• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

I.4. Manfaat Penelitian

1. Penelitian ini dapat memberikan instrumen Geriatric Depression Scale-15 Short Form versi Bahasa Indonesia yang sahih dan handal dalam membantu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

menilai depresi pada lanjut usia di Indonesia sehingga dapat membantu memberikan penanganan yang sesuai.

2. Alat ukur yang sudah diuji validitas dan reliabilitasnya diharapkan mampu berguna dalam penelitian lanjutan yang berkaitan dengan depresi pada lanjut usia di Indonesia.

8 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 DEPRESI

Depresi adalah masalah umum pada orang tua yang menyebabkan penderitaan emosional dan peningkatan mortalitas serta peningkatan risiko ketidakaktifan pada fisik dan mengalami kelumpuhan.7

Depresi pada lanjut usia (late-life depression) merujuk pada sindroma-sindroma depresif yang didefinisikan di dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder-4th Edition (DSM-IV-TR) dan dalam The International Classification of Diseases10th revision (ICD-10) yang terjadi pada lanjut usia.

Diagnosis dari sindroma-sindroma depresi tersebut dapat berupa: gangguan depresi mayor, gangguan depresi minor, gangguan distimik, gangguan bipolar I atau II (episode kini depresi), gangguan penyesuaian dengan mood depresi, depresi yang disebabkan oleh kondisi medis umum dan depresi yang diinduksi oleh zat.10

Prevalensi sindrom depresi pada lanjut usia lebih sering dijumpai pada tempat-tempat perawatan medis.9 Depresi ditandai oleh serangkaian gejala dan tanda klinis. Frekuensi, intensitas dan lamanya gejala klinis dapat bervariasi di antara lanjut usia. Gejala-gejala ini wujud dari fungsi tubuh dan mental. Jika depresi didiagnosis dini, bahkan dalam bentuk yang paling parah, ia dapat diobati sampai sembuh. Intervensi biologis, psikososial dan psikoterapi adalah pengobatan utama depresi.11 Prevalensi simtom depresi pada lanjut usia yang berobat jalan berkisar antara 10 sampai dengan 20%, sedangkan pada lanjut usia

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

yang dirawat dengan prevalensi simtom depresi bahkan lebih tinggi mencapai 22 sampai dengan 34%.12

Suatu studi meta analisis pada sebuah komunitas melaporkan prevalensi depresi pada lanjut usia sekitar 13,5%. Studi lainnya melaporkan bahwa prevalensi depresi pada lanjut usia bervariasi, tergantung pada situasi tempat dimana dilakukan penilaian, mulai dari 15% pada populasi umum, 25% pada tempat pelayanan kesehatan primer, hingga lebih dari 30% pada lanjut usia yang tinggal di panti-panti jompo.13

Depresi pada orang tua dapat dibagi dalam onset awal (early-life onset) yang terjadi sebelum berumur 65 tahun yang kemudian dapat berulang kembali pada usia lanjut, dan onset akhir (late-life onset) yang terjadi setelah umur 65 tahun. Baik early-life onset maupun late-life onset penyebabnya masih belum jelas, namun faktor-faktor biologi, psikologi dan sosial dipercaya berperan untuk terjadinya depresi.14

Stresor psikologis banyak dialami oleh lanjut usia diantaranya terdapat perubahan dalam status yang terjadi ketika mereka yang dahulu bekerja sekarang memasuki masa pensiun. Kematian atau penyakit yang terjadi pada teman dekat dan orang yang dicintai sangat mempengaruhi untuk berkembangnya depresi.

Pada lanjut usia mempunyai lebih banyak gangguan-gangguan medis dan/atau neurologis dibandingkan dewasa dan kondisi komorbiditas ini secara langsung maupun tidak langsung akan meningkatkan terjadinya depresi pada lanjut usia.14

Gambaran klinis penderita dengan depresi adalah sebagai berikut:

10

A. Mood Depresif.

Suatu mood depresif dan hilangnya minat atau kesenangan merupakan gejala utama dari depresi. Mood yang tertekan adalah karakteristik yang utama pada gejala, timbul hampir pada 90% dari seluruh pasien.15 Gambaran diri pasien biasanya seperti perasaan sedih, rendah diri, kosong, tidak tertolong lagi atau putus asa, murung atau tampak seperti orang bodoh. Pasien mungkin mengatakan bahwa mereka merasa murung, putus asa, dalam kesedihan atau tidak berguna lagi. Pasien sering kali menggambarkan gejala depresi sebagai suatu rasa nyeri emosional yang menderita sekali dan kadang-kadang mereka mengeluhkan sudah tidak bisa menangis lagi.15

Untuk mendiagnosis depresi dengan menggunakan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder-4th Edition (DSM-IV-TR) membutuhkan gambaran mood depresif atau kehilangan minat atau kegembiraan (anhedonia), sedangkan jika menggunakan The International Classification of Diseases 10th revision (ICD-10) harus memenuhi 3 gejala, yaitu mood depresif, kehilangan minat dan kegembiraan, dan keadaan yang mudah lelah.16

B. Kehilangan Minat, Kelelahan, Gangguan Tidur, Kehilangan Nafsu Makan Ketidakmampuan dalam menikmati aktivitas adalah yang paling umum dijumpai pada pasien depresi. Pasien atau keluarga pasien akan melaporkan pengurangan minat pada hampir semua aktivitas yang dahulu dinikmati. Pasien atau keluarga pasien akan melaporkan pengurangan minat pada semua hal, aktivitas yang selalu dinikmati seperti seks, hobi dan kegiatan rutin sehari-hari.10,17

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Hampir semua pasien depresi (97%) melaporkan kehilangan energi (tenaga). Malas dan kelelahan yang tidak biasanya dan menghambat efisiensi pada pekerjaan kecil atau sedang yang menyebabkan mereka kesulitan untuk menyelesaikan tugas-tugas dan kurangnya motivasi.10,15

C. Retardasi dan Agitasi Psikomotor.

Bagian dari mood depresi dan kurangnya minat, gejala-gejala psikomotor merupakan gambaran inti dari episode depresi mayor. Bahkan, tiga faktor model dari depresi ditemukan, menggambarkan efek negatif, anhedonia dan perubahan psikomotor. Retardasi psikomotor tampaknya merupakan gejala utama yang dominan dari depresi pada akhir kehidupan, subtipe depresi organik pada geriatri dengan kerusakan vaskular dari sirkuit subkortikal frontal dan sindrom disfungsi depresif-eksekutif, tetapi juga presentasi depresi atipikal lainnya seperti subsindromal depresi. Karena penuaan itu sendiri telah menyebabkan pelambatan psikomotor yang substansial pada lanjut usia.18

D. Sulit Konsentrasi

Simtom kognitif seperti laporan subyektif sulit berkonsentrasi (87%) sering terjadi. Mereka dapat merasakan bahwa mereka tidak mampu berpikir sebaik dahulu dan mereka sukar berkonsentrasi atau mudah bingung. Seringkali ragu-ragu terhadap kemampuan untuk menilai sesuatu dan menemukan kalau mereka kesulitan dalam mengambil keputusan kecil.19,20

E. Perasaan Bersalah

Perasaan bersalah dan menyalahkan diri, perasaaan tidak berharga yang berlebihan dan rasa bersalah yang tidak sesuai pada individu.19,20

12

F. Bunuh Diri

Bunuh diri kira-kira dua kali lebih sering terjadi pada orang lanjut usia dibanding populasi umum.10,15 Banyak pasien depresi mengalami pikiran yang berulang-ulang untuk mati, perasaan singkat bahwa orang lain akan lebih baik dengan kematiannya, juga merencanakan untuk melakukan bunuh diri. Lebih dari 15% pasien depresi berat yang parah menyukai kematian dengan bunuh diri.

Risiko bunuh diri pasien timbul pada episode depresif tetapi kemungkinan tinggi setelah permulaan terapi dan selama 6-9 bulan setelah periode perbaikan simtomatik. Diperkirakan sekitar 2/3 dari semua pasien dengan depresi merenungkan untuk melakukan bunuh diri dan 10 sampai dengan 15% melakukan bunuh diri.19,20

II.2 LANJUT USIA II.2.1 Definisi Lanjut Usia

Sebagian besar ahli evolusi biologi mendefinisikan penuaan sebagai penurunan yang bergantung pada umur atau progresif fungsi fisiologis intrinsik, yang mengarah pada peningkatan angka kematian spesifik pada umur (yaitu, penurunan tingkat kelangsungan hidup) dan penurunan tingkat reproduksi spesifik pada umur. Lanjut usia didefinisikan sebagai "penurunan terus-menerus dalam komponen kesehatan pada lanjutusia dari suatu organisme karena degenerasi fisiologis internal". Pada tingkat individu, keadaan fisiologis intrinsik pada umur tertentu menentukan, antara lain, apakah seseorang mati atau hidup dan seberapa besar dapat bereproduksi.21

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

II.2.2 Proses Penuaan

Penelitian terbaru menegaskan bahwa penuaan adalah regulasi hormonal dimana melindungi insulin secara evolusiner/pensinyalan bagian IGF-1 memainkan peranan kunci dalam regulasi hormonal penuaan. Sistem kekebalan diprogram menurun dari waktu ke waktu, yang mengarah pada peningkatan kerentanan terhadap penyakit menular dan penuaan serta kematian. Efektivitas sistem kekebalan tubuh memuncak pada masa pubertas dan secara bertahap menurun setelah itu seiring bertambahnya usia. Sebagai contoh, ketika seseorang bertambah tua, antibodi kehilangan keefektifannya, dan lebih sedikit penyakit baru yang dapat diperangi secara efektif oleh tubuh, yang menyebabkan stres sel dan akhirnya kematian. Memang, respon imun yang tidak teratur telah dikaitkan dengan penyakit kardiovaskular, peradangan, penyakit Alzheimer, dan kanker.22

Sel dan jaringan memiliki organ vital yang menurun mengakibatkan penuaan. Beberapa penyakit neurologis berisiko tinggi dengan bertambahnya umur, misalnya, Alzheimer, yang didiagnosis pada orang di atas 65 tahun.

Penemuan dasar molekuler dari proses yang terlibat dalam patologi mempelajari sistem model penuaan dapat membantu kita lebih memahami proses penuaan.

Pada tahap awal, gejala Alzheimer yang paling dikenal adalah ketidakmampuan untuk mendapatkan kembali ingatan. Studi terbaru menunjukkan bahwa sel-sel induk saraf endogen dalam hippocampus otak orang dewasa dapat terlibat dalam fungsi memori. Secara konsisten, fungsi sel induk saraf dalam hippocampus berkurang dengan meningkatnya penuaan.22

14

II.2.3 Perubahan pada Lanjut Usia

Dengan bertambahnya umur, banyak perubahan fisiologis yang terjadi, dan risiko penyakit kronis meningkat. Pada umur 60 tahun, beban utama kecacatan dan kematian, kehilangan pendengaran, melihat dan bergerak, dan penyakit tidak menular, termasuk penyakit jantung, stroke, gangguan pernapasan kronis, kanker dan demensia.23

Setelah mencapai puncaknya pada umur dewasa awal, massa otot cenderung menurun dengan bertambahnya umur, dan ini dapat dikaitkan dengan penurunan kekuatan dan fungsi muskuloskeletal. Salah satu cara mengukur fungsi otot adalah dengan mengukur kekuatan genggaman tangan, yang merupakan prediktor kuat kematian, terlepas dari pengaruh penyakit apa pun.23

Penuaan juga dikaitkan dengan perubahan signifikan pada tulang dan sendi. Dengan bertambahnya usia, massa tulang atau kepadatan, cenderung turun, khususnya di kalangan perempuan pascamenopause. Ini dapat berkembang ke titik di mana risiko patah tulang meningkat secara signifikan (suatu kondisi yang dikenal sebagai osteoporosis), yang berimplikasi serius pada kecacatan, penurunan kualitas hidup dan kematian.23

Tulang rawan artikular mengalami perubahan struktural, molekuler, seluler dan mekanis yang signifikan seiring bertambahnya umur, sehingga meningkatkan kerentanan jaringan terhadap degenerasi. Saat tulang rawan terkikis dan cairan di sekitar sendi berkurang, sendi menjadi lebih kaku dan rapuh.23

Penuaan sering dikaitkan dengan penurunan penglihatan dan pendengaran, meskipun ada perbedaan yang mencolok dalam bagaimana hal ini dialami pada tingkat individu. Gangguan pendengaran terkait umur (dikenal sebagai

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

presbikusis) adalah bilateral dan paling ditandai pada frekuensi yang lebih tinggi.

Ini hasil dari penuaan koklea; paparan lingkungan, seperti kebisingan;

kecenderungan genetik; dan peningkatan kerentanan dari stresor fisiologis.23 Perubahan ini dapat memiliki implikasi penting bagi kehidupan sehari-hari orang dewasa yang lebih tua. Gangguan pendengaran yang tidak diobati mempengaruhi komunikasi dan dapat berkontribusi pada isolasi sosial dan hilangnya otonomi, dengan kecemasan, depresi dan penurunan kognitif yang terkait. Dampak dari kehilangan pendengaran yang signifikan pada kehidupan individu sering tidak dihargai oleh orang-orang dengan pendengaran normal, dan kelambatan dalam memahami kata yang diucapkan biasanya disamakan dengan ketidakmampuan mental, sering menyebabkan individu yang lebih tua menarik diri lebih jauh untuk menghindari dicap "lambat" atau secara mental tidak memadai.23

Kulit mengalami penurunan yang progresif seiring bertambahnya umur yang dihasilkan dari kerusakan yang disebabkan oleh mekanisme fisiologis, kecenderungan genetik dan kerusakan eksternal, terutama paparan sinar matahari.

Perubahan terkait umur pada tingkat seluler dapat memiliki banyak pengaruh, termasuk penurunan kemampuan kulit untuk bertindak sebagai penghalang. Selain itu, hilangnya serat kolagen dan elastin di dermis dapat mengurangi kekuatan elastisitas kulit, dan atrofi vaskular progresif dapat membuat pasien lebih rentan terhadap dermatitis, borok dan robekan kulit.23

II.3 Geriatric Depression Scale (GDS)

Yesavage et.al pada tahun 1983, menemukan Geriatric Depression Scale (GDS) yang merupakan instrumen yang dikembangkan, mengenai konten dan

16

desain, untuk menilai gejala depresi dan skrining depresi di antara lanjut usia.

Gejala somatik seperti penurunan berat badan, gangguan tidur, dan pesimisme tentang masa depan, adalah gejala umum depresi di kalangan orang muda.

Namun, ini bisa terkait dengan penuaan itu sendiri, dan tidak termasuk dalam Geriatric Depression Scale, yang berfokus pada gejala kejiwaan. Terdapat 30 item dipilih untuk dimasukkan dalam skala. Geriatric Depression Scale dapat dikelola sendiri atau disajikan sebagai wawancara, dan pertanyaan-pertanyaannya memiliki format ya/tidak agar mudah dipahami bagi orang yang lebih tua. Versi Short Form telah disarankan untuk mengurangi masalah dalam menyelesaikan skala yang timbul dari kelelahan atau kesulitan konsentrasi. Versi 15 item disajikan oleh Sheikh dan Yesavage pada tahun 1986, berdasarkan pada item yang berkorelasi paling baik dengan gejala depresi dan sama-sama berhasil sebagai versi 30 item dalam membedakan antara mereka yang dengan dan tanpa depresi di antara orang-orang yang berusia 55 tahun dan lebih dan berada pada suatu komunitas.6,7

Geriatric Depression Scale short form adalah alat skrining dengan 15 pertanyaan untuk menilai depresi pada orang dewasa yang lebih tua yang membutuhkan waktu lima hingga tujuh menit untuk diisi dan dapat diisi oleh pasien atau dikelola oleh penyedia dengan pelatihan minimal dalam penggunaannya. Pertanyaan-pertanyaan fokus pada suasana hati.23

Geriatric Depression Scale short form (GDS-15) adalah pengembangan dari long form (GDS-30), penelitian oleh Yesavage memilih 15 item dari GDS yang memiliki korelasi tertinggi dengan gejala depresi dalam studi validasi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Pertanyaan-pertanyaan ini kemudian diatur dalam 15 item, satu halaman, format ya atau tidak yang mudah dimengerti.24,8

Pada sebuah studi yang dilakukan oleh Burke, menunjukkan bahwa form pertanyaan 30 item dan 15 item yang diekstraksi menghasilkan kurva Receiver Operating Caracteristic (ROC) terlihat sangat mirip. Dengan kata lain, uji 15 item menghasilkan tingkat sensitivitas dan spesifisitas yang sama dibandingkan dengan uji secara lengkap, menggunakan diagnosis klinis depresi sebagai rujukan atau &

“gold standard”. Untuk subjek lanjut usia yang baik pada fungsi kognitif, GDS short form berfungsi sebagai alat skrining yang sangat singkat dan efektif untuk depresi.25

Geriatric Depression Scale merupakan formulir singkat yang telah digunakan dalam pengaturan perawatan komunitas, akut, dan jangka panjang.

Geriatric Depression Scale Short Form terdiri dari 15 item yang membutuhkan jawaban “ya” atau “tidak” dan dapat diselesaikan dengan cepat. Meskipun alat itu sendiri menyatakan bahwa skor di atas 5 adalah sugestif untuk depresi dan skor yang sama dengan atau lebih besar dari 10 hampir selalu merupakan indikasi depresi, skor yang lebih rinci sering lebih membantu dalam penilaian depresi.

Skor terdiri dari :

 0 hingga 4 biasanya tidak memprihatinkan.

 5 hingga 8 menunjukkan depresi ringan.

 9 hingga 11 menunjukkan depresi sedang.

 12 hingga 15 menunjukkan depresi berat.26

Penilaian asli/long form. Versi 30 item skor total dihitung dengan menjumlahkan respons yang mendukung depresi. Menentukan item 1, 5, 7, 9, 15,

18

19, 21, 27 dan 29 secara negatif menunjukkan depresi, sementara secara positif mendukung 20 item yang tersisa mengindikasikan depresi.27

Short Form. Konsisten dengan bentuk panjang, skor total dihitung dengan menjumlahkan respons yang mendukung depresi. Mengesahkan item 1, 5, 7, 11 dan 13 secara negatif mengindikasikan depresi, sementara secara positif mendukung 10 item yang tersisa mengindikasikan depresi.27

Long Form. Skor Geriatric Depression Scale yang lebih tinggi mengindikasikan depresi yang lebih parah. Brink et.al, menyarankan skor Geriatric Depression Scale 1-10 dianggap normal, sedangkan skor Geriatric Depression Scale ≥ 11 mengindikasikan kemungkinan depresi; menggunakan skor cutoff 14 menghindari false-positive. Beberapa sumber menyediakan pedoman interpretatif berikut: 0-9 normal, 10-19 depresi ringan, dan 20-30 depresi berat.27

Short Form. Beberapa sumber melaporkan skor > 5 menunjukkan depresi dan > 10 menunjukkan kemungkinan depresi. Studi yang melibatkan pasien medis mengusulkan cutoff mulai dari 5-7. 27

Mitchell AJ et.al pada studi meta-analisis atas 15 studi yang menggunakan Geriatric Depression Scale-15, didapatkan sensitivitas 84,3% (95% CI 79,7-88,4%) dengan spesifisitas 73,8% (95% CI 68,0-79,2%). Jika responden menderita gangguan kognitif yang signifikan, sensitivitas turun menjadi 70,2%

(95% CI 47,7-88,5%) dengan spesifisitas naik menjadi 74,5% (95% CI 61,2-85,7%). Jika digunakan di perawatan rumah jangka panjang (Long Term Care [LTC] Home), sensitivitas dan spesifisitas menjadi 86,6% dan 72,3% dan jika digunakan pada pasien rawat jalan didapatkan sensitivitas dan spesifisitas menjadi 82,2% dan 74,5%.28

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Studi yang dilakukan oleh Yesavage dengan melakukan uji validitas dan reabilitas dengan membandingkan Geriatric Depression Scale pada versi 30 item dan Hamilton rating scale for depression (HRSD) didapatkan nilai reabilitas Geriatric Depression Scale = 0,94 dan HRSD = 0,82. Nilai validitas Geriatric Depression Scale = 0,82 dan HRSD = 0,83.6

II.4 Hamilton Rating Scale For Depression (HAM-D)

Hamilton Rating Scale For Depression (HAM-D) dikembangkan oleh Max Hamilton pada awal tahun 1960-an untuk memonitor depresi berat, dengan fokus pada simtomatologi somatik. Versi ini umumnya kebanyakan menggunakan 17 pertanyaan, walaupun versi dengan jumlah pertanyaan yang berbeda, meliputi 24 versi pertanyaan, telah digunakan pada beberapa penelitian.14 Hamilton rating scale for depression versi 17 item lebih banyak digunakan dalam standar penelitian-penelitian klinikal selama beberapa tahun terakhir dan paling banyak digunakan untuk penelitian-penelitian klinikal pada depresi. Pertanyaan dalam HAM-D dinilai 0 hingga 2 atau 0 hingga 4, dengan total nilai pada 17 pertanyaan dengan range dari 0 hingga 50; nilai ≤ 7 adalah normal, 8-13 ringan; 14-18 sedang; 19-22 berat; dan ≥ 23 sangat berat.29

Hamilton Rating Scale for Depression (HAM-D atau HRSD) adalah salah satu skala paling awal yang dikembangkan untuk depresi, dan merupakan skala klinis yang bertujuan menilai tingkat keparahan depresi di antara pasien. Hamilton Rating Scale for Depression asli mencakup 21 item, tetapi Hamilton menunjukkan bahwa empat item terakhir (variasi diurnal, depersonalisasi, gejala paranoid dan gejala obsesif kompulsif) tidak boleh dihitung terhadap skor total karena gejala-gejala ini tidak umum atau tidak mencerminkan keparahan depresi.29

20

Hamilton Rating Scale for Depression (HAM-D) adalah skala multidimensi dan ini menyiratkan bahwa skor item tertentu tidak dapat dianggap sebagai prediktor yang baik dari skor total. Ini juga berarti bahwa skor total identik dari dua pasien yang berbeda mungkin memiliki makna klinis yang berbeda (yaitu, peringkat yang sangat tinggi pada beberapa item dapat menghasilkan skor yang sama dengan peringkat moderat pada banyak item).

Sejumlah penelitian telah menunjukkan konsistensi internal dari berbagai versi Hamilton Rating Scale for Depression dengan jangkauan luas dari 0,48 hingga 0,92. Nilai-nilai alpha koefisien yang lebih tinggi dicapai dengan menggunakan wawancara terstruktur. Sebuah studi baru-baru ini melaporkan koefisien konsistensi internal 0,83 untuk HAM-D 17item. Nilai reliabilitas 0,81 dan Validitas Hamilton Rating Scale for Depression berkisar antara 0,65 hingga 0,90.29

Studi oleh Lichtenberg et.al pada tahun 1992, Vida, Des Rosiers, Carrier

& Gauthier tahun 1994a dengan cutoff 17, HRSD menunjukkan sensitivitas 90%

dan spesifisitas 92% pada pasien rawat inap ringan hingga sangat parah. Namun, cutoff tujuh efisiensi maksimal, mendapatkan nilai sensitivitas 90% dan spesifisitas 63%.30

Sebuah studi oleh Cahayani dengan menggunakan Hamilton Depression Rating Scale (HDRS) dengan 102 subyek di poli rawat inap Rumah Sakit Jiwa.

Soeharto Heerdjan dalam bahasa Indonesia memiliki sensitivitas 0,71 dan spesifisitas 0.69 dengan nilai cutoff sebesar 5. Nilai Cronbachs alpha dari Calgary Depression Scale for Schizophrenia (CDSS) dengan gold standard menggunakan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Hamilton Depression Rating Scale (HDRS) versi Bahasa Indonesia sebesar 0,74.31

II.5 Validitas dan Reliabilitas II.5.1 Validitas

Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas tinggi jika alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Tes yang menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan pengukuran dikatakan sebagai tes yang memiliki validitas rendah.16 Tipe validitas dikelompokkan, sebagai berikut :

a. Validitas konten (content validity)

Validitas konten sering dinilai dengan prosedur formal seperti konsensus atau faktor analisis.30 Validitas konten merupakan instrumen yang mengukur sejauh mana instrumen tersebut mewakili semua aspek sebagai kerangka konsep.

Apakah isi atau substansi ukurannya sudah mewakili muatan yang berupa sifat yang hendak diukur. Butir-butir dalam suatu tes harus dipertimbangkan mengenai keterwakilan materi yang terkait, yang berarti bahwa setiap butir harus dinilai sehubungan relevansinya dengan sifat yang diukur.34

b. Validitas konstruk (construct validity)

Suatu tes akan valid jika tes tersebut secara efisiensi mampu membedakan individu dalam hal pemilikan watak (trait) tertentu Instrumen dikatakan valid jika mampu menjelaskan, mengatur konstruk suatu instrumen, mengupayakan validasi

22

teori yang melatar belakangi tes tersebut. Terdapat tiga hal dalam validasi konstruk yaitu penyampaian mengenai kemungkinan pengaruh konstruk pada hasil tes, membuat hipotesis berdasarkan teori yang melibatkan konstruk tersebut dan menguji hipotesis tersebut secara empirik.34

c. Validitas kriteria (Criterion validity)

Validitas kriteria (terkadang disebut predictive atau concurrent validity) dengan cara membandingkan skor tes dengan satu atau lebih variabel eksternal atau kriteria yang diketahui dan diyakini merupakan pengukur atribut yang sedang dikaji. Pada validitas ini mengutamakan kemampuan tes dalam membuat prediksi.

Dalam validitas kriteria ini sering merupakan penelitian terapan yang pada dasarnya tertuju pada kriteria tertentu dan bukan pada prediktornya.34

d. Concurrent validity

Mengevaluasi dengan menggunakan “target-test” dan “gold standard”

pada saat yang sama. Pada tes statistik dengan menggunakan correlation tests.35

e. Predictive validity

Merupakan “target-test” diterapkan kemudian “gold standard”. Pada tes statistik dengan menggunakan correlation tests.35

f. Known-groups technique

Merupakan kelompok individu yang berbeda mengisi dalam penelitian dan hasil dari kelompok dibandingkan. Sebagai contoh, suatu tes menilai kualitas hidup dapat diterapkan pada kelompok pasien dengan penyakit kronis dan pada

Merupakan kelompok individu yang berbeda mengisi dalam penelitian dan hasil dari kelompok dibandingkan. Sebagai contoh, suatu tes menilai kualitas hidup dapat diterapkan pada kelompok pasien dengan penyakit kronis dan pada

Dokumen terkait