• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KINERJA PEMASARAN KOMODITAS KUBIS DI DESA TONGKO KECAMATAN BAROKO KABUPATEN ENREKANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "ANALISIS KINERJA PEMASARAN KOMODITAS KUBIS DI DESA TONGKO KECAMATAN BAROKO KABUPATEN ENREKANG"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

i

ANALISIS KINERJA PEMASARAN KOMODITAS KUBIS DI DESA TONGKO KECAMATAN BAROKO

KABUPATEN ENREKANG

ZULFIKAR AZIS 105961119216

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2021

(2)

ii

ANALISIS KINERJA PEMASARAN KOMODITAS KUBIS DI DESA TONGKO KECAMATAN BAROKO

KABUPATEN ENREKANG

ZULFIKAR AZIS 105961119216

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar sarjana Pertanian Strata Satu (S-1)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2021

(3)

iii

(4)

iv

(5)

v

PERYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul ‘’Analisis Kinerja Pemasaran Komoditas Kubis di Desa Tongko Kecamatan Baroko Kabupaten Enrekang’’ adalah benar merupakan karya yang belum di ajukan sama sekali dalam bentuk apapun dan kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal dan dikutip dari karya yang diterbitkan alat atau tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Makassar, Maret 2021

Zulfikar Azis 105961110216

(6)

vi

ABSTRAK

ZULFIKAR AZIS. 105961119216. Analisis Kinerja Pemasaran Kubis di Desa Tongko Kecamatan Baroko Kabupaten Enrekang Dibimbing oleh ARIFIN FATTAH dan ASRIYANTI SYARIF.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja pemasaran, pola saluran pemasaran dan menganalisis efisiensi dan Farmer Share di Desa Tongko Kecamatan Baroko Kabupaten Enrekang.

Pengambilan populasi dalam penelitian ini adalah petani kubis, pedagang pengumpul, pedagang pengecer dan pedagang besar.Teknik penentuan sampel petani kubis dalam penelitian ini dilakukan dengan metode purposive sampling.Diperoleh 10 orang petani kubis yang ada di Desa Tongko Kecamatan Baroko Kabupaten Enrekang. Teknik penentuan sampel untuk pedagang dilakukan dengan metode snowball sampling, yakni diperoleh 9 orang pedagang yang terdiri atas 2 orang pedagang pengumpul, 3 orang pedagang pengecer dan 4 orang pedagang besar. Metode analisis yang digunakan adalah analisis margin pemasaran,keuntungan pemasaran, farmer share, saluran pemasaran, dan efisiensi pemasaran.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa di Desa Tongko Kecamatan Baroko Kabupaten Enrekang yaitu margin pemasaran merupakan perbedaan harga tingkat produsen atau merupakan jumlah biaya pemasaran dengan keuntungan pemasaran yang diinginkan masing-masing lembaga pemasaran. Adapun farmer share tertinggi diperoleh saluran pemasaran I yakni sebesar 66,7%. Menggunakan 3 saluran pemasaran yaitu saluran I ( Produsen-pedagang Besar-Konsumen), saluran II (Produsen-Pedagang Pengumpul-Pedagang Pengecer-Konsumen), saluran III (Produsen-Pedagang Pengumpul-Pedagang Besar-Konsumen). Adapun lembaga pemasaran yang memiliki nilai tingkat efisiensi paling efisien yaitu saluran I (5,83%).

Kata Kunci: Kinerja Pemasaran, Saluran, Efisiensi, Kubis

(7)

vii ABSTRACT

ZULFIKAR AZIS. 105961119216. Analysis of Cabbage Marketing Performance in Tongko Village, Baroko District, Enrekang Regency Supervised by ARIFIN FATTAH and ASRIYANTI SYARIF.

This study aims to determine marketing performance, marketing channel patterns and to analyze efficiency and Farmer Share in Tongko Village, Baroko District, Enrekang Regency.

The population in this study were cabbage farmers, collectors, retailers and wholesalers. The sampling technique for cabbage farmers in this study was carried out by purposive sampling method. It was obtained 10 cabbage farmers in Tongko Village, Baroko District, Enrekang Regency. The technique of determining the sample for traders is done by using the snowball sampling method, which is obtained 9 traders consisting of 2 collectors, 3 retailers and 4 wholesalers. The analytical method used is the analysis of marketing margins, marketing profits, farmer share, marketing channels, and marketing efficiency.

The results showed that in Tongko Village, Baroko District, Enrekang Regency, the marketing margin was the difference in price at the producer level or was the amount of marketing costs with the desired marketing profit of each marketing agency. Meanwhile, the highest farmer share was obtained by marketing channel I at 66.7%. Using 3 marketing channels, namely channel I (Producer-Wholesaler-Consumer), channel II (Producer-Merchant-Collector- Merchant-Retailer-Consumer), channel III (Producer-Merchant-Collector- Wholesaler-Consumer). The marketing agency that has the most efficient level of efficiency is channel I (5.83%).

Keywords: Marketing Performance, Channels, Efficiency, Cabbage

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah yang tiada henti diberikan kepada hambanya. Shalawat dan salam tak lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah SAW beserta para keluarga, sahabat dan para pengikutnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Kinerja Pemasaran Komoditas Kubis di Desa Tongko Kecamatan Baroko Kabupaten Enrekang”.

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

Penulis sangat menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari berbagai pihak yang telah memberikan semangat kepada penulis dalam menghadapi setiap kendala. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Dr. Ir. Muh. Arifin Fattah, M.Si selaku pembimbing utama dan Asriyanti Syarif,S.P,M.Si selaku pembimbing pendamping yang senantiasa meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi dapat diselesikan.

2. Dr. Ir. Hj. Andi Khaeriyah, M.Pd.selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Ibu Dr. Sri Mardiyati, S.P., M.P., selaku Ketua Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

(9)

ix

4. Kedua orang tua beserta saudara dan segenap keluarga yang senantiasa memberikan bantuan, baik moral maupun material sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

5. Seluruh Dosen Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah membekali segudang ilmu kepada penulis

6. Kepada pihak pemerintah Kecamatan Baroko khususnya kepala Desa Tongko beserta jajarannya yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian di daerah tersebut.

7. Semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi dari awal hingga akhir yang penulis tidak dapat sebut satu persatu.

Akhir kata penulis ucapkan banyak terima kasih keepada semua pihak yang terkait dalam penulisan skripsi ini, semoga karya tulis ini bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.

Semoga Kristal-kristal Allah senantiasa tercurah kepadanya. Amin.

,

Makassar, 11 Oktober 2020 M 23 Shafar 1442 H

Zulfikar Azis

(10)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PENGESAHAN KOMISI PENGUJI ... iv

HALAMAN PERNYATAAN ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Kegunaan penelitian ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Kubis ... 5

2.2 Kinerja pemasaran ... 6

2.3 Saluran pemasaran ... 11

2.4 Efisiensi Pemasaran ... 12

2.5 Penelitian terdahulu ... 13

2.6 Kerangka pemikiran ... 18

(11)

xi

III. METODE PENELITIAN ... 19

3.1 Lokasi dan waktu penelitian ... 19

3.2 Teknik penetuan sampel ... 19

3.3 Jenis sumber data ... 20

3.4 Teknik pengumpulan data ... 20

3.5 Teknik analisis data ... 21

3.6 Definisi operasional ... 23

IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN ... 24

4.1 Keadann Geografis ... 24

4.2 Keadaan Demografis ... 25

4.3 Keadaan Pertanian ... 28

4.4 Sarana dan prasarana ... 28

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 30

5.1 Identitas Responden Petani ... 30

5.2 Identitas Responden Pedagang ... 36

5.3 Kinerja Pemasaran ... 42

5.4 Saluran Pemasaran Kubis ... 49

5.5 Efisiensi Pemasaran Kubis ... 53

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 56

6.1 Kesimpulan ... 56

6.2 Saran ... 56 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(12)

xii

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Teks

1. Luas Area dan Produksi Tanaman Kubis di Kecamatan Baroko

Kabupaten Enrekang 2014-2019. ... 2 2. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Tongko Kecamatan

Baroko Kabupaten Enrekang 2020 ... 25 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Tongko

Kecamatan Baroko Kabupaten Enrekang Tahun 2020 ... 26 4. Mata Pencaharian Penduduk Di Desa Tongko Kecamatan Baroko

Kabupaten Enrekang Tahun 2020 ... 27 5. Sarana Dan Prasarana di Desa Tongko Kecamatan Baroko

Kabupaten Enrekang Tahun 2020 ... 30 6. Umur Responden Petani Kubis di Desa Tongko Kecamatan Baroko

Kabupaten Enrekang 2021 ... 31 7.Tingkat Pendidikan Responden Petani Kubis di Desa Tongko

Kecamatan Baroko Kabupaten Enrekang 2021 ... 32 8. Pengalaman Responden Petani di Desa Tongko Kecamatan Baroko

Kabupaten Enrekang 2021 ... 33 9. Jumlah Tanggungan Keluarga Responden di Desa Tongko Kecamatan

Baroko Kabupaten Enrekang 2021 . ... 34 10.Luas Lahan Petani Kubis di Desa Tongko Kecamatan Baroko

Kabupaten Enrekang2021 . ... 35 11. Identitas Responden Pedagang Pengumpul di Desa Tongko Kecamatan

Baroko Kabupaten Enrekang 2021. ... 37

(13)

xiii

12. Identitas Responden Pedagang Pengecer di Desa Tongko Kecamatan

Baroko Kabupaten Enrekang 2021. ... 38 13. Identitas Responden Pedagang Besar di Desa Tongko Kecamatan

Baroko Kabupaten Enrekang 2021. ... 39 14. Tingkat Pendidikan Pedagang Di Desa Tongko Kecamatan Baroko

Kabupaten Enrekang 2021 ... 39 15. Umur Pedagang di Desa Tongko Kecamatan Baroko

KabupatenEnrekang 2021 ... 40 16. Lama Berdagang di Desa Tongko Kecamatan Baroko

Kabupaten Enrekang 2021 ... 41 17. Jumlah Tanggungan Keluarga Pedagang di Desa Tongko

Kecamatan Baroko Kabupaten Enrekang 2021. ... 42 18. Margin Pemasaran Pada Setiap Saluran Pemasaran Kubis Di Desa

Tongko Kecamatan Baroko Kabupaten Enrekang 2021 ... 44 19. Biaya Dan Keuntungan Pemasaran Pada Setiap Saluran Pemasaran

Kubis di Desa Tongko Kecamatan Baroko Kabupaten 2021 ... 46

20. Farmer Share Setiap Saluran Pemasaran Kubis di Desa Tongko

Kecamatan Baroko Kabupaten Enrekang 2021 ... 48 21. Efisiensi Pemasaran Kubis di Desa Tongko Kecamatan Baroko

Kabupaten Enrekang 2021 ... 54

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

Teks

1. Saluran Pemasaran, ... 11 2. Kerangka Pemikiran ... 18 3. Pola Saluran I Pada Distribusi Pemasaran Kubis Di Desa Tongko

Kecamatan Baroko Kabupaten Enrekang ... 50 4. Pola Saluran II pada Distribusi Pemasaran Kubis Di Desa Tongko

Kecamatan Baroko Kabupaten Enrekang ... 51 5. Pola Saluran III pada Distribusi Pemasaran Kubis Di Desa Tongko

Kecamatan Baroko Kabupaten Enrekang ... 51

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

Teks

1. Kuesioner Penelitian ... 61 2. Identitas Responden Petani Kubis di Desa Tongko Kecamatan

Baroko Kabupaten Enrekang. 2021 ... 70 3. Karakteristik Harga Jual Dan Sasaran Pemasaran Kubis di Desa Tongko

Kecamatan Baroko Kabupaten Enrekang 2021 ... 70 4. Identitas Responden Pedagang Pengumpul di Desa Tongko Kecamatan

Baroko Kabupaten Enrekang 2021 ... 70 5. Identitas Responden Pedagang Pengecer di Desa Tongko Kecamatan

Baroko Kabupaten Enrekang 2021 ... 71 6. Identitas Responden Pedagang Besar di Desa Tongko Kecamatan

Baroko Kabupaten Enrekang 2021 ... 71 7. Biaya-Biaya pemasaran Petani Kubis diDesa Tongko Kecamatan

Baroko Kabupaten Enrekang 2021 ... 71 8. Biaya-Biaya Pemasaran Saluran I, II, dan III Tanaman Kubis di Desa

Tongko Kecamatan Baroko Kabupaten Enrekang 2021 ... 72 9. Keuntungan Pemasaran Kubis di Desa Tongko Kecamatan Baroko

Kabupaten Enrekang 2021 ... 73 10. Farmer’s Share Share Saluran Pemasaran di Desa Tongk Kecamatan

Baroko Kabupaten Enrekang 2021 ... 74 11. Efisiensi Setiap Saluran Pemasaran di Desa Tongko Kecamatan Baroko

Kabupaten Enrekang 2021 ... 75 12. Dokumentasi ... 76

(16)

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pengembangan hortikultura perlu mempertimbangkan banyak faktor, seperti permintaan, distribusi, rantai pasar, mutu produk dan faktor-faktor lainnya yang terkait mulai dari produk tersebut di hasilkan sampai ke tangan konsumen.Meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan masyarakat di dalam negeri yang di cirikan dengan berkembangnya pasar-pasar modern, perlu diiringi dengan penyediaan produk hortikultura yang bermutu baik dipasar domestik maupun ekspor.Pemasaran sayuran, hal ini berkaitan dengan semakin meningkatnya pengetahuan dan kepedulian konsumen terhadap mutu dan kesehatan.Sayuran di Indonesia umunya mempunyai masalah dalam hal mutu yang tidak konsisten dan tingkat kontaminasi yang tinggi.Dengan memerhatikan segmen pasar yang khas, pertanian non konvesional (organik) dapat di terapkan pada usahatani produk sayuran bernilai ekonomi tinggi. (Erwidodo,2013)

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki potensi untuk mengembangkan beragam produk dari tanaman hortikultura.Kondisi agroklimatologi yang baik serta ketersediaan Sumberdaya sangat mendukung tumbuh kembangnya tanaman hortikultura.Terhadapbeberapa jenis sayuran yang banyak di kembangkan di Indonesia.Salahsatunya adalah tanaman kubis (Direktorat Jenderal Hortikultura 2014).Kubis merupakan tanaman semusim atau dua musim,bentuk daunnya bulat telur sampai lonjong dan lebar seperti kipas.

Sistem perakaran kubis agak dangkal,agar tunggangnya segera bercabang dan

(17)

2 memiliki banyak akar serabut. Kubis merupakan tanaman sayuran yang berasal dari daerah subtropis. Temperatur untuk pertumbuhan kubis adalah minimal 15,5 - 18°C dan maksimum 24°C. Kelembapan optimum bagi tanaman kubis adalah antara 80 – 90%.

Di Kabupaten Enrekang tepatnya di Kecamatan Baroko merupakan daerah yang memiliki potensi holtikultura sayuran yang bernilai komersial tinggi dan memberikan kontribusi penting bagi perekonomian daerah karena sayuran merupakan produk pertanian yang dikonsumsi setiap saat serta menu makan sehat sehingga permintaan akan tanaman sayuran selalu meningkat di Kecamatan Baroko itu sendiri ada beberapa komoditas sayuran yang telah dibudidayakan dan dikembangkan salah satunya yaitu kubis.

Kabupaten Enrekang merupakan salah satu daerah yang menjadi sentral produksi komoditas kubis di provinsi Sulawesi Selatan.Hal ini dapat dilihat dengan luas panen, produksi dan produktivitas kubis yang berfluktuasi setiap tahunnya dapat dilihat pada Tabel 1, Daerah produksi kubis di Kabupaten Enrekang terdapat di Kecamatan Baroko, Kecamatan Baroko merupakan sentral pertanian di Kabupaten Enrekang karena keadaan Geografis dan iklim yang sangat berpotensi untuk mengembangkan sektor pertanian.

Tabel 1. Luas Area dan Produksi Tanaman Kubis di Kecamatan Baroko Kabupaten Enrekang.

Tahun Luas area (Ha) Produksi ( Ton)

2014 2015 2016 2017 2018

263 238 238 321 329

104.655 86.200 86.200 12.840 110.800 Sumber: Dinas Pertanian Dan Perkebunan Kecamatan Baroko Dalam Angka

2014 -2018.

(18)

3 Tanaman kubis adalah tanaman yang tidak dapat disimpan dalam waktu yang cukup lama karena kubis memiliki sifat yang mudah rusak sehingga kubis harus segera dijual kepada konsumen, proses dari kubis ke konsumen melalui pemasaran. Pemasaran adalah suatu sistem dari kegiatan bisnis yang di rancang untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan produk kepada konsumen Stanton (dalam Tambajong 2013).

Pemasaran kubis di Desa Tongko tidak hanya dijual pada pasar induk tetapi juga pasar-pasar yang ada di luar Kabupaten dan luar provinsi, namun di samping itu akan terjadi perbedaan harga karena rata-rata petani kubis tidak mengetahui informasi harga sehingga harga ditetapkan oleh pedagang. Sehingga hal ini yang mendasari penulis untuk melakukan penelitian tentang “ Analisis Kinerja Pemasaran Komoditas Kubis di Desa Tongko Kecamatan Baroko Kabupaten Enrekang “

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka adapun permasalahan yang akan di analisis dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana kinerja pemasaran komoditas Kubis di Desa Tongko Kecamatan Baroko Kabupaten Enrekang ?

2. Bagaimana pola saluran pemasaran di Desa Tongko Kecamatan Baroko Kabupaten Enrekang ?

3. Bagaimana Efisiensi dan Farmer Share di Desa Tongko Kecamatan Baroko Kabupaten Enrekang?

(19)

4 1.3 Tujuan Penelitian

Dengan adanya rumusan masalah di atas, maka adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui kinerja pemasaran komoditas Kubis di Desa Tongko Kecamatan Baroko Kabupaten Enrekang

2. Untuk mengidentifikasi pola saluran pemasaran di Desa Tongko Kecamatan Baroko Kabupaten Enrekang

3. Untuk menganalisis Efisiensi dan Farmer Share di Desa Tongko Kecamatan Baroko Kabupaten Enrekang

1.4. Kegunaan Penelitian

Hasil dari penelitian ini di harapkan dapat memberikan manfaat dan kegunaan, baik bagi pemerintah, petani maupun penulis.

1. Bagi pemerintah, khususnya kepada pemerintah daerah terutama instansi di bidang pertanian dan perkebunan petani, khususnya komoditas kubis.

2. Bagi petani, penelitian ini dapat menambah pengetahuan dalam hal proses pemasaran secara keseluruhan.

3. Bagi penulis, untuk menambah pengetahuan mengenai masalah-masalah yang berkaitan tentang kinerja pemasaran.

(20)

5 II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kubis

Kubis, kol, atau kobis bulat adalah nama yang diberikan untuk tumbuhan sayuran daun yang populer. Tumbuhan dengan nama ilmiah Brassica oleracea L. Kelompok Capitata ini dimanfaatkan daunnya untuk dimakan. Daun ini tersusun sangat rapat membentuk bulatan atau bulatan pipih, yang disebut krop atau kepala (capitata berarti "berkepala"). Kubis berasal dari Eropa Selatan dan Eropa Barat dan, walaupun tidak ada bukti tertulis atau peninggalan arkeologi yang kuat, dianggap sebagai hasil pemuliaan terhadap kubis liar B. oleracea var.

sylvestris. Nama "kubis" diambil dari bahasa Inggris cabbage, yang juga merupakan pinjaman dari bahasa Normandia caboche. Nama "kol" diambil dari bahasa Belanda yaitu kool ( Hariawan Wibisono, 2011 )

Kubis memiliki ciri khas membentuk krop. Pertumbuhan awal ditandai dengan pembentukan daun secara normal. Namun semakin dewasa daun-daunnya mulai melengkung ke atas hingga akhirnya tumbuh sangat rapat. Pada kondisi ini petani biasanya menutup krop dengan daun-daun di bawahnya supaya warna krop makin pucat. Apabila ukuran krop telah mencukupi maka siap kubis siap dipanen.

Dalam budidaya, kubis adalah komoditi semusim. Secara biologi, tumbuhan ini adalah dwimusim (biennial) dan memerlukan vernalisasi untuk pembungaan.

Apabila tidak mendapat suhu dingin, tumbuhan ini akan terus tumbuh tanpa berbunga. Setelah berbunga, tumbuhan mati (Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang, 2012).

(21)

6 Kubis merupakan sayuran ekonomis dan serbaguna yang mudah di temukan dan memberikan nilai gizi yang sangat besar. Kubis kaya akan fitonutrien dan berbagai vitamin seperti vitamin A, B dan C. Ini semua adalah antioksidan alami, yang membantu mencegah kanker dan penyakit jantung, mencegah radikal bebas dan lain sebagainya (Cahyono 2002).

Dalam proses pemasaran kubis yang dilakukan di Desa Tongko Kecamatan Baroko Kabupaten enrekang terdiri dari tiga pola pemasaran. Masing – masing pola pemasaran tersebut berfungsi dalam menyalurkan kubis dari produsen ke konsumen. Berikut ketiga pola pemasaran kubis di Desa Tongko Kecamatan Baroko Kabupaten Enrekang yaitu:

1.Saluran pemasaran 1 (petani – pedagang pengumpul – konsumen)

2. Saluran pemasaran 2 (petani – pedagang pengumpul – pengecer – konsumen).

3. Saluran 3 (petani – pedagang pengumpul – pedagang besar –pengecer – konsumen).

Adapun permintaan konsumen kubis di Desa Tongko Kecamatan Baroko Kabupaten Enrekang sangat tinggi karena bernilai komersial tinggi dan memberikan kontribusi penting bagi perekonomian daerah karena kubis merupakan salah produk pertanian yang dikonsumsi setiap saat serta menu makan sehat sehingga permintaan akan tanaman kubis selalu meningkat di Kecamatan Baroko dan juga kubis tidak hanya dipasarkan di daerah Kabupaten Enrekang tapi juga dipasarkan sampai di luar daerah.

(22)

7 2.2. Kinerja Pemasaran

Menurut (Kotler dan Amstrong 2008:6) pemasaran merupakan proses sosial dan manajerial dengan individu-individu dan kelompok-kelompok memperoleh apa yang dibutuhkan dan diinginkan dengan menciptakan dan saling mempertukarkan produk – produk dan nilai satu sama lain.

Ferdinand (2000;23) kinerja pemasaran ialah faktor untuk mengukur dampak dari strategi yang diterapakan perusahaan. Strategi perusahaan selalu diarahkan untuk menghasilkan kinerja pemasaran yang baik dan juga kinerja keuangan yang baik.Kinerja pemasaran ialah suatu ukuran prestasi yang diperoleh dari proses aktivitas pemasaran secara menyeluruh bagi suatu perusahaan.

Kinerja pemasaran merupakan konsep yang umum digunakan untuk mengukur dampak strategi perusahaan (Ferdinand, 2000:115).Indikator kinerja pemasaran pemasaran meliputi, volume penjualan,dan bagian pasar sulit untuk dapat di perbandingkan antara perusahaan dengan kondisi ukuran perusahaan yang berbeda, penggunaan standar akuntansi yang berbeda,dan penentuan pasar yang juga memiliki banyak perbedaan. Kemudian masih banyak pula perdebatan bahwa strategi-strategi baru dan kenyataan persaingan telah bergeser dari konsep kepercayaan pada pengukuran berbasis keuangan, menjadi indikasi – indikasi basis non keuangan seperti variable kualitas,efektivitas manufaktur,inovasi dan kepuasan pelanggan.

Pelham dalam Anjas (2007) menyebutkan tiga indikator dari kinerja pemasaran yaitu efektivitas perusahaan, pertumbuhan penjualan dan

(23)

8 pertumbuhan keuntungan relatif, dalam penelitiannya juga menduga ada hubungan yang signifikan antara orientasi pasar dengan efektivitas perusahaan dan pertumbuhan penjualan yang pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan keuntungan. Sedangkan untuk kinerja pemasaran komoditas pertanian tertulis pada margin, keuntungan dan farmer share.

1. Margin Pemasaran

Margin pemasaran merupakan perbedaan harga atau selisih harga yang dibayar konsumen akhir dengan harga yang diterima oleh konsumen ( Sudiyono, A 2004 ).Margin pemasaran dapat ditinjau dari dua sisi, yaitu sudut pandang harga dan biaya pemasaran.Pada analisis pemasaran yang sering menggunakan konsep margin pemasaran.

Hal ini margin pemasaran pedagang pengumpul adalah perbedaan harga yang dibayarkan kepada petani dengan harga jual kepada pedagang pengecer dan konsumen dalam saluran pemasaran dengan komoditas yang sama (Mandak,B.

Rorimpandey, P.O.V Waleleng, And F.N.S Oroh, 2017).

Komponen marjin pemasaran terdiri dari biaya – biaya yang dikeluarkan oleh setiap lembaga pemasaran dalam menjalankan fungsi – fungsi pemasaran dan keuntungan yang ingin diperoleh lembaga pemasaran, sehingga besarnya pemasaran pada dasarnya merupakan penjumlahan antara biaya – biaya dan keuntungan yang diterima lembaga pemasaran.

(24)

9 Secara sistematis margin pemasaran dirumuskan sebagai berikut (Ulya at all, 2007) dalam (singarimbun 2013).

Mp = Pr – Pf Di ketahui:

Mp = Margin pemasaran Pr = harga di tingkat konsumen Pf = Harga di tingkat produsen.

2. Keuntungan Pemasaran

Keuntungan merupakan hal yang dipertimbangkan dalam melakukan pemasaran. Menurut Soekartawi (1993), keuntungan pemasaran adalah selisih harga yang dibayarkan ke responden dan harga yang diberikan oleh konsumen.

Jarak yang mengantarkan produksi pertanian dari produsen ke konsumen menyebabkan terjadinya perbedaan besarnya keuntungan pemasaran.Perbedaan harg oleh masing – masing lembaga pemasaran sangat bervariasi tergantung besar kecilnya keuntungan yang diambil oleh masing-masing lembaga pemasaran.

Keuntungan diperoleh Masing-masing lembaga, maka harga yang dibayarkan oleh masing-masing lembaga pemasaran juga berbeda.semakin maju tingkat pengetahuan produsen, lembaga pemasaran dan konsumen terhadap penguasa informasi pasar, maka semakin merata distribusi margin pemasaran yang diterima Soekartawi (1993).

Keuntungan adalah selisih antara harga yang dibayarkan kepada penjual pertama dan harga yang dibayar oleh pembeli terakhir (margin) setelah dikurangi

(25)

10 biaya pemasaran, laba merupakan sisa dari hasil penjualan dikurangi dengan harga pokok barang yang dijual dan biaya-biaya lainnya (soekartawi, 2009).

Secara sistematis keuntungan dapat dirumuskan sebagai berikut : 𝜋 = 𝑇𝑅 − 𝑇𝐶

𝜋 = Keuntungan

TR = Penerimaan Total (Rp) TC = Total Biaya (Rp) 3. Farmer’s Share

Farmer’s Share merupakan alat analisis yang digunakan untuk mengukur efisiensi yang dilihat dari sisi pendapatan petani.)Farmer’s Shareadalah bagian harga yang di terima oleh petani terhadap harga yang dibayarkan konsumen akhir dalam suatu pemasaran.

Limbong dan Sitorus (1987) dalam Syaifullah (2014) Farmer’s Share digunakan untuk membandingkan harga yang dibayar konsumen terhadap harga produk yang diterima petani.Farmer’s Share berhubungan negative dengan marjin pemasaran, artinya semakin tinggi marjin pemasaran, maka bagian yang akan diperoleh petaniFarmer’s Share semakin rendah.

Farmer’s share merupakan perbedaan antara harga di tingkat petani dan marjin pemasaran atau persentase harga yang dibayar oleh petani terhadap yang dibayar oleh konsumen akhir.Secara umum besaran farmer’s share, marjin pemasaran bervariasi antara komoditi dan tergantung pada biaya pemasaran yang dikeluarkan.Ukuran farmer’s share tidak dapat selalu diandalkan sebagai ukuran efisiensi pemasaran karena kompleks penanganan produk yang yang harus

(26)

11 dilakukan untuk meningkatkan kepuasan konsumen dan harga memperhitungkan bentuk, fungsi, dan atribut – atribut produk hingga sampai ke konsumen akhir (Asmarantaka, 2012).

Rumus untuk menghitung farmer’s share adalah:

Fs = 𝑝𝑟

𝑝𝑓𝑥100%

Di ketahui:

Fs = farmer’s share

Pf = harga di tingkat petani

Pr = harga di tingkat konsumen akhir.

2.3 Saluran Pemasaran

Saluran pemasaran merupakan suatu proses yang di mulai dari pengumpulan sumber daya yang ada dilanjutkan dengan pengelolaan menjadi produk jadi untuk selanjutnya didistribusikan dan dipasarkan sampai pelanggan akhir dengan memperhatikan biaya,kualitas, ketersediaan dan faktor reputasi.

Rantai ini melibatkan supplier, manufacturer, dan retailer yang saling bersinergi dan bekerja satu sama lain secara langsung maupun tidak langsung (Tunggal AW, 2009). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah.

1. Saluran I :

2. Saluran II :

Petani Pedagang Besar Konsumen

Petani Pedagang

Pengumpul

Pedagang

Pengecer Konsume

n

(27)

12 3. Saluran III

Gambar 1. Saluran pemasaran, Penelitian dari Kumalawati, E(2004) 2.4 Efisiensi pemasaran

Salah satu indikator saluran pemasaran dikatakan lebih efisien adalah saluran pemasaran yang lebih pendek, mempunyai nilai total marjin pemasaran terendah dan nilai dari produktivitas dan nilai farmer’s share yang tertinggi.

Efisiensi pemasaran merupakan tolak ukur dari produktivitas proses pemasaran dengan membandingkan sumberdaya yang digunakan terhadap output yang dihasilkan selama berlangsungnya proses pemasaran. Efisiensi pemasaran komoditas pertanian merupakan rasio yang mengukur produksi komoditas pertanian suatu sistem atau proses untuk setiap unit masukan dengan membandingkan Sumberdaya yang digunakan terhadap output yang dihasilkan selama berlangsungnya proses pemasaran komoditas pertanian melalui efisiensi penetapan harga dan efisiensi operasional ataupun efisiensi ekonomi (efisiensi produksi, efisiensi distribusi, dan kombinasi optimum) (Nugroho,2016).

Efisiensi pemasaran yang digunakan adalah efisiensi pemasaran Operasional atau teknisi. Efisiensi operasional atau teknisi berhubungan dengan pelaksanaan aktivitas pemasaran yang dapat meningkatkan atau memaksimumkan rasio output - input pemasaran. Efisiensi opersional adalah ukuran frekuensi produktivitas dari input – input pemasaran, misalnya tenaga kerja atau output perjam kerja atau biaya total pemasaran dengan keuntungan dari lembaga-

Petani Pedagang Pengumpul

Pedagang Besar

Konsumen

(28)

13 lembaga pemasaran (pedagang, pengolah). Oleh sebab itu, pengembangan Sumberdaya dalam pemasaran adalah biaya dan manfaat (utilities) adalah efisiensi pemasaran. Meningkatnya efisiensi atau keuntungan, dapat dilakukan melalui 3 cara atau kondisi yaitu:

1. Menurunnya biaya tanpa menurunkan kepuasan konsumen 2. Meningkatkannya kepuasan konsumen tanpa meningkatkan biaya

3. Meningkatkan kepuasan konsumen dengan adanya peningkatan biaya.Tetapi tambahan nilai output (kepuasan konsumen) lebih besar daripadatambahan nilai input (biaya tambahan pemasaran).

Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk mengukur efisiensi pemasaran adalah marjin pemasaran, bagian penerimaan petani dari harga yang dibayar konsumen akhir (Farmer’s share) dan rasio keuntungan dengan biaya (𝜋/𝑐). Efisiensi pemasaran menurut Soekartawi ( 2002 ), nilai efisiensi saluran pemasaran dapat dikuantitatifkan sebagai berikut

Rumus menghitung efisiensi pemasaran EP = 𝐵𝑃

𝑁𝑃x 100%

Menurut Soekartawi ( 2002 ) :

Jika: EP yang nilainya < 50% = efisien EP yang nilainya > 50% tidak efisien Di ketahui :

EP = efisiensi pemasaran (%) BP = total biaya pemasaran (Rp/kg)

NP = total nilai produk yang dipasarkan (Rp/kg)

(29)

14 2.5 Penelitian Terdahulu Yang Relevan

Penelitian terdahulu ini terkait dengan analisis kinerja pemasaran kubis di Desa Tongko Kecamatan Baroko Kabupaten Enrekang digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini, dicantumkan beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya

NO Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil 1. Ayu Purnama Sari

(2010) Analisis pemasaran jeruk di Kabupaten Bangli

Metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif

Pada saluran 1 memiliki total biaya pemasaran Rp.

1.713,4\kg, marjin pemasaran Rp 5.485,1\kg dan keuntungan pemasaran Rp 3.771,4/kg.

Pada saluran II total biaya pemasaran Rp 5.582,8/kg dan marjin pemasaran Rp

4.999,9/kg dan keuntungan pemasaran Rp 3.658,7/kg Pada saluran III total biaya pemasaran Rp 1. 405,9/kg marjin pemasaran Rp

4.000,00/kg dan keuntungan pemasaran Rp 2.840,5/kg.

2. Kaduk Janiwati, Katut Dunia dan Luh

Indrayani (2013) Analisis Saluran Pemasaran usahatani Jeruk di Desa Kerta Kecamatan Payangan Kabupaten Gianyar

Metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif

Pada saluran I memiliki marjin sebesar Rp Rp 5.000,00/kg dan farmer share sebanyak 61,53%, pola II memiliki marjin sebesar Rp 8.000,00/kg dan farmer share sebesar 42,85%, saluran III, IV dan saluran V memiliki margin yang sama yaitu sebesar Rp.

7.500,00/kg dan untuk farmer share sebesar 48,27%.

(30)

15 Ngraini(2014),

Analisis Pemasaran Cabai Merah Keriting di Desa Sidera Kecamatan Sigi Biromaro Kabupaten Sigi.

.

Metode kualitatif dan kuantitatif

Hasil penelitian ini menunjukkan total marjin pemasaran cabai merah keriting yang diperoleh untuk saluran I Rp 6.000. total marjin pemasaran cabai merah keriting yang diperoleh untuk saluran ke II yaitu sebesar Rp.

2.000. bagian harga yang di terima petani pada saluran pertama sebesar 89,47%.

Bagian harga yang diterima petani pada saluran II sebesar 90%. Dengan demikian bagian harga yang besar diterima petani adalah pada saluran ke II.

4.

Junaedy, (2020) Pola Distribusi dan Efisiensi Pemasaran Cabai Rawit di Desa ,Paccing Kecamatan Patimpeng Kabupaten Bone.

Metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Margin pemasaran saluran 1, nilainya Rp 0, margin pemasaran 2 sebesar Rp 4.000/kg, sedangkan margin pemasaran pada saluran III, dimana totalnya sebesar Rp 9.500/ kg. Saluran pemasaran 1 tidak memiliki keuntungan pemasaran, Saluran pemasaran 2 memiliki keuntungan pemasaran yang

diperoleh pedagang

pengumpul sebesar Rp 1.500/kg. Selanjutnya saluran pemasaran 3, memilik keuntungan pemasaran yang

diperoleh pedagang

pengumpul, pedagang besar dan pedagang pengecer sebesar Rp 3.800/kg. Saluran pemasaran cabai rawit yang paling efisien yaitu saluran pemasaran 2 sebesar 8,52 %.

kemudian saluran pemasaran 2 juga efisien sebesar 15,55 %.

(31)

16 5. Dwi Ratna Hidayati,

(2017), Rantai Pasok ( Supplay Chain ) Pemasaran Komoditas Kacang Tanah di Kabupaten Bangkalan.

Kualitatif dan kuantitatif

Aliran kacang tenah terbagi dari beberapa saluran :

1. petani – konsumen

Pada saluran pemasaran 1 petani menjual kacang tanah langsung ke pasar lokal yang ada dalam kondisi masiih basah.

2. petani – pedagang petantara – konsumen.

Dalam saluran pemasran 2 ini petani menjual kacang tanah melalui pedagang perantara , pedagang perantara secara aktif mendatangi petani dan melakukan transaksi.

3. petani – pedagang perantara – pedagang besar – konsumen.

Saluran pemasaran ke 3 ini petani menjual kacang tanag kepada pedagang petantara untuk selanjutnya dijual lagi ke pedagang besar.

Secara otomatis, transaksi dilakukan antar para pihak sesuai dengan alurnya.

Transaksi yang dilakukan berjalan secara langsung dengan proses pembayaran secara tunai. Margin saluran pemasaran pertamasebesar 0 rupiah karena langsung di jual pada konsumen dengan keuntungan tertinggi sebesar Rp. 11.675 setelah di kurangkan dengan biaya pemasaran yang dikeluarkan.

Margin pemasaran tertinggi pada saluran pemasaran ketiga sebesar Rp. 13.050 dengan perolehan margin pemasaran tertinggi adalah pedagang perantara. Biaya pemasaran yang dikeluarkan yaitu karung dan biaya transportasi.

(32)

17 Selanjutnya farmer’s share, petani memperoleh farmer’s share tertinggi sebesar 100%

jika menjualnya langsung ke pasar dengan harga rata-rata Rp. 12.141,00. Sedangkan share terendah sebesar 38,59%, diperoleh pada saluran pemasaran ketiga . 6. Nurfitri, 2012,

Analisis Pemasaran Lada (Piper ningrum Linn) di Desa

Sanglepongan Kecamatan Curio Kabupaten Enrekang

Metode dasar penelitian deskriptif dan pelaksanaannya dengan teknik survey

Ada tiga pola saluran

pemasaran yang terbentuk di Desa Sanglepongan

Kecamatan Curio Kabupaten Enrekang, yaitu: Pola saluran I, II, dan III dimana tingkat efisien pemasaran lada yang paling efisien pada pola saluran 1 dengan nilai 0% dan Pola saluran II dengan nilai 0.87%.Pola saluran pemasaran III merupakan pola saluran pemasaran yang belum efisien

(33)

18 2.6 Kerangka Pemikiran

Tanaman kubis merupakan komoditas andalan di Desa Tongko Kecamatan Baroko Kabupaten Enrekang komoditas ini dipasarkan oleh pedagang oleh karena itu petani menanam kubis lalu memasarkan ke pedagang, pedagang memperoleh keuntungan dan margin pada proses pemasaran terdapat saluran pemasaran yang melibatkan lembaga pemasaran dan melakukan fungsi pemasaran. Untuk mengetahui apakah pemasaran efektif maka dilakukan efisiensi pemasaran dari petani sebagai produsen juga berhak untuk mendapatkan bagian dari pemasaran yang biasa disebut Farmer’s Share .untuk kerangka pikir dapat dilihat pada gambar berikut ini :

Gambar 2.Skema Kerangka pemikiran Analisis kinerja pemasaran komoditas kubis di Desa Tongko Kecamatan Baroko Kabupaten Enrekang

Petani kubis

Pemasaran

Kinerja Pemasaran

Keuntungan Margin

Pola Saluran pemasaran

Efisiensi pemasaran

Farmer’s share

(34)

19 III. METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Tongko Kecamatan Baroko Kabupaten Enrekang. Penentuan lokasi penelitian ini karena di Desa Tongko merupakan salah satu daerah penghasil tanaman hortikultura di Kecamatan Baroko.Adapun waktu penelitian akan dilaksanakan di bulan Desember 2020 sampai bulan Januari 2021.

3.2 Teknik Penentuan Sampel.

Populasi dalam penelitian ini adalah petani kubis, petani pengumpul, pedagang besar dan pengecer dengan menggunakan Metode penentuan sampelyaitu purposive sampling dan snowball sampling.

Purposive Sampling adalah teknik pengambilan sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, sehingga akan memudahkan peneliti dalam pengambilan sampel sumber data( Sugiyono, 2012 ).

Menurut Umar H. (2007) dalam (Ervina Septi Istiqowat 2018 ) Snowball sampling merupakan teknik penentuan sampel yang mula – mula jumlahnya kecil, kemudian membesar sehubungan dengan pergerakan penelitian snowball sampling. Penelitian ini menggunakan petani sebagai narasumber kunci kemudian dilanjutkan pada pedagang pengumpul, pedagang besar, serta pedagang pengecer

Dalam penelitian inipetani diambil sebanyak 10 orang yang diambil secara sengaja (Purposive Sampling) dengan pertimbangan karena petani kubis

(35)

20 sudah melakukan usaha tani kubis 5 tahun ke atas dan luas lahan usaha petani kubis tersebut paling besar dibandingkan dengan luas lahan kubis pada petani kubis lainnya.

Adapun jumlah sampel yang digunakan bersumber dari empat sampel yaitu:Petani kubis 10 orang , petani pengumpul, 2 orang , Pedagang pengecer, 3 orang Pedagang besar 4 orang.

3.3 Jenis dan Sumber Data

1. Jenis data dalam penelitian ini adalah:

Data Kuantitatif yaitu dimana data yang di peroleh berupa angka – angka yang dipakai untuk menjawab tentang efisiensi, margin, keuntungan dari instansi – instansi terkait dalam bentuk angka. Sedangkan data kualitatif yaitu data yang diperolehuntuk menjawab tentang pola saluran, fungsi pemasaran secara lisan atau tertulis yang menggambarkan keadaan petani kubis

2. Sumber data dalam penelitian ini adalah:

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari responden berdasarkan observasi dan wawancara melalui kuesioner.Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui data tertulis yang ada di Kantor Desa,Kantor Camat, dan Dinas Pertanian.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan cara:

1. Observasi yaitu cara pengumpulan data dengan mengamati secara langsung keadaan di daerah penelitian

(36)

21 2. Wawancara yaitu pengumpulan data secara langsung dengan sistem tanya

jawab dengan menggunakan bantuan kuesioner sebagai panduan.

3. Dokumentasi yaitu pengumpulan data dengan cara pengambilan gambar, berupa foto,yang diambil pada saat penelitian dan penggunaan jurnal sebagai bahan referensi.

3.5 Teknik Analisis Data

1. Untuk menjawab rumusan masalah yang menggunakan metode analisis deskriptif dengan indikator kinerja pemasaran yaitu margin pemasaran semakin besar diperoleh maka kinerja pemasaran semakin baik, keuntungan pemasaran yang semakin banyak maka kinerja pemasaran semakin baik, dan semakin besar farmer share makin semakin baik kinerja pemasaran.

a. Margin pemasaran

Untuk mengetahui margin pemasaran maka digunakan rumus margin pemasaran Ulya at all, 2007) dalam (Singarimbun 2013)

Mp = Pr – Pf Dimana:

Mp = Marjin pemasaran di tingkat petani Pr= Harga di tingkat konsumen

Pf = Harga di tingkat produsen b. Keuntungan

Untuk mengetahui keuntungan maka digunakan rumus keuntungan (Soekartawi, 1989):

𝜋 = 𝑇𝑅 − 𝑇𝐶

(37)

22 𝜋 = Keuntungan

TR = Penerimaan Total (Rp) TC = Total Biaya (Rp) c. Farmer’s share

Untuk mengetahui Farmer’s share maka digunakan rumus Farmer’s share (Asmarantaka, 2012 )

Fs = 𝑝𝑟

𝑝𝑓𝑥100%

Di ketahui:

Fs = farmer’s share

Pf = harga di tingkat petani

Pr = harga di tingkat konsumen akhir.

2. Untuk mengidentifikasi pola saluran pemasaran yang terjadi di Desa Tongko Kecamatan Baroko Kabupaten Enrekang digunakan analisis deskriptif.

3. Untuk menganalisis efisiensi pemasaran dan farmer’s share dengan metode deskriptif kuantitatif :

A. Efisiensi pemasaran

Untuk mengetahui efisiensi pemasaran maka digunakan rumus efisiensi pemasaran (Soekartawi, 2002):

EP = 𝐵𝑃

𝑁𝑃x 100%

Jika: EP yang nilainya < 50% = efisien EP yang nilainya > 50% = tidak efisien Dimana :

EP = efisiensi pemasaran (%)

(38)

23 BP = total biaya pemasaran (Rp/kg)

NP = total nilai produk yang dipasarkan (Rp/kg) 3.6. Definisi Operasional

1. Kinerja pemasaran merupakan suatu pencapaian yang di capai dalam suatu kegiatan pemasaran dengan indikator yaitu margin pemasaran, keuntungan pemasaran dan farmer share.

2. Saluran pemasaran adalah alur yang dilalui dalam proses penyaluran komoditi kubis dari produsen ke konsumen.

3. Margin pemasaran adalah selisih harga di tingkat konsumen akhir dan tingkat produsen pada pemasaran komoditas kubis

4. Harga jual adalah harga penjualan komoditaskubis di tingkat petani yang dinyatakan dalam Rp/Kg.

5. Harga beli adalah harga komoditaskubis yang diterapkan pada setiap tingkat lembaga pemasaran dan transaksi.

6. Efisiensi pemasaran adalah kondisi di mana saluran pemasaran yang digunakan dapat mengefisienkan biaya pemasaran kubis.

7. Keuntungan merupakan margin yang dikurangi biaya pemasaran

8. Farmer’s share adalah perbedaan antara harga di tingkat petani dan persentase harga yang diterima oleh petani dalam pemasaran kubis

(39)

24 IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

4.1 Keadaan Geografis

Desa Tongko merupakan salah satu desa yang ada di Kabupaten Enrekang sekitar 300 Km dari ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan. Secara geografis Desa Tongko memiliki permukaan yang berbukit – bukit dan bergunung-gunung dan berada pada ketinggian 700-1.450 meter diatas permukaan laut. Tipe curah hujan basah (tipe B ) dengan derajat kekeringan 2,3 persen dengan tingkat curahan 1.390,1 mm/ tahun dan tingkat curah bulanan rata-rata 139 mm/bulan sedangkan rata-rata adalah 23ºC. Kondisi tanah Desa Tongko cukup subur untuk ditanami berbagai jenis tanaman, baik tanaman hortikultura maupun tanaman jangka panjang.

Desa Tongko terdiri atas 5 Dusun Yaitu Dusun Bubun Bia,Dusun Buntu Dea, Dusun Kalimbua, Dusun Rano. Dan Secara administrasi, Desa Tongko mempunyai batas-batas wilayah yaitu ;

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Benteng Alla Utara

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Baroko dan Kecamatan Masalle 3. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Pana (Kecamatan Alla )

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Masalle dan Kabupaten Tana Toraja.

(40)

25 4.2 Keadaan Demografis

1. Keadaan penduduk

Penduduk merupakan faktor penentu terbentuknya suatu Negara atau wilayah dan sekaligus sebagai modal utama suatu negara dikatakan berkembang atau maju, bahkan suksesnya pembangunan disegala bidang dalam Negara tidak bisa terlepas dari peran penduduk, baik dalam bidang ekonomi,politik, sosial, pendidikan dan budaya. Sekaligus sebagai faktor utama dalam pembangunan fisik maupun non fisik.Oleh karena kehadiran dan peranannya sangat menentukan bagi perkembangan suatu wilayah, baik dalam skala kecil maupun besar.

Jumlah penduduk di Desa Tongko dari data kantor Desa Tongko tahun 2019. Secara keseluruhan berjumlah 3.323 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki 1.581 jiwa dan perempuan sebanyak 1.742 jiwa yang tersebar dalam 5 dusun dengan perincian dapat dilihat pada Tabel berikut..

Tabel 2. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Tongko Kecamatan Baroko Kabupaten Enrekang

No Nama Dusun

Jenis Kelamin

Total (Jiwa)

Persentase laki-laki (%)

(Jiwa)

Perempuan (Jiwa)

1. Bubun Bia 364 386 750 22,57

2. Buntu Dea 387 429 816 24,56

3. Kalimbua 293 317 610 18,36

4. Pasa' Dalle 248 284 532 16,01

5. Rano 289 326 615 18,51

Jumlah 1581 1742 3323 100

Sumber: Desa Tongko dalam Angka, 2020.

Tabel 2. Menunjukkan bahwa jumlah penduduk terbanyak diantara 5 Dusun adalah Dusun Buntu Dea dengan jumlah penduduk 816 jiwa.Sedangkan jumlah penduduk yang paling sedikit di Dusun Pasa’ dale dengan jumlah

(41)

26 penduduk 532 jiwa.Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa daerah yang paling banyak penduduknya di Desa Tongko adalah Dusun Buntu Dea, hal ini karena wilayah tersebut merupakan daerah yang datar dan mempunyai wilayah yang luas. Sedangkan wilayah yang paling sedikit penduduknya adalah Dusun Kalimbua karena kondisi wilayah yang berbukit-bukit dan mempunyai luas wilayah yang tidak terlalu luas.

2. Keadaan penduduk Berdasarkan Pendidikan

Kemampuan seseorang didalam berusahatani maupun ikut kegiatan dilingkungan sekelilingnya sebagian ditentukan oleh tingkat pendidikannya, baik yang bersifat formal maupun informal pendidikan berarti proses mengembangkan kemampuan diri sendiri. Oleh karena itu, data penduduk berdasarkan pendidikan merupakan hal yang cukup penting diketahui.Data penduduk berdasarkan pendidikan dapat dilihat pada Tabel berikut..

Tabel 3. Keadaan penduduk Berdasarkan Tingkat pendidikan di Desa Tongko Kecamatan Baroko Kabupaten Enrekang.

No. Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1. Belum Sekolah 350 15,52

2. Tidak Tamat SD 285 12,64

3. Tamat SD 332 14,72

4. Tamat SLTP 530 23,50

5. Tamat SLTA 480 21,29

6. Diploma D1-D3 92 4,08

7. Sarjana S1 - S3 186 8,25

Jumlah 2255 100

Sumber : Desa Tongko dalam Angka, 2020

Tabel 3. Menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang paling banyak yaitu tamat SLTP dengan jumlah 530 jiwa dengan persentase 23,50% sedangkan paling sedikit adalah Diploma D1-D3 yang berjumlah 4.08% yang artinya pendidikan di

(42)

27 Desa Tongko Kecamatan Baroko Kabupaten Enrekang tergolong sedang, hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk di lokasi penelitian masih memiliki pendidikan relatif sedang.

3. Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata pencaharian

Mata pencaharian penduduk Desa Tongko Kecamatan Baroko Kabupaten Enrekang sebagian besar adalah petani, namun tidak semua penduduk bermata pencaharian sebagai petani karena ada juga sebagian masyarakat yang bermata pencaharian sebagai buruh tani, PNS, pedagang, peternak, dll.Dapat dilihat pada Tabel berikut.

Tabel 4. Mata Pencaharian Penduduk di Desa Tongko Kecamatan Baroko Kabupaten Enrekang

No. Jenis Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1. Petani 1700 79,14

2. Buruh Tani 100 4,66

3. PNS 65 3,03

4. Pedagang 33 1,54

5. Honorer 200 9,31

6. Polri/TNI 10 0,47

7. Buruh Bangunan 20 0,93

8. Peternak 20 0,93

Jumlah 2148 100

Sumber : Desa Tongko dalam Angka, 2020.

Tabel 4. Menunjukkan bahwa penduduk Desa Tongko Kecamatan Baroko Kabupaten Enrekang mempunyai mata pencaharian terbanyak ada disektor pertanian sebanyak 1.700 jiwa atau 79,14% dan yang paling sedikit pada mata pencaharian polri/TNI sebanyak 10 jiwa atau 0,47%, hal ini menunjukkan bahwa aktivitas perekonomian di Desa Tongko Kecamatan Baroko Kabupaten Enrekang didominasi sektor pertanian.

(43)

28 4.3 Keadaan Pertanian

Masyarakat Desa Tongko Kecamatan Baroko Kabupaten Enrekang yang mayoritas penduduknya bekerja sebagai petani, mereka menggantungkan hidupnya dengan bertani.Kondisi tanah di Desa Tongko cukup subur untuk ditanami berbagai jenis tanaman hortikultura dan perkebunan, hal ini menunjukkan bahwa sektor pertanian merupakan potensi yang sangat strategis untuk dikembangkan di Desa Tongko karena tanah di Desa Tongko cocok untuk tanaman sayuran.

Lahan pertanian yang ada di Desa Tongko berupa lahan kering.Tanaman sayuran yang ditanam di Desa tongko seperti kubis, tomat, daun bawang dan cabai. Potensi perairan juga cukup tersedia sehingga daerah ini dianggap sangat cocok sebagai wilayah pertanian dan perkebunan, serta dapat memberikan kontribusi perairan untuk desa lain yang ada disekitar Desa Tongko.

4.4 Sarana dan prasarana

Sarana merupakan suatu alat yang dapat digunkan untuk mencapai tujuan , sedangkan prasarana adalah jembatan untuk menuju tingkat sarana. Adapun aktivitas dan kegiatan suatu wilayah sangat tergantung dari sirkulasi perekonomian wilayah tersebut, oleh sebab itu sarana dan prasarana sosial ekonomi merupakan salah satu faktor penentuan keberhasilan dalam bidang pembangunan, ( Moenir, 1992). Sarana dan prasarana juga merupakan penunjang dari setiap bentuk aktivitas penduduk. Tersedianya saran dan prasarana menjadi faktor pendorong untuk kemajuan masyarakat karena memudahkan dalam menjalankan aktivitasnya.

(44)

29 Adapun jenis sarana dan prasarana yang terdapat di Desa Tongko Kecamatan Baroko Kabupaten Enrekang berupa sarana pendidikan, sarana kesehatan, sarana ibadah dana lain-lain. Keadaan sarana dan prasarana di Desa Tongko Kecamatan Baroko Kabupaten Enrekang dapat dilihat pada Tabel berikut..

Tabel 5. Sarana dan prasarana di Desa Tongko Kecamatan Baroko Kabupaten Enrekang. Tahun 2020

No Sarana dan Prasarana Jumlah ( Unit)

1 Kantor Desa 1

2 TK 3

3 SD 3

4 SMP 1

5 Posyandu 5

6 Pustu ( Puskesmas Pembantu ) 1

7 Masjid 15

8 Koperasi 4

9 Puskesmas 1

Jumlah 34

Sumber : Kantor Desa Tongko dalam Angka, 2020

Tabel 5. Menunjukkan bahwa sarana dan prasarana yang berada di Desa Tongko Kecamatan Baroko Kabupaten Enrekang yang paling banyak adalah masjid dengan jumlah 15 unit untuk tempat beribadah. Sedangkan untuk saran dan prasarana yang paling sedikit adalah SMP, PUSTU, dan KOPERASI dengan masing-masing hanya berjumlah 1 unit.Sarana dan prasaran ini sangat wajib jadi perhatian pemerintah setempat untuk peningkatan kualitas kehidupan masyarakat yang ada di Desa Tongko Kecamatan Baroko Kabupaten Enrekang.

(45)

30

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Identitas Responden petani

Identitas responden dalam penelitian ini adalah yang tergolong ke dalam analisis kinerja pemasaran kubis di Desa Tongko Kecamatan Baroko Kabupaten Enrekang yang diuraiakan dalam pembahasan berikut dengan menggambarkan berbagai aspek yakni; keadaan penduduk, dari segi umur, tingkat pendidikan jumlah tanggungan keluarga. Adapun karakteristik responden diuraikan adalah sebagai berikut.

1. Umur Responden

Umur Responden petani merupakan salah satu faktor penting yang berhubungan dengan kemampuan kerja petani dan caraberpikir dalam melaksanakan kegiatan usahatani. Pada umumnya petani kubis mempunyai kemampuan fisik yang kuat serta mudah menerima inovasi. Petani yang bekerja dalam usia produktif akan lebih baik dan maksimal dibandingkan usia non produktif. Selain itu, umur juga dapat dijadikan tolak ukur untuk melihat aktifitas petani dalam bekerja (Hasyim, 2006).Disamping itu yang matang dan memiliki banyak pengalaman dalam mengolah usahanya, sehingga sangat berhati-hati dalam bertindak, mengambil keputusan dan kemampuan fisiknya sudah mulai berkurang.

Berikut tingkat umur petani yang menjadi responden di Desa Tongko Kecamatan Baroko Kabupaten Enrekang dapat dilihat pada Tabel berikut..

(46)

31 Tabel 6. Umur Responden Petani Kubis di Desa Tongko Kecamatan Baroko

Kabupaten Enrekang

No. Tingkat Umur Jumlah Presentase(%)

1. 31 – 35 3 30

2. 36 – 40 4 40

3. 41 – 45 2 20

4. 46 – 50 1 10

Jumlah 10 100

Sumber: data primer yang sudah diolah,2021

Tabel 6. Diatas menunjukkan bahwa jumlah responden tertinggi berada pada kelompok umur 36-40 tahun dengan persentase 40%, kelompok umur sedang yaitu 31-35 tahun dengan persentase 30%, kelompok umur 41-45 dengan persentase 20%, dan paling sedikit terdapat pada kelompok 46-50 tahun dengan persentase 10%. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah petani muda lebih banyak dari petani tua dalam hal melakukan Usahatani kubis.Responden di Desa Tongko Kecamatan Baroko Kabupaten Enrekang lebih banyak memiliki umur produktif.

2. Pendidikan Responden

Tingkat pendidikan petani adalah salah satu faktor penting yang akan mempengaruhi kemampuan dalam berusahatani atau menyesuaikan diri dengan lingkungan. Pendidikan responden petani yang tinggi juga dapat membantu petani untuk menyerapa teknologi dan inovasi – inovasi baru, serta dapat membantu kelancaran berkomunikasi dengan petugas penyuluhan lapangan(PPL) dalam menerima petunjuk serta arahan mengenai Usahataninya dan memengaruhi pengambilan keputusan dalam Usahatani dan juga pemasaran yang dihasilkan.

Tabel 7.menunjukkan tingkat pendidikan petani kubis di Desa Tongko Kecamatan Baroko Kabupaten Enrekang.

(47)

32 Tabel 7. Tingkat pendidikan Responden Petani Kubis di Desa Tongko Kecamatan

Baroko Kabupaten Enrekang.

No. Tingkat pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)

1. SD 2 20

2. SMP 3 30

3. SMA 5 50

Jumlah 10 100

Sumber: Data Primer Setelah Diolah,2021

Seperti yang diungkapkan oleh (Mardikanto,2007) bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin mudah untuk menyerap informasi dan teknologi .

Tabel 7. Menunjukkanbahwa tingkat pendidikan formal responden di Desa Tongko Kecamatan Baroko Kabupaten Enrekang beragam mulai dari SD,SMP dan SMA hal ini memberikan indikasi bahwa tingkat pendidikan responden sangat berpengaruh terhadap produksi dan keuntungan yang didapatkan petani. Jumlah responden terbanyak yaitu pada tingkat pendidikan SMA sebanyak 5 orang dengan persentase 50% dan SMP 3 orang dengan persentase 30% sedangkan untuk jumlah pendidikan paling rendah yaitu SD sebanyak 2 orang dengan persentase 20%.

Tabel di atas dapat disimpulkan bahwa petani responden di Desa Tongko Kecamatan Baroko Kabupaten Enrekang mayoritas tamatan SMA dan SMP. Hal ini menunjukkan bahwa petani responden akan mampun menangani perubahan yang dapat terjadi di Usahataninya. Walaupun hanya tamatan SD, para petani juga mampu bertani kubis dengan produksi yang cukup banyak, dikarenakan para petani sudah lama mendapatkan keterampilan dan saling berbagi pengalaman dari

(48)

33 petani – petani lainnya atau pun dari petani lain yang sudah lama mengetahui cara bertani kubis.

3. Pengalaman Responden

Pengalaman berusahatani merupakan salah satu faktor yang berperan dalam keberhasilan kegiatan produksi dalam pertanian. Pengalaman bertani yang lebih lama akan membuat petani memiliki kemampuan dalam melakukan kegiatan usahatani, pada umumnya petani yang memiliki pengalaman Usahatani cukup lama cenderung memiliki kemampuan berusahatani yang lebih baik.

Lama berusahatani merupakan indikator yang secara langsung turut dalam mendukung keberhasilan berusahatani. Petani yang telah berpengalaman dan didukung oleh sarana dan prasarana produksi yang lengkap dan lebih mampu meningkatkan produktivitas jika di bandingkan dengan petani yang baru memulai Usahataninya.Pengalaman petani kubis dapat dilihat pada Tabel berikut.

Tabel 8. Pengalaman Responden Petani di Desa Tongko Kecamatan Baroko Kabupaten Enrekang.

No. Pengalaman Bertani (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%)

1. 5 – 8 3 30

2. 9 – 12 2 20

3. 13 – 16 3 30

4. 17 – 20 2 20

Jumlah 10 100

Sumber :Data Primer Setelah Diolah, 2021.

Berdasarkan Tabel 8. Menunjukkan bahwa pengalaman berusahatani petani kubis di Desa Tongko Kecamatan Baroko Kabupaten Enrekang memiliki pengalaman usahatani yang bervariasi yaitu tertinggi berkisar 5-8 tahun sebanyak 3 dan umur 13-16 tahun sebanyak 3 orang dengan persentase 30% dan terendah

(49)

34 berkisar 9-12 tahun sebanyak 2 orang dengan persentase 20% dan umur 17-20 sebanyak 2 orang dengan persentase 20% .

Hal ini menjelaskan bahwa pengalaman berusahatani kubis di Desa Tongko Kecamatan Baroko Kabupaten Enrekang pada umur 17-20 tahun yang berjumlah 2 orang sudah bisa dikatakan sudah berpengalaman dan sudah mampu menguasai teknik budidaya tanaman kubis dengan baik.

4. Jumlah Tanggungan Keluarga

Jumlah tanggungan keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang menjadi tanggungan kepala keluarga dalam satu rumah tangga. Jumlah tanggungan keluarga berhubungan positif dengan besarnya biaya hidup yang dibutuhkan dalam tiap periode waktu, jumlah tanggungan keluarga yang besar seharusnya dapat mendorong petani dalam kegiatan usahatani yang lebih intensif dan menerapkan teknologi baru sehingga pendapatan petani meningkat ( Soekartawi, 2003)

Tabel 9. Jumlah Tanggungan Keluarga Responden di Desa Tongko Kecamatan Baroko Kabupaten Enrekang

No. Jumlah Tanggungan Jumlah (Orang) Persentase (%)

1. 1 – 2 4 40

2. 3 – 4 4 40

3. 5 – 6 2 20

Jumlah 10 100

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2021.

Tabel 9 dapat dilihat bahwa Jumlah tanggungan keluarga tertinggi berada pada jumlah tanggungan 2-3 dengan jumlah 4 orang dengan persentase 40% dan jumlah tanggungan 3-4 dengan Jumlah 4 orang dengan persentase 40%.

Sedangkan jumlah tanggungan responden terendah berada pada jumlah

(50)

35 tanggungan 5 – 6 dengan jumlah 2 orang dengan persentase 20%. Hal ini menunjukkan bahwa tanggungan keluarga sangat mempengaruhi petani dalam melakukan Usahataninya, semakin banyaknya tanggungan keluarga maka semakin banyak pula biaya yang akan di keluarkan petani dalam membiayai kebutuhan hidup keluarganya, keadaan demikian sangat berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan keluarga keluarga dan untuk meningkatkan produksi dalam memenuhi kebutuhannya, sehingga petani berusaha untuk menambah pendapatan melalui Usahatani bersama keluarganya.

5. Luas Lahan Responden

Luas lahan merupakan salah satu faktor mempengaruhi jumlah pendapatan para petani, dengan memiliki lahan yang luas serta dimanfaatkan secara optimal, tentunya merupakan peluang besar untuk memperoleh hasil yang lebih besar dengan sendirinya akan memperoleh pendapatan dan hasil yang maksimal. Luas Pengusahaan lahan pertanian merupakan sesuatu yang sangat penting dalam proses Usahatani (Daniel, 2007). Luas lahan petani Kubis di Desa Tongko Kecamatan Baroko Kabupaten Enrekang dapat dilihat pada Tabel berikut.

Tabel 10. Luas Lahan Petani Kubis di Desa Tongko Kecamatan Baroko Kabupaten Enrekang.

No. Luas lahan (Ha) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1. 0,15 - 0,36 4 40

2. 0,37 – 0,58 2 20

3. 0,59 –0,80 3 30

4. 0,81 – 1,02 1 10

Jumlah 10 100

Sumber :Data Primer Setelah diolah, 2021.

(51)

36 Tabel 10. Menunjukkan bahwa luas lahan kubis garapan responden bervariasi, dimana luas lahan 0,15 – 0,36 Ha terbanyak yaitu 4 jiwa atau 40%

sedangkan yang terendah luasan 0,81 – 1,02 Ha sebanyak 1 jiwa atau 10 %. Hal ini menunjukan rata-rata luas lahan yang dimiliki petani kubis di Desa Tongko Kecamatan Baroko Kabupaten Enrekang memiliki luas lahan dengan skala kecil.

5.2 Identitas Responden Pedagang

Lembaga pemasaran atau pedagang adalah seseorang yang terlibat dalam pemasaran komoditas kubis di Desa Tongko Kecamatan Baroko Kabupaten Enrekang yang terdiri atas pedagang pengumpul, pedagang besar, pedagang pengecer.Adapun identitas responden yaitu menggambarkan secara umum dari suatu keadaan atau status dari pedagang tersebut. Identitas responden pedagang pengumpul, pedagang besar, pedagang pengecer dalam penelitian ini meliputi : umur, jumlah tanggungan, tingkat pendidikan terakhir, dan lama berdagang di Desa Tongko Kecamatan Baroko Kabupaten Enrekang sebagai berikut.

1. Pedagang pengumpul

Pedagang pengumpul adalah pedagang yang membeli kubis secara langsung dari petani, di tempat pembelian terdapat 2 orang pedagang pengumpul yang ada di Desa Tongko Kecamatan Baroko Kabupaten Enrekang yaitu Abidin (25 Tahun), dan Ridwan (36 tahun) dengan setiap pembelian berkisar 2.000 sampai dengan 2.500 kg sekali pembelian.

Dimana pembelian dilakukan dirumah petani, kemudian kubis hasil pembelian pedagang pengumpul ini di pasarakan dengan menggunakan dua

(52)

37 alternatif yaitu ke pedagang besar dan pedagang pengecer di sekitar pasar terdekat.Dalam hal ini petani tidak mengeluarkan biaya pengangkutan karena ditanggung oleh pedagang pengumpul, dengan pembayaran dilakukan secara tunai kepada petani setelah menerima hasil panen kubis.AdapunIdentitas Responden Pedagang Pengumpul di Desa Tongko Kecamatan Baroko Kabupaten Enrekang sebagai berikut.

Tabel 11. Identitas Responden Pedagang Pengumpul di Desa Tongko Kecamatan Baroko Kabupaten Enrekang.

No. Nama Umur

(Tahun)

Tingkat Pendidikan

Jumlah Tanggungan Keluarga

1. Abidin 25 SMA 1

2. Ridwan 36 SMP 4

Sumber : Data Primer Setelah diolah, 2021.

2. Pedagang pengecer

Pedagang pengecer adalah pedagang yang membeli kubis dari pedagang pengumpul maupun pedagang besar. Adapun tiga orang pedagang pengecer yang ada di Desa tongko Kecamatan Baroko Kabupaten Enrekang yaitu: Abdul (45 tahun), Hakim (47 tahun) dan Umar (41 tahun)dengan pembelian berkisar 200 sampai dengan 250 kg sekali pembelian.

Dimana pedagang pengecer ini melakukan pembelian kubis ke pedagang pengumpul atau pedagang besar terlebih dahulu setelah itu pedagang pengumpul maupun pedagang besar akan langsung mendistribusikannya ke pedagang pengecer setelah itu pedagang pengecer memasarkan kubis dengan menggunakan satu alternatif dengan memasarkan langsung ke konsumen .Adapun identitas

(53)

38 responden pedagang pengecer di Desa Tongko Kecamatan Baroko Kabupaten Enrekang sebagai berikut.

Tabel 12. Identitas Responden Pedagang Pengecer di Desa Tongko Kecamatan Baroko Kabupaten Enrekang.

No. Nama Umur

(Tahun)

Tingkat Pendidikan

Jumlah Tanggungan Keluarga

1. Abdul 45 SMP 6

2. Hakim 47 SMA 5

3. Umar 41 SMP 4

Sumber : Data Primer Setelah diolah, 2021.

3. Pedagang besar

Pedagang besar merupakan pedagang yang membeli barang dalam jumlah besar langsung dari petani untuk dijual kembali, terdapat 4 orang pedagang besar yang ada di Desa Tongko Kecamatan Baroko Kabupaten Enrekang yaitu: Wahyu (50 tahun), Halim (45 tahun), Samsul (42 tahun) dan Sainal (39 tahun) dengan pembelian berkisar 3.000 sampai dengan 4.500 kg sekali pembelian.

Dimana pedagang besar melakukan pembelian kubis langsung di rumah petani setelah itu pedagang besar kemudian memasarkan hasil pembelian kubis dari petani dengan menggunakan dua alternatif yaitu langsung memasarkan ke konsumen akhir ataupun ke pedagang pengecer.Adapun dalam hal ini petani tidak mengeluarkan biaya pengangkutan karena ditanggung oleh pedagang besar dengan pembayaran dilakukan secara tunai kepada petani setelah menerima hasil panen kubis.

Adapun identitas responden pedagang besar di Desa Tongko Kecamatan Baroko Kabupaten Enrekang sebagai berikut.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan perancangan Sistem Informasi ini adalah untuk membantu Bagian Gudang dalam penyediaan informasi-informasi seperti stok bahan baku, barang jadi, supplier, barang, jenis

mengimplemtasikan perubahan strategi pembelajaran. Dengan jalan tutor harus peduli dan bersemangat mengikuti pelatihan, lokakarya, seminar, simulasi, proses

Kelebihan atau keunggulan yang dimaksud yakni aplikasi ini bersifat mobile sehingga penggunaannya lebih portable karena bisa digunakan pada smartphone Android, serta

Biaya transaksi yang terjadi dan dapat diatribusikan secara langsung terhadap perolehan atau penerbitan instrumen keuangan yang tidak diukur pada nilai wajar

Disandingkan dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang dilakukan di Samudra Hindia bagian timur, ukur- an panjang cagak maksimum ikan jantan yang tertangkap pada

Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi minyak jarak dan pemanfa’atannya sebagai sumber minyak serta sumber bahan bakar

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian antara lain: Akar tumbuhan bakau jenis Avicennia marina, bakteri Staphylococcus aureus, bakteri Escherichia coli, larutan

Perilaku dalam hal ini berkaitan dengan sikap dan gaya kepemimpinan mempengaruhi sifat pengendalian akuntansi dan desain organisasi (Marina, 2011:31). Perilaku manusia adalah