategi program, SDM, sarana prasarana, serta bagaimana pembiayaan program KKG. Penilaian terhadap komponen proses meliputi pelaksanaan kegiatan, efektifitas, serta kendala yang dihadapi KKG Gugus Muwardi. Sedangkan penilaian terhadap komponen produk meliputi hasil pengembangan program, ketercapaian tujuan, serta

(29)

39 dampak yang diterima warga gugus muwardi setelah program KKG dilaksanakan.

Evaluasi pelaksanaan program KKG dimulai dengan evaluasi komponen konteks yang menghasilkan kebutuhan perubahan program, dilanjutkan dengan evaluasi masukan guna memperkenalkan strategi baru yang ditemukan untuk pelaksanaan program, langkah selanjutnya diperlukan pengembangan dan pengujian strategi baru dengan evaluasi proses dan evaluasi produk.

Berikutnya melalui analisis tersebut, nantinya menghasilkan kesimpulan apakah penyelenggaraan program KKG masuk kategori sangat baik, baik, cukup ataupun kurang. Gambaran mengenai kerangka berpikir penelitian ini sebagai berikut:

(30)

40

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir

ya

tidak ya

tidak

tidak

ya

tidak ya

tidak ya ya

ya

Program KKG Penyelesaian

Ditemukan solusi?

App a Penentuan tujuan dan

hambatan Diperlukan

perubahan

? Evaluasi konteks

Evaluasi Input

Memperkenalkan strategi baru yang ditemukan?

Strategi sudah cukup, atau butuh upaya lain.

Gagal

Diperlukan pengambangan dan pengujian?

Pengembangan dan pengujian strategi di lapangan

Evaluasi Proses & Produk

Kinerja yang memuaskan?

Masih dibutuhkan

solusi?

tidak tidak

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini juga sama seperti yang diungkapkan Khushartanti (2009:7) bahwa semakin tinggi kepercayaan diri, maka semakin rendah perilaku menyontek, dan semakin rendah

Kadang-kadang antara vaksin dengan pengencernya terpisah dan harus harus disimpan pada temperatur yang berbeda (4) vaksinasi dilakukan saat udara dingin, yaitu pada pagi hari

Hambatan-hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda (PSG) mata diklat program produktif di SMK Negeri 1 Petang adalah (1) Keterlambatan dana pelaksanaan

Tujuan Pembelajaran umum : Mahasiswa memahami tujuan, ruang lingkup, silabus, dan konsep pengambilan keputusan Jumlah pertemuan : 1 (satu) kali..

SATRAWI, HJ,SITI NURFAIZAH, dan SU’IMAH yang selalu memberikan dukungan baik secara moral maupun materi serta do’anya dan selalu peduli terhadap pendidikan saya sehingga

Samudera Toserba harus menyediakan produk peralatan rumah tangga yang memiliki kualitas yang baik, dimana produk tersebut dapat tahan lama dan tidak mengandung zat-zat

Dua pasang stereopair Foto Udara Format Kecil (FUFK) dan hasil pengukuran lapangan dengan GPS digunakan sebagai bahan untuk menguji akurasi DSM yang mampu dihasilkan

Dari event Pan Pacific Privileges for Bookers Reward Night yang dibuat oleh public relations, cara public relations mengukur citra hotel yaitu melalui jumlah media coverage,