1
ANALISIS MARGIN DAN EFISIENSI PEMASARAN KOMODITAS BAWANG MERAH DI KELURAHAN
TOMENAWA KECAMATAN BARAKA KABUPATEN ENREKANG
IRPAN 105961109317
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2021
ii
ANALISIS MARGIN DAN EFISIENSI PEMASARAN KOMODITAS BAWANG MERAH DI KELURAHAN TOMENAWA KECAMATAN
BARAKA KABUPATEN ENREKANG
IRPAN 105961109317
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar sarjana Pertanian Strata Satu (S-1)
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2021
iii
iv
v
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Analisis Margin dan Efisiensi Pemasaran Komoditas Bawang Merah di Kelurahan Tomenawa Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang” adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.
Semua ini merupakan sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain yang telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir skripsi ini.
Makassar, 12 September 2021
Irpan 105961109317
vi
ABSTRAK
IRPAN. 105961109317
.
Analisis Margin dan Efisiensi Pemasaran Komoditas Bawang Merah di Kelurahan Tomenawa Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang.Dibimbing oleh DEWI PUSPITA SARI dan HASRIANI.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui saluran pemasaran, margin pemasaran, dan efisiensi pemasaran bawang merah di Kelurahan Tomenawa Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 187 orang petani bawang merah, kemudian ditarik sampel sebanyak 15% dari jumlah populasi, sehingga diperoleh sampel sebanyak 28 orang petani bawang merah dengan menggunakan metode acak sederhana (simple random sampling), serta pengambilan sampel pada lembaga pemasaran sebanyak 7 orang lembaga pemasaran dengan menggunakan metode bola salju (snowball sampling).
Hasil penelitian menunjukan bahwa saluran pemasaran komoditas bawang merah di Kelurahan Tomenawa Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang secara garis besar ada tiga saluran pemasaran yaitu petani – pedagang pengecer – konsumen, petani – pedagang besar – konsumen, petani – pedagang pengumpul – pedagang besar – konsumen. Margin saluran pemasaran I yaitu sebesar Rp.3.500/Kg, saluran pemasaran II yaitu sebesar Rp.8.000/Kg dan saluran pemasaran III yaitu sebesar Rp.8.500/Kg. Kemudian untuk efisiensi saluran pemasaran I sebesar 6,22%, saluran pemasaran II sebesar 11,02% dan saluran pemasaran III sebesar 13,04%.
Kata kunci : bawang merah, saluran pemasaran, margin pemasaran, efisiensi pemasaran
vii
KATA PENGANTAR
Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah yang Maha Kuasa, karena dengan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Analisis Margin dan Efisiensi Pemasaran Komoditas Bawang Merah di Kelurahan Tomenawa Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang”.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan hasil penelitian ini. Penulis berharap semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari berbagai pihak yang telah memberikan semangat kepada penulis dalam menghadapi setiap kendala. Dalam rangka penyempurnaan hasil Penelitian ini penulis mengharapkan masukan dan kritik yang dapat mengembangkan skripsi lebih lanjut. Untuk itu pada kesempatan ini saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Dr. Ir. Andi Khaeriyah, M.Pd selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.
2. Dr. Sri Mardiyati, S.P., M.P., selaku Ketua Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Dr. Dewi Puspita Sari, S.P., M.Si selaku pembimbing utama dan Hasriani, S.TP., M.Si selaku pembimbing pendamping yang senantiasa
viii
meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi dapat diselesaikan.
4. Kedua orang tua beserta saudara dan segenap keluarga yang senantiasa memberikan bantuan, baik moral maupun material sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
5. Seluruh Dosen Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah Makassar yang telah membekali segudang ilmu kepada penulis.
6. Kepada pihak pemerintah Kecamatan Baraka khususnya kepada Bapak Lurah Tomenawa beserta jajarannya yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian di daerah tersebut.
7. Semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi dari awal hingga akhir yang penulis tidak dapat sebut satu persatu.
Akhir kata, penulis ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang terkait dalam penulisan skripsi ini, semoga karya tulis ini dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan. Semoga skripsi ini bisa memberikan manfaat bagi kita semua. AAMIIN.
Makassar, 12 September 2021
Irpan
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ... i
HALAMAN JUDUL ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
PENGESAHAN KOMISI PENGUJI ... iv
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI ... v
ABSTRAK ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 5
1.3 Tujuan Penelitian ... 6
1.4 Kegunaan Penelitian ... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7
2.1. Bawang Merah ... 7
2.2. Pemasaran ... 8
2.3. Lembaga dan Saluran Pemasaran ... 10
x
2.4. Fungsi Pemasaran ... 13
2.5. Marjin Pemasaran ... 17
2.6. Efisiensi Pemasaran ... 19
2.7. Penelitian Terdahulu ... 20
2.8. Kerangka Pemikiran ... 23
III. METODE PENELITIAN ... 26
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 26
3.2. Teknik Pengambilan Sampel ... 26
3.3. Jenis dan Sumber Data ... 27
3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 29
3.5. Teknik Analisis Data ... 30
3.6. Definisi Operasional ... 31
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 33
4.1. Keadaan Geografis ... 33
4.2. Keadaan Demografis ... 34
4.3. Keadaan Pertanian ... 37
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 39
5.1. Identitas Responden ... 39
5.2. Saluran Pemasaran Bawang Merah ... 47
5.3. Margin Pemasaran Bawang Merah ... 54
5.4. Efisiensi Pemasaran ... 63
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 66
6.1 Kesimpulan ... 66
xi
6.2 Saran ... 66 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
xii
DAFTAR TABEL
No Teks Halaman 1. Luas Panen Tanaman Bawang Merah Menurut Kabupaten
di Provinsi Sulawesi Selatan (Ha), Tahun 2017, 2018 dan 2019 ... ..2
2. Luas Panen Tanaman Bawang Merah Menurut Kecamatan di Kabupaten Enrekang (Ha), Tahun 2017, 2018 dan 2019 ... 3
3. Penelitian Terdahulu Yang Relevan ... 21 4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Kelurahan
Tomenawa Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang, 2021 ... 34 5. Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Usia di Kelurahan
Tomenawa Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang, 2021 ... 35 6. Mata Pencaharian Penduduk di Kelurahan Tomenawa Kecamatan
Baraka Kabupaten Enrekang, 2021 ... 36 7. Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kelurahan
Tomenawa Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang, 2021 ... 37 8. Identitas Responden Berdasarkan Tingkat Umur Petani Bawang
Merah, Pedagang Pengecer, Pedagang Besar dan Pedagang
Pengumpul di Kelurahan ... 40 9. Jumlah Responden Berdasarkan Klasifikasi Tingkat Pendidikan
Petani Bawang Merah, Pedagang Pengecer, Pedagang Besar dan
Pedagang Pengumpul di Kelurahan Tomenawa ... 42 10. Jumlah Tanggungan Keluarga Petani Bawang Merah, Pedagang
Pengecer, Pedagang Besar dan Pedagang Pengumpul ... 44 11. Karakteristik Pengalaman Petani Bawang Merah, Pedagang
Pengecer, Pedagang Besar dan Pedagang Pengumpul ... 46 12. Komponen Biaya Pemasaran, Keuntungan dan Margin Pemasaran
Bawang Merah Pada Saluran Pemasaran I di Kelurahan Tomenawa
Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang.. ... ..54 13. Komponen Biaya Pemasaran, Keuntungan dan Margin Pemasaran
Bawang Merah Pada Saluran Pemasaran II di Kelurahan
Tomenawa Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang ... ...58
xiii
14. Komponen Biaya Pemasaran, Keuntungan dan Margin Pemasaran Bawang Merah Pada Saluran Pemasaran III di Kelurahan Tomenawa Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang ... 61 15. Efisiensi Saluran Pemasaran Bawang Merah di Kelurahan
Tomenawa Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang ... 64
xiv
DAFTAR GAMBAR
No Teks Halaman
1. Saluran Pemasaran Tingkat Nol ... 12
2. Saluran Pemasaran Tingkat Satu ... 12
3. Saluran Pemasaran Tingkat Dua ... 12
4. Saluran Pemasaran Tingkat Tiga ... 13
5. Kerangka Pemikiran ... 25
6. Saluran Pemasaran Bawang Merah di Kelurahan Tomenawa Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang ... 48
7. Saluran Pemasaran Bawang Merah Model I di Kelurahan Tomenawa Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang ... 50
8. Saluran Pemasaran Bawang Merah Model II di Kelurahan Tomenawa Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang ... 51
9. Saluran Pemasaran Bawang Merah Model III di Kelurahan Tomenawa Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang ... 52
10. Harga Jual Saluran Pemasaran Model I Kelurahan Tomenawa Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang ... 54
11. Harga Jual Saluran Pemasaran Model II Kelurahan Tomenawa Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang ... 57
12. Harga Jual Saluran Pemasaran Model III Kelurahan Tomenawa Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang ... 60
13. Peta Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang ... 91
14. Petani Bawang Merah di Kelurahan Tomenawa Kecamata Baraka Kabupaten Enrekang ... 92
15. Petani Bawang Merah di Kelurahan Tomenawa Kecamata Baraka Kabupaten Enrekang ... 92
16. Petani Bawang Merah di Kelurahan Tomenawa Kecamata Baraka Kabupaten Enrekang ... 93
xv
17. Petani Bawang Merah di Kelurahan Tomenawa Kecamata Baraka Kabupaten Enrekang ... 93 18. Lembaga Pemasaran Bawang Merah di Kelurahan Tomenawa
Kecamata Baraka Kabupaten Enrekang ... 94 19. Petani Bawang Merah di Kelurahan Tomenawa Kecamata Baraka
Kabupaten Enrekang ... 94 20. Bawang Merah di Keluarahan Tomenawa Kecanatan Baraka
Kabupaten Enrekan ... 95 21. Petani Bawang Merah di Kelurahan Tomenawa Kecamata Baraka
Kabupaten Enrekang ... 95
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
No Teks Halaman
1. Lampiran 1. Kuesioner Penelitian ... 71
2. Lampiran 2. Identitas Responden Petani Bawang Merah ... 75
3. Lampiran 3. Margin Saluran Pemasaran Bawang Merah di Kelurahan Tomenawa Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang ... 77
4. Lampiran 4. Biaya Tenaga Kerja Saluran Pemasaran Bawang Merah di Kelurahan Tomenawa Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang ... 79
5. Lampiran 5. Biaya Transportasi Saluran Pemasaran Bawang Merah di Kelurahan Tomenawa Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang ... 81
6. Lampiran 6. Biaya Kemasan Saluran Pemasaran Bawang Merah di Kelurahan Tomenawa Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang ... 83
7. Lampiran 7. Biaya Konsumsi Saluran Pemasaran Bawang Merah di Kelurahan Tomenawa Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang ... 85
8. Lampiran 8. Total Biaya Pada Saluran Pemasaran Bawang Merah di Kelurahan Tomenawa Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang ... 87
9. Lampiran 9. Efisiensi Pemasaran Pada Saluran Pemasaran Bawang Merah di Kelurahan Tomenawa Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang. ... 89
10. Lampiran 10. Lokasi Penelitia ... 91
11. Lampiran 11. Dokumentasi Penelitian ... 92
12. Lampiran 12. Surat Izin Penelitian. ... 96
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah negara pertanian, dimana produk pertanian merupakan produk unggulan dalam memantapkan sistem pembangunan pertanian yang diarahkan untuk mencapai kesejahteraan masyarakat pertanian secara lebih merata. Sektor pertanian sebagai salah satu sektor ekonomi termasuk sektor yang sangat potensial dalam memberikan sumbangan terhadap pertumbuhan dan pembangunan ekonomi nasional, baik dari segi pendapatan maupun penyerapan tenaga kerja. Peranan sektor pertanian dalam pembangunan Indonesia sudah tidak perlu diragukan lagi. Disamping itu, usaha dalam sektor pertanian akan selalu berjalan selama manusia masih memerlukan makanan untuk mempertahankan hidup dan manusia masih memerlukan hasil pertanian sebagai bahan baku dalam industrinya (Hayati, et al 2017).
Bawang merah adalah salah satu tanaman komoditi hortikultura yang tergolong sayuran rempah dimana komoditi ini cukup penting sebagai sumber penghasilan petani dan pendapatan negara. Ini menandakan bahwa produk bawang merah sangat besar konstribusinya untuk masyarakat dan negara karena selain dipasarkan didalam negeri komoditi ini juga diekspor sampai luar negeri (Rukmana dalam Erwin, 2015).
Sulawesi Selatan tersebar banyak petani bawang merah di berbagai daerah, salah satunya adalah Kabupaten Enrekang. Jumlah luas panen tanaman bawang merah yang ada di Kabupaten Enrekang tergolong cukup banyak
2 dibandingkan dengan kabupaten-kabupaten yang ada di Sulawesi Selatan. Hal ini dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1. Luas Panen Tanaman Bawang Merah Menurut Kabupaten di Provensi Sulawesi Selatan (Ha), Tahun 2017, 2018 dan 2019.
No Kabupaten/Kota Bawang Merah
2017 2018 2019
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Kepulauan Selayar Bulukumba
Bantaeng Jeneponto Takalar Gowa
Sinjai Maros Pangkep Barru Bone Soppeng Wajo Sidrap Pinrang Enrekang luwu
Tana Toraja Luwu Utara Luwu Timur Toraja Utara Kota Makassar Kota Pare Pare Kota Palopo
0 16 814 217 30
74 13 22 7 0 178
43 1 0 115 10245
13 2 10
0 7 0 4 7
1 10 1635
271 48 27 83 62 39 6 303
21 2 0 50 6610
5 38
5 1 52
0 6 22
4 0 1712
411 52 33 27 19 0 10 300
50 0 0 33 7605
7 33 11 0 49
0 0 7
Jumlah 11816 9297 10363
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Selatan, 2020
Berdasarkan tabel di atas, Kabupaten Enrekang memiliki luas panen bawang merah terbesar, sehingga dijuluki sentra penghasil bawang merah terbesar di Sulawesi Selatan. Tercatat luas panen tanaman bawang merah di Kabupaten Enrekang dari tiga tahun terakhir mengalami fluktuasi luas panen.
3 Tabel 2. Luas Panen Tanaman Bawang Merah Menurut Kecamatan di Kabupaten
Enrekang (Ha), Tahun 2017, 2018 dan 2019.
No Kecamatan Bawang Merah
2017 2018 2019
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Maiwa Bungin Enrekang Cendana Baraka Buntu batu Anggeraja Malua Alla Curio Masalle Baroko
1 - 37
- 1276
95 762 273 584 15 294
58
- - 16
4 507
29 4780
230 694 15 297
38
- 6 35
- 960
77 5260
294 716 7 296
26
Jumlah 10245 6610 7605
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Enrekang, 2020
Berdasarkan tabel di atas bahwa luas panen bawang merah dari tahun 2017 sebanyak 10245 Ha, tahun 2018 mengalami penurunan yaitu sebanyak 6610 Ha, dan pada tahun 2019 kembali mengalami peningkatan yaitu sebanyak 7605 Ha. Jadi dapat disimpulkan dari tahun 2017 sampai dengan 2019 mengalami fluktuasi luas panen.
Salah satu yang menjadi problem mendasar yang dialami oleh petani bawang merah di Kabupaten Enrekang adalah turunnya harga hasil pertanian pada saat panen raya, sehingga pembiayaan produksi bawang merah lebih besar dari hasil penerimaan petani, akibatnya petani mengalami kerugian dan akhirnya mengganggu kelanjutan usahataninya sehingga menyebabkan hasil produksi dan luas panen menurun (Prayitno, 2013).
Pemerintah Kabupaten Enrekang dalam upaya melindungi petani bawang merah dalam kerugian pada saat harga rendah adalah dengan memberikan
4 kebijakan harga melalui diterbitnya Surat Keputusan Bupati Nomor 12A tahun 2008 tentang tim dan petunjuk pelaksana harga pasca panen hasil pertanian komoditi unggulan di Kabupaten Enrekang. Tujuan diterbitkannya surat keputusan Bupati ini adalah untuk melindungi petani dengan meningkatkan harga komoditi unggulan pada saat panen raya. Harga jual bawang merah yang rendah disaat panen raya selalu berada di titik impas, sehingga petani merugi. Cara yang dilakukan adalah dengan pembelian bawang merah di atas titik impas oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Enrekang, maka petani bawang merah memperoleh keuntungan usaha, sehingga dapat melanjutkan usaha berikutnya (Dinas Pertanian dan Perkebunan Kab. Enrekang).
Kontribusi sektor pertanian khususnya pada komoditas bawang merah di Kabupaten Enrekang yang ternyata belum dinikmati secara adil oleh petani, hanya kurang lebih 40% dari harga jual yang ada di konsumen dimiliki oleh petani, sedangkan yang 60% dimiliki oleh para pedagang. Idealnya petani harus mampu menjual sendiri produknya, namun dalam prakteknya petani bawang merah di Kabupaten Enrekang sangat tergantung pada pedagang perantara, akibatnya posisi petani dalam sistem pemasaran selama ini masih sangat lemah, padahal sektor pertanian terutama bawang merah merupakan komoditas yang dapat diandalkan untuk meningkatkan perekonomian petani dan menambah penghasilan petani di Kabupaten Enrekang (Yudi, 2018).
Kinerja pemasaran merupakan suatu ukuran untuk menilai berhasil tidaknya suatu usaha, karena tujuan akhir dari proses produksi ialah penjualan dengan harapan mendapatkan keuntungan. Proses pemasaran memerlukan pihak
5 lain yang disebut dengan lembaga pemasaran, dimana peranan lembaga pemasaran sangat mempengaruhi rantai pemasaran. Saluran pemasaran merupakan struktur unit organisasi dalam perusahaan yang harus dilalui barang-barang dari petani ke konsumen. Tiap saluran pemasaran memerlukan biaya pemasaran yang berbeda-beda dengan yang lainnya.
Permasalahan yang sering dialami oleh petani bawang merah adalah harga yang fluktuasi, kurang jelasnya informasi harga di pasaran, sehingga petani sering mengalami kesulitan memprediksi perhitungan usahataninya. Panjangnya mata rantai pemasaran hasil produksi bawang merah sehingga membuat biaya pemasaran cukup tinggi. Proses pemasaran bawang merah akan melibatkan lembaga-lembaga pemasaran. Peran para lembaga pemasaran ini sangat diperlukan dan sangat penting sekali dalam menyampaikan hasil-hasil produksi dari petani ke konsumen. Semakin efisien kerja lembaga-lembaga pemasaran maka akan semakin menguntungkan bagi semua pihak, baik para petani, konsumen maupun bagi lembaga-lembaga pemasaran itu sendiri. Bagi petani akan bertambahnya keuntungan yang diterima.
Berdasarkan hal tersebut merupakan suatu alasan sehingga penulis tertarik untuk melakukan suatu penelitian tentang analisis margin dan efisiensi pemasaran komoditas pemasaran bawang merah di Kelurahan Tomenawa Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka rumusan masalah yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut:
6 1. Bagaimana saluran pemasaran bawang merah di Kelurahan Tomenawa
Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang ?
2. Bagaimana margin dan efisiensi pemasaran bawang merah di Kelurahan Tomenawa Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui saluran pemasaran bawang merah di Kelurahan Tomenawa Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang.
2. Untuk menganalisis margin dan efisiensi pemasaran bawang merah di Kelurahan Tomenawa Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang.
1.4 Kegunaan Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang telah diuraikan maka manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Sebagai informasi bagi petani bawang merah yang akan melakukan atau yang sudah melakukan usaha tani bawang merah sebagai bahan pertimbangan dalam proses pemasaran.
2. Landasan bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian dengan topik pembahasan yang sama.
3. Sebagai masukan bagi pengambil kebijakan yaitu pemerintah dalam rangka pembangunan masyarakat desa.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Bawang Merah
Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan yang sejak lama telah dilakukan oleh petani secara intensif. Komoditas sayuran ini termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai bumbu penyedap makanan serta bahan obat tradisional. Komoditas ini juga merupakan sumber pendapatan dan kesempatan kerja yang memberikan kontribusi cukup tinggi terhadap perkembangan perekonomian wilayah (Ditjen Hortikultura, 2011).
Bawang merah merupakan salah satu komoditas utama sayuran di Indonesia dan mempunyai banyak manfaat. Bawang termasuk kedalam
kelompok rempah tidak bersubtitusi yang berfungsi sebagai bumbu penyedap makanan serta bahan obat tradisional. Berdasarkan data dari The National Nutrient Database bawang merah memiliki kandungan karbohidrat, gula, asam
lemak, protein dan mineral lainnya yang dibutuhkan oleh tubuh manusia (Tandi et al., 2015).
Morfologi fisik bawang merah bisa dibedakan menjadi beberapa bagian yaitu akar, batang, daun, bunga, dan biji. Bawang merah memiliki akar tersebut dengan sistim perakaran dangkal dan bercabang terpencar pada kedalaman antara 15-20 cm di dalam tanah dengan diameter akar 2-5 mm. Tanaman bawang merah (Allium Ceppa L.) termasuk tanaman semusim (annual), berumbi lapis, berakar serabut, berdaun silindris, seperti pipa, memiliki batang sejati yang berbentuk
8 seperti cakram, tipis dan pendek sebagai tempat melekatnya perakaran dan mata tunas (Aksi Agraris Kanisius, 2004).
Tanaman bawang merah dapat tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian 1000 meter dpl. Walaupun demikian, untuk pertumbuhan optimal adalah pada ketinggian 0-450 meter dpl. Bawang merah umumnya sangat peka terhadap keadaan iklim yang buruk seperti keadaan cuaca yang berkabut serta curah hujan yang tinggi. Tanaman bawang merah membutuhkan penyinaran cahaya matahari yang maksimal (minimal 70% penyinaran), suhu udara suhu udara 25º-32ºC serta kelembapan nisbi yang rendah (Sutaya dalam Nurzakia et al., 2017).
Varietas bawang merah yang ditanam di Indonesia cukup banyak macamnya, tetapi umumnya produksi varietas tersebut masih rendah (kurang dari 10 ton/ha). Beberapa hal yang membedakan varietas bawang merah satu dengan yang lain biasanya didasarkan pada bentuk, ukuran, warna, kekenyalan, aroma umbi, umur tanam, ketahanan terhadap penyakit serta hujan, dan lain-lain.
Adapun beberapa varietas bawang merah tersebut antara lain : Varietas Bima Seleksi, Brebes, Medan, Keling, Maja Cipanas, Sumenep, Kuning, Kuning
Gombong, Bangkok, Klon Bawang Merah No. 88 , Klon Bawang Merah No. 86 dan Klon Bawang Merah No. 33 (Putrasamedja dalam Kartinaty, 2018).
2.2. Pemasaran
Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang membuat individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan lewat penciptaan dan pertukaran timbal balik produk dan nilai dengan orang lain.
9 Pemasaran yaitu sesuatu yang meliputi semua langkah yang dipakai atau dibutuhkan untuk menempatkan barang kepada tangan konsumen ( Kotler 2004).
Sedangkan menurut Assauri (2010), pemasaran merupakan orientasi manajemen yang menekankan bahwa kunci pencapaian tujuan organisasi terdiri dari kemampuan organisasi menentukan kebutuhan dan keinginan pasar yang dituju tersebut memenuhinya dengan kepuasan yang diinginkan secara lebih efektif dan efesien dari para pesaing.
Pemasaran adalah suatu proses sosial yang manajerial yang membuat individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan lewat penciptaan dan pertukaran timbal balik produk dan nilai dengan orang lain (Kotler dalam Martin, et al,. 2013), Pemasaran yaitu sesuatu yang meliputi semua langkah yang dipakai atau dibutuhkan untuk menempatkan barang yang bersifat tangible ke tangan konsumen.
Winandi et al (2017) mendefinisikan pemasaran produk agribisnis sebagai suatu gabungan dari seluruh aktivitas atau kegiatan bisnis dalam mendistribusikan produk dan jasa komoditas pertanian, mulai dari tingkat produsen yaitu petani hingga sampai ke konsumen akhir. Proses distribusi produk agribisnis tersebut melibatkan aktivitas atau kegiatan produktif yang dapat menciptakan atau meningkatkan nilai tambah dengan tujuan untuk memenuhi kepuasan konsumen akhir.
Konsep pemasaran adalah pemuasan kebutuhan konsumen merupakan syarat ekonomi dan sosial bagi kelangsungan hidup perusahaan. Bagian pemasaran pada suatu perusahaan memegang peranan yang sangat penting dalam
10 rangka mencapai besarnya volume penjualan, karena dengan tercapainya sejumlah volume penjualan yang diharapkan berarti kinerja bagian pemasaran dalam memperkenalkan produk telah berjalan dengan benar. Penjualan dan pemasaran sering dianggap sama tetapi sebenarnya berbeda (Priangani, 2013).
Konsep pemasaran menurut (Swastha dan Irawan, 2005) adalah mendefinisikan konsep pemasaran sebuah falsafah bisnis yang menyatakan bahwa pemuasan kebutuhan konsumen merupakan syarat ekonomi dan sosial bagi kelangsungan hidup perusahaan. Bagian pemasaran pada suatu perusahaan memegang peranan yang sangat penting dalam rangka mencapai besarnya volume penjualan, karena dengan tercapainya sejumlah volume penjualan yang diinginkan berarti kinerja bagian pemasaran dalam memperkenalkan produk telah berjalan dengan benar. Penjualan dan pemasaran sering dianggap sama tetapi sebenarnya berbeda.
2.3. Lembaga dan Saluran Pemasaran
Lembaga pemasaran adalah badan hukum atau perorangan yang bertindak sebagai perantara dalam kegiatan pemasaran dari produsen sampai ke konsumen. Lembaga pemasaran ini sangat membantu petani produsen dalam mendistribusikan atau menjual hasil panen hingga ke pusat-pusat perdagangan kota. Lembaga-lembaga pemasaran meliputi tengkulak, pedagang pengumpul, pedagang besar (grosir) baik dalam desa, kecamatan maupun kota, pedagang pengecer, industri makanan dan pedagang eksportir. Lembaga-lembaga pemasaran tersebut dalam menjalankan fungsinya membentuk rantai pemasaran hingga ke konsumen (Riyadh, 2018).
11 Menurut Moehar dalam Marisa (2016), menjelaskan bahwa lembaga pemasaran adalah badan-badan yang menyelenggarakan kegiatan atau fungsi pemasaran dimana barang bergerak dari produsen sampai ke konsumen. Lembaga pemasaran ini bisa termasuk golongan produsen, pedagang perantara, dan lembaga pemberi jasa. Tugas lembaga pemasaran adalah menjalankan fungsi-fungsi pemasaran serta memenuhi keinginan konsumen semaksimal mungkin. Konsumen memberikan balas jasa kepada lembaga pemasaran berupa margin pemasaran.
Sebagian besar produsen tidak langsung menjual barang mereka kepada pemakai akhir. Diantara produsen dan pemakai akhir terdapat sekumpulan perantara akhir yang melakukan berbagai fungsi, menyandang nama dan membentuk saluran pemasaran. Saluran pemasaran adalah serangkaian organisasi yang saling tergantung yang terlihat dalam proses untuk menjadikan produk atau jasa siap untuk digunakan untuk dikomsumsi (Kotler dalam Arbi et al, 2018).
Huda (2017), menjelaskan bahwa saluran pemasaran adalah salah satu faktor penentu untuk meningkatkan hasil penjualan. Saluran pemasaran tersebut merupakan jalur penyampaian suatu produk, jika saluran tersebut dapat dimanfaatkan dengan baik, maka dengan mudah melakukan saluran pemasaran.
Menurut Pranatagama (2015), terdapat empat tingkatan mata rantai saluran pemasaran yaitu:
1. Saluran Tingkat Nol (Zero Level Channel)
Saluran tingkat nol ini lebih dikenal juga dengan sebutan saluran langsung.
Dikatakan saluran langsung karena produsen langsung menjual barangnya
12 kepada konsumen, jadi tidak menggunakan perantara sama sekali. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 1. Saluran Pemasaran Tingkat Nol 2. Saluran Tingkat Satu (One Level Channel)
Saluran ini disebut saluran tingkat satu karena hanya satu lembaga perantara.
Lembaga perantara untuk barang konsumen pada umumnya adalah pengecer, sedangkan untuk barang industri pada umumnya adalah agen penjualan.
.
Gambar 2. Saluran Pemasaran Tingkat Satu 3. Saluran Tingkat Dua (Two Level Channel)
Saluran ini disebut saluran tingkat dua karena ada dua perantara. Untuk barang konsumen pada umumnya lembaga perantaranya adalah pedagang besar dan
pengecer. Sedangkan untuk barang industri lembaga perantaranya adalah distributor.
Gambar 3. Saluran Pemasaran Tingkat Dua 4. Saluran Tingkat Banyak (Multi Level Channel)
Saluran pemasaran ini disebut saluran yang bertingkat banyak karena menggunakan banyak perantara, biasanya diantara pedagang besar dan
Konsumen Produsen
Produsen Pengecer Konsumen
Produsen Pedagang
Besar Pengecer Konsumen
13 pengecer terdapat pedagang pengumpul yang terstruktur, dimana setiap perantara membawai beberapa perantara lain. Oleh karena itu saluran pemasaran ini disebut sebagai “Multi Level Marketing”. Bentuk ini terutama cocok untuk memasarkan atau menyalurkan barang .
Gambar 4. Saluran Pemasaran Tingkat tiga
2.4. Fungsi Pemasaran
Fungsi pemasaran merupakan suatu sistem keseluruhan dari berbagai kegiatan-kegiatan bisnis yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang memuaskan kebutuhan, baik kepada pembeli potensial (Yasinta, 2008).
Terdapat tiga fungsi-fungsi pemasaran yang di kemukakan oleh Yasinta 2008, yaitu :
1. Fungsi pertukaran, dimana terdiri dari fungsi pembelian dan fungsi penjualan.
2. Fungsi fisis, yaitu fungsi pengangkutan, fungsi penyimpanan, dan fungsi pemrosesan.
3. Fungsi penyediaan sarana, meliputi informasi pasar, penanggunan resiko, pengumpulan, komunikasi, standarisasi, penyortiran, dan pembiayaan.
Produsen Pedagang
Besar Penyalur
Pengecer Konsumen
14 1. Fungsi Pertukaran
Produk harus dijual dan dibeli sekurangnya sekali dalam proses pemasaran. Fungsi pertukaran yaitu melibatkan kegiatan yang menyangkut pengalihan hak kepemilikan dari satu pihak kepihak lainnya dalam sistem pemasaran. Pihak-pihak yang terlibat dalam proses ini ialah pedagang, distributor dan agen yang memperoleh komisi karena mempertemukan penjual dan pembeli.
Menurut (Yasinta,2008), fungsi pertukaran dalam fungsi pemasaran terdiri atas 2 bagian yaitu :
a). Fungsi Penjualan
Tugas pokok pemasaran adalah mempertemukan permintaan dan penawaran (pembeli atau penjual ). Hal ini dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung (melalui perantara).
Adapun beberapa fungsi penjualan yaitu meliputi sejumlah fungsi tambahan sebagai berikut:
a. Fungsi perencanaan dan pengembangan produk. Sebuah produk yang memuaskan konsumen merupakan tujuan mendasar dari semua usaha pemasaran. Perencanaan dan pengembangan produk dianggap sebagai fungsi produksi, tapi hal itu penting pula bagi perusahaan.
b. Fungsi mencari kontak. Fungsi ini meliputi tindakan-tindakan mencari dan membuat kontak dengan para pembeli.
c. Fungsi menciptakan permintaan. Fungsi ini meliputi semua usaha yang dilakukan oleh para penjual untuk mendorong para pembeli membeli produk-
15 produk mereka. Termasuk pada tindakan yang menjual secara individu, dengan undian dan juga mengadakan reklame.
d. Fungsi melakukan negosiasi. Syarat serta kondisi penjualan harus dirundingkan oleh para pembeli dan penjual. Termasuk merundingkan kualitas, kuantitas, waktu, harga, pengiriman, cara pembayaran dan sebagainya.
e. Fungsi melakukan kontak. Fungsi ini mencakup persetujuan akhir untuk melakukan penjualan dan transfer hak milik.
b). Fungsi Pembelian
Fungsi pembelian yaitu meliputi segala kegiatan dalam rangka memperoleh produk dengan kualitas dan jumlah yang diinginkan pembeli serta mengusahakan agar produk tersebut siap digunakan pada waktu dan tempat tertentu dengan harga yang layak. Fungsi pembelian yang dikemukakan oleh (Brown, 2001) sebagai berikut :
a. Fungsi perencanaan. Pembeli harus mempelajari pasar mereka sendiri untuk mengetahui kualitas, jenis, dan kuantitas dari produk yang mereka perlukan.
Konsumen akhir juga dapat membuat keputusan mengenai produk yang ingin mereka miliki.
b. Fungsi mencari kontak. Fungsi ini meliputi usaha-usaha mencari sumber produk yang mereka inginkan. Penting bagi para pembeli untuk mencari penjual yang dapat menawarkan barang atau jasa tertentu.
c. Fungsi mengadakan perundingan. Dalam hal ini syarat serta kondisi pembelian harus diperundingkan terlebih dahulu dengan pihak penjual agar tidak ada perselisihan dihari kemudian
16 d. Fungsi assembling. Persediaan barang harus dikumpulkan untuk digunakan dalam proses produksi oleh para produsen dan pedagang eceran atau dikonsumsi sendiri oleh konsumen akhir.
e. Fungsi kontrak. Setelah syarat dan kondisi tertentu yang telah disepakati, selanjutnya dibuat perjanjian akhir dalam bentuk kontrak jual beli dan pemindahan hak milik.
2. Fungsi Fisis
Kegunaan waktu. tempat dan bentuk ditambahkan pada produk ketika produk diangkut, diproses dan disimpan untuk memenuhi keinginan konsumen.
Oleh karena itu, fungsi fisis meliputi hal-hal berikut :
a. Pengangkutan merupakan gerakan perpindahan barang-barang dari asal mereka menuju ke tempat lain yang diinginkan (konsumen).
b. Penyimpanan atau pergudangan berarti menyimpan barang dari saat produksi mereka selesai sampai dengan waktu mereka akan dikonsumsi.
c. Pemrosesan. Bahan hasil pertanian sebagian besar adalah bahan mentah bagi industri sehingga pengolahan sangat diperlukan untuk memperoleh nilai tambah ( value added).
3. Fungsi Penyediaan Sarana
Fungsi penyediaan sarana adalah kegiatan-kegiatan yang dapat membantu sistem pemasaran agar mampu beroprasi lebih lancar. Fungsi ini meliputi hal-hal berikut :
a. Informasi pasar merupakan Pembeli memerlukan informasi mengenai harga dan sumber-sumber penawaran. Informasi pasar ini dapat diperoleh dari
17 berbagai sumber, baik itu media massa, pemerintahan, perusahaan swasta maupun lembaga pendidikan.
b. Penanggungan Risiko merupakan Pemilik produk menghadapi risiko sepanjang saluran pemasaran.
c. Standarisasi dan grading merupakan Standarisasi memudahkan produk untuk dijual dan dibeli, sedangkan grading adalah klasifikasi hasil pertanian kedalam beberapa golongan mutu yang berbeda-beda dengan nama dan label tertentu.
d. Pembiayaan merupakan Pemasaran modern memerlukan modal dalam jumlah besar untuk membeli mesin-mesin dan bahan-bahan mentah, serta untuk menggaji tenaga kerja. Proses pemasaranpun menghendaki pemberian kredit kepada pembeli.
2.5. Marjin Pemasaran
Margin pemasaran adalah suatu istilah yang digunakan untuk menyatakan perbedaan harga yang dibayar kepada penjual pertama dan harga yang dibayar oleh pembeli akhir. Biaya pemasaran akan semakin tinggi jika banyak pemasaran yang dilakukan lembaga pemasaran terhadap suatu produk sebelum sampai ke konsumen akhir. Semakin tinggi kualitas dari suatu produk yang diinginkan konsumen maka akan semakin meningkat biaya pemasarannya (Ilahude 2013).
Menurut Marisa (2016), Marjin pemasaran merupakan perbedaan harga ditingkat petani atau produsen dan harga ditingkat konsumen. Termasuk dalam marjin pemasaran ini adalah seluruh biaya yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran mulai dari tingkat petani atau produsen sampai pedagang pengumpul dan pedagang pengecer dalam proses pemasaran.
18 Definisi margin pemasaran adalah perbedaan harga yang diterima petani dengan harga yang dibayarkan oleh konsumen oleh produksi yang sama. Margin pemasaran termasuk semua biaya yang dikeluarkan dalam proses pemindahan barang mulai dari petani produsen hingga konsumen akhir, serta keuntungan yang diperoleh lembaga pemasaran. Besar kecilnya margin pemasaran dipengaruhi oleh biaya pemasaran, keuntungan lembaga pemasaran serta jumlah permintaan dan penawaran. Menurut (Hanafiah dan Saefuddin dalam Saraswati, 2020) margin tata niaga adalah suatu istilah yang digunakan untuk menyatakan perbedaan harga yang dibayar kepada penjual pertama (HP) dan harga yang dibayar oleh pembeli terakhir (Hb), yang jika dirumuskan dalam rumus sebagai berikut:
Dimana :
M = Margin pemasaran (Rp)
Hp = Harga jual di tingkat produsen (Rp/kg) Hb = Harga beli di tingkat konsumen akhir (Rp/kg)
Margin tataniaga (Pemasaran) adalah selisih antara harga yang dibayarkan oleh konsumen dengan harga yang diterima produsen. Margin ini akan diterima oleh lembaga niaga yang terlibat dalam proses pemasaran tersebut, makin panjang tata niaga (semakin banyak lembaga niaga yang terlibat) maka semakin besar margin tata niaga (Daniel dalam Paidi, 2016).
M = Hp - Hb
19 2.6. Efisiensi Pemasaran
Konsep efisiensi pemasaran pada dasarnya adalah suatu ukuran relatif.
Efisiensi pemasaran adalah bentuk awal dari bekerjanya pasar persaingan sempurna, yang artinya sistem tersebut dapat memberikan kepuasan bagi lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat. Efisiensi pemasaran dapat dibedakan atas efisiensi teknis dan ekonomis (Henrikus, 2006). Efisiensi teknis terbatas pada hubungan teknis dan operasional konversi input menjadi output, sedangkan efisiensi ekonomi menganggap bahwa harga tidak dapat dikatakan sudah ditentukan (given) karena harga dapat dipengaruhi oleh kebijakan makro.
Menurut said dan intan dalam Asmawati (2018) suatu sistem pemasaran dinyatakan bekerja secara efektif dan efisien apabila sistem tersebut mampu menyediakan insentif apabila pelaku (produsen, konsumen, dan lembaga pemasaran) yang mampu mendorong pengambilan keputusan para pelaku tersebut secara tepat dan efisien. Kompleksitas sistem pemasaran bervariasi antara komoditi, pasar dan waktu yang berbeda. Sistem pemasaran dianggap efisien apabila memenuhi dua syarat : (1) mampu menyampaikan hasil-hasil dari petani produsen kepada konsumen dengan biaya semurah-murahnya, dan (2) mampu mengadakan pembagian yang adil dari keseluruhan harga yang dibayar konsumen terakhir kepada semua pihak yang ikut terlibat dalam kegiatan produksi dan pemasaran barang tersebut.
Efisiensi pemasaran dapat diukur dengan menggunakan konsep efisiensi operasional dan efisiensi penetapan harga. Efisiensi operasional didukung dengan membandingkan output pemasaran terhadap input pemasaran. Penetapan efisiensi
20 pemasaran operasional dilakukan dengan asumsi-asumsi bahwa sifat utama output tidak mengalami perubahan atau efisiensi ini lebih berkaitan dengan teknologi.
Efisiensi penetapan harga berhubungan dengan keefektifan pemasaran sehingga harga dapat digunakan untuk menilai hasil kinerja proses pemasaran dalam menyampaikan output pertanian dari daerah produsen ke daerah konsumen. Untuk menghitung efisiensi pemasaran digunakan rumus sebagai berikut :
EP= BP
𝑁𝑃𝑥100%
Jika EP yang nilainya <1=paling efisien EP yang dinilai >1 =Tidak efisien Di mana EP=Efesien pemasaran(%)
BP= total biaya pemasaran (Rp/kg
NP= total nilai produk yang dipasarkan (Rp/kg)
2.7. Penelitian Terdahulu
Pada penelitian ini mengacu pada penelitian sebelumnya untuk mempermudah dalam pengumpulan data dan juga sebagai bahan perbandingan maupun kajian. Adapun hasil penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai bahan referensi yaitu sebagai berikut:
21 Tabel 3. Penelitian Terdahulu Yang Relevan
No Judul Penelitian Dan Nama
Penulis
Metode Yang Digunakan
Hasil Penelitian
1. Analisis Efisiensi Pemasaran Komoditas Bawang Merah Di Desa
Batunoni Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang.
Saraswati, 2020
Populasi dalam penelitian berjumlah 142 petani dan pedagang, kemudian ditarik sampel sebanyak 20% dari populasi, sehingga diperoleh sampel sebanyak 28 orang petani bawang merah. Pengambilan sampel dilakukan
metode acak
sederhana (Simple Random Sampling).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa analisis pemasaran dengan menggunakan analisis marjin memperoleh total marjin pemasaran sebesar 13.000. Untuk saluran 1 memperoleh marjin sebesar Rp 4.000 dan untuk saluran 2 sebesar Rp 9.000. Sedangkan efisiensi pemasaran bawang merah memiliki nilai efisien sebesar Rp 0,12% pada saluran pemasaran 1 dan untuk saluran pemasaran 2 memiliki nilai sebesar Rp0,13%. hal ini dikatakan bahwa saluran yang memiliki nilai paling efisien adalah saluran pemasaran 1, karena biaya yang dikeluarkan lebih sedikit dibanding dengan saluran pemasaran 2 karena rantai pemasarannya lebih panjang daripada saluran pemasaran 1.
2. Analisis Efisiensi Pemasaran Bawang Merah di Dataran Menengah Kabupaten Majalengka Suhaeni, I Putu Eka Wijaya Dan Nur Azkiya (2018)
Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder.
Pengumpulan data primer dilakukan dengan teknik wawancara
menggunakan
kuesioner yang telah dipersiapkan.
Responden dalam penelitian ini meliputi petani bawang merah dan pelaku pasar. Data sekunder diperoleh dari BPS, dinas pertanian
Majalengka.
Pola saluran pemasaran bawang merah yang mulai dari produsen sampai konsumen akhir ada di Kabupaten Majalengka hanya terdapat 3 pola, yaitu pola saluran pemasaran 1 (petani- pengecer lokal-konsumen), pola saluran pemasaran 3 (petani-penebas- pengecer lokal-konsumen) dan pola saluran 5 (petani-bandar-pengecer lokal-konsumen). Nilai R/C petani, penebas, bandar, pasar lokal/pengecer pada pemasaran nilainya >1. Nilai B/C pun pada setiap lembaga pemasaran nilainya
>0, artinya agribisnis bawang merah Layak dan menguntungkan.
Ditinjau dari marjin pemasaran, keuntungan, farmers’s share, dan efisensi pemasaran semua saluran Pemasaran dikategorikan efisien.
22 No Judul
Penelitian Dan Nama
Penulis
Metode Yang Digunakan
Hasil Penelitian
3. Efisiensi Pemasaran Bawang Merah (Kasus:
Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah.
Ivoni Annisa, Ratna Winandi dan Rita Nurmalina (2018)
Metode penelitian ini menggunakan analisis data kuantitatif digunakan untuk menganalisis marjin pemasaran, farmer’s, rasio keuntungan terhadap biaya dengan menggunakan
Microsoft Excel 2016. Sedangkan analisis data integrasi pasar menggunakan
eviews 9. Analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis saluran dan lembaga pemasaran.
Terhadap analisis efisiensi pemasaran bawang merah di Kabupaten Brebes menunjukkan bahwa terdapat 7 saluran pemasaran bawang merah di Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah. Analisis efisiensi menunjukkan bahwa saluran pemasaran yang efisien di Provinsi Jawa Tengah adalah saluran pemasaran 2 dan tujuan pemasaran luar Provinsi Jawa Tengah adalah saluran pemasaran 6. Analisis efisiensi harga menunjukkan bahwa hanya terdapat integrasi jangka pendek pada pemasaran bawang merah ke luar provinsi Jawa Tengah, yaitu Lampung dimana harga bawang merah di tingkat petani memengaruhi harga bawang merah di tingkat pedagang grosir dan pedagang eceran di Lampung. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemasaran bawang merah di Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah telah efisien baik secara operasional namun belum efisien secara harga.
4. Analisis efisiensi pemasaran beras di Kelurahan Apala Kecamatan Barebbo Kabupaten Bone.
Asmawati, (2018)
Analisis yang digunakan dalam studi ini yaitu analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif dengan menggunakan rumus margin pemasaran dan efesiensi pemasaran.
Hasil menunjukkan bahwa terdapat 2 jenis saluran pemasaran beras, yaitu; 1) petani-penggilingan- pedagang-konsumen, 2) petani- penggilingan-PAP, dengan masing- masing margin yaitu pada saluran pertama Rp.3.933 dengan tingkat efisiensi 14,3% dan margin untuk saluran kedua yaitu Rp.3.033 dengan tingkat efisiensi 12,4%. hal ini menunjukkan bahwa kedua saluran pemasaran tersebut telah efisien.
23 No Judul
Penelitian Dan Nama
Penulis
Metode Yang Digunakan
Hasil Penelitian
5. Analisis Rantai Pasok Pemasaran Komoditas Biji Kakao Di Desa Mattampa Walie Kecamatan Lamuru Kabupaten Bone.
Musfida Ansar (2019)
Pengambilan
populasi dalam penelitian ini dilakukan dengan cara acak sederhana atau simple random sampling. Sementara untuk penentuan sampel lembaga pemasaran dilakukan dengan snowball sampling. Analisis data yang digunakan adalah analisis kualitatif dan analisis saluran pemasaran, analisis margin pemasaran, keuntungan
pemasaran dan efesiensi pemasaran.
Sistem pemasaran biji kakao di Desa Mattampa Walie, Kecamatan Lamuru, Kabupaten Bone terdiri dari dua saluran pemasaran yaitu (1) saluran pemasaran 1 (petani – pedagang besar), (2) saluran II (petani – pedagang pengumpul – pedagang besar). Margin untuk setiap lembaga pemasaran yaitu pada saluran I margin pemasaran untuk pedagang besar 3.000 Rp/Kg, dan margin pemasaran pada saluran II untuk pedagang pengumpul sebesar 1.500 Rp/Kg dan pedagang besar sebesar 2.500 Rp/Kg. Saluran pemasaran yang paling efisien adalah saluran pemasaran II yakni sebesar 4.900,80 %. Hal ini disebabkan karena biaya yang dikeluarkan pada saluran pemasaran II lebih kecil yaitu biaya pemasaran dibandingkan dengan saluran pemasaran I.
2.8. Kerangka Pemikiran
Penelitian ini dilakukan untuk melihat bagaimana aspek analisis efisiensi pemasaran bawang merah di Kelurahan Tomenawa Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang. Berdasarkan landasan teori, maka dapat diketahui bahwa pemasaran bawang merah memiliki beberapa saluran pemasaran yaitu dari produsen melalui lembaga-lembaga pemasaran hingga sampai pada tangan konsumen yang akan melalui beberapa saluran pemasaran. Dari saluran pemasaran bawang merah, maka akan terbentuk margin pemasaran. Margin pemasaran adalah perbedaan
24 harga atau selisih harga yang dibayarkan oleh konsumen dengan harga yang diterima oleh petani. Dari besar kecilnya margin pemasaran maka akan diketahui efisien/tidaknya pemasaran bawang merah.
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dimulai dari petani yang memproduksi bawang merah yang kemudian akan dipasarkan sehingga terjadi saluran pemasaran, petani memasarkan bawang merah melalui beberapa saluran pemasaran yang akan mempermudah dan memperjelas tahap pemasaran bawang merah yang diproduksi oleh petani. Pada proses saluran pemasaran bawang merah dipasarkan melalui beberapa saluran yang dimana ada yang dipasarkan melalui pedagang pengecer dan pedagang pengecer menjual ke konsumen, adapula
dipasarkan melalui pedagang besar, kemudian pedagang besar menjual ke konsumen dan adapula dipasarkan melalui pedagang pengumpul, kemudian
pedagang pengumpul menjual lagi ke pedagang besar dan pedagang besar yang menyalurkan ke konsumen. Pada saluran pemasaran tersebut digunakan sebagai bahan analisis dalam sistem pemasaran bawang merah yang didalammya ada beberapa saluran pemasaran kemudian menghitung margin pemasaran dan keuntungan yang didapat oleh masing-masing saluran pemasaran bawang merah di Kelurahan Toemenawa Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang sehingga dapat mengetahui efisiensi pemasaran pada analisis efisiensi pemasaran bawang merah.
Kerangka pemikiran dari penelitian ini, dapat dilihat pada skema gambar 5.
25
Gambar 5. Kerangka Pemikiran Penelitian Analisis Pemasaran Bawang Merah di Kabupaten Enrekang
Efisiensi pemasaran Petani Bawang Merah
Saluran Pemasaran
Margin pemasaran Biaya
Pemasaran
- Harga Beli - Harga Jual
III. METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Tomenawa Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang, dengan pertimbangan bahwa di lokasi tersebut adalah salah satu sentra petani bawang merah. Waktu penelitian berlangsung dari bulan Juli sampai Agustus 2021.
3.2. Teknik Pengambilan Sampel
Populasi pada penelitian ini adalah petani bawang merah dan lembaga pemasaran bawang merah yang ada di Kelurahan Tomenawa Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang yang berjumlah 187 orang menurut data yang diperoleh dari Keluruhan Tomenawa.
Teknik penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik simple random sampling (secara acak sederhana), yaitu cara pemilihan sampel dimana
anggota dari populasi dipilih satu persatu secara random. Semua anggota dari populasi mendapatkan kesempatan yang sama untuk dipilih dan jika sudah dipilih tidak dapat dipilih lagi. Pengambilan sampel bisa menggunakan lotere atau bilangan random (Kountur, 2007). Untuk menentukan besarnya sampel penelitian berpedoman pada pendapat (Masaroh, 2019), yaitu apabila subjek kurang dari 100, lebih baik diambil semuanya sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya, jika populasi jumlah subyeknya besar dari 100 dapat diambil 10-15% atau 20-25% atau lebih. Berdasarkan pendapat tersebut, maka
27 sampel yang diambil sebanyak 15% dari jumlah populasi sehingga diperoleh 28 orang sebagai sampel dalam penelitian ini.
Pengambilan responden lembaga pemasaran ditentukan dengan metode bola salju (snowball sampling). Prasetyo dan Jannah (2014) menyatakan bahwa teknik penarikan sampel bola salju (snowball sampling) digunakan jika peneliti belum mengetahui tentang jumlah populasi. Dalam penentuan jumlah responden pada lembaga pemasaran belum diketahui dengan jelas. Responden lembaga pemasaran dalam penelitian ini yaitu terdiri dari 7 responden lembaga pemasaran.
3.3. Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan data kualitatif dan data kuantitatif.
1. Data kualitatif merupakan suatu kegiatan sesudah data dari seluruh responden atau sumber data-data lain semua terkumpul. Pada penelitian ini jenis data yang berupa penjelasan tentang bagaimana kegiatan saluran pemasaran dari
sistem pemasaran yang dilakukan antara petani – pedagang pengecer – konsumen, petani - pedagang besar – konsumen, petani – pedagang
pengumpul – pedagang besar – konsumen di Kelurahan Tomenawa Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang.
2. Data kuantitatif yaitu data hasil serangkaian observasi atau pengukuran dinyatakan atau dapat dinyatakan dalam bentuk angka. Data kuantitatif merupakan data yang diperoleh dari hasil pengukuran variable kuantitatif. Data kuantitatif dalam penelitian ini yaitu data tentang hasil pengukuran margin atau keuntungan dan efisiensi pemasaran pada saluran pemasaran dalam sistem
28 pemasaran bawang merah di Kelurahan Tomenawa Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang.
Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder : 1. Data primer adalah data yang diperoleh dari responden melalui observasi
maupun wawancara yang menggunakan kuesioner. Data tersebut berupa identitas responden dan beberapa pertanyaan terbuka terhadap responden yang berkaitan dengan bawang merah dan pemasaran bawang merah. Dalam penelitian ini data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan responden. Hasil wawancara dengan petani di Kelurahan Tomenawa Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang berupa data antara lain : nama, umur, pendidikan terakhir, jumlah tanggungan keluarga, luas lahan, jumlah produksi, biaya pemasaran, harga jual dan pengalaman usaha tani. Hasil wawancara dengan pedagang lembaga pemasaran berupa data antara lain : nama, umur, pendidikan terakhir, jumlah tanggungan keluarga, harga beli/jual, biaya pemasaran dan pengalaman berusahatani.
2. Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari berbagai sumber yang telah ada peneliti sebagai tangan kedua, ketiga dan seterusnya. Dalam penelitian ini data sekunder diperoleh dari BPS Sulawesi Selatan, BPS Kabupaten Enrekang, Kantor Kelurahan Tomenawa Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang, buku, laporan, jurnal dan kepustakaan yang relevan dengan penelitian.
29 3.4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Observasi adalah mengamati secara langsung terhadap kegiatan petani
responden dan pedagang responden dengan cara mencatat secara sistematis terhadap gejala-gejala yang terkait dengan penelitian. Dalam kegiatan penelitian ini, observasi dilakukan dengan cara mengamati secara langsung keadaan objek penelitian dan langsung turun kelapangan melihat keadaan petani dalam berkegiatan.
2. Wawancara adalah proses tanya jawab secara langsung oleh peneliti ke petani dengan menggunakan kuesioner sebagai alat bantu untuk mendapatkan gambaran umum dan penjelasan terkait kegiatan pendistribusian bawang merah. Dalam kegiatan ini peneliti langsung mendatangi responden dan mewawancarai dengan mengajukan pertanyaan kepada responden sesuai pedoman pada daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan terlebih dahulu.
3. Dokumentasi adalah salah satu cara yang dilakukan untuk menyediakan gambar-gambar yang terjadi pada lokasi penelitian dengan menggunakan bukti yang akurat dari pencatatan sumber-sumber. Dalam penelitian ini dokumentasi berupa arsip foto yang digunakan sebagai bukti dan surat keterangan penyelesaian penelitian dari Kantor Kelurahan Tomenawa Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang sebagai bukti bahwa peneliti telah melakukan penelitian di Kelurahan Tomenawa Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang.
4. Kuesioner, yaitu bahan bagi peneliti untuk mengumpulkan data dan merupakan suatu teknik dalam pengumpulan informasi yang memungkinkan analisis
30 mempelajari sikap-sikap, perilaku, keyakinan, dan karakteristik beberapa orang utama di dalam organisasi yang bisa terpengaruh oleh sistem yang diajukan atau oleh sistem yang sudah ada. Pada penelitian ini kuesioner digunakan sebagai bahan pertanyaan yang dijawab oleh para responden sehinga dapat dilihat bagaimana saluran pemasaran, berapa margin dan keuntungan dari total
biaya yang dihasilkan serta bagaimana efisiensi saluran pemasaran di Keluarahan Tomenawa Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang.
3.5. Teknik Analisis Data
1. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini untuk menjawab rumusan masalah yang pertama adalah analisis data kualitatif yang menyajikan data bersifat deskriptif.
2. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini untuk menjawab rumusan masalah yang kedua adalah analisis data kuantitatif yang banyak menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data, serta penampilan dari hasilnya.
Analisis data kuantitatif dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Untuk mengetahui besarnya margin maka digunakan rumus sebagai berikut :
M = Hp – Hb Dimana :
M = Margin lembaga pemasaran Hp = Harga jual ditingkat petani Hb = harga beli ditingkat konsumen
31 b. Untuk mengetahui besarnya keuntungan yang diperoleh dari kegiatan
pemasaran maka digunakan rumus sebagai berikut : 𝝅= ML TC
Dimana :
𝜋 = Keuntungan pemasaran (Rp/Kg) ML = Marjin Lembaga Pemasaran(Rp)
TC = Total Biaya Yang Dikeluarkan Oleh Setiap Lembaga Pemasaran (Rp) c. Untuk menghitung efisiensi saluran pemasaran maka digunakan rumus
(Soekartawi, 2002) :
EP = 𝑩𝑷
𝑵𝑷X 100 % Jika: EP yang nilainya < 50% = Paling efisien
EP yang nilainya > 50%= Tidak Efisien Dimana :
EP = efisiensi pemasaran(%)
BP = Total biaya pemasaran ( Rp/L)
NP = Total nilai produk yang dipasarkan (Rp/kg)
3.6. Definisi Operasional
1. Bawang merah (Allium Cepa L) adalah tanaman yang termasuk ke dalam kelompok rempah yang dibudidayakan petani di Kelurahan tomenawa Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang.
2. Saluran pemasaran adalah suatu proses atau saluran pendistribusian barang dari petani ke konsumen akhir.
32 3. Lembaga pemasaran adalah orang yang bertindak sebagai perantara dalam
kegiatan pemasaran bawang merah dari produsen sampai ke konsumen.
4. Margin pemasaran adalah selisih antara yang dibayarkan oleh konsumen dengan harga yang diterima produsen.
5. Biaya pemasaran adalah semua biaya-biaya yang harus dikeluarkan dalam proses produksi sampai proses pemasaran.
6. Efisiensi pemasaran adalah indikator yang digunakan untuk mengetahui kinerja pemasaran bawang merah di Kabupaten Enrekang.
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1. Keadaan Geografis
Kelurahan Tomenawa merupakan salah satu kelurahan yang terletak di Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang Provinsi Sulawesi Selatan. Secara geografis Kelurahan Tomenawa merupakan daerah perbukitan dan berada di dataran tinggi dengan ketinggian 500 M di atas permukaan laut. Kondisi tanah pada Kelurahan Tomenawa sangat subur sehingga cocok ditanami berbagai macam tanaman baik tanaman holtikultura maupun tanaman jangka panjang.
Kelurahan Tomenawa memiliki luas wilayah 7,520 KM2 dan secara administrasi, batas-batas wilayah Kelurahan Tomenawa Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang yaitu sebagai berikut :
- Sebelah Utara : Desa Tirowali - Sebelah Timur : Desa Lunjen - Sebelah Barat : Kelurahan Baraka - Sebelah Selatan : Desa Parinding
Kelurahan Tomenawa merupakan salah satu kelurahan dari 3 Kelurahan dan 12 Desa yang berada di Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang. Kelurahan Tomenawa berbatasan langsung dengan ibu kota Kecamatan dan Jarak Kelurahan Tomenawa dari ibu kota Kabupaten Enrekang adalah 39 Km dengan waktu tempuh menggunakan kendaraan bermotor sekitar 1 jam.
34 4.2. Keadaan Demografis
4.2.1 Keadaan Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Penduduk merupakan faktor penentu terbentuknya suatu negara atau wilayah dan sekaligus menjadi modal utama suatu negara sehingga dikatakan sebagai negara berkembang atau sebagai negara maju, bahkan suksesnya suatu pembangunan dari suatu negara tidak terlepas dari peran penduduk.
Jumlah penduduk di Kelurahan Tomenawa berjumlah 2.115 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 1.049 jiwa dan perempuan sebanyak 1.066 jiwa dengan perincian dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Kelurahan Tomenawa Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang, 2021
No Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa)
1 2
Laki-Laki Perempuan
1.049 1.066
Total 2.115
Sumber : Kantor Kelurahan Tomenawa, 2021
Berdasarkan pada tabel 4 menjelaskan bahwa jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin yang berada pada Kelurahan Tomenawa Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang jenis kelamin laki-laki sebanyak 1.049 orang dan jumlah jenis kelamin perempuan sebanyak 1.066 orang. Hal ini menunjukan bahwa jumlah perempuan lebih tinggi dari pada jumlah laki-laki.
35 4.2.2 Keadaan Penduduk Berdasarkan Usia
Berdasarkan data yang tersaji dari pemerintah Kelurahan Tomenawa mengenai usia penduduk pada tahun 2021 dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Usia di Kelurahan Tomenawa Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang, 2021
No Kelompok Usia (Tahun) Jumlah (Orang)
1 2 3 4
0-5 6-15 16-35 36-Usia lanjut
371 500 750 494 Sumber : Kantor Kelurahan Tomenawa, 2021
Berdasarkan pada tabel 5 bahwa distribusi penduduk menurut kelompok usia yang berada di Kelurahan Tomenawa Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang terbagi dalam 4 kelompok. Kelompok usia terbanyak berada pada usia 16-35 tahun sebanyak 750 orang dan kelompok usia termuda pada usia 0-5 tahun sebanyak 371 orang.
4.2.3 Mata Pencaharian
Mata pencaharian penduduk Kelurahan Tomenawa Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang sebagian besar adalah petani. Tetapi tidak semua penduduk Kelurahan Tomenawa Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang bermata pencaharian sebagai petani, tetapi ada juga sebagian masyarakat yang mata pencahariannya sebagai wiraswasta, PNS, Tukang Kayu/Batu, TNI, Polri dan
pengusaha kecil dan menengah, artinya mata pencaharian masyarakat
36 di Kelurahan Tomenawa Kecamatan Enrekang dalam memenuhi kebutuhan dan kelangsungan hidupnya sangat beragam, untuk lebih jelasnya dilihat pada tabel 6.
Tabel 6. Mata Pencaharian Penduduk di Kelurahan Tomenawa Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang, 2021
No Jenis Mata Pencaharian Jumlah (Orang) 1
2 3 4 5 6
Petani PNS
Tukang Kayu, Batu Wiraswasta
TNI Polri
1.026 61
5 9 2 6 Sumber : Kantor Kelurahan Tomenawa, 2021
Tabel 6 menunjukkan bahwa mayoritas penduduk Kelurahan Tomenawa Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang mempunyai mata pencaharian paling banyak dari sektor pertanian berjumlah 1.026 orang, terendah penduduk dengan mata pencaharian sebagai TNI dengan jumlah 2 orang. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas perekonomian didominasi oleh sektor pertanian.
4.2.4 Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan dapat berpengaruh terhadap pengetahuan seseorang, bahkan sampai pada tingkat pengusaha, terutama pada proses kecepatan dan ketepatan dalam pengambilan keputusan usaha. Maka data penduduk berdasarkan pendidikan merupakan suatu hal yang cukup penting diketahui untuk mengatasi permasalahn-permasalahan kependudukan dalam tata kelola kehidupan. Data penduduk berdasarkan pada tingkat pendidikan di Kelurahan Tomenawa
37 Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang memiliki tingkat pendidikan yang berbeda-beda. Hal ini dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel 7. Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kelurahan Tomenawa Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang, 2021
No Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang)
1 2 3 4 5
Tamatan SD Tamatan SMP Tamatan SMA Sarjana (S1) / D3 Buta Huruf
315 670 450 225 245 Sumber : Kantor Kelurahan Tomenawa, 2021
Pada tabel 7 menjelaskan bahwa tingkat pendidikan penduduk Kelurahan Tomenawa Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang yang terbanyak adalah tingkat pendidikan tamatan SMP dengan jumlah 573 orang dan tingkat pendidikan terendah adalah tingkat pendidikan Sarjana (S1) dengan jumlah 225 orang. Hal ini menunjukan bahwa tingkat pendidikan di wilayah ini relatif tinggi.
4.3. Keadaan Pertanian
Kondisi pertanian yang baik harus didukung dan disertai dengan ketersedian lahan pertanian yang cukup, inovasi atau teknologi dan sumber daya manusia yang handal. Kelurahan Tomenawa Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang memiliki potensi yang besar dalam sektor pertanian karena kondisi alam
yang mendukung. Hal ini akan berjalan lebih baik lagi jika para petani di Kelurahan Tomenawa mampu meningkatkan kemampuan yang dimiliki dalam
menjalankan usahataninya.
38 Keadaan pertanian di Kelurahan Tomenawa sudah maju, dimana petani sudah mampu menemukan inovasi-inovasi terbaru dan sudah mampu menggunakan dan menerapkan tegnologi dalam menjalankan usahataninya. Petani di Kelurahan Tomenawa melakukan 2 kali musim tanam. Tanaman yang digunakan yaitu tanaman bawang merah. Selain bercocok tanam bawang merah, penduduk Kelurahan Tomenawa juga bercocok tanam Sayuran, Lombok, Jagung, Tomat, Buncis, Kol, Kacang merah, Kacang tanah dan tanaman pangan lainnya.
Kondisi lahan yang memungkinkan dan juga didukung oleh petani yang berinisiatif untuk melakukan pergiliran tanaman sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani. Walaupun tidak menanam dalam jumlah yang banyak namun dapat meningkatkan perekonomian masyarakat dan dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari.