• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN KOMODITAS BAWANG MERAH DI DESA BATUNONI KECAMATAN ANGGERAJA KABUPATEN ENREKANG SARASWATI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN KOMODITAS BAWANG MERAH DI DESA BATUNONI KECAMATAN ANGGERAJA KABUPATEN ENREKANG SARASWATI"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

1

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN KOMODITAS BAWANG MERAH DI DESA BATUNONI KECAMATAN ANGGERAJA

KABUPATEN ENREKANG

SARASWATI 105960186215

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2020

(2)

2 ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN KOMODITAS BAWANG MERAH

DI DESA BATUNONI KECAMATAN ANGGERAJA KABUPATEN ENREKANG

SARASWATI 105960186215

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Strata Satu (S-1)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2020

(3)

3

(4)

4

(5)

5 PERTANYAAN MENGENAI SKRIPSI

DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul : Analisis Efisiensi Pemasaran Komoditas Bawang Merah di Desa Batunoni Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Makassar, 12 Februari 2020

Saraswati

(6)

6

ABSTRAK

SARASWATI.105960186215, Fakultas Petanian, Jurusan Agribisnis “Analisis Efisiensi Pemasaran Komoditas Bawang Merah di Desa Batunoni Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang” di bawah bimbingan JUMIATI dan

DEWI PUSPITASARI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui saluran pemasaran bawang merah di Desa Batunoni Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang dan mengetahui tingkat efisiensi saluran pemasaran bawang merah di Desa Batunoni Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang . Populasi dalam penelitian berjumlah 142 petani dan pedagang, kemudian ditarik sampel sebanyak 20% dari populasi, sehingga diperoleh sampel sebanyak 28 orang petani bawang merah. Pengambilan sampel dilakukan metode acak sederhana (Simple Random Sampling).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa analisis pemasaran dengan menggunakan analisis marjin memperoleh total marjin pemasaran sebesar 13.000.

Untuk saluran 1 memperoleh marjin sebesar Rp 4.000 dan untuk saluran 2 sebesar Rp 9.000. Sedangkan efisiensi pemasaran bawang merah memiliki nilai efisien sebesar Rp 0,12% pada saluran pemasaran 1 dan untuk saluran pemasaran 2 memiliki nilai sebesar Rp0,13%. hal ini dikatakan bahwa saluran yang memiliki nilai paling efisien adalah saluran pemasaran 1, karena biaya yang dikeluarkan lebih sedikit dibanding dengan saluran pemasaran 2 karena rantai pemasarannya lebih panjang daripada saluran pemasaran 1.

Kata kunci : Analisis Marjin, Saluran Pemasaran, dan Efisiensi Pemasaran.

(7)

7

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah yang tiada henti diberikan kepada hamba-Nya. Shalawat dan salam tak lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah SAW beserta para keluarga, sahabat dan para pengikutnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Efesiensi Pemasaran Komoditas Bawang Merah Di Desa Batunoni Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang”. Dalam penyusunan skripsi penulis menghadapi banyak kendala, akan tetapi kendala itu mampu diselesaikan dengan baik berkat arahan dan bimbingan yang senantiasa membimbing kami dan motivasinya selama penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Dr. H. Burhanuddin,S.Pi.,M.P selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Ibu Dr. Jurmiati.S.P.,M.M dan Ibu Dr.Dewi Puspitasari, S.P.,M.Si selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya dan mengarahkan penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

3. Ibu Dr. Sri Mardiyati.,S.P.,M.P selaku Ketua Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

(8)

8 4. Kepada ayahanda bapak Abbas dan ibu suharni, terimakasih yang tiada terhingga atas restu dan iringan do’a yang senantiasa dipanjatkan untuk penulis serta kepada keluarga tercinta yang telah banyak memberikan bantuan dan dorongan moril dalam peyusunan skripsi ini.

5. Bapak/ibu dan asisten Dosen Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar yang tak kenal lelah banyak menuangkan ilmunya kepada penulis selama mengikuti kuliah.

6. Segenap staf dan karyawan Fakultas Pertanian universitas Muhammadiyah Makassar.

7. Kepada pihak pemerintah Kabupaten Enrekang khususnya kepada di desa Batunoni beserta jajarannya yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian di Desa tersebut.

8. Sahabat – sahabat saya yakni Kusmala Dewi, Nurdiana, Masriana, Sri Wulandari, Yayudi Resteria Manu, Yanti, santri, dan Irfan yang selalu memberikan motivasi dan dukungannya.

9. Teman – teman terutama kelas A 2015

Akhir kata penulis ucapkan banyak terimah kasih kepada semua pihak yang terkait dalam penulisan skripsi ini, semoga karya tulis ini bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.

Semoga Kristal-kristal allah senantiasa tercurahkan kepadanya. Amin.

Makassar, 12 Februari 2020

Saraswati

(9)

9

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pemasaran ... 6

2.2. Fungsi Pemasaran... 7

2.3. Margin Pemasaran ... ... 11

2.4. Harga ... 14

2.5. Efisiensi Pemasaran ... 15

2.6. Saluran dan Lembaga Pemasaran... 17

2.7. Komoditas Bawang merah... 18

2.8. Kerangka Pemikiran ... 20

III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 23

3.2. Tekhnik Pengambilan Sampel ... 23

(10)

10

3.3. Jenis dan Sumber Data ... 24

3.4. Tekhnik Pengumpulan Data ... 25

3.5. Tekhnik Analisis Data... 25

3.6. Definisi Operasional ... 27

IV. GAMBARAN UMUN DAN LOKASI PENELITIAN 4.1. Luas dan Letak Goegrafis ... 28

4.2. Kondisi Demografis ... 28

4.3. Kondisi Sosial Budaya ... 29

4.4. Sarana dan Prasarana... 30

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Identitas Responden ... 32

5.1.1 Umur Responden Petani ... 32

5.1.2 Tanggungan Responden ... 33

5.1.3 Tingkat Pendidikan ... 33

5.1.4 Pengalaman Responden ... 34

5.2. Identitas Responden Pedagang ... 35

5.2.1 Pedagang Pengumpul ... 35

5.2.2 Pedagang Besar ... 36

5.2.3 Pedagang Pengecer... 36

5.2.2.1 Umur Responden Pedagang ... 37

5.2.2.2 Tanggungan Keluarga Responden ... 37

5.2.2.3 Tingkat Pendidikan Pedagang ... 38

5.2.2.4 Lama Berdagang ... 39

5.3. Lembaga Pemasaran... 39

5.4. Saluran Pemasaran Bawang Merah ... 42

5.4.1 Saluran Pemasaran Model I ... 43

5.4.2 Saluran Pemasaran Model II ... 44

5.5. Marjin, Biaya dan Keuntungan Pemasaran Bawang Merah ... 46

5.5.1 Marjin Pemasaran... 46

5.5.2 Biaya Pemasaran ... 48

5.5.3 Keuntungan Pemasaran ... 51

(11)

11 5.6. Efisiensi Pemasaran ... 51 VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan ... 55 6.2. Saran ... 55 DAFTAR PUSTAKA ... 56 LAMPIRAN

(12)

12

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Teks

1. Produksi Bawang merah di Desa Batunoni Kecamatan

Anggeraja Kabupaten Enrekang ... ...2 2. Distribusi Jumlah Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin di

Desa Batunoni Kecamatan Anggeraja Kabupaten

Enrekang ... ...28 3. Distribusi Jumlah Dusun RK dan TR Desa Batunoni

Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang ... ...29 4. Distribusi Frekuensi Mata Pencaharian Pokok Masyarakat

Desa Batunoni Kecamatan Anggeraja ... ... 29 5. Karakteristik Petani Bawang Merah Berdasarkan Umur di Desa

Batunoni Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang ... ... 32 6. Tanggungan Keluarga Petani di Desa batunoni Kecamatan

Anggeraja Kabupaten Enrekang ... ... 33 7. Karakteristik Petani di Desa batunoni Kecamatan Anggeraja

Kabupaten Enrekang ... ... 34 8. Pengalaman Petani Bawang Merah di Desa Batunoni

Kecamatan Anggeraja kabupaten Enrekang ... ... 35 9. Umur Responden pedagang di Desa Batunoni Kecamatan

Anggeraja Kabupaten Enrekang ... ... 37 10. Tanggungan Keluarga Pedagang di Desa Batunoni Kecamatan

Anggeraja Kabupaten Enrekang ... ... 37 11. Tingkat Pendidikan Pedagang di Desa Batunoni Kecamatan

Anggeraja kabupaten Enrekang ... ... 38 12. Lama Berdagang Responden Pedagang di Desa batunoni

Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang ... ... 39 13. Saluran Pemasaran di Desa batunoni Kecamatan Anggeraja

Kabupaten Enrekang ... ... 45

(13)

13 14. Marjin Saluran Pemasaran Bawang Merah di Desa batunoni

Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang ... ... 47 15. Biaya Pemasaran Bawang Merah Desa Batunoni Kecamatan

Anggeraja Kabupaten Enrekang ... ... 48 16. Efisiensi Saluran Pemasaran Bawang Merah Desa Batunoni

Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang ... ... 53

(14)

14

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

Teks

1. Kerangka Fikir Analisis efisiensi Pemasaran Komoditas Bawang Merah di Desa Batunoni Kecamatan Anggeraja Kabupaten

Enrekang ... ...22

2. Saluran Pemasaran Bawang Merah di Desa Batunoni Kecamatan

Anggeraja Kabupaten Enrekang ... ...42 3. Saluran Pemasaran Bawang Merah Model I di Desa Batunoni

Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang ... ... 43 4. Saluran Pemasaran biji kakao II di Desa Batunoni Kecamatan

Anggeraja Kabupaten Enrekang ... ... 44

(15)

15

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Teks

1. Kuesioner Penelitian ... ... 60 2. Identitas Responden Produsen ... ... 63 3. Identitas Responden Pedagang ... ... 64 4. Saluran Pemasaran Responden Desa Batunoni

Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang ... ...64 5. Jumlah Penjualan dan Luas Lahan Petani bawang Merah di

Desa Batunoni Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang ... …... 65 6. Total Biaya Peasaran Petani Saluran 1dan 2 Pada setiap

Lembaga Yang Terlibat Dalam Pemasaran Bawang Merah

Desa Batunoni Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang ... ...67 7. Total Biaya Pemasaran Pedagang 1dan 2 setiap Lembaga

Pemasaran Bawang Merah Desa Batunoni Kecamatan

Anggeraja Kabupaten Enrekang ... ...69 8. Margin Saluran Pemasaran Bawang Merah Desa Batunoni

Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang ... ... 70 9. Keuntungan Pemasaran Pedagang Saluran 1 dan 2 Pada

Setiap Lembaga yang Terlibat dalam Pemasaran Bawang Merah Desa Batunoni Kecamatan Anggeraja Kabupaten

Enrekang ... ...71 10.Efisiensi Pemasaran Bawang Merah setiap Lembaga yang

Terlibat di Desa Batunoni Kecamatan Anggeraja

Kebupaten Enrekang... ...72 11.Efisiensi Pemasaran Bawang Merah Pada Setiap Saluran

Bawang Merah di Desa Batunoni Kecamatan Anggeraja

Kabupaten Enrekang... ...74 12. Peta Desa Batunoni Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang ... ...75

(16)

16 I.PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bawang merah adalah salah satu komoditas sayuran unggulan yang sejak lama telah diusahakan oleh petani secara intensif. Komoditas sayuran ini termasuk kedalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai bumbu penyedap makanan serta obat tradisional. Komoditas ini juga merupakan sumber pendapatan dan kesempatan kerja yang memberikan kontribusi cukup tinggi terhadap perkembangan ekonomi wilayah (Anindita, R.2004)

Pertumbuhan rata-rata bawang merah selama periode 2016 – 2018 adalah sebesar 8,9% per tahun. Komponen pertumbuhan areal panen (5,6%) ternyata lebih memberikan kontribusi, terhadap pertumbuhan produksi bawang merah dibanding dengan komponen produktifitas 2,3% (Suhardjo. 2007). Bawang merah dihasilkan di 24 dari 30 provinsi di indonesia. Provinsi penghasil utama (luas areal panen dari 1.000 hektar pertahun) bawang merah di antaranya adalah Sumatra Utara, Sumatra Barat, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, NTB dan Sulawesi Selatan (Anonim,2009).

Sulawesi selatan merupakan salah satu provinsi di kawasan timur Indonesia yang memiliki potensi pengembangan bawang merah. Produksi bawang merah di Sulawesi – Selatan dihasilkan di Kabupaten Bulukumba, Bantaeng, Sinjai, Pinrang, Luwu Utara, Toraja, Enrekang dan Gowa dengan produksi sebanyak 41.710 ton pada tahun 2015, di tahun 2016 meningkat 41.238 ton, di tahun 2017 meningkat sebanyak 44.034 ton, di tahun 2018 semakin meningkat 51.728(Aswar, 2016).

(17)

17 Tabel l. Produksi Bawang Merah di Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang

2016 sampai 2018

Nama Kecamatan

Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018

Produksi (Ton)

Produksi (Ton)

Produksi (Ton)

Maiwa 0 3,50 26

Bungin 4,50 84 128 Enrekang 149,60 144 249

Cendana 0 0 0

Baraka 3.755,8 3.533,7 4.332 Buntu Batu 321,15 1.162,5 619,4

Anggeraja 6.986,55 4.449 8.930 Malua 315 170 499 Alla 544 288 264

Curio 26 0 0

Masalle 507,40 849,9 1.698

Baroko 0 256 392

Total 12.455,9 10.940,6 17.137,4 Sumber : Dinas Pertanian dan Perkebunan Kab. Enrekang

Berdasarkan tabel di atas bahwa hasil produksi dari 12 Kecamatan yang ada di Kabupaten Enrekang pada tahun 2016 sampai 2018. Pada tahun 2016 total produksi meningkat sebesar 12.455.9, kemudian pada tahun 2017 total produksi mengalami menurun sebesar 10.940.9 dan di tahun 2018 total produksi mengalami kenaikan sebesar 17.137.4. jadi dapat disimpulkan bahwa total produksi bawang merah dari 12 Kecamatan yang ada di Kabupaten Enrekang tiap tahunnya kadang mengalami penurunan dan kadang juga mengalami kenaikan tiap tahunnya (Dinas Pertanian dan Perkebunan Kab. Enrekang).

(18)

18 Usahatani bawang merah di Kabupaten Enrekang sudah dimulai sejak puluhan tahun yang lalu terutama disekitar Kecamatan Anggeraja. Bawang merah ini beradaptasi cukup baik pada daerah daratan rendah beriklim kering (Anonim,2009). Salah satu problem mendasar yang selalu dialami oleh petani adalah turunnya harga hasil pertanian pada saat panen raya, sehingga pembiayaan lebih besar dari penerimaan, akibatnya petani merugi yang pada gilirannya mengganggu keberlanjutan usahanya.(Prayitno dkk, 2013).

Upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Enrekang untuk melindungi petani bawang merah pada saat harga rendah adalah dengan kebijakan harga melalui diterbitkannya Surat Keputusan Bupati Nomor 12A Tahun 2008 tentang Tim dan Petunjuk Pelaksana Harga Pasca Panen Hasil Pertanian Komoditi Unggulan di Kabupaten Enrekang. Tujuan diterbitkannya surat keputusan bupati ini adalah untuk melindungi petani dengan meningkatkan harga komoditi unggulan pada saat panen raya. Harga jual bawang merah yang rendah di saat panen raya selalu berada di titik impas, sehingga petani merugi. Cara yang dilakukan adalah dengan pembelian bawang merah di atas titik impas oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Enrekang, maka petani bawang merah memperoleh keuntungan usaha, sehingga dapat melanjutkan usaha berikutnya (Dinas Pertanian dan Perkebunan Kab. Enrekang).

Petani di Desa Batunoni Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang sebagaian besar perprofesi sebagai petani dan mayoritas petani membudidayakan bawang merah dan merupakan tanaman andalan bagi petani sebagai mata percahariannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Di Desa Batunoni terdapat

(19)

19 142 orang petani bawang merah dan pedagang tetap yang menjadi pemborong bawang merah di Desa Batunoni berjumlah 5 orang. Pedagang yang biasa memborong bawang merah para petani merupakan masyarakat yang tinggal dan menetap di desa Batunoni (juliana,1999)

Berdasarkan latar belakang tersebut, perlu dilakukan suatu penelitian dengan judul “Analisis Efisiensi Pemasaran Komoditas Bawang Merah di Desa Batunoni Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka rumusan masalah yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana saluran pemasaran bawang merah di Desa Batunoni Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang?

2. Bagaimana tingkat efisiensi saluran pemasaran bawang merah di Desa Batunoni Kecamatan Anggeraja Kabuapten Enrekang?

1.3 Tujuan dan Manfaat penelitian 1.3.1 Tujuan penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang ada maka penelitian ini bertujuan : 1. Untuk mengetahui saluran pemasaran bawang merah di Desa Batunoni

Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang.

2. Untuk mengetahui tingkat efisiensi saluran pemasaran bawang merah di Desa Batunoni Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang.

(20)

20 1.3.2 Manfaat Penelitian

1. Sebagai referensi bagi petani khususnya dalam melakukan pemasaran bawang merah.

2. Sebagai sumber informasi dan referensi ilmiah bagi perkembangan dan pengetahui khususnya mengenai pemasaran komoditas bawang merah.

3. Sebagai bahan masukan dan perkembangan bagi lembaga pemasaran melakukan fungsi pemasaran dengan tepat agar tercapai efisiensi pemasaran yang saling menguntungkan.

(21)

21 II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pemasaran

Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang membuat individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan lewat penciptaan dan pertukaran timbal balik produk dan nilai dengan orang lain.

Pemasaran yaitu sesuatu yang meliputi semua langkah yang dipakai atau dibutuhkan untuk menempatkan barang kepada tangan konsumen ( Kotler 2004).

Apabila pemasaran melakukan pekerjaan dengan baik untuk mengidentifikasi kebutuhan konsumen, mengembangkan produk dan menetapkan harga yang tepat, mendistribusikan dan mempromosikannya secara efektif, maka akan sangat mudah menjual barang-barang tersebut (Soekartawi 2002).

Pemasaran merupakan faktor penting untuk mencapai sukses bagi perusahaan akan mengetahui adanya cara dan falsafah yang terlibat didalamnya.

Konsep pemasaran tersebut diketahui dengan menggunakan tiga faktor dasar yaitu:

1. saluran penjualan dan kegiatan perusahaan harus berorientasi pada konsumen/pasar.

2. volume penjualan yang menguntungkan harus menjadi tujuan perusahaan, dan bukannya volume untuk kepentingan volume itu sendiri.

3. seluruh kegiatan pemasaran dalam perusahaan harus dikoordinasikan dan diintegrasikan secara organisasi.

(22)

22 Konsep pemasaran menurut (Swastha dan Irawan,2005) adalah mendefinisikan konsep pemasaran sebuah falsafah bisnis yang menyatakan bahwa pemuasan kebutuhan konsumen merupakan syarat ekonomi dan sosial bagi kelangsungan hidup perusahaan. Bagian pemasaran pada suatu perusahaan memegang peranan yang sangat penting dalam rangka mencapai besarnya volume penjualan, karena dengantercapainya sejumlah volume penjualan yang diinginkan berarti kinerja bagian pemasaran dalam memperkenalkan produk telah berjalan dengan benar. Penjualan dan pemasaran sering dianggap sama tetapi sebenarnya berbeda.

2.2. Fungsi Pemasaran

Fungsi pemasaran merupakan suatu sistem keseluruhan dari kegiatan- kegiatan bisnis yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang memuaskan kebutuhan, baik kepada pembeli potensial (yasinta, 2008).

Terdapat tiga fungsi pemasaran yang di kemukakan oleh yasinta 2008, yaitu :

1. Fungsi pertukaran, dimana terdiri dari fungsi pembelian dan fungsi penjualan.

2. Fungsi fisis, yaitu fungsi pengangkutan, fungsi penyimpanan, dan fungsi pemrosesan.

3. Fungsi penyediaan sarana, meliputi informasi pasar, penanggunan resiko, pengumpulan, komunikasi, standarisasi, penyortiran, dan pembiayaan.

(23)

23 1. Fungsi Pertukaran

Produk harus dijual dan dibeli sekurangnya sekali dalam proses pemasaran. Fungsi pertukaran yaitu melibatkan kegiatan yang menyangkut pengalihan hak kepemilikan dari satu pihak kepihak lainnya dalam sistem pemasaran. Pihak-pihak yang terlibat dalam proses ini ialah pedagang, distributor dan agen yang memperoleh komisi karena mempertemukan penjual dan pembeli.

Menurut (Yasinta,2008). Fungsi pertukaran dalam fungsi pemasaran terdiri atas 2 bagian yaitu :

a. Fungsi Penjualan

Tugas pokok pemasaran adalah mempertemukan permintaan dan penawaran (pembeli atau penjual ). Hal ini dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung (melalui perantara).

Fungsi penjualan yaitu meliputi sejumlah fungsi tambahan sebagai berikut : a) Fungsi perencanaan dan pengembangan produk. Sebuah produk yang

memuaskan konsumen merupakan tujuan mendasar dari semua usaha pemasaran. Perencanaan dan pengembangan produk dianggap sebagai fungsi produksi, tapi hal itu penting pula bagi perusahaan.

b) Fungsi mencari kontak. Fungsi ini meliputi tindakan-tindakan mencari dan membuat kontak dengan para pembeli.

c) Fungsi menciptakan permintaan. Fungsi ini meliputi semua usaha yang dilakukan oleh para penjual untuk mendorong para pembeli membeli produk-produk mereka. Termasuk pada tindakan yang menjual secara individu, dengan undian dan juga mengadakan reklame.

(24)

24 d) Fungsi melakukan negoisasi. Syarat serta kondisi penjualan harus dirundingkan oleh para pembeli dan penjual. Termasuk merundingkan kualitas, kuantitas, waktu, harga, pengiriman, cara pembayaran dan sebagainya.

e) Fungsi melakukan kontak. Fungsi ini mencakup persetujuan akhir untuk melakukan penjualan dan transfer hak milik.

b. Fungsi Pembelian

Fungsi pembelian yaitu meliputi segala kegiatan dalam rangka memperoleh produk dengan kualitas dan jumlah yang diinginkan pembeli serta mengusahakan agar produk tersebut siap digunakan pada waktu dan tempat tertentu dengan harga yang layak.

Fungsi pembelian yang dikemukakan oleh (Brown 2001) sebagai berikut : a. Fungsi perencanaan. Pembeli harus mempelajari pasar mereka sendiri untuk

mengetahui kualitas, jenis, dan kuantitas dari produk yang mereka perlukan.

Konsumen akhir juga dapat membuat keputusan mengenai produk yang ingin mereka miliki.

b. Fungsi mencari kontak. Fungsi ini meliputi usaha-usaha mencari sumber produk yang mereka inginkan. Penting bagi para pembeli untuk mencari penjual yang dapat menawarkan barang atau jasa tertentu.

c. Fungsi mengadakan perundingan. Dalam hal ini syarat serta kondisi pembelian harus diperundingkan terlebih dahulu dengan pihak penjual agar tidak ada perselisihan dihari kemudian

(25)

25 d. Fungsi assembling. Persediaan barang harus dikumpulkan untuk digunakan dalam proses produksi oleh para produsen dan pedagang eceran atau dikonsumsi sendiri oleh konsumen akhir.

e. Fungsi kontrak. Setelah syarat dan kondisi tertentu yang telah disepakati, selanjutnya dibuat perjanjian akhir dalam bentuk kontrak jual beli dan pemindahan hak milik.

c. Fungsi Fisis

Kegunaan waktu. tempat dan bentuk ditambahkan pada produk ketika produk diangkut, diproses dan disimpan untuk memenuhi keinginan konsumen.

Oleh karena itu, fungsi fisis meliputi hal-hal berikut :

a. Pengankutan merupakan gerakan perpindahan barang-barang dari asal mereka menuju ke tempat lain yang diinginkan (konsumen).

b. Penyimpanan atau pergudangan berarti menyimpan barang dari saat produksi mereka selesai sampai dengan waktu mereka akan dikonsumsi.

c. Pemrosesan. Bahan hasil pertanian sebagian besar adalah bahan mentah bagi industri sehingga pengolahan sangat diperlukan untuk memperoleh nilai tambah ( value added).

d. Fungsi Penyediaan Sarana

Fungsi penyediaan sarana adalah kegiatan-kegiatan yang dapat membantu sistem pemasaran agar mampu beroprasi lebih lancar. Fungsi ini meliputi hal-hal berikut :

a. Informasi pasar merupakan Pembeli memerlukan informasi mengenai harga dan sumber-sumber penawaran. Informasi pasar ini dapat diperoleh dari

(26)

26 berbagai sumber, baik itu media massa, pemerintahan, perusahaan swasta maupun lembaga pendidikan.

b. Penanggungan Risiko merupakan Pemilik produk menghadapi risiko sepanjang saluran pemasaran.

c. Standarisasi dan grading merupakan Standarisasi memudahkan produk untuk dijual dan dibeli, sedangkan grading adalah klasifikasi hasil pertanian kedalam beberapa golongan mutu yang berbeda-beda dengan nama dan label tertentu.

d. Pembiayaan merupakan Pemasaran modern memerlukan modal dalam jumlah besar untuk mebeli mesin-mesin dan bahan-bahan mentah, serta untuk menggaji tenaga kerja. Proses pemasaranpun menghendaki pemberian kredit kepada pembeli.

2.3 Marjin Pemasaran

Menurut Purnamasari (2010) marjin pemasaran merupakan perbedaan harga yang diterima oleh petani dengan harga yang dibayarkan oleh konsumen.

Untuk menganilisis pemasaran data harga yang digunakan adalah harga di tingkat petani (produsen) dan harga di tingkat konsumen.

Marjin pemasaran (marketing marjin) adalah harga yang dibiayai oleh konsumen dikurangi harga yang diterima oleh produsen. Tinggi-rendahnya marjin pemasaran dipakai untuk mengukur efisiensi system pemasaran (tergantung dari fungsi pemasaran yang dilaksanakan). Semakin besar marjin pemasaran maka makin tidak efisien sistem pemasaran tersebut (Sa’id dan Intan,2001). Tingkat harga yang harus dibayarkan oleh kosumen dan yang akan diterima oleh produsen sangat tergantung pada bentuk dan struktur pasar yang berlaku, baik pasar

(27)

27 bersaing (penjual dan pembeli banyak), pasar monopsoni (pembeli tunggal), pasar oligopsoni (pembeli sedikit), pasar monopoli (penjual tunggal), maupun pasar oligopili (penjual sedikit). Panjangnya rantai pemasaran seringkali juga menimbulkan pemasaran yang kurang efisien. Marjin pemasaran menjadi tinggi akibat bagian yang diterima petani produsen (farmer’s share) menjadi kecil. Hal ini sangat tidak menggairahkan produsen untuk berproduksi (Hanafie, 2010).

Marjin pemasaran terdiri dari biaya dan keuntungan di setiap aktivitas lembaga pemasaran. Semakin banyak jasa atau perlakuan yang diberikan terhadap komoditas akan semakin besar marjin yang ditimbulkan. Demikian pula dengan keuntungan pelaku pemasaran, semakin tinggi keuntungan akan semakin besar nilai marjin. Distribusi marjin dan keuntungan di dalam saluran selain mencerminkan efisiensi pemasaran, juga menggambarkan tingkat keadilan distribusi manfaat bagi pelaku pemasaran. (Rosyad, 2011).

Defenisi marjin pemasaran adalah perbedaan harga yang diterutama petani dengan harga yang dibayarkan oleh konsumen untuk produksi yang sama. Marjin pemasaran termasuk semua biaya yang dikeluarkan dalam proses pemindahan barang mulai dari petani produsen hingga ke konsumen akhir, serta keuntungan yang diperoleh lembaga pemasaran. Besar kecilnya marjin pemasaran dipengaruhi oleh biaya pemasaran, keuntungan lembaga pemasaran serta jumlah permintaan dan penawaran menurut (Hanafiah dan Saefuddin, 1986) marjin tata niaga adalah suatu istilah yang digunakan untuk menyatakan perbedaan harga yang dibayar kepada penjual pertama (Hp) dan harga yang dibayar oleh pembeli terakhir (Hb), adapun rumus marjin pemasaran sebagi berikut:

(28)

28 M = Hp – Hb

Dimana :

M = Marjin Pemasaran (Rp)

Hp = Harga jual di tingkat produsen (Rp/kg) Hb = Harga beli di tingkat konsumen akhir (Rp/kg)

Marjin tataniaga ( pemasaran) adalah selisih antara harga yang dibayarkan oleh konsumen dengan harga yang diterima produsen. Marjin ini akan diterima oleh lembaga niaga yang terlibat dalam proses pemasaran tersebut, maka panjang tata niaga ( semakin banyak lembaga niaga yang terlibat) maka semakin besar marjin tata niaga (Daniel, 2002).

Laba merupakan sisa lebih dari hasil penjualan dikurangi dengan harga pokok barang yang dijual dan biaya – biaya lainnya. Untuk mencapai laba yang besar, maka manajemen dapat melakukan langkah – langkah seperti menekan biaya penjualan yang ada, menentukan harga jual sedemikian rupa sesuai dengan laba yang dikehendaki dan meningkatkan volume penjualan sebesar mungkin (Daniel,2002).

2.4 Harga

Harga adalah nilai tukar suatu barang yag dinyatakan dalam bentuk uang, tetapi bukan saja harga barang – barang konsumsi, hal yang sma juga berlaku bagi alat – alat produksi yang ditukar (s).

Menurut Sudiyono (2002) menyatakan bahwa pemasaran biaya menentukan batas terendah dari harga. Perusahaan harus mempertimbangkan banyak factor dalam menentukankebijakan harganya, diantaranya: memilih

(29)

29 tujuan penetapan harga, menentukan permintaan, memeperkirakan biaya, menganalisis biaya, harga dan penawaran pesaing, memilih metode penetapan harga dan memilih harga akhir.Gitosudarmo, (1998) mengatakan bahwa ada tiga subyek yang menentukan dalam pembentukan harga suatu produk, yaitu : produsen dengan dasar biaya – biaya produksi yang telah dikeluarkan sehingga produk itu terwujud dan siap dipasarkan. Konsumen dengan daya beli dan dasar – dasar kebutuhan serta kesukaan, pemerintah dengan peraturan dan ketentuan harga sebagai pegendali tata harga pasaran( price mechanism).

Harga sesuatu produk merupakan ukuran terhadap besar kecilnya nilai kepuasaan seseorang terhadap produk yang dibelinya. Konsumen berani membayar suatu produk dengan harga yang mahal apabila tingkat kepuasan yang diharapkannya terhadap produk yang akan dibelinya itu tinggi (Gitosudarmo,2009). Sedangkan menurut kotler (2004) bahwa tinggi atau rendahnya harga suatu produk akan tergantung pada faktor- faktor sebagi berikut:

a) Permintaan merupakan apabila permintaan konsumen terhadap produk tinggi biasanya merupakan indikator bahwa daya beli konsumen tinggi. Dengan kondisi demikian maka harga akan dapat ditetapkan secara maksimal

b) Biaya merupakan penepatan biaya secara minimal sebatas tungkat biaya produksi yang dikeluarkan oleh perusahaan termasuk memperhatikan juga kondisi perekonomiannya

c) Persaingan merupakan faktor ini dapat menyebabkan tingkat harga berada diantara dua ekstrem yaitu pada tingkat eksterm terendah ( eksterm minimal ) dan pada tingkat harga tertinggi (eksterm maximal ). Jika pada suatu kondisi daya beli

(30)

30 masyarakat tetap tinggi, tetapi perusahaan dihadapkan pada persaingan maka perusahaan tersebut harus menyesuaikan terhadap kondisi persaingan yang dihadapi.

Untuk mengetahui bagian harga yang diterima petani bawang merah ,rumus yang digunakan sebagai berikut :

Dimana :

Fs = bagian yang diterima petani

Hj = harga jual ditingkat petani (Rp/Kg) Ho = harga jual ditingkat konsumen (Rp/Kg 2.5 Efisiensi Pemasaran

Pengertian efisiensi tataniaga (pemasaran) yang dimaksudkan oleh pengusaha swasta berbeda dengan yang dimaksud oleh konsumen. Perbedaan ini timbul karena adanya perbedaan kepentingan antara pengusaha dan konsumen.

Pengusaha menganggap suatu sistem tata niaga efisien apabila penjualan produknya dapat mendatangkan keuntungan tinggi baginya. Sebaliknya konsumen menganggap sistem pemasaran efisien apabila konsumen mudah mendapatkan barang yang diinginkan dengan harga rendah (Hanafiah dan Saefuddin, 2006).

Efisiensi pemasaran adalah nisbah antara biaya pemasaran dengan nilai produk yang dinyatakan dengan persen. (Nainggolan, 2017).Efisiensi pemasaran berdasarkan kelembagaan, yaitu: tinggi rendahnya efisiensi pemasaran berdasarkan kelembagaan dipengaruhi oleh tinggi rendahnya biaya pemasaran dan

(31)

31 volume/kapasitas penjualan komoditi/produk (kapasitas permintaan konsumen) apabila harga jual komoditi/produk konstan.

Efisiensi pemasaran dapat ditingkatkan dengan memperkecil biaya pemasaran, meningkatkan volume penjualan apabila harga komoditi/produk konstan. Efisiensi pemasaran berdasarkan rantai pemasaran, yaitu tinggi rendahnya efisiensi pemasaran berdasarkan rantai pemasaran dipengaruhi oleh tinggi rendahnya jumlah biaya pemasaran dari beberapa lembaga pemasaran dan volume/kapasitas penjualan komoditi/produk (kapasitas permintaan konsumen) apabila harga jual komoditi/produk konstan. Efisiensi pemasaran berdasarkan rantai pemasaran dapat ditingkatkan dengan memperkecil jumlah biaya pemasaran dari beberapa lembaga pemasaran dan meningkatkan volume penjualan apabila harga jual komoditi/produk konstan (Thomas, 2012)

Untuk mengetahui tingkat efisiensi dari marjin pemasaran pada setiap lembaga pemasaran yang terlibat menggunakan rumus sebagai berikut :

Ep = X 100%

Dimana :

Ep = Efisiensi Pemasaran (%)

BP = Total Biaya Pemasaran (Rp/Kg)

NP = Total Nilai Produk yang dipasarkan (Rp/Kg)

(32)

32 2.6 Saluran dan Lembaga Pemasaran

Masalah pemilihan saluran dan lembaga pemasaran adalah suatu masalah yang sangat penting sebab kesalahan dalam pemilihan ini dapat memperlambat bahkan dapat memacetkan usaha penyaluran barang dari produsen kepada konsumen. Saluran pemasaran merupakan suatu jalur dari lembaga-lembaga penyalur yang mempunyai kegiatan menyalurkan barang dari produsen ke konsumen. Penyalur ini secara aktif akan mengusahakan perpindahan bukan hanya secara fisik tapi dalam arti agar barang-barang tersebut dapat dibeli konsumen menurut Stanton dalam Nurlaila (2009).

Lembaga pemasaran adalah badan usaha atau individu yang menyelenggarakan pemasaran, menyalurkan jasa, dan komoditi dari produsen kepada konsumen akhir serta mempunyai hubungan dengan badan usaha atau individu lainnya. Lembaga pemasaran ini timbul karena adanya keinginan konsumen untuk memperoleh komoditi yang sesuai dengan waktu, tempat, dan bentuk yang diinginkan konsumen. Tugas lembaga pemasaran ini adalah menjalankan fungsi-fungsi pemasaran serta memenuhi keinginan konsumen secara maksimal. Konsumen memberikan balas jasa kepada lembaga pemasaran ini berupa marjin pemasaran menurut Sudiyono dalam Widyaningsih, dkk (2010).

Lembaga pemasaran adalah orang atau badan usaha dan lembaga yang secara langsung terlibat didalam menyalurkan barang dari produsen ke konsumen.

Lembaga-lembaga pemasaran ini dapat berupa tengkulak, pedagang pengumpul, pedagang besar,dan pedagang pengecer

(33)

33 1. Tengkulak, yaitu lembaga pemasaran yang secara langsung berhubungan dengan petani, tengkulak melakukan transaksi dengan petani baik secara tunai, maupun dengan kontrak pembelian.

2. Pedagang pengumpul, yaitu membeli komoditi pertanian dari tengkulak biasanya relatif kecil.

3. Pedagang besar, yaitu melakukan proses pengumpulan komoditi dari pedagang pengumpul, juga melakukan proses distribusi ke agen penjualan ataupun pengecer.

4. Pedagang pengecer merupakan lembaga pemasaran yang berhadapan langsung dengan konsumen (Sudiyono, 2002)

2.7 Komoditas Bawang Merah

Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan yang sejak lama telah diusahakan oleh petani secara intensif. Komoditas sayuran ini termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubtitusi yang berfungsi sebagai bumbu penyedap makanan serta bahan obat tradisional. Komoditas ini juga merupakan sumber pendapatan dan kesempatan kerja yang memberikan kontibusi cukup tinggi terhadap perkembangan perekonomian wilayah (wibowo,1999).

Bawang merah adalah salah satu rempah multiguna. Paling penting didayagunakan sebagai bahan bumbu dapur sehari-hari dan penyedap berbagai masakan. Kegunaan lain dari umbi bawang merah adalah sebagai obat tradisional untuk pelayanan kesehatan masyarakat. Sudah sejak lama, nenek moyang menggunakan umbi awang merah sebagi obat nyeri perut dan penyembuhan luka

(34)

34 atau infeksi. Selain itu jga banyak digunakan untuk penyembuhan penyakit demam, kencing manis dan batuk. Tumbuhan bawang merah adalah sejenis tumbuhan semusim yang memiliki. Tumbuhan bawang merah (Allium cepa L.

Var. Ascalonium L. Back.), famili Alliaceae adalah pesies dengan nilai ekonomi

yang penting, yang dibudidayakan secara luas di seluruh dunia khususnya di benua asia dan eropa (Rahayu dan Berlian,2004).

Bawang merah asal mulanya merupakan perubahan bentuk dari bawang bombay yang mengadakan adaptasi dengan membentuk klon-klon yang spesifik dengan jumlah kromosom 2n = 16. Perkembangan bawang merah didaerah iklim sedang tidak normal, tetapi cukup potensial untuk dikembangkan didaerah tropis.

Dalam tiap 100 gram umbi bawang merah segar mengandung kalori 39,0 kalori,protein 1,5 gram, lemak 0,3 gram, karbohirat 0,2 gram, kalsium 36,0 mg,fosfor 40,0 mg, zat besi 0,8 mg, vitamin B1 0,03 mg, vitamin C 2,0 mg, dan air 88,0 gram. Selain kaya akan kandungan gizi, umbi bawang merah juga banyak mengandung senyawa kimia seperti proplonaldehia, metil alkohol, dan propil merkaptan, serta sedikit sampai sedikitnya senyawa- senyawa yang terdiri atas hydrogen sulfidaa, asetaldehida, sulful dioksida, diprppil alkoholl, 4-heksana-1- alkohol,dan 2-hidroksil propantiol (Anonim,2013).

Varietas bawang merah yang ditanam di indonesia cukup banyak macamnya, tetapi umurnya produksi varietas tersebut masih rendah (kurang dari 10 ton/ha). Beberapa hal yang membedakan varietas bawang merah satu dengan yang lain biasanya didasarkan pada bentuk,ukuran, warna, kekenyalan, aroma, umbi, umur tanam, ketahanan terhadap penyakit serta hujan, dan lain-lain.

(35)

35 Adapun beberapa varietas bawang merah tersebut antara lain : varietas bima brebes, mean ,keling, maja cipanas, sumenep, kuning, kuning gombong,bangkok, klon bawang merah no.88, klon bawang merah no. 86, dan klon bawang merah no. 33 (putrasamedja dan suwandi, 1996).

2.8 Kerangka Pemikiran

Tanaman bawang merah merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan yang perannya cukup penting bagi perekonomian nasional yang memiliki peluang pasar yang cukup menjanjikan. Disamping itu bawang merah juga berperan dalam mendorong pengembangan wilayah dan pengembangan agroindustri.

Letak geografis Kecamatan Anggeraja , khususnya Desa Batunoni yang didukung oleh cuaca/iklim yang cocok untuk membudidayakan tanaman bawang merah karena daerah ini termaksud dataran rendah. Hasil produksi bawang merah di Kecamatan Anggeraja yang cukup besar memungkinkan bawang merah dipasarkan tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan lokal, tetapi juga antar wilayah.

Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis efisiensi pemasaran bawang merah pada pasar lokal dan antar wilayah. Hal ini dilakukan untuk mengetahui efisiensi saluran pemasaran yang diterapkan, aktifitas yang dilakukan tiap pelaku dalam sistem menganalisis efesiensi bawang merah pada saluran efisiensi pemasaran lokal dan antar wilayah.

(36)

36 Hasil produksi disalurkan melalui usaha bawang merah kemudian saluran dan lembaga perantara yaitu antara lain : pedagang pengumpul, pedagang besar, pedagang pengecer antar wilayah. Tiap lembaga perantara akan melakukan aktifitas yang berbeda satu sama lain. Dengan adanya pemasaran bawang merah maka akan terbentuk harga bawang merah. Harga bawang merah yang diterima produsen dan pedagang atas jasa lembaga-lembaga pemasaran maka tiap lembaga akan mengambil keuntungan

(37)

37 Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan tersebut secara keseluruhan maka bagan kerangka penelitian yaitu

Gambar 1. Kerangka pikir Operasional Penelitian Analisis Efisiensi Pemasaran Komoditas Bawang Merah di Desa Batunoni Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang

Petani

Usaha Bawang Merah

Efisiensi Saluran Pemasaran Saluran dan Lembaga

Pemasaran:

 Pedagang Besar

 Pedagang Pengumpul

 Pedagang Pengecer

Harga Bawang Merah

Margin Pemasaran Pemasaran Bawang Merah

(38)

38

III. METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Desa Batunoni Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang pada bulan agustus–september 2019, dengan pertimbangan bahwa di Kecamatan Anggeraja merupakan salah satu penghasil komoditas bawang merah di Kabupaten Enrekang.

3.2 Teknik Penentuan Sampel

Penentuan sampel petani dalam penelitian ini dilakukan dengan metode Simple Random Sampling ( acak sederhana) yaitu cara pemilihan sampel dimana

anggota dari populasi dipilih satu persatu secara random. Semua anggota dari populasi mendapatkan kesempatan yang sama untuk dipilih dan jika sudah dipilih tidak dapat dipilih lagi. Pengambilan sampel bisa menggunakan lotere atau bilangan random (Kounter, 2007).

Jumlah keseluruhan petani bawang merah di Desa Batunoni berjumlah 142 orang petani dan pedagang, maka jumlah sampel yang dipilih sebanyak 20%

dari populasi. Hal ini sesuai pendapat singarimbun (1995), yang menyatakan bahwa apabila jumlah populasi lebih dari 100 orang, maka 20 – 25% populasi tersebut dapat dijadikan sampel, jadi jumlah responden yang akan di teliti sebanyak 28 orang di Desa Batunoni.

(39)

39 3.3 Jenis dan Sumber Data

jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terbagi atas 2 yaitu:

1. Data kualitatif

Dsata kualitatif merupakan suatau kegiatan sesudah data dari seluruh responden atau sumber data-data lain semua terkumpul. Teknik analisis data kuantitatif yaitu menggunakan rumus efisiensi pemasaran.

2. Data Kuantitatif

Data kuantitatif bertujuan untuk mempermudah memahami apa yang terdapat di balik semua data tersebut, mengelompokkannya, meringkasnya menjadi suatu yang kompak dan mudah dimengerti, serta menemukan pola umum yang timbul dari data tersebut. Dalam analisis data kuantitatif, agar mudah dimengerti dan pola umum itu terwakili dalam bentuk simbol-simbol statistik, yang dikenal dengan istilah notasi, variasi, dan koefesien.

Sumber data yang digunakan penelitian ada 2 yaitu:

1. Data primer yaitu data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti secara langsung dari sumber datanya dengan bantuan koesioner. Data tersebut berupa identitas responden dan beberapa pertanyaan terbuka terhadap responden yang berkaitan dengan bawang merah dan pemasaran bawang merah.

2. Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari berbagai sumber yang telah ada peneliti sebagai tangan kedua, ketiga dan seterusnya. Data sekunder dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti Biro Pusat Statistik, buku, laporan,jurnal, dan lain-lain.

(40)

40 3.4 Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan langsung terhadap obyek yang diteliti dengan cara mencatat secara sistematis terhadap gejala – gejala yang terkait dengan penelitian .

2. Kuesioner, yaitu teknik pengumpulan informasi yang memungkinkan analisis mempelajari sikap – sikap, keyakinan, perilaku, dan karakteristik beberapa orang utama di dalam organisasi yang bisa terpengaruh oleh sistem yang diajukan atau oleh sistem yang sudah ada.

3. Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan kepada responden yang berpedoman pada daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan terlebih dahulu.

4. Dokumentasi adalah salah satu cara yang dilaukan untuk menyediakan gambar-gambar yang terjadi pada lokasi penelitian dengan menggunakan bukti yang akurat dari pencatatan sumber-sumber.

3.5 Teknik Analisis Data

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriftif kuantitatif. Analisis deskriftif kuantitatif merupakan metode analisis data yang banyak menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data, serta penampilan dari hasilnya. Untuk menggunakan atau mendiskripsikan mengenai saluran pemasaran yang ada di lokasi penelitian

(41)

41 1. Saluran pemasaran

Untuk mengetahui saluran pemasaran bawang merah baik dalam keadaan kering, dilakukan dengan menelusuri secara langsung banyaknya yang terlihat dalam memasarkan bawang merah,mulai dari petani (produsen) sampai konsumen akhir.

2. Keuntungan pemasaran

Untuk mengetahui besarnya keuntungan yang diperoleh dari kegiatan pemasaran dihitung dengan menggunakan rumus(hamid,1972) sebagai berikut:

Kp = He – (Hp + B)

Dimana :

Kp = Keuntungan pemasaran He = Harga jual

Hp = Harga beli B = Biaya pemasaran

3. Untuk mengetahui efisiensi saluran pemasaran digunakan rumus : EP ( Erickson 1992)

Jika : Ep yang nilainya terkecil = paling efisien Dimana :

EP= Efisiensi pemasaran(%) BP= Total biaya pemasaran ( Rp/L)

NP= Total nilai produk yang dipasarkan(Rp/L).

(42)

42 4. Marjin Pemasaran

Untuk mengetahui Marjin Pemasaran digunakan rumus :

MP = HBK – HJP

Dimana :

MP = Marjin Pemasaran HBK = Harga beli Konsumen HJP = Harga Jual Produsen

3.6 Defenisi Operasional

1. Petani adalah orang yang membudidayakan bawang merah di Desa Batunoni Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang

2. Pedagang merupakan pembeli tetap bawang merah di Desa Batunoni Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang

3. Efisiensi sebagai indikator yang digunakan untuk mengetahui kinerja pemasaran bawang merah di Desa Batunoni Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang

4. Pemasaran sebagai faktor penting untuk mencapai sukses bagi perusahaan akan mengetahui adanya cara dan falsafah yang terlibat didalamnya.

5. Saluran pemasaran sebagai perantara yang melaksanakan pekerjaan tertentu dalam membawa produk dan hak semakin mendekat pada pembeli akhir membentuk tingkat saluran

6. Pedagang besar adalah badan usaha yang mengumpulkan hasil pertanian bawang merah dari petani dan pedagang pengumpul untuk di jual kembali

(43)

43 ke berbagai perusahaan yang ada di Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang.

7. Pedagang pengumpul adalah badan atau pribadi yang kegiatan usahanya mengumpulkan hasil pertanian untuk dijual kembali ke lembaga pemasaran lain nya di Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang

(44)

44 IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Luas dan Letak Goegrafis

Desa Batunoni Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang adalah salah satu Desa dari 15 Desa dan Kelurahan yang berada di Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang yang terdiri dari 4 dusun yaitu: Dusun Batunoni, Dusun Lumbaja, Dusun Galung, dan Dusun Locok.

Desa ini memiliki luas wilayah 5,05 Km2 dengan batas – batasnya sebagai berikut:

1 Sebelah Utara : Desa Saruran, Kecamatan Anggeraja 2 Sebelah Timur : Kecamatan Baraka

3 Sebelah Barat : Kelurahan Tanete, Kecamatan Anggeraja 4 Sebelah Selatan : Kecamatan Enrekang

Jarak tempuh dari Desa Batunoni ke Ibu Kota Kecamatan 9 Km, jarak tempuh dari Desa Batunoni ke ibu Kabupaten 35 Km. Desa Batunoni berada pada ketinggian 500 – 1000 mdpl.

4.2 Kondisi Demografis

Penduduk Desa Batunoni Terdiri atas 2.330 jiwa. Berikut Perbandingan jumlah penduduk perempuan dengan laki – laki :

Tabel 2. Distribusi jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin Desa Batunoni Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang

Laki – laki Perempuan Total

1.055 jiwa 1.073 jiwa 2.128jiwa

Sumber : Data Sekunder, 2019

(45)

45 Adapun data banyaknya dusun, RK dan RT di Desa Batunoni Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang adalah sebagai berikut :

Tabel 3. Distribusi Jumlah Dusun, RK dan RT Desa Batunoni Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang

Dusun RK RT

3 6 12

Sumber : Data Sekunder, 2016

4.2. Kondisi Sosial Budaya 1. Mata Pencaharian

Sebagian besar mata pencaharian pokok penduduk Desa Batunoni adalah bertani bawang merah dan jagung, ini disebabkan karena Batunoni merupakan wilayah daratan tinggi dengan kondisi wilayah yang subur. Selain bertani, penduduk juga memiliki usaha jasa perseorangan. Adapun rincian usaha jasa perorangan Desa Batunoni adalah sebagai berikut :

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Mata Pencaharian Pokok Masyarakat Desa Batunoni Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang

Jenis Pekerjaan Jumlah

Servis motor / mobil Tukang cukur Tukang jahit Tv kabel

2 1 1 1 Sumber :Data Sekunder,2016

2. Agama

Berdasarkan data sekunder tahun 2015, seluruh penduduk Desa Batunoni beragama islam dengan jumlah 2.128. Hal ini dapat dilihat pula dari sarana prasarana tempat ibadah, di Desa Batunoni hanya terdapat masjid.

(46)

46 3. Sosial Budaya

Manusia adalah makhluk sosial yang artinya manusia di masyarakat tidak dapat hidup sendiri, selalu membutuhkan pertolongan orang lain. Tolong – memolong dilakukan secara kekeluargaan serta gotong – royong berdasarkan kesadaran.

Sejak dahulu tradisi dan kebiasan tolong menolong telah tumbuh dan tertanam dalam kehidupan masyarakat Desa Batunoni. Kegiatan kegotong – royongan akan kita jumpai pada kegiatan seperti acara pernikahan, membangun rumah (mappatinda’bola), pengecoran jalan tani dan lain – lain.

Penduduk Desa batunoni sebagian besar bersuku Duri, sehingga dalam percakapan sehari – hari bahasa duri dan masih mempertahankan adat istiadat, seperti pesta pernikahan, larangan berjudi, larangan mencuri dan berselingkuh.

Keadaan sosial ekonomi dan budaya sangat berpengaruh terhadap kehidupan dan kesehatan suatu kelompok masyarakat. Oleh karena itu, faktor sosial ekonomi sangat penting untuk diperhatikan demi meningkatkan status derajat kesehatan.

4.3. Sarana dan Prasarana 1.Kantor Desa Batunoni

Kantor Desa Batunoni tergolong baik, sebab bangunan dari kantor desa merupakan bangunan baru dan beberapa fasilitaas dikantor desa telah tersedia, misalnya kursi, meja, lampu, computer serta printer.

(47)

47 2. Sarana Pendidikan

Sarana pendidikan di Desa Batunoni yaitu TK Ahsyahara Batunoni dan Sekolah Dasar (SDN 59 Garotin dan SDN 75 Locok).

3. Sarana Kesehatan

Sarana penunjang kesehatan di Desa Batunoni yaitu 1 pustu dan 2 posyandu. Adapun tenaga kesehatannya terdapat bidan berjumlah 5 orang.

Kegiatan bidan desa selaku petugas kesehatan di tingkat desa, selain pemeriksaan bulanan di Posyandu, juga melakukan kegiatan pelayanan kesehatan masyarakat yang berpusat di pustu.

4. Sarana Ibadah

Sarana peribadahan yang tersedia di Desa Batunoni berjumlah 4 buah yang terdiri dari 3 bangunan masjid dan 1 musholla. Masjid terletak masing – masing di tiga dusun yaitu di Dusun Locok, Dusun batunoni, Dusun Lumbaja sedangkan musholla terletak di Dusun Galung.

Gambar

Gambar 1. Kerangka pikir Operasional Penelitian Analisis Efisiensi Pemasaran  Komoditas Bawang Merah di Desa Batunoni Kecamatan Anggeraja  Kabupaten Enrekang  Petani   Usaha Bawang Merah   Efisiensi Saluran Pemasaran Saluran dan Lembaga
Tabel  2.  Distribusi  jumlah  penduduk  berdasarkan  jenis  kelamin  Desa  Batunoni   Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang
Tabel 3. Distribusi Jumlah Dusun, RK dan RT Desa Batunoni Kecamatan  Anggeraja Kabupaten Enrekang
Tabel  5.  Karakteristik  Petani  Bawang  Merah  Berdasarkan  Umur  Di  Desa  Batunoni Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Mubyarto (1995), syarat-syarat tataniaga yang efisien adalah (1) mampu menyampaikan hasil-hasil dari petani produsen kepada konsumen dengan

Margin Pemasaran merupakan selisih antara harga di tingkat produsen atau merupakan jumlah biaya pemasaran dengan keuntungan yang diharapkan oleh masing-masing

Menurut Mubyarto (1995), syarat-syarat tataniaga yang efisien adalah (1) mampu menyampaikan hasil-hasil dari petani produsen kepada konsumen dengan

Menurut Mubyarto (2000), analisis pemasaran dianggap efisien apabiladianggap mampu menyampaikan hasil-hasil dari produsen kepada konsumen dengan biaya wajar serta

Hasil penelitian menunjukan saluran pemasaran lada di Desa Tangru Kecamatan Malua Kabupaten Enrekang sebanyak 2 saluran yaitu: saluran pemasaran 1 (petani –

Mubyarto (1989), menjelaskan bahwa sistem tataniaga dianggap efisien bila memenuhi dua syarat, salah satunya adalah mampu menyampaikan hasil-hasil dari petani

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat dua saluran pemasaran bawang merah didesa Banti Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang yaitu: Saluran I : Petani ke

5.3 Margin Pemasaran Bawang merah Margin Pemasaran merupakan selisih antara harga di tingkat produsen atau merupakan jumlah biaya pemasaran dengan keuntungan yang diharapkan oleh