• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KESEJARAHAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH MELALUI PENGGUNAAN BIOGRAFI TOKOH R.A LASMININGRAT SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN SEJARAH.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KESEJARAHAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH MELALUI PENGGUNAAN BIOGRAFI TOKOH R.A LASMININGRAT SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN SEJARAH."

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KESEJARAHAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH MELALUI

PENGGUNAAN BIOGRAFI TOKOH R.A LASMININGRAT SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN SEJARAH

(Penelitian Tindakan Kelas Pada Kelas XI IPS 2 di MAN 2 Garut)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Sejarah

Purnama Nurdiana Purnaman 1201191

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

SEKOLAH PASCASARJANA

(2)

MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KESEJARAHAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH MELALUI

PENGGUNAAN BIOGRAFI TOKOH R.A LASMININGRAT SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN SEJARAH

(Penelitian Tindakan Kelas Pada Kelas XI IPS 2 di MAN 2 Garut)

Oleh :

PURNAMA NURDIANA PURNAMAN (1201191) S.Pd. Universitas Pendidikan Indonesia, 2006

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Sejarah

© Purnama Nurdiana Purnaman 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

Tesis ini telah diuji pada Sidang Tahap II Hari/Tanggal : 25 Agustus 2014

Tempat : Ruang Sidang Sekolah Pasca Sarjana UPI Tim Penguji :

Penguji I, Penguji II,

Prof. Dr. Helius Sjamsuddin, M.A Dr. Nana Supriatna, M.Ed

NIP. 19611014 198601 1 001

Penguji III, Penguji IV,

Didin Saripudin, Ph.D Dr. Agus Mulyana, M.Hum

NIP. 1970 05061997021001 NIP. 19660808 199103 1 002

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah

Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

(4)

PURNAMA NURDIANA PURNAMAN, S.Pd.

MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KESEJARAHAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH MELALUI PENGGUNAAN

BIOGRAFI TOKOH R.A LASMININGRAT SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN SEJARAH

(Penelitian Tindakan Kelas Pada Kelas XI IPS 2 di MAN 2 Garut)”

Disetujui dan disahkan oleh:

Pembimbing I

Prof. Dr. Helius Sjamsuddin, M.A

Pembimbing II

Dr. Nana Supriatna, M.Ed. NIP. 196110141986011

Mengetahui

Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah

Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia

(5)

Purnama Nurdiana Purnaman, 2014

Membangun keterampilan berpikir kesejarahan siswa dalam pembelajaran sejarah melalui penggunaan biografi tokoh RA Tasminingrat sebagai sumber pembelajaran sejarah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

D. Manfaat Penelitian ………..……….…..

BAB II KAJIAN PUSTAKA ………...…

A. Keterampilan Berpikir Kesejarahan ……….

1. Keterampilan ……….

2. Keterampilan Berpikir ………...…...

3. Keterampilan Berpikir Kesejarahan ………...……..

B. Penggunaan Biografi Tokoh Sebagai Sumber Pembelajaran dalam

Pembelajaran Sejarah ………..………...

(6)

Purnama Nurdiana Purnaman, 2014

Membangun keterampilan berpikir kesejarahan siswa dalam pembelajaran sejarah melalui penggunaan biografi tokoh RA Tasminingrat sebagai sumber pembelajaran sejarah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Pembelajaran Sejarah Biografi Tokoh ………....

4. Biografi Tokoh R.A Lasminingrat ………...….

C. Landasan Teori Belajar ………...………..….

D. Model dan Strategi Pembelajaran Sejarah ……….….

1. Model Pembelajaran Sejarah ……….…

2. Strategi Pembelajaran Sejarah ………...

E. Penelitian Terdahulu ………..…

BAB III METODE PENELITIAN ………...

A. Lokasi, Subjek, Guru Mitra (Kolaborator) dan Waktu Penelitian …...

1. Lokasi Penelitian ………...…... G. Teknik Pengumpulan Data ……….………..

H. Teknik Analisis Data ………...

I. Interpretasi Data ……...………..….

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………...….

A.Hasil Penelitian ………..……….…...

1. Deskripsi awal Proses Pembelajaran ……….…

a. Analisis dan Refleksi Awal Pembelajaran ….………... b. Perencanaan, Pelaksanaan Siklus dan Tindakan ………….. 2. Desain Pembelajaran Mengembangkan Keterampilan Berpikir

Kesejarahan Siswa Dalam Pembelajaran Mellaui Penggunaan

(7)

Purnama Nurdiana Purnaman, 2014

Membangun keterampilan berpikir kesejarahan siswa dalam pembelajaran sejarah melalui penggunaan biografi tokoh RA Tasminingrat sebagai sumber pembelajaran sejarah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Biografi Tokoh R.A Lasminingrat Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah ……….. 3. Implementasi Mengembangkan Keterampilan Berpikir

Kesejarahan Siswa Dalam Pembelajaran Mellaui Penggunaan Biografi Tokoh R.A Lasminingrat Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah ………. a. Deskripsi Pelaksanaan Siklus 1……….…

1) Perencanaan Tindakan ke-1 ………...….. 2) Pelaksanaan Tindakan ke -1 ………...…. 3) Observasi Tindakan ke-1 ………...…. 4) Refleksi Tindakan ke -1 …………..……… 5) Perencanaan Tindakan ke-2 ………. 6) Pelaksanaan Tindakan ke -2 …....………..……... 7) Observasi Tindakan ke-2 .………... 8) Refleksi Tindakan ke-2 ……….…...… 9) Perencanaan Tindakan ke-3 …...………... 10)Pelaksanaan Tindakan ke -3 …....……… 11)Observasi Tindakan ke-3 .………... 12)Refleksi Tindakan ke-3 ….………...

b. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II ………

(8)

Purnama Nurdiana Purnaman, 2014

Membangun keterampilan berpikir kesejarahan siswa dalam pembelajaran sejarah melalui penggunaan biografi tokoh RA Tasminingrat sebagai sumber pembelajaran sejarah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

9) Perencanaan Tindakan ke-6 …...……….………. 10)Pelaksanaan Tindakan ke -6 …....………...….…... 11)Observasi Tindakan ke-6 .………..…….... 12)Refleksi Tindakan ke-6 ….……….………...

B. Pembahasan ………...………...

1. Desain pembelajaran penggunaan biografi tokoh lokal R.A Lasminingrat sebagai sumber pembelajaran siswa untuk mengembangkan ketermpilan berpikir kesejarahan siswa ………...……. 2. Implementasi penerapan penggunaan biografi tokoh

lokal R.A Lasminingrat sebagai sumber pembelajaran siswa untuk mengembangkan ketermpilan berpikir kesejarahan siswa ………....… a. Analisis Data Temuan Hasil Pelaksanaan Tindakan

Dengan Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kesejarahan Siswa Melalui Penggunaan Sumber Sejarah Biografi Lokal R.A Lasminingrat dalam Pembelajaran Sejarah ……….…....…….

1) Analisis Orientasi Pembelajaran …...………...

2) Analisis terhadap Pelaksanaan Siklus dan Tindakan Pembelajaran …..……….……

a) Analisis Siklus I …………..….……….…..

b) Analisis Siklus II ……….

(9)

Purnama Nurdiana Purnaman, 2014

Membangun keterampilan berpikir kesejarahan siswa dalam pembelajaran sejarah melalui penggunaan biografi tokoh RA Tasminingrat sebagai sumber pembelajaran sejarah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA ………....… Tabel 4.1. Observasi Tindakan 1 Kemampuan Guru dalam Pengembangan

Keterampilan Berpikir Kesejarahan ……… Tabel 4.2. Observasi Tindakan 1 Aktivitas Siswa dalam Pengembangan

Keterampilan Berpikir Kesejarahan ……….……… Tabel 4.3 . Hasil Penilaian Asesmen Alternatif Tindakan 1 melalui Task ... Tabel 4.4. Observasi Tindakan 2 Kemampuan Guru dalam Pengembangan

Keterampilan Berpikir Kesejarahan ……….…...…… Tabel 4.5. Observasi Tindakan 2 Aktivitas Siswa dalam Pengembangan

Keterampilan Berpikir Kesejarahan ………...… Tabel 4.6. Hasil Penilaian Asesmen Alternatif Tindakan 2 melalui Task … Tabel 4.7. Observasi Tindakan 3 Kemampuan Guru dalam Pengembangan

Keterampilan Berpikir Kesejarahan ………...…… Tabel 4.8. Observasi Tindakan 3 Aktivitas Siswa dalam Pengembangan

Keterampilan Berpikir Kesejarahan ………... Tabel 4.9. Hasil Penilaian Asesmen Alternatif Tindakan 3 melalui Task ...

(10)

Purnama Nurdiana Purnaman, 2014

Membangun keterampilan berpikir kesejarahan siswa dalam pembelajaran sejarah melalui penggunaan biografi tokoh RA Tasminingrat sebagai sumber pembelajaran sejarah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 4.10 Observasi Tindakan 4 Kemampuan Guru dalam Pengembangan Keterampilan Berpikir Kesejarahan ……… Tabel 4.11 Observasi Tindakan 4 Aktivitas Siswa dalam Pengembangan

Keterampilan Berpikir Kesejarahan ……….. Tabel 4.12 Hasil Penilaian Asesmen Alternatif Tindakan 4 melalui Task … Tabel 4.13 Observasi Tindakan 5 Kemampuan Guru dalam Pengembangan

Keterampilan Berpikir Kesejarahan ………...…… Tabel 4.14 Observasi Tindakan 5 Aktivitas Siswa dalam Pengembangan

Keterampilan Berpikir Kesejarahan ………...… Tabel 4.15 Hasil Penilaian Asesmen Alternatif Tindakan 5 melalui Task … Tabel 4.16 Observasi Tindakan 6 Kemampuan Guru dalam Pengembangan

Keterampilan Berpikir Kesejarahan ………...……. Tabel 4.17 Observasi Tindakan 6 Aktivitas Siswa dalam Pengembangan

Keterampilan Berpikir Kesejarahan ……….. Tabel 4.18 Hasil Penilaian Asesmen Alternatif Tindakan 6 melalui Task …

127

128 130

137

138 140

144 146 147 DAFTAR GAMBAR

(11)

Purnama Nurdiana Purnaman, 2014

Membangun keterampilan berpikir kesejarahan siswa dalam pembelajaran sejarah melalui penggunaan biografi tokoh RA Tasminingrat sebagai sumber pembelajaran sejarah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR BAGAN

(12)

Purnama Nurdiana Purnaman, 2014

Membangun keterampilan berpikir kesejarahan siswa dalam pembelajaran sejarah melalui penggunaan biografi tokoh RA Tasminingrat sebagai sumber pembelajaran sejarah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Surat izin penelitian ………..

Lampiran 2. Surat Keterangan penelitian dari Kepala MAN 2 Garut …… Lampiran 3. Profil Sekolah ……….………...… Lampiran 4. Visi, Misi, Tujuan MAN 2 Garut ……….

Lampiran 5. RPP ………

(13)

Purnama Nurdiana Purnaman, 2014

Membangun keterampilan berpikir kesejarahan siswa dalam pembelajaran sejarah melalui penggunaan biografi tokoh RA Tasminingrat sebagai sumber pembelajaran sejarah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Lampiran 7. Catatan Lapangan ………... Lampiran 8 Transkrip wawancara dengan Guru Mitra………..

Lampiran 9. Task Pembelajaran Keterampilan Berpikir Kesejarahan … Lampiran 10. Foto –Foto ………..………... Lampiran 11. Gambar mengenai R.A Lasminingrat ……..………

(14)

Purnama Nurdiana Purnaman, 2014

Membangun keterampilan berpikir kesejarahan siswa dalam pembelajaran sejarah melalui penggunaan biografi tokoh RA Tasminingrat sebagai sumber pembelajaran sejarah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KESEJARAHAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH MELALUI PENGGUNAAN

BIOGRAFI TOKOH R.A LASMININGRAT SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN SEJARAH

(Penelitian Tindakan Kelas Pada Kelas XI IPS di MAN 2 Garut) Oleh : Purnama Nurdiana Purnaman

(15)

Purnama Nurdiana Purnaman, 2014

Membangun keterampilan berpikir kesejarahan siswa dalam pembelajaran sejarah melalui penggunaan biografi tokoh RA Tasminingrat sebagai sumber pembelajaran sejarah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kata Kunci : Keterampilan Berpikir Kesejarahan, Biografi R.A Lasminingrat,

ABSTRACT

DEVELOPING STUDENTS’ A HISTORICAL THINKING SKILL IN HISTORY LEARNING PROCESS BY USING BIOGRAPHY OF R.A

LASMININGRAT AS LEARNING RESOURCE (Classroom Action research in Class of XI IPS2 MAN 2 Garut)

By: Purnama Nurdiana Purnaman

(16)

Purnama Nurdiana Purnaman, 2014

Membangun keterampilan berpikir kesejarahan siswa dalam pembelajaran sejarah melalui penggunaan biografi tokoh RA Tasminingrat sebagai sumber pembelajaran sejarah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

continuously. Second, using biography of R.A Lasminingrat as a learning resource can develop historical thinking skill with repetitive action. Third, problems are faced in developing historical thinking skill are: 1) triability and complexity in applying innovation learning. 2) based on students’ background, students are low in reading literature especially historical narrative and reading motivation. 3) limited references of biography of R.A Lasminingrat.

(17)

Purnama Nurdiana Purnaman, 2014

Membangun keterampilan berpikir kesejarahan siswa dalam pembelajaran sejarah melalui penggunaan biografi tokoh RA Tasminingrat sebagai sumber pembelajaran sejarah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pembelajaran mengenai keterampilan berpikir kesejarahan belum dilakukan secara intensif oleh guru mata pelajaran sejarah. Sebagai contoh, guru di Madrasah Aliyah Negeri 2 Garut masih belum meningkatkan kompetensi keterampilan berpikir kesejarahan kepada siswa secara menyeluruh. Walaupun, materi kelas X sudah memperkenalkan beberapa bagian tentang keterampilan berpikir kesejarahan. Pada saat penelitian pendahuluan, guru mata pelajaran sejarah ini lebih banyak menggunakan pendekatan ekspositori dengan strategi ceramah, tanya jawab, dan pengerjaan lembar kerja siswa (LKS). Pendekatan tersebut tentunya kurang memuaskan dalam pembelajaran keterampilan kesejarahan yang menjadi dasar bagi siswa ketika dihadapkan pada narasi-narasi sejarah.

Berdasarkan diskusi dan pengalaman penulis dengan observer selama mengajar, pembelajaran sejarah oleh guru jarang sekali yang menggunakan tokoh lokal atau sejarah lokal dalam materi pembelajarannya. Mereka sebagian besar menggunakan buku paket atau lembar kerja siswa yang digunakan untuk bahan materi pembelajaran. Hal ini untuk menghindari dari keluarnya pembiayaan di luar sekolah atau beban biaya bagi siswa. Dampak dari penggunaan materi tersebut, guru terjebak pada apa yang dikatakan oleh Parrington dalam bukunya The Idea of an Historical Education (1980) dengan pernyataan bahwa guru acapkali mendominasikan pengajaran hapalan dan menekankan “chalk and talkdengan menekankan memorizing sehingga mengabaikan kemampuan intelektual yang lebih tinggi (Mulyana & Gunawan, 2007, hlm. 1-9).

(18)

Purnama Nurdiana Purnaman, 2014

Membangun keterampilan berpikir kesejarahan siswa dalam pembelajaran sejarah melalui penggunaan biografi tokoh RA Tasminingrat sebagai sumber pembelajaran sejarah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

siswa kurang tertarik terhadap mata pelajaran sejarah. Guru lebih menggunakan metode pengajaran konvensional dan mengutamakan penggunaan metode ekspositori untuk mengejar penyampaian konten materi. Guru menggunakan authentic assessment sebagai dasar alat penilaian pada hasil belajar. Guru masih

terfokus pada materi buku paket, sehingga sejarah lokal tidak terangkat, dan pengalaman belajar keterampilan sejarah bagi siswa terabaikan. Keadaan ini sesuai dengan pendapat Wasserman (dalam Murni, 2006, hlm. 73) bahwa :

…….teacher’s competence is being assessed by pupil performance on such measures. Teaching for thinking is fine, in theory, and we want it. But in the real world, where pupil’s learning is measured, not by their competence as thinkers, but their ability to recall what has been heard and read.

Guru masih mempersiapkan siswa untuk mengerjakan tes atau istilah lain teaching to the test. Akibatnya, guru melihat kemampuan hasil belajar sejarah

siswa berdasarkan tes belajar siswa yang dicapainya. Sementara itu, hasil belajar yang berdasarkan keterampilan berpikir kesejarahan terabaikan. Dengan demikian, hasil belajar siswa diinterpretasikan yaitu siswa akan berhasil kalau mereka mampu mengingat apa yang dia ingat dan dia baca. Kondisi ini hampir berlaku pada setiap kelas, salah satunya yaitu kelas XI IPS 2.

Fakta lain yaitu saratnya materi dan terfokusnya pada materi buku paket yang diajarkan oleh guru berdampak tidak terangkatnya sejarah lokal yang ada di sekitar siswa. Padahal, siswa tidak terlepas dari identitas komunitasnya di samping mereka harus memahami sejarah nasional. Seperti yang diungkapkan oleh Hasan (2012, hlm. 27) bahwa materi sejarah nasional sebagai “collective memory” harus dikembangkan oleh pendidikan sejarah. Identitas diri sebagai

(19)

Purnama Nurdiana Purnaman, 2014

Membangun keterampilan berpikir kesejarahan siswa dalam pembelajaran sejarah melalui penggunaan biografi tokoh RA Tasminingrat sebagai sumber pembelajaran sejarah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pulau Jawa. Tetapi, orang tidak mungkin melepaskan dirinya dari identitas komunitas terdekatnya.

Fakta ketidaktahuan tentang tokoh R.A Lasminingrat sebagai tokoh intelektual tidak muncul di kalangan siswa. Walaupun situs-situs tokoh tersebut berdekatan dengan sekolah siswa (di sekitar alun-alun Garut). Mereka tidak tahu apa peran dari tokoh R.A Lasminingrat. Padahal, ada dua penulis (Nina Herlina Lubis (2009) dan Dedy Effendie (2010) yang menyatakan tokoh perempuan tersebut sangat berperan di Kabupaten Garut sebagai sastrawati dan pendidik. Kiprah peran intelektualnya jauh berpengaruh sebelum R.A Kartini ataupun R. Dewi Sartika. Dengan demikian, nilai-nilai yang terkandung dalam perjalanan tokoh tersebut belum menjadi teladan bagi peserta didik.

Melalui penggunaan biografi tokoh lokal, peserta didik diharapkan akan peka dengan lingkungan sekitarnya. Siswa diharapkan mampu menyelami tokoh dalam ruang dan waktu pada saat R.A Lasminingrat hidup sehingga kesadaran sejarah pada siswapun muncul. Kesadaran sejarah ini yaitu adanya perubahan perilaku manusia terhadap lingkungan dari sekarang sampai dengan masa depannya. Contoh perilaku dalam kehidupan di lingkungannya, siswa mampu mengaitkan informasi baru kemudian akan mengkaitkannya pada informasi sejarah yang telah dipahaminya. Berdasar kepada teori belajar bermakna dari David P. Ausabel bahwa belajar akan menjadi bermakna (meaningful), bila informasi yang dipelajari peserta didik disusun sesuai dengan struktur kognitif yang dimiliki oleh peserta didik. Menjadi bermakna dalam hal ini yaitu peserta didik dapat mengkaitkan informasi barunya sesuai dengan struktur kognitif yang dimiliki. Dengan demikian, transfer belajar dapat dilakukan dengan mudah (Hariyono, 1995, hlm. 169).

(20)

Purnama Nurdiana Purnaman, 2014

Membangun keterampilan berpikir kesejarahan siswa dalam pembelajaran sejarah melalui penggunaan biografi tokoh RA Tasminingrat sebagai sumber pembelajaran sejarah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

secara historis. Kemudian, belajar sejarah adalah berusaha menguasai kemampuan berpikir secara imajinatif, untuk mengorganisir informasi, dan menggunakan pelbagai fakta dalam rangka menemukan dan memahami ide yang signifikan. Untuk itu, suatu kajian yang bersifat kontekstual dan secara simultan terkait dengan substansi bidang sejarah akan banyak membantu.

Kartodirdjo (1993, hlm. 76) menyatakan bahwa biografi yang ditulis secara baik sangat mampu membangkitkan inspirasi kepada pembaca dan dipandang memiliki fungsi yang penting dalam pendidikan. Dengan biografi, pembaca dapat menyelami dan mendalami kepribadian seseorang dimulai dari latar belakang, sosio kultural dan proses pendidikannya. Dengan menyelami biografi tersebut, pembaca akan muncul rasa empati yaitu kita dapat menempatkan diri seolah-olah ada di dalam situasi tokoh tersebut termasuk emosi, motivasi atau sikap, persepsi dan konsepsinya.

KTSP memberikan peluang kepada guru sejarah untuk mengembangkan sejarah dilingkungan sekitarnya sehingga membangun memory collective dari tingkat lokal ke nasional. Memory collective tingkat lokal dapat memberikan motivasi dan rasa ingin tahu terhadap siswa untuk lebih mengetahui sejarah lingkungannya. Namun, kenyataannya sebagian besar guru memiliki salah tafsir terhadap KTSP. Sebagian besar guru menganggap perubahan kurikulum hanya sebagai perubahan nama saja. Dampak dari anggapan tersebut, mereka masih tetap melakukan pembelajaran yang konvensional. Padahal, kalau guru berpikir dan bertindak kreatif, banyak sumber-sumber belajar sejarah di sekitar lingkungan siswa untuk dikembangkan. Sumber-sumber belajar tersebut sangat bermanfaat untuk mengembangkan keterampilan belajar kesejarahan (historical thinking) yang selama ini masih kurang dikembangkan dalam pembelajaran sejarah.

(21)

Purnama Nurdiana Purnaman, 2014

Membangun keterampilan berpikir kesejarahan siswa dalam pembelajaran sejarah melalui penggunaan biografi tokoh RA Tasminingrat sebagai sumber pembelajaran sejarah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sezaman dengan masa kolonial Belanda juga munculnya perkembangan pendidikan di Hindia Belanda pada umumnya.

Mengacu kepada Abdullah (dalam Kamarga, 2007, hlm. 222), sejarah lokal terbagi dalam 4 kelompok, yaitu :

1. Studi yang difokuskan pada suatu peristiwa tertentu (studi peristiwa khusus atau apa yang disebut evenemental);

2. Studi yang lebih menekankan pada struktur

3. Studi yang mengambil perkembangan aspek tertentu dalam kurun waktu tertentu (seringkali disebut dengan studi tematis), dan

4. Studi sejarah umum yang menguraikan perkembangan daerah tertentu (propinsi, kota, kabupaten) dari masa ke masa.

Berdasarkan klasifikasi di atas, salah satu peristiwa lingkungan terdekat tersebut dapat diambil dalam beberapa bidang, seperti perkembangan ekonomi, sosial, atau budaya merupakan bagian dari kelompok studi sejarah yang bersifat tematis. Studi tematis ini sebagai contohnya adalah perkembangan pendidikan di Kota Garut melalui peran seorang tokoh perempuan yang berkiprah pada perubahan pendidikan di kota Garut. Pada pembelajaran sejarah, Tokoh perempuan ini dikenalkan kepada siswa melalui biografinya.

Pengambilan peran R.A Lasminingrat akan memberikan motivasi terhadap siswa dengan nilai-nilai yang terkandung pada perjalanan beliau. Secara kronologis, R.A Lasminingrat telah berperan terhadap pendidikan yaitu menerjemahkan buku berbahasa Belanda ke dalam Bahasa Sunda untuk tujuan pendidikan kaum Bumiputra jauh sebelum lahirnya R.A Kartini. Hal ini dapat dilihat dari sepucuk surat KF Holle kepada Gubernur Jenderal tertanggal 20 Agustus 1873 (dalam Effendie, 2011, hlm 70)

(22)

Purnama Nurdiana Purnaman, 2014

Membangun keterampilan berpikir kesejarahan siswa dalam pembelajaran sejarah melalui penggunaan biografi tokoh RA Tasminingrat sebagai sumber pembelajaran sejarah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

juga menerjemahkan buku berbahasa Belanda ke dalam bahasa Sunda untuk tujuan pendidikan kaum Bumiputra…

Dilihat dari kiriman surat tersebut, R.A Lasminingrat sudah berperan pada bidang pendidikan melalui penerjemahan sebelum tahun 1873 tepatnya tahun 1871 (Effendie, 2011, hlm. 74-75), sedangkan R.A Kartini lahir pada tahun 1879 (Soebadio, 1979, hlm. 9) dan R.A. Dewi Sartika Lahir pada tahun 1884. Maka, ada selisih 8 tahun antara peran R.A Lasminingrat dengan kelahiran R.A Kartini apalagi dengan R.A Dewi Sartika. Dengan demikian, Effendi (2011) berpendapat bahwa R.A Lasminingrat sebagai perempuan intelektual pertama di Indonesia.

Terlepas dari pendapat perempuan intelektual pertama di Indonesia, dalam pembelajaran sejarah R.A Lasminingrat memberikan nilai-nilai kepada siswa yang dimunculkan dari biografi R.A Lasminingrat tersebut. Pertama, kebangkitan emansipasi wanita sudah berusaha dijalankan oleh ayahnya yaitu R. H. Muhammad Moesa dengan menyekolahkan R.A Lasminingrat bersama laki-laki yaitu sekitar tahun 1860-an. Kedua, R.A Lasminingrat mampu mengeksiskan diri melalui karangan-karangan yang dibuatnya berupa saduran dan lain-lain. Ketiga, ada peran dalam pendidikan terutama mendorong R.Dewi Sartika untuk mendirikan Sakola Isteri.

(23)

Purnama Nurdiana Purnaman, 2014

Membangun keterampilan berpikir kesejarahan siswa dalam pembelajaran sejarah melalui penggunaan biografi tokoh RA Tasminingrat sebagai sumber pembelajaran sejarah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hasan (2012, hlm. 57) menyatakan bahwa pendidikan sejarah bukan pengajaran biografi tetapi sebaliknya pendidikan sejarah tidak harus menutup diri menggunakan pendekatan pengajaran biografi. Dengan demikian, pengajaran biografi merupakan salah satu pendekatan pengajaran yang potensial, membuat pelajaran sejarah menjadi “exciting as life itself” (Curtis, 2009) sehingga memberikan kesempatan belajar sejarah lebih manusiawi.

Posisi sejarah lokal pada akhir-akhir ini mulai mendapatkan perhatian terutama setelah diberlakukannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Pada KTSP, ada beberapa prinsip-prinsip yang dijadikan acuan dalam mengembangkan kurikulum di sekolah yaitu (1) berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya, (2) beragam dan terpadu, (3) tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, (4) relevan dengan kebutuhan kehidupan (5) menyeluruh dan berkesinambungan, (6) belajar sepanjang hayat, dan (7) seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah. Dari prinsip-prinsip tersebut, kajian sejarah lokal memiliki peluang bagi sekolah untuk mengembangkannya. Karena, sejarah lokal memudahkan pemahaman kepada siswa tentang perubahan sebagai konsep dasar sejarah. Kemudahan tersebut yaitu siswa melihat langsung kehidupan yang nyata, belajar dari pengalaman siswa sehari-hari, dan adanya kedekatan emosional siswa dengan lingkungannya (Mulyana & Gunawan, 2007, hlm. 1-9).

(24)

Purnama Nurdiana Purnaman, 2014

Membangun keterampilan berpikir kesejarahan siswa dalam pembelajaran sejarah melalui penggunaan biografi tokoh RA Tasminingrat sebagai sumber pembelajaran sejarah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pembelajaran sejarah lokal tentunya memerlukan kekreatifan. Pembelajaran ini tidak seperti pengajaran konvensional dengan porsi verbalisme yang banyak. Namun, guru harus memiliki suatu visi dan misi yang jelas pada pembelajaran ini. Karena, dalam kurikulum tidak terlalu jelas tentang pembelajaran sejarah lokal. Dengan demikian, guru dalam visi dan misinya harus tetap berpegang pada materi dan standar isi mata pelajaran sejarah sebagaimana yang tercantum dalam Peraturan Mendiknas No. 22 (Mulyana & Gunawan, 2007, hlm. 9).

Ada pemeo yang mengemukakan tentang “act lokal, think global”. Hal ini sejalan dengan pembelajaran sejarah lokal untuk menjadikan siswa sebagai pelaku sejarah di lokalitasnya. Namun, mereka tetap diajarkan berpikir mengedepan dan memperhatikan keadaan global. Dalam hal ini, sejarah lokal dipandang memiliki kekayaan nilai-nilai yang dapat dijadikan pijakan oleh siswa dalam bertindak tetapi tetap memiliki pemikiran untuk kehidupan global.

Melalui materi sejarah lokal, siswa merasa ada kedekatan emosional terhadap lingkungannya sehingga nilai genealogis, kesadaran sejarah, dan kolektif memories akan terbangun dimulai dari lokalitas menuju nasional. Hal ini sejalan dengan pemikiran Hasan (2012, hlm. 122) bahwa “posisi materi sejarah lokal dianggap penting karena pendidikan harus dimulai dari lingkungan terdekat dan

peserta didik harus menjadi dirinya sebagai anggota masyarakat terdekat”.

Lingkungan terdekat tersebut yaitu mengenai sejarah keluarga, desa, kelurahan, kecamatan dan seterusnya menjadi penting karena ia hidup dilingkungan tersebut sampai kepada sejarah bangsa dimana ia adalah sebagai warganya.

Akomodasi materi sejarah lokal memberikan peluang kepada siswa untuk mengembangkan potensi-potensi dirinya dalam berpikir kesejarahan (historical thinking) yang selama ini kurang maksimal dalam proses belajar mengajar oleh

(25)

Purnama Nurdiana Purnaman, 2014

Membangun keterampilan berpikir kesejarahan siswa dalam pembelajaran sejarah melalui penggunaan biografi tokoh RA Tasminingrat sebagai sumber pembelajaran sejarah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sejarah dapat dikembangkan dengan mengangkat sejarah lokal di sekitar lingkungan sekolah atau lingkungan siswa. Dengan demikian, sejarah lokal terakomodasi dan materi sejarah nasionalpun tidak terabaikan. Kemudian, siswa akan berkembang dalam belajar untuk memperoleh kecakapan akademiknya. Kecakapan akademik disini yaitu terkait dengan bidang pekerjaan yang lebih memerlukan pemikiran atau kerja intelektual (Yamin, 2001, hlm. 326). Salah satu kecakapan akademik dalam pembelajaran sejarah yaitu pengembangan keterampilan berpikir kesejarahan (historical thinking skill).

Merujuk kepada KTSP, Biografi tokoh R.A Lasminingrat merupakan sumber belajar sejarah lokal yang dapat mengembangkan keterampilan berpikir kesejarahan. Selain itu, sesuai dengan prinsip-prinsip pengembangan KTSP dengan pemusatan pada kondisi potensi siswa dan lingkungan, dapat menyeimbangkan kepentingan nasional dan daerah. Penggunaan biografi lokal yang belum tergali secara mendalam merupakan kajian yang menarik untuk dijadikan bahan materi pembelajaran sejarah di Madrasah Aliyah Negeri 2 Garut. Melalui penggunaan biografi, penelitian ini berharap dapat mengembangkan kemampuan keterampilan berpikir kesejarahan siswa dalam pembelajaran sejarah.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis mengambil judul : Mengembangkan keterampilan berpikir kesejarahan siswa dalam pembelajaran sejarah melalui penggunaan biografi tokoh R.A Lasminingrat sebagai sumber pembelajaran sejarah.

B. Rumusan Masalah

(26)

Purnama Nurdiana Purnaman, 2014

Membangun keterampilan berpikir kesejarahan siswa dalam pembelajaran sejarah melalui penggunaan biografi tokoh RA Tasminingrat sebagai sumber pembelajaran sejarah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kesejarahan kepada peserta didik” ?. Adapun rumusan masalah yang akan dikaji yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimana desain pembelajaran penggunaan biografi tokoh lokal R.A Lasminingrat sebagai sumber pembelajaran siswa dapat mengembangkan keterampilan berpikir kesejarahan siswa?

2. Bagaimana implementasi penerapan penggunaan biografi tokoh lokal R.A Lasminingrat sebagai sumber pembelajaran siswa dapat mengembangkan keterampilan berpikir kesejarahan siswa?

3. Apa kendala yang dihadapi oleh guru sejarah dan siswa dalam penerapan penggunaan biografi tokoh lokal R.A Lasminingrat sebagai sumber pembelajaran siswa dapat mengembangkan keterampilan berpikir kesejarahan siswa?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu :

1. Menghasilkan desain pembelajaran penggunaan biografi tokoh lokal R.A Lasminingrat sebagai sumber pembelajaran siswa dapat mengembangkan keterampilan berpikir kesejarahan siswa.

2. Memperoleh gambaran tentang implementasi penerapan penggunaan biografi tokoh lokal R.A Lasminingrat sebagai sumber pembelajaran siswa dapat mengembangkan keterampilan berpikir kesejarahan siswa.

3. Mengidentifikasi kendala yang dihadapi oleh guru sejarah dan siswa dalam penerapan penggunaan biografi tokoh lokal R.A Lasminingrat sebagai sumber pembelajaran siswa dapat mengembangkan keterampilan berpikir kesejarahan siswa.

(27)

Purnama Nurdiana Purnaman, 2014

Membangun keterampilan berpikir kesejarahan siswa dalam pembelajaran sejarah melalui penggunaan biografi tokoh RA Tasminingrat sebagai sumber pembelajaran sejarah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis

a. Memberikan informasi secara ilmiah mengenai peningkatan keterampilan berpikir kesejarahan pada siswa dengan menggunakan tokoh lokal R.A Lasminingrat dalam pembelajaran sejarah

b. Sebagai sumber data untuk penelitian kedepannya dalam memahami lebih jauh mengenai pengaruh implementasi pembelajaran sejarah lokal dengan menggunakan tokoh lokal dalam pembelajaran sejarah terhadap peningkatan keterampilan berpikir kesejarahan peserta didik. 2. Manfaat Kebijakan

a. Memberikan informasi terhadap sekolah atau lembaga terkait mengenai peningkatan keterampilan berpikir kesejarahan pada siswa dengan menggunakan tokoh lokal R.A Lasminingrat dalam pembelajaran sejarah. Dengan demikian, informasi diharapkan menjadi pertimbangan dalam materi sejarah pada kurikulum di sekolah.

3. Manfaat Praktis

a. Bagi guru yaitu sebagai motivasi dan bahan pertimbangan guru untuk lebih memanfaatkan sejarah lokal untuk mengaitkannya dengan sejarah nasional dalam merencanakan dan mengemas proses pembelajarannya

b. Bagi siswa yaitu diharapkan lebih mengenal, memahami dan menghargai sejarah lokalnya yang merupakan bagian dari sejarah bangsanya serta menjadi pembiasaan dalam menggunakan keterampilan berpikir kesejarahan pada kehidupan sehari-harinya. c. Bagi sekolah yaitu meningkatkan prestasi sekolah melalui

(28)

Purnama Nurdiana Purnaman, 2014

Membangun keterampilan berpikir kesejarahan siswa dalam pembelajaran sejarah melalui penggunaan biografi tokoh RA Tasminingrat sebagai sumber pembelajaran sejarah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan hal yang penting dalam sebuah penelitian. Melalui metode penelitian, peneliti akan mampu memecahkan masalah yang diajukannya dengan tahapan-tahapan yang dipilihnya. Pada bab ini, penulis menjabarkan komponen-komponen metode penelitian meliputi: lokasi, subjek, guru mitra dan waktu penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi istilah, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data, analisis data dan interpretasi data. Adapun penjabarannya sebagai berikut :

A. Lokasi, Subjek, Guru Mitra (Kolaborator) dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian tindakan kelas ini diselenggarakan di Madrasah Aliyah Negeri 2 Garut yang beralamat di Jalan Pembangunan Garut, yang terletak di Kelurahan Jayawaras, Kecamatan Tarogong Kidul, Kabupaten Garut. Alasan pemilihan lokasi ini oleh peneliti yaitu terkait dengan penelitian pengembangan keterampilan berpikir kesejarahan siswa melalui sumber sejarah biografi tokoh lokal Garut yaitu R.A Lasminingrat. Tokoh tersebut merupakan tokoh di Garut dan situs-situs peninggalan berada di sekitar Garut. Sehingga, siswa dapat membayangkan atau melihat situs peninggalan R.A Lasminingrat disekitaran Garut.

MA Negeri 2 Garut merupakan salah satu Madrasah Aliyah yang ada di Kabupaten Garut yangn secara geografis terletak sekitar 3 km ke daerah pusat kota. Dilihat dari struktur MA di Kabupaten Garut, MA Negeri 2 Garut memiliki budaya dengan karakteristik siswa:

(29)

Purnama Nurdiana Purnaman, 2014

Membangun keterampilan berpikir kesejarahan siswa dalam pembelajaran sejarah melalui penggunaan biografi tokoh RA Tasminingrat sebagai sumber pembelajaran sejarah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Minat baca masih kurang, terlihat dari aktivitas PBM sebagian besar masih dipegang oleh guru.

4. Dari segi ekonomi, kemampuan ekonomi siswa berasal dari ekonomi menengah ke bawah, sehingga pembelajaran oleh guru yang mengeluarkan biaya lebih perlu berhati-hati.

5. Tingkat ketidak hadiran tanpa alasan dan saat pembelajaran sering keluar cukup besar.

Dilihat dari karakterisktik tersebut, peneliti terdorong untuk melakukan penelitian tindakan disekolah ini dengan harapan ketrampilan berpikir kesejarahan meningkat.

2. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa yang tercatat sebagai peserta didik di kelas XI IPS 2 semester genap MAN 2 Garut Tahun Pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 30 orang. Siswa laki-laki berjumlah 13 orang dan siswa perempuan berjumlah 17 orang. Alasan pemilihan XI IPS 2 yaitu berdasarkan kesepakatan peneliti dengan guru mitra yaitu melihat jadwal yang memiliki luang antara guru mitra dengan peneliti.

(30)

Purnama Nurdiana Purnaman, 2014

Membangun keterampilan berpikir kesejarahan siswa dalam pembelajaran sejarah melalui penggunaan biografi tokoh RA Tasminingrat sebagai sumber pembelajaran sejarah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

siswa. Perubahan dari siswa tersebut dapat dilakukan melalui pembelajaran dan proses pembelajaran. Surya (2004, hlm. 7) menyatakan bahwa pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Pembelajaran sejarah mengenai keterampilan berpikir kesejarahan diharapkan menjadi bagian dari perubahan perilaku siswa dalam melihat suatu sumber sejarah atau narasi sejarah yang didapat di lingkungannya. Karakteristik yang dimiliki oleh kelas XI IPS 2 merupakan tantangan buat peneliti untuk mengembangkan keterampilan berpikir kesejarahan bagi siswa melalui biografi tokoh lokal R.A Lasminingrat.

3. Guru Mitra

Guru mitra dalam penelitian ini adalah Aris A.Md, S.Pd, M.Pd dan telah berpengalaman mengajar di MAN 2 Garut selama kurang lebih 12 tahun. Beliau adalah Lulusan Strata (S1) satu dari jurusan pendidikan sejarah Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) dan Strata dua (S2) dari program Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (PIPS) Pasca Sarjana UPI. Beliau bertugas di MAN 2 Garut sejak tahun 2005.

Kesepakatan dalam PTK ini, guru mitra lebih memilih sebagai observer dengan alasan belum memahami tujuan dari penelitian ini. Namun demikian, dalam tahap perencanaan dan refleksi, peneliti dan guru mitra berdiskusi baik dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan perencanaan tindakan selanjutnya.

4. Waktu Penelitian

(31)

Purnama Nurdiana Purnaman, 2014

Membangun keterampilan berpikir kesejarahan siswa dalam pembelajaran sejarah melalui penggunaan biografi tokoh RA Tasminingrat sebagai sumber pembelajaran sejarah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dalam proses pembelajaran. Adapun rincian dari pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Masa orientasi; dilaksanakan pada hari Selasa , tanggal 18 Maret 2014 b. Siklus 1 : pengembangan keterampilan berpikir kesejarahan dengan 3

indikator yaitu

1) Tindakan ke – 1 : tanggal 25 Maret 2014 2) Tindakan ke – 2 : tanggal 1 April 2014 3) Tindakan ke – 3 : tanggal 8 April 2014

c. Siklus 2 : pengembangan keterampilan berpikir kesejarahan dengan 2 indikator

(32)

Purnama Nurdiana Purnaman, 2014

Membangun keterampilan berpikir kesejarahan siswa dalam pembelajaran sejarah melalui penggunaan biografi tokoh RA Tasminingrat sebagai sumber pembelajaran sejarah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tindakan 2

Tindakan 3 3 Penyusunan

Laporan Menyusun Laporan Tesis/ Proses Bimbingan Menyusun draft lporan Tesis

B. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan salah satu upaya dalam memperbaiki permasalahan dalam pembelajaran sejarah di kelas XI IPS 2 MAN 2 Garut sebagai inovasi mewujudkan pengembangan keterampilan berpikir kesejarahan siswa. Untuk itu, desain yang dipergunakan dalam penelitian ini mengacu kepada model penelitian tindakan kelas. Model penelitian tindakan kelas diantaranya yaitu model Lwin, model Jhon Elliot yang merupakan revisi dari model PTK Lewin, model spiral dari Kemmis dan Taggart serta model Ebbut. Keempat model tersebut memiliki kelebihan masing-masing (Wiriaatmadja, 2012, hlm. 70). Adapaun model penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan model spiral dari Kemmis dan Mc Taggart.

Bagan 3.1

(33)

Purnama Nurdiana Purnaman, 2014

Membangun keterampilan berpikir kesejarahan siswa dalam pembelajaran sejarah melalui penggunaan biografi tokoh RA Tasminingrat sebagai sumber pembelajaran sejarah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu (Dirujuk dari Wiriaatmadja, 2012, hlm. 66)

Penelitian ini diawali dengan tahap orientasi untuk melihat keadaan lingkungan atau lokasi penelitian dan karakteristik siswa. Pelaksanaan ini dilakukan untuk bahan refleksi bagi pelaksaan tindakan oleh guru peneliti. Setelah dilakukan orientasi, peneliti melakukan tindakan melalui beberapa siklus dan tindakan. tahapan tersebut yaitu sebagai berikut :

1. Perencanaan (plan)

(34)

Purnama Nurdiana Purnaman, 2014

Membangun keterampilan berpikir kesejarahan siswa dalam pembelajaran sejarah melalui penggunaan biografi tokoh RA Tasminingrat sebagai sumber pembelajaran sejarah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

berperan sebagai observer. Akibatnya, peneliti merasakan kesulitan dalam penelitian. Peneliti disamping melaksanakan pembelajaran juga harus melakukan observasi juga untuk melengkapi informasi-informasi mengenai penelitian.

Sebelum mengadakan tindakan, penelitipun harus berupaya melakukan orientasi (reconnaissance). Hal ini dilakukan, karena peneliti bukan pengajar di sekolah dan kelas tersebut. Sehingga pada tahap orientasi, peneliti berusaha untuk mendapatkan penyesuaian supaya pembelajaran lebih alamiah. Awal masuk guru memberitahukan kepada siswa mengenai peneliti, dan diharapkan siswa memperlakukan peneliti seperti guru mitra.

2. Pelaksanaan (act)

Tindakan dilakukan dengan melaksanakan satuan pembelajaran dan skenario pembelajaran sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Guru sejarah melaksanakan seluruh skenario pembelajaran disertai prosedur observasi yang melibatkan guru mitra (Supriatna, 2007, hlm. 196). Pelaksanaan PTK ini yaitu perlakuan guru terhadap pengembangan keterampilan berpikir kesejarahan siswa melalui sumber sejarah biografi tokoh lokal R.A Lasminingrat. Peneliti berusaha melaksanakan tindakan yang diarahkan sesuai dengan perencanaan dan fokus masalah.

(35)

Purnama Nurdiana Purnaman, 2014

Membangun keterampilan berpikir kesejarahan siswa dalam pembelajaran sejarah melalui penggunaan biografi tokoh RA Tasminingrat sebagai sumber pembelajaran sejarah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

comprehension dan historical research capabilities. Pada siklus kedua akan

dilaksanakan tindakan untuk melihat perkembangan historical analysis and interpretation dan historical issues-analysis and decision – making.

Perkembangan indikator-indikator tersebut dapat dilihat dari penugasan (task) yang diberikan oleh guru. Selain itu, indicator dapat terlihat dari observasi atau catatan lapangan yang dilakukan oleh guru mitra.

3. Observasi

Secara teknis, Supriatna (2007, hlm. 196) menyatakan bahwa pengamatan dilakukan dengan melibatkan guru mitra terhadap apa yang dirasakan perlu/masalah peelitian yang akan dipecahkan atau dikembangkan. Pada observasi dalam PTK ini, guru mitra diminta untuk mengamati, misalnya a) bahasa yang digunakan, b) media yang digunakan untuk membantu memperkuat ceramah, c) bahasa tubuh seperti gerak mata, badan, kaki, tangan dan lain-lain, d) cara guru mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan siswa, e) perhatian siswa, f) cara siswa memberikan response dalam bentuk perhatian, jawaban, mengajukan pertanyaan, dan lain-lain. Pada tahap ini, peneliti dan guru mitra melakukan upaya pengamatan yang cermat dan terfokus. Untuk itu perlu adanya observasi yang terencana dengan menggunakan format observasi melalui catatan lapangan yang lengkap.

Observasi dilakukan untuk memperoleh dan mengumpulkan informasi mengenai proses pembelajaran. Pada tahap ini, kelemahan dan kekurangan dicatat untuk selanjutnya diarahkan pada refleksi.

4. Refleksi

(36)

Purnama Nurdiana Purnaman, 2014

Membangun keterampilan berpikir kesejarahan siswa dalam pembelajaran sejarah melalui penggunaan biografi tokoh RA Tasminingrat sebagai sumber pembelajaran sejarah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

hanya sebagai langkah akhir dari prosedur PTK melainkan juga sebagai langah awal untuk melakukan tindakan pada siklus berikutnya. Pada tahap ini, peneliti dengan guru mitra melakukan refleksi dari hasil tindakan atas informasi observasi. Hal ini untuk melihat perubahan-perubahan yang dicapai sesuai dengan tujuan dan maksud penelitian yaitu pengembangan keterampilan berpikir kesejarahan siswa melalui sumber sejarah biografi tokoh lokal R.A Lasminingrat. Pada tahap ini, guru peneliti dan guru mitra merenungkan dan berdiskusi tentang penggunaan metode, model pembelajaran, serta faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi selama proses pembelajaran berlangsung. Kemudian, refleksipun dapat melihat dari hasil penilaian task. Jika hasil task tersebut ada kekurangan, peneliti dan guru mitra berdiskusi. Maka, peneliti dan guru mitra akan berusaha memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada.

Wiriaatmadja (2012, hlm. 100) menyatakan bahwa secara partisipatif peneliti dan guru mitra merupakan tim yang bekerjasama. Kerjasama tersebut dalam PTK ini yaitu mulai dari tahap reconnaissance, perencanaan, pelaksanaan tindakan siklus pertama, diskusi-diskusi yang bersifat analitik dilakukan sesudah pelaksanaan tindakan. Tahap selanjutnya, peneliti dan guru mitra melakukan refleksi atas semua kegiatan yang telah berlangsung dalam siklus pertama. Untuk kemudian, peneliti dan guru mitra merencanakan tahap modifikasi, koreksi atau pembetulan, ataupun penyempurnaan dalam siklus kedua, dan seterusnya.

C. Metode Penelitian

(37)

Purnama Nurdiana Purnaman, 2014

Membangun keterampilan berpikir kesejarahan siswa dalam pembelajaran sejarah melalui penggunaan biografi tokoh RA Tasminingrat sebagai sumber pembelajaran sejarah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PTK dengan pendekatan kualitatif digunakan sebagai metode penelitian dalam penelitian ini. Hal ini, menurut Kemmis menyatakan bahwa penelitian tindakan merupakan sebuah bentuk inkuiri reflektif yang dilakukan secara kemitraan mengenai situasi sosial tertentu (termasuk pendidikan) untuk meningkatkan rasionalitas dan keadilan dari a) kegiatan praktek sosial atau pendidikan mereka, b) pemahaman mereka mengenai kegiatan-kegiatan praktek pendidikan ini, dan c) situasi yang memungkinkan terlaksananya kegiatan praktek ini (Wiriaatmadja, 2012, hlm. 12).

Wiriaatmadja (2012, hlm. 13) menyimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas adalah bagaimana sekelompok guru dapat mengorganisasikan kondisi praktek pembelajaran mereka, dan belajar dari pengalaman mereka sendiri. mereka dapat mencobakan suatu gagasan perbaikan dalam praktek pembelajaran mereka, dan melihat pengaruh nyata dari upaya itu.

Menurut Ebbutt (dalam Supriatna, 2007, hlm. 191), PTK merupakan sebuah kaijan yang sistematis dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran melalui kerjasama kolaborasi, melalui tindakan praktis, serta melalui tindakan refleksi. Selanjutnya Elliot (dalam Supriatna, 2007, hlm. 191) menyatakan bahwa PTK merupakan sebuah kajian situasi sosial yang menyangkut pembelajaran dengan tujuan peningkatan kualitas pembelajaran serta melakukan tindakan dari dalam.

(38)

Purnama Nurdiana Purnaman, 2014

Membangun keterampilan berpikir kesejarahan siswa dalam pembelajaran sejarah melalui penggunaan biografi tokoh RA Tasminingrat sebagai sumber pembelajaran sejarah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

cara mengajarnya, cara siswa belajar dan kultur yang sedang berlaku dilingkungan setempat (Supriatna, 2007, hlm. 190).

Pengembangan keterampilan berpikir kesejarahan diharapkan mengubah

pembelajaran dari yang bersifat “teacher centered” menuju “student centered” dengan terampil memaknai suatu sumber sejarah. Sehingga, kebiasaan

“discovery” oleh peserta didik akan terbiasa. Hal ini bias terbiasa jika guru terus melakukan refleksi pada pembelajaran untuk mencapai tujuannya. Merujuk pada Hopkins (dalam Wiriaatmadja, 2012, hlm. 127) bahwa dengan PTK akan mendorong guru untuk selalu meningkatkan kinerjanya melalui refleksi-refleksi.

Hopkins (dalam Wiriaatmadja, 2012, hlm. 25) menyatakan bahwa PTK bersifat emansipatoris dan membebaskan karena penelitian ini mendorong kebebasan berpikir dan berargumen pada pihak siswa, dan mendorong guru untuk bereksperimen, meneliti, dan menggunkan kearifan dalam mengambil keputusan atau judgment. Sehingga, PTK mengembangkan keterampilan berpikir kesejarahan melalui sumber sejarah tokoh lokal R.A Lasminingrat diharapkan mencapai tujuan yaitu :

1. Salah satu cara untuk memperbaiki layanan, maupun hasil kerja dalam suatu lembaga pendidikan,

2. Mengembangkan rencana tindakan guna meningkatkan apa yang telah dilakukan oleh seorang guru.

3. Mewujudkan proses penelitian yang mempunyai manfaat ganda, yaitu bagi peneliti memperoleh informasi yang berkaitan dengan permasalahan hendak dipecahkan, dan pihak subjek yang diteliti mendapatkan manfaat langsung dari tindakan nyata yang diberikan.

4. Tercapainya konteks pembelajaran dari pihak yang terlibat dalam kegiatan penelitian, yaitu peneliti dan para subjek yang diteliti.

(39)

Purnama Nurdiana Purnaman, 2014

Membangun keterampilan berpikir kesejarahan siswa dalam pembelajaran sejarah melalui penggunaan biografi tokoh RA Tasminingrat sebagai sumber pembelajaran sejarah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

6. Timbulnya kesadaran pada subjek yang diteliti, sebagai akibat adanya tindakan nyata guna meningkatkan kualitas.

7. Diperolehnya pengalaman nyata yang berkaitan erat dengan usaha peningkatan kualitas secara professional maupun akademik (Sukardi, 2013, hlm. 22).

Bentuk PTK yang digunakan oleh peneliti yaitu menggunakan Model Spiral dari Kemmis dan Taggart. Model ini menggambarkan adanya siklus tindakan dimulai dari perencaan (plan), tindakan (act), Refleksi (reflect), dan perevisian jika tindakan belum ada perbaikan dengan siklus yang sama. Pada tahap perencanaan (plan) penelitian ini diambil dari keputusan tahap reconnaissance yaitu situasi dimana guru tidak mengembangkan keterampilan

berpikir kesejarahan. Perencanaan (plan) yang dilakukan yaitu membuat strategi kegiatan belajar mengajar yang mengarah kepada keterampilan berpikir kesejarahan siswa. Tahap Tindakan (act) yaitu pelaksanaan proses belajar mengajar untuk melihat keterampilan berpikir kesejarahan siswa melalui sumber belajar sejarah biografi tokoh lokal. Tahap Refleksi (reflect) yaitu melihat hasil tindakan dengan memenuhi pertanyaan sudah ada keterampilan berpikir kesejarahan atau tidak, atau strategi apa untuk tinadakan selanjutnya supaya ada perbaikan dalam mengembangkan keterampilan berpikir kesejarahan.

D. Definisi Istilah

Definisi istilah dipergunakan untuk memokuskan istilah yang digunakan dan menghindari adanya kesalah pahaman terhadap maksud dalam penelitian ini. Adapun beberapa definisi istilah tersebut yaitu sebagai berikut:

(40)

Purnama Nurdiana Purnaman, 2014

Membangun keterampilan berpikir kesejarahan siswa dalam pembelajaran sejarah melalui penggunaan biografi tokoh RA Tasminingrat sebagai sumber pembelajaran sejarah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berhubungan dengan pembelajaran penggunaan biografis, definisi istilah pada penelitian ini yaitu penggunaan hasil dari penulisan-penulisan biografi tokoh R.A Lasminingrat dalam memudahkan pembelajaran sejarah terutama untuk mengembangkan keterampilan kesejarahan dan meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Keterampilan Berpikir Kesejarahan

Keterampilan berpikir kesejarahan disini yaitu pemahaman siswa dalam memaknai perbedaan waktu lampau, masa kini, dan masa yang akan datang; melihat dan mengevaluasi evidensi; membandingkan dan menganalisis antara cerita sejarah, ilustrasi, dan catatan dari masa lalau; menginterpretasikan catatan sejarah; dan membangun suatu cerita sejarah berdasarkan pemahaman yang sesuai dengan tingkat perkembangan berpikirnya.

Adapun indikator – indikator standar dari keterampilan berpikir kesejarahan yaitu :

1. Chronological thinking (berpikir kronologis) yaitu kemampuan

mengembangkan pemahaman waktu sejarah dalam rangka mengidentifikasi urutan waktu dimana peristiwa berlangsung.

2. Historical comprehension (pemahaman sejarah) yaitu kemampuan untuk menyimak dan membaca cerita sejarah dengan pemahaman penuh.

3. Historical analysis and interpretation (menganalisis dan menginterpretasi kesejarahan) yaitu kemampuan untuk membandingkan pengalaman dari masyarakat dengan berbagai corak latar belakangnya.

4. Historical research capabilities (kemampuan penelitian kesejarahan) yaitu kemampuan memformulasikan pertanyaan –pertanyaan kesejarahan yang muncul dari kajian terhadap dokumen-dokumen sejarah dan membangun cerita sejarah berkaitan dengan perolehan informasi tersebut.

(41)

Purnama Nurdiana Purnaman, 2014

Membangun keterampilan berpikir kesejarahan siswa dalam pembelajaran sejarah melalui penggunaan biografi tokoh RA Tasminingrat sebagai sumber pembelajaran sejarah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kemungkinan munculnya alternatif yang berhubungan dengan masalah (Gary B Nash dan Charlotte Crabtree (1966, hlm. 6 – 7) dalam Erik Kamsori (2006), dan http://www.nchs.ucla.edu/Standards/ ).

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian dalam penelitian ini yaitu peneliti merupakan instrumen utama dalam upaya mendapatkan data yang lengkap dan akurat, karena penelitian PTK ini bersifat kualitatif. Seperti diungkapkan oleh Creswell (2010, hlm. 261) menyatakan bahwa salah satu karakteristik penelitian kualitatif adalah peneliti sebagai instrumen kunci (researcher as key instrument), dimana peneliti kualitatif mengumpulkan sendiri data melalui dokumentasi, observasi perilaku, atau wawancara dengan para partisipan. Dokumentasi dalam PTK ini yaitu mengambil dari dokumentasi guru dan siswa. Dokumentasi guru yaitu silabus, tugas-tugas siswa atau hasil tes. Observasi perilaku dilakukan melalui catatan lapangan yang dilakukan oleh mitra selama proses pembelajaran berlangsung untuk melihat perkembangan keterampilan berpikir kesejarahan yang muncul. Wawancara dilakukan untuk melihat cek dan croscek sehingga instumen lebih valid. Wawancara yang dilakukan pada PTK ini yaitu terhadap guru dan siswa yang terlibat dalam PTK ini.

F. Verifikasi Instrumen

Proses pengembangan instrumen dilakukan untuk melihat akurasi data atau verifikasi instrumen yang diperoleh melalui prosedur-prosedur tertentu. Beberapa strategi yang direkomendasikan yaitu memanfaatkan waktu yang relative lama (prolonged engagement and persistent observation), mentriangulasi (triangulation) triangulasi sumber-sumber yang diperoleh, melakukan tanya-jawab dengan sesama rekan peneliti (peer review or debriefing), menyajikan

(42)

Purnama Nurdiana Purnaman, 2014

Membangun keterampilan berpikir kesejarahan siswa dalam pembelajaran sejarah melalui penggunaan biografi tokoh RA Tasminingrat sebagai sumber pembelajaran sejarah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(clarifying researcher bias), menerapkan member checking untuk mengetahui akurasi hasil penelitian (member checking), membuat deskripsi yang kaya dan padat (rich, thick description), dan mengajak seorang auditor (external audits) (Crewell, 2012, 2013).

Hopkins (dalam Wiriaatmadja, 2012, hlm. 168) memberikan beberapa bentuk verifikasi yang dapat dilakukan dalam PTK, yaitu; member check, triangulasi, saturasi, ekspalanasi saingan atau kasus negative, audit trial, expert

opinion, dan key respondents review. Adapun strategi validasi yang digunakan

dalam penelitian ini yaitu:

a. Teknik Triangulasi

Yaitu mentriangulasi sumber-sumber data yang berbeda dengan memeriksa bukti-bukti yang berasal dari sumber-sumber tersebut dan menggunakannya untuk membangun justifikasi tema-tema secara koheren (Creswell, 2012, hlm. 286). Lebih lanjut, triangulasi ini merupakan proses korobasi bukti-bukti dari sumber-sumber, metode, investigator, dan teori yang lain (Creswell, 2013, hlm. 251). Kemudian, Elliot (dalam Wiriaatmadja, 2012, hlm. 169) menyatakan bahwa triangulasi dilakukan berdasarkan tiga sudut pandang, yakni sudut pandang guru, sudut pandang siswa, dan sudut pandang yang melakukan pengamatan atau observasi. Setiap sudut pandang mempunyai posisi epistemologis unik dalam segitiga ini mengenai kaitannya dengan akses terhadap data yang bersangkutan waktu situasi pembelajaran berlangsung.

(43)

Purnama Nurdiana Purnaman, 2014

Membangun keterampilan berpikir kesejarahan siswa dalam pembelajaran sejarah melalui penggunaan biografi tokoh RA Tasminingrat sebagai sumber pembelajaran sejarah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

terlihat pula dalam hasil penilaian task. Sedangkan pengamat, berada pada posisi terbaik untuk mengumpulkan data hasil observasi dari interaksi guru dengan siswa pada waktu pembelajaran berlangsung. Pengamat yang dilakukan oleh guru mitra akan memberikan keadaan interaksi antara guru dan siswa dan menangkap keterampilan kesejarahan yang muncul. Hasil pengamat tersebut dibandingkan antara kedua sudut pandang lain dalam segitiga itu, terbukalah kesempatan untuk menguji kebenarannya.

b. Member chek

Yaitu membawa kembali laporan akhir atau deskripsi-deskripsi atau tema-tema spesifik kehadapan partisipan untuk mengecek apakah mereka merasa bahwa laporan/deskripsi/tema tersebut sudah akurat (Creswell, 2012, 2013).

Dalam penelitian ini, peneliti melakukannya melalui catatan lapangan, hasil observasi, hasil wawancara guru dengan siswa, dan hasil asesmen alternatif siswa berupa task. Member cek dilakukan untuk memeriksa hasil observasi dan hasil wawancara serta hasil asesmen alternative apakah informasi tersebut sama atau berbeda.

c. Saturasi

Yaitu situasi pada waktu data sudah jenuh, atau tidak ada lagi data lain yang berhasil dikumpulkan. Glaser dan straus mengungkapkan bahwa tidak ada tambahan data baru berarti sudah tercapai kejenuhan (Wiriaatmadja, 2012, hlm. 170).

(44)

Purnama Nurdiana Purnaman, 2014

Membangun keterampilan berpikir kesejarahan siswa dalam pembelajaran sejarah melalui penggunaan biografi tokoh RA Tasminingrat sebagai sumber pembelajaran sejarah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yaitu ditunjukan dengan ketercapaian perubahan dari perilaku siswa yang menunjukan munculnya keterampilan berpikir kesejarahan baik secara lisan dalam selama proses pembelajaran maupun tulisan melalui penugasan (task) yang dikerjakan di kelas. Pengerjaan task dilakukan di kelas untuk menghindari penyontekan siswa jika task tersebut di bawa ke rumah.

d. Expert Opinion

Expert opinion atau menurut Creswell (2012,2013) sebagai external audits

yaitu mengajak seorang konsultan, auditor untuk menguji sejumlah proses dan hasil dengan menguji keakuratannya. Aspek yang dilakukan oleh auditor tersebut seperti keakuratan manuskrip, hubungan antara rumusan masalah dan data, tingkat analisis data mulai data mentah hingga interpretasi. Hal ini menambah pada validasi penelitian kualitatif.

PTK ini pun dilaksanakan melalui expert opinion yaitu melalui proses bimbingan dilakukan terhadap penelitian oleh Pembimbing I yaitu Prof. Helius Sjamsuddin dan Pembimbing II yaitu Dr. Nana Supriatna, M.Ed, selama proses penelitian dan penulisan tesis ini berlangsung.

G. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data untuk keperluan penelitian ini dibutuhkan teknik dan instrumen yang tepat. Teknik pengumpulan data menurut Sukardi (2013, hlm. 44-54) memiliki empat macam yaitu observasi, wawancara, dokumentasi, dan angket. Teknik pengambilan data tersebut dikelompkan dalam tiga metode yaitu paper and pen (kertas dan pena), live (aktif) dan ostensive (ostensif). Paper and pen

terdiri dari catatan lapangan, profil kegiatan, peta organisasi social kelas, dan dokumentasi. Metode live terdiri dari sosiometrik, wawancara dan diskusi, serta observasi. Metode ostensive yaitu terdiri dari leaflet (gambar selebaran), slide dan photograph, audio tape recorder, dan video camera recorder. Pada penelitian ini,

(45)

Purnama Nurdiana Purnaman, 2014

Membangun keterampilan berpikir kesejarahan siswa dalam pembelajaran sejarah melalui penggunaan biografi tokoh RA Tasminingrat sebagai sumber pembelajaran sejarah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

masalah yaitu berbentuk observasi, wawancara, tes, dokumentasi. Sedangkan instrumen penelitian yang digunakan yaitu melaui catatan observasi, pedoman wawancara, tes tertulis atau asesmen berupa penugasan (task), dokumen tertulis, dan rekaman.

a. Observasi

Sukardi (2013, hlm. 50) menyatakan bahwa observasi pada konteks pengumpulan data adalah tindakan atau proses pengambilan informasi, atau data melalui media pengamatan. Dalam melakukan pengamatan observasi ini, peneliti menggunakan sarana utama indera penglihatan. Melalui pengamatan mata sendiri, seorang guru diharuskan melakukan pengamatan terhadap tindakan, dan perilaku responden di kelas atau sekolah. Kemudian mereka mencatat dalam nota lapangan atau merekam dengan alat perekam (tape recorder), sebagai materi utama untuk dianalisis.

Observasi pada PTK ini yaitu menangkap proses belajar mengajar mengembangkan keterampilan berpikir kesejarahan siswa dan memfokuskan pada permasalahan yang diajukan. Kegiatan observasi dilakukan oleh guru mitra. Sedangkan guru peneliti bertindak sebagai guru pengajar. Namun demikian guru penelitipun berupaya melakukan observasi. Maka, peran guru peneliti juga sebagai observer partisipasif.

Dalam teknis observasi, PTK ini mengacu kepada tulisan Wiriaatmadja (2012, hlm. 105) yaitu dengan memperhatikan :

(46)

Purnama Nurdiana Purnaman, 2014

Membangun keterampilan berpikir kesejarahan siswa dalam pembelajaran sejarah melalui penggunaan biografi tokoh RA Tasminingrat sebagai sumber pembelajaran sejarah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2) Menentukan kriteria yang diobservasi, dengan terlebih dahulu mendiskusikan ukuran-ukuran apa yang digunakan dalam pengamatan. Secara cermat, ukuran-ukuran baik, sedang, lemah, efisien, tidak efisien, dan lain ukuran yang dipakai dalam pertimbangan observasi dibicarakan terlebih dahulu, dan kemudian disetujui. Hal ini akan menghindarkan kesalah pahaman antara para mitra peneliti, apabila akan melakukan diskusi dan refleksi sesudah penampilan tindakan dilakukan. Kriteria observasi ini selanjutnya akan menjadi penentu apakah pengumpulan data penelitian mengikuti standar tersebut atau tidak.

Supaya observasi lebih baik, maka teknis observasi harus dilakukan melalui : 1) Dilakukan dalam waktu 24 jam sesudah kegiatan tindakan dilakukan 2) Berdasarkan catatan lapangan yang ditulis dengan sistematis dan cermat 3) Berdasarkan data faktual

4) Data faktual ditafsirkan berdasarkan kriteria yang telah disetujui 5) Penafsiran diberikan pertama kali oleh guru yang diobservasi

6) Untuk selanjutnya dirundingan bersama mitra peneliti lainnya dengan diskusi dua arah

7) Menghasilkan strategi selanjutnya dalam siklus berikutnya.

(47)

Purnama Nurdiana Purnaman, 2014

Membangun keterampilan berpikir kesejarahan siswa dalam pembelajaran sejarah melalui penggunaan biografi tokoh RA Tasminingrat sebagai sumber pembelajaran sejarah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Bagan 3.2

Tindakan Observasi di Kelas

(Wiriaatmadja, 2012, hlm. 106)

Selain tahap observasi yang dilakukan oleh peneliti, peneliti juga harus menentukan metode observasi mana yang akan digunakan. Hopkins (dalam Wiriaatmadja, 2012, hlm. 110) mengklasifikasikan dalam empat metode observasi, yaitu observasi terbuka, terfokus, terstruktur, dan sistematik.

a. Observasi terbuka

Yaitu apabila sang pengamat atau observer melakukan pengamatannya dengan mengambil kertas pensil, kemudian mencatatkan segala sesuatu yang terjadi di kelas.

b. Observasi terfokus

Yaitu observasi atau pengamatan yang dilakukan tertuju hanya kepada permasalahan yang menjadi fokus penelitian.

c. Observasi terstruktur

Yaitu observasi yang dilakukan dengan menggunakan daftar/format observasi yang disepakati bersama peneliti dengan mitranya, apabila para mitra peneliti sudah menyetujui kriteria yang diamati, maka selanjutnya tinggal menghitung (tally) saja berapa kali jawaban, tindakan, atau sikap siswa yang sedang diteliti itu ditampilkan.

d. Observasi sistematik

Yaitu observasi yang dirancang baik oleh peneliti dalam bentuk skala tertentu. Kemungkinan dalam membicarakan pengamatan sistematik ada yang

Pertemuan Perencanaan

Referensi

Dokumen terkait

PENERAPAN STRATEGI DRTA (DIRECTED READING THINKING ACTIVITY) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Dengan demikian, pasien PJK diharapkan dapat menyesuaikan diri terhadap manifestasi oral yang terjadi akibat penggunaan obat-obatan yang dikonsumsinya dan lebih

Pada Jalan Tol Jakarta Cikampek Tahun 2017, bersama ini kami sampaikan Hasil Evaluasi Kualifikasi, sebagaimana terlampir.. Selanjutnya Peserta yang dapat mengikuti

Agar dapat menjalankan fungsinya sebagai pengajar dan pendidik dengan baik, maka guru Pendidikan Agama Islam harus memiliki kompetensi yang relevan dengan fungsinya

Karena itu, penelitian ini penting dilakukan untuk mengetahui efek toksisitas makroskopis dengan mengamati organ hati dan ginjal pada mencit yang diberi ekstrak

Pada tahun 2015 dan 2030, jumlah orang berusia 30 tahun atau lebih diproyeksikan akan tumbuh sekitar 56 persen, dari 901 juta menjadi 1.4 milyar, dan pada tahun 2050 populasi

[r]

yaitu 0,000 (p value < 0,05) yang menyatakan adanya perbedaan efektifitas ekstrak bawang merah ( Allium ascalonicum L.) dengan Novobiosin 30 µg, dimana Novobiosin 30