• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. dalam Pasal 27 ayat (2) UUD 1945 yang menyatakan: tiap-tiap warga negara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. dalam Pasal 27 ayat (2) UUD 1945 yang menyatakan: tiap-tiap warga negara"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Sejak negara ini didirikan, bangsa Indonesia telah menyadari bahwa pekerjaan merupakan kebutuhan asasi warga negara sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 27 ayat (2) UUD 1945 yang menyatakan: tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Dalam UUD 1945 juga disebutkan tentang ketenagakerjaan di dalam Pasal 28D ayat (2) yang menyatakan bahwa setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja. Hal tersebut berimplikasi pada kewajiban negara untuk memfasilitasi warga negara agar dapat memperoleh pekerjaan yang layak bagi kemanusiaan. Oleh karena itu, perlu perencanaan matang di bidang ketenagakerjaan untuk mewujudkan kewajiban negara tersebut.

Selama lebih dari setengah abad sejak kemerdekaan Republik Indonesia sampai dengan menjelang tahun 2000an telah menghasilkan sejumlah undang- undang di bidang perburuhan dengan tujuan utama memperbaiki kehidupan perburuhan.

Di Indonesia keberadaan sejumlah undang-undang perburuhan ternyata tidak mampu sepenuhnya mengubah kehidupan perburuhan menjadi lebih baik.

Sejumlah undang-undang sesungguhnya diharapkan mampu mengubah kehidupan perburuhan tetapi hanya mampu sekedar mengisi kekosongan atau kevakuman hukum saja. Oleh karena itu upaya terus menerus dilakukan oleh buruh dan semua unsur masyarakat yang mempunyai perhatian terhadap

(2)

2

perburuhan, kepada pihak yang berwenang agar mengadakan perubahan terhadap sejumlah undang-undang tersebut.1

Menurut pakar hukum perburuhan yaitu Molenaar berpendapat bahwa hukum perburuhan adalah bagian dari hukum yang berlaku yang pada pokoknya mengatur hubungan antara buruh dan majikan, buruh dengan buruh, dan buruh dengan penguasa.2Hubungan antara buruh dan majikan yang disebut hubungan kerja terjadi setelah diadakan perjanjian oleh buruh dengan majikan dimana buruh menyatakan kesanggupannya untuk bekerja pada majikan dengan menerima upah dan majikan menyatakan kesanggupannya untuk mempekerjakan buruh dengan membayar upah.

Dalam hubungan antara buruh dan majikan, secara yuridis buruh adalah bebas karena prinsip negara kita tidak seorang pun boleh diperbudak, maupun diperhamba. Semua bentuk dan jenis perbudakan, peruluran dan perhambaan dilarang, tetapi secara sosiologis buruh itu tidak bebas sebagai orang yang tidak mempunyai bekal hidup yang lain selain tenaganya dan kadang-kadang terpaksa untuk menerima hubungan kerja dengan majikan meskipun memberatkan bagi buruh itu sendiri, lebih-lebih saat sekarang ini dengan banyaknya jumlah tenaga kerja yang tidak sebanding dengan lapangan pekerjaan yang tersedia. Akibatnya tenaga buruh seringkali diperas oleh majikan dengan upah yang relatif kecil. Selain itu, tenaga kerja memiliki resiko dalam pekerjaannya. Mengingat hal tersebut perusahaan harus memberikan kepastian hukum kepada tenaga kerja. Dengan adanya kejelasan tujuan

1Budiono Rahmad Abdul, Hukum Perburuhan(Jakarta: PT.Indeks,2011) halaman 12.

2Zainal asikin, Dasar-Dasar Hukum Perburuhan(Jakarta: RajaGrafindo Persada,2012) halaman 2.

(3)

3

perlindungan hukum terhadap tenaga kerja dapat memberikan kepastian hukum yang jelas dalam pelaksanaannya sehingga tenaga kerja tidak dirugikan.

Perlindungan buruh dari kekuasaan majikan terlaksana apabila peraturan- peraturan dalam bidang perburuhan yang mengharuskan atau memaksa majikan bertindak seperti dalam perundang-undangan tersebut benar dilaksanakan semua pihak karena keberlakuan hukum tidak dapat diukur secara yuridis saja, tetapi juga diukur secara sosiologis, dan filosofis.3Perbedaan kedudukan secara ekonomi dan sosial antara tenaga kerja dan majikan menimbulkan hubungan subordinatif, sehingga menimbulkan posisi yang tidak seimbang.Dalam konteks inilah hukum dijadikan sarana guna memberikan perlindungan terhadap tenaga kerja, karena sebagai konsekuensi dari hubungan kerja muncul hak dan kewajiban yang harus dijaga dan dilindungi oleh hukum.

Penyandang Disabilitas juga merupakan bagian dalam masyarakat yang juga berhak mendapatkan pekerjaan sesuai dengan tingkat kecacatannya.

Perlindungan penyandang dalam dunia kerja pun khususnya sudah dibuat Peraturan Undang-Undang RI No 13 Tahun 2003 dalam Pasal 67 sudah dijelaskan bahwa pengusaha memperkerjakan penyandang disabilitas wajib memberikan perlindungan yang sesuai dengan tingkat dan kecacatannya meskipun hak penyandang disabilitaspun sampai sekarang sering mendapatkan diskriminasi ditempat kerja.4

Permasalahan mengenai hak dan kesempatan kerja bagi perempuan penyandang difabel (different ability) hingga saat ini masih menyisakan berbagai perdebatan terutama apabila dikaitkan dengan kebijakan negara dalam

3Ibid.,halaman 6.

4 Puthut Dwi Purtanto, “97 Perusahaan di Indonesia Masih Abaikan Penyandang Disabilitas”.(Online), (www.tribunnews.com/, diakses25 November 2017), 2014.

(4)

4

merespon isu ini.Meskipun Negara telah mengeluarkan regulasi tersebut, namun dalam faktanya di lapangan, penyandang difabel, masih kesulitan untuk dapat memperoleh pekerjaan, karena dalam prakteknya, perusahaan harus mengeluarkan biaya tambahan untuk menyediakan fasilitas khusus bagi penyandang difabel.

Berdasarkan penelitian Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia pada akhir 2016, estimasi jumlah penyandang disabilitas di Indonesia mencapai 12,15% dari populasi atau hampir 30 juta jiwa.

Dari jumlah tersebut, 10,29% di antaranya merupakan penyandang difabel kategori sedang, sementara 1,87% lainnya termasuk dalam kategori berat. Tingkat pendidikan yang diraih oleh difabel juga lebih minim dibandingkan non-difabel. Jika 87,31% masyarakat non- penyandang disabilitas berpendidikan setingkat SD ke atas, hanya 54,26% difabel yang bernasib serupa. 45,74% lainnya tidak lulus dan bahkan tidak pernah mengenyam pendidikan SD. Hal tersebut yang menjadi salah satu faktor penyebab dari rendahnya serapan tenaga kerja dari kelompok difabel ini. Berdasarkan data LPEM FEB UI, hanya 51,12% penyandang disabilitas yang berpartisipasi dalam pasar kerja.

Jumlah tersebut sangat rendah jika dibandingkan dengan pekerja non- difabel yang mencapai 70,40%. Bahkan, hanya 20,27% penyandang disabilitas kategori berat yang bekerja.5

Jika kaum disabilitas tidak bekerja, kecenderungannya adalah mereka akan bergantung hidup dengan keluarga. Jika keluarga pun lama-lama tidak mampu, berarti mereka akan semakin dimiskinkan karena hak-hak mereka tidak terpenuhi.

Pemerintah mewajibkan seluruh industri menyerap satu persen tenaga kerja dari penyandang disabilitas. Hal itu sesuai dengan Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 2016 tentang kewajiban bagi seluruh instansi pemerintah

5 Sakinah Ummu Hani, “Mengapa Partisipasi Penyandang Disabilitas dalam Bursa Kerja Minim?”. (Online), (www.rappler.com/, diakses 25 november 2017), 2016.

(5)

5

untuk memperkerjakan penyandang disabilitas dua persen dari jumlah karyawan dan satu persen untuk industri.6

Kenyataannya di Indonesia hak penyandang disabilitas untuk bekerja sangat minim.Banyak perusahaan yang belum memperkerjakan penyandang disabilitas tersebut. Hal ini tentunya sangat memprihatinkan mengingat peraturan Undang-Undang telah dibuat akan tetapi implementasinya masih jauh dari harapan.7

Selain itu, menyasar khusus kepada kelompok perempuan disabilitas, tentu saja permasalahan menjadi semakin kompleks, mengingat perempuan yang difabel mengalami stigmatisasi ganda, yaitu sebagai perempuan, dan juga sebagai difabel. Dalam faktanya, tansportasi publik yang ada di Indonesia saat ini, justru seringkali mempersulit mobilitas bagi kelompok difabel, disamping tingginya tingkat kekerasan seksual yang seringkali terjadi di atas alat transportasi umum. Mencermati kondisi transportasi di Indonesia, maka tidak salah apabila kemudian perempuan difabel semakin kesulitan untuk dapat melakukan mobilitasnya. Sementara ketika sudah terjun ke dunia kerja, tentu saja kebutuhan akanalat transportasi yang layak ini menjadi sebuah kebutuhan utama.

Dari sini saja sudah terlihat adanya ambiguitas antara regulasi yang disusun oleh Negara dengan implementasinya di lapangan.Terdapat inkoherensi antara kebutuhan kelompok difabel dengan serangkaian peraturan

6Diskonto, “Industri Wajib Serap Satu Persen Pekerja Disabilitas”.

(Online),(www.koran-jakarta.com/, diakses 6 November 2017), 2017.

7Justin Lase, “Diskriminasi Terhadap Penyandang Disabilitas”.

(Online),(justinlase.blogspot.com/, diakses 6 November 2017), 2017.

(6)

6

dari pemerintah.Meskipun hak-hak kerja bagi kelompok difabel ketika sudah memasuki dunia kerja.8

Berdasarkan hal tersebut maka peneliti ingin melaksanakan penelitian tentang “Perlindungan Hukum bagi Pekerja Perempuan Disabilitas menurut Undang-Undang RI Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan &

Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas”.

B. Perumusan Masalah

Bertitik tolak dari latar belakang penelitian tersebut di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan-permasalahan sebagai berikut :

a. Bagaimana perlindungan hukumbagi pekerja perempuan disabilitas menurut Undang-Undang RI Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan & Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas ?

b. Bagaimana akibat hukum terhadap keberlakuan pengaturan perlindungan hukumterhadap pekerja perempuan disabilitas menurut Undang-Undang RI Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan & Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitasbaik bagi pengusaha maupun pekerja perempuan penyandang disabilitas?

8Rifka Anisa, “Kebijakan Negara dalam Menjamin Kesempatan Kerja bagi Perempuan Penyandang Difabel : Dilema Regulasi dan Implementasi”.(Online), (rifkaanisa.blogdetik.com/, diaskes 4 November 2017), 2012.

(7)

7 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Sehubungan dengan penelitian yang akan dilakukan, tentunya ada tujuan dan manfaat yang hendak dicapai yaitu sebagai berikut :

a. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapaidalam penelitian ini antara lain sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui bentuk-bentuk perlindungan hukum terhadap pekerja perempuan disabilitas menurut Undang-Undang RI Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan & Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas.

2. Untuk mengetahui akibat hukum terhadap keberlakuan pengaturan perlindungan hukumterhadap pekerja perempuan disabilitas menurut Undang-Undang RI Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

& Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitasbaik bagi pengusaha maupun pekerja perempuan disabilitas.

b. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan masukan baik yang terkait secara langsung maupun tidak langsung yaitu :

1. Manfaat teoritis

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi ilmu pengetahuan khususnya dibidang hukum ketenagakerjaan.

(8)

8 2. Manfaat praktis

a. Manfaat bagi peneliti

Diharapkan bisa menambah wawasan tentang perlindungan hukum terhadap pekerja perempuan penyandang disabilitas.

b. Manfaat bagi Universitas

Bagi pihak Universitas khususnya bagi studi program Ilmu Hukum, diharapkan berguna sebagai literatur bagi peneliti mahasiswa selanjutnya yang akan melakukan penelitian yang sama. Hasil dari penelitian dapat bermanfaat untuk seluruh mahasiswa dalam mengembangkan pengetahuan dalam bidang ketenagakerjaan khususnya kajian pekerja perempuan penyandang disabilitas.

c. Manfaat bagi Pengusaha

Diharapkan bisa menjadi bahan pertimbangan bagi pengusaha atau instansi untuk meningkatkan perlindungan hukum bagi pekerja perempuan penyandang disabilitas.

D. Keaslian penelitian

Berdasarkan hasil penelusuran yang telah dilakukan oleh penulis, penulis menemukan judul diantaranya tentang :

1. “Perlindungan Hukum Bagi Pekerja Disabilitas terhadap Hak Memperoleh Pekerjaan” ditulis oleh Yani Ratnasari pada Tahun 2015 dari Universitas Udayana yang mengulas tentang perlindungan hukum ditinjau dari Undang-Undang RI No 13 Tahun 2013 tentang Ketenagakerjaan.

(9)

9

2. “Tenaga Kerja Wanita (Studi Tentang Perlindungan Hukum Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2013 tentang Ketenagakerjaan di PT. Adatex Boyolali)” ditulis oleh Taufan Bayu Aji pada Tahun 2010 dari Universitas Muhamadiyah Surakarta yang mengulas tentang perlindungan hukum ditinjau dari Undang-Undang RI No 13 Tahun 2013 tentang Ketenagakerjaan dengan studi kasus di PT. Adatex Boyolali.

3. “Tinjauan Yuridis Perlindungan Tenaga Kerja Wanita ditinjau dari UU RI No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan” ditulis oleh Imam Muchtarom pada Tahun 2010 dari Universitas Muhamadiyah Surakarta yang mengulas tentang perlindungan hukum ditinjau dari Undang-Undang RI No 13 Tahun 2013 tentang Ketenagakerjaan dengan studi kasus di PT. Aksara Pos Solo Surakarta.

4. “Perlindungan Hak-Hak bagi Para Pekerja Khusus di Indonesia menurut Undang-Undang No 13 Tahun 2013 tentang Ketenagakerjaan” ditulis oleh Rangga Setiyo Budi pada Tahun 2012 dari Universitas Wijaya Putera Surabaya yang mengulas tentang perlindungan hukum ditinjau dari Undang-Undang RI No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

Dalam penelitian skripsi ini penulis mengambil judul tentang

“Perlindungan Hukum bagi Pekerja Perempuan Disabilitas menurut Undang- Undang RI Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan &Undang-Undang

(10)

10

RI No 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas” merupakan karya tulis asli penulis dan belum diteliti oleh peneliti yang lain.

Kajian penelitian skripsi ini berbeda dari penelitian sebelumnya.

Penulis mengkaji dan mengambil rumusan masalah tentang bagaimana perlindungan hukum bagi pekerja perempuan disabilitas menurut Undang- Undang RI No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan & Undang-Undang RI No 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas. Perumusan masalah diatas berbeda dengan penelitian sebelumnya, maka penulis tertarik untuk mengambil judul ini sebagai judul skripsi.

E. Sistematika

Guna memahami lebih jelas penulisan skripsi ini, maka materi-materi yang ditulis dalalm penelitian ini dikelompokkan menjadi beberapa sub bab dengan sistematika penulisan skripsi sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan

Bab ini menjelaskan tentang informasi umum yaitu latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, keaslian penelitian serta sistematika penulisan skripsi.

BAB II : Tinjauan Pustaka

Bab ini berisikan teori yang berupa pengertian dan definisi yang diambil dari kutipan buku yang berkaitan dengan penyusunan skripsi serta beberapa literature yang berhubungan dengan penelitian.

(11)

11 BAB III : Metode Penelitian

Bab ini akan diuraikan mengenai metode yang akan dipergunakan dalam penelitian yaitu : jenis penelitian,spesifikasi penelitian, metode pengumpulan data, dan metode analisa data.

BAB IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab ini akan diuraikan hasil penelitian mengenai perlindungan hukum terhadap pekerja perempuan disabilitas menurut UU RI No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan & UU RI No 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas, serta akibat hukum terhadap keberlakuan pengaturan perlindungan hukum terhadap pekerja perempuan disabilitas baik bagi pengusaha maupun pekerja perempuan disabilitas.

BAB V : Penutup

Bab ini berisi kesimpulan dan saran sebagai jawaban singkat dan lengkap atas rumusan masalah serta bagian saran sebagai suatu sumbangan pemikiran dan masukan dalam khasanah hukum sehingga, melalui inidiharapakan dapat dijadikan bahan pertimbangan kedepan atau wacana yang positif terhadap penjelasan tentang masalah - masalah yang berkaitan dengan perlindungan hukum terhadap pekerja perempuan disabilitas menurut UU RI No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan & UU RI No 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas.

Referensi

Dokumen terkait

mengubahnya menjadi data digital dan melakukan dekomposisi spektrum cahaya (Ishafit, 2012).Merujuk dari permasalaahan di atas sehingga pengembangansoundcard laptopsebagai

Pada rentang nilai 65 – 79 terdapat 77 siswa masuk dalam kategori siap dan sebanyak 8,06% atau 15 siswa memiliki nilai antara 55 – 64 yang masuk kategori hampir siap.. Terdapat

pencapaian  yang  cukup  signifikan  baik  kondisi  steady  state  maupun  kondisi  acak.  Penelitian  ini  bisa  dikembangkan  untuk  struktur  yang  lebih 

10 Tahun 2011 tentang Penundaan Pemberian Izin Baru dan Penyempurnaan Tata Kelola Hutan Alam primer dan Lahan Gambut, maka arah kebijakan untuk peningkatan produksi di bidang

Simpulan dari penelitian ini adalah ata- rata nilai S-Score pada PT Lippo Cikarang, Tbk selama 5 tahun mengindikasikan perusahaan berada dalam kondisi keuangan yang

Negara Kesatuan Republik Indonesia meberikan hak-hak warganya yang di atur dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi menjamin kesejahteraan tiap- tiap warga

35 Lihat Pasal 36 Permensos 11/ 2018 Menyatakan bahwa :”Tim Koordinasi bantuan Sosial pangan Pusat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (3) huruf a bertugas

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada peneliti dalam hal pengembangan media pembelajaran mata pelajaran IPA kelas IV pada hasil belajar siswa di