• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengangguran

1. Pengertian Pengangguran

Pengangguran merupakan masalah ketenagakerjaan yang dialami oleh banyak negara. Begitu seriusnya masalah ini sehingga dalam setiap rencana- rencana pembangunan ekonomi masyarakat selalu dikatakan dengan tujuan untuk menurunkan angka pengangguran. Namun kebijaksanaan pemecahan sudah barang tentu harus dialamatkan kepada apa yang menjadi penyebabnya.11 Pengangguran adalah seseorang atau sekelompok orang yang termasuk angkatan kerja yang tidak dapat bekerja dan sedang mencari pekerjaan menurut referensi tertentu.12 Menganggur (unemployed) merupakan orang-orang yang tidak bekerja akan tetapi secara aktif sedang mencari pekerjaan atau orang-orang yang sedang menunggu untuk kembali bekerja.13

Orang – orang yang mempunyai pekerjaan adalah tergolong bekerja, orang-orang yang tidak mempunyai pekerjaan akan tetapi sedang dalam usaha mencari pekerjaan tergolong penganggur. Orang – orangyang tidak mempunyai pekerjaan tetapi tidak bermaksud untuk mencari pekerjaan tidak dimasukan kedalam kelompok angkatan kerja. Tingkat pengangguran dihitung dari jumlah orang yang menganggur dibagi dengan seluruh angkatan kerja.14

11 Sonny Sumarsono, Teori dan Kebijak an Publik Ek onomi Sumber Daya Manusia , (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), 249

12 Nur Feriyanto, Ek onomi Sumber Daya Manusia Dalam Perspek tif Indonesia , (Yogyakarta:

UPP STIM YKPN, 2014), 159

13 Paul A. Samuelson, William D. Nordhaus, MAKROEKONOMI Edisi Keempatbelas, (Jakarta:

Erlangga, 1992), 291

14 Paul A. Samuelson, William D. Nordhaus, MAKROEKONOMI Edisi Keempatbelas, (Jakarta:

Erlangga, 1992), 291

(2)

2 Dari beberapa pendapat diatas, maka penulis mengambil kesimpulan bahwa pengangguran adalah seseorang atau sekelompok orang yang termasuk angkatan kerja, tetapi tidak mempunyai pekerjaan namun sedang aktif mencari pekerjaan.

2. Jenis-jenis Pengangguran

Jenis pengangguran dibedakan berdasarkan dua golongan yaitu jenis pengangguran berdasarkan penyebabnya dan jenis pengangguran berdasarkan cirinya.

a. Jenis Pengangguran Berdasarkan Penyebabnya 1) Pengangguran Friksional

Terjemahan luas dari kata frictional adalah gesekan. Jadi pengangguran friksional adalah pengangguran yang di sebabkan oleh suatu hambatan yang menyebabkan proses bertemunya penawaran dan permintaan tenaga kerja menjadi titik lancar.15 Pengangguran friksional terjadi karena berpindahnya orang-orang dari satu daerah ke daerah lain, dan dari satu jenis pekerjaan kepekerjaan lain atau melalui berbagai tingkat siklus kehidupan yang berbeda.16

Pengangguran friksional merupakan pengangguran yang terjadi karena kesulitan temporer dalam mempertemukan pencari kerja dan lowongan kerja yang ada. Kesulitan temporer ini dapat berbentuk tenaga waktu yang diperlukan selama proses atau prosedur pelamaran dan seleksi, atau terjadi karena faktor jarak atau kurangnya komunikasi. Kesulitan temporer juga dapat terjadi karena kurangnya mobilitas pencari kerja dimana lowongan pekerjaan justru terdapat bukan disekitar tempat tinggal si pencari kerja. Misalnya, pencari kerja berkumpul di Cirebon sedangkan lowongan

15 Sonny Sumarsono, Teori dan Kebijak an Publik Ek onomi Sumber Daya Manusia , (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), 251

16 Paul A. Samuelson, William D. Nordhaus, MAKROEKONOMI Edisi Keempatbelas, (Jakarta:

Erlangga, 1992), 292

(3)

3 pekerjaan terdapat di Jakarta. Selain itu kesulitan temporer dapat terjadi jika si pencari kerja tidak mengetahui dimana adanya lowongan pekerjaan dan demikian pula pengusaha tidak mengetahui dimana tersedianya tenaga- tenaga yang sesuai.17

2) Pengangguran Siklikal

Pengangguran siklis terjadi apabila permintaan tenagakerja secara keseluruhan rendah. Apabila total pembelanjaan dan output menurun, maka pengangguran akan meningkat dengan segera disegala bidang.18 Pada masa ekspansi orang biasanya penuh dengan optimis, dalam situasi seperti ini maka dampak terhadap kesempatan kerja menjadi positif. Kenaikan permintaan tenaga kerja akan mengurangi pengangguran. Sebaliknya jika seseorang sudah kehilangan kepercayaan terhadap peluang di masa depan, sikap pesimisme yang timbul seperti ini akan membawa dampak negatif pada kesempatan kerja. Ha ini terekam oleh naiknya tingkat pengangguran, pengangguran yang berirama seperti ini disebut pengangguran siklikal yang terjadi sesuai dengan konjuktur atau Business Cycles yang dapat tejadi lima tahun sekali.19

Sebenarnya macam pengangguran seperti ini, mirip dengan pengangguran musiman. Namun hal ini terjadi dalam jangka yang lebih panjang.20

3) Pengangguran Struktural

Pengangguran struktural adalah pengangguran yang terjadi karena perubahan dalam struktur atau komposisi perekonomian. Perubahan struktur

17 Sonny Sumarsono, Teori dan Kebijak an Publik Ek onomi Sumber Daya Manusia , (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), 251

18 Paul A. Samuelson, William D. Nordhaus, MAKROEKONOMI Edisi Keempatbelas, (Jakarta:

Erlangga, 1992), 292

19 Sonny Sumarsono, Teori dan Kebijak an Publik Ek onomi Sumber Daya Manusia , (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), 252

20 Sonny Sumarsono, Teori dan Kebijak an Publik Ek onomi Sumber Daya Manusia , (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), 252

(4)

4 yang demikian memerlukan perubahan dalam keterampilan tenaga kerja yang dibutuhkan, sedangkan pihak pencari kerja tidak mampu menyesuaikan diri dengan keterampilan baru tersebut. Hal ini terjadi karena dampak dari kemajuan ekonomi yang menyebabkan terjadinya perubahan dominasi peranan ekonomi yang dimainkan oleh setiap sektor dalam kegiatan produksi maupun dalam pemberian kesempatan kerja.21 Pengangguran struktural menunjukan terjadinya ketidaksesuaian antara penawaran dan permintaan tenaga kerja. Ketidaksesuaian ini terjadi karena permintaan atas satu jenis pekerjaan bertambah sementara permintaan akan jenis pekerjaan lain menurun, dan penawaran tidak dapat melakukan penyesuaian dengan cepat atas situasi tersebut.22

4) Pengangguran Teknologi

Dalam pertumbuhan industri kita amati bahwa teknologi yang dipakai dalam proses produksi selalu berubah. Ternyata laju pertumbuhan itu semakin hari semakin cepat, diberbagai industri elektronika. Perubahan teknologi merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Perubahan teknologi produksi membawa dampak kesempatan kerja keberbagai arah. Kekuatan substitutif dan kekuatan merombak spesifikasi jabatan yang ditimbulkan membawa dampak negatif bagi kesempatan kerja berupa pengangguran.23

b. Jenis Pengangguran Berdasarkan Cirinya 1) Pengangguran Terbuka

Pengangguran ini tercipta sebagai akibat pertambahan lowongan pekerjaan yang lebih rendah dari pertambahan tenaga kerja. Sebagai akibatnya dalam perekonomian semakin banyak jumlah tenaga kerja yang

21 Sonny Sumarsono, Teori dan Kebijak an Publik Ek onomi Sumber Daya Manusia , (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), 252

22 Paul A. Samuelson, William D. Nordhaus, MAKROEKONOMI Edisi Keempatbelas, (Jakarta:

Erlangga, 1992), 292

23 Sonny Sumarsono, Teori dan Kebijak an Publik Ek onomi Sumber Daya Manusia , (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), 253

(5)

5 tidak dapat memperoleh pekerjaan. Efek keadaan ini dalam suatu jangka masa yang cukup panjang mereka tidak melakukan suatu pekerjaan. Jadi mereka menganggur secara nyata dan sepenuh waktu, oleh sebab itulah dinamakan pengangguran terbuka.24

2) Pengangguran Tersembunyi

Pengangguran ini terutama wujud sektor pertanian atau jasa. Setiap kegiatan ekonomi memerlukan tenaga kerja, dan jumlah tenaga kerja yang digunakan tergantung kepada banyak faktor. Antara lain faktor yang dipertimbangkan adalah besar atau kecilnya perusahaan, jenis kegiatan perusahaan, mesin yang digunakan (apakah intensif buruh atau intensif modal) dan tingkat produksi yang dicapai.25

3) Pengangguran Bermusim

Pengangguran ini biasanya sering terdapat pada sektor perikanan dan pertanian. Pada musim hujan penyadap karet dan nelayan tidak dapat melakukan pekerjaan mereka dan terpaksa menganggur. Pada musim kemarau juga para pesawah tidak dapat mengerjakan tanahnya. Disamping itu pada umumnya para pesawah tidak begitu aktif diantara waktu sesudah menanam dan sesudah menuai. Apabila dalam masa diatas penyadap karet, nelayan dan pesawah tidak melakukan pekerjaan lain maka terpaksa menganggur. Pengangguran seperti ini disebut sebagai pengangguran bermusim.26

4) Setengah Menganggur

Di negara-negara berkembang penghijrahan atau migrasi dari desa ke kota begitu sangat pesat. Sebagai akibatnya tidak semua orang yang pindah ke kota dapat memperoleh pekerjaan dengan mudah. Sebagiannya terpaksa

24 Sadono Sukirno, Mak roek onomi Teori Pengantar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada , 2006), 330

25 Sadono Sukirno, Mak roek onomi Teori Pengantar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada , 2006), 330

26 Sadono Sukirno, Mak roek onomi Teori Pengantar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada , 2006), 330

(6)

6 menjadi penganggur sepenuh waktu. Disamping itu ada pula yang tidak menganggur, tetapi tidak pula bekerja sepenuh waktu, dan jam kerja mereka adalah jauh lebih rendah dari yang normal. Mereka mungkin hanya bekerja satu hingga dua hari dalam seminggu, atau satu hingga empat jam dalam sehari. Pekerja-pekerja yang mempunyai masa kerja seperti yang dijelaskan ini digolongkan sebagai setengah menganggur atau dalam bahasa inggris disebut underemployed.27

3. Dampak dari Pengangguran

Pengangguran berdampak pada perekonomian suatu negara dan individu masyarakat. Berikut ini adalah dampak pengangguran terhadap perekonomian dan iindividu masyarakat.

a. Dampak Pengangguran Terhadap Perekonomian

Adapun dampak pengangguran terhadap perekonomian suatu negara adalah sebagai berikut:

1) Pengangguran menyebabkan masyarakat tidak dapat memaksimalkan pendapatan nasiona yang sebenarnya dicapai lebih rendah dari pada pendapatan nasional potensial.

2) Pengangguran menyebabkan pendapatan pajak (tax revenue) pemerintah berkurang.

3) Pengangguran tidak menggalakan pertumbuhan ekonomi.

b. Dampak Pengangguran Terhadap Individu dan Masyarakat

Dampak pengangguran terhadap individu atau masyarakat ini adalah sebagai berikut: 28

1) Pengangguran dapat menyebabkan kehilangan mata pencaharian dan pendapatan.

27 Sadono Sukirno, Mak roek onomi Teori Pengantar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada , 2006), 330

28 Sonny Sumarsono, Teori dan Kebijak an Publik Ek onomi Sumber Daya Manusia , (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), 260

(7)

7 2) Pengangguran dapat menyebabkan kehilangan keterampilan.

3) Pengangguran juga dapat menyebabkan ketidakstabilan politik.

4) Pengangguran dapat menyebabkan timbulnya penyakit sosial di masyarakat.

4. Peran Kebijakan Pemerintah dalam Mengatasi Masalah Pengangguran Masalah pengangguran adalah masalah yang selalu dihadapi oleh setiap perekonomian, akan tetapi sampai dimana seriusnya masalah itu berbeda dari satu negara ke negara lain. Terdapat negara-negara yang masalah penganggurannya sangat serius. Tetapi ada juga negara yang tingkat penganggurannya sangat rendah dan hampir menempati tingkat konsumsi tenaga kerja penuh. Gambar 2.1 menunjukan keseimbangan perekonomian negara yang menghadapi masalah pengangguran. Masalah ini wujud karena pengeluaran agregat AE yang diperlukan untuk mencapai tingkat konsumsi tenaga kerja penuh (AEF). Pendapatan nasional adalah Y, yaitu nilainya dibawah pendapatan nasional potensial (YF). Garis AB dinamakan jurang deflasi. Jurang deflasi adalah jumlah kekurangan perbelanjaan agregat yang diperlukan untuk mencapai konsumsi tenaga kerja penuh.29

Gambar 2.1

29 Sadono Sukirno, Mak roek onomi Teori Pengantar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada , 2006), 185

AE

AE AEF

A

E

Y YF

B

0

Y 450

Jurang Deflasi

(a) Pengangguran

(8)

8 a. Kebijakan Fiskal

Dalam menerangkan mengenai peranan kebijakan fiskal dalam menghadapi masalah pengangguran, analisis yang akan dibuat dibedakan kepada dua pendekatan: yaitu dengan menggunakan grafik Y=AE, dan grafik AE-AS.

Dalam menjalankan kebijakan fiskal dapat dilakukan tiga bentuk tindakan, yaitu sebagai berikut:30

1) Mengubah pengeluaran pemerintah, 2) Mengubah pengeluaran pajak,

3) Mengubah pengeluaran pemerintah serta mengubah pengeluaran pajak.

b. Kebijakan Moneter

Dalam menerangkan efek kebijakan moneter dalam mempengaruhi kebijakan ekonomi, juga dapat digunakan dua pendekatan dengan menggunakan grafik Y=AE dan dengan menggunakan analisis AD-AS.

Gambar 2.2

(a) Pendekatan Y=AE

30 Sadono Sukirno, Mak roek onomi Teori Pengantar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada , 2006), 339

Y=AE AE1

AE0

Y1

Y0

0

AE E1

E0

Pendapatan Nasional Pengeluaran

Agregat

(9)

9 Gambar 2.3

(b) Pendekatan AD-AS

1) Efek Kebijakan Moneter dalam Analisis Y=AE

Dalam analisis dengan menggunakan grafik Y=AE, efek kebijakan moneter ditunjukan dengan gambar (a). Pengeluaran agregat yang mula-mula berlaku dalam ekonomi ditunjukan oleh AE0 dan dengan demikian pendapatan nasional adalah Y0. Untuk mengatasi pengangguran dan menggalakan kegiatan ekonomi bank sentral menambah penawaran uang. Langkah ini menurunkan suku bunga dan menggalakan para pengusaha menambah investasi, yaitu sebesar

∆I. Pertambahan investasi tersebut memindahkan permintaan agregat dari AE0

menjadi AE1 dan memindahkan keseimbangan dari E0 ke E1. Dengan demikian pendapatan nasional meningkat menjadi Y1. Peningkatan ini menambah kesempatan kerja dan mengurangi pengangguran. Perubahan kegiatan ini berlaku pada harga yang tidak mengalami perubahan yaitu diasumsikan tingkat harga yang berlaku adalah P0.31

31 Sadono Sukirno, Mak roek onomi Teori Pengantar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada , 2006), 344

Y0 Y2 Y1

0 P0 P1

C B

AS

AD1

Tingkat Harga

Pendapatan Nasional Riil

(10)

10 2) Efek Kebijakan Moneter dalam Analisis AD-AS

Perhatikan grafik (b) yang menggambarkan efek kebijakan moneter atas keseimbangan AD-AS, pendapatan nasional riil dan tingkat harga. Penawaran agregat dalam perekonomian digambarkan oleh kurva AS, yang landai bentuknya karena dimisalkan terdapat banyak pengangguran dalam perekonomian.

Permintaan agregat yang asal adalah AD0 dan titik A menggambarkan keseimbangan yang mula-mula dicapai dan keseimbangan ini adalah sama dengan E0 pada grafik (a) yang menggambarkan pendapatan nasional riil adalah Y0 dan tingkat harga P0. Seperti telah dinyatakan, pada keseimbangan ini terdapat banyak pengangguran dalam perekonomian. Dengan menjalankan kebijakan moneter diharapkan suku bunga akan menjadi semakin rendah dan investasi meningkat.32

5. Pengangguran dalam Perspektif Islam

Ibnu Khaldun memandang pengangguran sebagai problematika peradaban dalam arti yang luas dan bukan sekedar problematika ketenagakerjaan berupah nominal. Penelaahannya berangkat dari kata kunci pengangguran sebagai inqibad al-yad’an al-‘itimar (ketenagakerjaan bekerja kreatif kontributif bagi kemajuan disegala bidang), yang berimplikasi pada kajian tentang pengklasifikasian pengangguran dan solusi mengatasinya.33

Dalam literature ekonomi umum, tidak ditemukan aturan yang mewajibkan seseorang harus berpartisipasi aktif dalam pasar tenaga kerja.

Karena bekerja atau tidak adalah hak seorang individu. Kebanyakan faktor yang menjadikan individu memutuskan bekerja atau menganggur adalah upah atau gaji. Sedangkan dalam islam, selain faktor materi ada pula nilai-nilai moral yang harus diperhatikan oleh seseorang dalam mengambil keputusan. Upah atau gaji

32 Sadono Sukirno, Mak roek onomi Teori Pengantar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada , 2006), 344

33 http://tulis.uinjkt.ac.id/opac/themes/katalog/detail.jsp?id=94169&lokasi=lokal , tanggal 5April 2016, Pukul 00.49

(11)

11 pasti dibutuhkan oleh setiap orang untuk memenuhi kehidupan diri dan keluarganya meskipun Allah telah menjamin memberikan rizki kepada semua makhluk yang telah diciptakan.34

























  

Dan tidak ada suatu binatang melatapun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya, dan dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh). QS. Huud ayat 6

Bermalas-malasan atau menganggur selain mendatangkan efek negatif bagi pelaku secara langsung, juga akan mendatangkan dampak tidak langsung terhadap perekonomian. Karena pengangguran akan mengakibatkan tidak optimalnya tingkat pertumbuhan ekonomi akibat sebagian potensi faktor produksi yang tidak termanfaatkan. Kelompok pengangguran akan menggantungkan hidupnya pada orang-orang yang produktif yang menjadikan angka ketergantungan meningkat akibatnya merosotnya pendapatan perkapita.35

Islam mendorong pemeluknya untuk berproduksi dan aktif dalam aktivitas ekonomi. Islam tidak semata-mata memerintahkan umatnya untuk bekerja, tetapi bekerja harus dengan baik dan terutama sesuai dengan syariat islam.

34 https://jenongsendiri.wordpress.com/2013/03/03/pengangguran -perspektif-islam/, Tanggal 5 April 2016, Pukul 01.04

35 https://jenongsendiri.wordpress.com/2013/03/03/pengangguran -perspektif-islam/, Tanggal 5 April 2016, Pukul 01.04

(12)

12 B. Inflasi

1. Pengertian Inflasi

Inflasi didefinisikan sebagai suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam suatu perekonomian.36 Inflasi timbul tidak disebabkan oleh satu hal saja, inflasi timbul karena berbagai alasan. Sebagian inflasi timbul dari sisi permintaan, sebagian lainnya dari sisi penawaran.37

Sedangkan menurut Rahardja dan Manurung mengatakan bahwa, inflasi adalah gejala kenaikan barang-barang yang bersifat umum dan terus menerus dari suatu perekonomian.38

Secara umum inflasi berarti kenaikan tingkat harga secara umum dari barang / komoditas dan jasa selama periode waktu tertentu. Inflasi dapat dianggap sebagai fenomena moneter karena terjadinya penurunan nilai unit penghitungan moneter terhadap suatu komoditas.39 Inflasi diukur dengan tingkat inflasi (rate of inflation) yaitu tingkat perubahan dari tingkat harga secara umum.

Persamaannya adalah sebagai berikut:

tingkat hargat – tingkat hargat-1

tingkat hargat-1

Adapun indikator inflasi lainnya berdasarkan international best practice antara lain40:

a. Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB). Harga Perdagangan Besar dari suatu komoditas ialah harga transaksi yang terjadi antara penjual/pedagang

36 Sadono Sukirno, Mak roek onomi Teori Pengantar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada , 2006), 14

37 Paul A. Samuelson, William D. Nordhaus, MAKROEKONOMI Edisi Keempatbelas,(Jakarta:

Erlangga, 1992), 323

38 Nurul Huda, Handi Risza Idris, dkk, Ek onomi Mak ro Islam Pendek atan Teoritis, (Jakarta:

KENCANA PRENADA MEDIA GROUP, 2009), 175

39 Adiwarman A. Karim, Ek onomi Mak ro Islam,(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada , 2013), 135

40 http://www.bi.go.id/id/moneter/inflasi/pengenalan/Contents/Pentingnya.aspx, Tanggal 28 Maret 2016, Pukul 21.30

x 100 = tingkat inflasi

(13)

13 besar pertama dengan pembeli/pedagang besar berikutnya dalam jumlah besar pada pasar pertama atas suatu komoditas.

b. Deflator Produk Domestik Bruto (PDB) menggambarkan pengukuran level harga barang akhir (final goods) dan jasa yang diproduksi di dalam suatu ekonomi (negeri). Deflator PDB dihasilkan dengan membagi PDB atas dasar harga nominal dengan PDB atas dasar harga konstan.

2. Teori Inflasi

Teori inflasi secara garis besar dikelompokan menjadi tiga teori, yang masing-masing membahas aspek tertentu dari proses inflasi dan masing-masing bukan aspek yang lengkap yang mencakup semua aspek penting dari proses kenaikan harga. Ketiga teori tersebut adalah sebagai berikut:41

a. Teori Kuantitas

Teori ini menyoroti peran dalam proses inflasi dari jumlah uang yang beredar dan psikologi harapan masyarakat mengenai kenaikan harga-harga. Inti dari teori ini adalah sebagai berikut, inflasi hanya dapat terjadi jika ada penambahan volume uang yang beredar. Jika jumlah uang yang beredar tidak ditambah maka inflasi akan berhenti dengan sendirinya, apapun sabab musabab awal dari kenaikan harga tersebut. Laju inflasi ditentukan oleh laju penambahan jumlah uang yang beredar dan oleh psikologi (harapan) masyarakat mengenai kenaikan harga-harga di masa mendatang. Ada tiga keadaan yang terjadi di masyarakat yaitu:

1) Pertama dimana masyarakat tidak mengharapkan harga untuk naik pada bulan-bulan mendatang. Keadaan ini sebagian besar dari penambahan jumlah uang yang beredar akan diterima oleh masyarakat untuk menambah

41 Fajar Wahyu Utomo, Pengaruh Inflasi dan Upah Terhadap Pengangguran di Indonesia Periode Tahun 1980-2010, Jurnal Ilmiah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang, 2013, 6

(14)

14 likuiditasnya. Ini berarti bahwa sebagian besar dari kenaikan jumlah uang tersebut tidak dibelanjakan. Selanjutnya, ini berarti bahwa sebagian besar tidak ada kenaikan permintaan barang-barang, jika tidak ada kenaikan atau mungkin ada kenaikan sedikit saja harga barang-barang. Keadaan ini sering dijumpai pada awal terjadinya inflasi di masyarakat.

2) Keadaan yang kedua adalah dimana masyarakat mulai sadar bahwa terjadi inflasi. Penambahan jumlah uang yang beredar tidak akan untuk menambahan likuiditasnya, tetapi akan digunakan untuk membeli barang- barang. Hal ini dilakukan untuk menghindari kerugian yang timbul seandainya memegang uang kas. Kenaikan harga (inflasi) tidak lain adalah suatu “pajak” atau saldo kas yang dipegang oleh masyarakat, karena uang semakin tidak berharga. Dan orang-orang berusaha menghindari pajak ini dengan jalan mengubah saldo kasnya menjadi barang. Hal ini berarti adanya kenaikan permintaan akan barang yang mengakibatkan naiknya harga barang-barang tersebut. Bila masyarakat mengharapkan harga barang untuk naik di masa mendatang sebesar laju inflasi di bulan-bulan lalu, maka kenaikan jumlah uang beredar akan diterjemahkan sepenuhnya menjadi kenaikan akan permintaan barang-barang. Keadaan ini biasa dijumpai pada saat inflasi sudah berjalan cukup lama dan orang-orang mempunyai waktu untuk menyesuaikan sikapnya terhadap situasi yang baru.

3) Keadaan ketiga terjadi pada tahap inflasi yang lebih parah yaitu tahap hiperinflasi. Dalam keadaan ini masyarakat sudah kehilangan kepercayaan terhadap nilai mata uang. Sehingga enggan untuk memegang uang kas dan membelanjakan untuk membeli barang sebegitu uang tersebut diterima. Hal ini akan mempercepat peredaran uang.

b. Teori Keynes

Menurut teori ini inflasi terjadi karena masyarakat ingin hidup diluar kemampuan ekonominya. Proses inflasi menurut pandangan ini, tidak lain adalah

(15)

15 proses perebutan bagian rezeki diantara kelompok-kelompok sosial yang menginginkan bagian yang lebih besar daripada yang bisa disediakan oleh masyarakat tersebut. Proses perebutan ini kemudian diterjemahkan menjadi keadaan dimana permintaan masyarakat akan barang-barang selalu melebihi jumlah barang-barang yang tersedia. Karena permintaan tersebut melebihi barang yang tersedia, maka harga-harga akan naik. Adanya kenaikan harga-harga tersebut berarti bahwa sebagian rencana pembelian barang-barang dari kelompok tersebut tidak terpenuhi. Pada periode selanjutnya golongan tersebut akan memperoleh dana yang lebih besar lagi (dari pencetakan uang baru atau kredit dari bank yang lebih besar atau dari kenaikan gaji yang lebih besar). Proses inflasi akan terus berlangsung selama jumlah permintaan efektif dari semua golongan masyarakat melebihi jumlah output yang dihasilkan dari masyarakat.

c. Teori Struktural

Banyak studi mengenai inflasi di negara-negara berkembang, menunjukan bahwa inflasi bukan semata-mata merupakan fenomena moneter, tetapi juga merupakan fenomena struktural atau cost push inflation. Hal ini di sebabkan karena struktur ekonomi negara-negara berkembang pada umunya yang masih bercorak agraris. Sehingga, goncangan ekonomi yang bersumber dari dalam negeri, misalnya gagal panen (akibat faktor eksternal pergantian musim yang terlalu cepat, bencana alam, dan sebagainya), atau hal-hal yang memiliki kaitan dengan hubungan luar negeri, misalnya memburuknya term of trade, utang luar negeri, dan kurs valuta asing, dapat menimbulkan fluktuasi harga pasar domestik. Fenomena struktural yang disebabkan dari kesenjangan atau kendala struktural dalam perekonomian dinegara berkembang sering disebut dengan

(16)

16 structural bottlenecks. Structural bottlenecks terutama terjadi dalam tiga hal yaitu:42

1) Supply dari sektor pertanian (pangan) tidak elastis. Hal ini dikarenakan pengelolaan dan pengerjaan sektor pertanian yang masih menggunakan metode dan teknologi yang masih sederhana, sehingga sering kali terjadi supply dari sektor pertanian domestik tidak mampu mengimbangi pertumbuhan permintaannya.

2) Cadangan valuta asing yang terbatas (kecil) akibat dari pendapatan ekspor yang lebih kecil dari pada pembiayaan ekspor. Keterbatasan valuta asing ini menyebabkan kemampuan untuk mengimpor barang-barang baik bahan baku, input antara, maupun barang modal yang sangat dibutuhkan untuk pembangunan sektor industri menjadi terbatas pula. Belum lagi ditambah dengan adanya demonstration effect yang dapat mnyebabkan perubahan pola konsumsi masyarakat. Akibat dari lambatnya laju pembangunan sektor industri, seringkali menyebabkan laju pertumbuhan supply barang tidak dapat mengimbangi laju pertumbuhan permintaan.

3) Pengeluaran pemerintah terbatas. Hal ini disebabkan oleh sektor penerimaan rutin yang terbatas, yang tidak cukup untuk membiayai pembangunan, akibatnya timbul defisit anggaran belanja, sehingga seringkali menyebabkan dibutuhkannya pinjaman dari luar negeri ataupun pada umumnya dibiayai dengan pencetakan uang (printing of money).

3. Faktor Penyebab Inflasi

Terdapat bebrapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya inflasi, diantaranya yaitu sebagai berikut:43

42 Adwin S. Atmadja, “Inflasi di Indonesia: Sumber-Sumber Penyebab dan Pengendaliannya”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol. 1, No. 1, 1999: 57

43 http://www.pendidikanekonomi.com/2014/07/inflasi-dan-faktor-penyebabnya.html?m=1, diakses pada tanggal 27 Maret 2016 pukul 02.11 WIB

(17)

17 a. Tingkat Pengeluaran Agregat yang Melebihi Kemampuan Perusahaan Untuk Menghasilkan Brang dan Jasa. Tingkat pengeluaran agregat adalah pengeluaran keseluruhan perusahaan. Apabila pengeluaran total perusahaan melebihi kemampuannya dalam menghasilkan barang dan jasa, tentunya akan memicu kenaikan harga barang dan jasa yang dihasilkan tersebut.

b. Tuntutan Kenaikan Upah dari Pekerja. Seringkali pekerja atau karyawan perusahaan melakukan demo menuntut kenaikan upah. Adanya kenaikan upah karyawan akan menyebabkan biaya produksi barang dan jasa juga meningkat dan pada akhirnya akan meningkatkan harga barang dan jasa tersebut.

c. Kenaikan Harga Barang Impor. Kenaikan harga barang impor tentu akan dapat membawa pengaruh terhadap kenaikan harga dalam negeri, terlebih lagi jika barang impor tersebut merupakan bahan mentah untuk memproduksi suatu barang dalam negeri.

d. Penambahan Penawaran Uang dengan Cara Mencetak Uang Baru. Apabila jumlah uang yang beredar di masyarakat banyak, maka nilai uang pada suatu barang akan turun, yang akhirnya menyebabkan kenaikan pada barang dan jasa.

e. Kekacauan Politik dan Ekonomi. Hal ini pernah terjadi di Indonesia, yatiu pada tahun 1998. Akibat kekacauan politik dan ekonomi tahun 1998, angka inflasi di Indonesia mencapai 70%.

4. Jenis-Jenis Inflasi

Seperti halnya wabah penyakit, inflasi memiliki beberapa tingkat kejadian berbeda yang dikategorikan kedalam beberapa bagian sebagai berikut:44

44 Paul A. Samuelson, William D. Nordhaus, MAKROEKONOMI Edisi Keempatbelas,(Jakarta:

Erlangga, 1992), 312

(18)

18 a. Inflasi Moderat (Moderat Inflation)

Inflasi moderat ditandai dengan harga-harga yang meninggi secara lambat. Mungkin kita dapat menyebutnya laju inflasi satu digit pertahun. Apabila harga-harga relatif stabil, masyarakat percaya pada uang. Mereka bersedia memegang uang karena uang akan hampir sama nilainya pada bulan atau tahun mendatang sebagaimana nilainya hari ini. Masyarakat bersedia melakukan kontrak jangka panjang dalam nilai uang, karena mereka yakin bahwa tingkat harga barang-barang yang mereka beli atau mereka jual tidak akan bergerak terlalu jauh. Masyarakat tidak menghabiskan waktu atau sumber daya mereka dalam bentuk aktiva “riil” dibandingkan dengan aktiva “uang” atau “kertas berharga”, karena mereka percaya aktiva uang mereka akan tetap sama nilainya.

b. Inflasi Ganas (Galloping Inflation)

Inflasi dalam dua digit atau tiga digit seperti 20, 100 atau 200 persen per tahun disebut “inflasi ganas”. Jika inflasi ganas timbul, maka timbullah gangguan-gangguan serius pada perekonomian. Umumnya, sebagian besar kontrak disusun dalam indeks harga atau mata uang asing, seperti dolar. Dalam kondisi ini, uang kehilangan nilainya sangat cepat, tingkat bunga riil dapat menjadi minus 50 atau 100 persen per tahun. Sebagai konsekuensinya, masyarakat hanya memegang jumlah uang yang minimum yang hanya diperlukan untuk transaksi harian. Pasar keuangan menjadi tidak bergairah, dan dana-dana umunya dialokasikan berdasarkan rasio dari pada berdasarkan tingkat bunga. Masyarakat menimbun barang, membeli rumah, dan tidak akan perna meminjamkan uang pada tingkat bungan nominal yang rendah.45

c. Hiperinflasi

Meskipun perekonomian tampaknya dapat bertahan dari inflasi ganas, jenis inflasi ketiga dan sangat mematikan bisa saja terjadi yaitu apabila wabah hiperinflasi menyerang. Tidak ada segi baik perekonomian pasar, apabila harga-

45 Paul A. Samuelson, William D. Nordhaus, MAKROEKONOMI Edisi Keempatbelas,(Jakarta:

Erlangga, 1992), 312

(19)

19 harga meningkat jutaan bahkan triliunan persen per tahun. Berbagai penelitian telah menemukan berbagai gambaran umum mengenai hiperinflasi. Pertama, permintaan uang riil (diukur dengan stok uang dibagi dengan tingkat harga) menurun secara drastis. Kedua, harga-harga relatif menjadi sangat tidak stabil.

Dalam kondisi normal, upah riil seseorang bergerak hanya satu persen atau kurang, dari bulan ke bulan. Variasi yang sangat besar pada harga-harga relatif dan upah riil ketidaklayakan dan distorsi yang disebabkan oleh fluktuasi tersebut menggambarkan biaya utama dari inflasi.

Inflasi berdasarkan pada sumber atau penyebab kenaikan harga yang berlaku, biasanya dibedakan kepada tiga bentuk yaitu:46

a. Inflasi tarikan permintaan, inflasi ini biasanya terjadi pada masa perekonomian berkembang pesat. Kesempatan kerja yang tinggi menciptakan tingkat pendapatan yang tinggi dan selanjutnya menimbulkan pengeluaran yang melebihi kemampuan ekonomi mengeluarkan barang dan jasa. Pengeluaran yang berlebihan ini yang akan menyebabkan inflasi.

b. Inflasi desakan biaya, inflasi ini juga sering terjadi pada saat perekonomian berkembang dengan pesat ketika tingkat pengangguran sangat rendah.

c. Inflasi diimpor, inflasi ini terjadi apabila barang-barang impor mengalami kenaikan harga mempunyai peranan penting dalam kegiatan pengeluaran di perusahaan. Contohnya kenaikan harga minyak.

Sedangkan inflasi menurut asalnya dibedakan menjadi dua bagian, yaitu sebagai berikut:47

a. Inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestic inflation), inflasi ini dapat timbul karena defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan pencetakan uang baru ataupun terjadinya kegagalan panen.

46 Nurul Huda, Handi Risza Idris, dkk, Ek onomi Mak ro Islam Pendek atan Teoritis, (Jakarta:

KENCANA PRENADA MEDIA GROUP, 2009), 177

47 Adrian Sutawijaya, Pengaruh Fak tor-Fak tor Ek onomi Terhadap Inflasi di Indonesia , Jurnal Organisasi dan Manajemen,Vol. 8, No.2, 2012, 90

(20)

20 b. Inflasi yang berasal dari luar negeri (imported inflation), inflasi ini terjadi karena kenaikan harga-harga di luar negeri atau di luar suatu negara. Dalam hubungan ini pengaruh dari inflasi luar negeri kedalam negeri dapat terjadi melalui kenaikan harga barang impor maupun kenaikan harga barang ekspor.

5. Kebijakan Pemerintah

Permasalahan ekonomi seperti inflasi tentu akan berpengaruh buruk bagi perekonomian itu sendiri. Untuk menghindari pengaruh buruk dari inflasi maka diperlukan kebijakan ekonomi untuk mengatasinya. Kebijakan pemerintah dibidang ekonomi terdiri dari kebijakan fiskal dan kebijakan moneter.

a. Kebijakan Fiskal

Kebijakan fiskal merupakan langkah pemerintah membuat perubahan dalam bidang perpajakan dan pengeluaran pemerintah dengan maksud untuk memengaruhi pengeluaran agregat dalam perekonomian.48 Kebijakan yang akan dilakukan adalah dalam bentuk mengurangi pengeluaran pemerintah, langkah ini menimbulkan efek yang cepat dalam mengurangi pengeluaran dalam perekonomian. Maka untuk menerangkan tentang efek dari kebijakan fiskal dalam mengatasi inflasi perlu dibedakan dalam dua keadaan, yaitu pertama keadaan dimana inflasi berlaku tanpa kontrol pemerintah, kedua inflasi yang diatasi melalui kebijakan fiskal.

48 Fajar Wahyu Utomo, Pengaruh Inflasi dan Upah Terhadap Pengangguran di Indonesia Periode Tahun 1980-2010, Jurnal Ilmiah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang, 2013, 10

(21)

21 Gambar 2.4

Dari grafik diatas, memberikan gambaran mengenai dua keadaan dengan menggunakan grafik Y=AE. Pengeluaran agregat pertama AE(P0) mewujudkan keseimbangan dititik E0, sedangkan Y adalah pendapatan nasional dan tingkat kesempatan kerja penuh hampir dicapai. Jika kita misalkan dalam kondisi pertama yaitu inflasi tanpa kontrol pemerintah, maka pengeluaran agregat akan mencapai AE(P1) yaitu harga-harga akan mengalami kenaikan mencapai P1 sehingga menimbulkan efek pada pendapatan nasional yang meningkat dari Y0 menjadi Y1, begitu juga dengan tingkat harga yang mengalami peningkatan dari P0 menjadi P1. Maka, oleh karena itu Y1 lebih besar dari Yf dan diperoleh tingkat pengangguran yang sangat rendah. Dan jika kita lihat kondisi kedua yaitu inflasi diatas melalui kebijakan fiskal, maka akan terwujud kesempatan kerja penuh dan harga-harga tidak mengalami kenaikan yang terlalu tinggi, hal ini dapat kita lihat dari pemerintah yang coba mengatasinya dengan cara mengurangi pengeluaran, sehingga menyebabkan agregat meningkat ke AE(P2) yang lebih rendah dari P1 dan keseimbangan pendapatan nasional dicapai

P p

p

p P1

p p

p P2

p p

p P3

p p

p

Y0

p p

p

YF

p p

p

Y1

p p

p

Y p

p

p Y=AE p

p

p

AE(P1)

p p

p

AE(P2)

p p

p

AE(P0)

p p

p E1

p p

p E2

p p

p E0

p p

p

(22)

22 dititik E2 yang menggambarkan ekonomi mencapai kesempatan kerja penuh dan pendapatan nasional adalah YF.49

b. Kebijakan Moneter

Kebijakan moneter yaitu, peraturan dan ketentuan yang dikeluarkan oleh otoritas moneter (bank sentral) untuk mengendalikan jumlah uang beredar. Agar ekonomi tumbuh lebih cepat, bank sentral bisa memberikan lebih banyak kredit kepada sistem perbankan melalui operasi pasar terbuka, atau bank sentral menurunkan persyaratan cadangan dari bank-bank atau menurunkan tingkat diskonto, yang harus dibayar oleh bank jika hendak meminjam dari bank sentral.

Akan tetapi, apabila ekonomi tumbuh terlalu cepat dan inflasi menjadi masalah yang semakin besar, maka bank sentral dapat melakukan operasi pasar terbuka (open market operations), menarik uang dari sistem perbankan, menaikan persyaratan minimum (reserve requirements), atau menaikan tingkat diskonto (interest didcount rate), sehingga dengan demikian akan memperlambat pertumbuhan ekonomi. Instrumen kebijakan moneter lain berkisar dari kebijakan kredit selektif sampai moral situation, suatu kebijakan yang sederhana, tetapi sering sangat efektif. Kebijakan moneter berbeda dengan kebijakan fiskal, yang dilaksanakan melalui pembelanjaan pemerintah dan pajak. Kedua kebijakan digunakan untuk mengendalikan tingkat kegiatan ekonomi.50

6. Kurva Phillips

Penelitian tentang hubungan tingkat inflasi dengan pengangguran yang menghasilkan temuan paling terkenal adalah hasil penelitian dari A. W. Phillips yang dimuat dalam jurnal Economica, November 1958 dengan judul “The Relation Between Unemployment and The Rate of Change of Money Wages in The United Kingdom, 1861-1957”. Dalam jurnal tersebut beliau menggambarkan

49 Nurul Huda, Handi Risza Idris, dkk, Ek onomi Mak ro Islam Pendek atan Teoritis, (Jakarta:

KENCANA PRENADA MEDIA GROUP, 2009), 182

50 Nurul Huda, Handi Risza Idris, dkk, Ek onomi Mak ro Islam Pendek atan Teoritis, (Jakarta:

KENCANA PRENADA MEDIA GROUP, 2009), 183

(23)

23 hubungan antara laju inflasi dan tingkat pengangguran di United Kingdom dalam sebuah kurva yang kemudian dikenal sebagai kurva Phillips. Kurva Phillips yang dikemukakan oleh A. W. Phillips (seorang profesor di London School of Economics) adalah suatu kurva yang menghubungkan antara perilaku upah nominal dan tingkat pengangguran di Inggris selama tahun 1861-1957.51

Gambar 2.5 Kurva Philips

Keterangan:

W= persentase tingkat perubahan upah nominal per unit waktu U= persentase tingkat pengangguran

7. Inflasi dalam Perspektif Ekonomi Islam

Dalam islam tidak dikenal dengan inflasi, karena mata uang yang dipakai adalah dinar dan dirham, yang mana mempunyai nilai yang stabil dan dibenarkan oleh islam. Ketika islam melarang pratek penimbunan harta, islam hanya mengkhususkan larangan tersebut untuk emas dan perak, padahal harta itu mencakup semua barang yang bisa dijadikan sebagai kekayaan.52

51 Nur Feriyanto, Ek onomi Sumber Daya Manusia dalam Perspek tif Indonesia , (Yogyakarta:

UPP STIM YKPN, 2014), 166

52 Nurul Huda,dkk, Ek onomi Mak ro Islam: Pendek atan Teoritis, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), 189

A B

0

U (tingkat pengangguran dalam %) W1

W2

U1 U2

Kurva Philips

(24)

24 a. Islam telah menggantikan emas dan perak dengan hukum yang baku dan tidak berubah-ubah, ketika islam mewajibkan diat, maka yang dijadikan sebagai ukurannya adalah dalam bentuk emas.

b. Rasulullah telah menetapkan emas dan perak sebagai mata uang dan beliau menjadikan hanya emas dan perak sebagai standar uang.

c. Ketika Allah mewajibkan zakat uang, Allah telah mewajibkan zakat tersebut dengan nisab emas dan perak.

d. Hukum-hukum tentang pertukaran mata uang yang terjadi dalam transaksi mata uang hanya dilakukan dengan emas dan perak, begitupun dengan transaksi lainnya hanya dinyatakan dengan emas dan perak.

Penurunan nilai dinar dan dirham memang masih mungkin terjadi, yaitu ketika emas yang menopang nilai dinar dan dirham mengalami penurunan.

Diantaranya akibat ditemukannya emas dalam jumlah yang besar, tetapi keadaan ini kecil sekali kemungkinannya. Kondisi defisit pernah terjadi pada zaman Rasullulah dan ini hanya terjadi satu kali sebelum perang hunain. Walaupun demikian, Al-Maqrizi membagi inflasi kedalam dua macam, yaitu inflasi akibat berkurangnya persediaan barang dan inflasi akibat kesalahan manusia. Inflasi jenis pertama inilah yang terjadi pada zaman Rasulullah dan khulafaur rasyidin, yaitu karena kekeringan atau karena peperangan. Inflasi akibat kesalahan manusia ini disebabkan oleh tiga hal, yaitu korupsi dan administrasi yang buruk, pajak yang memberatkan, serta jumlah uang yang berlebihan. Kenaikan harga- harga yang terjadi adalah dalam bentuk jumlah uangnya, bila dalam bentuk dinar jarang sekali terjadi kenaikan. Al-Maqrizi mengatakan supaya jumlah uang dibatasi pada tingkat minimal yang dibutuhkan untuk transaksi pecahan yang kecil saja.53

53 Nurul Huda,dkk, Ek onomi Mak ro Islam: Pendek atan Teoritis, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), 190

(25)

25 C. Produk Domestik Bruto (PDB)

1. Pengertian Produk Domestik Bruto (PDB)

Secara sederhana pendapatan nasional dapat diartikan sebagai jumlah barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara pada periode tertentu biasanya satu tahun. Istilah yang terkait dengan pendapatan nasional sangat beragam antara lain, produk domestik bruto (gross domestic product/GDP), produk nasional bruto (gross national product/ GNP), serta produk nasional neto (Net National Product/ NNP).54 Produk domestik bruto (PDB) adalah nilai pasar semua barang dan jasa akhir yang diproduksi dalam perekonomian selama kurun waktu tertentu.55 PDB merupakan ukuran pokok dari kegiatan ekonomi.56

Pertumbuhan ekonomi merupakan proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang, sehingga persentase pertambahan jumlah output itu lebih tinggi dari persentase jumlah penduduk dan ada kecenderungan dalam jangka panjang bahwa pertumbuhan itu akan berlanjut (Tarigan, 2005:46). Pada kalimat tersebut proses mendapat penekanan karena mengandung unsur dinamis.

Teoritikus ilmu ekonomi pembangunan masa kini masih terus menyempurnakan bahwa pertumbuhan ekonomi tidak hanya diukur dengan PDB dan PDRB saja, tetapi juga diberi bobot yang bersifat immaterial seperti kenikmatan, kebahagiaan, rasa aman, dan tentram yang dirasakan masyarakat luas (Kuncoro, 2004:129).

Produk Domestik Bruto (PDB) diartikan sebagai nilai keseluruhan barang dan jasa yang diproduksi di dalam wilayah tersebut dalam jangka waktu tertentu (biasanya per tahun). PDB berbeda dari Produk Nasional Bruto (PNB) karena memasukan pendapatan faktor produksi dari luar negeri yang bekerja di negara tersebut. Sehingga PDB hanya menghitung total produksi dari suatu

54 Nurul Huda,dkk, Ek onomi Mak ro Islam: Pendek atan Teoritis, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), 21

55 N. Gregory Mankiw, MAKROEKONOMI Edisi Keenam, (Jakarta: Erlangga, 2006), 19

56 Rudiger Dornbus ch, Stanley Discher, MAKROEKONOMI Edisi Keempat, (Jakarta: Erlangga, 1990), 5

(26)

26 negara tanpa memperhitungkan apakah produksi itu dilakukan dengan memakai faktor produksi dalam negeri atau tidak. Sebaliknya, PNB memerhatikan asal usul faktor produksi yang digunakan.57

Produk Domestik Bruto dinilai menurut harga pasar dan dapat didasarkan kepada harga yang berlaku dan harga tetap. Meningkatnya PDB merupakan sinyal yang baik untuk investasi dan sebaliknya. PDB yang meningkat mempunyai pengaruh positif terhadap daya beli konsumen sehingga dapat meningkatkan permintaan terhadap produk perusahaan. Adanya peningkatan terhadap produk perusahaan akan meningkatkan profit perusahaan dan pada akhirnya dapat meningkatkan harga saham. Peningkatan PDB mencerminkan peningkatan daya beli konsumen disuatu negara. Adanya peningkatan daya beli konsumen menyebabkan peningkatan permintaan barang dan jasa perusahaan yang nantinya akan meningkatkan profit perusahaan.58

2. PDB Nominal dan PDB Riil

PDB Nominal atau disebut PDB atas dasar harga berlaku merujuk kepada nilai PDB tanpa memerhatikan pengaruh harga.59 PDB nominal mengukur produksi barang dan jasa yang dinilai dengan harga-harga di masa sekarang. PDB nominal dalam perhitungannya dipengaruhi kenaikan jumlah barang dan jasa yang diproduksi dan juga kenaikan harga barang atau jasa tersebut.60

57 Rendy Sagita, Analisis Kausalitas Infrastruk tur dengan Investasi Asing untuk Meningk atk an Produk Domestik Bruto (PDB)Indonesia, Economics Development Analysis Journal, Vol. 2, No. 4, 2013, 299

58 Suramaya Suci Kewal, Pengaruh Inflasi, Suk u Bunga, Kurs, dan Pertumbuhan PDB Terhadap Indek s Harga Saham GabunganI, Jurnal Economia, Vol. 8, No 1, 2012, 60

59 Rendy Sagita, Analisis Kausalitas Infrastruk tur dengan Investasi Asing untuk Me ningk atk an Produk Domestik Bruto (PDB)Indonesia, Economics Development Analysis Journal, Vol. 2, No. 4, 2013, 300

60 e-journal.uajy.ac.id, Tanggal 5 April 2016, Pukul 22.19

(27)

27 PDB Riil atau disebut PDB atas dasar harga konstan, mengoreksi angka PDB nominal dengan memasukan pengaruh dari harga.61 Untuk mendapatkan ukuran dari jumlah produksi yang tidak dipengaruhi oleh perubahan harga, kita menggunakan PDB riil yang menilai produksi barang dan jasa pada harga tetap.

PDB riil menggunakan harga tahun pokok yang tetap untuk menentukan nilai produksi barang dan jasa dalam perekonomian. Karena PDB riil tidak dipengaruhi perubahan harga, perubahan PDB riil hanya mencerminkan perubahan jumlah barang dan jasa yang di produksi. Jadi, PDB riil merupakan ukuran produksi barang dan jasa dalam perekonomian.62

3. Anailsa Mekanisme (Kinerja) Ekonomi Nasional Berdasarkan PDB Melalui 3 Pendekatan

Perhitungan Produk Domestik Bruto (PDB) secara konseptual menggunakan tiga macam pendekatan, yaitu:63

a. Pendekatan Produksi

PDB merupakan jumlah nilai produksi netto dari barang dan jasa yang dihasilkan pada suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu (satu tahun). Unit- unit produksi tersebut dibagi menjadi sembilan kelompok usaha, yaitu:

1) Sektor Pertanian

2) Sektor Pertambangan dan Penggalian 3) Sektor Industri Pengolahan

4) Sektor Listrik, Gas dan Air 5) Sektor Bangunan

6) Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran

61 Rendy Sagita, Analisis Kausalitas Infrastruk tur dengan Investasi Asing untuk Meningk atk an Produk Domestik Bruto (PDB)Indonesia, Economics Development Analysis Journal, Vol. 2, No. 4, 2013, 300

62 e-journal.uajy.ac.id, Tanggal 5 April 2016, Pukul 22.19

63 Dodi Arif, Pengaruh Produk Domestik Bruto, Jumlah Uang Beredar, Inflasi dan BI R ate Terhadap Indek s Harga Saham Gabungan di Indonesia Periode 2007 -2013, Jurna Ekonomi Bisnis Vol. 19 No. 3, 2014, 66

(28)

28 7) Sektor Angkutan dan Komunikasi

8) Sektor Lembaga Keuangan, Sewa Bangunan dan Jasa Perusahaan 9) Sektor Jasa-jasa

b. Pendekatan Pendapatan

PDB merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh berbagai faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi dalam suatu wilayah dan dalam jangka waktu tertentu. Balas jasa yang dimaksud adalah upah dan gaji, sewa tanah, bunga, modal dan keuntungan, semuanya sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya. Dalam definisi ini, PDB mencakup juga penyusutan dan pajak tidak langsung neto (pajak tak langsung dikurangi subsidi).

c. Pendekatan Pengeluaran

PDB merupakan jumlah pengeluaran rumah tangga lembaga swasta yang tidak mencari untung dan pengeluaran pemerintah sebagai konsumen pengeluaran untuk pembentukan modal. PDB juga sebagai komponen permintaan akhir yang terdiri dari:64

1) Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga dan Pengeluaran Swasta Nirlaba, 2) Konsumsi Pemerintah,

3) Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto, 4) Perubahan Inventori,

5) Ekspor Neto (merupakan ekpor dikurangi impor).

4. PDB dalam Perspektif Islam

Pendekatan ekonomi konvensional menyatakan GDP atau GNP riil dapat dijadikan sebagai suatu ukuran kesejahteraan ekonomi (measure economic welfare) atau kesejahteraan pada suatu negara. Pada waktu GNP naik, maka

64 e -journal.uajy.ac.id, Tanggal 5 April 2016, Pukul 22.19

(29)

29 diasumsikan bahwa rakyat secara materi bertambah baik posisinya ataupun sebaliknya, tentunya setelah dibagi dengan jumlah penduduk (GNP perkapita).

Keritik terhadap GNP sebagai ukuran kesejahteraan ekonomi muncul dan para pengkritik mengatakan bahwa GNP per kapita merupakan ukuran kesejahteraan yang tidak sempurna. Bagaimana ekonomi islam mengkritisi perhitungan GDP riil per kapita yang dijadikan sebagai indikator bagi kesejahteraan suatu negara?

Satu hal yang membedakan sistem ekonomi islam dan sistem ekonomi lainnya adalah penggunaan parameter falah. Falah adalah kesejahteraan yang hakiki, kesejahteraan yang sebenar-benarnya, dimana komponen-komponen rohaniah masuk kedalam pengertian falah ini. Ekonomi islam dalam arti sebuah sistem ekonomi (nidhom al-iqtishad) merupakan sebuah sistem yang dapat mengantar umat manusia kepada real walfare (falah), kesejahteraan yang sebenarnya. Al- falah dalam pengertian islam mengacu kepada konsep islam tentang manusia itu sendiri. Dalam islam, esensi manusia ada pada ruhaniahnya. Karena itu seluruh kegiatan duniawi termasuk dalam aspek ekonomi diarahkan tidak saja untuk memenuhi tuntutan fisik jasadiyah melainkan juga memenuhi kebutuhan ruhani dimana ruh merupakan esensi manusia (Nasution, dkk. 2006).65

D. Investasi

1. Pengertian Investasi

Kata investasi merupakan kata adopsi dari bahasa Inggris, yaitu investment. Kata invest sebagai kata dasar dari investment memiliki arti menanam. Dalam Webster’s New Collegiate Dictionary, kata invest didefinisikan sebagai to make use of for future benefits or advantages and to commit (money) in order to earn a finanfial return. Selanjutnya, kata investment diartikan sebagai the outley of money use for income or profit. Dalam kamus istilah pasar modal dan kuangan kata investasi diartikan sebagai penanaman uang atau modal dalam

65 Nurul Huda, Ek onomi Mak ro Islam: Pendek atan Teoritis, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), 26

(30)

30 suatu perusahaan atau proyek untuk tujuan memperoleh keuntungan (Arifin, 1999). Dan dalam Kamus Lengkap Ekonomi, investasi didefinisikan sebagai pertukaran uang dengan bentuk-bentuk kekayaan lain seperti saham atau harta tidak bergerak yang diharapkan dapat ditahan selama periode waktu tertentu supaya menghasilkan pendapatan (Wirasasmita, 1999).66

Penanaman modal atau investasi merupakan langkah awal kegiatan prodiksi. Pada posisi ini, investasi merupakan awal kegiatan pembangunan ekonomi. Penanaman modal mempengarui tinggi rendahnya pertumbuhan ekonomi dan mencerminkan bergairah atau lesunya perekonomian suatu negara.

Dalam mempercepat pembangunan ekonomi diperlukan peningkatan penanaman modal untuk mengolah potensi ekonomi menjadi kekuatan ekonomi riil dengan menggunakan modal yang berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri.

Disamping menggali sumber pemniayaan asli daerah, pemerintah daerah juga mengundang sumber pembiayaan luar negeri salah satunya adalah penanaman modal asing.67

2. Fungsi Investasi

a. Fungsi Investasi dengan Pendekatan Ekonomi Konvensional

Investasi merupakan pengeluaran perusahaan untuk membeli barang- barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa yang tersedia dalam perekonomian. Dalam membuat fungsi persamaan untuk investasi dengan pendekatan sederhana dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan mengasumsikan bahwa investasi bersifat autonomous atau tidak dipengaruhi

66 Nurul Huda, Mustafa Edwin Nasution, Invetasi Pada Pasar Modal Syariah , (Jakarta:

Kencana Prenada Media Group, 2008), 07

67 Rendy Sagita, Analisis Kausalitas Infrastruk tur dengan Investasi Asing untuk Meningk atk an Produk Domestik Bruto (PDB)Indonesia, Economics Development Analysis Journal, Vol. 2, No. 4, 2013, 298

(31)

31 oleh variabel lain. Selain investasi bersifat autonomous, maka terdapat pula investasi yang dipengaruhi oleh variabel suku bunga atau interest.68

b. Fungsi Investasi dengan Pendekatan Ekonomi Islam

Fungsi investasi dengan pendekatan ekonomi islam tentu berbeda dengan fungsi investasi berdasarkan pendekatan ekonomi konvensional.

Perbedaannya karena fungsi investasi dalam ekonomi konvensional dipengaruhi tingkat suku bunga, hal ini tentuna tidak berlaku dalam pendekatan ekonomi islam.

Menurut Metwally (1995),investasi di negara-negara penganut ekonomi islam dipengaruhi oleh tiga faktor. Pertama, ada sanksi terhadap pemegang aset yang kurang produktif (hoarding idle asset). Kedua, dilarang melakukan berbagai bentuk spekulasi dan segala macam judi. Ketiga, tingkat bunga untuk berbagi pinjaman sama dengan nol. Sehingga seorang muslim boleh memilih tiga alternatif atas dananya yaitu:

1) Memegang kekayaan dalambentuk uang kas (idle cash),

2) Memegang tabungannya dalam bentuk aset tanpa berproduksi seperti deposito, real estate, permata, dan lain-lain.

3) Menginvestasikan tabungannya (seperti memiliki proyek-proyek yang menambah persediaan kapital nasional).69

3. Investasi dalam Perspektif Islam

Investasi merupakan salah satu ajaran dari konsep Islam yang memenuhi proses tadrij dan trichotomy pengetahuan tersebut. Hal tersebut dapat dibuktikan bahwa konsep investasi selain sebagai pengetahuan juga bernuansa spiritual karena menggunakan norma syariah, sekaligus merupakan hakikat dari sebuah

68 Nurul Huda, Ek onomi Mak ro Islam: Pendek atan Teoritis, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), 46

69 Nurul Huda, Ek onomi Mak ro Islam: Pendek atan Teoritis, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), 49

(32)

32 ilmu dan amal, oleh karenanya investasi sangat dianjurkan bagi setiap muslim.

Hal tersebut dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Al-Hasyr ayat 18 sebagai berikut:





































Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang Telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Lafal دغل تمدقام سفنرظنتلؤ ditafsirkan sebagai “hitung dan introspeksilah diri kalian sebelum diintrospeksi, dan lihatlah apa yang kalian simpan (invest) untuk diri kalian dari amal shaleh (after here investment) sebagai bekal kalian menuju hari perhitungan amal pada hari kiamat untuk keselamatan diri didepan Allah SWT.” (Katsir, 2000 dalam Satrio, 2005). Demikian Allah SWT memerintahkan kepada hamba-hambaNya yang beriman untuk melakukan investasi akhirat dengan melakukan amal shalih sejak dini sebagai bekal untuk menghadapi hari perhitungan.70

Konsep investasi dalam ajaran Islam yang diwujudkan dalam bentuk nonfinansial yang berimplikasi terhadap kehidupan ekonomi yang kuat juga tertuang dalam Al-Qur’an surat An-Nisa ayat 9 sebagai berikut:

































Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.

70 Nurul Huda, Mustafa Edwin Nasution, Invetasi Pada Pasar Modal Syariah , (Jakarta:

Kencana Prenada Media Group, 2008), 18

(33)

33 Ayat tersebut menganjurkan untuk berinvestasi dengan mempersiapkan generasi yang kuat, baik aspek intelektualitas, fisik, maupun aspek keimanan sehingga terbentuklah sebuah kepribadian yang utuhdengan kapasitas:

a. Memiliki akidah yang benar, b. Ibadah dengan cara yang benar, c. Memiliki akhlak yang mulia, d. Intelektualitas yang memadai, e. Mampu untuk bekerja atau mandiri, f. Disiplin atas waktu, dan

g. Bermanfaat bagi orang lain.

Dengan tujuh bekal tersebut diharapkan sebuah generasi sebagai hasil investasi jangka panjang para orang tua dapat menjalin kehidupan yang baik,sejahtera serta tentram.71

E. Pendidikan

1. Pengertian Pendidikan

Pendidikan adalah input (masukan) bagi fungsi produksi nasional dalam perannya sebagai komponen modal manusia (human capital), yang berarti investasi produktif dalam sumber daya manusia. Peningkatan pendidikan merupakan tujuan tersendiri yang penting dari upaya pembangunan. Kita tidak dapat dengan mudah menyatakan bahwa suatu negara dengan penduduk berpendapatan tinggi namun tidak terdidik dengan baik dan mengalami masalah kesehatan yang signifikan sehingga masa hidup mereka jauh lebih singkat dibanding orang-orang dimuka bumi yang telah mencapai tingkat pembangunan yang lebih tinggi disbanding dengan negara berpendapatan rendah dengan tingkat harapan hidup penduduknya yang lebih tinggi dan sebagian besar melek aksara.

Dengan demikian, indikator yang kebih baik untuk menunjukan perbedaan dan

71 Nurul Huda, Mustafa Edwin Nasution, Invetasi Pada Pasar Modal Syariah , (Jakarta:

Kencana Prenada Media Group, 2008), 20-21

Referensi

Dokumen terkait

Kesesuaian dengan tujuan prakerin butir satu setelah dilakasanakan prakerin siswa akan lebih siap menghadapi dunia kerja yang sesuai dengan kompetensi keahlian

Dengan adanya Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang PU Cipta Karya diharapkan Kabupaten dapat menggerakkan semua sumber daya yang ada untuk

Zn dalam tanah dikelompokkan dalam bentuk-bentuk kelompok mudah tersedia sampai tidak tersedia bagi tanaman, yaitu bentuk terlarut dalam air, dapat dipertukarkan (terikat

Mahasiswa dapat meminta bantuan dosen wali dalam mendapatkan informasi tentang program pendidikan di Institut Bisnis dan Informatika Stikom Surabaya, pengarahan dalam

Berdasarkan perhitungan diketahui nilai r-hitung lebih besar dari r-tabel yakni r-hitung = 0,7436 r-tabel = 0,516, maka dikatakan data yang digunakan merupakan data

Hasil kali elementer A  hasilkali n buah unsur A tanpa ada pengambilan unsur dari baris/kolom yang sama...

Algoritma pewarnaan titik pada graf dengan sisi kabur untuk pengaturan lampu lalu lintas.. 24 Selanjutnya diberikan beberapa definisi yang akan digunakan pada teorema

Dengan menggunakan batas signifikansi 0,05, maka nilai signifikansi tersebut lebih kecil dari 0,05, maka hipotesis ketiga dapat diterima Arah koefisien regresi