• Tidak ada hasil yang ditemukan

VALIDITAS DAN RELIABILITAS GERIATRIC DEPRESSION SCALE-15 VERSI BAHASA INDONESIA TESIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "VALIDITAS DAN RELIABILITAS GERIATRIC DEPRESSION SCALE-15 VERSI BAHASA INDONESIA TESIS"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

VALIDITAS DAN RELIABILITAS GERIATRIC DEPRESSION SCALE-15 VERSI BAHASA INDONESIA

TESIS

OLEH:

NURUL UTAMI NIM : 147106005

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS-I PSIKIATRI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2019

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

TESIS

Diajukan untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Spesialis Psikiatri

OLEH:

NURUL UTAMI NIM : 147106005

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS-I PSIKIATRI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2019

(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(4)

Alhamdulillahirabbil’alamin. Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas berkah limpahan rahmat dan kasih sayang-Nya maka penulisan tesis ini dapat diselesaikan.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan rasa hormat, terima kasih yang sebesar-sebesarnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis selama mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis-I Psikiatri di Departemen Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara pada umumnya dan khususnya dalam penyusunan tesis ini yaitu kepada:

1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, dan Ketua TKP PPDS-I Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis-I Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. dr. Elmeida Effendy, M. Ked., Sp. K.J. (K), sebagai Ketua Departemen PPDS-I Psikiatri FK USU dan juga sebagai guru yang penuh kesabaran dan perhatian telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan, dorongan, semangat, dukungan, serta kesempatan luas dan memberi masukan-masukan yang berharga kepada penulis selama penulis mengikuti pendidikan spesialisasi.

3. Prof. dr. Bahagia Loebis, Sp. K.J. (K), selaku pembimbing serta guru penulis, yang dengan penuh kesabaran serta perhatian telah banyak memberikan bimbingan, pengetahuan, dorongan dan pengarahan yang

(5)

berharga kepada penulis selama penulis mengikuti pendidikan spesialisasi serta sehingga tesis ini dapat terselesaikan dengan baik.

4. dr. H. Harun Thaher Parinduri, Sp. K. J. (K), selaku guru penulis yang telah banyak memberikan bimbingan, pengetahuan, dorongan serta pengarahan yang berharga kepada penulis selama penulis mengikuti pendidikan spesialisasi.

5. Prof. dr. H. M. Joesoef Simbolon, Sp. K. J. (K), selaku guru penulis yang memberikan bimbingan, pengetahuan, dan pengarahan yang berharga kepada penulis selama menjalani pendidikan spesialisasi.

6. dr. Mustafa Mahmud Amin, M. Ked., M. Sc, Sp. K. J. (K), selaku guru penulis yang dengan penuh kesabaran dan perhatian telah membimbing, memberikan pengarahan, mengkoreksi, dan memberikan buku-buku bacaan yang berharga selama penulis mengikuti pendidikan spesialisasi.

7. dr. Vita Camellia, M. Ked., Sp. K. J., sebagai guru yang telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan, pengetahuan, dorongan, dukungan dan memberi masukan-masukan berharga kepada penulis selama penulis mengikuti pendidikan spesialisasi.

8. dr. Muhammad Surya Husada, M. Ked., Sp. K. J., selaku Sekretaris Departemen PPDS-I Kedokteran Jiwa, sebagai guru serta pembimbing dalam tesis ini yang telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan, pengetahuan, dorongan, dukungan dan buku-buku bacaan yang berharga selama penulis mengikuti pendidikan spesialisasi sehingga tesisi ini dapat terselesaikan dengan baik.

iii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(6)

Medan Propinsi Sumatera Utara dan guru penulis, yang telah memberikan izin, kesempatan, fasilitas, dan pengarahan kepada penulis selama mengikuti pendidikan spesialisasi.

10. dr. Vera BR. Marpaung, Sp. K. J, sebagai guru yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengetahuan serta dorongan selama penulis mengikuti pendidikan spesialisasi.

11. dr. Freddy Subastian, Sp. K. J., sebagai guru yang telah banyak memberikan bimbingan, pengetahuan, dorongan, serta literatur-literatur yang berharga selama penulis mengikuti pendidikan spesialisasi.

12. dr. Mawar Gloria Tarigan, Sp. K. J., sebagai guru yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengetahuan serta dorongan selama penulis mengikuti pendidikan spesialisasi.

13. dr. Nazli Mahdinasari Nasution, M. Ked., Sp. K. J., sebagai guru yang telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan, pengetahuan, dorongan, dukungan dan memberi masukan-masukan berharga kepada penulis selama penulis mengikuti pendidikan spesialisasi.

14. dr. Dessy Mawar Zalia, M. Ked., Sp. K. J., sebagai guru yang telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan, pengetahuan, dorongan, dukungan dan memberi masukan-masukan berharga kepada penulis selama penulis mengikuti pendidikan spesialisasi.

15. dr. Cindy Chias Arthy M. Ked., Sp. K. J., sebagai guru yang telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan, pengetahuan, dorongan, dukungan dan

(7)

memberi masukan-masukan berharga kepada penulis selama penulis mengikuti pendidikan spesialisasi.

16. Direktur Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. M.

Ildrem Medan, Direktur Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan, Direktur RS. USU, Direktur RS. Polda Medan, Direktur RS. Haji Mina Medan, Direktur RS Sahuddin Kuta Cane, Kepala Puskesmas Helvetia Medan atas izin kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk belajar dan bekerja selama penulis mengikuti pendidikan spesialisasi.

17. Rekan-rekan seangkatan peserta PPDS-I Psikiatri FK USU: dr. Muhammad Affandy, M. Ked. K. J, dr. Friska Gurning, M. Ked. K. J, dr. Andrew Handi, M. Ked. K. J, dr. Suniaty Lumbantoruan, M. Ked. K. J, dr. Roslinda Damanik, M. Ked. K. J, dr. Dahlia Rosally Turangan, M. Ked. J, dr.Anastasia V.F Sipayung, M. Ked. J, dr.Franky H Sitepu, M. Ked. J, dr.

Arneil Sitepu, dr.Yusuf Wibisono, yang banyak memberikan masukan berharga kepada penulis melalui diskusi-diskusi kritis dalam berbagai pertemuan formal maupun informal, serta selalu memberikan dorongan- dorongan yang membangkitkan semangat kepada penulis selama mengikuti pendidikan spesialisasi.

18. Kedua orang tua yang sangat penulis hormati dan sayangi, dr. H. Suwarno Usman, MKT dan dra. Hj. Tuty Wuryaningsih yang penuh kesabaran, cinta kasih dan kasih sayangnya yang telah membesarkan, memberikan doa, dorongan dukungan dalam segala hal kepada penulis serta doa restu sejak lahir hingga saat ini.

v

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(8)

kepada penulis selama menjalani Program Pendidikan Dokter Spesialis Psikiatri.

20. Kepada suami tercinta, Yufriza Wannurazah, ST., terima kasih atas segala doa, dukungan, semangat, kesabaran dan pengorbanan atas waktu yang diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan ini, dan kepada anakku tersayang, Salsabilla Nadira Ramadhani dan Achmad Athar Fahrizi, telah menjadi penguat bagi penulis.

21. Abang dan kakak saya, dr. Tity Wulandari., M.Ked (Ped)., SpA., dr. Harry Sundoro., M.Kes., drg. Ahmad Affandi., yang telah memberikan dukungan, semangat dan doa kepada penulis selama menjalani Program Pendidikan Dokter Spesialias Psikiatri.

Akhir kata penulis hanya mampu berdoa dan memohon semoga Allah SWT memberikan rahmat-Nya kepada mereka yang secara langsung maupun tidak langsung yang telah banyak memberikan bantuan selama penulis mengikuti pendidikan spesialisasi dan dalam menyelesaikan Tesis ini.

Medan, 17 Desember 2019

Nurul Utami

(9)

7 DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR SINGKATAN ... xi

ABSTRAK ... xii

ABSTRACT ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

I.1. Latar Belakang ... 1

I.2. Perumusan Masalah ... 6

I.3. Tujuan Penelitian ... 6

I.4. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

II.1. Depresi ... 8

II.2. Lanjut Usia ... 12

II.3. Geriatric Depression Scale (GDS-15) ... 15

II.4. Hamilton Rating Scale For Depression (HAM-D) ... 19

II.5. Reliabilitas dan Validitas ... 21

II.6. Kerangka Konsep ... 26

II.7. Geriatric Depression Scale (GDS-15) dalam Bahasa Inggris ... 27

BAB III METODE PENELITIAN ... 28

III.1. Desain Penelitian ... 28

III.2. Waktu dan Tempat ... 28

III.3. Populasi Penelitian dan Sampel Penelitian ... 28

III.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi ... 28

III.5. Besar Sampel ... 29

vii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(10)

III.8. Rencana Manajemen dan Analisis Data ... 33

III.9. Definisi Operasional ... 34

III.10. Kerangka Kerja ... 35

III.11. Persetujuan Komite Etik ... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 36

IV.1. Persiapan ... 36

IV.2. Proses Penerjemahan ... 36

IV.3. Hasil ... 39

IV.3.1 Karakteristik Responden ... 39

IV.3.2 Validitas Concurrent ... 39

IV.3.3 Reliabilitas Konsistensi Internal ... 40

IV.3.4 Nilai Area Under the Curve (AUC) dengan Prosedur Receiver Operating Characteristic (ROC) ... 42

BAB V PEMBAHASAN ... 46

V.1. Proses Penerjemah ... 46

V.2. Karakteristik Responden ... 46

V.3. Validitas Concurrent ... 48

V.4. Reliabilitas Konsistensi Internal ... 48

V.5. Nilai Area Under the Curve (AUC) dengan Prosedur Receiver Operating Characteristic (ROC) ... 49

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 51

VI.1. Kesimpulan ... 51

VI.2. Saran ... 52

DAFTAR PUSTAKA ... 53 LAMPIRAN

(11)

9 DAFTAR TABEL

Tabel 4.2.1 Hasil akhir terjemahan forward ... 37

Tabel 4.2.2 Hasil akhir terjemahan backward... 38

Tabel 4.3.1.1 Karakteristik Responden ... 39

Tabel 4.3.2.1 Test of Normality ... 40

Tabel 4.3.2.2 Transformasi Data ... 40

Tabel 4.3.2.3 Korelasi GDS-15 dengan HAM-D Versi Bahasa Indonesia .. 41

Tabel 4.3.4.1 Reliabiltas Konsistensi Internal GDS-15 versi Bahasa Indonesia ... 42

Tabel 4.3.5.1 Rerata Nilai Skor GDS-15 ... 43

Tabel 4.3.5.2 Case Processing Summary ... 43

Tabel 4.3.5.3 Nilai Sensitivitas dan Spesifisitas dari Alternatif Titik Potong ... 45

Tabel 4.3.5.4 Kesimpulan Analisis ROC ... 45

ix

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(12)

Gambar 4.1 Grafik Scatter ... 41 Gambar 4.2 ROC Curve ... 43 Gambar 4.3 Kurva Sensitivitas dan Spesifisitas ... 44

(13)

11 DAFTAR SINGKATAN

AUC : Area Under the Curve

CDSS : Calgary Depression Scale for Schizophrenia

DSM-IV-TR : Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder-4th Edition

GDS : Geriatric Depression Scale

HAM-D : Hamilton Rating Scale For Depression HRSD : Hamilton rating scale for depression

ICD-10 : The International Classification of Diseases10th revision ROC : Receiver Operating Characteristic

SMA : Sekolah Menengah Atas SMP : Sekolah Menengah Pertama

SPSS : Statistical Package for the Social Sciences

xi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(14)

Objektif: Penelitian ini mengadopsi Geriatric Depression Scale (GDS-15) ke Bahasa Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk mendapatkan GDS-15 versi Bahasa Indonesia yang valid dan sahih, (2) untuk mengetahui karakteristik demografik depresi pada lanjut usia.

Metode: Data didapatkan dengan menggunakan kuesioner GDS-15 versi Bahasa Indonesia terhadap 300 lanjut usia yang berada di panti jompo, dengan usia < 60 tahun. Pada penelitian ini dilakukan validitas concurrent, konsistensi internal untuk reliabilitas dan analisis receiver operating characteristic (ROC).

Hasil: Pada penelitian ini didapatkan 15 pertanyaan valid dari GDS-15 versi Bahasa Indonesia dengan cronbach’s alpha 0.755. GDS-15 versi Bahasa Indonesia memiliki korelasi dengan HAM-D versi Bahasa Indonesia. Analisis ROC menunjukkan area under the curve (AUC) 92,2% (IK 95% 88,6%-95,7%) nilai cut-off = 5,50, sensitivitas 71,8% dan spesifisitas 87,6%.

Kesimpulan: GDS-15 versi Bahasa Indonesia menunjukkan hasil yang baik untuk validitas dan reliabilitas. GDS-15 versi Bahasa Indonesia diadaptasi dan divalidasi pada penelitian ini untuk diharapkan dapat digunakan untuk mengevaluasi depresi pada lanjut usia di Indonesia.

Kata kunci: GDS-15, Depresi, Lanjut usia

(15)

13 ABSTRACT

Objective: Study adopted the Geriatric Depression Scale (GDS-15) into Indonesian. The purpose of this study was (1) to obtain a valid and valid Indonesian version of the GDS-15, (2) to determine the demographic characteristics of depression in the elderly.

Methods: Data were obtained using the Indonesian version of the GDS-15 questionnaire for 300 elderly who were in nursing homes, with age <60 years. In this study concurrent validity, internal consistency is conducted reliability and receiver operating characteristic (ROC) analysis.

Results: In this study, 15 valid questions were obtained from the Indonesian version of GDS-15 with Cronbach’s alpha 0.755. The Indonesian version of the GDS-15 correlates with the Indonesian version of HAM-D. ROC analysis shows the area under the curve (AUC) 92.2% (95% CI 88.6% -95.7%) cut-off value = 5.50, sensitivity 71.8% and specificity 87.6%.

Conclusion: The Indonesian version of the GDS-15 shows good results for validity and reliability. The Indonesian version of the GDS-15 was adapted and validated in this study to hopefully be used to evaluate depression in the elderly in Indonesia.

Keywords: GDS-15, Depression, Elderly

xiii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(16)

I.1 Latar Belakang

Depresi merupakan kondisi yang paling sering dan dikaitkan dengan risiko morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi.1 Dengan pertumbuhan populasi lanjut usia, maka akan lebih banyak orang dengan kelompok yang menderita dari depresi yang tidak diketahui. Hal ini akan menyebabkan rasa sakit emosional yang luar biasa dan berpengaruh mengganggu kehidupan seseorang. Hal ini dapat mempengaruhi kehidupan keluarga dan teman-teman. Diperkirakan terdapat hampir 12 juta orang dengan umur pensiun (saat ini 60 tahun untuk perempuan dan 65 tahun untuk laki-laki), hampir satu dari lima total populasi di Inggris.

Depresi mempengaruhi sekitar 2 juta orang tua di Inggris dan merupakan penyakit mental paling umum di kemudian hari, mempengaruhi 22% laki-laki dan 28%

perempuan berumur 65 tahun atau lebih.2

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014 mengatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah berusia 60 tahun ke atas. Melalui hasil statistik penduduk di dunia, Indonesia termasuk dalam lima besar negara dengan jumlah lanjut usia terbanyak di dunia. Berdasarkan sensus penduduk pada tahun 2010, jumlah lanjut usia di Indonesia yaitu 18,1 juta jiwa (7,6% dari total penduduk Indonesia). Pada tahun 2014, jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia menjadi 18,781 juta jiwa dan diperkirakan pada tahun 2025 jumlahnya akan mancapai 36 juta jiwa. Dari hasil statistik Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara tahun 2015 tercatat jumlah lanjut usia mencapai 945.362 jiwa.3

(17)

2

Perawatan yang efektif untuk depresi tersedia, tetapi seringkali sulit untuk diidentifikasi. Dokter mungkin gagal mengenali hingga setengah dari semua pasien dengan depresi dan sebagian besar pasien dengan depresi tidak menerima perawatan minimal yang memadai. Pada saat yang sama, terdapat tingkat diagnosis yang berlebihan dan pengobatan yang berlebihan dan sebagian besar pasien yang dirawat tidak memenuhi kriteria diagnostik.4

Meskipun depresi terlihat pada semua kelompok umur, depresi geriatri dapat dikaitkan dengan gangguan yang menyebabkan seperti jatuh, gangguan tidur, defisiensi kognitif, kekurangan gizi, pengabaian diri, dan peningkatan risiko morbiditas dan mortalitas. Selain itu, depresi pada lanjut usia mungkin merupakan tanda awal penyakit lain. Karena itu, diagnosis dini dan pengobatan depresi penting untuk praktik geriatri. Namun, sulit untuk mendiagnosis depresi pada geriatri karena gejala afektif jarang terjadi pada orang tua dibandingkan dengan orang dewasa dan anak-anak, penyakit ini mungkin sering muncul dengan gejala kognitif atau somatik, atau dokter biasanya mengaitkan gejala tersebut dengan kepikunan atau komorbiditas yang ada. Oleh karena itu, skrining untuk depresi geriatri penting dalam praktik klinis dan alat skrining yang memungkinkan dalam deteksi depresi yang cepat dan andal pada orang dewasa yang lebih tua diperlukan.5

Mengingat dampak gangguan mood dan kesulitan dalam mendiagnosis, secara sistematis mengevaluasi orang tua yang mengalami kesedihan dan/atau anhedonia (penurunan dalam minat, motivasi dan kesenangan dalam beraktivitas) dapat membantu meningkatkan mengidentifikasi kondisi seperti itu. Beberapa

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(18)

skala untuk mengevaluasi gejala depresi telah dikembangkan dan diterapkan untuk skrining gejala tersebut pada populasi.1

Geriatric Depression Scale (GDS) adalah salah satu instrumen yang paling umum digunakan untuk skrining depresi pada orang tua. Beberapa penelitian telah menunjukkan Geriatric Depressin Scale untuk memberikan langkah-langkah yang dapat diandalkan dan valid. Pertama kali dikembangkan dalam bahasa Inggris oleh Yesavage et.al, Geriatric Depression Scale secara teoretis terdiri dari 30 item dan secara khusus dibuat untuk skrining gangguan mood pada orang tua menggunakan kuesioner yang mengabaikan keluhan somatik. Keuntungannya termasuk pertanyaan yang mudah dimengerti dengan sedikit ruang untuk jawaban yang berbeda yang dapat dikelola sendiri atau dikelola oleh pewawancara terlatih.1

Geriatric Depression Scale (GDS) dirancang khusus untuk penilaian depresi pada orang tua, kebutuhan untuk skala depresi geriatri jelas. Tingginya prevalensi keluhan somatik di kalangan lanjut usia dan keluhan kognitifnya yang unik menghadirkan masalah dan peluang dalam skrining untuk depresi pada lanjut usia. Masalahnya adalah bahwa sebagian besar alat ukur yang ada saat ini banyak dimuat untuk mengukur gejala somatik depresi.6 Gejala somatik seperti penurunan berat badan, gangguan tidur dan pesimisme tentang masa depan adalah gejala umum depresi di kalangan orang yang muda. Namun, hal ini bisa terkait dengan penuaan itu sendiri, dan tidak termasuk dalam Geriatric Depression Scale, yang berfokus pada gejala kejiwaan. Selama pengembangan Geriatric Depression Scale, dokter dan peneliti di bidang geriatrik diminta untuk menyarankan butir

(19)

4

yang dapat memisahkan mereka yang dengan dan mereka yang tidak mengalami depresi.7

Geriatric Depression Scale-15 (GDS-15) adalah short form dari Geriatric Depression Scale yang asli, yang dikembangkan oleh Sheikh & Yesavage pada tahun 1986 dari item yang lebih kuat berkorelasi dengan deteksi depresi. Secara keseluruhan, Geriatric Depression Scale telah menunjukkan akurasi diagnostik yang baik serta sensitivitas, spesifisitas dan reliabilitas yang memadai. Short form dari Geriatric Depression Scale ini merupakan instrumen yang cukup menarik untuk skrining gangguan mood pada pasien secara umum serta pengaturan non- khusus lainnya dan penerapannya lebih pendek.1

Beberapa studi tentang validitas Geriatric Depression Scale-15 membuktikan sedikit perbedaan mengenai nilai cutoff yang paling memadai. Studi Cwikel & Ritchie tahun 1989 di Yerusalem, memperoleh nilai sensitivitas 72%

dan spesifisitas 57% untuk nilai cutoff 5/6. Lyness et.al tahun 1997, menerapkan Geriatric Depression Scale-15 pada lanjut usia yang terlihat di tiga klinik rawat jalan umum di New York, AS dan nilai cutoff 5/6 menunjukkan sensitivitas 92%

dan spesifisitas 81%. Ketika nilai cutoff 6/7 ditetapkan, Fountoulakis et.al tahun 1999 menemukan sensitivitas 92,2%, spesifisitas 95,2% dan konsistensi internal 0,94 dengan koefisien cronbachalpha. Saat mempelajari lanjut usia di China, Lim et.al tahun 2000 melaporkan nilai cutoff 4/5 memperoleh sensitivitas 84% dan 85,7%.1

Studi yang dilakukan oleh Nyut tahun 2009 tentang reliabilitas Geriatric Depression Scale-15 di Asian menemukan reliabilitas 0,94 dan koefisien

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(20)

Cronbach alpha 0,80. Pada nilai cutoff 4/5, sensitivitas 97% dan spesifisitas 95%, area under curve (AUC) 0,98 dan cohen’s kappa 0,99.8

Studi oleh Chiang pada tahun 2009 tentang reliabilitas Geriatric Depression Scale-15 di Amerika Serikat menemukan reliabilitas 0,74 dan koefisien Cronbachalpha 0,83.9 Pada sebuah studi di Brasil oleh Almeida pada tahun 1999, menerapkan Geriatric Depresion Scale-15 dengan 64 orang lanjut usia di klinik rawat jalan psikiatri dengan mengikuti kriteria diagnostik berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder-4th Edition (DSM-IV-TR) terdapat 4 tanda untuk depresi berat atau distrofia. Pada nilai cutoff 5/6, sensitivitas 85,4% dan spesifisitas 73,9% diperoleh sedangkan pada nilai cutoff 6/7, sensitivitas 84,8% dan spesifisitas 67,7% diperoleh.1

Geriatric Depression Scale-30 adalah alat skrining yang memakan waktu untuk dokter dan pasien. Geriatric Depression Scale Short Form yang terdiri dari 15 item (GDS-15), efektif untuk diagnosis depresi pada lanjut usia, lebih sederhana, singkat dan waktu yang efektif daripada Geriatric Depression Scale- 30. Karena karakteristik ini, Geriatric Depression Scale-15 telah divalidasi dan sedang digunakan secara luas di banyak populasi yang berbeda di seluruh dunia.

Amerika, Cina, Israel, Yunani, Inggris, Lebanon dan Brasil adalah beberapa negara di mana bentuk skala singkatnya telah divalidasi.5

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan maka peneliti ingin melakukan uji validasi instrument Geriatric Depression Scale-15 Short Form dalam Bahasa Indonesia.

(21)

6

I.2 Perumusan Masalah

Apakah instrumen Geriatric Depression Scale-15 Short Form versi Bahasa Indonesia yang sahih/valid dan handal/reliable dapat digunakan untuk menilai depresi pada lanjut usia di Indonesia?

I.3 Tujuan Penelitian III.3.1 Tujuan Umum

Mendapatkan instrumen Geriatric Depression Scale-15 Short Formversi Bahasa Indonesia yang sahih dan handal.

III.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui karakteristik demografik depresi pada lanjut usia.

2. Mengetahui validitas kriteria Geriatric Depression Scale-15 Short Form versi Bahasa Indonesia dibandingkan dengan Hamilton Rating Scale for Depression (HAM-D).

3. Mendapatkan instrumen Geriatric Depression Scale-15 Short Form versi Bahasa Indonesia.

4. Mengetahui reliabilitas konsistensi internal instrumen Geriatric Depression Scale-15 Short Form versi Bahasa Indonesia.

5. Mengetahui nilai cutoff, sensitivitas dan spesifisitas instrumen Geriatric Depression Scale-15 Short Form versi Bahasa Indonesia.

I.4 Manfaat Penelitian

1. Penelitian ini dapat memberikan instrumen Geriatric Depression Scale-15 Short Form versi Bahasa Indonesia yang sahih dan handal dalam membantu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(22)

menilai depresi pada lanjut usia di Indonesia sehingga dapat membantu memberikan penanganan yang sesuai.

2. Alat ukur yang sudah diuji validitas dan reliabilitasnya diharapkan mampu berguna dalam penelitian lanjutan yang berkaitan dengan depresi pada lanjut usia di Indonesia.

(23)

8 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 DEPRESI

Depresi adalah masalah umum pada orang tua yang menyebabkan penderitaan emosional dan peningkatan mortalitas serta peningkatan risiko ketidakaktifan pada fisik dan mengalami kelumpuhan.7

Depresi pada lanjut usia (late-life depression) merujuk pada sindroma- sindroma depresif yang didefinisikan di dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder-4th Edition (DSM-IV-TR) dan dalam The International Classification of Diseases10th revision (ICD-10) yang terjadi pada lanjut usia.

Diagnosis dari sindroma-sindroma depresi tersebut dapat berupa: gangguan depresi mayor, gangguan depresi minor, gangguan distimik, gangguan bipolar I atau II (episode kini depresi), gangguan penyesuaian dengan mood depresi, depresi yang disebabkan oleh kondisi medis umum dan depresi yang diinduksi oleh zat.10

Prevalensi sindrom depresi pada lanjut usia lebih sering dijumpai pada tempat-tempat perawatan medis.9 Depresi ditandai oleh serangkaian gejala dan tanda klinis. Frekuensi, intensitas dan lamanya gejala klinis dapat bervariasi di antara lanjut usia. Gejala-gejala ini wujud dari fungsi tubuh dan mental. Jika depresi didiagnosis dini, bahkan dalam bentuk yang paling parah, ia dapat diobati sampai sembuh. Intervensi biologis, psikososial dan psikoterapi adalah pengobatan utama depresi.11 Prevalensi simtom depresi pada lanjut usia yang berobat jalan berkisar antara 10 sampai dengan 20%, sedangkan pada lanjut usia

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(24)

yang dirawat dengan prevalensi simtom depresi bahkan lebih tinggi mencapai 22 sampai dengan 34%.12

Suatu studi meta analisis pada sebuah komunitas melaporkan prevalensi depresi pada lanjut usia sekitar 13,5%. Studi lainnya melaporkan bahwa prevalensi depresi pada lanjut usia bervariasi, tergantung pada situasi tempat dimana dilakukan penilaian, mulai dari 15% pada populasi umum, 25% pada tempat pelayanan kesehatan primer, hingga lebih dari 30% pada lanjut usia yang tinggal di panti-panti jompo.13

Depresi pada orang tua dapat dibagi dalam onset awal (early-life onset) yang terjadi sebelum berumur 65 tahun yang kemudian dapat berulang kembali pada usia lanjut, dan onset akhir (late-life onset) yang terjadi setelah umur 65 tahun. Baik early-life onset maupun late-life onset penyebabnya masih belum jelas, namun faktor-faktor biologi, psikologi dan sosial dipercaya berperan untuk terjadinya depresi.14

Stresor psikologis banyak dialami oleh lanjut usia diantaranya terdapat perubahan dalam status yang terjadi ketika mereka yang dahulu bekerja sekarang memasuki masa pensiun. Kematian atau penyakit yang terjadi pada teman dekat dan orang yang dicintai sangat mempengaruhi untuk berkembangnya depresi.

Pada lanjut usia mempunyai lebih banyak gangguan-gangguan medis dan/atau neurologis dibandingkan dewasa dan kondisi komorbiditas ini secara langsung maupun tidak langsung akan meningkatkan terjadinya depresi pada lanjut usia.14

Gambaran klinis penderita dengan depresi adalah sebagai berikut:

(25)

10

A. Mood Depresif.

Suatu mood depresif dan hilangnya minat atau kesenangan merupakan gejala utama dari depresi. Mood yang tertekan adalah karakteristik yang utama pada gejala, timbul hampir pada 90% dari seluruh pasien.15 Gambaran diri pasien biasanya seperti perasaan sedih, rendah diri, kosong, tidak tertolong lagi atau putus asa, murung atau tampak seperti orang bodoh. Pasien mungkin mengatakan bahwa mereka merasa murung, putus asa, dalam kesedihan atau tidak berguna lagi. Pasien sering kali menggambarkan gejala depresi sebagai suatu rasa nyeri emosional yang menderita sekali dan kadang-kadang mereka mengeluhkan sudah tidak bisa menangis lagi.15

Untuk mendiagnosis depresi dengan menggunakan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder-4th Edition (DSM-IV-TR) membutuhkan gambaran mood depresif atau kehilangan minat atau kegembiraan (anhedonia), sedangkan jika menggunakan The International Classification of Diseases 10th revision (ICD-10) harus memenuhi 3 gejala, yaitu mood depresif, kehilangan minat dan kegembiraan, dan keadaan yang mudah lelah.16

B. Kehilangan Minat, Kelelahan, Gangguan Tidur, Kehilangan Nafsu Makan Ketidakmampuan dalam menikmati aktivitas adalah yang paling umum dijumpai pada pasien depresi. Pasien atau keluarga pasien akan melaporkan pengurangan minat pada hampir semua aktivitas yang dahulu dinikmati. Pasien atau keluarga pasien akan melaporkan pengurangan minat pada semua hal, aktivitas yang selalu dinikmati seperti seks, hobi dan kegiatan rutin sehari- hari.10,17

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(26)

Hampir semua pasien depresi (97%) melaporkan kehilangan energi (tenaga). Malas dan kelelahan yang tidak biasanya dan menghambat efisiensi pada pekerjaan kecil atau sedang yang menyebabkan mereka kesulitan untuk menyelesaikan tugas-tugas dan kurangnya motivasi.10,15

C. Retardasi dan Agitasi Psikomotor.

Bagian dari mood depresi dan kurangnya minat, gejala-gejala psikomotor merupakan gambaran inti dari episode depresi mayor. Bahkan, tiga faktor model dari depresi ditemukan, menggambarkan efek negatif, anhedonia dan perubahan psikomotor. Retardasi psikomotor tampaknya merupakan gejala utama yang dominan dari depresi pada akhir kehidupan, subtipe depresi organik pada geriatri dengan kerusakan vaskular dari sirkuit subkortikal frontal dan sindrom disfungsi depresif-eksekutif, tetapi juga presentasi depresi atipikal lainnya seperti subsindromal depresi. Karena penuaan itu sendiri telah menyebabkan pelambatan psikomotor yang substansial pada lanjut usia.18

D. Sulit Konsentrasi

Simtom kognitif seperti laporan subyektif sulit berkonsentrasi (87%) sering terjadi. Mereka dapat merasakan bahwa mereka tidak mampu berpikir sebaik dahulu dan mereka sukar berkonsentrasi atau mudah bingung. Seringkali ragu-ragu terhadap kemampuan untuk menilai sesuatu dan menemukan kalau mereka kesulitan dalam mengambil keputusan kecil.19,20

E. Perasaan Bersalah

Perasaan bersalah dan menyalahkan diri, perasaaan tidak berharga yang berlebihan dan rasa bersalah yang tidak sesuai pada individu.19,20

(27)

12

F. Bunuh Diri

Bunuh diri kira-kira dua kali lebih sering terjadi pada orang lanjut usia dibanding populasi umum.10,15 Banyak pasien depresi mengalami pikiran yang berulang-ulang untuk mati, perasaan singkat bahwa orang lain akan lebih baik dengan kematiannya, juga merencanakan untuk melakukan bunuh diri. Lebih dari 15% pasien depresi berat yang parah menyukai kematian dengan bunuh diri.

Risiko bunuh diri pasien timbul pada episode depresif tetapi kemungkinan tinggi setelah permulaan terapi dan selama 6-9 bulan setelah periode perbaikan simtomatik. Diperkirakan sekitar 2/3 dari semua pasien dengan depresi merenungkan untuk melakukan bunuh diri dan 10 sampai dengan 15% melakukan bunuh diri.19,20

II.2 LANJUT USIA II.2.1 Definisi Lanjut Usia

Sebagian besar ahli evolusi biologi mendefinisikan penuaan sebagai penurunan yang bergantung pada umur atau progresif fungsi fisiologis intrinsik, yang mengarah pada peningkatan angka kematian spesifik pada umur (yaitu, penurunan tingkat kelangsungan hidup) dan penurunan tingkat reproduksi spesifik pada umur. Lanjut usia didefinisikan sebagai "penurunan terus-menerus dalam komponen kesehatan pada lanjutusia dari suatu organisme karena degenerasi fisiologis internal". Pada tingkat individu, keadaan fisiologis intrinsik pada umur tertentu menentukan, antara lain, apakah seseorang mati atau hidup dan seberapa besar dapat bereproduksi.21

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(28)

II.2.2 Proses Penuaan

Penelitian terbaru menegaskan bahwa penuaan adalah regulasi hormonal dimana melindungi insulin secara evolusiner/pensinyalan bagian IGF-1 memainkan peranan kunci dalam regulasi hormonal penuaan. Sistem kekebalan diprogram menurun dari waktu ke waktu, yang mengarah pada peningkatan kerentanan terhadap penyakit menular dan penuaan serta kematian. Efektivitas sistem kekebalan tubuh memuncak pada masa pubertas dan secara bertahap menurun setelah itu seiring bertambahnya usia. Sebagai contoh, ketika seseorang bertambah tua, antibodi kehilangan keefektifannya, dan lebih sedikit penyakit baru yang dapat diperangi secara efektif oleh tubuh, yang menyebabkan stres sel dan akhirnya kematian. Memang, respon imun yang tidak teratur telah dikaitkan dengan penyakit kardiovaskular, peradangan, penyakit Alzheimer, dan kanker.22

Sel dan jaringan memiliki organ vital yang menurun mengakibatkan penuaan. Beberapa penyakit neurologis berisiko tinggi dengan bertambahnya umur, misalnya, Alzheimer, yang didiagnosis pada orang di atas 65 tahun.

Penemuan dasar molekuler dari proses yang terlibat dalam patologi mempelajari sistem model penuaan dapat membantu kita lebih memahami proses penuaan.

Pada tahap awal, gejala Alzheimer yang paling dikenal adalah ketidakmampuan untuk mendapatkan kembali ingatan. Studi terbaru menunjukkan bahwa sel-sel induk saraf endogen dalam hippocampus otak orang dewasa dapat terlibat dalam fungsi memori. Secara konsisten, fungsi sel induk saraf dalam hippocampus berkurang dengan meningkatnya penuaan.22

(29)

14

II.2.3 Perubahan pada Lanjut Usia

Dengan bertambahnya umur, banyak perubahan fisiologis yang terjadi, dan risiko penyakit kronis meningkat. Pada umur 60 tahun, beban utama kecacatan dan kematian, kehilangan pendengaran, melihat dan bergerak, dan penyakit tidak menular, termasuk penyakit jantung, stroke, gangguan pernapasan kronis, kanker dan demensia.23

Setelah mencapai puncaknya pada umur dewasa awal, massa otot cenderung menurun dengan bertambahnya umur, dan ini dapat dikaitkan dengan penurunan kekuatan dan fungsi muskuloskeletal. Salah satu cara mengukur fungsi otot adalah dengan mengukur kekuatan genggaman tangan, yang merupakan prediktor kuat kematian, terlepas dari pengaruh penyakit apa pun.23

Penuaan juga dikaitkan dengan perubahan signifikan pada tulang dan sendi. Dengan bertambahnya usia, massa tulang atau kepadatan, cenderung turun, khususnya di kalangan perempuan pascamenopause. Ini dapat berkembang ke titik di mana risiko patah tulang meningkat secara signifikan (suatu kondisi yang dikenal sebagai osteoporosis), yang berimplikasi serius pada kecacatan, penurunan kualitas hidup dan kematian.23

Tulang rawan artikular mengalami perubahan struktural, molekuler, seluler dan mekanis yang signifikan seiring bertambahnya umur, sehingga meningkatkan kerentanan jaringan terhadap degenerasi. Saat tulang rawan terkikis dan cairan di sekitar sendi berkurang, sendi menjadi lebih kaku dan rapuh.23

Penuaan sering dikaitkan dengan penurunan penglihatan dan pendengaran, meskipun ada perbedaan yang mencolok dalam bagaimana hal ini dialami pada tingkat individu. Gangguan pendengaran terkait umur (dikenal sebagai

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(30)

presbikusis) adalah bilateral dan paling ditandai pada frekuensi yang lebih tinggi.

Ini hasil dari penuaan koklea; paparan lingkungan, seperti kebisingan;

kecenderungan genetik; dan peningkatan kerentanan dari stresor fisiologis.23 Perubahan ini dapat memiliki implikasi penting bagi kehidupan sehari-hari orang dewasa yang lebih tua. Gangguan pendengaran yang tidak diobati mempengaruhi komunikasi dan dapat berkontribusi pada isolasi sosial dan hilangnya otonomi, dengan kecemasan, depresi dan penurunan kognitif yang terkait. Dampak dari kehilangan pendengaran yang signifikan pada kehidupan individu sering tidak dihargai oleh orang-orang dengan pendengaran normal, dan kelambatan dalam memahami kata yang diucapkan biasanya disamakan dengan ketidakmampuan mental, sering menyebabkan individu yang lebih tua menarik diri lebih jauh untuk menghindari dicap "lambat" atau secara mental tidak memadai.23

Kulit mengalami penurunan yang progresif seiring bertambahnya umur yang dihasilkan dari kerusakan yang disebabkan oleh mekanisme fisiologis, kecenderungan genetik dan kerusakan eksternal, terutama paparan sinar matahari.

Perubahan terkait umur pada tingkat seluler dapat memiliki banyak pengaruh, termasuk penurunan kemampuan kulit untuk bertindak sebagai penghalang. Selain itu, hilangnya serat kolagen dan elastin di dermis dapat mengurangi kekuatan elastisitas kulit, dan atrofi vaskular progresif dapat membuat pasien lebih rentan terhadap dermatitis, borok dan robekan kulit.23

II.3 Geriatric Depression Scale (GDS)

Yesavage et.al pada tahun 1983, menemukan Geriatric Depression Scale (GDS) yang merupakan instrumen yang dikembangkan, mengenai konten dan

(31)

16

desain, untuk menilai gejala depresi dan skrining depresi di antara lanjut usia.

Gejala somatik seperti penurunan berat badan, gangguan tidur, dan pesimisme tentang masa depan, adalah gejala umum depresi di kalangan orang muda.

Namun, ini bisa terkait dengan penuaan itu sendiri, dan tidak termasuk dalam Geriatric Depression Scale, yang berfokus pada gejala kejiwaan. Terdapat 30 item dipilih untuk dimasukkan dalam skala. Geriatric Depression Scale dapat dikelola sendiri atau disajikan sebagai wawancara, dan pertanyaan-pertanyaannya memiliki format ya/tidak agar mudah dipahami bagi orang yang lebih tua. Versi Short Form telah disarankan untuk mengurangi masalah dalam menyelesaikan skala yang timbul dari kelelahan atau kesulitan konsentrasi. Versi 15 item disajikan oleh Sheikh dan Yesavage pada tahun 1986, berdasarkan pada item yang berkorelasi paling baik dengan gejala depresi dan sama-sama berhasil sebagai versi 30 item dalam membedakan antara mereka yang dengan dan tanpa depresi di antara orang-orang yang berusia 55 tahun dan lebih dan berada pada suatu komunitas.6,7

Geriatric Depression Scale short form adalah alat skrining dengan 15 pertanyaan untuk menilai depresi pada orang dewasa yang lebih tua yang membutuhkan waktu lima hingga tujuh menit untuk diisi dan dapat diisi oleh pasien atau dikelola oleh penyedia dengan pelatihan minimal dalam penggunaannya. Pertanyaan-pertanyaan fokus pada suasana hati.23

Geriatric Depression Scale short form (GDS-15) adalah pengembangan dari long form (GDS-30), penelitian oleh Yesavage memilih 15 item dari GDS yang memiliki korelasi tertinggi dengan gejala depresi dalam studi validasi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(32)

Pertanyaan-pertanyaan ini kemudian diatur dalam 15 item, satu halaman, format ya atau tidak yang mudah dimengerti.24,8

Pada sebuah studi yang dilakukan oleh Burke, menunjukkan bahwa form pertanyaan 30 item dan 15 item yang diekstraksi menghasilkan kurva Receiver Operating Caracteristic (ROC) terlihat sangat mirip. Dengan kata lain, uji 15 item menghasilkan tingkat sensitivitas dan spesifisitas yang sama dibandingkan dengan uji secara lengkap, menggunakan diagnosis klinis depresi sebagai rujukan atau &

“gold standard”. Untuk subjek lanjut usia yang baik pada fungsi kognitif, GDS short form berfungsi sebagai alat skrining yang sangat singkat dan efektif untuk depresi.25

Geriatric Depression Scale merupakan formulir singkat yang telah digunakan dalam pengaturan perawatan komunitas, akut, dan jangka panjang.

Geriatric Depression Scale Short Form terdiri dari 15 item yang membutuhkan jawaban “ya” atau “tidak” dan dapat diselesaikan dengan cepat. Meskipun alat itu sendiri menyatakan bahwa skor di atas 5 adalah sugestif untuk depresi dan skor yang sama dengan atau lebih besar dari 10 hampir selalu merupakan indikasi depresi, skor yang lebih rinci sering lebih membantu dalam penilaian depresi.

Skor terdiri dari :

 0 hingga 4 biasanya tidak memprihatinkan.

 5 hingga 8 menunjukkan depresi ringan.

 9 hingga 11 menunjukkan depresi sedang.

 12 hingga 15 menunjukkan depresi berat.26

Penilaian asli/long form. Versi 30 item skor total dihitung dengan menjumlahkan respons yang mendukung depresi. Menentukan item 1, 5, 7, 9, 15,

(33)

18

19, 21, 27 dan 29 secara negatif menunjukkan depresi, sementara secara positif mendukung 20 item yang tersisa mengindikasikan depresi.27

Short Form. Konsisten dengan bentuk panjang, skor total dihitung dengan menjumlahkan respons yang mendukung depresi. Mengesahkan item 1, 5, 7, 11 dan 13 secara negatif mengindikasikan depresi, sementara secara positif mendukung 10 item yang tersisa mengindikasikan depresi.27

Long Form. Skor Geriatric Depression Scale yang lebih tinggi mengindikasikan depresi yang lebih parah. Brink et.al, menyarankan skor Geriatric Depression Scale 1-10 dianggap normal, sedangkan skor Geriatric Depression Scale ≥ 11 mengindikasikan kemungkinan depresi; menggunakan skor cutoff 14 menghindari false-positive. Beberapa sumber menyediakan pedoman interpretatif berikut: 0-9 normal, 10-19 depresi ringan, dan 20-30 depresi berat.27

Short Form. Beberapa sumber melaporkan skor > 5 menunjukkan depresi dan > 10 menunjukkan kemungkinan depresi. Studi yang melibatkan pasien medis mengusulkan cutoff mulai dari 5-7. 27

Mitchell AJ et.al pada studi meta-analisis atas 15 studi yang menggunakan Geriatric Depression Scale-15, didapatkan sensitivitas 84,3% (95% CI 79,7- 88,4%) dengan spesifisitas 73,8% (95% CI 68,0-79,2%). Jika responden menderita gangguan kognitif yang signifikan, sensitivitas turun menjadi 70,2%

(95% CI 47,7-88,5%) dengan spesifisitas naik menjadi 74,5% (95% CI 61,2- 85,7%). Jika digunakan di perawatan rumah jangka panjang (Long Term Care [LTC] Home), sensitivitas dan spesifisitas menjadi 86,6% dan 72,3% dan jika digunakan pada pasien rawat jalan didapatkan sensitivitas dan spesifisitas menjadi 82,2% dan 74,5%.28

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(34)

Studi yang dilakukan oleh Yesavage dengan melakukan uji validitas dan reabilitas dengan membandingkan Geriatric Depression Scale pada versi 30 item dan Hamilton rating scale for depression (HRSD) didapatkan nilai reabilitas Geriatric Depression Scale = 0,94 dan HRSD = 0,82. Nilai validitas Geriatric Depression Scale = 0,82 dan HRSD = 0,83.6

II.4 Hamilton Rating Scale For Depression (HAM-D)

Hamilton Rating Scale For Depression (HAM-D) dikembangkan oleh Max Hamilton pada awal tahun 1960-an untuk memonitor depresi berat, dengan fokus pada simtomatologi somatik. Versi ini umumnya kebanyakan menggunakan 17 pertanyaan, walaupun versi dengan jumlah pertanyaan yang berbeda, meliputi 24 versi pertanyaan, telah digunakan pada beberapa penelitian.14 Hamilton rating scale for depression versi 17 item lebih banyak digunakan dalam standar penelitian-penelitian klinikal selama beberapa tahun terakhir dan paling banyak digunakan untuk penelitian-penelitian klinikal pada depresi. Pertanyaan dalam HAM-D dinilai 0 hingga 2 atau 0 hingga 4, dengan total nilai pada 17 pertanyaan dengan range dari 0 hingga 50; nilai ≤ 7 adalah normal, 8-13 ringan; 14-18 sedang; 19-22 berat; dan ≥ 23 sangat berat.29

Hamilton Rating Scale for Depression (HAM-D atau HRSD) adalah salah satu skala paling awal yang dikembangkan untuk depresi, dan merupakan skala klinis yang bertujuan menilai tingkat keparahan depresi di antara pasien. Hamilton Rating Scale for Depression asli mencakup 21 item, tetapi Hamilton menunjukkan bahwa empat item terakhir (variasi diurnal, depersonalisasi, gejala paranoid dan gejala obsesif kompulsif) tidak boleh dihitung terhadap skor total karena gejala- gejala ini tidak umum atau tidak mencerminkan keparahan depresi.29

(35)

20

Hamilton Rating Scale for Depression (HAM-D) adalah skala multidimensi dan ini menyiratkan bahwa skor item tertentu tidak dapat dianggap sebagai prediktor yang baik dari skor total. Ini juga berarti bahwa skor total identik dari dua pasien yang berbeda mungkin memiliki makna klinis yang berbeda (yaitu, peringkat yang sangat tinggi pada beberapa item dapat menghasilkan skor yang sama dengan peringkat moderat pada banyak item).

Sejumlah penelitian telah menunjukkan konsistensi internal dari berbagai versi Hamilton Rating Scale for Depression dengan jangkauan luas dari 0,48 hingga 0,92. Nilai-nilai alpha koefisien yang lebih tinggi dicapai dengan menggunakan wawancara terstruktur. Sebuah studi baru-baru ini melaporkan koefisien konsistensi internal 0,83 untuk HAM-D 17item. Nilai reliabilitas 0,81 dan Validitas Hamilton Rating Scale for Depression berkisar antara 0,65 hingga 0,90.29

Studi oleh Lichtenberg et.al pada tahun 1992, Vida, Des Rosiers, Carrier

& Gauthier tahun 1994a dengan cutoff 17, HRSD menunjukkan sensitivitas 90%

dan spesifisitas 92% pada pasien rawat inap ringan hingga sangat parah. Namun, cutoff tujuh efisiensi maksimal, mendapatkan nilai sensitivitas 90% dan spesifisitas 63%.30

Sebuah studi oleh Cahayani dengan menggunakan Hamilton Depression Rating Scale (HDRS) dengan 102 subyek di poli rawat inap Rumah Sakit Jiwa.

Soeharto Heerdjan dalam bahasa Indonesia memiliki sensitivitas 0,71 dan spesifisitas 0.69 dengan nilai cutoff sebesar 5. Nilai Cronbachs alpha dari Calgary Depression Scale for Schizophrenia (CDSS) dengan gold standard menggunakan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(36)

Hamilton Depression Rating Scale (HDRS) versi Bahasa Indonesia sebesar 0,74.31

II.5 Validitas dan Reliabilitas II.5.1 Validitas

Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas tinggi jika alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Tes yang menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan pengukuran dikatakan sebagai tes yang memiliki validitas rendah.16 Tipe validitas dikelompokkan, sebagai berikut :

a. Validitas konten (content validity)

Validitas konten sering dinilai dengan prosedur formal seperti konsensus atau faktor analisis.30 Validitas konten merupakan instrumen yang mengukur sejauh mana instrumen tersebut mewakili semua aspek sebagai kerangka konsep.

Apakah isi atau substansi ukurannya sudah mewakili muatan yang berupa sifat yang hendak diukur. Butir-butir dalam suatu tes harus dipertimbangkan mengenai keterwakilan materi yang terkait, yang berarti bahwa setiap butir harus dinilai sehubungan relevansinya dengan sifat yang diukur.34

b. Validitas konstruk (construct validity)

Suatu tes akan valid jika tes tersebut secara efisiensi mampu membedakan individu dalam hal pemilikan watak (trait) tertentu Instrumen dikatakan valid jika mampu menjelaskan, mengatur konstruk suatu instrumen, mengupayakan validasi

(37)

22

teori yang melatar belakangi tes tersebut. Terdapat tiga hal dalam validasi konstruk yaitu penyampaian mengenai kemungkinan pengaruh konstruk pada hasil tes, membuat hipotesis berdasarkan teori yang melibatkan konstruk tersebut dan menguji hipotesis tersebut secara empirik.34

c. Validitas kriteria (Criterion validity)

Validitas kriteria (terkadang disebut predictive atau concurrent validity) dengan cara membandingkan skor tes dengan satu atau lebih variabel eksternal atau kriteria yang diketahui dan diyakini merupakan pengukur atribut yang sedang dikaji. Pada validitas ini mengutamakan kemampuan tes dalam membuat prediksi.

Dalam validitas kriteria ini sering merupakan penelitian terapan yang pada dasarnya tertuju pada kriteria tertentu dan bukan pada prediktornya.34

d. Concurrent validity

Mengevaluasi dengan menggunakan “target-test” dan “gold standard”

pada saat yang sama. Pada tes statistik dengan menggunakan correlation tests.35

e. Predictive validity

Merupakan “target-test” diterapkan kemudian “gold standard”. Pada tes statistik dengan menggunakan correlation tests.35

f. Known-groups technique

Merupakan kelompok individu yang berbeda mengisi dalam penelitian dan hasil dari kelompok dibandingkan. Sebagai contoh, suatu tes menilai kualitas hidup dapat diterapkan pada kelompok pasien dengan penyakit kronis dan pada

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(38)

kelompok sehat. Perbedaan skor dari kualitas hidup antar kelompok inilah yang diharapkan. Pada tes statistik dengan menggunakan Hypothesis testing.35

g. Convergent validity

Didapatkan berdasarkan korelasi antara instrumen dan instrumen lain untuk menilai konstruk yang hampir sama, mengharapkan korelasi yang tinggi.

Saat memberikan dua instrumen yang menilai kepuasan kerja, para peneliti mengharapkan mendapat korelasi yang kuat. Pada tes statistik dengan menggunakan correlation tests.35

h. Discriminant validity

Menguji hipotesis bahwa pengukuran target tidak terkait dengan konstruk yang berbeda, yaitu dengan variabel yang mana harusnya berbeda. Suatu instrumen menilai motivasi dalam bekerja harus menunjukkan korelasi dengan instrumen yang mengukur efisiensi diri. Pada tes statistik dengan menggunakan correlation tests.35

i. Structural or factorial validity

Menilai jika seseorang menggunakan hipotesis dimensi konstruk. Peneliti berniat menilai apakah beberapa karakteristik dalam lingkungan kerja, seperti:

autonomy dan feedback merupakan prediktor dalam kepuasan kerja. Pada tes statistik dengan menggunakan factorial analysis and structural equation modeling.35

(39)

24

j. Cross-cultural validity

Pengukuran dimana bukti yang mendukung kesimpulan bahwa instrumen asli dan instrumen lainnya yang diadaptasi secara kultural, setara. Suatu alat yang menilai kepuasan tempat kerja yang telah diterjemahkan dan diadaptasi ke konteks kultural lain, memiliki kesamaan dengan versi aslinya. Pada tes statistik dengan menggunakan Independent and back-translator, Expert committee dan Pre-test.35

II.5.2 Reliabilitas

Realibilitas berasal dari kata reliability yang mempunyai asal kata rely dan ability. Pengukuran yang dimilki reliabilitas tinggi disebut sebagai sebagai pengukuran yang reliabel. Ide utama yang terkandung dalam konsep reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Hasil pengukuran dapat dipercaya hanya jika dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap subyek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur pada subyek memang belum berubah.16 Terdapat tiga cara untuk menilai reliabilitas:32,33

a. Reliabilitas konsistensi internal

Konsistensi internal menilai kesepakatan di antara masing-masing item di dalam suatu pengukuran. Hal ini memberikan informasi tentang reliabilitas, karena setiap item dilihat sebagai pengukuran tunggal dari konstruk yang mendasarinya. Konsistensi internal diukur paling sering dengan coefficient alpha (yang dikenal juga sebagai Cronbach’s coefficient alpha), dengan rentang antara 0 dan 1 dengan nilai 0,70 biasanya direkomendasikan ketika mengevaluasi tentang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(40)

sekelompok orang, sedangkan nilai yang lebih kuat (biasanya melebihi 0,85 atau 0,90) disarankan ketika mengevaluasi individu.32

b. Reliabilitas Interrater

Interrater (juga disebut interjudge atau joint) adalah mengukur kesepakatan antara 2 atau lebih pengamat yang mengevaluasi subyek yang sama menggunakan informasi yang sama. Reliabilitas interrater ini dapat dievaluasi dengan menggunakan statistik kappa.17 Reliabilitas interrater cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan reliabilitas tes-retest.32

c. Reliabilitas test-retest

Reliabilitas tes-retest, yaitu mengukur kesepakatan antara evaluasi 2 poin pada waktu yang berbeda dalam mendapat informasi (misal: berhubungan dengan kemampuan interview, mood pewawancara, kondisi ruangan atau perilaku subyek). Reliabiltas test-retest dapat dievaluasi dengan correlation coefficient Pearson (Pearson’sr)30 atau dengan interclass correlation coeficient (ICC).32,33

(41)

26

II.6 Kerangka Konsep

GDS-15

HAM-D

Validitas Reliabilitas

Kriteria Konsistensi Internal

Cross Cultural

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(42)

II.7 Geriatric Depression Scale (GDS-15) dalam Bahasa Inggris26 1. Are you basically satisfied with your life? YES / NO

2. Have you dropped many of your activities and interests? YES /NO 3. Do you feel that your life is empty? YES / NO

4. Do you often get bored? YES /NO

5. Are you in good spirits most of the time? YES / NO

6. Are you afraid that something bad is going to happen to you? YES /NO 7. Do you feel happy most of the time? YES / NO

8. Do you often feel helpless? YES /NO

9. Do you prefer to stay at home, rather than going out and doing new things?

YES / NO

10. Do you feel you have more problems with memory than most? YES /NO 11. Do you think it is wonderful to be alive now? YES / NO

12. Do you feel pretty worthless the way you are now? YES /NO 13. Do you feel full of energy? YES / NO

14. Do you feel that your situation is hopeless? YES /NO

15. Do you think that most people are better off than you are? YES /NO

Answers in bold indicate depression. Score 1 point for each bolded answer.

A score > 5 points is suggestive of depression.

A score > 10 points is almost always indicative of depression.

(43)

28 BAB III

METODE PENELITIAN

III.1 Desain Penelitian

Desain penelitian ini adalah penelitian diagnostik dengan pendekatan potong lintang, yang bertujuan untuk mencari hubungan antara instrumen Geriatric Depression Scale (GDS-15) yang dilakukan oleh dua penilai dan instrumen Hamilton rating scale for depression (HAM-D) untuk mendapatkan suatu instrumen yang handal dan sahih.34

III.2 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di Panti Jompo yang berada di Sumatera Utara.

Pelaksanaan dilakukan pada bulan Agustus-November 2019.

III.3 Populasi Penelitian dan Sampel Penelitian

Populasi target penelitian ini adalah subyek merupakan lanjut usia dengan umur ≥ 60 tahun. Populasi terjangkau adalah subyek di Panti Jompo yang berada di Sumatera Utara berumur ≥ 60 tahun pada bulan Agustus-November 2019.

Pengambilan sampel ditetapkan secara probability sampling berupa cluster random sampling.36

III.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi Kriteria inklusi:

1. Subyek di Panti Jompo Karya Kasih, Panti Jompo Yayasan Harapan Jaya, UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dinas Sosial Binjai.

2. Subyek berumur ≥ 60 tahun.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(44)

3. Skor MoCA-Ina ≥ 26.

4. Subyek kooperatif.

5. Subyek dapat berbahasa Indonesia.

6. Subyek dapat membaca dan menulis.

Kriteria eksklusi :

1. Subyek yang mengalami penyakit mental atau gangguan psikiatri lainnya.1 2. Gangguan pendengaran.

III.5 Besar Sampel

Menurut Comfrey dan Lee, menyarankan bahwa “kecukupan besar sampel mungkin dievaluasi dengan sangat kasar dengan skala berikut: 50 – sangat buruk;

100 – buruk; 200 – fair; 300 – baik; 500 – sangat baik; 1.000 atau lebih – luar biasa.18,21Sampel yang besar lebih baik dibandingkan dengan sampel kecil, disarankan agar peneliti menggunakan ukuran sampel sebanyak mungkin.33

Pada penelitian ini, peneliti menentukan besar sampel adalah 300, sebagaimana dijelaskan bahwa skala dengan besar sampel 300 adalah baik.

III.6 Cara Kerja Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini dibagi atas dua tahapan besar, yaitu:

a. Persiapan

Persiapan penelitian ini meliputi permintaan izin untuk menerjemahkan dan pengujian validitas dan reliabilitas Geriatric Depression Scale-15 kepada author instrumen Geriatric Depression Scale-15, yaitu kepada Yesavage, Phd., melalui surat elektronik. Setelah izin diberikan melalui balasan surat elektronik, dilanjutkan dengan langkah berikutnya. Langkah berikutnya adalah pengurusan

(45)

30

izin penelitian dari Ketua Departemen Psikiatri dan komisi etik di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Langkah berikutnya adalah proses penerjemahan Geriatric Depression Scale-15 kedalam Geriatric Depression Scale-15 versi Bahasa Indonesia sesuai dengan prosedur penerjemahan yang direkomendasikan oleh Greco, Wallop dan Eastridge dengan cara-cara:22

1. Penerjemah Forward (Forward Translation)

Terjemahan dari bahasa asli ke bahasa target harus dilakukan sedikitnya dengan 2 translator. Direkomendasikan dengan 1 penerjemah yang memahami konsep kuesioner dan penerjemah kedua yang unaware mengenai kuesioner.

Penerjemah bilingual ini harus menerjemahkan kuesioner ke bahasa ibunya, yaitu Bahasa Indonesia, mahir berbahasa Inggris30,35,37 dan telah berdomisili di Negara dengan bahasa pengantar resmi bahasa Inggris selama minimal 5 tahun.37

2. Diskusi

Pada tahap ini, 2 hasil terjemahan pada poin 1 didiskusikan dengan pembimbing dan kedua penerjemah untuk memadukan dan mencari kesaman dari dua terjemahan dari poin 1, sehingga didapatkan 1 hasil terjemahan forward.37

3. Penerjemah Backward (Bacward Translation)

Pada tahapan ini, hasil terjemahan dari poin 2 kembali diterjemahkan kembali oleh 2 orang penerjemah ke dalam bahasa ibunya (bahasa asli dari kuesioner).30,34,35 Untuk menghindari bias, penerjemah backward sebaiknya unaware mengenai konsep dari kuesioner.17 Penerjemah Backward pertama,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(46)

dengan kriteria bahasa ibu adalah Bahasa Inggris, mahir berbahasa Inggris dan telah berdomisili di Indonesia selama 5 tahun.37

4. Diskusi

Pada tahapan ini, 2 hasil terjemahan dari poin 3, didiskusikan dengan pembimbing dan seluruh penerjemah yang terlibat untuk menghasilkan GDS- 15 versi Bahasa Indonesia yang terbaik.

5. Hasil Akhir

Hasil akhir terjemahan GDS-15 versi Bahasa Indonesia merupakan hasil dari diskusi pada poin 4.

b. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan hasil akhir terjemahan Geriatric Depression Scale (GDS-15) versi Bahasa Indonesia. Subyek yang memenuhi kriteria inklusi, mengisi informed consent secara tertulis setelah mendapat penjelasan terperinci dan jelas untuk ikut serta dalam penelitian akan mengisi form data diri dan self-questioner dengan Geriatric Depression Scale (GDS-15) versi Bahasa Indonesia dan Hamilton rating scale for depression (HAM-D). Subyek yang tidak mengisi kuesioner secara lengkap akan dikeluarkan dari subyek penelitian.

Setelah data kuesioner Geriatric Depression Scale (GDS-15) dan Hamilton rating scale for depression (HAM-D) didapat, maka akan dilakukan analisis data.

(47)

32

III.7 Alur Pelaksanaan Penelitian

GDS-15 Bahasa Inggris

Forward Translation

Forward Translation

Final Forward Translation

Backward Translation

Backward Translation

Final Backward Translation Final Translation Subyek Penelitian

GDS-15 HAM-D

Validasi Reliabilitas

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(48)

III.8 Rencana Manajemen dan Analisis Data III.8.1 Pengumpulan Data

Data yang diperoleh berupa data karakteristik demografik, penilaian fungsi kognitif dengan kuesioner Montreal Cognitive Assessment Versi Indonesia (MoCA-Ina), pengukuran skala Geriatric Depression Scale (GDS-15) dan Hamilton rating scale for depression (HAM-D). Keseluruhan data akan ditabulasikan menurut skala pengukurannya.

III.8.2 Uji Analisis

Data dikumpulkan dan dilakukan tabulasi serta diolah secara statistik. Uji validitas berupa validitas kriteria diukur dengan koefisien korelasi Spearman40 dari Geriatric Depression Scale (GDS-15) dan Hamilton rating scale for depression (HAM-D) diukur untuk menilai depresi pada lanjut usia. Pada uji reliabilitas diukur dengan reliabilitas konsistensi internal tiap item dengan mengukur cronbach’s alpha. Penelitian ini dalam pengolahan datanya menggunakan alat bantu perangkat lunak pengolah data statistik SPSS versi 22.

(49)

34

III.9 Definisi Operasional

No Variabel dan Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Pengukuran 1 Umur adalah lamanya

waktu hidup atau sejak lahir

Wawancara Wawancara Observasi

 60 - 64 thn

 65 - 69 thn

 70 - 74 thn

 75 - 79 thn

Interval

2 Jenis Kelamin adalah perbedaan bentuk, sifat dan fungsi biologi

Wawancara Wawancara Observasi

 Laki-laki

 Perempuan

Nominal

3 Tingkat pendidikan formal tertinggi yang pernah dicapai

Wawancara Wawancara Observasi

 SMP

 SMA

 Diploma/

Perguruan Tinggi

Ordinal

4 Satus Perkawinan dibedakan atas masih dalam ikatan perkawinan (menikah), dan tidak dalam ikatan

perkawinan (/duda, atau tidak menikah)

Wawancara Wawancara  Menikah

 Tidak Menikah

Nominal

5 Geriatric Depression Scale (GDS-15)

Instrumen GDS-15 versi Bahasa Indonesia

Selfrated questioner

0-15 Numerik

6 Hamilton rating scale for depression (HAM-D).

Instrumen HAM- Dversi Bahasa Indonesia

Clinical rated questioner

0-50 Numerik

7 Fungsi kognitif Instrumen

MoCA-Ina

kuesioner ≥ 26 Numerik

III.10 Kerangka Kerja GDS –15

Penerjemahan

GDS – 15 Bahasa

Subyek Penelitian

GDS – 15 Bahasa Depresi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(50)

III.11 Persetujuan Komite Etik

Penelitian ini telah mendapatkan persetujuan pelaksanaan penelitian dari Komite Etik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dengan Nomor:

861/TGL/KEPK FK USU-RSUP HAM/2019.

Gambar

Tabel 4.2.1 Hasil akhir terjemahan forward
Tabel 4.2.2 Hasil akhir terjemahan backward
Tabel 4.3.2.1Test of Normality
Gambar 4.1 Grafik Scatter
+4

Referensi

Dokumen terkait

CLES+T versi Bahasa Indonesia telah tervalidasi dan dapat digunakan untuk mengevaluasi lingkungan pembelajaran menurut persepsi mahasiswa keperawatan di Indonesia..

Hasil uji validitas dan reliabilitas menunjukkan bahwa kuesioner MGLS versi Bahasa Indonesia dinyatakan valid dan reliabel untuk mengukur tingkat kepatuhan minum

Kesimpulan: Negative Acts Questionnaire – Revised Versi Bahasa Indonesia ini valid dan reliabel sehingga handal dan dan layak digunakan sebagai alat ukur untuk menilai

Secara khusus, penelitian terdahulu menunjukkan model satu-faktor CES-D memiliki indeks kesesuaian model yang cukup memuaskan pada sampel lansia di Indonesia (Mackinnon et al.,

Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa kuesioner NOSE memiliki validitas dan reliabilitas yang baik dan dapat digunakan untuk menilai sumbatan hidung pada pasien

Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa kuesioner NOSE memiliki validitas dan reliabilitas yang baik dan dapat digunakan untuk menilai sumbatan hidung pada pasien