• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa Strategi Pengembangan Kota Yogyakarta Menuju Kota Pintar (Smart City) i

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Analisa Strategi Pengembangan Kota Yogyakarta Menuju Kota Pintar (Smart City) i"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

Buku Ajar

Analisa Strategi Pengembangan Kota Yogyakarta Menuju Kota Pintar

(Smart City)

Nur Faidati, SIP, MA (0518088302) Muhammad Khozin, SIP, MPA (0502117901)

Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta Jl. Siliwangi (Ring Road Barat) No. 63 Mlangi, Nogotirto, Gamping, Sleman, Yogyakarta. 55292

(2)

Buku Ajar

Analisa Strategi Pengembangan Kota Yogyakarta Menuju Kota Pintar (Smart City)

Disusun Oleh:

• Nur Faidati, SIP, MA (0518088302)

• Muhammad Khozin, SIP, MPA (0502117901) Desain Sampul dan Tata Letak

Adhi Pradhitya Mega Tama Cetakan 1, November 2018 ISBN: 978-602-0739-07-6

Diterbitkan

Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta Jl. Siliwangi (Ring Road Barat) No. 63

Mlangi, Nogotirto, Gamping, Sleman, Yogyakarta. 55292 Telp. : 0274-4469199

Fax. : 0274-4469204 email : info@unisayogya.ac.id Website : www.unisayogya.ac.id

(3)

Kata Pengantar

Pesatnya perkembangan teknologi dan laju informasi, serta tuntutan masyarakat akan penyelenggaraan pelayanan publik yang lebih baik telah memaksa Pemerintah untuk berinovasi.

Pemanfaatan teknologi informasi dalam penyelenggaraan tugas-tugas administrasi pemerintahan adalah bukti pemerintah telah bertransformasi dari sistem yang tradisional (konvensional) menjadi digital (e-government).

Ruang lingkup e-government yang semakin luas pada berbagai urusan pemerintahan kini mulai dikembangkan oleh pemerintah menjadi konsep smart city. Hal ini karena tuntutan Pemerintah untuk meningkatkan interaksi dengan pelaku bisnis dan industri, serta masyarakat melalui informasi.

Tujuannya tak lain untuk menjamin dan mewujudkan pelayanan publik yang lebih. Baik.

Pemerintah Yogyakarta adalah salah satu kota yang tengah mengembangkan dirinya menuju kota pintar (smart city).

Berbagai kebijakan dalam penyelenggaraan pelayanan publik telah diinisiasi. Penelitian ini akan mengkaji tekait bagaimana strategi Pemerintah Kota Yogyakarta dalam tahap pengembangan Kota Yogyakarta menjadi Kota Pintar (Smart City).

(4)

Laporan ini adalah laporan atas penelitian Analisa Pengembangan Strategi Kota Yogyakarta Menuju Kota Pintar (Smart City). Sebagai sebuah laporan perkembangan, laporan penelitian ini tentunya masih membutuhkan banyak penyempurnaan. Oleh karena itu segala bentuk saran dan masukan sangat diperlukan untuk memperbaiki laporan ini.

Sleman, 16 November 2018 Nur Faidati, S.IP, MA Muhammad Khozin, S.IP, MPA

(5)

Daftar Isi

Kata Pengantar iii

Daftar Tabel vii

Daftar Gambar viii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. PENGANTAR 1

B. RUMUSAN MASALAH 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5

A. KERANGKA TEORI 5

1. Pengertian Kota Pintar (Smart City) 5 2. Konsep Kota Pintar (Smart City) 5 3. Dimensi Kota Pintar (Smart City) 6 4. Faktor-faktor yang mempengaruhi

terwujudnya Kota Pintar (Smart City) Di Indonesia 9 5. Strategi Pembangunan Kota Pintar (Smart City) 12

BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 14

A. TUJUAN PENELITIAN 14

B. MANFAAT PENELITIAN 15

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 16

A. VARIABEL PENELITIAN 16

B. TEKNIK PENGUMPULAN DATA 19

1. Data Primer 19

2. Data Sekunder 20

C. RENCANA PENULISAN 20

(6)

BAB V HASIL YANG DICAPAI 22 A. JEJAK PEMBANGUNAN DAN PENGELOLAAN

KOTA YOGYAKARTA BERBASIS TIK 22 1. Sistem Informasi dan Manajemen

Pelayanan Kesehatan 23

2. Penerapan E-Education 25

3. Penerapan E-Tourism (Hi Jogja) 29

4. Penerapan Open Government 30

5. Penerapan E-Tax 32

6. Penerapan E-Diciplin 35

7. SIM Pemberdayaan 35

8. Penerapan E-Report 36

9. Free Wifi Untuk Masyarakat 36 B. STRATEGI PENGEMBANGAN KOTA MENUJU

KOTA PINTAR 39

1. Penyelarasan Kebijakan dan Strategi

Yogyakarta Smart City 44

2. Penataan Unsur Yogyakarta Smart City 44 3. Pembangunan dan Pengembangan

Yogyakarta Smart City 45

BAB VI HASIL YANG DICAPAI 53

BAB VII RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA 55

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN 56

A. KESIMPULAN 56

B. SARAN 57

DAFTAR PUSTAKA 58

(7)

Daftar Tabel

Tabel 4.1. Variabel Kota Pintar (Smart City) 17 Tabel 5.1. Pentahapan Masterplan E-Government

Pemerintah Kota Yogyakarta 40

(8)

Daftar Gambar

Gambar 1.1. Hubungan Antara Visi Kota dan Konsep

Kota Pintar (Smart City) Kota Yogyakarta 3

Gambar 5.1. Portal MedCIS Puskesmas 24

Gambar 5.2 Kru 118 Kota Yogyakarta 25

Gambar 5.3. Tampilan Kelompok Belajar Siswa Online 26 Gambar 5.4. Tampilan Digital Library Perpustakaan

Kota Yogyakarta 28

Gambar 5.5. Tampilan PPDB Online Kota Yogyakarta 29

Gambar 5.6. Tampilan H! Jogja 30

Gambar 5.7. Tampilan UPIK Kota Yogyakarta 31 Gambar 5.8. Tampilan Whistle Blower System Kota

Yogyakarta 32

Gambar 5.9. Mekanisme Pembayaran menggunakan

Payment Online System 34

Gambar 5.10 Lokasi layanan free hotspot 37 Gambar 5.11 Lokasi layanan free hotspot 38 Gambar 5.12 Layanan free hotspot di Perpustakaan

Kota Yogyakarta 39

Gambar 5.11. Konsep Pengembangan Smart City Kota

Yogyakarta 42

Gambar 5.12. Pentahapan Smart City Kota Yogyakarta 43

(9)

Gambar 5.1.3. Sistem Informasi Perencanaan Dengan

Menggunakan Data Terintegrasi 47 Gambar 5.1.4. Sistem Informasi Keuangan Dengan

Menggunakan Data Terintegrasi 48 Gambar 5.1.5. Sistem Informasi Anggaran Dengan

Menggunakan Data Terintegrasi 49 Gambar 5.1.6. Sistem Informasi Puskesmas dengan SIN 49 Gambar 5.1.7. Sistem Informasi Penerimaan Siswa Baru

dengan SIN 50

Gambar 5.1.8. Sistem Informasi PBB dengan SIN 50 Gambar 5.1.8. Sistem Informasi Kependudukan dengan SIN 51 Gambar 6.1. Strategi Pengembangan Kota Yogyakarta

Menuju Kota Pintar 54

(10)
(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. PENGANTAR

Masuknya Yogyakarta sebagai 10 Destinasi terbaik di Indonesia menurut Traveller’s Choice Award 2017 membuat kota Yogyakarta terus berbenah dalam menata dan mengembangkan pariwisata di Yogyakarta. Melihat potensi besar yang terdapat di berbagai sektor seperti pendidikan, pariwisata, teknologi serta partisipasi aktif masyarakat Yogyakarta, kemudian Pemerintah Derah bersama dengan Pemerintah Pusat bekerja sama mengembangkan Yogyakarta sebagai kota pintar Kota Pintar (Smart City).

Kota Yogyakarta dan Sleman ditunjuk sebagai Pilot Project kota pintar (Smart City) bersama dengan Semarang, Serang, Tangerang, Depok, Bekasi, Sidoarjo, Kudus dan Surakarta. Penunjukkan kota Yogyakarta sebagai Pilot Project kemudian ditindaklanjuti dengan serius oleh Pemerintah Daerah dengan membentuk kelompok kerja Kota Pintar (Smart City) yang terdiri dari unsur-unsur akademisi, pemerintah, swasta, dan masyarakat.

Konsep pengembangan Kota Pintar (Smart City) di Yogyakarta berbeda dengan pengembangan Kota Pintar (Smart City) di

(12)

kota lain. Kota Pintar (Smart City) Yogyakarta berada di bawah payung besar Smart Culture yang dibagi menjadi 2 bidang, yaitu Smart Education dan Smart Tourism. Konsep besar ini diambil karena selama ini kota Yogyakarta sangat kental dengan budayanya serta dikenal sebagai kota pendidikan dan kota pariwisata. Konsep Smart Culture diharapkan dapat menyentuh seluruh aspek kehidupan warga Yogyakarta yang tidak terlepas dari 6 prinsip dasar pengembangan Kota Pintar (Smart City), yakni Smart Environment, Smart Living, Smart People, Smart Economy dan Smart Governence.

Pengembangan konsep Kota Pintar (Smart City) di Yogyakarta dengan payung besar Smart Culture dinilai oleh tim PSPPR UGM sudah cukup sesuai dengan visi kota Yogyakarta yakni,

“Terwujudnya Kota Pendidikan Berkualitas, Berkarakter dan Insklusif, Pariwisata Berbasis Budaya, dan Pusat Pelayanan Jasa, yang berwawasan Lingkungan dan Ekonomi Kerakyatan.”

Tim PSPPR mengungkapkan apabila pada visi kota Yogyakarta memiliki 4 kata kunci yakni pariwisata, pendidikan, budaya dan pusat pelayanan jasa, empat kata kunci tersebut kemudian dikembangkan menjadi dasar konsep Smart Culture.

(13)

Gambar 1.1. Hubungan Antara Visi Kota dan Konsep Kota Pintar (Smart City) Kota Yogyakarta

Sumber: Road Map Kota Yogyakarta Menuju Kota Pintar (Smart City), Tim PSPPR UGM

Menurut Stephen Ezell (Vice President Global Innovation Policy Information Technology and Innovation Faoundation), salah satu keuntungan konsep Kota Pintar (Smart City) adalah dapat menciptakan perencanaan dan pengembangan kota layak huni yang lebih baik di masa depan, konsep Kota Pintar (Smart City) juga membuat layanan e-government dapat lebih cepat implikasinya kepada masyarakat, konsep Kota Pintar (Smart City) juga dapat membuat sistem transportasi lebih efisien dan terintegrasi sehingga meningkatkan mobilitas masyarakatnya, menciptakan rumah dan bangunan yang hemat energy, lingkungan juga bisa menjadi lebih lestari karena konsep pengaturan limbah dan pengelolaan air yang lebih maju, Kota Pintar (Smart City) juga akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan peningkatan pelayanan kesehatan.

(14)

Penerapan Kota Pintar (Smart City) di Yogyakarta dan di Indonesia bukan tanpa hambatan dan kelemahan. Kelemahan yang mendasar dalam penerapan Kota Pintar (Smart City) yakni pada regulasi, karena pada saat ini penerapan Kota Pintar (Smart City) hanya bersandar pada payung hukum e- government, hal ini dipertegas oleh Yaris Yuliana (Wakil Ketua DPRD Provinsi Jawa Barat) dalam seminar Kota Pintar (Smart City). Diharapkan dengan adanya Undang- Undang Kota Pintar (Smart City), Pemerintah Daerah dapat dengan maksimal memberikan pelayanan kepada masyarakat, serta dapat mendapatkan dasar aturan dalam pengembangan Kota Pintar (Smart City).

B. RUMUSAN MASALAH

Bagaimana strategi pengembangan Kota Pintar (Smart City) yang dilakukan oleh stakeholder di Yogyakarta?

(15)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KERANGKA TEORI

1. Pengertian Kota Pintar (Smart City)

Kota Pintar (Smart city) adalah kota yang sistem manajemen kotanya secara otomatis mampu memberitahu: (1) bahwa sedang timbul suatu masalah perkotaan (diberitahu oleh sensor yang dipasang di kota), (2) bahwa akan timbul suatu masalah perkotaan (diberitahu oleh sensor dan sistem prediksi), dan (3) sistem manajemen perkotaan mampu memberikan usulan tindakan otomatis (dimungkinkan oleh sistem actuator) atau tidak-otomatis untuk mengatasi masalah (Djunaedi, 2014).

2. Konsep Kota Pintar (Smart City)

Menurut Department For Business Innovation & Skills (2013). Ada 5 aspekyangsangatpentinguntukdapatdijadikansebuahpendekatan dalam membangun kota impian masa depan, antar lain:

a. A modern digital infrastructure, combined with secure but open access approach to public reuseable data, which enables citizens to access the information they need, when they need it;

(16)

b. A recognition that service delivery is improved by being citizen centric:this involves placing the citizen’s needs at the forefront, sharing management information to provide a coherent service, rather than operating in a multiplicity of service silos (for example, sharing changes of address more effectively), and offering internet service delivery where possible (at a fraction of the face to face cost);

c. An intelligent physical infrastructure (“smart”systems or the Internet of Things), to enable service providers to use the full range of data both to manage service delivery on a daily basis and to inform strategic investment in the city/community (for example, gathering and analysing data on whether public transport is adequate to cope with rush hour peaks);

d. An openness to learn from others and experiment with new approaches and new business models;

e. Transparency of outcomes/performance, for example, city service dashboards to enable citizens to compare and challenge performance,establishment by establishment, and borough by borough.

3. Dimensi Kota Pintar (Smart City)

Griffinger dkk (2007:10-14) menjelaskan 6 (enam) dimensi dalam konsep Kota Pintar (smart city ) sebagai dasar dari penerapan Kota Pintar (smart city), antara lain:

a. Smart Economy (Competitiveness), Semakin tinggi inovasi-inovasi baru yang ditingkatkan maka akan menambah peluang usaha baru dan meningkatkan

(17)

persaingan pasar usaha/modal. Komponen pembentuk Smart Economy, antara lain:

1. Innovative Spirit 2. Entrepreneurship

3. Economic Image & Trademarks 4. Productivity

5. Flexibility of Labour Market 6. International Embeddedness 7. Ability to transfrom

b. Smart People (Social and Human Capital), pembangunan senantiasa membutuhkan modal, baik modal ekonomi, modal manusia maupun modal sosial. Komponen pembentuk Smart People, antara lain:

1. Level of qualification 2. Affinity to life long earning 3. Social and ethnic Plurality 4. Flexibility

5. Creativity

6. Cosmopolitanism / Open mindedness 7. Participation in public life

c. Smart Governance (Particpation), paradigma, sistem dan proses penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan yang mengindahkan prinsip-prinsip supremasi hukum. Komponen pembentuk Smart Governance, antara lain:

1. Participation in decision making 2. Public and Social Services

(18)

3. Transparent Governence

4. Political Strategies & Perspectives

d. Smart Mobility (Transport and ICT), pengelolaan infrastruktur kota yang dikembangkan di masa depan merupakan sebuah sistem pengelolaan terpadu untuk menjamin keberpihakan pada kepentinga publik. Komponen pembentuk Smart Mobility, antara lain:

1. Local accessibility

2. (Inter)national accessibility 3. Available of ICT-infrastructure

4. Sustainable, Innovative and safe transport systems e. Smart Environment (Natural Resources), lingkungan

pintar itu berarti lingkungan yang bisa memberikan kenyamanan, keberlanjutan sumber daya, keindahan fisik maupun non fisik, visual maupun tidak, bagi masyarakat dan publik. Komponen pembentuk Smart Mobility, antara lain:

1. Attractivity of natural conditions 2. Pollution

3. Environment protection

4. Sustainable resource management

f. Smart Living (Quality Of Life), berbudaya, berarti bahwa manusia memiliki kualitas hidup yang terukur (budaya). Komponen pembentuk Smart Living, antara lain:

1. Cultural Facilities 2. Health Conditions

(19)

3. Individual Safety 4. Housing Quality 5. Education Facilities 6. Touristic attractivity 7. Social Cohesion

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi terwujudnya Kota Pintar (Smart City) Di Indonesia

Menurut MBC Design banyak faktor yang membuat Kota Pintar (Smart City) menjadi sukses di beberapa negara yang berkembang, selain faktor inisiatif dari berbagai lini, faktor- faktor lain yang membuat Kota Pintar (Smart City) antara lain:

a. Manajemen dan Organisasi

Suatu organisasi harus mempunyaii manajemen yang terstruktur agar organisasi tersebut berjalan baik, seimbang dan lancar. Dalam hal ini faktor organisasi dan manajemen adalah faktor yang menentukan kemajuan terciptanya kota pintar (smart city) karena manusia yang membuat tujuan dan manusia pula yang melakukan proses untuk mencapai tujuan.

b. Teknologi

Sebuah kota pintar (smart city) sangat bergantung pada smart computing. Smart Computing mengacu pada generasi baru hardware, software dan jaringan teknologi yang menyediakan sistem IT yang Realtime. Dengan analisis yang baik dan secara mendalam dapat membantu penduduk membuat keputusan yang lebih pintar yang

(20)

diiringi dengan tindakan yang dapat mengoptimalkan proses bisnis.

Teknologi informasi adalah sebuah pendorong utama bagi inisiatif Kota Pintar (Smart City). Proyek pembangunan Kota Pintar (Smart City) dengan mengacu pada teknologi informasi dapat mengubah sejumlah peluang yang potensial, mereka dapat meningkatkan manajemen dan fungsi kota. Namun, meskipun banyak manfaat dari teknologi tersebut dampaknya masih belum terlihat jelas, karena terdapat kesenjangan social bagi penduduk yang tinggal di pedesaan yang belum mendapatkan fasilitas tersebut.

Maka dari itu pemerintah kota harus banyak mempertimbangkan faktor-faktor tertentu ketika mengimplementasikan teknologi informasi yang berkaitan dengan sumber daya, kapasitas, dan hal-hal yang berkaitang dengan kesenjangan social nantinya.

c. Pemerintahan

Beberapa kota di Negara berkembang sudah memulai proyek pembangunan Kota Pintar (smart city) yang inisiatif. Proyek ini disebut inisiatif Kota Pintar (smart city) untuk melayani warga dan untuk meningkatkan kualitas hidup mereka. Dengan demikian, beberapa kota sudah merasakan peningkatan kebutuhan pemerintahan untuk mengelola proyek. Dukungan dari pemerintah adalah salah satu faktor penting untuk kemajuan Kota Pintar (Smart City), karena tanpa dukungan dari pemerintah,cita- cita untuk dapat mewujudkan Kota Pintar (Smart City) akan sulit untuk dapat dilakukan.

(21)

d. Kebijakan

Perpindahan dari sebuah kota biasa menjadi Kota Pintar (smart city) memerlukan interaksi komponen teknologi dengan politik dan kelembagaan. Komponen politik mewakili berbagai elemen dan tekanan eksternal, seperti kebijakan yang mungkin mempengaruhi ide dari perencanaan Kota Pintar (Smart City). Konteks kebijakan sangat penting bagi pemahaman dari pemakaian teknologi sistem informasi. Pemerintah yang inovatif yang ikut serta dalam membangunan Kota Pintar (Smart City) menekankan perubahan dalam suatu kebijakan.

e. Masyarakat

Masyarakat adalah bagian penting dari terciptanya Kota Pintar (smart city), karena dengan demikian kebiasaan-kebiasaan yang dulu mulai ditinggalkan. Proyek Kota pintar (smart city) berdampak pada kualitas hidup warga dengan tujuan menjadikan sebuah k o t a menjadi lebih efisien. Masyarakat juga dituntut untuk ikut berpartisipasi dalam pengelolaan dan penyelenggaraan kota, serta menjadi pengguna kota yang aktif. Masyarakat juga adalah factor yang paling menentukan keberhasilan atau kegagalan terwujudnya Kota Pintar (smart city).

f. Ekonomi

Faktor Ekonomi adalah pendorong utama Kota Pintar (Smart City). Sebuah kota dengan daya saing ekonomi yang tinggi dianggap mempunyai salah satu sifat Kota Pintar (Smart City). Faktor ekonomi termasuk salah satu daya saing inovasi, kewirausahaan dan produktivitas dari kota.

(22)

g. Infrastruktur

Infrastruktur memegang peranan penting dalam membentuk Kota Pintar (smart city). Karena Kota Pintar (Smart City) dibangun berdasarkan infrastruktur ICT seperti wifii dan hotspot. Pembangunan infrastuktur ICT adalah hal yang mendasar dalam melakukan pembangunan Kota Pintar (Smart City). Pembangunan infrastuktur tergantung pada beberapa faktor yang terkait untuk kinerja dan ketersediannya.

h. Lingkungan

Faktor lingkungan dianggap sebagai faktor yang mempengaruhi kemajuan Kota Pintar (Smart City) karena nantinya lingkungan sebuah kota dapat menjamin kelangsungan hidup masyarakatnya.

5. Strategi Pembangunan Kota Pintar (Smart City) Menurut Halord (2016) mengutarakan bahwa Kota Pintar (Smart City) adalah kompleks, proses jangka panjang, dan keberhasilannya tergantung pada komitmen berkelanjutan untuk aksi yang jelas, antara lain:

a. Kepemimpinan terpadu.

b. Visi inspiratif yang jelas

c. Satu arah strategi dan tujuan yang jelas.

d. Penciptaan model tata kelola yang sesuai dan dapat diterima.

e. Perkembangan kasus bisnis dan penilaian ekonomi untuk menilai dampak dari pembangunan

f. Sebuah pemahaman yang jelas tentang pembangunan

(23)

perkotaan, transportasi dan infrastruktur strategi dan model regenerasi.

g. Sebuah pemahaman yang menyeluruh tentang bagaimana teknologi dapat diintegrasikan seluruh fungsi kota dan departemen untuk menciptakan sinergi dan wawasan baru.

h. Apresiasi saat ini dan muncul praktek terbaik dalam penggunaan sistem cerdas dalam layanan, infrastruktur, dan bangunan.

i. Apresiasi konteks dan pemahaman tentang kepentingan stakeholders, budaya dan adat istiadat setempat dapat memiliki pengaruh besar pada apa yang dapat diterima.

j. Pemahaman tentang kepemilikan, keselamatan, keamanan dan penggunaan data serta model pendanaan untuk infrastruktur baru.

Sedangkan strategi untuk mencapai Kota Pintar (Smart City) harus mencangkup:

a. Komunikasi yang jelas

b. Sebuah visi pemersatu melalui siklus hidup.

c. Integrasi dengan kebijakan dan struktur tata kelola.

d. Pemahaman holistik yang jelas tentang bagaimana data ditransfer dan ditangkap antara teknologi dan sistem dan bagaimana ia digunakan oleh pengambil keputusan.

(24)

BAB III

TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

A. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini memiliki tujuan, yakni tujuan fungsional dan tujuan operasional. Adapun tujuan fungsional dari penelitian ini adalah untuk mengetahui serta menguji strategi yang telah ditempuh Pemerintah Kota Yogyakata dalam tahap pengembangan Kota Yogyakarta menjadi Kota Pintar (Smart City). Sedangkan tujuan secara operasional dari penelitia ini adalah :

1. Memberikan sumbangan pemikiran bagi Pemerintah Kota Yogyakarta dalam mewujudkan Kota Yogyakarta sebagai Kota Pintar (Smart City)

2. Memberikan sumbangan pemikiran untuk pengembangan pelayanan masyarakat Kota Yogyakarta.

3. Memberikan sumbangan pemikiran untuk pengembangan Kota Yogyakarta.

(25)

B. MANFAAT PENELITIAN

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Bagi Pemerintah Kota Yogyakarta, Sebagai bentuk kontrol dan pengendalian dalam mewujudkan Kota Yogyakarta sebagai Kota Pintar (Smart City)

2. Bagi peneliti, penelitian ini sebagai sarana dalam mengkaji dan menyubangkan ide yang merupakan hasil kajian akademisnya

3. Bagi Masyarakat, penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai strategi-strategi yang ditempuh oleh Pemerintah Kota Yogyakarta dalam pengembangan Kota Yogyakarta sebagai Kota Pintar (Smart City)

4. Bagi kalangan akademisi, penelitian ini dapat menjadi literatur baru dalam kajian-kajian sejenis dalam rangka memperkaya khasanah pustaka

(26)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui serta menguji strategi yang telah ditempuh Pemerintah Daerah Yogyakata dalam tahap pengembangan Kota Yogyakarta menjadi Kota Pintar (Smart City). Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dengan teknik mengumpulkan data-data sekunder melalui kajian pustaka. Data sekunder meliputi konsep Kota Pintar (smart city) dan contoh implementasi yang telah dilakukan di beberapa kota baik di Indonesia atau di luar, serta memperhatikan konsep-konsep strategi dan manajemen strategi.

Analisa data menggunakan analisis kualitatif dengan tujuan untuk mengetahui suatu masalah sosial dan kemanusiaan yang berdasarkan atas usaha untuk membangun suatu gambaran yang kompleks dan menyeluruh.

A. VARIABEL PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan variable Kota Pintar (Smart City) yang dikembangkan oleh Cohen (2014). Variabel ini sukses digunakan oleh kota-kota besar di dunia yang dikembangkan

(27)

menjadi Kota Pintar (Smart City), seperti Luxembourg, Aaurhs dan Tuki yang telah menduduki peringkat 3 besar dalam kategori Kota Pintar (Smart City) tertinggi. Variabel terdiri dari 6 dimensi penyusun Kota Pintar (Smart City) yakni Smart Environment, Smart Mobility, Smart Government, Smart Economy, Smart People, Smart Living.

Tabel 4.1. Variabel Kota Pintar (Smart City)

Smart

Environment Smart Building Sustainable-Certified Building Smart Homes

Resources Management

Sustainable Urban Planning

Energy

Carbon Footprint Air Quality Waste Generation Water Consumption

Climate Resilince Planning Density

Green Space Per Capita Smart

Mobility

Efficient Transport Clean-Energy Transport Multi-Modal Acces Public Transport

Technology

Infrastructure Smart Cards

Acces to Real Time Information

Dimensions Working Area Indicator

(28)

Smart Government

Online Services Online Procedures

Electronic Benefits Payments Infrastructures Wifi Coverage

Broadband Coverage Sensor Coverage

Integrated Health + Safety Operations

Open Government Open Data Open App Privacy

Smart People

Inclusion Internet-Connected Households Smart Phone Penetration

Civic Engagement Education Secondary Education

University Graduates Creativity Foreign-born Immigrants

Urban Living Lab Creative Industry Jobs

Dimensions Working Area Indicator

Smart Economy

Entrepreneurship

& Innovation New Startups R + D

Employment Level Innovation Productivity GRP Per Capita Local and Global

Connexion Export

International Event Hold

(29)

Smart Living

Culture and Well

Being Life Conditions

Gini Index

Quality of Life Ranking Investment in Culture

Safety Crime

Smart Crime Prevention Health Single Health History

Life Expectancy

B. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Pada penelitian ini teknik pengumpulan data dilakukan berdasarkan dua jenis data, yaitu data primer dan data sekunder. Masing-masing dari data-data tersebut berfungsi untuk mencari jawaban serta jalan keluar dari permasalahan penelitian.

1. Data Primer

Pengumpulan Data Primer, menggunakan:

a. Teknik Observasi, mencakup: lingkup studi dan wilayah penelitian, materi atau bahan penelitian, proses/langkah pengumpulan data, alat yang digunakan dalam pengumpulan dan pengelolaan data.

Dimensions Working Area Indicator

(30)

b. Wawancara/in-depth interview. Proses wawancara dilakukan secara individu dengan masing-masing reponden, terpisah dari responden lainnya, untuk mendapatkan informasi yang mendalam mengenai topik yang diteliti.

2. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari berbagai dokumen yang terkait dengan rencana pengembangan Kota Pintar (Smart City). Data sekunder tersebut antara lain :

a. Road Map Pengembangan Kota Pintar (Smart City) Kota Yogyakarta

b. Road Map Pengembangan Kota Yogyakarta

c. Informasi serta dokumen mengenai strategi dan rencana pengembangan Kota Pintar (Smart City) di kota Yogyakarta

C. RENCANA PENULISAN

Laporan ini terdiri dari 7 bab, yang diorganisasikan ke dalam tiga bagian. Bagian pertama terdiri dari bab I, II III, dan IV . Pada bab I menguraikan signifikansi kajian Analisa Strategi Pengembangan Smart City di Kota Yogyakarta, bab II memaparkan preposisi teoritik yang digunakan dalam penelitian. Secara teoritik penelitian ini menggunakan 6 (enam) dimensi dalam konsep kota pintar (smart city) yang dikemukakan dalam Boyd Cohen Smart City Wheel. Bab III memberikan penjelasan terkait tujuan dan manfaat dari

(31)

penelitian dan bab IV memaparkan metodologi penelitian.

Bagian kedua terdiri dari dua bab yaitu bab V dan VI. Bagian kedua ini merupakan bagian utama dari laporan penelitian ini yang memaparkan hasil penelitian dan rencana tahapan berikutnya. Selanjutnya, bagian terakhir dari tulisan ini terdiri dari 1 (satu) bab, yaitu bab VII. Bab VII pada tulisan ini merupakan penutup yang akan membawa pada sebuah ringkasan, temuan dan kesimpulan yang ditarik atas dasar berbagai kasus yang disajikan.

(32)

BAB V

HASIL YANG DICAPAI

Secara umum bab ini akan memberikan gambaran hasil terkait strtaegi pengembangan Kota Jogja menuju Kota Pintar (Smart City). Bab ini terdiri dari dua bagian. Bagian pertama akan memberikan penjelasan tentang jejak pembangunan dan pengelolaan Kota Yogyakarta berbasis TIK. Bagian kedua memberikan uraian tentang strateegi yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Yogyakarta dalam mengembangkan Kota Yogyakarta menuju Kota Pintar (Smart City).

A. JEJAK PEMBANGUNAN DAN

PENGELOLAAN KOTA YOGYAKARTA BERBASIS TIK

Sub bab ini akan berisi penjelasan terkait upaya yang telah dilakukan Kota Yogyakarta dalam membangun dan mengelola Kota berbasis teknologi informasi dan komunikasi (TIK).

Penjelasan ini penting untuk memberikan konteks kajian tentang pengembangan Kota Yogyakarta menuju kota pintar (smart city). Smart City didefinisikan sebagai kota yang mampu menggunakan SDM, modal sosial, dan infrastruktur

(33)

telekomunikasi modern (Information and Communication Technology) untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dan kualitas kehidupan yang tinggi, dengan manajemen sumber daya yang bijaksana melalui pemerintahan berbasis partisipasi masyarakat. Teknologi informasi dan komunikasi menjadi aspek penting yang mendukung upaya pembangunan dan pengelolaan kota menuju kota pintar (smart city).

Sebagai sebuah entitas pemerintahan, Kota Yogyakarta telah memiliki banyak inovasi dalam penyelenggaraan pembangunan dan penyediaan pelayanan publik. Sejak awal tahun 2000, ketika smart city belum memiliki konsep yang jelas, Kota Yogyakarta telah menyediakan sejumlah layanan publik berbasis TIK. Berikut di bawah ini adalah sejumlah pelayanan publik yang telah diselenggarakan oleh Pemerintah Kota Yogyakarta dengan memanfaatkan TIK:

1. Sistem Informasi dan Manajemen Pelayanan Kesehatan

Sebagai sebuah entitas pemerintahan, Kota Yogyakarta telah memiliki banyak inovasi dalam penyelenggaraan pembangunan dan penyediaan pelayanan publik. Sejak awal tahun 2000, ketika smart city belum memiliki konsep yang jelas, Kota Yogyakarta telah menyediakan sejumlah layanan publik berbasis TIK. Berikut di bawah ini adalah sejumlah pelayanan publik yang telah diselenggarakan oleh Pemerintah Kota Yogyakarta dengan memanfaatkan TIK:

(34)

a. SIMPUS (http://puskesmas.jogjakota.go.id)

Sistem Informasi Pelayanan Kesehatan di Puskesmas dikembangkan di 18 Puskesmas Induk 9 Puskesmas Pembantu, dengan menggunakan bandwidth tiap lokasi 5Mbps. Dirintis mulai tahun2007, Implementasi Tahun 2008, hingga sekarang sudah diterapkan di 18 Puskesmas yang ada.

Gambar 5.1. Portal MedCIS Puskesmas

b. Layanan YES 118

Layanan YES 118 merupakan program pemerintah Kota Yogyakarta dengan tujuan memberikan pelayanan kegawatdaruratan medis yang terjadi di Wilayah Kota

(35)

Yogyakarta secara cepat dan tepat tanpa memandang KTP. Dasar dari layanan ini adalah Peraturan Walikota Yogyakarta nomor 45 tahun 2008. YES 118 (sekarang YES 119) melibatkan instansi antara lain : PMI Kota Yogyakarta, Pusat Bantuan Kesehatan ( Pusbankes ) 118 DIY, Kepolisian, Rumah Sakit umum di wilayah Kota Yogyakarta dan instansi Pemkot lainya(TIT Kota Yogyakarta, 2016).

Gambar 5.2 Kru 118 Kota Yogyakarta

(36)

2. Penerapan E-Education

a. Konsultassi Belajar Siswa Online (http://www.kbs.

jogjakota.go.id)

Konsultasi Belajar Siswa secara online atau yang biasa disebut KBS online ini merupakan suatu inovasi pembelajaran yang diberikan oleh pemerintah bagi masyarakat terutama siswa di tingkat Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas di Kota Yogyakarta dengan sistem tanya jawab ataupun konsultasi mengenai proses pembelajaran secara online. Pihak penjawab pertanyaan yang diajukan oleh pengguna layanan KBS Online ini adalah guru-guru berkualitas di Kota Yogyakarta. Sistem Informasi yang membantu siswa untuk tanya jawab kesulitan kegiatan belajar mengajar di sekolah ini dilaunching pada tanggal 15 September 2006 (Aprilia dan Rachmawati: 2013).

Gambar 5.3. Tampilan Kelompok Belajar Siswa Online

(37)

b. Digital Library (http://perpustakaan.jogjakota.go.id) Layanan perpustakaan digital atau digital library merupakan salah satu layanan yang dikembangkan di Perpustakaan Kota Yogyakarta dalam rangka menuju ke konsep perpustakaan “hybrid”, yaitu perpustakaan yang mempunyai koleksi bahan pustaka berupa buku dan bahan pustaka digital. Layanan ini disebut juga Diana (Digilib Andalan Perpuskota Jogja), dan terdapat 2 link (Diana1 dan Diana2) yang memiliki kontent berbeda.

Adapun perpustakaan digital ini terutama dikembangkan untuk koleksi-koleksi yang berbasis kearifan lokal (local content) Kota Yogyakarta (arsipdanperpustakaan.

jogjakota.go.id).

Adapun isi dari Digital Library Perpustakaan Kota Yogyakarta antara lain:

1. Buku Sekolah Elektronik (BSE) 2. E-Book

3. PERDA 4. PERWAL

5. Buku Konten Jawa

Layanan ini dapat diakses oleh siapa saja, akan tetapi untuk dapat melihat koleksi secara penuh atau utuh pengguna harus terdaftar sebagai anggota perpustakaan Kota Yogyakarta terlebih dahulu.

(38)

Gambar 5.4. Tampilan Digital Library Perpustakaan Kota Yogyakarta

c. Sistem Penerimaan Siswa Baru (http://yogya.siap-ppdb.com) SIAP PPDB Online adalah sebuah sistem yang dirancang untuk melakukan otomasi pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) secara Online. Dari proses pendaftaran, seleksi hingga pengumuman hasil seleksi berbasis waktu nyata (real time online).

Produk ini dikembangkan dengan berbasiskan Web Interface dan menggunakan sistem cloud computing (komputasi awan) sebagai sebuah layanan SaaS (Software as a Services) yang akan memudahkan sekolah dalam penggunaan aplikasi PPDB Online (https://siap-ppdb.

com/ppdb-online).

(39)

Gambar 5.5. Tampilan PPDB Online Kota Yogyakarta

d. Taman Pintar Yogyakarta (http://www.tamanpintar.com) Kawasan yang digunakan siswa-siswi untuk memperdalam pemahaman materi pelajaran yang telah diterima di sekolah dan sekaligus berekreasi.

3. Penerapan E-Tourism (Hi Jogja)

HiJogja (https://play.google.com/store/apps/details?id=id.

telkom.hjogja&hl=in) adalah sebuah aplikasi mobile hasil kerjasama dengan PT Telkom yang menyediakan informasi paling lengkap tentang tempat tujuan wisata di Jogja. Hi Jogja membantu orang untuk menemukan restoran, atraksi tempat, hotel, tempat belanja, dan tujuan utama lain yang sering dikunjungi.Aplikasi ini juga menyediakan informasi navigasi bagaimana untuk mendapatkan lokasi dari wisata ‘lokasi’ (TIT Kota Yogyakarta, 2016).

(40)

Gambar 5.6. Tampilan H! Jogja

4. Penerapan Open Government

a. Unit Pelayanan Informasi dan Keluhan (UPIK)

Media untuk menampung aspirasi masyarakat sehingga pemerintah Dapat mengetahui permasalahan yang ada di masyarakat. Mulai dirintis tahun 2003, launching Pada 31 Januari 2004. UPIK Kota Yogyakarta digagas oleh Herry Zudianto pada 2003. Gagasan untuk mengembangkan layanan ini bermula dari perhatian Wali Kota Yogyakarta

(41)

itu terhadap pentingnya masukan dari masyarakat terhadap kinerja pemerintah. Hal ini berangkat dari kondisi bahwa tidak semua warga masyarakat mengetahui saluran pengaduan yang dapat diakses dengan mudah, adanya hambatan waktu bertemu antara rakyat dengan pejabat, serta masyarakat masih takut dan sungkan untuk mengadukan keluhan (Kumorotomo: 2008). Pembentukan UPIK diharapkan dapat mewujudkan pemerintahan yang partisipatif, transparan, dan responsive (Setianingrum, 2017).

Gambar 5.7. Tampilan UPIK Kota Yogyakarta

(42)

b. Whistle Blower System (https://wbs.jogjakota.go.id) Sistem Informasi yang digunakan untuk melaporkan tindakan melanggar peraturan atau perbuatan yang akan dilakukan oleh pegawai di Lingkungan Pemerintah Kota Yogyakarta. Aplikasi ini diampu Inspektorat Kota Yogyakarta (TIT Kota Yogyakarta: 2016).

Gambar 5.8. Tampilan Whistle Blower System Kota Yogyakarta

5. Penerapan E-Tax

Kemajuan teknologi telah membuat semua pekerjaan dapat lebih mudah diselesaikan. Pemerintah Kota Yogyakarta pun tak ketinggalan memanfaatkan kemajuan teknologi untuk memberikan pelayanan terbaik kepada Masyarakat dalam hal ini adalah Wajib Pajak. Banyak inovasi yang telah dilakukan Pemkot Yogya untuk mempermudah masyarakat untuk berpartisipasi membangun negeri, salah satunya yakni Pemkot Yogya melalui DPDPK berkerja sama dengan

(43)

Bank BRI mengembangkan layanan e-tax yang merupakan solusi pembayaran pajak yang berbasis web bagi perusahaan dalam hal ini Hotel dan Resto. Wajib pajak dapat melakukan pembayaran pajak secara online dari seluruh wilayah Indonesia. E-tax membuat proses pembayaran jadi lebih cepat dan paktris karena tidak perlu datang dan mengantri untuk melakukan pembayaran pajak. Fitur pengiriman data pajak secara elektronik memungkinkan wajib pajak mengirim data satu per satu atau sekaligus dalam jumlah banyak (Humas Kota Yogyakarta: 2014).

a. SIM Pos PBB

Kota Yogyakarta adalah wilayah yang telah memiliki jaringan intranet.Dengan bekal ini, Pemkot Yogyakarta denganbimbinganteknisDitjenPajak,bekerjasamadengan Bank Pembangunan Daerah (BPD) DIY, membangun Payment Online System (POS) PBB. Sistem ini memberi kemudahan kepada wajib pajak dalam hal Pembayaran PBB. Pembayaran PBB dapat dilakukan baik melalui teller BPD yang tersebar di seluruh wilayah D.I. Yogayakarta (terdapat 107 kantor) maupun melalui 47 ATM-nya.

Selain memberikan kemudahan bagi Wajib Pajak, POS juga memberikan kemudahan kepada Pemerintah Kota Yogyakarta dalam hal pengelolaan data dan dana Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) khususnya penyediaan informasi pelaporan yang cepat, akurat dan lengkap1.

1 https://bppk.kemenkeu.go.id/id/publikasi/artikel/167- artikel-pajak/14677-belajar-pendaerahan-pbb-p2-dari- kota-yogyakarta

(44)

Gambar 5.9. Mekanisme Pembayaran menggunakan Payment Online System

b. SIM MAPATDA

Merupakan sistem aplikasi pelayanan masyarakat berbasis desktop untuk pembayaran pajak hotel, restoran, dan Bea Perolehan Hak Atas Tanah (BPHTB) bagi wajib pajak.

c. SIM Pasar

Merupakan sistem aplikasi pelayanan masyarakat berbasis web untuk pelayanan retribusi penggunaan lahan pasar oleh pedagang pasar, antara lain : pengolahan data lahan, data pedagang, dan data pembayaran retribusi d. SIM Retribusi Kebersihan

Merupakan sistem aplikasi pelayanan masyarakat berbasis desktop untuk pengolahan data retribusi sampah di tingkat RT, RW, Kelurahan, dan rekapitulasi tagihan retribusi.

(45)

e. SIM Retribusi Assainairing

Merupakan aplikasi pelayanan masyarakat berbasis desktop untuk penagihan dan pembayaran retribusi penggunaan saluran pembuangan air limbah.

f. SIM Retribusi Makam

Merupakan sistem aplikasi pelayanan masyarakat berbasis desktop utamanya untuk penagihan dan pembayaran retribusi pemakaman.

6. Penerapan E-Diciplin a. SIM Presensi Sidik Jari

Merupakan aplikasi berbasis web untuk presentasi pegawai Pemerintah Kota Yogyakarta. Output (keluaran) SIM Sidik jari menjadi dasar untuk penghitungan TPP (Tunjangan Perbaikan Penghasilan) bagi Pegawai. Dengan ketentuan: terlambat dan mendahului pulang = tidak mendapat hak 2%, izin tidak masuk kerja dengan alasan apapun = tidak mendapat hak 4%.

7. SIM Pemberdayaan

Merupakan aplikasi berbasis web tentang data penduduk miskin di Wilayah Kota Yogyakarta dari berbagai sektoral maupun kewilayahan dengan berbagai wariabel ditambah data tentang treatment yang pernah diperlakukan kepada penduduk miskin. Keluaran SIM ini adalah “Raport Penduduk Miskin”. Dikelola oleh BAPPEDA.

(46)

8. Penerapan E-Report a. SIM Pelaporan

SIM Pelaporan, merupakan aplikasi berbasis web untuk membantu tertib administrasi laporan kegiatan sebagai salah satu dasar untuk pengendalian fisik kegiatan.

Dikelola oleh Bagian Pengendalian Pembangunan.

9. Free Wifi Untuk Masyarakat

Selain aplikasi-aplikasi sebagaimana disebutkan di atas, penyediaan Layanan Free Hotspot di tempat-tempat publik menjadi bagian dari pengembangan smart city di Kota Yogyakarta. Adapun Layanan Free Hotspot tersebut disediakan di lokasi-lokasi berikut ini:

a. Ruang Terbuka Hijau Publik (RTHP) kerjasama dengan PT Telkom

b. Kecamatan c. Kelurahan

d. Puskesmas yang dilengkapi dengan konten filtering DNS Nawala

(47)

Gambar 5.10 Lokasi layanan free hotspot

(48)

Gambar 5.11 Lokasi layanan free hotspot

Selain di tempatkan di lokasi-lokasi di atas, Fasilitas Gratis Wifi Area juga disediakan bagi pengunjung Perpustakan Kota Yogyakarta. Dengan mendaftar pada petugas, maka pengunjung akan mendapatkan username dan password untuk dapat menikmati layanan ini dengan jam layanan sampai dengan pukul 24.00.

(49)

Gambar 5.12 Layanan free hotspot di Perpustakaan Kota Yogyakarta

B. STRATEGI PENGEMBANGAN KOTA MENUJU KOTA PINTAR

Pengembangan smart city di Kota Yogyakarta telah mulai dilakukan sejak awal tahun 2000-an, sebelum konsep smart city populer. Hal tersebut setidaknya dapat dilacak dari pembangunan dan pengelolaan Kota Yogyakarta berbasis teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Sejumlah aplikasi dan pemanfaatan teknologi informasi dikembangkan untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik. Lebih detil penggunaan aplikasi dan teknologi informasi tersebut telah dipaparkan dalam sub bab di atas.

(50)

Pentahapan Fokus

Lebih lanjut, untuk memberikan payung hukum yang mewadahi pengembangan aplikasi sebagaimana disebutkan di atas, pada tahun 2015, Pemerintah Kota Yogyakarta menerbitkan Peraturan Walikota Yogyakarta No. 15 Tahun 2015 tentang E- Government. E-Government dalam konteks ini dimaknai sebagai penyelenggaraan kepemerintahan yang berbasis (menggunakan) elektronik dalam rangka meningkatkan kualitas layanan publik secara efektif dan efisien (Pasal 1 Peraturan Walikota Yogyakarta No. 15 Tahun 2015).

Secara umum penerbitan produk hukum dalam bentuk peraturan walikota ini menjadi tonggak dalam pengembangan smart city di Kota Yogyakarta. Di dalam peraturan walikota ini pula dituangkan masterplan (roadmap) pengembangan E- Government di Kota Yogyakarta periode tahun 2016-2031.

Adapun pentahapan dari masterplan ini adalah sebagai berikut:

Tabel 5.1. Pentahapan Masterplan E-Government Pemerintah Kota Yogyakarta

Tahap I (2016-2018) Penguatan infrastruktur jaringan dan pusat data Tahap II (2019-2021) Penguatan infrastruktur sistem informasi Tahap III (2022-2024) Integrasi data dan pengembangan aplikasi

terintegrasi Tahap IV (2025-2027) Data Warehouse

Tahap V (2028-2031) Implementasi kebijakan menuju smart city Sumber: Perwal Kota Yogyakarta No. 15 Tahun 2015

(51)

Meskipun telah terbit dokumen yang menjadi dasar hukum pengembangan smart city di Kota Yogyakarta dalam bentuk Peraturan Walikota, namun dokumen tersebut belum secara eksplisit menjabarkan dengan lebih terperinci tentang smart city yang mencakup 7 dimensi yaitu: smart economy, smart people, smart governance, smart mobility, smart environment, smart living dan smart disaster management beserta indikator/

tolok ukurnya masing-masing. Oleh karena itu, pada tahun 2016 Pemerintah Kota Yogyakarta menyusun kembali kajian roadmap Kota Yogyakarta menuju smart city.

Adapunmaksuddaripenyusunankajianroadmap Kota Yogyakarta menuju smart city kali ini adalah sebagai instrumen dalam pengambilan kebijakan, perencanaan program dan kegiatan yang mendukung Yogyakarta smart city agar saling terintegrasi dan sinkron sehingga tercipta sinergitas antara seluruh instansi di Pemerintah Kota Yogyakarta dengan masyarakat, menjaga keterkaitan dan konsistensi antara kebijakan, perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pengendalian dan pengawasan dalam program dan kegiatan untuk Yogyakarta Smart City serta mengoptimalkan peran serta masyarakat dalam pengambilan kebijakan serta perencanaan program dan kegiatan yang mendukung Yogyakarta Smart City (Roadmap Kota Yogyakarta Menuju Kota Pintar (Smart City), Tim PSPPR UGM; 2016).

Adapun Sasaran yang hendak dicapat melalui Kajian Smart City ini adalah:

1. Mengidentifikasi potensi dan permasalahan yang dimiliki Kota Yogyakarta berdasarkan 7 dimensi Smart City;

2. Menyusun indikator-indikator/tolok ukur Smart City berdasarkan hasil identifikasi potensi dan permasalahan yang sesuai dengan kondisi Kota Yogyakarta;

(52)

3. Menyusun Road Map Kota Yogyakarta menuju Smart City;

4. Melakukan penilain (assessment) terhadap kondisi Kota Yogyakarta untuk mengetahui posisi dan kesiapan Kota Yogyakarta menuju Smart City.

Berdasarkan kajian tersebut, diketahui bahwa pengembangan Kota Yogyakarta menjadi kota pintar didasarkan pada visi Kota Yogyakarta “Kota Pendidikan-Berkualitas, Berkarakter dan Inklusif, Pariwisata Berbasis Budaya, dan Pusat Pelayanan Jasa, yang Berwawasan Lingkungan dan Ekonomi Kerakyatan”.

Visi tersebut memiliki 4 (empat) kata kunci yakni pariwisata, pendidikan, budaya dan pusat pelayanan jasa. Empat kata kunci inilah yang akan dikembangkan sebagai sebuah tujuan pengembangan smart city di Kota Yogyakarta, dengan payung utama yaitu smart culture.

Gambar 5.11. Konsep Pengembangan Smart City Kota Yogyakarta (Sumber: Road Map Kota Yogyakarta Menuju Kota Pintar (Smart City), Tim PSPPR UGM)

(53)

Guna mencapai Yogyakarta smart culture, diperlukan beberapa agenda kerja yang harus dilaksanakan dalam kurun waktu 5 (lima) tahun ke depan. Tahapan pelaksanaan beberapa agenda kerja tersebut terbagi menjadi 2 (dua), yaitu jangka pendek dengan kurun waktu 1-2 tahun ke depan, dan jangka menengah dengan kurun waktu 3-5 tahun ke depan. Berikut ini adalah pentahapan smart city di Kota Yogyakarta:

Gambar 5.12. Pentahapan Smart City Kota Yogyakarta Sumber: Road Map Kota Yogyakarta Menuju Kota Pintar (Smart City), Tim PSPPR UGM

Selain dilakukan pentahapan smart city Yogyakarta, perlu adanya penguatan Yogyakarta smart city yang bertujuan untuk memantapkan langkah Kota Yogyakarta dalam mewujudkan

(54)

Yogyakarta smart city. Penguatan Yogyakarta smart city dibagi menjadi tiga fokus utama, yaitu:

1. Penyelarasan Kebijakan dan Strategi Yogyakarta Smart City

Penyelarasan kebijakan dan strategi Yogyakarta Smart City dilakukan melalui sinkronisasi, harmonisasi, dan sinergi kebijakan Kota Yogyakarta. Penyusunan kebijakan dan strategi Yogyakarta Smart City dapat didahului dengan penyusunan Roadmap Yogyakarta Smart City. Roadmap Yogyakarta Smart City diintegrasikan dalam RPJMD Kota Yogyakarta tahap ketiga yang akan disusun, sehingga apabila kebijakan, strategi, tujuan, sasaran, maupun program tercakup dalam RPJMD Kota Jogja tahap ketiga, maka prakarsa maupun inisiatif Yogyakarta Smart City dapat diakomodasi dalam penyusunan RKPD Kota Yogyakarta maupun Rencana Strategis SKPD terkait. Dengan demikian implementasi Yogyakarta Smart City melalui program maupun kegiatan yang dilaksanakan oleh SKPD terkait dapat terwujud.

2. Penataan Unsur Yogyakarta Smart City

Penataan unsur Yogyakarta Smart City meliputi kelembagaan, jejaring, dan sumberdaya smart city. Penataan Kelembagaan Yogyakarta Smart City harus mempertimbangkan organisasi, regulasi, maupun norma/etika/budaya. Pertimbangan organisasi yang diperlukan untuk merumuskan kebijakan dan arahan strategis pembangunan dan pengembangan Yogyakarta Smart City adalah Dewan Smart City Yogyakarta. Dewan Smart City Jogja berperan sebagai mitra Pemerintah Kota Jogja (Government-CIO) dalam pembangunan dan pengembangan smart city.

(55)

Pembentukan ‘Dewan Smart City Yogyakarta’ perlu memperhatikan kapasitas, peran, dan dukungan anggaran.

Regulasi Yogyakarta Smart City perlu disusun terutama terkait berbagi sumberdaya TIK, pendanaan, dokumentasi, maupun pedoman kerjasama/investasi bagi pihak ketiga. Jogja Smart City juga perlu memperhatikan norma/etika/budaya setempat yang berdasar profesionalisme.

Penataan jejaring Yogyakarta Smart City dilakukan melalui interaksi dan sinergi pemangku kepentingan: Academic, Business, Community, Government, dan Media. Penataan sumberdaya Yogyakarta Smart City dilakukan melalui penataan brainware, software, dan hardware. Penataan brainware perlu memperhatikan kepakaran, keahlian, kompetensi, dan ketrampilan. Penataan software dan hardware perlu memperhatikan interoperabilitas, skalabilitas, dan realibilitas.

3. Pembangunan dan Pengembangan Yogyakarta Smart City

Pembangunan dan Pengembangan Yogyakarta Smart City dapat dilakukan melalui komitmen dan konsensus unsur Yogyakarta Smart City; pemetaan potensi dan analisis Yogyakarta Smart City, penciptaan keselarasan antara proses bisnis dan TIK menggunakan Enterprise Architecture (proses bisnis, sistem, teknologi, aplikasi, data, SDM, dan organisasi);

pengelolaan sumberdaya Jogja Smart City (meliputi brainware, software, dan hardware); tata kelola (Business, IT (termasuk keamanan), dan Process) dan manajemen (termasuk manajemen perubahan dan manajemen resiko) Yogyakarta Smart City; penyusunan branding (misal Yogyakarta Smart

(56)

City, Yogyakarta Digital City, Great Yogyakarta, iYogyakarta, atau e-Yogyakarta, dll), pembangunan Living Lab Yogyakarta Smart City; pemberlanjutan pembangunan dan pengembangan Yogyakarta Smart City.

Living Lab Yogyakarta Smart City merupakan komitmen, peran serta, dan pengabdian PTN/PTS di Yogyakarta dalam pendayagunaan TIK untuk implementasi Yogyakarta Smart City sehingga diharapkan dapat memperbaiki tata kelola Pemerintah Kota Yogyakarta yang lebih baik dan lebih cerdas dalam memberikan pelayanan prima di bidang pemerintahan, kemasyarakatan, maupun pembangunan.

Lebih lanjut seiring dengan penataan Kota Yogyakarta menjadi kota pintar (smart city), sejumlah mekanisme penyelenggaraan pembangunan juga diselaraskan. Hal tersebut diantaranya dilakukan dengan mengintegrasikan sistem informasi birokrasi Pemerintah Kota Yogyakarta dan mengintegrasikan sistem informasi pelayanan masyarakat. Sistem informasi pelayanan masyarakat tersebut dikembangkan dengan memanfaatkan single identity number2. Diantara sistem informasi tersebut adalah:

a. Pengintegrasian Sistem Informasi Birokrasi Pemerintah Kota Yogyakarta

1. Sistem Informasi Perencanaan dengan menggunakan data yang terintegrasi (http://selarasutama.com/

musrenbang2014)

2 Hasil wawancara dengan Bappeda Kota Yogyakarta.

(57)

Gambar 5.1.3. Sistem Informasi Perencanaan Dengan Menggunakan Data Terintegrasi

2. Sistem Informasi Pelaporan Pembangunan dengan data yang terintegrasi (http://intra.dalbang.

jogjakota.go.id)

(58)

3. Sistem Informasi Keuangan Daerah dengan menggunakan data yang terintegrasi (http://intra.

sipkdv6.jogjakota.go.id)

Gambar 5.1.4. Sistem Informasi Keuangan Dengan Menggunakan Data Terintegrasi

4. Sistem Informasi Anggaran SKPD dengan data yang terintegrasi (http://anggaran.jogjakota.go.id)

(59)

Gambar 5.1.5. Sistem Informasi Anggaran Dengan Menggunakan Data Terintegrasi

b. Pengintegrasian Sistem Informasi Pelayanan Masyarakat Pemerintah Kota Yogyakarta

1. Sistem Informasi Puskesmas dengan Single Identify Number (SIN) (http://puskesmas.jogjakota.go.id)

Gambar 5.1.6. Sistem Informasi Puskesmas dengan SIN

(60)

2. Sistem Informasi Penerimaan Siswa Baru dengan Single Identify Number(SIN) (http://yogya.siap- ppdb.com)

Gambar 5.1.7. Sistem Informasi Penerimaan Siswa Baru dengan SIN

3. Sistem Infomasi Pembayaran PBB dengan Single Identify Number (SIN) (http://pospbb.jogjakota.

go.id)

Gambar 5.1.8. Sistem Informasi PBB dengan SIN

(61)

4. Sistem Informasi Kependudukan dengan Single Identify Number(SIN) (http://intra.siak.jogjakota.

go.id)

Gambar 5.1.8. Sistem Informasi Kependudukan dengan SIN

Bersamaan dengan penataan-penataan sebagaimana digambarkan di atas, pada tahun 2018 Kota Yogyakarta lolos seleksi dan terpilih untuk mengikuti ‘Gerakan Menuju Smart City’. Keputusan ini tertuang dalam Surat Kementerian Komunikasi dan Informatika, Direktorat Jenderal Aplikasi dan Informatika No: B-217KOMINFO/

DJAI/AI.01.05/04/2018 tentang Penyampaian Hasil Seleksi Assessment Gerakan Menuju 100 Smart City.

Momentum ini pula telah mengantarkan Kota Yogyakarta pada penggunaan single aplikasi yang dikenal sebagai Jogja Smart Service (JSS). Aplikasi JSS adalah portal aplikasi

(62)

untuk memudahkan masyarakat dalam memperoleh informasi, mempermudah pengajuan administrasi dan mempermudah pengaduan atau pelaporan kejadian kedaruratan diluar jalur konvensional (jalur tambahan selain melalui telepon). Pengguna aplikasi ini adalah Kepala Daerah, Pejabat Struktural, Petugas Lapangan, Masyarakat Kota Yogyakarta dan Luar Kota Yogyakarta.

Setiap Pengguna harus melakukan registrasi, dan sistem akan melakukan validasi NIK dengan data kependudukan Kota

(63)

BAB VI

HASIL YANG DICAPAI

Berdasarkan paparan pada bab sebelumnya dapat diketahui bahwa strategi pengembangan Kota Yogyakarta menuju Kota Pintar (Smart City) dilakukan melalui pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi yang salah satunya diwujudkan dalam pembuatan aplikasi untuk mempermudah masyarakat mengakses pelayanan publik yang disediakan oleh pemerintah Kota Yogyakarta. Pada tahapan lebih lanjut, upaya tersebut diintegrasikan dengan RPJMD Kota Yogyakarta. Hal tersebut dilakukan agar setiap strategi dan kebijakan yang dirumuskan dalam rangka mengembangkan kota Yogyakarta menuju Kota Pintar (Smart city) dapat sinkron dan harmonis.

Seiring dengan proses tersebut, unsur-unsur yang terkait dengan pengembangan smart city mulai ditata. Unsur tersebut meliputi kelembagaan, jejaring, dan sumberdaya smart city. Kelembagaan, jejaring dan sumberdaya yang mendukung pengembangan smart city semakin dimantapkan guna mendukung keberhasilan pengembangan smart city.

Strategi berikutnya terkait pengembangan kota pintar di Kota Yogyakarta dilakukan melalui penguatan komitmen dan pembentukan konsensus antar unsur Yogyakarta Smart City. Strategi lainnya dilakukan melalui Penyelarasan mengintegrasikan sistem informasi birokrasi Pemerintah Kota

(64)

Yogyakarta dan mengintegrasikan sistem informasi pelayanan masyarakat

Berikut di bawah ini adalah ringkasan strategi pengembangan Kota Yogyakarta menuju Kota Pintar (Smart City):

Gambar 6.1. Strategi Pengembangan Kota Yogyakarta Menuju Kota Pintar

(65)

BAB VII

RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA

Peluang pengembangan penelitian tentang kota pintar (smart city) masih terbuka lebar untuk dilakukan. Hal ini terkait dengan perkembangan smart city yang terus terjadi di kota- kota di seluruh belahan dunia, khususnya di Kota Yogyakarta.

Penulis merekomendasikan untuk dilakukannya rencana tindak lanjut dari penelitian yang penulis lakukan.

Penelitian yang penulis lakukan masih merupakan potret besar dari apa yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Yogyakarta terkait pengembangan kota menuju kota pintar (Smart City).

Penulis merekomendasikan untuk dilakukan penelitian- penelitian yang lebih mendalam terkait dimensi-dimensi smart city. Sebagai contoh adalah bagaimana penerapan smart mobility dalam pengembangan smart city di Kota Yogyakarta.

Penulis juga menyarankan adanya penelitian komparasi terkait pengembangan smart city di daerah lain. Strategi apa yang membuat berbeda atau justru sama dari tiap daerah tersebut.

Lebih lanjut, perlu pula dilakukan penelitian mengenai smart city dari sudut keilmuan lain. Misalnya dari Ilmu Sosiologi, bagaimana smart people dan smart living didefinisikan.

(66)

BAB VIII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Strategi Pengembangan Smart City yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Yogyakarta secara umum dilakukan dengan melanjutkan atau memanfaatkan apa yang sudah dilakukan oleh Pemerintah Kota Yogyakarta terutama terkait dengan pemanfaatan TIK dalam penyediaan pelayanan publik. Dari proses tersebut, aplikasi yang sudah mulai dibangun sejak awal tahun 2000 telah dikembangkan dan diintegrasikan dalam konsep single ID, single window, single sign on yang dikembangkan untuk semua layanan dan diwujudkan dalam bentuk aplikasi android Jogja Smart Services (JSS).

Aplikasi tersebut memuat fitur yang sudah dikembangkan sebelumnya, yang meliputi layanan kedaruratan, layanan aduan, layanan pajak, layanan pendidikan, layanan kesehatan dan sejumlah layanan baru yang lain. Pembuatan JSS ini sekaligus disinkronkan dengan rancangan masterplan smart city yang saat ini tengah dimatangkan oleh Pemerintah Kota Yogyakarta.

Lebih lanjut, pengembangan smart city di kota yogyakarta ini dilakukan dengan menjalin kemitraan dengan stakeholder

(67)

lain yang memiliki keterkaitan dengan pengembangan smart city. Hal tersebut salah satunya dilakukan dengan Kementrian Komunikasi dan Informatika. Dari proses kemitraan tersebut, saat ini Pemerintah Kota Yogyakarta sedang mematangkan roadmap pengembangan Kota Yogyakarta menuju Kota Pintar (Smart City).

B. SARAN

Pengembangan smart city di Kota Yogyakarta seharusnya tidak hanya diarahkan pada pemanfaatan TIK dalam pemberian pelayanan publik kepada masyarakat. Lebih dari itu, pengembangan smart city di Kota Yogyakarta seharusnya lebih ditekankan pada upaya memperbaiki kualitas kehidupan masyarakatnya. Bagaimana TIK itu dimanfaatkan tidak saja pada upaya untuk memberikan kemudahan dalam penyelenggaraan pelayanan publik, namun juga pada upaya memberitahu bahwa sedang timbul suatu masalah perkotaan di Kota Yogyakarta dan memberikan usulan tindakan otomatis (dimungkinkan oleh sistem actuator) atau tidak-otomatis untuk mengatasi masalah

(68)

DAFTAR PUSTAKA

Chandra Eko., dan Mochamad Hariadi (2016). Strategi Pembangunan Smart City dan Tantangannya bagi Masyarakat Kota. Jurnal Strategi dan Bisnis Vol.4, No. 2 Wiwin, Purnomowati., Ismini (2014). Konsep Smart City dan

Pengembangan Pariwisata Di Kota Malang. Jurnal JIBEKA Vol.8 No. 1.

Tim PSPPR UGM (2016). Road Map Kota Yogyakarta Menuju Smart City. Working Papper PSPPR.

Widyaningsih, D., & Djunaedi, I. A. (2013). Kota Surabaya Menuju Smart City (Doctoral dissertation, Universitas Gadjah Mada).

Arif, Sodhiq (2017). Wujudkan Kota “Smart Tourism”, ini konsep Pemkot Yogyakarta. Tersedia dari https://she.id/

article/1612/wujudkan-kota-smart-tourism-ini-konsep- pemkot- yogyakarta.html

MBC design (2017). Membangun Smart City dengan

pemanfaatan teknologi informasi. Tersedia dari https://

designmbc.blogspot.co.id/2017/01/membangun-smart- city-dengan- pemanfaatan.html

Arif, Wahyudi (2016). Kota pintar, utamakan pelayanan public, seluruh pejabat harus paham ini.

Gambar

Gambar 1.1. Hubungan Antara Visi Kota dan Konsep Kota Pintar (Smart City)  Kota Yogyakarta
Tabel 4.1. Variabel Kota Pintar (Smart City)
Gambar 5.1. Portal MedCIS Puskesmas
Gambar 5.2 Kru 118 Kota Yogyakarta
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pengamatan daun sisal yang bergejala penyakit zebra di Sumbawa, biasanya terjadi pada tanaman muda dimulai pada daun bagian bawah, ketika kondisi

STD/SPMI-SUK/III.7.I Standar Instrumen Pengelolaan Pengabdian Kepada Masyarakat Oleh PT: Renstra Pengabdian Kepada Masyarakat, Panduan Pengabdian Kepada Masyarakat, Dan

Data hasil survei petani responden tentang lama dan frekuensi penggunaan parakuat, serta jumlah dosis yang digunakan untuk mengendalikan gulma pada lahan jagung berdasarkan

Dengan begitu, desain komunikasi visual adalah cara berpikir rasional untuk mencari solusi dari suatu permasalahan yang diaplikasikan ke dalam berbagai media yang

Saran yang dapat diajukan berdasarkan temuan dan kajian dalam penelitian ini adalah pelatihan hatha yoga modifikasi dapat dijadikan pilihan dalam latihan

temuan. Menyampaikan kepada OPD terperiksa atas temuan BPK atau APIP yang berulang, sehingga pada pemeriksaan selanjutnya kelemahan dapat diperbaiki.. Inspektorat Provinsi

Data yang diukur meliputi data suhu dan kelembaban ruang pengasapan, berat ikan, berat bahan bakar awal dan akhir pengasapan, kadar air ikan awal dan akhir pengasapan.. Data

Apabila dari faktor tersebut di atas dan faktor-faktor lain yang berpengaruh tidak dapat teratasi, maka kelambatan dan kesalahan kerja, karyawan sering mengalami