• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. 1. Penerapan Sanksi Pidana Bagi Terdakwa Dalam Tindak Pidana Yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. 1. Penerapan Sanksi Pidana Bagi Terdakwa Dalam Tindak Pidana Yang"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

A. Hasil Penelitian

1. Penerapan Sanksi Pidana Bagi Terdakwa Dalam Tindak Pidana Yang Menyebabkan Matinya Orang Lain Pada Kasus Kecelakaan Lalu Lintas Oleh Hakim Pengadilan Negeri Salatiga.

Dalam penelitian ini, penulis akan memaparkan perkara kealpaan yang menyebabkan matinya orang lain, sehingga tampak bagaimana penerapan sanksi pidana antara Pasal 359 KUHP dan Pasal 310 ayat 4 UU No. 22 Tahun 2009 tentang LLAJ bagi terdakwa yang menyebabkan matinya orang lain pada kecelakaan lalu-lintas oleh Hakim Pengadilan Negeri Salatiga.

a. Putusan I

Putusan nomor : 98/Pid.B/2009/PN. Sal.

Nama : Muhamad Rifan bin Slamet Riyadi Tempat/tanggal lahir : Kab. Semarang / 7 Februari 1978 Jenis kelamin : Laki-laki

Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat : Desa Sraten Rt. 01 / Rw. II, Kec. Tuntang, Kab. Semarang.

Agama : Islam

Pekerjaan : Swasta Pendidikan : SD

Dakwaan :

Bahwa terdakwa Muhamad Rifan bin Slamet Riyadi pada hari Senin tanggal 8 Juni 2009 sekira jam 22.45 WIB, bertempat di jalan umum tepatnya Jl. Solo-Semarang/ Jl. Fatmawati didepan warung makan Sate Waris Blotongan Sidorejo Kota Salatiga

(2)

atau setidak-tidaknya di tempat lain yang termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Salatiga, karena kesalahannya (kurang hati-hatinya) telah menyebabkan matinya orang lain.

Dengan kronologis sebagai berikut: Senin tanggal 8 Juni 2009 sekiranya jam 19.45 WIB terdakwa mengemudikan kendaraan bermotor jenis pick up Nopol H-1707-RG berangkat dari Suruh Kabupaten Semarang membawa ayam potong menuju ke batas kota Salatiga, sesampainya di Jl. Fatmawati depan warung makan Sate Waris Blotongan Sidorejo Kota Salatiga, terdakwa melihat ada mobil yang tidak terdakwa kenal melintas dari arah Semarang menuju Solo mendahului mobil yang tidak terdakwa kenal pula sejauh + 150 meter dengan menggunakan jalur jalan yang sedang terdakwa lintasi. Dalam situasi yang tidak diduga tersebut terdakwa bereaksi dengan melakukan pengereman mendadak dalam kecepatan + 60 km/jam. Tanpa memperhitungkan kondisi ban kendaraan yang telah gundul, situasi/keadaan jalan yang cukup ramai, jalan licin karena sedang hujan gerimis dan batas pandang tidak maksimal sehingga kendaraan yang terdakwa kemudikan hilang keseimbangan dan berbalik ke sisi kanan menyeberang masuk jalur Semarang-Solo hingga kendaraan terbalik dan bersamaan dengan itu melintas kendaraan berupa sepeda motor suzuki dengan Nopol H-4287-KB, karena tidak menguasai akhirnya

(3)

pengendara motor tersebut hilang keseimbangan dan tidak bisa mengendalikan laju kendaraan dengan baik hingga akhirnya menghantam pick up Nopol H-1707-RG yang terdakwa kemudikan, yang berakibat kendaraan sepeda motor dengan pengemudi bernama Kusmojiarto terjatuh dari sepeda motor dan terpelentang di jalan sekitar setengah meter dari trotoar hingga jatuh terlentang. Akibat perbuatan terdakwa tersebut, korban Kusmojiarto mengalami luka-luka sebelum akhirnya meninggal tanggal 9 Juni 2009 jam 11.07 WIB sebagaimana hasil Visum Et Repertum No.586/PW/P/VI/2009 tanggal 15 Juni 2009 yang ditanda-tangani oleh Dr. Dion Sulistyo (Dokter Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta). Perbuatan terdakwa sebagaimana di atur dan di ancam pidana dalam Pasal 359 KUHP.

Tuntutan Jaksa Penuntut Umum tanggal 20 Oktober 2009, yang pada pokok perkaranya berpendapat dan menuntut dengan memohon agar Majelis Hakim Pengadilan Negeri Salatiga memeriksa, mengadili dan menjatuhkan sebagai berikut:

a. Menyatakan terdakwa Muhamad Rifan bin Slamet Riyadi bersalah melanggar Pasal 359 KUHP.

b. Menjatuhkan Pidana terhadap terdakwa Muhamad Rifan bin Slamet Riyadi dengan pidana penjara selama 1 (satu) tahun 2 (dua) bulan, dikurangi selama terdakwa berada dalam tahanan.

c. Untuk memperkuat dakwaan Jaksa Penuntut Umum mengajukan barang bukti persidangan, berupa: 1 (satu) unit Kmb Pick Up Nopol. H-1707-RG merk Mitsubishi warna hitam tahun 2005,

(4)

1 (satu) lembar STNK Nopol. H-1707-RG atas nama Budi SM, 1 (satu) lembar SIM B1 atas nama Muhamad Rifan dan 1 (satu) unit sepeda motor merk suzuki RC 100 tahun 2002 Nopol. H- 4287-KB tahun 2002 warna hitam, 1 (satu) lembar STNK Nopol H-4287-KB atas nama Kusmujiarto, 1 (satu) lembar SIM C atas nama Kusmujiarto.

d. Menetapkan supaya terdakwa dibebani membayar biaya perkara.

Berdasarkan tuntutan pidana tersebut, selanjutnya Majelis Hakim sebelum menjatuhkan putusannya memberikan pertimbangan sebagai berikut :

a. Unsur barang siapa: menurut undang-undang menunjuk kepada subjek hukum yaitu orang yang melakukan tindak pidana dan dapat dipertanggung-jawabkan dalam keadaan sehat jasmani dan rohani dalam persidangan yang dimaksud adalah terdakwa Muhamad Rifan bin Slamet Riyadi dimana terdakwa selaku subjek hukum telah mampu bertanggung-jawab menurut hukum dan perbuatannya tidak ditemukan adanya hal-hal yang dapat dinilai adanya alasan pemaaf dan pembenaran.

b. Unsur kealpaan atau kelalaian; kurang hati-hati atau lalai, kurang waspada, sembrono, teledor saat mengendarai/mengemudikan kendaraan.

c. Unsur menyebabkan orang lain meninggal dunia; yaitu unsur yang menjadi musabab langsung dari keadaan-keadaan karena kealpaan dari terdakwa.

Hal-hal yang memberatkan ;

Bahwa terdakwa sebagai sopir yang telah berpengalaman selama 16 tahun lebih seharusnya memiliki kepekaan terhadap situasi jalan raya dan memiliki naluri sifat berhati-hatian yang sangat tinggi karena sudah tentu mengetahui akibatnya banyak orang yang cedera di jalan

(5)

raya atau nyawa melayang akibat perbuatan seperti yang dilakukan terdakwa.

Hal-hal yang meringankan :

a. Terdakwa masih muda sehingga diharapkan dapat memperbaiki kelakuannya di kemudian hari.

b. Terdakwa masih mempunyai tanggungan keluarga.

Putusan :

Pada hari senin tanggal 26 Oktober 2009 oleh Hakim Pengadilan Negeri Salatiga dibantu panitera pengganti dan dihadiri oleh penuntut umum dalam Persidangan yang terbuka untuk umum dan dihadiri oleh terdakwa.

Mengadili :

a. Menyatakan terdakwa Muhamad Rifan bin Slamet Riyadi telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana, karena kealpaannya menyebabkan matinya orang lain.

b. Menjatuhkan pidaha terhadap terdakwa tersebut diatas dengan pidana penjara selama 1 (satu) tahun 2 (dua) bulan.

c. Menetapkan lamanya terdakwa berada dalam tahanan dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan kepadanya.

d. Memerintahkan terdakwa tetap berada dalam tahanan.

e. Menyatakan barang-barang bukti, berupa:

1) 1 (satu) unit sepeda motor merk suzuki RC 100 tahun 2002 Nopol. H-4287-KB tahun 2002 warna hitam, 1 (satu) lembar STNK Nopol H-4287-KB atas nama Kusmujiarto, 1 (satu) lembar SIM C atas nama Kusmujiarto dikembalikan kepada pemilik/Krisni Widayati bin Huri.

2) 1 (satu) unit Kmb Pick Up Nopol. H-1707-RG merk Mitsubishi warna hitam tahun 2005, 1 (satu) lembar STNK

(6)

Nopol. H-1707-RG atas nama Budi SM, 1 (satu) lembar SIM B1 atas nama Muhamad Rifan dikembalikan kepada pemilik melalui terdakwa.

3) Membebankan terdakwa untuk membayar biaya perkara sebesar Rp.1.000,-(seribu rupiah).

b. Putusan II

Putusan nomor : 111/Pid.B/2009/PN. Sal.

Nama : Anat Partono bin Iskak Sudarsono Tempat/tanggal lahir : Salatiga / 26 Februari 1962 Jenis kelamin : Laki-laki.

Kewarganegaraan : Indonesia.

Alamat : Perum Mojosongo Permai Rt. 02 Rw. II, Kel.

Mojosongo, Kec. Mojosongo, Kab. Boyolali.

Agama : Islam.

Pekerjaan : Swasta/sopir bis PO. Rajawali.

Pendidikan : SMA.

Dakwaan :

Bahwa terdakwa Anat Partono bin Iskak Sudarsono pada hari Jumat tanggal 31 Juli 2009 sekira jam 13.45, bertempat di depan penjagaan Batalyon 411 Jalan Veteran Kota Salatiga atau setidak- tidaknya di suatu tempat lain yang termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Salatiga karena kesalahannya (kurang hati- hatinya) telah menyebabkan orang lain meninggal dunia. Dengan kronologis sebagai berikut: Pada hari Jumat tanggal 31 Juli 2009 sekiranya jam 13.45 WIB terdakwa dengan mengemudikan bus Rajawali Nopol AD-1560-CA berjalan dari arah Semarang menuju Solo. Sesampainya di komplek Batalyon 411 Salatiga terdakwa bermaksud mendahului kendaraan bermotor yang ada didepannya dengan melanggar marka jalan bergaris lurus, dan ketika posisi

(7)

kendaraan yang dikemudikan terdakwa berada di sisi kanan marka jalan terdakwa melihat ada kendaraan bermotor yang tidak dikenal melaju dari arah berlawanan dan pada saat yang bersamaan sepeda motor Yamaha Nopol H-6790-EV yang dikendarai oleh Nuryanti (korban) berusaha mendahului kendaraan yang ada didepannya.

Dalam situasi tersebut terdakwa tidak dapat mengendalikan laju kendaraanya hingga kemudian berusaha menghindar ke sisi kiri marka, akan tetapi bagian samping kiri belakang bis yang dikendarai terdakwa membentur sepeda motor Yamaha Nopol H- 6790-EV yang dikendarai Nuryanti hingga Nuryanti jatuh dari sepeda motor dan terpental di jalan. Akibat perbuatan terdakwa tersebut korban Nuryanti meninggal dunia sebagaimana visum et repertum No.445/386/PA/07/2009 tanggal 3 Agustus 2009 yang ditanda-tangani oleh Dr. Oriza Sativa dokter RSU Puri Asih Kota Salatiga. Perbuatan terdakwa sebagaimana di atur dan di ancam pidana dalam Pasal 359 KUHP.

Tuntutan Jaksa Penuntut Umum tanggal 23 Oktober 2009, yang pada pokok perkaranya berpendapat dan menuntut dengan memohon agar Majelis Hakim Pengadilan Negeri Salatiga mengadili perkara ini dan memutuskan, sebagai berikut:

a. Menyatakan terdakwa Anat Partono bin Iskak Sudarsono telah terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan perpuatan pidana

“Karena Salahnya Menyebabkan Orang Lain Meninggal Dunia”

sebagaimana tersebut dalam dakwaan melanggar Pasal 359

(8)

KUHP.

b. Menjatuhkan Pidana terhadap terdakwa Anat Partono bin Iskak Sudarsono dengan pidana penjara selama 1 (satu) tahun 3 (tiga) bulan dikurangi selama terdakwa berada dalam tahanan dengan perintah terdakwa tetap berada dalam tahanan.

c. Menyatakan barang bukti, berupa:

- 1 (satu) unit sepeda motor Yamaha Yupiter Nopol H-6790-EV beserta STNK dikembalikan kepada ahli waris korban/Suyatman.

- 1 (satu) unit bus Rajawali Nopol AD-1560-CA.

- 1 (satu) lembar STNK bus Rajawali/PO. Rajawali Nopol AD-1560-CA atas nama Krisdjanto alamat Jl. Ir. Juanda 133 Jebres Solo dikembalikan ke PO. Rajawali/Krisdjanto.

- 1 (satu) buah SIM BII Umum atas nama terdakwa Anat Partono dikembalikan kepada terdakwa.

d. Menetapkan agar terdakwa Anat Partono bin Iskak Sudarsono membayar biaya perkara sebesar Rp. 2.500,- (dua ribu lima ratus rupiah).

Berdasarkan tuntutan pidana tersebut, selanjutnya Majelis Hakim sebelum menjatuhkan putusannya memberikan pertimbangan sebagai berikut :

a. Unsur barang siapa; dalam perkara ini adalah subjek di dalam tindak pidana atau sebagai dadeer (pelaku) yang mampu untuk mempertanggung-jawabkan segala perbuatannya serta tampak sehat baik jasmani maupun rohani, dalam hal ini adalah terdakwa Anat Partono bin Iskak Sudarsono dengan identitas.

b. Unsur kealpaan atau kelalaian; undang-undang tidak memberi penjelasan pengertian lebih lanjut mengenai apa yang dimaksud dengan kealpaan, akan tetapi menurut hukum pidana, kealpaan ditentukan 2 (dua) hal yaitu: tidak ada sifat hati-hati yang

(9)

diharuskan oleh hukum dan tidak ada sifat menduga-duga yang diharuskan oleh hukum. Dalam hal ini terdakwa terlalu ceroboh dan kurang berhati-hati.

c. Unsur menyebabkan orang lain meninggal dunia; yaitu unsur yang menjadi musabab langsung dari keadaan-keadaan karena kealpaan dari terdakwa.

Hal-hal yang memberatkan :

Perbuatan terdakwa telah menyebabkan orang lain meninggal dunia.

Hal-hal yang meringankan :

a. Terdakwa sopan dan belum pernah di hukum.

b. Terdakwa mengakui terus terang perbuatannya sehingga melancarkan jalannya persidangan serta menyesalinya.

c. Terdakwa telah memberikan bantuan kepada keluarga korban Nuryanti dan telah ada pernyataan perdamaian.

Putusan :

Pada hari Rabu tanggal 28 Oktober 2009 oleh Hakim Pengadilan Negeri Salatiga dibantu panitera pengganti dan dihadiri oleh penuntut umum dalam Persidangan yang terbuka untuk umum dan dihadiri oleh terdakwa.

Mengadili :

a. Menyatakan terdakwa Anat Partono bin Iskak Sudarsini terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana Karena Kealpaannya Menyebabkan Orang Lain Mati.

b. Menjatuhkan pidana atas diri terdakwa, oleh karena itu dengan pidana penjara selama 9 (sembilan) bulan.

c. Menetapkan masa penahanan yang telah dijalani terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan.

d. Memerintahkan agar terdakwa tetap di tahan.

e. Menetapkan barang bukti, berupa:

(10)

- 1 (satu) unit sepeda motor Yamaha Yupiter Nopol H-6790-EV.

- 1 (satu) buah STNK Nopol H-6790-EV. Dikembalikan kepada ahli waris korban/saksi Suyatman bin Nuryadi.

- 1 (satu) unit bus Rajawali Nopol AD-1560-CA.

- 1 (satu) lembar STNK bus Rajawali/PO. Rajawali Nopol AD-1560-CA atas nama Krisdjanto alamat Jl. Ir. Juanda 133 Jebres Solo. Dikembalikan ke PO Rajawali/Krisdjanto.

- 1 (satu) buah SIM BII Umum atas nama terdakwa Anat Partono, dikembalikan kepada terdakwa.

- Membebankan kepada terdakwa untuk membayar biaya perkara sebesar Rp. 2.500,- (dua ribu lima ratus rupiah).

c. Putusan III

Putusan nomor : 140/Pid.B/2010/PN. Sal.

Nama : Mohamad Muhlisin bin Juremi Tempat/tanggal lahir : Kab. Boyolali / 07 Desember 1979 Jenis kelamin : Laki-laki.

Kewarganegaraan : Indonesia.

Alamat : Dusun Karangmojo RT.03 RW.01, Kel.

Karangmojo, Kec. Klego, Kab. Boyolali.

Agama : Islam.

Pekerjaan : Sopir.

Dakwaan :

Bahwa terdakwa Mohamad Muhlisin bin Juremi (Alm) pada hari Kamis tanggal 29 Juli 2010 sekira jam 22.35 WIB, bertempat di Jalan Soekarno-Hatta perempatan Tingkir Kec. Tingkir, Kota Salatiga atau setidak-tidaknya di suatu tempat lain yang termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Salatiga mengemudikan kendaraan bermotor yang karena kelalaiannya mengakibatkan kecelakaan sehingga menyebabkan orang lain meninggal dunia

(11)

dengan kronologis sebagai berikut: Pada hari Kamis tanggal 29 Juli 2010 sekiranya jam 22.30 WIB terjadi kecelakaan lalu lintas diperempatan tingkir dari arah Solo menuju Suruh antara truk Nopol AD-1485-JD dikemudikan oleh terdakwa dengan sepeda motor honda Nopol H-3206-QB dari arah Salatiga menuju Solo.

Pada saat itu lampu menyala hijau detik ke 26, kecepatan 40 km/jam, tidak berhenti karena lampu hijau. Pada saat truk akan belok sepeda motor sudah bergerak dari arah Salatiga. Sepeda motor korban sempat mengerem namun kendaraan yang dikendarai terdakwa tidak bisa menghindar dan terjadilah kecelakaan. Terdakwa sudah mengerti bahwa lampu hijau diperempatan tingkir bisa menyala bersama-sama dari arah Solo dan dari arah Semarang. Karena terdakwa ingin mendahului maka segera berbelok. menurut pasal 112 ayat 1 UU No. 22 Tahun 2009 ditegaskan bahwa :

“pengemudi kendaraan yang akan berbelok atau berbalik arah wajib mengamati situasi lalu lintas di depan, disamping dan dibelakang kendaraan serta memberikan isyarat lampu petunjuk arah atau isyarat tangan berlaku ketika jalur lurus sama-sama lampu menyala hijau.”

Akibat perbuatan terdakwa tersebut korban Adi Supriyanto meninggal dunia sebagaimana visum et repertum No.370/1486 tanggal 29 Juli 2010 yang ditanda-tangani oleh Dr. Yenni di RSU Salatiga, setelah mengalami perawatan penderita di rujuk ke RS.

Dr. Oen Solo Baru Sukoharjo kemudian meninggal dunia

(12)

dipertegas dalam visum et repertum No. 948/A/SB/RM/VIIV2010 tanggal 20 Agustus 2010 ditandatangani Dr. Dhian Prasetyo A dan diketahui Dr. Wibowo Sadajana M.Kes.

Perbuatan terdakwa sebagaimana di atur dan di ancam pidana dalam Pasal 310 ayat 4 UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

Tuntutan Jaksa Penuntut Umum tanggal 29 Nopember 2010, yang pada pokok perkaranya memohon agar Majelis Hakim Pengadilan Negeri Salatiga mengadili dan memutuskan perkara ini, sebagai berikut:

a. Menyatakan terdakwa Mohamad Muhlisin bin Juremi (Alm) telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melalukan tindak pidana “Karena Kelalaiannya Mengemudikan Kendaraan Bermotor Mengakibatkan Kecelakaan Lalu Lintas Yang Menyebabkan Orang Lain Meninggal Dunia” diatur dan diancam pidana menurut Pasal 310 ayat 4 UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan sebagaimana dalam dakwaan tunggal.

b. Menjatuhkan Pidana terhadap terdakwa Mohamad Muhlisin bin Juremi (Alm) dengan pidana penjara selama 6 (enam) bulan dengan perintah terdakwa tetap ditahan.

c. Menetapkan barang bukti, berupa:

- 1 (satu) unit kendaraan bermotor truk Nopol AD-1485-JD.

- STNK kendaraan bermotor jenis truk Nopol AD-1485-JD atas nama Rohmad K. Alamat Karangmojo RT.03 RW.01 Karangmojo Klego Boyolali Tahun 1991, warna kuning, No.

Ka: FEII9003103, No. Sin: Ad34COY3103. Dikembalikan kepada pemiliknya yang berhak.

- SIM B-1 atas nama Mohamad Muhlisin yang dikeluarkan oleh

(13)

Satlantas Polres Purwodadi. Dikembalikan kepada terdakwa.

- 1 (satu) sepeda motor Honda Nopol H-3206-QB.

- STNK sepeda motor Nopol H-3206-QB atas nama Adi Supriyanto alamat Jl. Imam Bonjol 89 RT.03 RW.01 Sidorejo Lor Salatiga Tahun 2007 warna hitam biru No. Ka:

MH1JB51137K894393, No. Sin: JB51E1882015.

- SIM C atas nama Adi Supriyanto yang dikeluarkan Polres Salatiga. Dikembalikan kepada ahli waris korban Adi Supriyanto.

d. Menetapkan supaya terdakwa dibebani biaya perkaran sebesar Rp. 2.500,- (dua ribu lima ratus rupiah).

Berdasarkan tuntutan pidana tersebut, selanjutnya Majelis Hakim sebelum menjatuhkan putusannya memberikan pertimbangan sebagai berikut :

a. Unsur setiap orang; dalam perkara ini adalah siapapun juga yang dapat menjadi subjek hukum dan mampu bertanggungjawab dalam hal ini adalah pelaku dari tindak pidana, sesuai dengan fakta yang terungkap dipersidangan baik melalui keterangan saksi-saki dan keterangan terdakwa sendiri menunjuk kepada pelalku dari tindak pidana ini yaitu Mohamad Muhlisin bin Juremi (Alm).

b. Unsur kesalahan/kelalaian : kekuarang hati-hatian atau lalai, kurang waspada, sembrono atau teledor. Kealpaan ditentukan 2 (dua) hal yaitu tidak ada sifat hati-hati dan tidak ada sifat menduga-duga yang diharuskan oleh hukum. Dalam hal ini terdakwa terlalu ceroboh dan kurang berhati-hati.

c. Unsur menyebabkan orang lain meninggal dunia; yaitu unsur yang menjadi musabab langsung dari keadaan-keadaan karena kealpaan dari terdakwa.

(14)

Hal-hal yang memberatkan :

Perbuatan terdakwa meresahkan masyarakat.

Hal-hal yang meringankan :

a. Terdakwa menyesali perbuatannya.

b. Terdakwa mengakui terus terang perbuatannya.

c. Terdakwa belum pernah di hukum.

Putusan :

Pada hari Senin tanggal 6 Desember 2010 oleh Hakim Pengadilan Negeri Salatiga dibantu panitera pengganti dan dihadiri oleh penuntut umum dalam Persidangan yang terbuka untuk umum dan dihadiri oleh terdakwa.

Mengadili :

a. Menyatakan terdakwa Mohamad Muhlisin bin Juremi (Alm) terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “Karena Kelalaiannya Mengemudikan Kendaraan Bermotor Mengakibatkan Kecelakaan Lalu Lintas yang Menyebabkan Orang Lain Meninggal Dunia”.

b. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa tersebut, dengan pidana penjara selama 5 (lima) bulan.

c. Memerintahkan agar lamanya terdakwa di dalam tahanan dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan.

d. Menetapkan agar terdakwa tetap berada dalam tahanan.

e. Menetapkan agar barang bukti, berupa:

- 1 (satu) unit kendaraan bermotor truk Nopol AD-1485-JD.

- STNK kendaraan bermotor jenis truk Nopol AD-1485-JD atas nama Rohmad K. Alamat Karangmojo RT.03 RW.01 Karangmojo Klego Boyolali Tahun 1991, warna kuning, No.

Ka: FEII9003103, No. Sin: Ad34COY3103. Dikembalikan

(15)

kepada pemiliknya yang berhak.

- SIM B-1 atas nama Mohamad Muhlisin yang dikeluarkan oleh Satlantas Polres Purwodadi. Dikembalikan kepada terdakwa.

- 1 (satu) sepeda motor Honda Nopol H-3206-QB.

- STNK sepeda motor Nopol H-3206-QB atas nama Adi Supriyanto alamat Jl. Imam Bonjol 89 RT.03 RW.01 Sidorejo Lor Salatiga Tahun 2007 warna hitam biru No. Ka:

MH1JB51137K894393, No. Sin: JB51E1882015.

- SIM C atas nama Adi Supriyanto yang dikeluarkan Polres Salatiga. Dikembalikan kepada ahli waris korban Adi Supriyanto.

- Membebankan biaya perkara kepada terdakwa sebesar Rp. 2.500,- (dua ribu lima ratus rupiah).

c. Putusan IV

Putusan nomor : 185/Pid.B/2010/PN. Sal.

Nama : Sutomo bin Purwo Martono Tempat/tanggal lahir : Klaten / 25 nopember 1961 Jenis kelamin : Laki-laki.

Kewarganegaraan : Indonesia.

Alamat : Tombol RT.01 RW.08 Desa Dalangan, Kec.

Tulung, Kab. Klaten.

Agama : Islam.

Pekerjaan : Swasta.

Dawaan :

Bahwa terdakwa Sutomo bin Purwo Martono pada hari Rabu tanggal 24 Nopember 2010 sekira jam 04.30 WIB, bertempat di Jalan Osamaliki dekat LPK Aquarius Jetis, Kel. Sidorejo Lor, Kec. Sidorejo, Kota Salatiga atau setidak-tidaknya di suatu tempat lain yang termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Salatiga karena kelalaiannya telah menyebabkan orang lain meninggal dunia dengan kronologis

(16)

sebagai berikut: Terdakwa dengan mengemudikan bus Rosalia Indah Nopol AD-1490-DA warna putih kombinasi jurusan Jakarta-Solo melintas di Jl. Osamaliki di depan LPK Aquarius Salatiga dengan kecepatan + 60-70 km/jam, dalam keadaan situasi jalan yang menurun dan menikung. Bus yang dikemudikan terdakwa berjalan terlalu ke kanan hingga melebihi garis marka jalan ±1,5 meter dan saat itu terdakwa juga tidak membunyikan klakson. Dari arah berlawanan muncul sepeda motor Honda Nopol AD-2867-TE warna hitam merah yang dikendari Suparno. Karena terdakwa saat mengemudikan tidak memperharikan kondisi jalan yang menurun dan menikung serta tidak membunyikan klakson dan tidak mengurangi kecepatan sehingga bus yang dikemudikan terdakwa menabrak sepeda motor yang dikendarai korban Suparno hingga jatuh terpental diatas trotoar. Akibat perbuatan terdakwa, korban meninggal dunia di RSUD Kota Salatiga sesuai dengan visum et repertum No.370/2139 tanggal 24 Nopember 2010 yang ditanda-tangani oleh Dr. Lina Nur Irmawati.

Perbuatan terdakwa sebagaimana di atur dan di ancam pidana dalam Pasal 310 ayat 4 UU No. 22 Tahun 2009 tentang LLAJ.

Tuntutan Jaksa Penuntut Umum yang pada pokok perkaranya berpendapat dan menuntut dengan memohon agar Majelis Hakim Pengadilan Negeri Salatiga mengadili perkara ini dan memutuskan, sebagai berikut:

a. Menyatakan terdakwa Sutomo bin Purwo Martono secara sah dan meyakinkan telah terbukti melakukan perbuatan pidana “yang

(17)

mengemudikan kendaraan bermotor yang karena kelalaiannya mengakibatkan kecelakaan lalu lintas mengakibatkan orang lain meninggal dunia” sebagaimana tersebut dalam dakwaan melanggar Pasal 310 ayat 4 UU No. 22 Tahun 2009.

b. Menjatuhkan Pidana terhadap terdakwa Sutomo bin Purwo Martono dengan pidana penjara selama 8 (delapan) bulan dikurangi selama terdakwa dalam tahanan dengan perintah terdakwa tetap ditahan.

c. Menyatakan barang bukti, berupa:

- 1 (satu) unit mobil bus Nopol AD-1490-DA warna putih.

- 1 (satu) lembar STNK AD-1490-DA atas nama Suroso/ PO.

Bus Rosalia Indah dikembalikan kepada Suroso/ PO. Rosalia Indah.

- SIM BI Umum atas nama Sutomo dikembalikan kepada terdakwa.

- 1 (satu) unit sepeda motor Honda Nopol AD-2867-TE.

- 1 (satu) lembar STNK Nopol AD-2867-TE atas nama Suparno.

- 1 (satu) lembar SIM C atas nama Suparno, dikembalikan kepada istri korban atas nama Sri Martini.

d. Menetapkan agar terdakwa Sutomo bin Purwo Martono membayar biaya perkara sebesar Rp. 2.500,- (dua ribu lima ratus rupiah).

Berdasarkan tuntutan pidana tersebut, selanjutnya Majelis Hakim sebelum menjatuhkan putusannya memberikan pertimbangan sebagai berikut :

a. Unsur setiap orang; dalam perkara ini adalah subjek di dalam tindak pidana atau sebagai dadeer (pelaku) yang mampu untuk mempertanggung-jawabkan segala perbuatannya serta tampak sehat baik jasmani maupun rohani, dalam hal ini adalah terdakwa

(18)

Sutomo bin Purwo Martono dengan identitas.

b. Unsur mengemudikan kendaraan bermotor; setiap kendaraan yang digerakkan oleh peralatan mekanik berupa mesin selain kendaraan yang berjalan diatas rel, sedangkan yang dimaksud kealpaan ialah kekuarang hati-hatian atau lalai, kurang waspada, sembrono atau teledor. Kealpaan ditentukan 2 (dua) hal yaitu tidak ada sifat hati- hati yang diharuskan oleh hukum dan tidak ada sifat menduga- duga yang diharuskan oleh hukum. Dalam hal ini terdakwa menjadi sopir Bus Rosalia Indah sudah lama dan mempunyai SIM B I Umum, tindakan terdakwa terlalu ceroboh dan kurang berhati- hati.

c. Unsur karena kelalaiannya mengakibatkan orang lain meninggal dunia; yang dimaksud dengan kealpaan/kelalaian dalam hal ini undang-undang tidak memberi penjelasan pengertian lebih lanjut mengenai apa yang dimaksud dengan kealpaan, akan tetapi menurut hukum pidana diharuskan oleh hukum pidana, kealpaan ditentukan 2 (dua) hal sebagai berikut: tidak ada sifat hati-hati yang diharuskan oleh hukum dan tidak ada sifat menduga-duga yang diharuskan oleh hukum. Dalam unsur ini tidak dimaksud sama sekali oleh terdakwa atas kematian tersebut akibat dari kurang hati-hatinya atau lalainya terdakwa.

Hal-hal yang memberatkan :

Perbuatan terdakwa sudah menyebabkan orang lain meninggal dunia.

Hal-hal yang meringankan :

a. Terdakwa sopan dan belum pernah di hukum.

b. Terdakwa mengakui terus terang perbuatannya sehingga melancarkan jalannya persidangan serta menyesalinya.

c. Terdakwa telah memberikan bantuan kepada keluarga korban Suparno dan telah terjadi perdamaian.

(19)

Putusan :

Pada hari Rabu tanggal 26 Januari 2011 oleh Hakim Pengadilan Negeri Salatiga dibantu panitera pengganti dan dihadiri oleh penuntut umum dalam Persidangan yang terbuka untuk umum dan dihadiri oleh terdakwa.

Mengadili :

a. Menyatakan terdakwa Sutomo bin Purwo Martono terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana Karena Kelalaiannya Mengakibatkan Orang Lain Meninggal Dunia.

b. Menjatuhkan pidana atas diri terdakwa, oleh karena itu dengan pidana penjara selama 6 (enam) bulan.

c. Menetapkan masa penahanan yang telah dijalani terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan.

d. Memerintahkan agar terdakwa tetap di tahan.

e. Menetapkan barang bukti, berupa:

- 1 (satu) mobil bus Nopol AD-1490-DA warna putih.

- 1 (satu) lembar STNK Nopol AD-1490-DA atas nama Suroso/PO. Rosalia Indah.

Dikembalikan kepada Suroso/PO. Rosalia Indah.

- SIM BI Umum atas nama terdakwa Sutomo, dikembalikan kepada terdakwa.

- 1 (satu) unit sepeda motor Honda Nopol AD-2867-TE.

- 1 (satu) lembar STNK Nopol AD-2867-TE atas nama Suparno.

- 1 (satu) lembar SIM C atas nama Suparno.

Dikembalikan kepada istri korban atas nama Sri Martini.

f. Membebankan kepada terdakwa untuk membayar biaya perkara sebesar Rp. 2.500,- (dua ribu lima ratus rupiah).

(20)

2. Pertimbangan Hakim Dalam Menerapkan Sanksi Pidana Dalam Kasus Kecelakaan Lalu Lintas Yang Menyebabkan Matinya Orang Lain.

Didalam putusan dapat dilihat pertimbangan Hakim dalam menjatuhkan pidana terhadap para pelaku/terdakwa pada kasus kecelakaan lalu lintas didalam faktanya sebagai berikut :

1. Pada Putusan I dan II: Menimbang berdasarkan keterpenuhan unsur, yaitu unsur barang siapa, unsur kelalaian dan unsur yang menyebabkan orang lain meninggal dunia, dan hal-hal yang memberatkan dan meringankan.

2. Pada Putusan III dan IV: Sama dengan Putusan I dan II Hakim menimbang berdasarkan keterpenuhan unsur, yaitu unsur barang siapa, unsur kelalaian dan unsur yang menyebabkan orang lain meninggal dunia, dan hal-hal yang memberatkan dan meringankan.

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Hakim Pengadilan Negeri Salatiga yaitu Prasetya Nugroho, SH., M.Kn hal-hal yang menjadi pertimbangan hakim dalam pemidanaan terhadap terdakwa dalam perkara kecelakaan lalu lintas pada pokoknya adalah hal yang meringankan dan memberatkan terdakwa, yaitu:56

a. Faktor yang meringankan hukuman, sebagai berikut:

1) Terdakwa belum pernah di hukum, hal ini membuktikan bahwa terdakwa bukan merupakan seorang penjahat kambuhan/residivice.

2) Terdakwa mengakui secara terus terang atas perbuatannya.

3) Terdakwa bersikap sopan dalam persidangan.

4) Terdakwa menyesali perbuatannya.

56 Hasil wawancara pada saat penelitian tanggal 23 Mei 2012

(21)

5) Terdakwa mempunyai tanggungan keluarga.

6) Terdakwa sebagai satu-satunya sumber kehidupan keluarga.

7) Usia terdakwa masih muda.

8) Terdakwa telah lanjut usia.

9) Adanya perdamaian antara terdakwa dengan keluarga korban.

10) Terdakwa juga mengalami cacat dan luka fisik.

11) Kesalahan terdakwa dinilai bukan unsur kesengajaan melainkan unsur kealpaan.

b. Faktor yang memberatkan hukuman, sebagai berikut:

1) Terdakwa sudah pernah di pidana dalam kasus yang sama.

2) Terdakwa memberikan keterangan yang berbelit-belit sehingga menyulitkan jalannya pemeriksaan.

3) Terdakwa berlaku tidak sopan dalam persidangan.

4) Terdakwa tidak menyesali perbuatannya.

5) Terdakwa hendak melarikan diri.

6) Terdakwa tidak memiliki SIM yang sah dan sesuai peruntukannya.

7) Terdakwa tidak meminta maaf kepada keluarga korban.

8) Belum adanya bantuan dari terdakwa kepada keluarga korban.

9) Terdakwa mengemudikan kendaraan dalam keadaan mabuk.

10) Terdakwa tidak mengontrol kondisi kendaraan sebelum dikemudikan.

11) Terdakwa dalam mengemudikan kendaraannya tidak mematuhi peraturan (melihat situasi dan kondisi jalan dan/atau berkendara di jalan raya).

Penjatuhan pidana bagi terdakwa dalam kasus kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan matinya orang lain pada awalnya mengacu pada Pasal 359 KUHP seiring perkembangan di bidang hukum diganti dengan Pasal 310 ayat 4 UU No. 22 Tahun 2009. Secara filosofis hakim tidak mengetahui, akan tetapi secara pasal mengetahui dan menyimpulkan bahwa antara Pasal 359 KUHP dan Pasal 310 ayat 4 UU No. 22 Tahun 2009 intinya sama tentang kelalaian hanya berbeda dalam penjatuhan pidananya saja.57 Selain itu, setelah diundangkannya UU No. 22 Tahun 2009 tidak secara spesifik mempertajam bahwa hakim harus menghukum

57 Hasil wawancara dengan Prasetya Nugroho, SH, M.Kn selaku Hakim Pengadilan Negeri Salatiga yang pernah memutus kasus kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan matinya orang lain pada 23 Mei 2012.

(22)

pelaku lebih berat lagi karena konsideran mengandung pengertian yang umum. Yang paling terpenting yaitu bagaimana terjadinya (kasuitis) atau kejadian di lapangan yang menentukan bagaimana nantinya hakim akan menjatuhi pidana.58

Berdasarkan ditemukannya beberapa kasus kecelakaan lalu lintas sebelum diberlakukannya UU No. 22 Tahun 2009 terdapat kecenderungan penjatuhan pidana lebih ringan. Menurut Prasetya Nugroho, SH, M.Kn menyatakan sebenarnya inti dari Pasal 359 KUHP dan Pasal 310 ayat 4 UU No. 22 Tahun 2009 adalah sama, dari sisi perubahan hanya berubah pasalnya saja dan undang-undang tidak menentukan batas minimal penjatuhan pidana hanya batas maksimal. Akan menjadi tidak adil untuk pelaku apabila dalam kasus kecelakaan lalu lintas (kelalaian) dijatuhi pidana yang lebih berat hanya karena adanya perubahan Undang-undang.

Sedangkan kesalahannya sama atau tidak jauh berbeda dengan pelaku dalam perkara kasus kecelakaan lalu lintas yang diadili sebelum adanya perubahan Undang-undang. Jadi selama materi perbuatannya sama, meskipun terdapat perubahan Undang-undang tetap menggunakan pertimbangan yang sama dalam penjatuhan pidana.59

Apabila terdapat kasus kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan matinya orang lain terjadi sebelum ada perubahan undang-undang dan dipidana sesudah terjadi perubahan peraturan maka hakim dalam menjatuhkan pidana mendasarkan pada ketentuan lama dengan merujuk pada ketentuan baru (Pasal 359 KUHP jo Pasal 310 ayat 4 UU No. 22

58 Ibid.

59 Hasil wawancara hakim Pengadilan Negeri Salatiga pada 29 Mei 2012.

(23)

Tahun 2009).60

Ditinjau segi pemidanaan terutama dalam kasus kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan matinya orang lain hakim tidak terpengaruh oleh perubahan pasal yang semula menggunakan Pasal 359 KUHP menjadi Pasal 310 ayat 4 UU No. 22 Tahun 2009. Penjatuhan pidana sangat tergantung pada posisi perkara, dalam hal ini hakim bebas menentukan berat dan ringannya hukuman (diskresi hakim).61

Penjatuhan sanksi pidana dalam kasus kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan matinya orang lain setelah berlakunya UU No. 22 Tahun 2009, di pidana penjara dan tidak ada denda karena melihat dari materi perbuatan yaitu kelalaian. Walaupun dalam Pasal 310 ayat 4 UU No. 22 Tahun 2009 terdapat kemungkinan penjatuhan pidana kumulatif, pidana denda tidak pernah. Kecuali jika pelaku dalam kasus kecelakaan lalu lintas perbuatannya adalah hal yang seharusnya dapat dia sadari sebelumnya untuk dapat dicegah, seperti: secara sadar kendaraan yang dikemudikan tidak layak jalan atau secara sengaja melanggar rambu lalu-lintas maka pada pelaku dapat dikenakan pidana kumulatif.62

60 Hasil wawancara Adhi Satrija Nugroho, SH selaku hakim Pengadilan Negeri Salatiga pada 29 Mei 2009.

61 Ibid.

62 Hasil wawancara Adhi Satrija Nugroho, SH selaku hakim Pengadilan Negeri Salatiga pada 29 Mei 2009.

(24)

B. Analisis

1. Perubahan Undang-undang Dalam Perkara Kecelakaan Lalu Lintas Yang Menyebabkan Mati

Perkara-perkara kecelakan lalu-lintas yang menyebabkan korbannya meninggal dunia, sebelum adanya perubahan undang-undang, dalam menjatuhi pidana hakim mengacu pada Pasal 359 KUHP, dan setelah adanya perubahan undang-undang mengacu pada Pasal 310 Ayat 4 UU no.22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Selain memiliki perbedaan bentuk sanksi pidana, dari kedua pasal tersebut juga berbeda inti yang terkandung didalamnya. Dalam Pasal 359 KUHP yang bunyinya,

“ Barang siapa karena kesalahanya (kealphaanya) menyebabkan orang lain mati, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana kurungan paling lama satu tahun “

Dapat dilihat bahwa didalam Pasal tersebut tidak terdapat pembatasan kesalahan/kelalaian atas jenis perbuatan yang dilakukan terdakwa. Jadi didalam Pasal 359 KUHP mengatur segala kesalahan (kealphaan) atas apapun perbuatan yang dilakukan termasuk kealphaan yang berkaitan dengan kecelakan lalu-lintas menyebabkan matinya orang lain. Seiring perkembanganya muncul UU no.22 Tahun 2009 LLAJ menggantikan UU no.14 Tahun 1992 LLAJ, yang didalamnya terdapat Pasal 310 Ayat 4 yang berbunyi,

(4) Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor yang karena kelalaiannya mengakibatkan Kecelakaan Lalu Lintas yang mengakibatkan orang lain meninggal dunia, dipidana dengan pidana

(25)

penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah).”

Pasal tersebut mengatur tentang kealphaan berkaitan dengan perbuatan yang menyebabkan korban meninggal dunia khususnya pada perkara kecelakaan lalu-lintas yang mengakibatkan matinya orang lain.

Mengapa kelalaian dalam hal kecelakaan lalu-lintas pengaturanya lebih spesifik dikarenakan kelalaian adalah hal yang semestinya bisa dihindari karena dalam berlalu-lintas telah ada peraturan dan rambu-rambu lalu- lintas yang dimaksudkan untuk mengatur tertib lalu-lintas termasuk menghindari bahaya kecelakaan. Setelah ada Pasal 310 Ayat (4) UULAJ No.22 Tahun 2009 maka jika sanksinya dibandingkan dengan Pasal 359 KUHP dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Pasal 310 Ayat (4) sanksinya lebih berat karena ancaman pidana penjaranya lebih berat jika dibandingkan dengan Pasal 359 KUHP yaitu dalam Pasal 310 Ayat (4) ancaman pidananya 6 tahun penjara sedangkan pada Pasal 359 KUHP hanya 5 tahun penjara.

b. Dalam Pasal 310 Ayat (4) memungkinkan pidana kumulatif berupa pidana penjara dan denda, tetapi Pasal 359 KUHP berupa pidana alternatif, yaitu pidana penjara atau pidana kurungan.

c. Sementara itu Pasal 310 Ayat (4) dapat juga dipandang lebih ringan dari Pasal 359 KUHP karena menurut Pasal 310 Ayat (4) dimungkinkan hanya dijatuhi pidana denda, sedangkan menurut Pasal 359 KUHP tidak mungkin dijatuhkan pidana denda.

d. Memperhatikan perbuatan yang diatur dalam Pasal 310 Ayat (4) adalah khusus berkaitan dengan kealphaan dalam berlalu lintas yang menyebabkan matinya orang lain dan Pasal 359 KUHP mengatur

(26)

kealphaan dalam segala perbuatan, maka Pasal 310 Ayat (4) merupakan “Lex Specialist” dan Pasal 359 KUHP merupakan “Lex Generalis”, sehingga untuk penerapanaya mendasarkan pada asas preverensi “Lex Specialist derogat Lex Generalis”.

2. Penerapan Sanksi Pidana Bagi Terdakwa Dalam Tindak Pidana Yang Menyebabkan Matinya Orang Lain Pada Kasus Kecelakaan Lalu Lintas Oleh Hakim Pengadilan Negeri Salatiga.

Sebelumnya yang perlu diketahui bahwa didalam persidangan hal-hal yang mesti dipertimbangkan hakim adalah :

- keterpenuhan unsur

- terbukti atau tidaknya perbuatan - unsur kesalahan pelaku

- tujuan pemidanaan

- faktor yang memberatkan dan meringankan

maka selanjutnya dapat dilihat didalam putusan apakah hakim telah memutus berdasarkan pertimbangan sesuai dengan tersebut diatas : a. Putusan I dan II :

Dalam putusan I dan II peristiwa terjadi sebelum diundangkanya UULAJ No.22 Tahun 2009 dan diputus setelahnya, tetapi pada penjatuhan pidananya hakim masih mengacu pada Pasal 359 KUHP, jelas bahwa hakim menerapkan ketentuan dalam Pasal 1 ayat 2 KUHP yaitu “Bilamana ada perubahan dalam perundang-undangan sesudah perbuatan dilakukan, maka terhadap terdakwa diterapkan ketentuan yang paling menguntungkanya.” (dalam hal ini Pasal 359 KUHP dianggap lebih menguntungkan dari Pasal 310 Ayat 4 UULAJ). Dalam ke dua putusan

(27)

tersebut tidak dicantumkan tujuan pemidanan secara eksplisit, hanya terkandung didalamnya seperti kalimat “ dipandang sudah tepat dan telah memenuhi rasa keadilan “. Dalam wawancara hakim mengatakan jika pelaku dalam kasus kecelakaan lalu lintas perbuatannya adalah hal yang seharusnya dapat dia sadari sebelumnya untuk dapat dicegah, seperti:

secara sadar kendaraan yang dikemudikan tidak layak jalan atau secara sengaja melanggar rambu lalu-lintas maka pada pelaku dapat dikenakan pidana kumulatif. Akan tetapi bila melihat kronologis kejadian dalam putusan I dan II pidana kumulatif tidak pernah dijatuhkan dimana pelaku dalam kedua putusan tersebut semestinya dapat mencegah dan menyadari bahwa kendaraan yang dikemudikan tidak layak jalan seperti ban yang telah gundul dan melanggar marka jalan.

Tujuan pemidanaan didalam kedua putusan tersebut adalah lebih kepada pembalasan terhadap perbuatan pelaku. Dalam penjatuhan pidana dapat dilihat hakim telah menimbang berdasarkan keterpenuhan unsur dalam Pasal 359 KUHP, terdakwa telah terbukti karena kelalaianya telah menyebabkan kematian orang lain. Dari kedua kasus tersebut di atas dapat penulis jelaskan bahwa majelis hakim dalam mengambil keputusan, sebagai berikut:

- Walaupun kasus yang dihadapi oleh majelis hakim ini sama yaitu tindak pidana kelalaian/kealpaan sebagaimana diatur dalam Pasal 359 KUHP, tetapi dalam penjatuhan pidana terdapat perbedaannya.

Perbedaan penjatuhan pidana didasarkan pada tingkat kelalaiannya dari terdakwa, porsi perkara dan individualisasi pidana.

(28)

- Putusan hanya mengandung tujuan pemidanaan. Tujuan dari pemidanaan tidak terungkap secara eksplisit (dengan jelas) dan tidak selalu dicantumkan.

b. Putusan III dan IV

Dalam kedua perkara dalam putusan III dan IV telah diputus berdasarkan ketentuan dalam Pasal 310 Ayat (4) UULAJ No.22 Tahun 2009. Memperhatikan dari uraian kasus ini, dalam putusan juga tidak tercantum tujuan pemidanaan yang tidak tampak secara eksplisit dan hanya terkandung didalamnya yaitu adanya kalimat “telah cukup memenuhi rasa keadilan serta sesuai dengan kadar perbuatan yang dilakukan oleh terdakwa” dan “dipandang sudah tepat dan memenuhi rasa keadilan”. Walaupun didalam hasil wawancara hakim mengatakan bahwa akan menjadi tidak adil untuk pelaku apabila dalam kasus kecelakaan lalu lintas (kelalaian) dijatuhi pidana yang lebih berat hanya karena adanya perubahan Undang-undang.

Sedangkan kesalahannya sama atau tidak jauh berbeda dengan pelaku dalam perkara kasus kecelakaan lalu lintas yang diadili sebelum adanya perubahan undang-undang. Akan tetapi bila melihat dari penjatuhan pidana kepada terdakwa didalam kedua putusan tersebut yang cenderung lebih ringan jika dibanding dengan saat hakim masih mengacu pada Pasal 359 KUHP, penulis merasa belum cukup apabila dikatakan telah memenuhi rasa keadilan serta sesuai dengan kadar perbuatan yang dilakukan oleh terdakwa terutama karena telah menyebabkan matinya orang lain.

(29)

2. Pertimbangan Hakim Dalam Menerapkan Sanksi Pidana Terhadap Terdakwa Pada Kasus Kecelakaan Lalu Lintas Yang Menyebabkan Matinya Orang Lain.

Hasil penelitian yang telah dilakukan penulis dan wawancara dengan hakim terkait dengan kasus kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan matinya orang lain dalam tulisan ini, maupun studi kepustakaan dari dokumen yang terkait maka penulis berpendapat bahwa sebelum menetapkan atau menjatuhkan putusan terhadap terdakwa dalam tindak pidana hakim terlebih dahulu mempertimbangkan beberapa hal.

Seperti: fakta-fakta pada persidangan, pertimbangan yuridis dan non yuridis, individualisasi pidana, keadaaan dan latar belakang keluarga terdakwa serta hal-hal lain yang terkait dalam tindak pidana yang dilakukan terdakwa.

Dari keempat putusan kasus kecelakaan lalu lintas tersebut penjatuhan hukuman bagi para terdakwa sangat tergantung pada proses hukumnya. Hakim dalam menjatuhkan hukuman bagi para pelaku didasarkan pada pembuktian dan keyakinan dari hakim, selain dari hal-hal yang memberatkan dan meringankan. Hal ini, menjadi tolok ukur dari berat ringannya bagi pelaku/terdakwa.

Adapun analisis hasil wawancara dengan hakim Pengadilan Negeri Salatiga, akan penulis paparkan sebagai berikut :

1. Berdasarkan hasil dari wawancara langsung dengan hakim Pengadilan Negeri Salatiga, hakim mengatakan bahwa inti dari Pasal 359 KUHP

(30)

dan Pasal 310 Ayat 4 UU No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah sama dan hanya berbeda penjatuhan pidananya saja. Pendapat penulis : Memang Pasal 359 KUHP dan 310 Ayat 4 sama-sama mengatur tentang kealpaan, akan tetapi intinya berbeda.

Pasal 359 KUHP mengatur segala hal yang disebabkan kealpaan atau kelalaian, sedangkan Pasal 310 Ayat 4 UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan mengatur tentang kealpaan yang menyebabkan kecelakaan lalu-lintas saja, jadi sifatnya lebih spesifik dan terfokus.

2. Hakim menjelaskan bahwa setelah diundangkannya UU No.22 Tahun2009 tidak secara spesifik mempertajam bahwa hakim harus menghukum pelaku lebih tinggi atau lebih keras lagi. Yang penting bagi hakim adalah bagaimana terjadinya peristiwa (kasuistis) atau kejadian dilapangan yang menjadikan pertimbangan hakim dalam menjatuhi pidana. Hakim mengatakan bahwa jika terdapat kasus kecelakaan lalu-lintas yang menyebabkan matinya orang lain terjadi sebelum adanya perubahan undang-undang dan diputus setelah adanya perubahan undang-undang maka hakim menerapkan undang-undang yang baru karena hakim mengacu pada asas lex specialist derogate lex generalist (peraturan yang khusus mengesampingkan peraturan yang umum). Menurut penulis pendapat hakim tersebut seolah mengesampingkan Pasal 1 Ayat 2 KUHP dimana pasal tersebut yang semestinya menjadi acuan bagi hakim dalam memutus perkara yang

(31)

terjadi sebelum diundangkan undang-undang baru dan diputus setelahnya dan pendapat hakim tersebut tidak sesuai dengan putusan I dimana pada prakteknya hakim memutus perkara dengan tetap mengacupada Pasal 1 Ayat 2 KUHP.

3. Pengaruh Perubahan Undang-Undang Dalam Menerapkan Sanksi Pidana Terhadap Terdakwa Pada Kasus Kecelakaan Lalu Lintas Yang Menyebabkan Orang Lain Meninggal Dunia.

Didalam KUHP telah diatur mengenai tindak pidana kealpaan/kelalaian yang menyebabkan kematian orang lain, akan tetapi dalam hal kealphaan/kelalaian yang menyebabkan kecelakaan lalu-lintas yang berakibat kematian orang lain telah diatur lebih spesifik didalam UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan didalam Pasal 310 ayat 4.

Sesuai yang telah dijelaskan di bab-bab sebelumnya bahwa inti dari Pasal 359 KUHP dan 310(4) UULAJ no.22 Tahun 2009 adalah berbeda walaupun sama-sama mengatur tentang kelalaian, selain itu bentuk pidananya pun berbeda. Dalam Pasal 359 KUHP bentuk pidanaya alternatif, sedangkan dalam Pasal 310 (4) bentuk pidanaya kombinasi (alternatif dan kumulatif). Dari perbedaan tersebut tentu memiliki maksud dan tujuan, terlebih Pasal 310(4) UULAJ adalah lex specialist dari Pasal 359 KUHP. Dalam Bab ii telah dijelaskan tentang teori perubahan undang-undang bahwa hukum harus selalu mengikuti perkembangan, dan bila ada perubahan undang-undang, maka undang-undang sebelumnya

(32)

dianggap tidak lagi adil bila masih diterapkan, dengan kata lain munculnya Pasal 310 Ayat 4 UULAJ menggantikan Pasal 359 KUHP dalam memutus perkara kecelakaan lalu-lintas yang menyebabkan mati tentu bermaksud karena Pasal 359 KUHP dianggap tidak lagi adil jika diterapkan dalam tindak pidana kelalaian didalam kecelakaan lalu-lintas yang menyebabkan kematian orang lain. Tujuan dari UULAJ no. 22 Tahun 2009 tertulis secara jelas dalam dalam Pasal 3 UULAJ No.22 Tahun 2009 :

a. terwujudnya pelayanan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang aman, selamat, tertib, lancar, dan terpadu dengan moda angkutan lain untuk mendorong perekonomian nasional, memajukan kesejahteraan umum, memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa, serta mampu menjunjung tinggi martabat bangsa;

b. terwujudnya etika berlalu lintas dan budaya bangsa; dan c. terwujudnya penegakan hukum dan kepastian hukum bagi masyarakat.

Dari tujuan diatas dapat dilihat bahwa adanya Pasal 310(4) UULAJ sudah tentu inti dari tujuanya adalah menciptakan keamanan berlalu-lintas.

Mengapa mesti ada pengaturan khusus tentang kelalaian yang terpesifik pada kecelakaan lalu lintas saja, dikarenakan dalam berlalu lintas yang paling berpotensi terjadi akibat kecelakaan. Diharapkan adanya pasal tersebut dapat lebih mengurangi angka kecelakaan lalu-lintas yang berpotensi akan hilangnya nyawa. Akan tetapi bila melihat pada faktanya, melihat pada putusan-putusan hakim, seolah tidak ada pengaruh dari perubahan undang-undang. Pertimbangan-pertimbangan yang dipakai hakim dalam memutus sebelum dan setelah adanya perubahan undang- undang kurang lebih sama, seolah tidak tampak maksud dan tujuan dari

(33)

perubahan undang-undang. Ditinjau dari segi penjatuhan pidana terhadap terdakwa setelah adanya perubahan undang-undang cenderung lebih ringan.

Setelah diundangkannya UU No. 22 Tahun 2009 didalam prakteknya memang tidak secara spesifik mempertajam hakim menghukum pelaku/terdakwa lebih berat, yang lebih difokuskan adalah akibat dari pemidanaan itu sendiri. Oleh karena itu, penjatuhan pidana dalam kasus kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan matinya orang lain terhadap pelaku/terdakwa tidak selalu sama tetapi disesuaikan dengan materi perbuatannya yang merupakan murni kelalaian/kealpaan.

Penjatuhan pidana terhadap terdakwa adalah kebebasan hakim (diskresi hakim) akan tetapi seperti yang dijelasakan dalam bab sebelumnya bahwa hakim harus memperhatikan tiga faktor yang sebaiknya diterapkan secara poporsional sesuai tujuan hukum yaitu keadilan, kepastian dan kemanfaatan. Ketiga hal tersebut adalah untuk bersama dalam arti bahwa keadilan bukan hanya dalam porsi hakim tapi harus sesuai dengan tuntutan keadilan didalam masyarakat, kepastian untuk masyarkat akan suatu hukum yang tegas hingga menimbulkan suatu kemanfaatan dalam kehidupan bersama.

Seperti yang tercantum dalam bab ii mengutip dari UU No. 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman dalam Pasal 5 Ayat 1 :

“Hakim dan Hakim konstitusi wajib menggali, mengikuti dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup didalam masyarakat”.

(34)

Bahwa pada intinya pertimbangan hakim dalam kasus kecelakaan lalu-lintas yang menyebabkan mati ukuran yang dilihat dan dipertimbangkan bukan pada berat atau ringanya pidana yang dijatuhkan akan tetapi tujuan dari pemidanaan itu sendiri harus sesuai dengan porsi keadilan didalam masyarakat, memberi kepastian pada masyarakat bahwa dari pemidanaan dapat berakibat efek jera bagi pelaku hingga memberi rasa aman di masyarakat, dan tercipta suatu kemanfaatan dari pemidanaan yaitu tertib berlalu lintas.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pengukuran parameter fisika kimia perairan anak sungai Ngaso di Kabupaten Rokan Hulu pada masing-masing stasiun pengamatan. Dari Tabel 1 dapat dilihat secara

Bisa juga karena Bapas belum dapat membacakan hasil penelitian kemasyarakatan yang dilakukan terhadap anak, karena belum selesai dengan alasan permintaan untuk

Implementasi kurikulum pendidikan menengah yang berciri khas agama Islam di MA menuntut pengawasan yang sangat baik dan berkesinambungan, Upaya-upaya yang dapat ditempuh dalam

Dengan adanya komposit EPDM dengan karet alam dan bahan proses lainnya (Tabel 1) maka terjadi ikatan sambung silang yang membentuk struktur jaringan tiga dimensi

Berdasarkan temuan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa modernitas individu nelayan mempengaruhi kualitas hidup nelayan dalam hal mempengaruhi cara berpikir yang

Agar siswa dapat menguasai pembelajaran IPA, dalam proses pembelajaran harus didukung oleh kegiatan lain yang tidak hanya mendengarkan guru maupun membaca buku

Komunikasi pada awal pertemuan merupakan komunikasi kunci yang akan menjadi tolak ukur hubungan komunikasi antarpribadi kedepan yang akan dijalani oleh mereka yang

Peristiwa erupsi yang menyisakan timbunan material vulkanik, peristiwa banjir lahar dingin, perubahan profil ekosistem lereng Gunung Merapi dan sekitarnya,