PENGARUH OPERATING CAPACITY, RETURN ON ASSET, DAN SALES GROWTH TERHADAP FINANCIAL DISTRESS PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2015-2019
Aura Sanchia Budhi [email protected]
Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma
Sudaryono
[email protected] Fakultas Ekonomi Universitas
Gunadarma
ABSTRAKSI
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh operating capacity, profitabilitas, dan sales growth terhadap terjadinya financial distress pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2015-2019 untuk mengimplementasikan tujuan tersebut maka digunakan metode analisis regresi linear berganda dan menggunakan Metode Altman dengan nilai springate sebagai klasifikasi perusahaan yang mengalami financial distress.
Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari diperoleh dari situs resmi dan situs website yang dimiliki oleh masing-masing Perusahaan Manufaktur.
Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 181 Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2015-2019. Pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling. Perusahaan yang memenuhi kriteria untuk dijadikan sampel dalam penelitian ini berjumlah 9 perusahaan, 141 perusahaan merupakan perusahaan yang tidak masuk dalam perusahaan terbuka, 29 perusahaan tidak mempublikasikan laporan keuangan selama tahun 2019, dan 2 perusahaan merupakan perusahaan yang menyajikan laporan keuangan dalam bentuk dolar.
Hasil dari discriminant analysis dengan bantuan SPSS versi 25 menunjukkan bahwa Operating Capacity yang diukur dengan Total Asset Turnover mempunyai pengaruh yang signifikan dalam memprediksi terjadinya financial distress, Profitabilitas yang diukur dengan Return On Asset (ROA) mempunyai pengaruh yang signifikan dalam terjadinya financial distress di suatu perusahaan, sedangkan hasil dari sales growth yang diukur mempunyai pengaruh negatif dan signifikan dalam terjadinya financial distress di suatu perusahaan.
Kata Kunci: Operating Capacity, Return On Asset, Sales Growth, Financial Distress.
ABSTRACT
This research was conducted to determine the effect of operating capacity, profitability, and sales growth on the occurrence of financial distress in manufacturing companies listed on the Indonesia Stock Exchange (IDX) for the 2015-2019 period. To implement these objectives, multiple linear regression analysis method is used and uses the Altman Method with springate value as a classification of companies experiencing financial distress.
The type of data used is secondary data obtained from official websites and websites owned by each manufacturing company. The total population in this study were 181 manufacturing companies listed on the IDX for the 2015-2019 period. Sampling using purposive sampling method. There are 9 companies that meet the criteria to be sampled in this study, 141 companies are companies that are not included in public companies, 29 companies do not publish financial reports during 2019, and 2 companies are companies that present financial statements in dollar terms.
The results of discriminant analysis with the help of SPSS version 25 show that the Operating Capacity as measured by Total Asset Turnover has a significant effect in predicting the occurrence of financial distress, Profitability as measured by Return On Assets (ROA) has a significant effect on the occurrence of financial distress in a company, while the measured results of sales growth have a negative and significant effect in the occurrence of financial distress in a company.
Keywords: Operating Capacity, Return On Asset, Sales Growth, Financial Distress.
PENDAHULUAN Latar Belakang
Suatu perusahaan didirikan dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan melalui usaha pokok yang dijalankan.
Fenomena jatuh bangun dalam melakukan usaha merupakan suatu hal yang sudah biasa dihadapi oleh perusahaan. Ketika perusahaan mengalami kondisi kesulitan keuangan, maka akan menjadi pertimbangan bagi investor maupun kreditur yang akan menanamkan modalnya.
Laporan keuangan perusahaan menjadi sorotan investor dan kreditur dalam melihat kondisi keuangan perusahaan yang juga mempengaruhi pembuatan keputusan. Perusahaan perlu melakukan antisipasi ataupun perbaikan situasi kondisi kesulitan keuangan agar bisa bertahan dalam perkembangan perekonomian di indonesia dan persaingan yang sangat ketat.
Muhamad Zulfichrie (2018) mendefinisikan financial distress sebagai ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajiban keuangannya pada saat jatuh tempo yang dapat menyebabkan kebangkrutan perusahaan. Kebangkrutan sendiri biasanya dikaitkan dengan suatu keadaan atau situasi dimana perusahaan gagal atau tidak mampu lagi memenuhi kewajiban-kewajibannya. Munculnya kesulitan uang dapat memberikan peringatan dini (early warning) tentang terjadinya bahwa perusahaan akan memasuki masa kesulitan uang, peringatan awal tersebut terjadi, akan membuat perusahaan mencegah terjadinya kebangkrutan secara menyeluruh.
Sektor industri perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia dari tahun ke tahun mengalami perkembangan. Sehingga hal ini menimbulkan terjadinya persaingan
yang ketat antar perusahaan dalam meningkatkan kinerja perusahaan agar tujuan utama perusahaan dapat tercapai.
Hal ini dapat mendorong manajer perusahaan dalam kegiatan produksi, pemasaran serta strategi perusahaan.
Kegiatan tersebut berkaitan erat dengan memaksimalkan laba perusahaan di tengah persaingan ekonomi global.
Pengambilan keputusan pendanaan oleh manajer perusahaan perlu dilakukan secara optimal dan selektif. Penentuan struktur modal dilakukan dengan cara yang salah, maka akan berdampak luas terutama pada perusahaan yang menggunakan hutang dalam jumlah yang besar. Beban yang akan ditanggung perusahaan akan semakin besar dan meningkatkan risiko finansial yang akan mengakibatkan perusahaan mengalami pailit dikarenakan perusahaan tidak mampu memenuhi kewajiban tersebut.
Operating Capacity. atau sering disebut juga dengan rasio aktivitas yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menggunakan aset- asetnya secara efektif untuk menghasilkan penjualan. Operating capacity pada penelitian ini di proksikan dengan total asset turnover, yaitu dengan membandingkan nilai rata-rata total penjualan dengan rata-rata total aset yang dimiliki oleh perusahaan. Jika perhitungan operating capacity memiliki hasil yang rendah, dapat mengindikasikan bahwa perusahaan tidak efisien dalam menggunakan asetnya dan apabila tidak dapat diatasi, hal tersebut dapat mengakibatkan terjadinya financial distress. Hal ini sejalan dengan penelitian Andiyana (2018) yang menyatakan adanya pengaruh operating capacity terhadap kemungkinan terjadinya financial distress. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan Reta (2017) yang mendapatkan kesimpulan bahwa operating capacity tidak memiliki
pengaruh terhadap kemungkinan terjadinya financial distress.
Rasio profitabilitas adalah rasio yang menunjukkan besarnya laba yang menunjukkan besarnya laba yang diperoleh sebuah perusahaan dalam periode tertentu. Rasio ini digunakan untuk menilai seberapa efisien pengelola perusahaan dapat mencari keuntungan atau laba untuk setiap penjualan yang dilakukan. Rasio ini merupakan ukuran yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam melakukan peningkatan penjualan dan menekan biaya-biaya yang terjadi. Selain itu, rasio ini menunjukkan kemampuan perusahan dalam memanfaatkan seluruh dana yang dimiliki untuk mendapatkan keuntungan maksimal. Dalam penelitian pada rasio profitabilitas yang digunakan yaitu Return On Asset (ROA), adalah rasio yang menunjukan seberapa besar kontribusi ekuitas dalam menciptakan laba bersih. Dengan kata lain, rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar jumlah laba bersih yang akan dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total ekuitas.
Rasio pertumbuhan mengacu pada teori yang dijelaskan Harahap (2011) yang menyatakan bahwa rasio pertumbuhan menggambarkan persentase pertumbuhan pos-pos perusahaan dari tahun ke tahun. Rasio ini di antaranya yaitu pertumbuhan penjualan (sales growth) dan kenaikan laba bersih. Pertumbuhan penjualan itu sendiri mencerminkan kemampuan suatu perusahaan dalam meningkatkan penjualan produk yang dihasilkannya, baik peningkatan frekuensi penjualan ataupun peningkatan volume penjualan.
Perusahaan yang berhasil menjalankan strateginya dalam hal pemasaran dan penjualan produknya, akan meningkatkan sales growth perusahaan.
Tingginya tingkat sales growth tersebut mengindikasikan perolehan laba yang
besar. Sehingga, apabila tingkat sales growth suatu perusahaan tinggi berarti kondisi keuangan perusahaan tersebut cukup stabil dan jauh dari financial distress, karena terbukti dengan penjualan yang dapat terus bertumbuh.
Pentingnya meninjau financial distress perusahaan yang digunakan untuk mengetahui kondisi perusahaan saat ini dan yang akan datang, maka penulis tertarik mengambil judul
“Pengaruh Operating Capacity, Return On Asset, dan Sales Growth Terhadap Financial Distress pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2015-2019”.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, penulis dapat merumuskan beberapa masalah dari penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh operating capacity secara parsial terhadap terjadinya kondisi financial distress pada perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2015-2019?
2. Bagaimana pengaruh return on assets secara parsial terhadap terjadinya kondisi financial distress pada perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2015-2019?
3. Bagaimana pengaruh sales growth secara parsial terhadap terjadinya kondisi financial distress pada perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2015-2019?
4. Bagaimana pengaruh operating capacity, return on assets, dan sales growth secara simultan terhadap financial distress pada perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2015- 2019?
Batasan Masalah
Agar penulisan skripsi ini lebih terfokus maka penulis menetapkan pembatasan masalah hanya pada suatu masalah yang berkaitan dengan rasio operating capacity, return on assets, dan sales growth pada perusahaan manufaktur yang ada di Bursa Efek Indonesia berdasarkan laporan keuangan periode 2015-2019 serta variabel yang mempengaruhi tingkat rasio-rasio tersebut dengan menggunakan alat analisa pada rasio keuangan atau statistical package for social science.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas, tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh operating capacity secara parsial terhadap terjadinya kondisi financial distress pada perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2015-2019.
2. Untuk mengetahui pengaruh return on assets secara parsial terhadap terjadinya kondisi financial distress pada perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2015-2019.
3. Untuk mengetahui pengaruh sales growth secara parsial terhadap terjadinya kondisi financial distress pada perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2015-2019.
4. Untuk mengetahui pengaruh operating capacity, return on assets, dan sales growth secara simultan terhadap financial distress pada perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
KERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS
Agency Theory (Teori Keagenan)
Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan teori keagenan sebagai hubungan antara agent (manajer) dan principal (pemilik usaha), di dalam hubungan keagenan terdapat suatu kontrak dimana satu orang atau lebih (principal) memberikan tugas kepada orang lain (agent) untuk melakukan suatu jasa atas nama principal dan memberi wewenang kepada agen untuk membuat keputusan yang terbaik bagi principal.
Agent yang memiliki akses informasi perusahaan dituntut untuk selalu transparan dalam pengelolaan perusahaan. Laporan keuangan yang dibuat oleh manajer merupakan bentuk pertanggungjawaban kepada pemegang saham. Satu kesalahan yang diambil oleh manajer dalam pengambilan keputusan dapat mengakibatkan kerugian besar bagi perusahaan dan dapat berakibat pada kesulitan keuangan atau financial distress (Fatmawati, 2017).
Laporan Keuangan
Dalam melakukan analisis untuk mengetahui kondisi baik atau buruknya sebuah perusahaan, tidak bisa terlepas dari laporan keuangan. Perlu adanya pembahasan singkat mengenai laporan keuangan untuk mempermudah dalam melakukan analisis untuk melihat kinerja atau kondisi dari sebuah perusahaan apakah baik atau buruk. Laporan keuangan disusun dengan maksud untuk menyediakan informasi keuangan suatu perusahaan kepada para pihak-pihak yang berkepentingan, sebagai bahan pertimbangan ketika pihak-pihak yang berkepentingan tersebut akan mengambil keputusan. Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi yang disusun menurut prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku.
Financial Distress
Financial distress merupakan suatu kondisi yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan menurun yang terjadi sebelum kebangkrutan atau likuidasi (Platt dan Platt, 2002). Kondisi keuangan perusahaan menurun terlihat dalam situasi dimana arus kas operasi perusahaan tidak memadai untuk melunasi kewajiban-kewajiban lancar perusahaan seperti utang dagang atau beban bunga.
Elloumi dan Gueyie (2001) mengkategorikan perusahaan dengan financial distress bila selama dua tahun berturut-turut mengalami laba bersih negatif (Kurniasari, 2009). Perusahaan yang berada dalam kesulitan keuangan sebagai perusahaan yang memiliki interest coverage ratio kurang dari satu.
Financial distress terjadi karena adanya kesalahan dalam pengambilan keputusan serta kurangnya upaya mengawasi kondisi keuangan perusahaan sehingga penggunaan uang tidak sesuai dengan keperluan perusahaan atau pengeluaran lebih besar daripada pemasukan.
Kondisi financial distress dapat terjadi di berbagai perusahaan dan dapat menjadi pertanda atau sinyal bahwa adanya potensi kebangkrutan yang mungkin dialami perusahaan (Dwijayanti, 2010).
Rasio Keuangan
Rasio keuangan merupakan salah satu model yang dapat digunakan untuk menyatakan pandangan terhadap 4 salah satu model yang digunakan untuk menyatakan pandangan terhadap kondisi yang mendasari, yaitu kondisi financial perusahaan (Yuanita, 2010).
Rasio keuangan bermanfaat dalam memprediksi kesulitan keuangan bisnis untuk periode satu sampai lima tahun sebelum bisnis tersebut benar-benar bangkrut. Rasio keuangan yang digunakan untuk memprediksi kondisi financial distress perusahaan sektor manufaktur adalah operating capacity
yang diukur dengan TATO, profitabilitas yang diukur dengan ROA, dan sales growth.
Rasio Operating Capacity Terhadap Financial Distress.
Perusahaan dapat meningkatkan penjualan dan labanya dengan dipakainya aset perusahaan untuk kegiatan operasi, sehingga akan meningkatkan produksi perusahaan.
Semakin tinggi angka perputaran total aktiva suatu perusahaan itu menunjukkan kinerja perusahaan pun semakin baik dan kemungkinan perusahaan mengalami kesulitan keuangan pun menjadi kecil.
Arus kas operasi mencakup pengaruh kas dari transaksi yang menghasilkan pendapatan dan beban, kemudian dimasukkan dalam penentuan laba bersih (Kieso, 2011). Arus kas operasi ini dianggap menjadi ukuran terbaik untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam memperoleh dana yang cukup untuk melanjutkan usahanya.
Menurut Radiansyah (2013), arus kas operasi dapat dijadikan indikator oleh pihak kreditor untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan, hal ini disebabkan arus kas operasi sangat terkait dengan aktivitas utama perusahaan dan menggambarkan kondisi perusahaan dalam memprediksi financial distress. Ketika perusahaan sudah mengalami arus kas negatif maka perusahaan akan kesulitan dalam menjalankan operasionalnya serta membayar kewajiban-kewajibannya dan apabila kondisi tersebut tidak ditangani secara cepat dan tepat maka kemungkinan perusahaan akan mengalami kesulitan keuangan.
Hipotesis 1 : Operating Capacity berpengaruh terhadap kondisi financial distress pada perusahaan sector
manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2015-2019.
Rasio Profitabilitas Terhadap Financial Distress
Dalam rasio ini yang diproksikan dengan variabel return on asset. Return On Assets merupakan rasio yang digunakan untuk melihat sejauh mana investasi yang telah ditanamkan mampu memberikan pengembalian keuntungan sesuai dengan yang diharapkan menurut Kasmir (2014). Rasio ini untuk menunjukan keberhasilan perusahaan didalam menghasilkan keuntungan.
Investor yang potensial akan menganalisis dengan cermat kelancaran sebuah perusahaan dan kemampuannya untuk mendapatkan keuntungan.
Semakin baik ROA maka semakin baik menggambarkan kemampuan tingginya perolehan keuntungan perusahaan.
Hipotesis 2 : Return On Asset tidak berpengaruh terhadap kondisi financial distress pada perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2015-2019.
Rasio Sales Growth Terhadap Financial Distress
Sales Growth merupakan suatu indikator permintaan dan daya saing perusahaan dalam suatu industri. Tahap pertumbuhan suatu perusahaan dapat berpengaruh pada kemampuan untuk mempertahankan keuntungan dalam mendanai kesempatan-kesempatan dimasa yang akan mendatang. Tingkat pertumbuhan penjualan yang tinggi akan meningkatkan pendapatan perusahaan sehingga pembayaran dividen pun juga akan cenderung meningkat.
Semakin tinggi rasio sales growth maka semakin kecil kemungkinan
perusahaan mengalami kondisi financial distress, karena tingginya pertumbuhan pos-pos perusahaan dari tahun ke tahun, seperti kegiatan penjualan. Tingginya laba yang diperoleh perusahaan mencerminkan penjualan yang meningkat atau penjualan yang baik, sehingga indikasi perusahaan mengalami kondisi financial distress semakin kecil. Semakin rendah rasio sales growth maka semakin besar kemungkinan perusahaan mengalami kondis financial distress, karena perusahaan tidak mendapatkan laba atas penjualan dan penjualan pada tahun tersebut lebih kecil dari penjualan pada tahun sebelumnya.
Hipotesis 3 : Sales Growth berpengaruh terhadap kondisi financial distress pada perusahaan sector manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2015-2019.
Model Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan penulis, dimunculkan kerangka berfikir untuk menjelaskan pengaruh Operating Capacity, Profitabilitas, dan Sales Growth terhadap financial distress pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Berikut gambar pemikiran skematis:
Keterangan:
= Parsial
= Simultan Gambar 2.1 Model Penelitian
Dari model penelitian tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa Operating Capacity, Return On Assets (ROA), dan Sales Growth akan mempengaruhi financial distress.
METODOLOGI PENELITIAN Klasifikasi Populasi dan Sampel
Populasi adalah mengacu pada keseluruhan kelompok orang, kejadian, atau hal-hal menarik yang ingin di investigasi oleh peneliti (Sekaran, 2017).
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Periode pengamatan selama 5 tahun, yakni periode 2015- 2019. adapun teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah puposive sampling yaitu sampel dipilih sesuai dengan kriteria tertentu.
Sampel penelitian merupakan perusahaan yang telah memenuhi kriteria tertentu terkait definisi operasional variabel. Berikut ini adalah kriteria dalam pengambilan sampel penelitian adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam periode 2015-2019.
2. Perusahaan sektor manufaktur yang tidak masuk status perusahaan terbuka dan melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia tahun 2019.
3. Perusahaan sektor manufaktur yang tidak mempublikasikan laporan keuangan selama tahun 2015-2019.
4. Perusahaan sektor manufaktur yang tidak menyajikan laporan keuangan dalam bentuk rupiah.
Jenis dan Sumber Data Financial
Distress H1 = Operating
Capacity H2 = Return On
Assets (ROA) H3 = Sales
Growth
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa laporan keuangan tahunan Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2015- 2019. Data tersebut diperoleh dari situs resmi dan situs website yang dimiliki oleh masing-masing Perusahaan Manufaktur
Data sekunder berupa laporan keuangan perusahaan PT. Astra Internasional, PT. HM Sampoerna, PT.
Charoen Pokphand Indonesia, PT. Japfa Comfeed Indonesia, PT. Solusi Bangun Indonesia, PT. Kalbe Farma, PT. Astra Otoparts, PT. Fajar Surya Wisesa, dan PT. KINO periode 2015-2019 terdiri dari Laporan Posisi Keuangan dan Laporan Laba Rugi diperoleh melalui website pada masing masing perusahaan dengan alamat website, sebagai berikut:
Website Perusahaan https://www.astra.co.id/
https://www.sampoerna.com/
https://cp.co.id/en/
https://www.japfacomfeed.co.id/
https://solusibangunindonesia.com/
https://www.kalbe.co.id/
https://www.astra-otoparts.com/
http://www.fajarpaper.com/
https://www.kino.co.id/en/
Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data dan informasi yang dibutuhkan dalam penyelesaian penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Studi Pustaka pada penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan cara mencari, membaca, dan mempelajari buku-buku, jurnal, dan
media lain yang berhubungan dengan topik masalah dalam penelitian ini.
b. Dokumentasi pada penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder yang digunakan untuk menyelesaikan masalah ini yaitu pengambilan data melalui dokumen tertulis maupun elektronik dari lembaga atau institut yang digunakan sebagai pelengkap data yang lain.
Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian meliputi variable dependen yaitu financial distress, dan variable independent adalah rasio aktivitas (operating capacity) yang diukur dengan total asset turnover, rasio profitabilitas yang diukur dengan return on asset, dan rasio pertumbuhan yang diukur dengan sales growth.
Definisi Operasional Variabel Financial Distress
Financial distress merupakan suatu kondisi yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan menurun yang terjadi sebelum kebangkrutan atau likuidasi (Platt dan Platt, 2002). Kondisi keuangan perusahaan menurun terlihat dalam situasi dimana arus kas operasi perusahaan tidak memadai untuk melunasi kewajiban-kewajiban lancar perusahaan seperti utang dagang atau beban bunga.
Kondisi financial distress dapat dihitung dengan menggunakan metode Springate dikembangkan pada tahun 1978 oleh Gordon L.V. Springate, metode potensi kebangkrutan ini dibuat dengan mengikuti metode Multiple Discriminant Analysis yang dikembangkan oleh Altman Z-score dalam mempotensi kebangkrutan.
Springate menggunakan rasio keuangan sebagai alat untuk mengukur
kebangkrutan pada suatu perusahaan.
Menggunakan 4 dari 19 rasio yang ada.
Adapun rumus yang telah ditemukan oleh Gordon L.V. Springate dalam penelitian sinarti dan sembiring (2015) dengan istilah (SScore).
S = 1,03 X1 + 3,07 X2 + 0,66 X3 + 0,4 X4
Dimana:
X1 = Working Capital/Total Assets X2 = Earnings Before Interest and
Taxes/Total assets
X3 = Profit Before Taxes/Current liabilities
X4 = Sales/Total Assets
Adapun keterangan dari masing-masing rumus sebagai berikut:
a. Working Capital to Total Assets (Modal Kerja Terhadap Total Aktiva)
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan modal kerja bersih dari keseluruhan total aktiva yang dimiliki. Rasio ini dihitung dengan membagi modal kerja bersih dengan total aktiva. Modal kerja bersih diperoleh dengan cara aktiva lancar dikurangi dengan kewajiban lancar.
b. Earning Before Interest and Taxes to Total Assets (Laba Sebelum Pajak dan Bunga dibagi Total Aktiva)
Rasio ini digunakan untuk mengukur produktivitas yang sebenarnya dari aktiva perusahaan.
Rasio tersebut untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan.
c. Earning Before Taxes to Current Liabilities (Laba sebelum Pajak dibagi Kewajiban Lancar)
Rasio ini digunakan untuk
mengetahui kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba dari total kewajiban.
d. Sales to Total Assets (Penjualan dibagi dengan Total Aktiva)
Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi penjualan dalam memanfaatkan asset yang dimiliki untuk menghasilkan dan mendapatkan laba. Hasil dari perhitungan Springate mengemukakan kriteria penilaian menunjukkan perusahaan dalam kondisi keuangan yang sehat dan tidak mempunyai permasalahan dengan keuangan (Taqwa, 2013).
Operating Capacity
Operating capacity yang diproksikan total asset turn over dapat mengetahui suatu efektivitas penggunaan aset dalam menghasilkan penjualan. Perusahaan yang memiliki tingkat operating capacity yang rendah dapat menunjukkan bahwa perusahaan mengalami financial distress. Rumus yang digunakan untuk menghitung rumus Total Asset Turn Over (TATO) adalah sebagai berikut:
TATO = Penjualan
Total Aktiva𝑥 100%
Profitabilitas
Rasio Profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Return On Assets (ROA). Return On Assets merupakan rasio yang digunakan untuk melihat sejauh mana investasi yang telah ditanamkan mampu memberikan pengembalian keuntungan sesuai dengan yang diharapkan menurut Kasmir (2014). Rumus yang digunakan untuk menghitung rumus Return On Asset (ROA) adalah sebagai berikut:
ROA = Laba bersih
Total Aktiva 𝑥 100%
Sales Growth
Sales growth merupakan rasio yang
menggambarkan kemampuan
perusahaan mempertahankan posisi ekonominya ditengah pertumbuhan
perekonomian dan sektor usahanya (Kasmir, 2012).
1) - Penjualan(t Total
1) - Penjualan(t Total (t) - Penjualan Total
= Growth Sales
Teknik Analisis
Pengujian hubungan antara variabel sales growth, profitabilitas (Return On Asset), leverage (Debt Equity Ratio) dan operating capacity (Total Asset Turnover) terhadap kondisi financial distress menggunakan analisis regresi linear berganda, karena penggunaan teknik analisis regresi ini untuk mencari pengaruh dari dua atau lebih variable independent terhadap variable dependen.
Model analisis regresi linear berganda sebagai berikut:
Y = a +β1X1 + β2X2 +β3X3 + β4X4 + e
Keterangan:
α = Konstanta
β1 = Koefisien regresi rasio operating capacity
β2 = Koefisien regresi rasio profitabilitas
β3 = Koefisien regresi rasio sales growth
X1 = Rasio Operating Capacity (TATO)
X2 = Rasio Profitabilitas (ROA) X3 = Sales Growth
€ = Error Uji Hipotesis Uji Parsial (Uji t)
Pengujian ini menggunakan tingkat signifikansi 5 % (α0,05). Kriteria pengujian t adalah sebagai berikut:
1. Apabila nilai probabilitas signifikansi < 0,05 maka Ho ditolak dan H1 diterima yang artinya variabel independen secara parsial berpengaruh terhadap variabel dependen.
2. Apabila nilai probabilitas signifikansi > 0.05 maka Ho diterima dan H1 ditolak yang artinya variabel independen secara parsial tidak berpengaruh terhadap variabel independen.
HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Statistik Deskriptif
Tujuan dilakukan pengujian ini adalah untuk memberikan gambaran mengenai mengenai pengaruh variabel independen terhadap variable dependen.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini ditunjukkan pada tabel berikut:
Descriptive Statistics N Min Max Mean
Std.
Deviat ion FD 45 -0.21 5.406 1.588 1.362 OC 45 0.478 2.343 1.177 0.543 ROA 45 -0.04 0.3 0.094 0.084 SG 45 -0.17 0.355 0.073 0.107 Valid
N 45
Berdasarkan tabel diatas hasil pengujian menunjukkan jumlah data (N) sebanyak 45 data. Hasil analisis dengan menggunakan statistik deksriptif terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi perusahaan dalam melakukan financial distress diketahui bahwa terdapat tiga variabel yaitu operating capacity, profitabilitas (ROA), dan sales growth.
Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas
Hasil uji normalitas ditunjukkan pada tabel berikut:
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 45
Mean 0
Normal Parametersa,b
Std.
Deviation 0.27347921 Most
Extreme Differences
Absolute 0.1
Positive 0.1
Negative -0.09
Test Statistic 0.1
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d Berdasarkan pengujian statistik One Sample Kolmogrov-Smirnov pada tabel 4.7, ditemukan angka pada tabel Asymp Sig sebesar 0,2, dengan demikian termasuk kurva berdistribusi normal.
Karena berdasarkan tabel 4.7 nilai kolmogorov diatas 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa antara variabel X1
(Operating Capacity), variabel X2
(Return On Assets), variabel X3 (Sales Growth), dan vaiabel Y (Financial Ditress) berdistribusi normal atau memenuhi syarat uji normalitas.
Uji Multikolinieritas
Hasil Uji Multikolinieritas ditunjukkan pada table berikut:
Coefficientsa
Model Collinearity Statistics Tolerance VIF
(Constant)
Operating Capacity (X1)
0.32 3.121
ROA (X2) 0.323 3.098
Sales Growth (X3)
0.968 1.033
Berdasarkan tabel diatas, bisa kita lihat output coefficient pada kolom VIF. Dapat diketahui bahwa nilai VIF untuk variabel X1 (Operating Capacity) sebesar 3,121. Variabel X2 (Return On Assets) sebesar 3,098. Variabel X3 (Sales Growth) sebesar 1,033. Karena nilai VIF kurang dari 10, maka dapat disimpulkan
bahwa pada model regresi tidak ditemukan masalah Multikolinieritas.
Uji Autokorelasi
Hasil uji autokorelasi penelitian ini ditunjukkan pada gambar:
Model Summaryb Model R Adjusted
R Square
Durbin- Watson 1 .980a 0.957 1.363 Berdasarkan pada tabel 4.9, hasil uji autokorelasi menunjukkan nilai Durbin- Watson sebesar 1.363 atau berada diantara -2 dan +2. Maka dapat disimpulkan tidak terjadi autokorelasi.
Uji Heteroskedastisitas
Hasil uji heteroskedastisitas penelitian ini ditunjukkan pada gambar:
Berdasarkan output pada gambar scatterplot diatas dapat diketahui bahwa titik-titik tidak membentuk pola yang jelas, dan titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah heteroskedastisitas.
Analisis Regresi Linier Berganda Hasil dari regresi linear berganda ditunjukkan pada table berikut:
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients B Std.Error (Constant) -0.403 0.115
OC 0.871 0.139
ROA 10.942 0.885
SG -0.798 0.405
Y = a +β1X1 + β2X2 +β3X3 + β4X4 + e
Maka
Y = - 0,403 + 0,807 OC + 10,942 ROA - 0,789 SG + e
Dari persamaan tersebut di atas dapat dijelaskan:
Y = Financial Distress
a= Angka konstanta dari Unstandardized Coefficients sebesar -0,403 menunjukkan bahwa jika tidak ada peningkatan nilai Operating Capacity, Return On Assets, dan Sales Growth maka Financial Distress pada perusahaan akan tetap sebesar -0,403.
β1= Koefisien regresi Operating Capacity (X2) sebesar 0,807 menunjukkan arah hubungan positif (searah) antara OP dengan financial distress perusahaan Manufaktur, hal ini berarti jika variabel OP naik 1 satuan maka financial distress perusahaan Manufaktur akan naik sebesar 0,807.
β2= Koefisien regresi Return On Assets (X2) sebesar 10,942 menunjukkan arah hubungan positif (searah) antara ROA dengan financial distress perusahaan Manufaktur, hal ini berarti jika variabel ROA naik 1 satuan maka harga saham perusahaan Manufaktur akan naik sebesar 10,942.
β3= Koefisien regresi Sales Growth (X3) sebesar -0,798 menunjukkan arah hubungan negatif (berlawanan arah) antara SG dengan financial distress perusahaan Manufaktur, hal ini berarti jika variabel SG naik 1 satuan maka financial distress perusahaan Manufaktur akan turun sebesar -0,798.
Uji Hipotesis
Pengaruh Operating Capacity secara parsial terhadap Financial Distress
Penelitian ini menujukkan nilai koefisien regresi memiliki arah positif sebesar 0,871 dan nilai signifikan yang lebih kecil dari nilai signifikan yang disyaratkan yaitu sebesar 0,000 < 0,05.
Hal ini berarti bahwa hasil analisis dalam regresi ini menerima (H1) yang menyatakan bahwa operating capacity berpengaruh positif terhadap financial distress.
Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Widhiari dan Merkusiwati (2015) menunjukkan bahwa operating capacity berpengaruh terhadap financial distress dan juga Hanifah dan Purwanto (2013) dalam penelitiannya juga menyimpulkan bahwa operating capacity berpengaruh terhadap financial distress. sedangkan hasil penelitian ini tidak sejalan dengan Yeni yustika (2014).
Pengaruh Return On Asset secara parsial terhadap Financial Distress
Penelitian ini menujukkan nilai koefisien regresi memiliki arah positif yaitu sebesar 10,942 dan nilai signifikan yang lebih kecil dari nilai signifikan yang disyaratkan yaitu sebesar 0,000 <
0,05. Artinya, semakin tinggi ROA yang dicapai oleh perusahaan Manufaktur tercatat di Bursa Efek Indonesia maka akan dapat meningkatkan financial distress. Hal ini berarti bahwa hasil analisis dalam regresi ini menerima (H2) yang menyatakan bahwa return on asset berpengaruh positif terhadap financial distress.
Hasil penelitian ini konsisten dengan Penelitian yang dilakukan oleh Rahmadani (2014) yang menunjukkan bahwa rasio likuiditas, rasio profitabilitas, rasio rentabilitas ekonomis dan rasio leverage memiliki pengaruh yang signifikan terhadap financial distress. Penelitian ini juga
diperkuat oleh hasil penelitian Baimwera dan Muriuki (2014) bahwa rasio profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap kondisi financial distress.
Pengaruh Sales Growth secara parsial terhadap Financial Distress
Penelitian ini menujukkan nilai koefisien regresi memiliki arah negatif sebesar -0,798 dan nilai signifikan yang lebih besar dari nilai signifikan yang disyaratkan yaitu sebesar 0,056 > 0,05.
Hal ini berarti bahwa hasil analisis dalam regresi ini menolak (H3) yang menyatakan bahwa sales growth berpengaruh negatif terhadap financial distress.
Hasil ini sejalan dengan penelitian Almilia dan Kristijadi (2003) dan Atika (2013) yang menyatakan bahwa rasio sales growth tidak mampu mempengaruhi financial distress. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan Widiari merkusiwati dan Ni luh made ayu (2015) dan Wiwin Putri Rahayu dan Dani Sopian (2016) yang menyebutkan sales growth berpengaruh terhadap financial distress.
Pengaruh Operating Capacity, Return On Asset, dan Sales Growth secara simultan terhadap Financial Distress
Karna F hitung>nilai signifikan (0,000), maka Operating Capacity, Return On Assets, dan Sales Growth secara simultan mempengaruhi financial distress perusahaan Manufaktur
Menunjukkan bahwa variabel dependen yaitu financial distress dipengaruhi oleh ketiga variabel independen yaitu Operating Capacity, Return On Assets, dan Sales Growth sebesar 96%.
Sedangkan sisanya yaitu 4% (100% - 96%) financial distress dipengaruhi variabel independen lain yang belum diteliti dalam penelitian ini.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang pengaruh Operating Capacity, Return On Assets (ROA), dan Sales Growth terhadap financial distress pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan periode 2015 – 2019, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Variabel Operating Capacity berpengaruh secara parsial dan positif terhadap financial distress pada perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2015-2019.
2. Variabel Return On Assets (ROA) berpengaruh secara parsial dan positif terhadap financial distress pada perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2015-2019.
3. Variabel Sales Growth tidak berpengaruh secara parsial dan negatif terhadap financial distress pada perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2015-2019.
4. Variabel Operating Capacity, Return On Assets (ROA), dan Sales Growth berpengaruh secara simultan terhadap financial distress pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan, maka peneliti memberikan saran-saran sebagai berikut:
1. Untuk peneliti selanjutnya, bisa menambah sektor lain didalam BEI seperti pertambangan, perbankan dan keuangan, dan real estate. Selain itu juga dapat memasukkan variabel independen lain seperti: kepemilikan
asing, return on equity, debt ratio, dll.
2. Bagi para investor dan calon investor yang ingin melakukan investasi sebaiknya harus teliti dan cermat dalam memilih perusahaan dan sebaiknya tidak berinvestasi pada perusahaan yang diprediksi mengalami financial distress.
3. Bagi perusahaan manajemen harus dapat mengenali lebih dini tanda- tanda kebangkrutan usaha dengan melakukan analisis terhadap laporan keuangannya sehingga dapat mengambil kebijakan sesegera mungkin guna mengatasi menghindarkan perusahaan dari kondisi financial distress.
DAFTAR PUSTAKA
Aini, S., & Fatmawati, E. W. (2017). Analisis Usaha Home Industri Kerupuk Rambak. Viabel: Jurnal Ilmiah Ilmu- Ilmu Pertanian, 11(1), 43-44.
Aisyah, Ramadhani Nurul, dkk. 2014.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Disfungsional Audit.
Accounting Analysis Journal.
Almilia, Kristijadi. 2003. “Analisis Rasio Keuangan untuk Memprediksi Kondisi Financial Distress Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI”. Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia, Vol. 7. No.2.
Almilia, L.S. 2006. “Prediksi Kondisi Financial Distress Perusahaan Gopublic dengan Menggunakan Analisis Multinomial Logit”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol. 7. No. 1.
Altman, E., Hotchkiss, E. 2005. Corporate Financial Distress and Bankruptcy:
Predict and Avoid Bankruptcy, Analyze and Invest in Distressed Debt. 3rd Edition, New Jersey: John Wiley & Sons.Arfan Ikhsan Lubis.
2009. Akuntansi Keperilakuan Edisi 2. Jakarta: Salemba Empat
Atika, dkk. 2012. “Pengaruh Beberapa Rasio Keuangan Terhadap Prediksi Kondisi Financial Distress”, Universitas Brawijaya Malang.
Baimwera, Bernard dan Muriuki, Antony Murimi. 2014. “Analysis Of Corporate Financial Distress Determinants: A Survey of Non- Financial Firms Listed In the NSE”.
International Journal of Current Business and Social Sciences, Vol 1.
No. 2.
Cinantya, I. G., & Merkusiwati, N. K. (2015).
Pengaruh Corporate Governance, Financial Indicators, dan Ukuran
Perusahaan Pada Financial Distress.
EJurnal Akuntansi Universitas Udayana, 897-915.
Dwijayanti, Patricia Febrina. 2010.
Penyebab, Dampak, dan Prediksi dari Financial Distress serta Solusi untuk mengatasi Financial Distress. Jurnal Akuntansi Kontemporer, Vol. 2. No.
2:191-205.
Elloumi, Fathi and Jean-Pierre Gueyie. 2001.
Financial Distress and Corporate Governance and Empirical Analysis.
Corporate Governance. Bed ford, Vol. 1, No. 1: 15-23.
Harahap, Sofyan Syafri. 2013. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan Edisi 11.
Rajawali Pers, Jakarta.
Kasmir. 2013. “Analisis Laporan Keuangan”, Ed.1-6. PT Raja Grafindo Persada.
Jakarta.
Kasmir. 2014. Analisis Laporan Keuangan, Edisi Pertama, Cetakan Ketujuh.
Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.
Kieso, Donald, Jerry J, Weygandt and Teery D. Warfield. (2011). Intermediate Accounting, Edisi 12. Jakarta:
Erlangga.
Kurniasari, S. 2009. Produktifitas Serasah Dan Laju Dekomposisi Di Kebun Campur Senjoyo Semarang Jawa Tengah Serta Uji Laboratorium Anakan Mahoni (Swietenia Macropylla King) Pada Beragam Dosis Kompos Yang Dicampur EM4.
Thesis. IPB.
Platt, H., dan M. B. Platt. 2002. Predicting Financial Distress. Journal of Financial Service Proffesional.
Purwanto. 2013.Evaluasi hasil belajar.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Radiansyah JLDP, Bagus. 2013. Pengaruh Efisiensi Operasi, Arus Kas Operasi,
dan Pertumbuhan Perusahaan Dalam Memprediksi Financial Distress Pada Perusahaan Aneka Industri Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006-2011. Jurnal Akutansi Vol. 1, No. 3 (2013) Pp.1-24.
Rahayu, Wiwin Putri & Sopian, Dani.
(2017). Pengaruh Rasio Keuangan Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Financial Distress (Studi Empiris Pada Perusahaan Food and Beverage Di Bursa Efek Indonesia).
Romli, Nur Hidayat. 2010. Analisis Financial Distress Perusahaan Melalui Pendekatan Logit pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2002-2006. Skripsi.
Universitas Negeri Yogyakarta.
Sekaran, Roger Bougie. 2017. Metode Penelitian Untuk Bisnis, Salemba Empat Jakarta.
Taqwa, Romli. 2013. Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, dan Leverage Dalam Memprediksi Financial Distress.
Periode 2006-2019. Skripsi.
Universitas Negeri Padang.
Yuanita. 2010. Jurnal Akuntansi &
Manajemen Vol. 5, No. 101-119.
Yustika, Yeni. 2015. Pengaruh Likuiditas, Leverage, Profitabilitas, Operating Capacity Dan Biaya Agensi Manajerial Terhadap Financial Distress (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2013). Jom FEKON Vol.
2 No. 2 Oktober 2015.
Zulfichrie, Muhammad. 2018. Penjualan Dalam Memprediksi Financial Distress (Studi Empiris Pada Perusahaan Sub sektor Property dan
Real Estate Yang Terdaftar di BEI Periode 2011-2017)