• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN KOPI KAYU MANIS CELUP DENGAN VARIASI TINGKAT PENYANGRAIAN KOPI DAN KONSENTRASI BUBUK KAYU MANIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN KOPI KAYU MANIS CELUP DENGAN VARIASI TINGKAT PENYANGRAIAN KOPI DAN KONSENTRASI BUBUK KAYU MANIS"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

50 Nichmah, dkk. Kopi Kayu Manis Celup Dengan Variasi Tingkat

___TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN___

KOPI KAYU MANIS CELUP DENGAN VARIASI TINGKAT PENYANGRAIAN KOPI DAN KONSENTRASI BUBUK KAYU MANIS

Variation of Coffee Roasting Level and Cinnamon Powder Concentration on Production of Cinnamon Coffee

Lailatul Nichmah*, Sih Yuwanti, Sony Suwasono

Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Jember Jalan Kalimantan 37, Kampus Tegal Boto Jember 68121

*E-mail: sihyuwanti.ftp@unej.ac.id

ABSTRACT

Coffee powder as one of the processed products of the roasting coffee had a weakness that was giving a waste of brewing dreg. One of the efforts which could be done to reduce the brewing dreg was by making the dip coffee. Besides the dip coffee, the herbal coffee products such as the cinnamon was one of the diversification products of the processed coffee to obtain a new aroma and flavour and to obtain the healthy effect. This research aimed to know the dip cinnamon coffee characteristics by the roasting coffee difference level, the cinnamon powder concentration, and the treatment which resulted a good dip cinnamon coffee on its physical, chemical and organoleptic characteristics. This research used the Completely Randomized Design (RAL) which consisted two factors; they were the roasting coffee level (light, medium, dark) and the cinnamon powder concentration (2%, 4%, 6%). Each treatment was used 3 repetitions. The physical and chemical characteristics test and the organoleptic preference were done on the dip cinnamon coffee product. The gained data of this research was calculated and analyzed using ANOVA and descriptive which were described in histogram. The research result showed that the best treatment from the chosen affectivity test result was the dark roasting coffee by 2% of the cinnamon powder concentration which resulted 26.13 of the lightness steeping value, 0.60% of sari content, 34.46 mg GAE/gram of the polyphenol total, 70.34% of antioxidant activity, color preference 7.08 (more prefer), aroma preference 7.04 (more prefer), taste preference 6.56 (less prefer), and whole preference 7 (more prefer).

Keywords: Dip coffee; Cinnamon; Roasting level

ABSTRAK

Kopi bubuk sebagai hasil olahan kopi sangrai memiliki kelemahan yaitu masih meninggalkan ampas hasil penyeduhan.

Upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi ampas hasil penyeduhan diantaranya dengan pembuatan kopi celup. Selain kopi celup, produk kopi herbal seperti penggunaan kayu manis juga merupakan salah satu diversifikasi produk olahan kopi untuk memperoleh aroma dan cita rasa baru serta memperoleh efek kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sifat-sifat kopi kayu manis celup dengan perbedaan tingkat penyangraian kopi dan konsentrasi bubuk kayu manis serta perlakuan yang menghasilkan kopi kayu manis celup dengan sifat fisik, kimia, dan organoleptik yang baik. Penelitian ini dirancang dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari dua faktor, yaitu tingkat penyangraian kopi (light, medium, dark) dan konsentrasi bubuk kayu manis (2%, 4%, 6%). Setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Pengujian karakteristik fisik dan kimia serta kesukaan organoleptik dilakukan terhadap produk kopi kayu manis celup. Data yang didapat dari hasil pengamatan diolah dan dianalisis secara ANOVA dan Deskriptif yang digambarkan dengan histogram. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan terbaik dari hasil uji efektivitas yang terpilih adalah perlakuan penyangraian kopi dark dengan konsentrasi bubuk kayu manis 2% yang menghasilkan nilai lightness seduhan 26,13, kadar sari 0,60%, total polifenol 34,46 mg GAE/gram, aktivitas antioksidan 70,34%, kesukaan warna 7,08 (agak suka), kesukaan aroma 7,04 (agak suka), kesukaan rasa 6,56 (sedikit suka), dan kesukaan keseluruhan 7 (agak suka).

Kata Kunci: kopi celup, kayu manis, Tingkat penyangraian

How to citate: Nichmah, L., S. Yuwanti., S. Suwasono. 2019. Kopi Kayu Manis Celup Dengan Variasi Tingkat Penyangraian Kopi Dan Konsentrasi Bubuk Kayu Manis. Berkala Ilmiah Pertanian 2(2): 50-55.

PENDAHULUAN

Pengolahan biji kopi umumnya akan menghasilkan produk berupa biji kopi sangrai yang kemudian dijadikan kopi bubuk.

Namun, kopi bubuk memiliki kelemahan yaitu masih meninggalkan ampas hasil penyeduhan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi ampas hasil penyeduhan adalah dengan pembuatan

kopi celup. Kopi celup adalah kopi bubuk hasil dari biji kopi yang disangrai kemudian digiling, dengan atau tanpa penambahan bahan lain dalam kadar tertentu yang tidak membahayakan kesehatan, dan dikemas dalam kantong khusus untuk dicelup (BSN, 1996).

Penyangraian merupakan salah satu tahapan yang menentukan sifat fisik dan kimia dalam pengolahan kopi (Schenker, 2000), dan mempengaruhi sifat organoleptik (warna, aroma, dan rasa) seduhan panas kopi (Hernandez et al., 2008). Berdasarkan tingkat perlakuan

(2)

panas, penyangraian kopi dapat dikategorikan menjadi light roast, medium roast dan dark roast (Franca et al., 2009). Perbedaan tingkat penyangraian kopi akan menyebabkan terjadinya perubahan sifat fisik maupun kimia, seperti terbentuknya senyawa volatil pembentuk flavor, karamelisasi karbohidrat, dan denaturasi protein yang dapat menciptakan citarasa khas pada kopi (Ciptadi dan Nasution, 1985).

Menurut Hernandez et al. (2008) perbedaan tingkat sangrai mempengaruhi pemecahan dan kerusakan senyawa-senyawa yang terdapat dalam biji kopi sehingga berpengaruh terhadap perubahan komposisi kimia dan sifat organoleptik seduhan kopi.

Selain kopi celup, produk kopi herbal juga merupakan salah satu diversifikasi produk olahan kopi lainnya yang ada di pasaran.

Pembuatan kopi yang dicampur dengan herbal bertujuan untuk memperoleh aroma dan cita rasa baru serta memperoleh efek kesehatan. Salah satu jenis rempah yang memiliki efek kesehatan adalah kayu manis (Cinnamons burmanii blume). Kayu manis banyak digunakan dalam pengolahan makanan dan minuman atau sebagai bumbu masakan tradisional. Menurut penelitian Lee (2002) kayu manis mengandung senyawa sinamaldehid dan sinamil alkohol yang memiliki kemampuan sebagai antioksidan.

Kopi kayu manis celup merupakan produk inovasi yang belum ada di pasaran. Kopi kayu manis celup dapat menjadi alternatif produk berbahan dasar kopi dengan penambahan rempah yang masih mempertahankan kualitas rasa dan aroma khas kopi yang mengandung kayu manis. Kopi kayu manis celup memiliki rasa dan aroma perpaduan antara bubuk kopi dan bubuk kayu manis yang memiliki efek fungsional bagi tubuh karena mengandung senyawa antioksidan.

METODE PENELITIAN

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam pembuatan kopi kayu manis celup adalah kopi robusta hasil pengolahan dengan cara kering yang diperoleh dari koperasi petani kopi Sidomulyo - Jember dan bubuk kayu manis komersial yang diperoleh dari pasar tradisional dengan masa expired 27 Januari 2019. Bahan lain yang digunakan adalah kantong celup, etanol pa, folin ciocalteu, DPPH, Na2CO3, dan aquades.

Peralatan yang digunakan pada penelitian ini antara lain ayakan, oven (Labtech LDO-080N, Korea), color reader (CR-10 Minolta), neraca analitik (Ohaus, USA), eksikator, spektrofotometer (Thermo Scientific Genesys 10S UV-VIS, China), vortex (IKA Genius 3), mesin sangrai kopi (US–4125 A-C Kapasitas 100 gram), dan peralatan gelas.

Rancangan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 2 faktor, yaitu tingkat

penyangraian kopi (light, medium, dark) dan konsentrasi kayu manis (2%, 4%, 6%). Setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali.

Pembuatan Kopi Kayu Manis Celup

Biji kopi robusta sebanyak 100 gram disangrai pada beberapa tingkatan yaitu light selama ±7menit, medium selama ±10 menit, dan dark selama ±16 menit masing-masing pada suhu 150oC. Pada penyangraian, dilakukan pemanasan mesin terlebih dahulu hingga mencapai suhu yang diinginkan. Selanjutnya, biji kopi dimasukkan ke dalam mesin sangrai. Kopi sangrai light, medium dan dark disesuaikan dengan standard warna yang digunakan berdasarkan parameter L (Lightness), berturut-turut yaitu Light:43,3±2; Medium:

38,4±2; dan Dark: 34,9±2. Biji kopi sangrai didinginkan pada suhu ruang kemudian dikecilkan ukurannya dan diayak 60 mesh sehingga didapatkan kopi bubuk. Bahan kedua yaitu bubuk kayu manis dari pasar diayak 60 mesh. Selanjutnya kopi bubuk dicampur dengan bubuk kayu manis konsentrasi (2%, 4%, dan 6%) b/b. campuran kopi bubuk dan bubuk kayu manis sebanyak 4 gram dimasukkan ke dalam kantong celup untuk dikemas.

Penyeduhan Kopi Kayu Manis Celup

Seduhan kopi kayu manis celup dibuat dengan cara sebagai berikut: 4 gram kopi kayu manis celup dalam kantong celup diseduh dengan air mendidih suhu 100oC sebanyak 200 ml selama 15 menit, pencelupan kantong kopi kayu manis celup dilakukan 2 kali dan pengadukan 3 kali menggunakan sendok agar seduhan menjadi homogen. Pengujian tambahan dilakukan pada kopi dan bubuk kayu manis dengan prosedur yang sama untuk total polifenol dan aktivitas antioksidan.

Seduhan kopi kayu manis celup diamati warna (lightness), kadar sari, total polifenol, aktivitas antioksidan, uji oerganoleptik warna, aroma, rasa dan keseluruhan, dan uji efektivitas. Hasil analisa diolah dengan menggunakan ANOVA, jika ada perbedaan maka dilanjutkan dengan uji DMRT (Duncan Multiple Range Test ) pada taraf uji 5% menggunakan aplikasi Microsoft excel 2016. Hasil uji organoleptik diolah secara deskriptif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Warna (Lightness)

Berdasarkan analisa sidik ragam taraf uji 5% diketahui bahwa perlakuan tingkat penyangraian dan konsentrasi kayu manis berpengaruh nyata terhadap warna seduhan kopi kayu manis celup, namun interaksi kedua perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap warna seduhan kopi kayu manis celup yang dihasilkan. Nilai lightness yang dihasilkan dari seduhan kopi kayu manis celup berkisar antara 26,13 – 32,04 seperti pada Gambar 1.

Gambar 1. Grafik nilai lightness seduhan kopi kayu manis celup Semakin tinggi tingkat penyangraian kopi menghasilkan nilai

lightness seduhan kopi kayu manis celup yang semakin rendah.

Selama penyangraian terjadi pembentukan senyawa organik yang dihasilkan dari pirolisis. Pirolisis merupakan reaksi dekomposisi senyawa hidrokarbon antara lain karbohidrat, hemiselulosa, dan selulosa yang ada di dalam biji kopi akibat dari pemanasan. Secara fisik, pirolisis ditandai dengan perubahan warna biji kopi yang semula

kehijauan menjadi kecoklatan. Semakin lama waktu penyangraian maka warna yang dihasilkan akan semakin cokelat kehitaman (Mulato, 2002).

Semakin tinggi konsentrasi bubuk kayu manis yang ditambahkan akan menghasilkan warna seduhan kopi kayu manis celup yang semakin cerah karena bubuk kayu manis memiliki warna coklat yang lebih muda dibandingkan bubuk kopi. Menurut Hariana

Konsentrasi bubuk kayu

manis

(3)

(2008), beberapa kandungan senyawa kimia yang terdapat dalam kayu manis diantaranya minyak atsiri, sinamaldehid, dan tanin. Menurut Wijaya et al. (2010) struktur tanin dengan ikatan rangkap dua yang terkonjugasi pada polifenol sebagai kromofor (pengemban warna) dan adanya gugus (OH) sebagai auksokrom (pengikat warna) dapat menyebabkan warna coklat.

Kadar Sari

Berdasarkan analisa sidik ragam taraf uji 5% diketahui bahwa perlakuan tingkat penyangraian dan konsentrasi kayu manis berpengaruh nyata terhadap kadar sari seduhan kopi kayu manis celup, namun interaksi kedua perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap kadar sari seduhan kopi kayu manis celup yang dihasilkan.

Kadar sari yang dihasilkan pada seduhan kopi kayu manis celup berkisar 0,37 – 0,71% dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Grafik kadar sari seduhan kopi kayu manis celup Semakin tinggi tingkat penyangraian menghasilkan kadar sari

yang lebih tinggi. Hal ini dikarenakan semakin tinggi tingkat penyangraian maka semakin banyak komponen kimia dalam biji kopi yang terdegradasi membentuk komponen yang lebih sederhana seperti karbohidrat, sehingga kadar sari yang dihasilkan semakin meningkat.

Menurut Siswoputranto (1992) penyangraian akan menyebabkan terjadinya perubahan warna, aroma, rasa dan volume biji kopi.

Penyangraian akan memperbesar volume biji kopi sekitar 50-80%

yang disebabkan karena keluarnya senyawa volatil pada biji kopi.

Semakin besar volume biji kopi berpengaruh terhadap tingkat kerapuhannya, dimana meningkatnya kerapuhan pada biji kopi akan menghasilkan kadar sari yang semakin tinggi pula.

Semakin banyak konsentrasi kayu manis yang ditambahkan akan menghasilkan sari kopi yang semakin meningkat. Peningkatan

kadar sari pada seduhan kopi kayu manis celup disebabkan karena kelarutan partikel kayu manis lebih tinggi dibanding bubuk kopi.

Selama proses penyeduhan, bubuk kayu manis lebih mudah larut dalam air. Menurut Gaman dan Sherrington (1992), kadar sari yang tinggi menggambarkan kelarutan partikel yang semakin tinggi pula.

Total Polifenol

Berdasarkan analisa sidik ragam taraf uji 5% diketahui bahwa perlakuan tingkat penyangraian dan konsentrasi kayu manis berpengaruh nyata terhadap total polifenol seduhan kopi kayu manis celup. Interaksi kedua perlakuan berpengaruh nyata terhadap total polifenol seduhan kopi kayu manis celup yang dihasilkan. Kandungan total polifenol seduhan kopi kayu manis celup berkisar antara 30,53 – 54,88 mg GAE/g seperti pada Gambar 3.

Gambar 3. Grafik total polifenol seduhan kopi kayu manis celup Semakin tinggi tingkat penyangraian kopi menghasilkan nilai

total polifenol yang semakin rendah. Hal ini dikarenakan kandungan polifenol dalam biji kopi tidak hanya dipengaruhi oleh jenisnya, namun faktor pemanasan seperti penyangraian juga berpengaruh.

Menurut Widyotomo et al., (2009) perlakuan panas menyebabkan dekomposisi asam klorogenat, flavonoid dan senyawa asam fenolik lainnya pada kopi menjadi senyawa organik lain yang mempunyai sifat larut air. Selain itu, penyangraian mengakibatkan terurainya asam klorogenat menjadi derivat fenol seperti asam kafeat dan asam quinat yang menyebabkan kandungan polifenol dalam kopi menurun (Moon et al., 2009).

Semakin banyak konsentrasi bubuk kayu manis yang ditambahkan akan menghasilkan nilai total polifenol seduhan kopi kayu manis celup yang semakin rendah. Hal ini dikarenakan kandungan polifenol pada kopi lebih besar dibandingkan pada bubuk kayu manis. Kandungan polifenol kayu manis adalah rutin, quercetin, kaemferol, isoharmnetin, dancatechin. Selain itu kayu manis memiliki

komponen bioaktif berupa cinamaldehid, cinnamic acid, cinnamate, dan essential oil (Baker et al., 2008). Senyawa-senyawa tersebut termasuk golongan flavonoid tidak tahan panas sehingga penyeduhan yang terlalu lama dapat merusak flavonoid yang terkandung dalam kayu manis (Azima, 2004).

Aktivitas Antioksidan

Berdasarkan analisa sidik ragam taraf uji 5% diketahui bahwa perlakuan tingkat penyangraian dan konsentrasi kayu manis berpengaruh nyata terhadap aktivitas antioksidan seduhan kopi kayu manis celup. Interaksi kedua perlakuan berpengaruh nyata terhadap aktivitas antioksidan seduhan kopi kayu manis celup yang dihasilkan.

Hasil pengukuran aktivitas antioksidan seduhan kopi kayu manis celup ditunjukkan dengan jumlah persentase penghambatan (%) berkisar antara 66,79 – 86,92 seperti pada Gambar 4.

Konsentrasi bubuk kayu

manis Konsentrasi bubuk kayu

manis

(4)

Gambar 4. Grafik aktivitas antioksidan seduhan kopi kayu manis celup Semakin tinggi tingkat penyangraian kopi menghasilkan

aktivitas antioksidan yang semakin rendah. Hal ini akibat dari pemanasan yang dapat mempercepat oksidasi antioksidan yang terkandung dalam suatu bahan termasuk senyawa fenol (Kettawan et al., 2000). Oksidasi mengakibatkan penurunan aktivitas antioksidan dengan tingkat berbeda yang dipengaruhi oleh jenis komponen antioksidan dalam bahan tersebut. Menurut Walter dan Marchesen (2011) bahwa semakin tinggi total fenol, maka aktivitas antioksidannya akan semakin tinggi pula. Hal ini diperkuat dengan penelitian Jeong (2004) tentang aktivitas antioksidan dan kandungan total fenol dari kulit jeruk yang menyebutkan peningkatan aktivitas antioksidan dapat mengindikasikan bahwa terdapat peningkatan kandungan total fenol.

Semakin banyak penambahan konsentrasi bubuk kayu manis pada seduhan kopi kayu manis celup menurunkan aktivitas antioksidan. Hal ini dikarenakan kandungan aktivitas antioksidan pada kayu manis lebih kecil dibandingkan pada kopi. Menurut Walter dan

Marchesen (2011) bahwa semakin tinggi total fenol maka aktivitas antioksidannya akan semakin tinggi pula, begitupun sebaliknya.

Penurunan aktivitas antioksidan juga disebabkan oleh penyeduhan yang terlalu lama sehingga dapat mengakibatkan kerusakan komponen tidak tahan panas termasuk senyawa fenol pada kayu manis. Menurut Kettawan et al., (2000) komponen yang berperan sebagai antioksidan pada kayu manis berasal dari senyawa fenol yaitu sinamaldehid yang tidak tahan terhadap suhu tinggi, sehingga menurunkan aktivitas antioksidan seduhan yang dihasilkan.

Uji kesukaan warna

Berdasarkan Gambar 5. menunjukkan bahwa nilai rata-rata penilaian panelis terhadap atribut warna yang dihasilkan berkisar 3,4 (agak tidak suka) – 7,08 (agak suka). Nilai tertinggi didapatkan pada seduhan kopi kayu manis celup penyangraian dark dengan konsentrasi kayu manis 2%, sedangkan nilai terendah pada seduhan kopi light dengan konsentrasi kayu manis 2%.

Gambar 5. Grafik tingkat kesukaan warna seduhan kopi kayu manis celup Semakin tinggi tingkat penyangraian kopi maka semakin disukai oleh

panelis. Seduhan kopi dark memiliki warna seduhan hitam sedangkan seduhan kopi light memiliki warna seduhan coklat lemah. Panelis lebih menyukai seduhan kopi yang berwarna hitam dibandingkan coklat lemah yang kurang menarik minat panelis. Warna seduhan kopi dipengaruhi oleh tingkat penyangraiannya, semakin lama waktu penyangraian maka warna biji kopi sangrai mendekati coklat tua kehitaman.

Penambahan kayu manis sebesar 2% pada penyangraian dark disukai oleh panelis dibandingkan dengan penambahan 4% dan 6%, karena dengan penambahan kayu manis 2% warna yang dihasilkan

dari seduhan kopi kayu manis celup tidak menyebabkan warna seduhan kopi berubah. Semakin tinggi penambahan konsentrasi kayu manis akan mengubah warna seduhan kopi menjadi lebih muda dari seduhan kopi pada umunya sehingga tidak disukai oleh panelis.

Uji kesukaan aroma

Berdasarkan Gambar 6. menunjukkan bahwa nilai rata-rata penilaian panelis terhadap atribut aroma berkisar 4,04 (sedikit tidak suka) – 7,24 (agak suka). Nilai tertinggi didapatkan pada seduhan kopi kayu manis dark dengan konsentrasi kayu manis 4%, sedangkan nilai terendah pada seduhan kopi light dengan konsentrasi kayu manis 2%.

Gambar 6. Grafik tingkat kesukaan aroma seduhan kopi kayu manis celup

Konsentrasi bubuk kayu

manis Konsentrasi bubuk kayu

manis Konsentrasi bubuk kayu

manis

(5)

Semakin tinggi tingkat penyangraian kopi menghasilkan aroma seduhan kopi kayu manis celup yang semakin disukai oleh panelis.

Kopi mempunyai senyawa volatil yang berpengaruh terhadap aroma seperti aldehid, keton, dan alkohol yang mudah menguap pada suhu tinggi (Bhara, 2009). Menurut Baggenstoss et al. (2008) terbentuknya aroma yang khas pada kopi disebabkan oleh kafeol dan senyawa komponen pembentuk aroma kopi lainnya.

Penambahan kayu manis 4% pada seduhan kopi kayu manis celup mengasilkan aroma yang lebih disukai oleh panelis dibandingkan dengan penambahan kayu manis 2% dan 6%. Hal ini karena penambahan kayu manis 2% menghasilkan aroma yang kurang kuat pada seduhan kopi kayu manis celup, sedangkan penambahan 6%

menghasilkan aroma yang terlalu tajam khas kayu manis sehingga

kurang disukai oleh panelis. Kayu manis berbau wangi dan beraroma khas ditimbulkan oleh senyawa sinamaldehid dan eugenol. Semakin banyak kadar kayu manis, aroma seduhan yang dihasilkan semakin tajam (Qin et al., 2010).

Uji kesukaan rasa

Berdasarkan Gambar 7. menunjukkan bahwa nilai rata-rata penilaian panelis terhadap atribut rasa yang dihasilkan berkisar 3,6 (agak tidak suka) – 6,72 (sedikit suka). Nilai tertinggi didapatkan pada seduhan kopi kayu manis dark dengan konsentrasi kayu manis 4%, sedangkan nilai terendah pada seduhan kopi light dengan konsentrasi kayu manis 2%.

Gambar 7. Grafik tingkat kesukaan rasa seduhan kopi kayu manis celup Semakin tinggi tingkat penyangraian kopi menghasilkan rasa yang

semakin disukai oleh panelis karena rasa yang dihasilkan akan semakin khas kopi yaitu asam cenderung pahit. Menurut Sari (2000), citarasa pada kopi dipengaruhi oleh hasil degradasi beberapa senyawa seperti karbohidrat, alkaloid, asam klorogenat, senyawa mudah menguap, dan trigonelin. Karbohidrat terdegradasi membentuk sukrosa dan gula-gula sederhana yang menghasilkan rasa manis.

Alkaloid berupa kafein mengalami sublimasi menjadi kafeol. Kafein bersama dengan asam klorogenat dan trigonelin memberikan rasa pahit pada kopi.

Seduhan kopi kayu manis celup juga dipengaruhi oleh kayu manis yang ditambahkan. Panelis lebih menyukai seduhan kopi kayu manis dengan penambahan kayu manis 4% dibandingkan dengan penambahan kayu manis 2% dan 6%. Hal ini karena pada penambahan kayu manis 2% rasa seduhan yang dihasilkan masih

terlalu dominan rasa kopi, sedangkan pada seduhan kayu manis 6%

menghasilkan rasa kayu manis yang terlalu kuat sehingga tidak disukai oleh panelis. Kandungan sinamaldehid dan eugenol pada kayu manis selain menimbulkan aroma wangi, juga menimbulkan rasa yang khas kayu manis (Qin et al., 2010). Semakin banyak penambahan kayu manis, rasa yang dihasilkan akan semakin kuat.

Uji kesukaan keseluruhan

Berdasarkan Gambar 8. menunjukkan bahwa tingkat kesukaan secara keseluruhan terhadap seduhan kopi kayu manis celup pada tingkat penyangraian dark dengan konsentrasi kayu manis 4%

paling disukai oleh panelis, sedangkan nilai terendah pada seduhan kopi light dengan konsentrasi kayu manis 2%.

Gambar 8. Grafik tingkat kesukaan keseluruhan seduhan kopi kayu manis celup Secara keseluruhan kopi yang dihasilkan dari tingkat

penyangraian dark lebih disukai panelis dibandingkan penyangraian light dan medium. Hal ini dikarenakan semakin tinggi tingkat penyangraian maka senyawa pembentuk aroma dan citarasa pada biji kopi semakin kuat (Sari, 2000). Salah satu komponen yang mempengaruhi citarasa pada kopi yaitu kafein. Seduhan kopi light menghasilkan rasa seduhan kopi yang lemah, sedangkan seduhan medium menghasilkan rasa seduhan kopi yang belum kuat seperti pada seduhan kopi dark. Semakin kuat rasa dan semakin hitam warna seduhan maka semakin disukai oleh panelis.

`Penambahan kayu manis 4% pada seduhan kopi kayu manis celup secara keseluruhan lebih disukai oleh panelis dibandingkan penambahan kayu manis 2% dan 6%, hal ini dikarenakan dengan penambahan kayu manis 4% pada seduhan kopi kayu manis celup

menghasilkan rasa, aroma dan warna antara perpaduan kopi dan kayu manis yang sesuai dengan kesukaan panelis.

Uji efektivitas

Uji efektivitas ditentukan berdasarkan metode indeks efektivitas untuk mengetahui perlakuan terbaik pada seduhan kopi kayu manis celup. Parameter yang digunakan dalam uji efektivitas ini yaitu total polifenol, aktivitas antioksidan, dan uji organoleptik yang meliputi warna, aroma, rasa, dan keseluruhan. Nilai efektivitas kopi kayu manis celup dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Uji efektivitas seduhan kopi kayu manis celup yang dihasilkan dari berbagai tingkat penyangraian dan konsentrasi kayu manis

Konsentrasi bubuk kayu

manis Konsentrasi bubuk kayu

manis

(6)

Sampel Nilai Efektivitas

Light 2% 0,345

Light 4% 0,359

Light 6% 0,309

Medium 2% 0,519

Medium 4% 0,541

Medium 6% 0,474

Dark 2% 0,702

Dark 4% 0,698

Dark 6% 0,612

Nilai efektivitas pada seduhan kopi kayu manis celup yang tertinggi pada seduhan kopi penyangraian dark dengan penambahan 2% dengan nilai efektivitas sebesar 0,702. Perlakuan seduhan kopi dark konsentrasi kayu manis 2% memiliki nilai total polifenol 34,46 mg GAE/gram, aktivitas antioksidan 70,34%, uji organoleptik warna 7,08 (agak suka), aroma 7,04 (agak suka), rasa 6,56 (sedikit suka), dan keseluruhan 7 (agak suka).

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian ini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Semakin tinggi tingkat penyangraian kopi menyebabkan penurunan kandungan total polifenol, aktivitas antioksidan, nilai kecerahan (lightness), namun meningkatkan kadar sari seduhan kopi kayu manis celup yang dihasilkan;

2. Semakin tinggi penambahan konsentrasi kayu manis menyebabkan penurunan total polifenol dan aktivitas antioksidan, namun meningkatkan nilai kecerahan (lightness) dan kadar sari seduhan kopi kayu manis celup yang dihasilkan;

3. Perlakuan terbaik seduhan kopi kayu manis celup yaitu pada penyangraian dark dengan penambahan konsentrasi kayu manis 2% yang menghasilkan nilai lightness seduhan 26,13, kadar sari 0,60%, total polifenol 34,46 mg GAE/gram, aktivitas antioksidan 70,34%, kesukaan warna 7,08 (agak suka), kesukaan aroma 7,04 (agak suka), kesukaan rasa 6,56 (sedikit suka), dan kesukaan keseluruhan 7 (agak suka).

DAFTAR PUSTAKA

Azima, F. 2004. Aktivitas Antioksidan Dan Antiagregasi Platelet Ekstrak Cassiavera (Cinnamomum Burmanni Ness Ex Blume) Serta Potensinya Dalam Pencegahan Aterosklerosis Pada Kelinci. Tesis. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Badan Standarisasi Nasional. 1996. SNI No.01-4282-1996 Kopi Celup. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.

Baggenstoss, J., Poisson, L., Kaegi, R., Perren, R., dan Escher, F.

2008. Coffe Roasting and Aroma Formation: Application of Different Time and Temperature Conditions. Journal of Agricultural and Food Chemistry 56(14): 5836-5846.

Baker, W.L., Gutierrez-William, G. White., C.M. Kluger., J, Coleman, C.I. 2008. Effect of Cinnamon on Glucose Control and Lipid Parameters. Diabetes Care 31(1): 41-43.

Franca, A. S., J.C.F Mendonça., and S.D. Oliveira. 2005. Composition of green and roasted coffees of different cup qualities. LWT—

Food Sci. and Tech., 38: 709–715.

Gaman, P. M. dan K. B. Sherrington. 1992. Ilmu Pangan: Pengantar Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Hariana, A. 2007. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Seri 2. Jakarta:

Penebar Swadaya.

Hernandez, J.A and Heyd. 2008. Online Assessment of Brighness and Surface Kinetics during Coffee Roasting, Journal of Food Engineering 87(3): 314- 322Ciptadi, W., dan M.Z. Nasution.

1985. Pengolahan Kopi. Institut Pertanian Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian.

Jeong, S. M., Kim, S. Y., Kim, D. R., Nim, D.U., and Lee, S. C. 2004.

Effect of Heat Treatment on The Antioxidant Activity of Extracts from Citrus Peels. Journal-Agric Food Chem 52(3):

3389-3393.

Kettawan, A., Chanlekha, K., Kongkachuichai, R., and Charoensiri, R. Effects of Cooking on Antioxidant Activities and Polyphenol Content of Edible Mushrooms Commonly Consumed in Thailand. Pakistan Journal of Nutrition, 2000;10 (11): 1094-1103

Lee, H.S. 2002. Inhibitory activity of cinnamomun cassia bark- derived component againt rat lens aldosa reductase. J Pharm Sci 5(3): 226-230.

Moon J.K., Hyui Sun Y., Takayuki, S. 2009. Role of Roasting Condition in the Level of Chlorogenic Acid Content in Coffe Acidity. Journal Agri Food Chem 57(12): 5365-5369.

Mulato, S. 2002. Diversifikasi Usaha Berwawasan Lingkungan dalam Pengembangan Industri Kopi Bubuk Skala Kecil Untuk Meningkatkan Nilai Tambah Usaha Tani Kopi Rakyat.

Denpasar: Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia.

Qin B, Panickar KS, Anderson RA. 2010. Cinnamon: Potential role in the prevention of insulin resistance, metabolic syndrome, and type 2 diabetes. Journal of Diabetes Science and Technology 4(3):685–693.

Sari., dan L. Intan. 2001. Mempelajari Proses Pengolahan Kopi Bubuk (Coffea canephora) Alternatif dengan Menggunakan Suhu dan Tekanan Rendah. Skripsi. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Schenker, S. 2000. Impact of roasting conditions on the formation of aroma compounds in coffe beans. Journal of Food. Sci 67(1):60-66.

Siswoputranto, P.S. 1992. Kopi Internasional dan Indonesia.

Yogyakarta: Kanisius.

Walter, M and Marchesen, E. 2011. Phenolic Compounds and Antioxidant Activity of Rice. Brazilian Archives Biology and Technology 54(1): 371-377.

Widyotomo, S., S. Mulato., H.K. Purwadari., dan A.M. Syarief. 2009.

Karakteristik Proses Dekafeinasi Kopi Robusta Dalam Reaktor Kolom Tunggal dengan Pelarut etil Asetat. Pelita Perkebunan 25:101-125.

Wijaya, A., A.F. Fazrin., D.A. Nurul., F.a. Susilo., dan S. Ameliya.

2010. Zat Wara Alam Dalam Daun Asam Jawa (Tamarindus indica L.) Sebagai Pewarna Alam Pada Bahan Tekstil. Skripsi.

Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil Bandung.

Referensi

Dokumen terkait

berusaha memberikan kualitas pelayanan untuk kepuasan pelanggan yang mereka miliki namun terkadang pelanggan memiliki tingkat kepuasan yang berbeda ± beda sehingga

Mengetahui sama ada terdapat hubungan antara masalah-masalah yang dominan daripada aspek masalah alat radas dan bahan kimia, pihak pentadbiran sekolah dan

Bersandarkan masalah yang dihadapi oleh segelintir guru pelatih Fakulti Pendidikan UTM ini, kajian ini perlu dilakukan bagi mengenal pasti masalah stress dalam kalangan guru

Untuk itu perlu dilakukan analisis untuk melihat apakah variabel tarif pajak ekspor minyak sawit dan minyak inti sawit yang ditetapkan oleh pemerintah berpengaruh

Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah mengetahui tata letak ( lay out ) yang digunakan UMKM Jamurku dan tingkat efisiensi serta efektivitas dari tata letak

Wahana komputer, Menjadi Seorang Desainer Grafis (Yogyakarta, Andi; 2007), hal.1.. network, belum sampai disitu saja website ini juga sudah memiliki sebuah kanal channel

Untuk menyelesaikan permasalah yang ada pada toko Ria Kencana Ungu, maka penelitian menentukan rumusan masalah yang berupa “bagaimana membangun sistem pengolahan data

Hasil penelitian menunjukkan perbeda- an morfologi, pertumbuhan dan tingkat serangan hama dan penyakit dari 3 spesies yang diteliti (T. tricuspidata, aktivitas kitinase