• Tidak ada hasil yang ditemukan

5B Rizky Azza Assyiffa 1202080046 KTI BIMBINGAN KONSELING

N/A
N/A
rizky azza assyiffa

Academic year: 2022

Membagikan "5B Rizky Azza Assyiffa 1202080046 KTI BIMBINGAN KONSELING"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh: Rizky azza assyiffa NIM: 1202080046

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI BANDUNG

BANDUNG 2022

(2)

Abstrak

Pasantren juga merupakan lembaga pendidikan Islam tertua dan berfungsi sebagai salah satu pilar pertahanan Islam, pusat dakwah dan pusat pengembangan masyarakat di Indonesia. Tujuan Pasanteren secara keseluruhan adalah untuk mengembangkan siswa menjadi manusia yang berkepribadian Islami yang dengan ilmu agamanya dapat menularkan ajaran Islam kepada masyarakat sekitar melalui ilmu dan amalannya. Dalam dunia pendidikan, pesantren merupakan lembaga yang tidak hanya mendidik secara intelektual, tetapi juga menanamkan sikap dan moral keagamaan dan sosial. Tak heran, pesantren kerap disebut-sebut sebagai lembaga pembentuk karakter. Padahal, tujuan pendidikan Islam yang sebenarnya ditemukan di pesantren. Pembahasan ini didasarkan pada penelitian lapangan yang bertujuan untuk memperoleh informasi berupa wawancara dan dokumen pesantren tentang variabel penelitian.

Penelitian lapangan dilakukan dengan cara terjun langsung ke lapangan untuk mendapatkan informasi yang valid sehingga dapat dipertimbangkan kebenarannya. Dalam penelitian ini, informasi yang diperoleh melalui wawancara mendalam dan telaah dokumen dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif analitis. Data yang terkumpul disusun dan dianalisis. Analisis ini bermanfaat bagi penulis dalam upayanya untuk menyelidiki lebih lanjut masalah efektivitas hukuman dalam mendisiplinkan siswa dan pengaruhnya terhadap pola pikir.

Kata Kunci : Efektifitas Hukuman Terhadap Kedisiplinan Santri.

i

(3)

Pada umumnya pemidanaan biasanya didasarkan pada kejahatan, pencurian, penganiayaan, dan lain-lain. Berbeda dengan pendidikan, siswa yang melanggar norma dan aturan yang berlaku di lembaga pendidikan akan dihukum. Hukuman digunakan untuk menakut-nakuti siswa atau untuk mengajarinya agar tidak melakukan perbuatan buruk yang dikhawatirkan akan menjadi kebiasaan yang nantinya dapat merusak kehidupannya di kemudian hari. Karena hukuman merupakan alat pendidikan yang juga digunakan dalam pendidikan[ CITATION Dai73 \l 1057 ]. Ini karena hukuman adalah salah satu dari banyak alat lain yang digunakan untuk memperkuat perilaku yang diinginkan dan mengurangi perilaku yang tidak diinginkan [ CITATION Noe99 \l 1057 ].

Secara psikologis, hukuman dapat dilihat sebagai sumber motivasi bagi semua perilaku manusia. Misalnya, seorang siswa menghindari mencontek dalam ujian karena dia tahu bahwa menyontek adalah hal yang buruk dan dapat mengakibatkan hukuman, mis. Dari segi pendidikan, sertifikat dan hukuman sekolah merupakan sarana pengajaran di dalam dan di luar sekolah, yaitu sebagai sarana untuk mengembangkan kepribadian siswa.[ CITATION MAt90 \l 1057 ]. Disiplin pada dasarnya adalah sesuatu yang dapat dipraktekkan. Pelatihan kedisiplinan diharapkan dapat meningkatkan pengendalian diri, karakter atau keteraturan dan efisiensi. Secara ringkas dapat disimpulkan bahwa disiplin berkaitan dengan pengendalian diri, sehingga seseorang dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah, sehingga dianggap dapat mendorong perilaku tanggung jawab dalam jangka panjang.

Salah satu lembaga pendidikan nonformal Indonesia yaitu pesantren juga menerapkan berbagai peraturan dan ketentuan yang menggunakan hukuman

1

(4)

2

sebagai bentuk penjatuhan hukuman bagi pelanggarnya. Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan yang mengamalkan pendidikan agama.

Pendidikan tidak hanya diselenggarakan sebagai proses penyampaian pengetahuan dan kompetensi, tetapi juga mentransmisikan nilai-nilai moral dan keyakinan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Pesantren juga merupakan lembaga sosial dan lembaga keagamaan yang walinya juga pemimpin umat yang menjadi rujukan legitimasi warganya. Proses belajar mengajar di pesantren terkesan demokratis karena tidak ada batasan usia, tidak ada absen dan tidak ada pengelompokan menurut tingkat intelektualitas[ CITATION Dur90 \l 1057 ].

B. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bagaimana bentuk hukuman yang diberikan kepada santri yang melanggar peraturan di pondok pesantren Ar-Raaid Bandung.

2. Untuk mengetahui apakah hukuman yang diberikan pada santri yang melanggar peraturan di pondok pesantren Ar-Raaid Bandung.

3. Untuk mengetahui bagaimana upaya apa yang di terapkan di pondok pesantren Ar-Raaid dalam menangani santri yang tidak mengikuti peraturan

C. Manfaat Penelitian

1. Mengetahui efektifitas hukuman terhadap kedisiplinan santri di Pondok Pesantern Ar-Raaid

2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi bagi para pendidik dalam menerapkan kedisiplinan santri di pondok pesantren Ar-Raaid Bandung

3. Memberikan landasan bagi para peneliti lain yang sejenis dala rangka memecahkan masalah santri.

(5)
(6)

KERANGKA TEORITIS A. Bimbingan Konseling

Secara etimologis, kata guidance merupakan terjemahan dari kata bahasa Inggris “guidance”. Kata "bimbingan" adalah kata benda yang berasal dari kata kerja "opasta", yang berarti menunjukkan, membimbing atau mengarahkan orang lain ke arah yang benar. Secara umum konseling adalah bantuan yang diberikan secara sistematis kepada seseorang atau masyarakat untuk mengembangkan potensi dirinya dalam mengatasi berbagai masalah sehingga dapat menentukan gaya hidupnya sendiri secara bertanggung jawab tanpa bergantung pada orang lain. orang, dan bantuan dilakukan secara bertanggung jawab [ CITATION Sam101 \l 1057 ].

Istilah konseling berasal dari kata “konseling” yang artinya kurang lebih seperti “memberikan nasehat” atau “memberikan nasehat”. Konseling juga bertujuan untuk memberikan nasehat atau saran kepada orang lain secara tatap muka. Oleh karena itu, konseling berarti memberikan nasihat pribadi kepada orang lain, yang terjadi secara tatap muka. Konseling dapat dipahami sebagai membantu individu memecahkan masalah hidup melalui percakapan atau dengan cara yang sesuai dengan keadaan individu untuk mencapai kesejahteraan dalam hidup. Secara umum, program bimbingan konseling dilaksanakan dengan tujuan sebagai berikut:

 Membantu individu dalam mencapai kebahagiaan hidup pribadi.

 Membantu individu dalam mencapai kehidupan yang efektif dan produktif dalam masyarakat.

 Membantu individu dalam mencapai hidup bersama dengan individu- individu yang lain.

 Membantu individu dalam mencapai harmoni antara cita-cita dan kemampuan yang dimilikinya.

Secara umum peran konseling konseling adalah memfasilitasi dan memotivasi klien untuk mengatasi dan memecahkan masalah-masalah kehidupan klien dengan

4

(7)

menggunakan keterampilan-keterampilan yang ada di dalamnya, yaitu fungsi pemahaman, fungsi pencegahan, fungsi pemeliharaan dan pengembangan, dan fungsi advokasi.

a. Fungsi pemahaman adalah fungsi bimbingan konseling yang akan menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak- pihak tertentu sesuai dengan kepentingan pengembangan siswa.

b. Fungsi pencegahan adalah fungsi bimbingan konseling yang akan menghasilkan tercegahnya atau terhindarnya siswa dari berbagai permasalahan yang mungkin timbul yang akan dapat menganggu, menghambat, ataupun menimbulkan kesulitan, kerugian-kerugian tertentu dalam proses perkembangannya.

c. Fungsi pengentasan adalah fungsi bimbingan konseling yang akan menghasilkan terentaskannya atau teratasinya berbagai permasalahan yang dialami individu.

d. Fungsi pemeliharaan dan pengembangan adalah fungsi bimbingan konseling yang akan menghasilkan terpelihara dan terkembangnya berbagai potensi dan kondisi positif siswa dalam rangka perkembangan dirinya secara mantap dan berkelanjutan.

e. Fungsi advokasi adalah fungsi bimbingan konseling yang memberikan pembelaan terhadap siswa yang mendapat perlakuan pertentangan atau melanggar hak-hak pendidikannya.

B. Efektifitas

Efisiensi adalah kata serapan etimologis dari bahasa Inggris, yaitu. efisien menjadi efisien dan selanjutnya menjadi efisiensi, sedangkan efisiensi secara terminologi berarti : "Bisa membawa hasil" [ CITATION Suj84 \l 1057 ].

Sedangkan dalam kamus Ensiklopedia Indonesia. Efektif secara terminologi bearti, ”menunjukkan taraf tercapainya suatu tujuan“ [ CITATION Has83 \l 1057 ]. Ketika kinerja adalah kemampuan untuk melakukan tugas organisasi, aktivitas (operasi, aktivitas program, atau tugas), atau sejenisnya, tidak ada tekanan atau ketegangan di antara para pelaku.

(8)

6

C. Hukuman

Hukuman sebagai salah satu alat pendidikan mendapat perhatian besar dari para filosof dan ahli pendidikan muslim seperti Ibnu Sina,al-Ghozali,alAbdari,Ibnu Khaldun,dan Muhammad Athiyyah al-Abrasyi.Mereka sepakat

berpegang pada perinsip yang menyatakan:

“Menjaga(tindakan preventif) lebih baik ketimbang mengobati (tindakan kuratif)”.

Tindakan kuratif dikatakan sebagai kebiasaan yang buruk dibandingkan dengan tindakan preventif, karena mencegah lebih baik daripada mengobati, ketika seorang anak telah mencoba suatu tindakan buruk dan terlibat di dalamnya, akan lebih sulit lagi untuk menjauhkannya dari tindakan buruk tersebut. Jadi hukuman berupa cara penyembuhan adalah cara yang paling buruk, atau bisa dikatakan cara terakhir setelah cara lain belum efektif digunakan. Hukuman adalah sesuatu yang diberikan kepada seorang anak yang dapat membuat mereka menderita dengan maksud agar penderitaan tersebut dapat mengubah mereka menjadi lebih baik.

Selain pendapat beberapa ahli pendidikan yang mengemukakan pengertian tetang hukuman secara umum, sedangkan dalam syariat Islam telah diterangkan oleh sebah ayat Al-Quran yang dijelaskan bahwa kita di perbolehkankan memberikan hukumankepada orang yang telah melakukan kesalahan, ayat tersebut berbunyi:

(9)

Artinya:

“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita) ,dan karena mereka (laki-laki)telah menafkahkan sebagian dari harta mereka, sebab itu maka wanita yang saleh,ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara(mereka). wanita-wanita yang kamukhawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka jika mereka mentaatimu, maka jaanganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha besar”.(Q.S.An-Nisa‟4:34)

Pada dasarnya hukuman yang dimaksud disini adalah hukuman orang tua, sehingga pendidik diharapkan tidak memberikan hukuman fisik/fisik yang merugikan karena akan berdampak negatif terhadap perkembangan mental anak dan kemungkinan besar tidak akan mengakibatkan penyesalan pada diri anak, tetapi menimbulkan perasaan dendam. pada anak, dan anak juga dapat menyimpan dendam terhadap guru yang memberikan hukuman. Dan akhirnya memperlemah hubungan baik antara guru dan murid, dan jika hukuman yang diberikan efektif, yaitu. anak bisa bertaubat, maka guru tidak boleh memutarbalikkan atau menunjukkan kesalahannya terlebih dahulu, karena hal itu membuat anak merasa minder dan sulit bergaul.

Pada dasarnya setiap anak memiliki banyak perbedaan, baik secara fisik maupun psikis. Perbedaan ini menimbulkan masalah bagi guru dalam mengidentifikasi sikap dan menghukum siswa yang melanggar. Oleh karena itu, seorang guru harus mengetahui dan memahami dengan tepat apa karakter,

(10)

8

kegembiraan, karakter atau moralitasnya. Untuk melakukan ini, guru harus mengenal siswa dengan baik. Jadi dia selalu mempertimbangkan kembali langkahnya saat berhadapan dengan siswa bermasalah. Hukuman mungkin cocok untuk satu anak, tetapi belum tentu untuk anak lainnya.

D. Kedisiplinan

Disiplin merupakan istilah yang sudah populer di masyarakat di berbagai instansi pemerintah maupun swasta. Kami menyukai pekerjaan, transportasi, studi, dan kondisi disiplin lainnya. Masalah kedisiplinan yang dibahas dalam penelitian ini hanya terfokus pada disiplin belajar, disiplin waktu dan disiplin perilaku. Disiplin adalah ketaatan pada penghormatan dan pelaksanaan suatu sistem yang menuntut orang untuk tanpa pamrih tunduk pada keputusan, perintah dan peraturan yang diberlakukan.

Sebagai kata benda, disiplin biasanya berarti tingkah laku dan disiplin menurut peraturan dan ketentuan. Menurut Thomas Gordon, kata disiplin berasal dari bahasa asing, yaitu: “Disiplin, artinya tertib atau teratur. Disiplin juga memiliki dua pengertian yang berbeda, yang pertama sebagaimana disebutkannya adalah disiplin yang cenderung untuk mengontrol sedangkan yang kedua adalah disiplin yang berkaitan dengan memberi arahan, mengikuti dan mengasuh[ CITATION Gor96 \l 1057 ]. Kemudian yang terpenting dalam hal ini adalah siswa harus memiliki sikap disiplin, melakukan latihan-latihan penguatan diri, agar selalu membiasakan diri untuk taat dan meningkatkan pengendalian diri. Disiplin yang berasal dari kesadaran diri lebih membesarkan hati dan tahan lama daripada disiplin yang berasal dari mengendalikan orang lain. Karena bimbingan, seorang siswa yang disiplin bekerja dalam belajar sesuai pilihannya ketika tidak ada bimbingan. Karena itu harus dipenuhi di sekolah berupa koreksi dan sanksi. Disiplin harus diajarkan kepada anak-anak sejak bayi oleh orang tuanya. Anak yang disiplin membutuhkan pengasuhan yang tepat bagi mereka yang sedang belajar. Jika anak sudah mengetahui cara menerapkan disiplin, maka siswa sebagai wujud tindakan disiplin muncul dari kesadarannya, bukan dari paksaan atau paksaan orang lain. Sehingga siswa

(11)

menerapkan pembelajaran secara berkala baik di sekolah maupun di rumah. Dan menciptakan sistem aturan perilaku. Dimana siswa selalu terikat dengan berbagai aturan yang mengatur hubungan dengan lingkungan sekolah dan keluarganya.

(12)

METODE PENELITIAN

Penelitian yang mendeskripsikan efektivitas pemidanaan terhadap kedisiplinan santri di Pondok Pesantren Ar-Raaid Kabupaten Bandung ini merupakan penelitian kualitatif, yaitu penelitian yang menggambarkan keadaan sebenarnya dari fenomena yang diteliti dan membandingkannya dengan teori.

yang sesuai dengan masalah penelitian.

Metodologi kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang diamati. [ CITATION Mol05 \l 1057 ] menyimpulkan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan fenomena yang berkaitan dengan pengalaman peneliti, misalnya perilaku, observasi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara komprehensif dan dengan bantuan deskripsi berupa kata-kata dan bahasa dalam satu pemahaman. . konteks tertentu.

yang secara alami dan dengan berbagai metode alami[ CITATION Sug171 \l 1057 ].

a. Lokasi Penelitian

Lokasi dalam penelitian ini bertempat di Pondok Pesantren Ar-Raaid Kabupaten Bandung. Penelitian ini di lakukan untuk mengetahui Efektifitas Hukuman Terhadap Kedisiplinan Santri di Pondok Pesantren Ar-Raaid Kabupaten Bandung.

b. Subjek Penelitian

Adapun subjek yang di teliti dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Purposive sampling merupakan teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu[ CITATION Sug171 \l 1057 ].

Pertimbangan utama dalam penentuan sampel ini adalah guru-guru yang benar-benar paham mengenai Efektifitas Hukuman Terhadap Kedisiplinan Santri. Subjek penelitian yang di maksud adalah Guru/Ustadzah pengurus pondok pesantren Ar-Raid.

10

(13)

c. Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data penelitian ini, perlu menggunakan yang lazim di pakai oleh para peneliti metode kualitatif, seperti ovservasi, wawancara,dan dokumentasi.

1. Observasi

Menurut Sutrisno Hadi yang dikutip oleh Sugiyono, metode observasi merupakan suatu proses kompleks yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis, dua yang terpenting di antaranya adalah proses persepsi dan memori.[ CITATION Sug171 \l 1057 ]. Menggunakan metode ini penulis secara langsung mengadakan pengamatan mengenai Efektifitas hukuman terhadap kedisiplinan santri di Pondok Pesantren.

2. Wawancara

Survei adalah teknik pengumpulan data lainnya. Pelaksanaannya dapat berlangsung secara langsung maupun tidak langsung di lokasi penelitian.

Alat yang digunakan dapat berupa lembar, observasi, panduan observasi dan lain-lain [ CITATION Sug171 \l 1057 ].

Peneliti secara langsung menemui narasumber dan memberikan pertanyaanpertanyaan terkait dengan tema yang di angkat kepada ustazah/pengurus Pondok Pesantren Ar-Raaid Kabupaten Bandung.

Penggunaan metode ini adalah wawancara langsung yang di ajukan kepada informan yang ada di lokasi Pondok Pesantren. Untuk instrument pengumpulan datanya penulis menggunakan lembar wawancara, di antaranya:

3. Dokumentasi

Gambar 1. Foto bersama Ustadzah/pengurus Pondok Pesantren Ar-Raaid Bandung

(14)

12

Gambar 2. Foto lokasi penelitian (Pondok Pesantren Ar-Raaid)

(15)
(16)

PEMBAHASAN A. Sejarah

Seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi serta berbagai kemudahan akses ilmu pengetahuan, namun tampaknya kita banyak melihat pula ketidakselarasan antara Ilmu dan Amal, maka Ilmu dan Amal tidak bisa terlepas dari kualitas Iman, dan pengelolaan Ruh dan Qalbu yang tercerminkan dalam bingkai Akhlakul Karimah.

Pondok Pesantren Salafy Ar-Raaid didirikan demi cita-cita agung, yaitu ikut serta dalam merealisasikan Pembangunan Nasional dan Revolusi Mental dengan membangkitkan Iman Generasi Muda melalui pendidikan, bimbingan yang Mencetak mahasantri yang tidak hanya berwawasan luas dalam bidang agama dan Ilmu Pengetahuan, namun Memiliki keteguhan Iman, pandai dalam mengelola dan mengasah Qalbu sehingga menjadi Qalbu yang bersih, Qalbun Saliim, Piawai dalam mengelola Ruh dalam suluk untuk terus belajar mencapai wushul kepada Allah SWT serta selalu memiliki optimisme, kerja keras tanpa putus asa sehingga menjadi Mahasantri yang Mandiri dan Berdikari.

Dalam merealisasikan cita-cita agung tersebut, Pondok Pesantren Salafy Ar-Raaid memiliki Fokus pada Studi Kitab Turats (Kitab Kuning) dengan berbagai ranah keilmuan terutama dalam bidang tashawwuf, tauhid dan Fiqh yang berlandaskan paham Ahlusunnah Waljama’ah, Tahfizh Al-Qur’an dan Keterampilan dalam berbahasa Arab dan Bahasa Inggris, di samping itu, Pondok Pesantren Salafy Ar-Raaid melestarikan amaliyah ahlusunnah wal jama’ah Seperti Riyadhoh, Istighosah, Manaqib, Ziarah Wali dll guna mewujudkan Tazkiyyatul Qulub (Pembersihan hati) dan diwadahi dalam pengembangan minat dan bakat serta kewirausahaan sehingga mahasantri mampu mengimbangi perkembangan zaman, serta dapat menebar kemanfaatan kepada Ummat.

B. Visi dan Misi Pondok Pesantren Ar-Raaid

14

(17)

a. Visi

Membangkitkan Iman Mahasantri yang ditopang dengan Program Pondok Pesantren Salafiyah meliputi Kajian Kitab Kuning dengan berbagai ranah keilmuan terutama tashawwuf, Dzikir dan Shalawat serta Tahfizh Al- Qur’an, serta membekali Mahasantri dengan berbagai keterampilan agar terlahir generasi Muda yang Memiliki kekokohan Iman, Kepiawaian dalam mengelola dan mengasah Qalbu, Pandai dalam Mengelola Ruh untuk terus belajar Suluk mencapai wushul kepada Allah, keluasan dalam Ilmu dan Pengamalan serta Mandiri dan Berdikari.

b. Misi

1. Membangkitkan Iman, Membersihkan Hati dengan Berbagai Amaliyah, Shalawat, Riyadhoh, Dzikir dan Manaqib serta Pendalaman dan Penerapan Tashawwuf dalam keseharian Mahasantri yang tercermin dalam bingkai Akhlaqul Karimah serta dalam suluk untuk mencapai wushul kepada Allah SWT.

2. Menyelenggarakan Pengajian Kitab Kuning dengan berbagai rujukan keilmuan dari para Salafus Shalih meliputi Tauhid, Akhlaq, Tashawwuf, Fiqh, Ushul Fiqh, Manthiq, Tafsir, Nahwu, Sharaf, terutama dalam Tashawwuf

3. Mencetak Mahasantri yang tartil dalam bacaan Al-Qur’an, Memiliki hafalan Al-Qur’an yang kuat sehingga menjadi cahaya bagi sanubarinya.\

c. Penyajian Data

1. Proses Pengumpulan Data

Kegiatan wawancara untuk memperoleh data dalam penelitian kualitatif ini dilakukan didalam lingkungan pondok pesantren Ar-Raaid.

Wawancara dilakukan pada Ustadzah/penguru pondok pesantren pada tanggal 21 Desember 2022 pada jam 14:00 diaula pondok pesantren.

(18)

16

2. Hasil Penelitian

Untuk mengetahui hasil penelitian tentang efektivitas hukuman terhadap kedisiplinan santri di Pondok Pesantren Ar-Raaid, penulis turun ke lapangan dan mengolah data yang diperoleh sesuai temuan kemudian disajikan data sesuai hasil tersebut. . terhadap masalah yang disajikan. Dan setelah menganalisis hasil wawancara, observasi dan telaah dokumen, penulis menemukan unsur baru yang berkaitan dengan penelitian ini yaitu unsur pengendalian diri yang merupakan bagian dari disiplin perilaku.

Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, maka didapatkan data sebagai berikut:

a. Hukuman yang diterapkan pada santri yang melanggar

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan pengurus pondok pesantren Ar-Raaid. Adapun pengurus mengatakan bahwasannya hukuman yang ditepakan yaitu berupa hafalan atau menulis sholawat yang tujuannya agar santri dapat mengamalkan dan tetap dekat dengan Allah SWT, selain itu hukuman yang diterapkan bagi santri seperti membersihkan rumah Kyai pondok pesantren selain sebagai pembentuk rasa disiplin, santri dapat menumbuhkan rasa khidmat atau rasa hormat kepada guru.

b. Langkah-langkah Hukuman santri

Santri yang melanggar akan dipanggil terlebih dahulu oleh pengurus dan diberitahu kesalahannya dan diberikan hukuman yang telah berlaku sesuai dengan kesalahan santrinya tersebut, setelah itu para pengurus mengawasi santri tersebut apakah hukuman itu telah di jalankan atau belum.

c. Gangguan Mental akibat hukuman

Pengurus pondok pesantren mengatakan bahwasannya belum ada santri yang merasa terganggu mentalnya karena hukuman yang

(19)

diterapkan, para santri diosana menjalankan hukumannya sebagai rasa tanggung jawab atas kesalahannya.

Di antara unsur-unsur baru yang ditemukan penulis adalah hasil pengolahan data wawancara dan observasi Pengendalian diri, unsur ini merupakan bagian dari unsur disiplin perilaku yang ditambahkan karena sebenarnya banyak pernyataan siswa dan perilakunya yang berkaitan dengan dia. . Elemen. Hukuman terhadap pendisiplinan sudah selayaknya diterima, karena konsekuensi ketaatan adalah ganjaran dan ketidaktaatan adalah hukuman, sedangkan tujuan dari hukuman itu sendiri adalah untuk membantu fungsi sistem dalam lembaga pendidikan.

(20)

18

(21)

pembahasan-pembahasan pada bab-bab terdahulu, dapat dirumusakan beberapa kesimpulan

1. Pemberian hukuman kepada santri yang melanggar disiplin di Pondok Pesantren Ar-Raaid mengedepan kan kepada unsur edukatif tanpa kekerasan fisik, hukuman yang diberikan terhadap siswa dan jenis hukumannya pun berbeda tergantung dan tingkat pelanggarannya dan santri yang melanggarnya.

2. Hukuman yang di terapkan di pondok pesantren ar-raaid terbukti cukup efektif hal ini terbukti pada hasil penelitian keefektifan hukuman berupa para santri merasa jera dan bertanggung jawab saat menjalankan hukumannya.

3. Agar hukuman bisa lebih efektif maka pihak yang berwenang memeberikan penghargaan/hadiah kepada siswa yang mentaati aturan dan begitupun sebaliknya. Pihak yang berwenang atas hukuman juga dituntut untuk benar-benar memahami jenis hukuman dan batasan hukuman untuk setiap kategori pelanggaran yang berlaku di pesantren tersebut.

B. Saran

1. Untuk dewan guru yang termasuk kedalam penggerak disiplin pusat dari semua bagian, agar meninjau ulang kebijakan-kebijakan yang telah diberikan kepada santri untuk ditingkatkan kembali, dengan cara menjaga kebijakan-kebijakan lama yang masih terbukti efektif dalam mendisiplinkan santri dan merumuskan kebijakan-kebijakan baru yang lebih efektif dalam mendisiplinkan santri.

2. Untuk semua santri Pondok Pesantren Ar-Raaid baik itu pengurus maupun anggota, agar senantiasa ikhlas dalam menjalankan disiplin yang di perlukan di Pondok Pesantren , karena setiap disiplin yang

19

(22)

20

diberikan oleh Pondok Pesantren pasti ada manfaatnya untuk diri sendiri yang akan dirasakan nanti setelah menjadi alumni, yaitu akan bias berdisiplin dalam kehidupan sehari-hari walaupun tidak ada yang mengawasi.

(23)

Amir, D. I. (1973). Pengantar Ilmu Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.

Durkheim, E. (1990). Pendidikan Moral, Suatu Teori Dan Aplikasi Sosiologi Pendidikan. Erlangga.

Gordon, T. (1996). Mengajar Anak Berdisiplin Diri di Rumah dan di Sekolah.

Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Lexy, M. (2005). Metodologi Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

M. Athiyah, A.-A. (1990). Dasar-Dasar Pokok Pendidkan Islam. Jakarta: Bulan Bintang.

Noer Aly, H. (1999). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Logos.

Shadily, H. (1983). Sosiologi untuk MasyarakatI ndonesia. Jakarta : PT. Bina Aksara.

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R & D. Bandung: CV Alfabeta.

Sujanto, A. (1984.). Psikologi Perkembangan. Jakarta : Aksara.

21

Referensi

Dokumen terkait

POLA ASUH PANTI ASUHAN AL-FIEN DALAM PENANAMAN KEMANDIRIAN ANAK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu..

• Application of rice husk biochar and other organic soil amendment Application of rice husk biochar and other organic soil amendment applications improve some properties of the

Terlepas dari krisis 2005 di perusahaan komputer, tahun 2008 kampus yang saya bangun di usia belia sejak 7 tahun sebelumnya, mengalami krisis hebat.. Jumlah mahasiswa menurun

SKS matakuliah Pilihan =

Solusinya adalah melibatkan perempuan dalam banyak bidang, sehingga meskipun terjadi ketimpangan gender, perempuan mampu mencari nafkah dan mengurus rumah tangga,

Penulisan Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan D-3 Teknik Informatika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi tentang perbandingan pengaruh dari kedua bentuk latihan senam senam jumsihat terhadap peningkatan kebugaran

Pengukuran kerangka dasar vertikal metode trigonometris pada prinsipnya adalah perolehan beda tinggi melalui jarak langsung teropong terhadap beda tinggi dengan