KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Surah Al-Baqarah dengan baik.
Adapun makalah Surah Al-Baqarah ayat 276-277 ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai sumber, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan banyak terima kasih kepada sumber yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadar sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi saran dan kritik kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki makalah Surah Al-Baqarah ayat 276-277 ini.
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah Surah Al-Baqarah ayat 276-277 ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inpirasi terhadap pembaca.
Tanjung Pura 10 Mei 2016
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...i
DAFTAR ISI...ii
BAB I PENDAHULUAN...1
A. Latar Belakang...1
B. Rumusan Masalah...1
BAB II PEMBAHASAN...2
A. Surat albaqarah ayat 276-277...2
B. Mufrodat Al Baqarah Ayat 276...3
C. Asbabul Nuzul...3
D. Munazabah...4
E. Hikmah Diharamkannya Riba...5
BAB III PENUTUP...7
A. Kesimpulan...7
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah mahluk yang tidak dapat hidup sendiri yakni membutuhkan orang lain dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Baik dengan cara jual beli, sewa menyewa, pinjam-meminjam, bercocok tanam atau usaha- usaha yang lain, baik dalam urusan diri sendiri maupun untuk kemaslahatan umum. Agar hubungan mereka berjalan dengan lancer dan teratur, maka agama member peraturan yang sebaiki-baiknya.
Jual beli adalah kegiatan tukar menukar barang dengan cara tertentu yang setiap hari pasti dilakukan yang kadang kita tidak tahu apakah sehat ataupun tidak. Utang piutang juga suatu kegiatan yang sangat kental dengan kehidupan manusia, dan kedua kegiatan muamalah tersebut sangat erat dengan riba.Oleh karenaitu, pada makalah ini akan memebahas tentang salah satu ayat yang intinya mengenai riba.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Isi kandungan Albaqarah Ayat 276-277 ? 2. Bagaimana Mufrodat Al Baqarah Ayat 276 ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Surat albaqarah ayat 276-277
276. Allah memusnahkan Riba dan menyuburkan sedekah [177]. dan Allah tidak
menyukai Setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa[178].
277. Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
[177] Yang dimaksud dengan memusnahkan Riba ialah memusnahkan harta itu atau
meniadakan berkahnya. dan yang dimaksud dengan menyuburkan sedekah ialah memperkembangkan harta yang telah dikeluarkan sedekahnya atau melipat gandakan berkahnya.1
[178] Maksudnya ialah orang-orang yang menghalalkan Riba dan tetap
melakukannya.
B. Mufrodat Al Baqarah Ayat 276
Surat Al-Baqoroh ayat 276 terdapat beberapa kata yang sebelumnya perlu kita fahami juga yakni:2
ققححمميح
هقللحلا
Allah akan
menghapus
هقللحلاوح
Allahابحرلرلا
Ribaبلقحريق الح
tidak sukaيبررميقوح
dan melipatgandakanررافلحكح للحكق
مريثرأح
kepada orang-orang dan selalu berbuat
dosa
تراقحدحصلحلا
SedekahC. Asbabul Nuzul
Kaum Tsaqif, penduduk kota Thaif telah membuat kesepakatan dengan Rasulullah SAW bahwa semua hutang mereka demikian juga piutang (tagihan) yang berdasarkan riba agar dibekukan dan dikembalikan hanya pokoknya saja. Setelah Fathu Makkah, Rasulullah SAW menunjuk ‘Itab ibn Usaid sebagai gubernur Makkah yang juga meliputi kawasan Thaif. Bani Amr ibn Umar adalah orang yang biasa meminjamkan uang secara riba kepada Bani Mughirah sejak zaman jahiliyah dan Bani Mughiroh senantiasa membayarkannya. Setelah
kedatangan Islam, mereka memiliki kekayaan yang banyak. Karenanya, datanglah
Bani Amer untuk menagih hutang dengan tambahan riba, tetapi Bani Mughirah menolak. Maka diangkatlah masalah itu kepada Gubernur ‘Itab ibn Usaid dan beliau menulis kepada Rasulullah SAW. Maka turunlah ayat ini. Rasulullah Saw lalu menulis surat balasan yang isinya “ Jika mereka ridha atas ketentuan Allah SWT diatas maka itu baik, tetapi jika mereka menolaknya maka
kumandangkanlah ultimatum perang kepada mereka.3
D. Munazabah
Ayat ini menegaskan bahwa riba itu tidak ada manfaatnya sedikit pun baik di dunia maupun di akhirat nanti. Yang ada manfaatnya adalah sedekah.
Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Artinya
memusnahkan harta riba dan harta yang bercampur dengan riba atau meniadakan berkahnya. Dan "menyuburkan sedekah" ialah mengembangkan harta yang telah dikeluarkan sedekahnya sesuai dengan ketentuan-ketentuan agama atau melipat gandakan berkah harta itu.
Allah SWT Berfirman :
39. dan sesuatu Riba (tambahan) yang kamu berikan agar Dia bertambah pada harta manusia, Maka Riba itu tidak menambah pada sisi Allah. dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah,
Maka (yang berbuat demikian) Itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya).(QS.surat Ar Rum:39)
Para ulama berpendapat yang dimaksud dengan perkataan "Allah memusnahkan riba" ialah Allah memusnahkan keberkatan harta riba itu karena akibat melakukan riba timbul permusuhan antara orang-orang pemakan riba, dan kebencian masyarakat terhadap mereka terutama orang yang pernah membayar utang kepadanya dengan riba yang berlipat ganda, dan mereka juga menyebabkan bertambah jauhnya jarak hubungan antara yang punya dan yang tidak punya. Kebencian dan permusuhan ini bila mencapai puncaknya akan menimbulkan peperangan dan kekacauan dalam masyarakat.4
E. Hikmah Diharamkannya Riba
Islam dalam memperkeras persoalan haramnya riba, semata-mata demi melindungi kemaslahatan manusia, baik dari segi akhlaknya, masyarakatnya maupun perekonomiannya. Kiranya cukup untuk mengetahui hikmahnya seperti apa yang dikemukakan oleh Imam ar-Razi dalam tafsirnya sebagai berikut:5
1) Riba adalah suatu perbuatan mengambil harta kawannya tanpa ganti. Sebab orang yang meminjamkan uang 1 dirham dengan 2 dirham, misalnya, maka dia dapat tambahan satu dirham tanpa imbalan ganti. Sedang harta orang lain itu merupakan standard hidup dan mempunyai kehormatan yang sangat besar, seperti apa yang disebut dalam hadis Nabi: "Bahwa kehormatan harta manusia, sama dengan kehormatan darahnya.”(Abu Nua'irn dalam Hilyah).
Oleh karena itu mengambil harta kawannya tanpa ganti, sudah pasti haramnya.
4 Imam Jalalud-din Al-Mahalliy, Imam Jalalud-din As-Suyuthi.,Tafsir Jalalain. (Sinar Baru Bandung 1990) h.269
2) Bergantung kepada riba dapat menghalangi manusia dari kesibukan bekerja. Sebab kalau si pemilik uang yakin, bahwa dengan melalui riba dia akan beroleh tambahan uang, baik kontan atau pun berjangka. Sedang hal semacam itu akan berakibat terputusnya bahan keperluan masyarakat. bahwa kemaslahatan dunia seratus persen ditentukan oleh jalannya perdagangan, pekerjaan, perusahaan dan pembangunan. (Tidak diragukan lagi, bahwa hikmah ini pasti dapat diterima, dipandang dari segi perekonomian).
3) Riba akan menyebabkan terputusnya sikap yang baik (ma'ruf) antara sesama manusia dalam bidang pinjam-meminjam. Sebab kalau riba itu diharamkan, maka seseorang akan merasa senang meminjamkan uang satu dirham dan kembalinya satu dirham juga. Tetapi kalau riba itu dihalalkan, maka sudah pasti kebutuhan orang akan menganggap berat dengan diambilnya uang satu dirham dengan diharuskannya mengembalikan dua dirham. Justru itu, maka terputuslah perasaan belas-kasih dan kebaikan. (Ini suatu alasan yang dapat diterima, dipandang dari segi ethik).
4) Pada umumnya pemberi piutang adalah orang yang kaya, sedang peminjam adalah orang yang tidak mampu. Maka pendapat yang membolehkan riba, berarti memberikan jalan kepada orang kaya untuk mengambil harta orang miskin yang lemah sebagai tambahan. Sedang tidak layak berbuat demikian sebagai orang yang memperoleh rahmat Allah. (Ini ditinjau dari segi sosial).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Riba secara bahasa bermakna : Ziyadah / tambahan. dalam pengertian lain secara linguistik, riba juga berarti Tumbuh dam membesar. Adapun menurut istilah teknis, riba berarti pengambilan tambahan dari harta pokok atau modal secara batil. Ada beberapa pendapat dalam menjelasakan riba, namun secara umum terdapat benang merah yang menegaskan bahwa riba adalah pengambil tambahan, baik dalam transaksi jual beli maupun pinjam-meminjam secara batil atau bertentangan dengan prisip muamalah dalam Islam.
DAFTAR PUSTAKA
Muhammad Syafi’I Antoni.2009. Bank Syariah Dari Teori ke Praktik. Depok Gema Insani. Cet. IV.
Departemen agama RI. Al-Qur’an Tafsir Per Kata Tajwid. Kalim. Pondok Karya Permai. Banten.
Tafsir At-Thabari. jilid 6 dan Tafsir Al-Munir oleh Dr. Wahbah Az-Zuhaili, Darul Fikr Al-Mu’ashir Libanon
Imam Jalalud-din Al-Mahalliy,Imam Jalalud-din As-Suyuthi. 1990.Tafsir Jalalain. Sinar Baru Bandung