• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL PEMBINAAN AKHLAK DI SMA NEGERI 20 BANDUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MODEL PEMBINAAN AKHLAK DI SMA NEGERI 20 BANDUNG."

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

No. Daftar FPIPS: 1565/ UN. 40. 2. 6. 1/ PL/ 2013

MODEL PEMBINAAN AKHLAK DI SMA NEGERI 20 BANDUNG

SKRIPSI

DiajukanuntukMemenuhiSebagiandari

SyaratuntukMemperolehGelarSarjanaPendidikan

Program StudiIlmuPendidikan Agama Islam

Oleh:

Yusnita Ahdiani

0906378

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

(2)

MODEL PEMBINAAN AKHLAK DI SMA

NEGERI 20 BANDUNG

Oleh Yusnita Ahdiani

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Yusnita Ahdiani 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)
(4)

MODEL PEMBINAAN AKHLAK DI SMA NEGERI 20 BANDUNG

Yusnita Ahdiani

0906378

ABSTRAK

Latar belakang penelitian ini adalah dengan melihat kenyataan yang terjadi pada saat sekarang ini bahwa semakin maraknya kasus kenakalan yang melibatkan para pelajar. Diantaranya semakin meningkatnya jumlah kasus tawuran pelajar yang terjadi di Indonesia, kemudian semakin maraknya kasus prostitusi yang diperankan oleh para pelajar Dengan melihat kasus-kasus tersebut, penulis berasumsi bahwa belum ditemukannya model pembinaan akhlak yang tepat dan relevan dengan perkembangan dan kebutuhan siswa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui model pembinaan akhlak di SMA Negeri 20 Bandung untuk mengatasi krisis moral yang terjadi dikalangan para pelajar saat ini.

Pendekatan dan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Alasan penulis menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif ini adalah untuk menggambarkan atau mendeskripsikan keadaan selama penulis melakukan penelitian di lokasi penelitian tanpa adanya rekayasa. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui teknik observasi, wawancara, teknik dokumentasi, dan teknik triangulasi data.

Hasil penelitian menunjukan bahwa di SMA Negeri 20 Bandung telah terdapat sebuah model pembinaan akhlak terhadap para siswanya. Pembinaan akhlak dilakukan melalui tiga metode, yaitu metode keteladanan, metode pembiasaan, dan metode pemberian hukuman dan hadiah. Metode keteladanan dilakukan dengan cara menjadikan seorang guru menjadi sosok tauladan yang baik bagi para siswa. Metode pembiasaan dilakukan dengan melalui kegiatan yang dilaksanakan di sekolah seperti kegiatan pembacaan ayat suci al-qur’an selama 15 menit sebelum pelajaran dimulai, kegiatan 5S (Salam, Senyum, Sapa, Sopam, Santun), kegiatan ekstrakurikurel sekolah seperti DKM, ASQI, keputrian, basket, dan eskul lainnya, kegiatan upacara bendera, dan kegiatan doa bersama yang dilakukan setiap tahunnya ketika akan menghadapi ujian nasional. Sedangkan metode pemberian hukuman dan pemberian hadiah dilaksanakan melalui kegiatan BK, peraturan sekolah, pujian serta imbalan terhadap siswa yang berperilaku baik.

(5)

MODEL OF MORALITY DEVELOPMENT

AT 20 STATE SENIOR HIGH SCHOOL BANDUNG

Yusnita Ahdiati

0906378

ABSTRACT

The background of this research is to see the reality happening now days in delinquency cases which involved the students. One of them is the rise of the amount in engaged in a student fight cases which happen in Indonesia, more over is the widespread of the prostitution cases which the role is played by the students. From seeing those cases, the writer assumes that there is no model in morality development which is right and relevant with the progress and the need in students yet. The purpose of this research is to know the right model of morality development, taking place in 20 State Senior High School Bandung to settle the morality crisis that happens in students' society for the moment.

The approach and the method is used on this research is qualitative descriptive. The reason why the writer uses the approach qualitative descriptive is to draw or to describe the situation during the writer does the research in the research location without any changes in the data. The technique of data collection which is used in this research is through observation technique, interview technique and documentation technique.

The result from the research shows that 20 State Senior High School Bandung has a model of morality development to the students. Morality development is made through three methods that are to say, exemplary method, habit method, and punishment and prize method. Exemplary method is done by giving example from a teacher to become a good role model to their students. Habit method is used with doing useful activities which is done in the school, like reading holy Al-Quran for about 15 minutes before the class starts the lesson, 5S actions (Salam (shake hands), Senyum (smile), Sapa (greet), Sopan (polite), Santun (mannered)), extracurricular activities such as DKM, ASQI, Keputrian, Basketball, and etc, flag ceremony, and pray together which is done every year to face the national exams. While punishment and prize method is done through guidance counseling activities, school rules, praises and reward to the students who behave good.

(6)
(7)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMAKASIH ... v

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-INDONESIA ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH PENELITIAN ... 1

B. RUMUSAN MASALAH PENELITIAN ... 4

C. TUJUAN PENELITIAN ... 5

D. MANFAAT PENELITIAN ... 5

1. Secara Teoritis ... 5

2. Secara Praktis ... 5

E. STRUKTUR ORGANISASI SKRIPSI ... 6

(8)

1. Definisi Model ... 7

2. Karakteristik Model ... 8

3. Syarat-Syarat Sebuah Model... 9

4. Model Penciptaan Suasana Religius di Sekolah ... 14

B. TINJAUAN TENTANG KONSEP PEMBINAAN ... 16

1. Arti Pembinaan ... 16

2. Ruang Lingkup Pembinaan ... 16

3. Pendekatan Pembinaan ... 21

4. Prosedur Pembinaan... 23

C. TINJAUAN TENTANG KONSEP AKHLAK ... 24

1. Pengertian Akhlak ... 24

2. Akhlak Islam ... 27

3. Pembentukan Akhlak ... 31

4. Metode Pembinaan Akhlak ... 33

5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak ... 37

6. Kenakalan Remaja Sebagai Penyimpangan Dari Akhlak ... 39

BAB III METODE PENELITIAN A. LOKASI PENELITIAN... 51

B. PENDEKATAN DAN METODE PENELITIAN ... 52

C. DEFINISI OPERASIONAL ... 56

D. INSTRUMEN PENELITIAN ... 58

E. TEKNIK PENGUMPULAN DATA ... 58

(9)

A. DESKRIPSI SINGKAT TENTANG OBJEK PENELITIAN ... 64

1. Sejarah Singkat SMA Negeri 20 Bandung ... 64

2. Visi Misi Sekolah ... 66

3. Keadaan Sekolah ... 67

4. Pembinaan Kehidupan Beragama ... 70

B. HASIL PENELITIAN ... 71

1. Konsep Pembinaan Akhlak di SMA Negeri 20 Bandung ... 71

2. Proses Pelaksanaan Pembinaan Akhlak SMA Negeri 20 Bandung... 72

3. Hasil Pembinaan Akhlak di SMA Negeri 20 Bandung ... 105

C. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ... 108

1. Perencanaan Pembinaan Akhlak di SMA Negeri 20 Bandung .... 110

2. Proses Pelaksanaan Pembinaan Akhlak di SMA Negeri 20 Bandung... 112

3. Hasil Pembinaan Akhlak di SMA Negeri 20 Bandung ... 120

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN ... 122

B. REKOMENDASI ... 123

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Jumlah Peserta Didik SMA Negeri 20 Bandung ... 67

Tabel 4.2 Jumlah Sarana dan Prasarana di SMA Negeri 20 Bandung... 68

Tabel 4.3 Alokasi Waktu Belajar Mengajar Hari Senin-Kamis ... 76

Tabel 4.4 Alokasi Waktu Belajar Mengajar Hari Jum’at ... 77

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Peta Denah Lokasi SMA Negeri 20 Bandung ... 52

Gambar 4.2 Bagan Kehidupan Beragama di SMA Negeri 20 Bandung ... 70

Gambar 4.3 Bagan Organigram BK... 99

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Surat Izin Pra Penelitian ... 127

Lampiran Surat Izin Mengadakan Penelitian ... 128

Lampiran Surat Keterangan Melakukan Penelitian ... 129

Lampiran Hasil Wawancara ... 130

Lampiran Hasil Observasi... 144

(13)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH PENELITIAN

Dunia pendidikan di Indonesia pada saat sekarang ini tengah mengalami krisis moral para pelajar. Problematika remaja saat ini sangat mencoreng dunia pendidikan. Di mulai dari kasus prostitusi di kalangan pelajar, hingga permasalahan geng di kalangan para remaja yang menyebabkan terjadinya kasus tawuran antar pelajar.

Menurut Fitria Nurmalasari (2012: 3) menuliskan bahwa:

Data di Jakarta (Bimmas Polri Metro Jaya), tahun 1992 tercatat 157 kasus perkelahian pelajar. Tahun 1994 meningkat menjadi 183 kasus dengan menewaskan 10 pelajar, tahun 1995 terdapat 194 kasus dengan korban meninggal 13 pelajar dan 2 anggota masyarakat lainnya. Tahun 1998 ada 230 kasus yang menewaskan 15 pelajar serta 2 anggota Polri, dan tahun berikutnya korban meningkat dengan 37 korban tewas. Terlihat dari tahun ke tahun jumlah perkelahian dan korban jiwa semakin meningkat.

Sedangkan data lain mengenai kenakalan remaja yang ditulis oleh Iman Firmansyah (Menkominfo, dalam HU. Kompas, 10 Mei 2010) menjelaskan:

Bahwa pada tahun 2005, di Bandung dari 765.762 remaja diperoleh 388.288 atau 50,56% pernah melakukan seks pra nikah (Sumber: Pikiran Rakyat, 19 Juli 2005). Survei KPA terhadap 4.500 remaja di 12 kota besar seluruh Indonesia, menemukan 97% pernah mengakses pornografi, 93% pernah berciuman, dan 62,7% pernah berhubungan badan, dan 21% remaja telah melakukan aborsi.

Data di atas menunjukkan bahwa betapa buruknya akhlak para pelajar di Indonesia pada saat sekarang ini. Dunia pendidikan akhlak di Indonesia dewasa ini semakin merosot dikarenakan oleh perilaku sebagian siswa yang menyimpang dari aturan-aturan yang ada. Moralitas para pelajar dewasa ini tengah mengalami kemorosatan yang hebat hingga mengotori dunia pendidikan. Dunia pendidikan yang harusnya mampu membuat para pelajar menjadi pelajar yang berprestasi dan berakhlak mulia, kini dunia pendidikan sedang mengalami problematika moralitas yang sangat krusial.

(14)

2

kepribadian seseorang adalah pendidikan akhlaknya. Pada dasarnya akhlak seorang anak itu perlu dibina, baik di lingkungan keluarga ataupun di lingkungan sekolah. Pembinaan akhlak di sekolah haruslah dilakukan secara teratur dan terarah agar siswa dapat mengembangkan dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat.

Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan dalam Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Bab I Pasal I dijelaskan bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. (UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003)

Berdasarkan Undang-undang Sisdiknas di atas, jelas sekali bahwa salah satu tujuan dari pendidikan itu adalah bahwa pendidikan menjadikan seseorang mampu mengembangkan potensi dirinya agar berakhlak mulia. Akhlak merupakan salah satu dari tiga aspek ajaran agama Islam. Dalam ajaran agama Islam aspek aqidah, syariah, dan akhlak merupakan hal yang saling berkaitan satu sama lain. Akhak merupakan kesempurnaan dari pondasi seorang muslim. Jika pondasi aqidah dan syariah seorang muslim telah terbentuk secara baik, maka akhlak yang baikpun akan terwujud dalam diri seorang muslim.

(15)

3

Syahidin (2009: 3) menjelaskan bahwa masalah moralitas siswa dan remaja dewasa ini sudah menjadi problema umum dan merupakan pertanyaan yang belum ada jawabannya. Mengapa para siswa sekarang lebih gampang terpancing amarah dan sangat agresif sehingga mudah sekali tersinggung dan dengan mudahnya terjadi tawuran? Dari pertanyaan tersebut muncullah pernyataan jawaban yang tentunya perlu diuji kebenarannya. Misalnya apakah moralitas atau akhlak siswa yang menyimpang itu dikarenakan adanya penyimpangan pendidikan baik di sekolah atau di lingkungan keluarga? Ataukah pihak sekolah ataupun pihak keluarga pada saat sekarang ini mengabaikan pembinaan pendidikan akhlak untuk anaknya? Ataukah mata pelajaran PAI yang hanya 2 jam pelajaran tidak mampu untuk menanamkan nilai-nilai akhlak kepada para siswa?

Dari pernyataan tersebut muncullah sebuah anggapan bahwa untuk memperbaiki akhlak siswa yang semakin mengarah ke arah yang tidak baik, maka haruslah dilakukan sebuah pembinaan akhlak dikalangan para siswa tersebut. Untuk merealisasikan akhlak mulia haruslah dilakukan dengan sebuah pembinaan akhlak yang tidak hanya dilakukan di lingkungan keluarga saja. Sekolahpun harus terlibat secara langsung dalam pembinaan akhlak para siswanya. Pada kenyataannya pihak dari orangtua siswa beranggapan bahwa pendidikan akhlak yang diterima oleh anaknya itu sudah cukup dilakukan di sekolah, sehingga para orangtua tidak memberikan pendidikan akhlak lagi terhadap anak-anak mereka. Sedangkan seharusnya pembinaan akhlak setiap anak itu haruslah dimulai dari lingkungan keluarganya terlebih dahulu.

(16)

4

Dalam pandangan Shaltut (Sauri, 2006: 149) bahwa “membangun kesadaran manusia berarti membangun akhlak, demikian pula membangun bangsa berarti membangun akhlak.” Pembahasan tentang akhlak sudah banyak dibicarakan, tapi fenomena yang terjadi di masyarakat khususnya kaum pelajar sangat mengkhawatirkan. Dari latar belakang di atas, peneliti berasusmsi bahwa belum ditemukannya model pembinaan akhlak yang relevan dengan perkembangan dan kebutuhan siswa. Sebab itu skripsi ini akan mengangkat judul “Model Pembinaan Akhlak di SMA Negeri 20 Bandung.”

B. RUMUSAN MASALAH PENELITIAN

Agar penelitian ini memperoleh sasaran yang sesuai dengan yang diharapkan, maka peneliti merumuskan masalah penelitian ini sebagai berikut: Bagaiman model pembinaan akhlak di SMA Negeri 20 Bandung?

Dari fokus penelitian ini dapat dirumuskan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana konsep pembinaan akhlak di SMA Negeri 20 Bandung?

2. Bagaimana proses pelaksanaan pembinaan akhlak di SMA Negeri 20 Bandung? 3. Bagaimana hasil dari pembinaan akhlak di SMA Negeri 20 Bandung?

C. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini secara umum adalah mengetahui gambaran aktual mengenai bagaimana pembinaan akhlak di SMA Negeri 20 Bandung.

Dari tujuan umum tersebut, tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui konsep pembinaan akhlak di SMA Negeri 20 Bandung.

2. Untuk mengetahui proses pelaksanaan pembinaan akhlak di SMA Negeri 20 Bandung.

3. Untuk mengetahui hasil dari pembinaan akhlak di SMA Negeri 20 Bandung.

(17)

5

1. Secara Teoretis

Secara teoretis penelitian ini diharapkan dapat menemukan pembinaan akhlak di SMA 20 Bandung secara komprehensif sehingga memberikan sumbangan pengetahuan yang dapat digunakan untuk mengembangkan pendidikan agama Islam di Sekolah Menengah Atas khususnya dalam pembinaan materi akhlak sebagai salah satu upaya dalam mengurangi tingkat kenakalan remaja yang marak terjadi.

2. Secara Praktis

Manfaat penelitian ini secara praktis adalah untuk bahan masukan bagi pembaca mengenai model pembinaan akhlak di sekolah. Manfaat bagi sekolah yaitu sebagai bahan masukan bagi sekolah yang peneliti teliti mengenai pembinaan akhlak bagi para siswanya. Selain itu juga manfaat penelitian ini adalah informasi dan bahan pertimbangan bagi sekolah-sekolah lainnya yang ada di Indonesia dalam upaya pembinaan akhlak bagi para pelajar.

E. STRUKTUR ORGANISASI SKRIPSI

Penyajian laporan penelitian ini terdiri dari Bab I berisi pendahuluan yang terdiri atas subbab:

Pada Bab II merupakan kajian pustaka yang akan membahas teori-teori yang berkaitan dengan penelitian ini. Bab ini terdiri atas subbab:

(18)

6

Pada Bab III membahas mengenai metode dan pendekatan penelitian, prosedur penelitian, tahap penelitian, dan teknik analisis data.

Bab IV berisi tentang “Pembinaan Akhlak di SMA Negeri 20 Bandung”. Bab ini terdiri dari subbab diantaranya:

1. Deskripsi data hasil penelitian

2. Pembahasan tentang pembinaan akhlak di SMA Negeri 20 Bandung.

(19)

BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam sebuah penelitian diperlukan suatu langkah-langkah yang tepat yang harus dilakukan oleh seorang peneliti. Langkah tepat yang dilakukan dalam penelitian disebut metode penelitian. Metode penelitianmerupakan suatu cara untuk mendapatkan informasi tentang jawaban dari pertanyaan-pertanyaan penelitian. Sehingga dengan begitu, dapat diperoleh jawaban atas permasalahan-permasalahan yang menjadi objek penelitian.

Penjelasan mengenai metode penelitian dalam penulisan ini terdiri dari beberapa bagian diantaranya yaitu lokasi penelitian, pendekatan dan metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, analisis data, dan tahap-yahap penelitian. Semua penjelasan mengenai langkah-langkah tersebut akan diuraikan secara rinci di bawah ini.

A. LOKASI DAN OBJEK PENELITIAN

(20)

3.1 Gambar Denah Lokasi SMA Negeri 20 Bandung

B. PENDEKATAN DAN METODEPENELITIAN

1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan dalam sebuah penelitian terdiri dari tiga macam pendekatan, yaitu pendekatan penelitian secara kuantitatif, pendekatan penelitian secara kualitatif, dan pendekatan penelitian campuran atau mix. Pendekatan penelitian secara kualitatif adalah pendekatan yang peneliti gunakan dalam penyusunan penelitian ini. Menurut Sugiyono (2009: 15) penelitian kualitatif adalah:

Penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan dengan trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.

(21)

lebih bersifat seni (kurang terpola), dan disebut sebagai metode interpretatif karena data hasil penelitian lebih berkenaan dengan interpretasi terhadap data yang ditemukan di lapangan.

Penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistik karena penelitianya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting); disebut juga sebagai metode etnographi, karena pada awalnya metode ini lebih banyak digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya; disebut juga sebagai metode kualitatif, karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif.

Menurut Sugiyono (2009: 14) filsafat postpositivisme sering juga disebut sebagai paradigma interpretif dan konstruktif, yang memandang realitas sosial sebagai sesuatu yang holistik/utuh, kompleks, dinamis, penuh makna, dan hubungan gejala yang bersifat interaktif (reciprocal). Penelitian dilakukan pada objek yang alamiah. Objek yang alamiah adalah objek yang berkembang apa adanya, tidak dimanipulasi oleh penelitian dan kehadiran penelitian tidak begitu mempengaruhi dinamika pada objek tersebut. Dalam penelitian kualitatif instrimennya adalah orang atau human instrument, yaitu peneliti itu sendiri. Untuk dapat menjadi instrumen, maka peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas, sehingga mampu bertanya, menganalisis, memotret, dan mengkonstruksi situasi sosial yang diteliti menjadi lebih jelas dan bermakna.

Menurut Bogdan dan Biklen (Emir, 2011: 2-3) menyebutkan bahwa terdapat lima ciri utama dalam penelitian kualitatif yang menjadi karakteristik dari penelitian kualitatif itu sendiri, diantaranya yaitu:

(22)

2) Data Deskriptif. Penelitian kualitatif adalah deskriptif. Data yang dikumpulkan lebih mengambil bentuk kata-kata atau gambar daripada angka-angka. Hasil penelitian tertulis berisi kutipan-kutipan dari data untuk mengilustrasikan dan menyediakan bukti presentasi. Data tersebut mencakup transkip wawancara, catatan lapangan, fotografi, videtape, dokumen pribadi, memo, dan rekaman-rekaman resmi lainnya. Dalam pencarian mereka untuk pemahaman, peneliti kualitatif tidak mereduksi halaman demi halaman dari narasi dan data lain ke dalam simbol-simbol numerik. Mereka mencoba menganalisis data dengan segala kekayaannya sedapat dan sedekat mungkin dengan bentuk rekaman dan transkipnya.

3) Berurusan dengan proses. Penelitian kualitatif lebih berkonsentrasi pada proses daripada dengan hasil atau produk. Bagaimana orang melakukan negosiasi makna? Bagaimana istilah-istilah atau label-label tertentu muncul untuk diaplikasikan? Bagaiamana pemikiran-pemikiran tertentu datang untuk diambil menjadi bagian dari apa yang kita kenal sebagai pengertian umum (common sense)? Apa sejarah alami dari aktivitas atau peristiwa yang diteliti?

4) Induktif. Penelitian kualitatif cenderung menganalisis data mereka secara induktif. Mereka tidak melakukan pencarian di luar atau bukti untuk menolak atau menerima hipotesis yang mereka ajukan sebelum pelaksanaan penelitian. Teori yang dikembangkan dengan cara ini dari bawah ke atas (bukan dari atas ke bawah), dari banysk item berbeda-beda dari bukti-bukti yang terkumpul saling berhubungan. Teori tersebut didasarkan pada data. Sebagai seorang penelitian kualitatif yang merencanakan dan mengembangkan berapa jenis teori tentang apa yang telah anda teliti, arah yang akan anda tuju akan datang setelah anda mengumpulkan data, setelah anda menghabiskan waktu dengan subjek anda.

(23)

2. Metode Penelitian

Dalam penyusunan suatu penelitian harus diperlukan suatu cara yang tepat. Hal ini sejalan dengan tujuan dari penelitian itu sendiri. Menurut Hadi (Narbukko dan Achmadi, 2004: 2) bahwa penelitian merupakan suatu usaha untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran terhadap suatu pengetahuan. Maka dari itu, sebuah penelitian tidak dapat dengan seenaknya menggunakan sebuah metode. Penggunaan sebuah metode itu harus disesuaikan dengan tujuan penelitian itu sendiri dan harus disesuaikan dengan permasalahan yang akan diteliti dalam suatu objek. Jadi setiap penelitian itu akan berbeda dalam penggunaan metodenya, ini dikarenakan penyesuaian dengan permasalahan yang dihadapi.

Secara umum metode penelitian diartikan sebagai suatu cara yang ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode deskriptif, yaitu memperoleh data empiris pada saat melakukan penelitian. Penelitian deskriptif menyajikan suatu gambaran yang terperinci tentang satu situasi khusus, setting sosial, atau hubungan.

Dengan menggunakan metode penelitian deskriptif ini, peneliti berharap hasil dari penelitian ini bisa mengungkap rasa ingin tahu yang peneliti rasa dan dapat dengan mudah dipahami oleh pembaca karena dalam penelitian ini bukan menuliskan angka-angka melainkan berisi informasi deskriptif yang berupa kata-kata dan gambar-gambar yang membantu untuk memperjelas isi penelitian ini, sehingga penelitan ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.

C.DEFINISI OPERASIONAL

Dalam judul penelitian ini, terdapat empat konsep utama yang akan penulis definisikan secara utuh dari tiap kata dan kalimat. Ke empat konsep utama tersebut diantaranya adalah: 1. Model

(24)

(2008:305) adalah sesuatu yang dianggap benar, tetapi bersifat kondisional.Yang dimaksud model dalam penelitian ini adalah sesuatu yang dibuat oleh seseorang atau kelompok orang dengan tujuan agar apa yang dibuat itu dapat dijadikan contoh bagi orang atau kelompok lain. Kemudian model tersebut disesuaikan dengan lingkungan tempat yang akan menjadi pelaksanaan dari model tersebut.

2. Pembinaan

Menurut Sudjana (2010: 199) pembinaan dapat diartikan sebagai upaya memelihara atau membawa, sesuatu keadaan yang seharusnya terjadi atau menjaga suatu keadaan sebagaimana seharusnya. Secara lebih luas pembinaan dapat diartikan sebagai rangkaian upaya pengendalian secara profesional terhadap semua unsur organisasi agar unsur-unsur tersebut berfungsi sebagaimana mestinya sehingga rencana untuk mencapai tujuan dapat terlaksana secara berdaya guna dan berhasil guna.

Maksud dari pembinaan dalam penelitian ini adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok orang agar dapat berubah ke arah yang lebih baik. Usaha pembinaan ini dilakukan secara berkesinambungan agar hasil yang diharapkan dapat tercapai dengan baik.

3. Akhlak

Istilah akhlak sudah sangat akrab di tengah kehidupan kita. Mungkin hampir semua orang mengetahui arti kata akhlak, karena perkataan akhlak selalu dikaitkan dengan tingkah laku manusia. Ada dua pendekatan yang dapat digunakan untuk mengartikan dari kata akhlak itu sendiri. Dua pendekatan tersebut yaitu, pendekatan secara kebahasaan dan pendekatan secara terminologis (peristilahan).

(25)

Secara terminologis, dapat dikatakan bahwa akhlak merupakan perilaku manusia dalam segala aspek kehidupan. Dalam pengertian umum, akhlak dapat dipadankan dengan etika atau nilai moral (Beni Ahmad Saebani dan Abdul Hamid (2010: 13).

Akhlak adalah perbuatan baik dan buruk tingkah laku sehari-hari dari seluruh aktivitas manusia. Ahmad Amin (Sauri, 2006: 148) mengatakan bahwa akhlak adalah:

Suatu ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia kepada yang lainnya menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang harus diperbuat.

Dapat penulis simpulkan bahwa maksud akhlak dalam penelitian ini adalah suatu perilaku dari seseorang yang akan membentuk kepribadian orang tersebut. Kemudian akhlak seseorang dapat dibentuk dengan pendidikan yang diberikan baik di lingkungan keluarga, maupun lingkungan di luar lingkungan keluarga.

D. INSTRUMEN PENELITIAN

Menurut Sugiyono (2009: 305) dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau penelitian adalah peneliti itu sendiri. Peneliti kulaitatif sebagai human instrument, berfungsimenetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, manilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data, dan membuat kesimpulan atas temuannya. Instrumen penelitian yangpeneliti gunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan lembar observasi dan peneliti juga terjun langsung ke lapangan melihat bagaimana proses kegiatan penelitian berlangsung.

Karena peneliti berperan sebagai human instrument pada penelitian kualitatif, maka peneliti harus divalidasi lebih dahulu. Sugiyono (2009: 305) menjelaskan bahwa validasi terhadap peneliti sebagai instrumen meliputi validasi terhadap pemahaman metode penelitian kualitatif, penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti, kesiapan peneliti untuk memasuki objek penelitian, baik secara akademik maupun logistiknya.

(26)

penguasaan teori dan wawasan terhadap bidang yang diteliti, serta kesiapan dan bekal memasuki lapangan.

E. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.

Menurut Sugiyono (2009: 309) menjelaskan bahwa dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada natural setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer, dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada observasi berperanserta (participant observation), wawancara mendalam, dan dokumentasi.

Macam-macam teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini diantaranya:

1. Observasi

Menurut Nasution dalam buku yang ditulis oleh Sugiyono (2009:310) menyatakan bahwa observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Data itu dikumpulkan dan sering dengan bantuan berbagai alat yang sangat canggih, sehingga benda-benda yang sangat kecil (proton dan elektron) maupun yang sangat jauh (benda ruang angkasa) dapat diobservasi dengan jelas.

Dalam penelitian ini, jenis observasi yang peneliti gunakan dalam pengumpulan data adalan observasi terus terang atau tersamar. Maksudnya adalah peneliti secara terus terang menyatakan kepada narasumber atau sumber data bahwa peneliti sedang melakukan penelitian. Sehingga narasumber mengetahui setiap kegiatan yang peneliti lakukan selama berada di lapangan.

(27)

2. Wawancara

Sugiyono (2009: 317) menjelaskan bahwa “wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam.”Teknik wawancara juga merupakan teknik percakapan dengan maksud tertentu. Teknik ini dilakukan dengan cara mengadakan wawancara dengan berbagai sumber data yang dapat memeberikan informasi atau data.

Wawancara yang peneliti gunakan dalam penelitian kali ini adalah wawancara dengan bentuk terstruktur. Di mana peneliti telah merancang berbagai macam pertanyaan yang akan diajukan ketika proses wawancara berlangsung. Wawancara dilakukan agar peneliti mendapatkan informasi dari narasumber-narasumber yang terpercaya.

Karena teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara secara terstruktur, maka peneliti dalam melakukan wawancara, pengumpul data telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis dan alternatif jawabannyapun telah disiapkan. Dengan wawancara secara terstruktur ini setiap responden atau narasumber diberi pertanyaan yang sama, dan peneliti mencatatnya. 3. Studi Dokumentasi

Sugiyono (2009: 329) menjelaskan bahwa “dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.” Studi dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan cara mempelajari dokumen untuk mendapatkan data atau informasi yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

(28)

4. Triangulasi/ Gabungan

Sugiyono (2009: 330) menjelaskan bahwa:

Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data.

Dalam penelitian ini, teknik triangulasi data merupakan teknik yang peneliti gunakan dengan tujuan untuk memperkuat data-data yang peneliti dapatkan dengan menggunakan teknik penelitian yang lainnya. Dengan kata lain, teknik triangulasi data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara menggabungkan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi yang bertujuan semakin memperkuat data-data penelitian.

F. ANALISIS DATA

Menurut Bogdan dan Biklen (Moleong, 2012: 248) analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceriterakan kepada orang lain. Sedangkan menurut Sugiyono (2009: 335) menyebutkan bahwa analisis data adalah:

Proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi, dengan cara mengorganissikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

(29)

dikumpulkan secara berulang-ulang dengan teknik triangulasi, ternyata hipotesis diterima, maka hipotesis tersebut berkembang menjadi teori. Maka dari itu, penelitian kualitatif itu bersifat induktif.

Selanjutnya menurut Janice McDrury (Moleong, 2012:248) menjelaskan bahwa tahapan analisis data kualitatif adalah sebagai berikut.

(1) Membaca/ mempelajari data, menandai kata-kata kunci dan gagasan yang ada didalam data; (2)Mempelajari kata-kata kunci itu, berupaya menemukan tema-tema yang berasal dari data; (3) Menuliskan model yang ditemukan; (4) Koding yang telah dilakukan.

Selain itu juga, yang perlu diperhatikan adalah proses analisis data. Proses analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu (Sugiyono, 2009: 337). Miles and Huberman (Sugiyono, 2009: 337) membagi proses analisis data menjadi tiga bagian, yaitu reduksi data, display data, dan kesimpulan atau verifikasi.

1. Reduksi Data. Menurut Sugiyono (2009: 339) reduksi data merupakan proses berfikir sensitif yang memerlukan kecerdasan dan keluasan dan kedalaman wawasan yang tinggi. Bagi peneliti yang masih baru, dalam melakukan reduksi data dapat mendiskusikan pada teman atau orang lain yang dipandang ahli. Melalui diskusi itu, maka wawasan penelitian akan berkembang, sehingga dapat mereduksi data-data yang memiliki nilai temuan dan pengembangan teori yang signifikan.Reduksi data yang peneliti lakukan dalam penelitian ini adalah dengan cara melakukan diskusi dengan orang-orang yang peneliti anggap mampu memberikan masukan kepada peneliti. Dari hasil diskusi tersebut, peneliti mampu untuk mereduksikan data-data dari hasil penelitian.

(30)

Penyajian data yang digunakan oleh peneliti adalah dalam bentuk uraian dan gambaran-gambaran baik dari proses maupun hasil penelitian.

(31)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dijelaskan dalam bab IV, maka kesimpulan yang dapat diambil dari model pembinaan akhlak yang dilakukan di SMA Negeri 20 Bandung akan dijelaskan sebagai berikut.

1. Konsep pembinaan akhlak di SMA Negeri 20 Bandung dilandasi oleh adanya Undang-Undang tentang Pendidikan, Permendiknas No 19, dan Undang-Undang No 20. Kemudian landasan yang selanjutnya adalah dari sekolah yaitu melihat visi dari sekolah itu sendiri, yaitu mewujudkan sekolah yang berkualitas, bersih, sehat dan indah. Mewujudkan sekolah yang berkualitas di sini artinya diimplementasikan dalam misi, yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan. Dari landasan tersebutlah, SMA Negeri 20 Bandung mengadakan suatu pembinaan akhlak bagi para siswanya. 2. Untuk proses pelaksanaan pembinaan akhlak di SMA Negeri 20 Bandung dilakukan

(32)

3. Hasil pembinaan akhlak di SMA Negeri 20 Bandung dapat terlihat melalui suasana religius di lingkungan sekolah. Walaupun para siswa dan siswinya tidak semuanya berpakaian Islami, tetapi mereka menjunjung tinggi kesopanan dalam berpakaian. Hasil pembinaan akhlak dapat jelas dirasakan dengan melihat perilaku para siswa yang selalu melaksanakan budaya 5S di lingkungan sekolah. Selain itu, para siswa juga lebih rajin dalam melaksanakan ritual ibadah keagamaan, baik yang bersifat wajib maupun yang bersifat sunat.

B. REKOMENDASI

Dari kesimpulan yang telah dijelaskan oleh penulis, maka penulis mengajukan beberapa saran yang hendaknya bisa dijadikan masukan dalam upaya meningkatkan pembinaan akhlak yang dilakukan di SMA Negeri 20 Bandung. Adapun saran yang diajukan adalah sebagai berikut:

1. Untuk Pihak Guru atau Pegawai Sekolah di SMA Negeri 20 Bandung

a. Model pembinaan akhlak di SMA Negeri 20 Bandung sudah cukup baik, hanya saja hendaknya pihak guru atau pihak sekolah lebih tegas lagi terhadap para siswa. Kemudian untuk pembinaan akhlak para siswa, hendaknya semua komponen guru bertanggungjawab dalam membina akhlak para siswa.

b. Hendaknya setiap kegiatan keagamaan yang diadakan di sekolah di wajibkan untuk para siswa.

c. Hendaknya kerjasama dan komunikasi yang terjalin antara orangtua siswa dan pihak sekolah semakin ditingkatkan lagi.

2. Untuk Siswa SMA Negeri 20 Bandung

a. Para siswa hendaknya mematuhi peratutan-peraturan yang telah dibuat oleh pihak sekolah.

(33)
(34)

DAFTAR PUSTAKA

...,. (2002). Al-Hikmah: Al-Qur’an dan Terjemahannya. Terjemahan Tim Penerjemah Departemen Agama RI. Bandung: CV Penerbit Diponegoro. Alaika, M. S.(2008). Akhlak Hubungan Vertikal. Yogyakarta: Pustaka Insani

Madani.

____________.(2008). Akhlak Hubungan Horizontal. Yogyakarta: Pustaka Insani Madani.

Deni.(2013). Pengertian Budi Pekerti.

[online].Tersedia:http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=200911 03061839AAK1PAb.[13 April 2013].

Emir.(2011). Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajawali Pers.

Firmansyah, I.(2ety011). Konsep Pendidikan Karakter Islami. Powerpoint. UPI Bandung

Kartono, K.(2010). Patologi Sosial II: Kenakalan Remaja. Jakarta: Rajawali Pers Kurnia. N.U.(2011). Model Pendidikan Integratif Tradisional dan Modern (Suatu Kasus Pada Pondok Pesantren Al-Ittihad Cianjur). Skripsi pada FPIPS UPI Bandung: tidakditerbitkan

Moleong, L. J.(2010). Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Muhaimin et.al.(2008). Paradigma Pendidikan Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Narbukko, C dan Abu, A.(2004). Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Nata, A.(2003). Akhlak Tasawuf. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

(35)

2

Ramayulis.(2002). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.

Saebani, B.A, dan Hamid, A. (2010). Ilmu Akhlak. Bandung: CV Pustaka Setia. Sauri, S.(2002). Pendidikan Berbahasa Santun. Bandung: PT Genesindo.

Sudarsono.(2008). Kenakalan Remaja (Prevensi, Rehabilitasi, dan Resosialisasi). Jakarta: Rineka Cipta.

Sudjana, Djuju. (2008). Evaluasi Program Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosda Karya

Sugiyono.(2009). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D). Bandung: CV Alfabeta.

Suprijono, A.(2012). Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Suryabrata.(2010). Metodologi Penelitian. Jakarta: Rajawali Pers.

Syahidin, et.al.(2009). Moral dan Kognisi Islam. Bandung: CV Alfabeta.

Syahidin.(2009). Menelusuri Metode Pendidikan dalam Al-Qur’an. Bandung: Alfabeta.

Undang - Undang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional) Nomor 23. (2010). Bandung : Fokus Media

Wedhiastuty, A.(2013). Pdf BAB 2 Landasan Teori.[Online].Tersedia: http://www.damandiri.or.id/file/anywedhiastutyunairbab2.pdf. [13 April 2013].

Gambar

Tabel 4.1 Jumlah Peserta Didik SMA Negeri 20 Bandung ...........................
Gambar 2.1 Peta Denah Lokasi SMA Negeri 20 Bandung ...........................
gambaran baik dari proses maupun hasil penelitian.

Referensi

Dokumen terkait

Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA POKOK

Pengaruh Profesionalisme Kerja Agen Asuransi Beasiswa Terhadap Kualitas Layanan Di Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumi Putera 1912 Kantor Cabang Cimahi1. Universitas Pendidikan Indonesia

Pada perancangan robot inspeksi berbasis mikrokontroler ini, seperti pada gambar 4.1, struktur model merupakan bentuk yang dibuat secara sederhana, belum memperhitungkan

“Working with Adolescents Addicted to the Internet”, dalam Internet Addiction: A Handbook and Guide to Evaluation and Treatment.. “Issue for DSM - V:

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar SarjanaPsikologi. pada

Berdasarkan hasil penelitian mengenai kemampuan bertanya siswa melalui pembelajaran berbasis masalah pada konsep pencemaran lingkungan menggunakan kurikulum 2013,

yang terbuat dari plastik sebagai matriks dan serbuk kayu sebagai pengisi ( filler ),. yang mempunyai sifat gabungan

Jadwal kerja pada Taman Wisata Mora Indah Faria terbagi menjadi 2 bagian. Dalam penentuan jadwal kerja terdapat Shift pagi dan malam.. d) Hari Libur yang ditetapkan. Hari libur