• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA PENINGKATAN KOMPETENSI GURU DALAM MENYUSUN KOMPONEN RPP K13 MELALUI SUPERVISI AKADEMIK BERKALA DI SMP NEGERI 12 SENAYANG TAHUN PELAJARAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "UPAYA PENINGKATAN KOMPETENSI GURU DALAM MENYUSUN KOMPONEN RPP K13 MELALUI SUPERVISI AKADEMIK BERKALA DI SMP NEGERI 12 SENAYANG TAHUN PELAJARAN"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA PENINGKATAN KOMPETENSI GURU DALAM MENYUSUN KOMPONEN RPP K13 MELALUI SUPERVISI AKADEMIK BERKALA DI SMP NEGERI 12

SENAYANG TAHUN PELAJARAN 2019/2020 Oleh:

Muslimah SMPN 12 Senayang

ABSTRAK

Monitoring dan evaluasi kepala sekolah menunjukkan bahwa hanya 67% dari semua guru 9 orang yang bisa menyusun RPP K13 pada siklus I dan meningkat menjadi 85% pada siklus II. Salah satu faktor penyebab adalah kurang sosialisasi pelatihan kepada guru-guru, Kondisi tersebut dipengaruhi oleh: (1) kesibukan guru, (2) kurang adanya pendampingan dan (3) kurang sosialisasi.

Terkait dengan permasalahan di atas, perlu adanya bantuan penanganan yang memadai.

Dalam hal ini upaya yang dilakukan adalah dengan melaksanakan pendampingan, yang bertujuan pada peningkatan kompetensi guru melalui siklus yang sistematis. Analisa data yang dilaksanakan menggunakan analisa deskriptif kualitatif. Penelitian dilakukan dengan tahapan siklus, masing-masing siklus terdiri dari 4 (empat) langkah meliputi: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refl eksi. Hasil penelitian ini, 9 orang guru dari sekolah yang menjadi subyek penelitian, semuanya menunjukkan peningkatan kompetensi sesuai dengan indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. Saran yang diajukan adalah: (1) perlu diintensifkan peningkatan kompetensi guru dalam menyusun RPP K13 melalui kegiatan pendampingan atau sejenisnya (2) untuk meningkatkan kompetensi guru, sekolah, perlu adanya wahana semacam IHT, agar mereka dapat saling bertukar pengalaman melalui dialog akademis.

Penelitian tindakan sekolah ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi profesional guru pada SMP Negeri 12 Senayang Kabupaten Lingga Tahun Pelajaran 2019/2020. Penelitian ini dilakukan oleh kepala sekolah terhadap guru-guru pada SMP Negeri 12 Senayang. Penelitian ini lebih menekankan pada pembinaan terhadap guru dalam meningkatkan kompetensi profesional guru dalam menyusun RPP K13. Adapun jumlah guru yang di jadikan subjek sebanyak 9 orang guru.

Kata kunci: Kompetensi Guru, RPP K13 dan Supervisi Akademik Berkala

PENDAHULUAN

Menurut Syarifbinamu (2017) bahwa beberapa tahapan penting dalam mengimplementasi kurikulum adalah pelaksanaan proses pembelajaran yang diselenggarakan di dalam dan/atau di luar kelas untuk membantu peserta didik mencapai kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan. Dalam Permendikbud No. 22 tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah disebutkan bahwa salah satu prinsip pembelajaran yang penting dalam Kurikulum 2013 adalah peserta didik mencari tahu bukan diberi tahu. Prinsip ini merujuk pada konsep pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student active learning). Peserta didik adalah subjek yang memiliki kemampuan untuk secara aktif mencari, mengolah, mengonstruksi, dan menggunakan pengetahuan. Agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan,

(2)

peserta didik perlu didorong untuk bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, dan berupaya keras mewujudkan ide-idenya.

Untuk menjamin terlaksananya prinsip di atas, guru perlu mempersiapkan proses pembelajaran dengan sebaik-baiknya. Dalam hal ini, guru harus merencanakan pengalaman belajar yang beragam. Pembelajaran pada Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan saintifi k atau pendekatan berbasis proses keilmuan. Pendekatan saintifi k dapat menggunakan beberapa strategi pembelajarandan model-model pembelajaran yang mengembangkan pembelajaran siswa aktif. Model pembelajaran merupakan suatu bentuk pembelajaran yang memiliki nama, ciri, sintak, pengaturan, dan budaya misalnya project-based learning, problem-based learning, dan inquiry/discovery learning. Dengan model-model ini guru diharapkan dapat mengarahkan peserta didik untuk aktif mencari tahu dan membangun pengetahuan baru yang dipelajari.

Masalah yang terjadi di lapangan masih ditemukan adanya guru (baik di sekolah negeri maupun swasta) yang tidak bisa memperlihatkan RPP yang dibuat dengan alasan ketinggalan di rumah dan bagi guru yang sudah membuat RPP masih ditemukan adanya guru yang belum melengkapi komponen tujuan pembelajaran dan penilaian (soal, skor dan kunci jawaban), serta langkah-langkah kegiatan pembelajarannya masih dangkal. Soal, skor, dan kunci jawaban merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Pada komponen penilaian (penskoran dan kunci jawaban) sebagian besar guru tidak lengkap membuatnya dengan alasan sudah tahu dan ada di kepala. Sedangkan pada komponen tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pembelajaran, dan sumber belajar sebagian besar guru sudah membuatnya. Masalah yang lain yaitu sebagian besar guru di sekolah negeri maupun swasta belum mendapatkan pelatihan pengembangan RPP. Selama ini guru-guru sedikit/jarang mendapatkan kesempatan untuk mengikuti berbagai Diklat Peningkatan Profesionalisme Guru. Hal ini menyebabkan banyak guru yang belum tahu dan memahami penyusunan/pembuatan RPP secara baik/lengkap. Beberapa guru mengadopsi RPP orang lain. Hal ini peneliti ketahui pada saat mengadakan supervisi akademik (supervisi kunjungan kelas) di sekolah binaan peneliti. Permasalahan tersebut berpengaruh besar terhadap pelaksanaan proses pembelajaran.

Dengan keadaan demikian, peneliti sebagai kepala sekolah berusaha untuk memberi supervisi berkala pada guru dalam menyusun RPP secara lengkap sesuai dengan tuntutan pada standar proses dan standar penilaian yang merupakan bagian dari standar nasional pendidikan.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran harus dibuat agar kegiatan pembelajaran berjalan sistematis dan mencapai tujuan pembelajaran. Tanpa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, biasanya pembelajaran menjadi tidak terarah. Oleh karena itu, guru harus mampu menyusun RPP K13 dengan lengkap berdasarkan silabus yang telah diterbitkan oleh pemerintah. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran sangat penting bagi seorang guru karena merupakan acuan dalam melaksanakan proses pembelajaran.

KAJIAN PUSTAKA Pengertian Guru

Guru adalah tenaga pendidik yang profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik, dan bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran.

(3)

Standar Kompetensi Guru

1. Pengertian Standar Kompetensi Guru

Kompetensi adalah sebagai suatu kecakapan untuk melakukan sesuatu pekerjaan berkat pengetahuan, keterampilan ataupun keahlian yang dimiliki untuk melaksanakan suatu pekerjaan.

2. Tujuan dan Manfaat Standar Kompetensi Guru

Depdiknas (2004: 4) tujuan adanya Standar Kompetensi Guru adalah sebagai jaminan dikuasainya tingkat kompetensi minimal oleh guru sehingga yang bersangkutan dapat melakukan tugasnya secara profesional, dapat dibina secara efektif dan efi sien serta dapat melayani pihak yang berkepentingan terhadap proses pembelajaran, dengan sebaik- baiknya sesuai bidang tugasnya.

Adapun manfaat disusunnya standar kompetensi guru adalah sebagai acuan pelaksanaan uji kompetensi, penyelenggaraan diklat, dan pembinaan, maupun acuan bagi pihak yang berkepentingan terhadap kompetensi guru untuk melakukan evaluasi, pengembangan bahan ajar dan sebagainya bagi tenaga kependidikan.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kurikulum 13 1. Pengertian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Perencanaan pembelajaran adalah suatu upaya menyusun perencanaan pembelajaran yang akan dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam kurikulum sesuai dengan kebutuhan siswa, sekolah, dan daerah.

2. Komponen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Komponen dan sistematika RPP berikut mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah dan Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Menengah.

3. Prinsip-Prinsip Penyusunan RPP

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah, disebutkan serangkaian prinsip yang harus diperhatikan guru dalam menyusun RPP.

4. Langkah- langkah Menyusun RPP

Langkah-langkah menyusun RPP adalah a. identitas sekolah yaitu nama satuan pendidikan; b. identitas mata pelajaran atau tema/subtema; c. kelas/semester; d. materi pokok; e. alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan beban belajar dengan mempertimbangkan jumlah jam pelajaran yang tersedia dalam silabus dan KD yang harus dicapai; f. tujuan pembelajaran yang dirumuskan berdasarkan KD, dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan; g. kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi; h. materi pembelajaran, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator ketercapaian kompetensi; i. metode pembelajaran, digunakan oleh pendidik

(4)

untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai KD yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan KD yang akan dicapai; j.

media pembelajaran, berupa alat bantu proses pembelajaran untuk menyampaikan materi pelajaran; k. sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar, atau sumber belajar lain yang relevan; l. langkah-langkah pembelajaran dilakukan melalui tahapan pendahuluan, inti, dan penutup; dan m. penilaian hasil pembelajaran.

5. Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Menyusun RPP

Dalam penyusunan RPP perlu memperhatikan hal sebagai berikut: a) RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih, b) tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajar yang harus dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar, c) tujuan pembelajaran dapat mencakupi sejumlah indikator, atau satu tujuan pembelajaran untuk beberapa indikator, yang penting tujuan pembelajaran harus mengacu pada pencapaian indikator, d) Kegiatan pembelajaran (langkah-langkah pembelajaran) dibuat setiap pertemuan, bila dalam satu RPP terdapat 3 kali pertemuan, maka dalam RPP tersebut terdapat 3 langkah pembelajaran, e). Bila terdapat lebih dari satu pertemuan untuk indikator yang sama, tidak perlu dibuatkan langkah kegiatan yang lengkap untuk setiap pertemuannya.

Supervisi Akademik Berkala

Supervisi kepala sekolah merupakan upaya seorang pimpinan sekolah melalui pembinaan guru-guru dalam meningkatkan kualitas mengajarnya dengan langkah-langkah perencanaan, penampilan mengajar yang nyata serta mengadakan perubahan secara rasional dalam usaha meningkatkan hasil belajar siswa.

1. Karakteristik Supervisi

Supervisi klinis lebih berorientasi kepada penemuan masalah secara obyektif.

Masalah tersebut bukan untuk menekan bawahan, akan tetapi untuk dianalisis dan dilakukan pemecahan masalah (problem solving) secara bersama-sama.

2. Teknik-Teknik Supervisi

Menurut Purwanto (dalam Hermawati, 2010), “secara garis besar cara atau teknik supervisi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu teknik supervisi individual dan teknik supervisi kelompok baik di dalam maupun di luar kelas”.

a. Teknik Supervisi Individual b. Teknik Kelompok

1) Mengadakan pertemuan atau rapat (meeting) 2) Mengadakan diskusi kelompok (group discussions) 3) Mengadakan penataran-penataran (inservice-training)

METODOLOGI PENELITIAN Settingan Penelitian

Settingan dalam penelitian ini meliputi: tempat penelitian, waktu penelitian, jadwal penelitian, dan siklus PTS sebagai berikut:

(5)

1. Tempat Penelitian

Penelitian Tindakan Sekolah dilaksanakan di sekolah binaan peneliti yaitu SMP Negeri 12 Senayang. Pemilihan sekolah tersebut bertujuan untuk meningkatkan kompetensi guru dalam menentukan komponen RPP K13 dengan lengkap.

2. Waktu Penelitian

PTS ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun 2019 selama kurang lebih dua bulan, mulai September sampai dengan November 2019.

3. Jadwal Pelaksanaan Penelitian

Tabel Jadwal pelaksanaan penelitian

No Kegiatan Waktu

1. Membuat proposal 2 s.d 4 September 2019 2. Merevisi proposal 9 s.d 10 September 2019 3. Melaksanakan PTS 16 s.d 23 September 2019 4. Membuat laporan PTS 7 s.d 19 Oktober 2019 5. Mempresentasikan hasil PTS 22 s.d 23 November 2019 4. Siklus Penelitian

Penelitian Tindakan Sekolah dilaksanakan melalui dua siklus untuk melihat peningkatan kompetensi guru dalam menentukan komponen RPP K13.

Subjek Penelitian

Yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah seluruh guru SMP Negeri 12 Senayang berjumlah 9 orang.

Sumber Data

Sumber data dalam PTS ini adalah seperangkat rencana pelaksanaan pembelajaran yang sudah dibuat guru.

Teknik dan Alat Pengumpulan Data 1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi, dan diskusi.

2. Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data dalam PTS ini sebagai berikut:

a. Wawancara menggunakan panduan wawancara untuk mengetahui kemampuan awal yang dimiliki guru tentang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.

b. Observasi menggunakan lembar observasi untuk mengetahui komponen RPP K13 yang telah dibuat dan yang belum dibuat oleh guru.

c. Diskusi dilakukan dengan maksud untuk sharing pendapat antara peneliti dengan guru.

Prosedur Penelitian

Penelitian ini berbentuk Penelitian Tindakan Sekolah (School Action Research), yaitu sebuah penelitian yang merupakan kerjasama antara peneliti dan guru, dalam meningkatkan kemampuan guru agar menjadi lebih baik dalam menentukan klomponen RPP K13.

(6)

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, dengan menggunakan teknik persentase untuk melihat peningkatan yang terjadi dari siklus ke siklus.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kesulitan-kesulitan yang dialami oleh guru dalam menyusun RPP K13. Selanjutnya peneliti memberikan alternatif atau usaha guna meningkatkan kemampuan guru dalam membuat rencana pelaksanaan pembelajaran.

Prosedur penelitian adalah suatu rangkaian tahap-tahap penelitian dari awal sampai akhir.

Penelitian ini merupakan proses pengkajian sistem berdaur sebagaimana kerangka berpikir yang dikembangkan oleh Suharsimi Arikunto dkk. Prosedur ini mencakup tahap-tahap: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refl eksi. Keempat kegiatan tersebut saling terkait dan secara urut membentuk sebuah siklus. Penelitian Tindakan Sekolah merupakan penelitian yang bersiklus, artinya penelitian dilakukan secara berulang dan berkelanjutan sampai tujuan penelitian dapat tercapai.”

Rencana Pelaksanaan

Rencana pelaksanaan dilakukan dalam dua siklus yaitu:

1. Siklus Pertama 2. Siklus Kedua

Indikator Pencapaian Hasil

Peneliti mengharapkan secara rinci indikator pencapaian hasil paling rendah 75% guru membuat kesebelas komponen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran sebagai berikut:

1. Komponen identitas sekolah diharapkan ketercapaiannya 100%.

2. Komponen kompetensi inti diharapkan ketercapaiannya 85%.

3. Komponen kompetensi dasar diharapkan ketercapaiannya 85%.

4. Komponen indikator pencapaian kompetensi diharapkan ketercapaiannya 75%.

5. Komponen tujuan pembelajaran ajar diharapkan ketercapaiannya 75%.

6. Komponen materi pembelajaran diharapkan kecercapaian 75%.

7. Komponen metode pembelajaran diharapkan ketercapaiannya 75%.

8. Komponen media dan bahan diharapkan kecercapaiannya 75%.

9. Komponen sumber belajar diharapkan ketercapaiannya 75%.

10. Komponen langkah-langkah pembelajaran diharapkan ketercapaiannya 75%.

11. Komponen penilaian (soal, pedoman penskoran, kunci jawaban) diharapkan ketercapaiannya 75%.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Hasil Penelitian

Dari hasil wawancara terhadap Sembilan orang guru SMP Negeri 12 Senayang, peneliti memperoleh informasi bahwa semua guru belum tahu kerangka penyusunan RPP K13, hanya sekolah yang memiliki dokumen standar proses (satu buah), semua guru belum pernah mengikuti pelatihan pengembangan RPP K13, umumnya guru mengadopsi dan mengadaptasi RPP K13, kebanyakan guru tidak tahu dan tidak paham menyusun RPP K13 secara lengkap, mereka setuju bahwa guru harus menggunakan RPP K13 dalam melaksanakan proses pembelajaran yang dapat dijadikan acuan/pedoman dalam proses pembelajaran. Selain itu, kebanyakan guru belum tahu dengan komponen-komponen RPP K13 secara lengkap.

(7)

Berdasarkan hasil observasi peneliti terhadap sembilan RPP yang dibuat guru (khusus pada siklus I), diperoleh informasi/data bahwa masih ada guru yang tidak melengkapi RPP-nya dengan komponen dan sub-sub komponen RPP tertentu, misalnya komponen indikator dan penilaian hasil belajar (pedoman penskoran dan kunci jawaban). Rumusan kegiatan siswa pada komponen langkah-langkah kegiatan pembelajaran masih kurang tajam, interaktif, inspiratif, menantang, dan sistematis.

Dilihat dari segi kompetensi guru, terjadi peningkatan dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dari siklus ke siklus. Hal itu dapat dilihat pada lampiran Rekapitulasi Hasil Penyusunan RPP K13 dari siklus ke siklus.

Siklus I (Pertama)

1. Perencanaan (Planning) 2 Pelaksanaan (Acting) 3. Observasi (Observation)

Observasi dilaksanakan Senin, 16 September 2019, terhadap 9 orang guru. Semuanya menyusun RPP K13, tapi masih ada guru yang belum melengkapi RPP-nya baik dengan komponen maupun sub-sub komponen RPP K13 tertentu. Empat orang tidak melengkapi RPP-nya dengan komponen indikator pencapaian kompetensi. Untuk komponen penilaian hasil belajar, dapat dikemukakan sebagai berikut:

a. Empat orang tidak melengkapinya dengan teknik dan bentuk instrumen.

b. Tiga orang tidak melengkapinya dengan teknik, bentuk instumen, soal, pedoman penskoran, dan kunci jawaban.

c. Dua orang tidak melengkapinya dengan teknik, pedoman penskoran, dan kunci jawaban.

d. Tiga orang tidak melengkapinya dengan soal, pedoman penskoran, dan kunci jawaban.

e. Empat orang tidak melengkapinya dengan pedoman penskoran dan kunci jawaban.

Selanjutnya mereka dibimbing dan disarankan untuk melengkapinya.

Adapun proses pengumpulan RPP K13 menggunakan lembar observasi telah dipersiapkan. Hasil observasi pada siklus I dapat dilihat pada tabel berikut ini:

No Komponen RPP yang Diamati Persentase

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7 8.

9.

10.

11.

Mencantumkan Identitas Sekolah Mencantumkan Kompetensi Inti Mencantumkan Kompetensi Dasar

Mencantumkan Indikator Pencapaian Kompetensi Mencantumkan Tujuan Pembelajaran

Mencantumkan Materi Pembelajaran Mencantumkan Metode Pembelajaran Mencantumkan Media Dan Bahan Mencantumkan Sumber Belajar

Mencantumkan Langkah-Langkah Pembelajaran Mencantumkan Penilaian

2,9 3,1 3,1 1,3 3,1 1,3 3,0 3,8 3,0 3,0 3,0

Jumlah 67%

Pada siklus I, secara garis besar pelaksanaan penyusunan RPP belum dilaksanakan dengan baik hasil yang diperoleh belum maksimal.

(8)

4. Refl eksi (Refl ection)

Dalam pelaksanaan supervisi akademik berkala dilakukan, secara tidak langsung diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut:

a. Sebagian besar guru kurang termotivasi dalam penyusunan perangkat pembelajaran terutama RPP K13.

b. Guru belum siap untuk dilakukan supervisi.

c. Pengajaran masih secara konvensional.

d. Masih rendahnya kompetensi guru dalam menyusun RPP K13. Persentase penyusunan baru mencapai 67%.

Berdasarkan tabel di atas komponen RPP K13 yang paling rendah adalah komponen 4, 6, 8, dan 1 untuk komponen yang lain dianggap sudah baik. Tetapi hasil yang diperoleh belum memuaskan hati peneliti target persentase masing-masing komponen 75% belum tercapai. Oleh karena itu, peneliti merasa perlu dilakukan perbaikan dan bimbingan intensif kepada guru-guru yang berada di bawah pimpinan peneliti.

Siklus II (Kedua)

Siklus kedua juga terdiri dari empat tahap yakni: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi, dan (4) refl eksi. Hasil observasi pada siklus kedua dapat dideskripsikan berikut ini:

Siklus pertama terdiri dari empat tahap yakni: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi, dan (4) refl eksi seperti berikut ini:

1. Perencanaan (Planning) 2, Pelaksanaan (Acting) 3. Observasi (Observation)

Observasi dilaksanakan, Rabu 18 September 2019, terhadap sembilan orang guru.

Semuanya menyusun RPP K13, tapi masih ada guru yang keliru dalam menentukan kegiatan siswa dalam langkah-langkah kegiatan pembelajaran dan metode pembelajaran, serta tidak memilah/menguraikan materi pembelajaran dalam sub-sub materi.

Adapun proses pengumpulan RPP K13 menggunakan lembar observasi telah dipersiapkan. Hasil observasi pada siklus II dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel Prosentase Penilaian Komponen RPP K13 pada Siklus II

No Komponen RPP yang Diamati Persentase

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

Mencantumkan Identitas Sekolah Mencantumkan Kompetensi Inti Mencantumkan Kompetensi Dasar

Mencantumkan Indikator Pencapaian Kompetensi Mencantumkan Tujuan Pembelajaran

Mencantumkan Materi Pembelajaran Mencantumkan Metode Pembelajaran Mencantumkan Media Dan Bahan Mencantumkan Sumber Belajar

Mencantumkan Langkah-Langkah Pembelajaran Mencantumkan Penilaian

3,8 4,0 4,0 1,4 4,0 1,9 4,0 3,1 4,0 3,8 3,8

Jumlah 85%

(9)

Pada siklus II, pelaksanaan penyusunan RPP K13 sudah dilaksanakan dengan baik dan hasil yang diperoleh sudah maksimal.

4. Refl eksi (Refl ection)

Dalam pelaksanaan supervisi akademik berkala dilakukan, secara tidak langsung diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut:

a. Sebagian besar guru sudah termotivasi menyusun RPP K13.

b. Guru sudah bersedia untuk disupervisi.

c. Pengajaran telah menggunakan berbagai model dan metode pembelajaran.

d. Kompetensi guru dalam menyusun RPP K13 mengalami peningkatan sebesar 85%. Artinya target persentase tercapai. Oleh karena itu, peneliti merasa penelitian dihentikan sampai disini.

Pembahasan

Penelitian Tindakan Sekolah dilaksanakan di SMP Negeri 12 Senayang Kabupaten Lingga yang merupakan sekolah peneliti berstatus Negeri, terdiri atas tiga orang guru pegawai dan lima orang guru honorer, dan dilaksanakan dalam dua siklus. Kesembilan orang guru tersebut menunjukkan sikap yang baik dan termotivasi dalam menyusun RPP K13 dengan lengkap.

Hal ini peneliti ketahui dari hasil pengamatan pada saat melakukan wawancara dan bimbingan penyusunan RPP K13.

Selanjutnya dilihat dari kompetensi guru dalam menyusun RPP K13, terjadi peningkatan dari siklus ke siklus.

1. Komponen Identitas Sekolah

Pada siklus pertama semua guru (sembilan orang) mencantumkan identitas sekolah dalam RPP-nya (melengkapi RPP-nya dengan identitas sekolah). Jika dipersentasekan, 72%.

Delapan orang guru mendapat skor 3 (baik) dan 1 orang mendapat skor 2 (cukup baik). Pada siklus kedua terdapat delapan guru tersebut mencantumkan identitas sekolah dalam RPP-nya.

Semuanya mendapat skor 4 (sangat baik), masih terdapat satu orang guru mendapat skor 2 (kurang baik). Jika dipersentasekan, 94%, terjadi peningkatan 22% dari siklus I.

2. Komponen Kompetensi Inti

Pada siklus pertama sembilan guru mencantumkan kompetensi inti dalam RPP-nya (melengkapi RPP-nya dengan kompetensi inti). Jika dipersentasekan 787%. Masing- masing satu orang guru mendapat skor 4, dan delapan orang guru mendapat skor 3 (sangat baik dan dan baik). Pada siklus kedua semua guru mencantumkan kompetensi inti dalam RPP-nya. Semuanya mendapat skor 4 (sangat baik). Jika dipersentasekan, 100%, terjadi peningkatan 22% dari siklus I.

3. Komponen Kompetensi Dasar

Pada siklus pertama sembilan guru mencantumkan kompetensi dasar dalam RPP- nya (melengkapi RPP-nya dengan kompetensi dasar). Jika dipersentasekan 78%. Masing- masing satu orang guru mendapat skor 4, dan delapan orang guru mendapat skor 3 (sangat baik dan dan baik). Pada siklus kedua semua guru mencantumkan kompetensi dasar dalam RPP-nya. Semuanya mendapat skor 4 (sangat baik). Jika dipersentasekan, 100%, terjadi peningkatan 22% dari siklus I.

(10)

4. Komponen Indikator Pencapaian Kompetensi

Pada siklus pertama satu orang guru mencantumkan indikator pencapaian kompetensi dalam RPP-nya (melengkapi RPP-nya dengan indikator pencapaian kompetensi).

Sedangkan delapan orang tidak mencantumkan/melengkapinya. Jika dipersentasekan, 31%. Satu orang guru mendapat skor 3 dan delapan mendapat skor 1 (baik dan kurang baik). Pada siklus kedua sembilan orang guru mencantumkan indikator pencapaian kompetensi dalam RPP-nya mendapat skor 1 dan satu orang mendapat skor 4 (kurang baik dan sangat baik). Jika dipersentasekan, 34%, terjadi peningkatan 3% dari siklus I.

5. Komponen Tujuan Pembelajaran

Pada siklus pertama semua guru (sembilan orang) mencantumkan tujuan pembelajaran dalam RPP-nya (melengkapi RPP-nya dengan tujuan pembelajaran). Jika dipersentasekan, 78%. Satu orang guru mendapat skor 4 (sangat baik), dan delapan orang guru mendapat skor 3 (baik). Pada siklus kedua sembilan orang guru tersebut mencantumkan tujuan pembelajaran dalam RPP-nya. Semuanya mendapat skor 4 (sangat baik). Jika dipersentasekan, 100%, terjadi peningkatan 22% dari siklus I.

6. Komponen Materi Pembelajaran

Pada siklus pertama sembilan guru mencantumkan materi pembelajaran dalam RPP- nya (melengkapi RPP-nya dengan materi pembelajaran). Jika dipersentasekan, 31%. dua orang guru masing-masing mendapat skor 2 dan tujuh orang guru mendapat skor 1 (cukup baik dan kurang baik). Pada siklus kedua sembilan orang guru tersebut mencantumkan materi pembelajaran dalam RPP-nya. Dua orang mendapat skor 3 (baik) dan satu orang mendapat skor 4 (sangat baik) dan enam orang guru mendapat skor 1 (kurang baik). Jika dipersentasekan, 47%, terjadi peningkatan 16% dari siklus I.

7. Komponen Metode Pembelajaran

Pada siklus pertama semua guru (sembilan orang) mencantumkan metode pembelajaran dalam RPP-nya (melengkapi RPP-nya dengan materi pembelajaran).

Semuanya mendapat skor 3 (baik). Jika dipersentasekan, 75%. Pada siklus kedua kesembilan orang guru tersebut mencantumkan metode pembelajaran dalam RPP- nya. Kesemuanya mendapat skor 4 (sangat baik). Jika dipersentasekan, 100%, terjadi peningkatan 25% dari siklus I.

8. Komponen Media dan Bahan

Pada siklus pertama semua guru (sembilan orang guru) mencantumkan media dan bahan pembelajaran dalam RPP-nya (melengkapi RPP-nya dengan media dan bahan pembelajaran). Jika dipersentasekan, 69%. Satu orang guru mendapat skor 1 (kurang baik), dan delapan orang guru mendapat skor 3 (baik). Pada siklus kedua sembilan orang guru tersebut mencantumkan media dan bahan pembelajaran dalam RPP-nya. Dua orang mendapat skor 1 (kurang baik), satu orang mendapat skor 3 (baik) dan enam orang guru mendapat skor 4, Jika dipersentasekan 78%, terjadi peningkatan 9% dari siklus I.

(11)

9. Komponen Sumber Belajar

Pada siklus pertama semua guru (sembilan orang guru) mencantumkan sumber belajar dalam RPP-nya (melengkapi RPP-nya dengan sumber belajar). Jika dipersentasekan, 75%. Sembilan orang guru mendapat skor 3 (baik). Pada siklus kedua kesembilan orang guru tersebut mencantumkan sumber belajar dalam RPP-nya. kesemuanya mendapat skor 4 (sangat baik). Jika dipersentasekan, 100%, terjadi peningkatan 25% dari siklus I.

10. Komponen Langkah-langkah Pembelajaran

Pada siklus pertama semua guru (sembilan orang) mencantumkan langkah- langkah pembelajaran dalam RPP-nya (melengkapi RPP-nya dengan langkah-langkah pembelajaran). Jika dipersentasekan, 75%. Kesemua orang guru mendapat skor 3 (baik).

Pada siklus kedua kesembilan orang guru tersebut mencantumkan langkah-langkah pembelajaran dalam RPP-nya. Dua orang mendapat skor 3 (baik) dan tujuh orang mendapat skor 4 (sangat baik). Jika dipersentasekan, 94%, terjadi peningkatan 19% dari siklus I.

11. Komponen Penilaian

Pada siklus pertama semua guru (sembilan orang) mencantumkan penilaian hasil belajar dalam RPP-nya meskipun sub-sub komponennya (teknik, bentuk instrumen, soal), pedoman penskoran, dan kunci jawabannya kurang lengkap. Jika dipersentasekan, 75%.

kesemuanya mendapat skor 3 (baik). Pada siklus kedua kesembilan orang guru tersebut mencantumkan penilaian hasil belajar dalam RPP-nya meskipun ada guru yang masih keliru dalam menentukan teknik dan bentuk penilaiannya. Dua orang mendapat skor 3 (baik) dan tujuh orang mendapat skor 4 (sangat baik). Jika dipersentasekan, 94%, terjadi peningkatan 19% dari siklus I.

Berdasarkan pembahasan di atas terjadi peningkatan kompetensi guru dalam menyusun RPP K13. Pada siklus I nilai rata-rata komponen RPP K13 67%, pada siklus II nilai rata-rata komponen RPP K13 85%, terjadi peningkatan 18%. Untuk mengetahui lebih jelas peningkatan setiap komponen RPP K13, dapat dilihat pada lampiran Rekapitulasi Hasil Penyusunan RPP K13 dari siklus ke siklus SMP Negeri 12 Senayang.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) dapat disimpulkan bahwa supervisi akademik berkala dapat meningkatkan kompetensi guru dalam menyusun RPP K13. Hal ini terbukti dari hasil observasi/pengamatan yang memperlihatkan bahwa telah terjadi peningkatan kompetensi guru dalam menyusun RPP K13 dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I nilai rata- rata komponen RPP 67% dan pada siklus II 85%. Jadi, terjadi peningkatan sebesar 18%.

(12)

Saran

Telah terbukti bahwa dengan supervisi akademik berkala dapat meningkatkan kompetensi guru dalam menyusun RPP K13. Oleh karena itu, peneliti menyampaikan beberapa saran sebagai berikut:

1. RPP K13 yang disusun/dibuat hendaknya mengandung komponen-komponen RPP secara lengkap dan baik karena RPP K13 merupakan acuan/pedoman dalam melaksanakan pembelajaran.

2. Dokumen RPP K13 hendaknya dibuat minimal dua rangkap, satu untuk arsip sekolah dan satunya lagi untuk pegangan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

_________________2004. Standar Kompetensi Guru Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas.

_________________2007. Permendiknas RI No. 12 Tahun 2007b tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah. Jakarata: Depdiknas.

_________________2007. Permendiknas RI No. 41 Tahun 2007a tentang Standar Proses.

Jakarta: Depdiknas.

_________________2008. Alat Penilaian Kemampuan Guru. Jakarta: Depdiknas.

_________________2008. Perangkat Pembelajaran Kurikulum Tingkat Satuan Pembelajaran SMA. Jakarta.

_________________2010. Supervisi Akademik. Jakarta.

Depdiknas. 2003. UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Dewi, Kurniawati Eni. 2009. Pengembangan Bahan Ajar Bahasa dan Sastra Indonesia dengan Pendekatan Tematis. Tesis. Surakarta: Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret.

Hermawati, Rina. 2010. Kajian Tentang Supervisi Kepala Sekolah. Jakarta: Depdiknas.

Mulyasa, E. 2007. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nawawi, Hadari. 1985. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Sudjana, Nana. 2009. Standar Kompetensi Pengawas Dimensi dan Indikator. Jakarta: Binamitra Publishing.

Sudrajat Akhmad. 2010. Kompetensi Guru dan Peran Kepala Sekolah.

Suparlan. 2005. Menjadi Guru Efektif. Yogyakarta: Hikayat Publishing.

Syarifbinamu. 2017. https://syarifbinamu.fi les.wordpress.com/2017/04/3-panduan- penyusunan-rpp-smp.pdf. Diunduh tanggal 26 Agustus 2019 jam 08.10 WIB.

Gambar

Tabel Prosentase Penilaian Komponen RPP K13 pada Siklus II

Referensi

Dokumen terkait

Seseorang meninggal dunia dengan ahli waris terdiria tas suami, dua orang anak perempuan, seorang cucu perempuan, dan saudara perempuan sebapak7. Berapa rupiah yang diterima

Namun setelah 3 tiga tahun beroperasi tingkat okupansi KA Bandara masih rendah yaitu 32% sepanjang tahun 2019, sehingga perlu di evaluasi dari segi kinerja operasional

Természetesen merül hát fel időről időre a kutatási kérdés, mekkora is az olaj jelentősége az orosz gazdaságban, mekkora az olajszektor részesedése az összgazdasági

Forestry Fishier Coal 0 Crude oil and Natural gas 11 Metal ores minim 12 Non-metallic ores mng 13 Dairy products 14 Meat and meat products 15 Other foods _16 Animal feeds 17- Tea

Sedangkan hasil yang diperoleh dari pengujian secara bersamaan adalah variabel independen (variabel independen) yang digunakan dalam penelitian ini (ukuran

Berdasarkan hasil pembahasan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa Kepuasan kerja pegawai di ISI Denpasar pada kelompok pegawai yang memiliki komitmen terhadap

a) Sikap manajer yang berkaitan dengan penggajian sudah cukup baik dalam menanggapi keluhan dan menjelaskan kewajiban dan hak karyawan. Jika karyawan memiliki keluhan