• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN PENDEKATAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN SCIENTIFIC REASONING SISWA SMP PADA MATERI KALOR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN PENDEKATAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN SCIENTIFIC REASONING SISWA SMP PADA MATERI KALOR."

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

[Type text]

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Fisika

oleh

Maya Maryanti

NIM 1002509

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

[Type text]

Oleh Maya Maryanti

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Maya Maryanti 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

[Type text]

PENERAPAN PENDEKATAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK

MENINGKATKAN SCIENTIFIC REASONING SISWA SMP PADA MATERI KALOR

disetujui dan disahkan oleh pembimbing:

Pembimbing I

Dr.Setiya Utari, M.Si. NIP. 196707251992032002

Pembimbing II

Dr. Winny Liliawati, M.Si. NIP. 197812182001122001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Fisika

(4)

M aya M aryanti, 2014

Penerapan Pendekatan Levels Of Inquiry Untuk M eningkatkan Scientific Reasoning Siswa Smp

Pada M ateri Kalor

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

LEMBAR PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ...viii

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I ...1

PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang...1

B. Identifikasi Masalah ...5

C. Rumusan Masalah ...6

D. Tujuan Penelitian ...7

E. Manfaat Penelitian ...7

F. Struktur Organisasi Penelitian ...8

BAB II ...10

PENINGKATAN SCIENTIFIC REASONING SISWA DALAM IMPLEMENTASI PENDEKATAN LEVELS OF INQUIRY PADA MATERI OPTIK ...10

A. Inkuiri ...10

(5)

M aya M aryanti, 2014

Penerapan Pendekatan Levels Of Inquiry Untuk M eningkatkan Scientific Reasoning Siswa Smp

Pada M ateri Kalor

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

C. Prestasi...27

D. Penalaran ...28

E. Kemampuan Penalaran Ilmiah (Scientific Reasoning) ...30

F. Optik ...33

G. Kerangka Pemikiran ...44

H. Penelitian Terdahulu yang Relevan ...48

BAB III...49

METODOLOGI PENELITIAN ...49

A. Lokasi dan Subjek Sampel Penelitian ...49

B. Desain Penelitian ...49

C. Metode Penelitian ...54

D. Definisi Operasional ...55

E. Instrumen Penelitian ...56

F. Proses Pengembangan Instrumen Penelitian ...58

G. Teknik Pengumpulan Data ...64

H. Teknik Analisis Instrumen ...66

I. Teknik Pengolahan Data...73

BAB IV ...77

HASIL DAN PEMBAHASAN ...77

A. Hasil Penelitian...77

1. Prestasi Scientific Reasoning Siswa ...77

a. Prestasi Scientific Reasoning Siswa Secara Keseluruhan ...77

(6)

M aya M aryanti, 2014

Penerapan Pendekatan Levels Of Inquiry Untuk M eningkatkan Scientific Reasoning Siswa Smp

Pada M ateri Kalor

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Keterlaksanaan Pendekatan Levels of Inquiry...89

a. Keterlaksanaan Pendekatan Levels of Inquiry Pertemuan Pertama ...92

b. Keterlaksanaan Pendekatan Levels of Inquiry Pertemuan Kedua...94

c. Keterlaksanaan Pendekatan Levels of Inquiry Pertemuan Ketiga...95

B. Tanggapan Siswa ...98

C. Diskusi dan Pembahasan ...99

1. Prestasi Scientific Reasoning Siswa ...99

2. Prestasi Scientific Reasoning Siswa Pada Setiap Aspek ...100

3. Keterlaksanaan Pendekatan Levels of Inquiry...108

a. Keterlaksanaan Pendekatan Levels of Inquiry Pertemuan Pertama ...110

b. Keterlaksanaan Pendekatan Levels of Inquiry Pertemuan Kedua...111

c. Keterlaksanaan Pendekatan Levels of Inquiry Pertemuan Ketiga...112

BAB V ...115

KESIMPULAN DAN SARAN ...115

A. Kesimpulan ...115

B. Saran ...115

(7)

M aya M aryanti, 2014

Penerapan Pendekatan Levels Of Inquiry Untuk M eningkatkan Scientific Reasoning Siswa Smp

Pada M ateri Kalor

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENERAPAN PENDEKATAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATAN SCIENTIFIC REASONING SISWA SMP PADA POKOK

BAHASAN KALOR

Maya Maryanti NIM.1002509

Pembimbing I: Dr. Setiya Utari, M.Si. Pembimbing II : Dr. Winny Liliawati, M.Si.

Jurusan Pendidikan Fisika, FPMIPA UPI

ABSTRAK

Hasil observasi menunjukkan bahwa kemampuan bernalar secara ilmiah atau scientific reasoning merupakan kemampuan yang kurang terfasilitasi dalam proses pembelajaran fisika di kelas. Pendekatan levels of inquiry dipandang memiliki cara-cara yang dapat melatihkan scientific reasoning, oleh karena itu penelitian bertujuan untuk mengetahui efek kontribusi penerapan levels of inquiry terhadap scientific reasoning . Instrumen scientific reasoning dikembangkan berdasarkan lawson classroom test of scientific reasoning (LCTSR) standar, dari 34 soal yang diuji terpilih sebanyak 24 soal dengan reliabilitas sebesar 0,64 termasuk dalam kategori tinggi dan validitas 0,3<val<1 yang berada dalam kategori sedang sampai tinggi. Melalui metode pre experimental dengan one-group pretest-posttest design, penelitian diterapkan dengan menggunakan sampel 35 siswa di salah satu SMP Negeri di kota bandung. Hasil analisis dengan menggunakan effect size ditemukan bahwa nilai effect size 3,11 yang berada dalam kategori besar. Hal ini menunjukan bahwa pendekatan levels of inquiry yang diterapkan memberikan kontribusi yang besar terhadap peningkatan scientific reasoning

(8)

M aya M aryanti, 2014

Penerapan Pendekatan Levels Of Inquiry Untuk M eningkatkan Scientific Reasoning Siswa Smp

Pada M ateri Kalor

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENERAPAN PENDEKATAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATAN SCIENTIFIC REASONING SISWA SMP PADA POKOK

BAHASAN KALOR

Maya Maryanti NIM.1002509

Pembimbing I: Dr. Setiya Utari, M.Si. Pembimbing II : Dr. Winny Liliawati, M.Si.

Jurusan Pendidikan Fisika, FPMIPA UPI

ABSTRACT

The observation result shown that the ability to think scientifically known as scientific reasoning is less facilitated in the physic subject learning process. The levels of inquiry has seen as an approacment that could be a way to train and enhance the scientific reasoning in which this research conducted to find out degree of contribution and how this levels of inquiry affect the scientific reasoning. Scientific reasoning instrument developed based on Lawson Classroom Test Of Scientific Reasoning (LCTSR) standard. From 34 question that have been judged, 24 is choosen which has 0,64 reliability that classified as high category and validity 0,3<val<1 that classified as middle high category. Using pre experimental method with one group pretest-posttest design, the research conducted 35 students sample in one among junior high school in bandung. Analysis result using effect size which resulted 3,11 effect size that grade point classifies as high category. Thus make levels of inquiry that has been implemented has been resulted in enhanced scientific reasoning.

(9)

M aya M aryanti, 2014

Penerapan Pendekatan Levels Of Inquiry Untuk M eningkatkan Scientific Reasoning Siswa Smp

Pada M ateri Kalor

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini dunia berada pada abad 21, yaitu suatu era yang ditandai oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berlangsung secara cepat (Ketut Suma, 2010). Indonesia khususnya memberikan perhatian yang besar dalam bidang sains dan matematika. Namun, prestasi siswa siswi di Indonesia dalam bidang sains dan matematika menurun. Berdasarkan hasil survey internasional yang mengukur prestasi sains dan matematika siswa di Indonesia adalah dengan TIMSS (Trends in International Mathematic and Science Study). Hasil TIMSS yang diikuti siswa pada tahun 2011 ini berada di

urutan ke-40 dengan skor 406 dari 42 negara. Skor tes sains siswa Indonesia ini turun 21 angka dibandingkan dengan skor TIMSS pada tahun 2007 (Ester Lince, 2012). Rendahnya prestasi siswa-siswi di Indonesia ini diduga karena rendahnya penalaran ilmiah siswa (Ester Lince, 2012).

(10)

M aya M aryanti, 2014

Penerapan Pendekatan Levels Of Inquiry Untuk M eningkatkan Scientific Reasoning Siswa Smp

Pada M ateri Kalor

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penalaran ilmiah ini sering disebut scientific reasoning menggambarkan suatu kemampuan menyelidiki suatu masalah secara sistematis, memformulasikan dan menguji hipotesis, menentukan variabel-variabel, dan menilai hasil eksperimen (Zimmerman, 2007). Bila penalaran ilmiah siswa dibiarkan rendah, maka siswa tidak akan mampu menangani masalah yang baru dan merencanakan penyelidikan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan sains, teknik, dan sosial di dalam kehidupan nyata. (Bao et all, 2009). Inti dari permasalahan rendahnya scientific reasoning siswa menurut Wina Sanjaya (2006, hlm 1) karena

dalam proses pembelajaran, anak kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya, proses pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghapal informasi, otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbabgai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu.

Selain itu dalam disertasi Cartono (2007, hlm 76) menjelaskan

guru kurang melatihkan keterampilan bernalar, berpikir, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi. Soal-soal yang diberikan pada saat ulangan kurang menuntut siswa menggunakan keterampilan berpikir tingkat tinggi

(11)

M aya M aryanti, 2014

Penerapan Pendekatan Levels Of Inquiry Untuk M eningkatkan Scientific Reasoning Siswa Smp

Pada M ateri Kalor

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pengetahuan secara langsung oleh guru, bukan melalui proses penemuan. Maka dari itu pembelajaran seharusnya dimulai dari tahapan terendah dengan kemampuan terendah hingga tahapan tertinggi dengan kemampuan tertinggi. Wenning dalam jurnal 2005 yang berjudul Levels of inquiry: Hierarchies of pedagogical practices and inquiry processes memperkenalkan hierarki level of

inkuiri sebagai suatu pendekatan dalam pembelajaran “…is an approach to instruction that systematically promotes the development of intellectual and scientific process skill…” yang dimulai dari tahapan inkuiri terendah yakni discovery learning hingga tahapan tertinggi yakni hypothetical inquiry.

Penerapan levels of inquiry ini dipandang cocok dan memungkinkan untuk melatihkan dan meningkatkan scientific reasoning siswa. “…the main strength of the Levels of Inquiry instructional model is that it requires,

develops, and refines a wider variety of increasingly sophisticated critical

thinking and scientific reasoning skills…” (Wenning C. & Vieyra,R, 2004).

Melalui tahapan discovery learning, siswa diberikan kesempatan untuk menemukan suatu konsep berdasarkan fenomena, sehingga diharapkan tahap ini aspek deductive reasoning dapat terlatihkan. Tahap interactive demonstration memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat membuat

prediksi dan mendeskripsikan hubungan diantara variabel-variabel percobaan, sehingga diharapkan tahap ini melatihkan aspek proportional reasoning, correlational reasoning dan causal reasoning siswa. Pada tahap inquiry lesson

siswa dilatihkan untuk merancang suatu penyelidikan, dan melalui tahap inquiry lab siswa dilatihkan untuk menganalisis dan menarik kesimpulan

(12)

M aya M aryanti, 2014

Penerapan Pendekatan Levels Of Inquiry Untuk M eningkatkan Scientific Reasoning Siswa Smp

Pada M ateri Kalor

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

setelah dilakukan pembelajaran berbasis inkuiri. Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Ketut Suma (2010) menyatakan bahwa pembelajaran yang berbasis inkuiri dapat meningkatkan penguasaan konten Fisika dan penalaran ilmiah. Namun, penelitian tersebut hanya menerapkan salah satu tahapan inkuiri saja tanpa ada tahapan levels of inquiry secara sekaligus dalam satu pertemuan.

Maka berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan suatu penelitian mengenai implementasi pendekatan levels of inquiry yang dimulai dari tahapan terendah hingga tahapan tertinggi untuk melihat bagaimana pengaruhnya terhadap scientific reasoning siswa. Selain itu peneliti juga tertarik melakukan penelitian pada pokok bahasan kalor, dikarenakan didasarkan dari hasil wawancara dengan guru fisika di lokasi studi pendahuluan didapatkan informasi bahwa materi kalor adalah materi yang tersulit untuk diajarkan di kelas VII dan karakteristik materi kalor cocok diajarkan dengan pendekatan levels of inquiry. Sehingga peneliti mengajukan suatu penelitian yang berjudul “Penerapan Pendekatan Levels of Inquiry Untuk Meningkatkan Scientific Reasoning Siswa SMP Pada Pokok Bahasan Kalor”

B. Identifikasi Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang tersebut yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah pendekatan pembelajaran yang kurang memfasilitasi siswa dalam melatihkan scientific reasoning yang berakibat pada rendahnya scientific reasoning. Alternatif solusi yang memungkinkan dari permasalahan

tersebut adalah dengan penerapan pendekatan levels of inquiry.

(13)

M aya M aryanti, 2014

Penerapan Pendekatan Levels Of Inquiry Untuk M eningkatkan Scientific Reasoning Siswa Smp

Pada M ateri Kalor

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Variabel bebas : penerapan pendekatan levels of inquiry 2. Variabel terikat : scientific reasoning siswa SMP

Sedangkan batasan masalah dalam penelitian ini adalah levels of inquiry diperkenalkan oleh Wenning dalam jurnalnya (2005) sebagai

pendekatan yang didalamnya terdapat suatu aktivitas pembelajaran yang mendorong siswa membangun pengetahuannya dan pemahaman terhadap konten sains (NAS, 1995, hal 23).

Pendekatan levels of inquiry dimulai dengan tahapan discovery learning, interactive demonstration, inquiry lesson, inquiry Lab, dan

hypothetical Inquiry. Untuk penelitian ini, tahapan level of inquiry dibatasi

hanya sampai pada inquiry lab karena subjek pada penelitian ini adalah siswa SMP. Sedangkan scientific reasoning menurut Zimmerman 2007 menggambarkan suatu kemampuan menyelidiki suatu masalah secara sistematis, memformulasikan dan menguji hipotesis, menentukan variable-variabel, dan menilai hasil eksperimen. Kemampuan scientific reasoning yang dimaksud terdiri dari 7 aspek yang dikembangkan oleh Jing Han berdasarkan Lawson 2000 yaitu, control of variable, proportion and ratios, probability, correlational reasoning, deductive reasoning, induktif reasoning,

hypothetical-deduktif reasoning. Namun, yang diteliti dalam penelitian ini

hanya aspek control of variable, proportion and ratios, correlational reasoning, deductive reasoning, causal reasoning dan hypothetical-deduktif

reasoning.

C. Rumusan Masalah

(14)

M aya M aryanti, 2014

Penerapan Pendekatan Levels Of Inquiry Untuk M eningkatkan Scientific Reasoning Siswa Smp

Pada M ateri Kalor

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pembelajaran dengan menggunakan pendekatan levels of inquiry pada pokok bahasan kalor?

Rumusan masalah ini dapat dijabarkan menjadi pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana peningkatan scientific reasoning pada pokok bahasan kalor setelah diterapkan pendekatan levels of inquiry?

2. Bagaimana peningkatan aspek causal reasoning, proportional reasoning, correlational reasoning, control of variable, hypothetical deductive

reasoning dan deductive reasoning siswa setelah diterapkan pendekatan

levels of inquiry?

3. Bagaimana peningkatan scientific reasoning pada setiap sub pokok bahasan kalor setelah diterapkan pendekatan levels of inquiry?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui seberapa besar peningkatan scientific reasoning siswa setelah diterapkan pendekatan levels of inquiry.

2. Mengetahui seberapa besar peningkatan aspek causal reasoning, proportional reasoning, correlational reasoning, control of variable,

hypothetical deductive reasoning dan deductive reasoning siswa setelah

diterapkan pendekatan levels of inquiry setelah diterapkan pendekatan levels of inquiry.

3. Mengetahui seberapa besar peningkatan scientific reasoning tiap sub konsep kalor setelah diterapkan pendekatan levels of inquiry.

(15)

M aya M aryanti, 2014

Penerapan Pendekatan Levels Of Inquiry Untuk M eningkatkan Scientific Reasoning Siswa Smp

Pada M ateri Kalor

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan alternatif solusi atau cara untuk meningkatkan scientific reasoning siswa melalui penerapan pendekatan levels of inquiry.

F. Struktur Organisasi Skripsi

Struktur organisasi skripsi merupakan susunan atau sistematika penulisan dalam skripsi. Pada penelitian ini, struktur organisasi skripsinya adalah sebagai berikut :

Bab I berisi mengenai uraian tentang pendahuluan dari skripsi yang berisi latar belakang penelitian, identifikasi masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian dan manfaat atau signifikasi penelitian. Bab II berisi kajian pustaka mengenai kajian pustaka tentang pendekatan level of inquiry dan scientific reasoning. Selain itu pada bab II berisi juga kerangka pemikiran tentang keterkaitan pendekatan level of inquiry dengan scientific reasoning. Bab III berisi penjabaran yang rinci

(16)

\M aya M aryanti, 2014

Penerapan Pendekatan Levels Of Inquiry Untuk M eningkatkan Scientific Reasoning Siswa Smp

Pada M ateri Kalor

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu A. Lokasi dan Subjek Sampel Penelitian

Sekolah yang dipilih sebagai lokasi penelitian adalah salah satu Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri di Kota Bandung. Sekolah tersebut dipilih karena adanya kesesuaian materi dan waktu penelitian yang telah direncanakan dengan materi dan waktu penelitian yang telah ditetapkan oleh guru IPA di sekolah tersebut. Selain itu peneliti pernah melakukan studi pendahuluan di SMP tersebut untuk mengetahui scientific reasoning siswa.

Adapun sampel penelitiannya adalah siswa-siswi kelas VII yang berjumlah 38 orang. Sampel ini diambil dengan menggunakan purposive sampling yakni pengambilan sampel didasarkan pada tujuan tertentu. Alasan peneliti mengambil purposive sampling tersebut karena populasi dianggap bersifat heterogen. Maka dari itu, sampel diambil berdasarkan rekomendasi guru di sekolah yang mengetahui keadaan siswa di setiap kelas dan peneliti pernah melakukan studi pendahuluan terkait scientific reasoning siswa di kelas tersebut.

B. Desain Penelitian

Berdasarkan tujuan dalam penelitian ini yakni untuk mengetahui gambaran umum tentang penerapan pendekatan levels of inquiry untuk mengetahui peningkatan scientific reasoning siswa, maka desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain one group pretest-postest design yang dapat di gambarkan sebagai berikut: Tabel 3.1

(17)

M aya M aryanti, 2014

Penerapan Pendekatan Levels Of Inquiry Untuk M eningkatkan Scientific Reasoning Siswa Smp

Pada M ateri Kalor

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

O1 X O2

Keterangan : O1 = tes awal

X = pendekatan levels of inquiry O2 =tes akhir

Dalam penelitian ini, sampel penelitian akan di_beri perlakuan (treatment) yaitu berupa implementasi pendekatan levels of inquiry. Sebelum diberikan perlakuan, sampel penelitian akan di beri tes awal (pretest) untuk mengetahui kemampuan dan pengetahuan awal siswa, kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan treatment yaitu berupa implementasi levels of inquiry selama tiga kali pertemuan dan terakhir di beri tes akhir (postest) dengan menggunakan instrumen yang sama seperti pada tes awal (pretest). Adapun prosedur penelitian dibagi menjadi tiga tahap. Berikut adalah penjelasan secara rinci dari ketiga tahap tersebut :

1. Tahap persiapan

Tahap ini merupakan tahap pra penelitian yang dilakukan sebelum penelitian. Tahap persiapan penelitian dilakukan sesuai dengan urutan sebagai berikut ini : a. Kajian studi literatur

b. Melakukan studi pendahuluan c. Merumuskan masalah

d. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk tiga kali pertemuan serta Lembar Kegiatan Siswa (LKS)

e. Menyusun Instrumen penelitian

(18)

M aya M aryanti, 2014

Penerapan Pendekatan Levels Of Inquiry Untuk M eningkatkan Scientific Reasoning Siswa Smp

Pada M ateri Kalor

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu g. Merevisi instrument

h. Menganalisis hasil uji coba instrument

2. Tahap Pelaksanaan

Tahap ini merupakan tahap pengumpulan data yang dilakukan selama tiga kali pertemuan. Pada tahap ini perlakuan dilakuan yaitu pembelajaran menggunakan pendekatan Levels of Inquiry. Tahap pelaksanaan penelitian dilakukan sebagai berikut :

a. Implemetasi Levels of Inquiry

b. Observasi untuk melihat keterlaksanaan setiap tahapan Levels of Inquiry dalam pembelajaran dan merekam pembelajaran

c. Pemberian LCTSR modifikasi untuk mengukur kemampuan penalaran ilmiah siswa

3. Tahap Akhir Penelitian

Tahap akhir penelitian difokuskan untuk mengolah data hasil penelitian. Tahap akhir penelitian dilakukan sebagai berikut:

a. Mengolah dan menganalisis hasil LCTSR modifikasi setiap siswa

b. Menghitung dan menganalisis keterlaksanaan levels of inquiry di setiap pertemuannya

c. Menarik kesimpulan dari hasil pengolahan data

d. Membuat saran untuk perbaikan penelitian yang akan datang.

(19)

M aya M aryanti, 2014

Penerapan Pendekatan Levels Of Inquiry Untuk M eningkatkan Scientific Reasoning Siswa Smp

Pada M ateri Kalor

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 3.1 Diagram Alur Penelitian

pretest avhievement scientific reasoning

Penerapan pendekatan levels of inquiry, penilaian scientific inquiry, perekaman video

postest avhievement scientific reasoning Merumuskan masalah, variabel, hipotesis, pendekatan

Merumuskan masalah, sampel, variabel, hipotesis, pendekatan

Judgement instrument dan revisi

Membuat RPP, instrument penelitian, alat percobaan Studi Literatur

Melaksanakan studi pendahuluan

Uji coba instrument dan revisi

Analisis butir soal dan revisi

Pengolahan data penelitian

Kesimpulan dan rekomendasi Analisis data penelitian

TAHAP PERSIAPAN

TAHAP PELAKSANAAN

(20)

M aya M aryanti, 2014

Penerapan Pendekatan Levels Of Inquiry Untuk M eningkatkan Scientific Reasoning Siswa Smp

Pada M ateri Kalor

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu C. Metode Penelitian

Menurut Suharsimi (1997:151), metode penelitian merupakan cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya. Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini yakni untuk mengetahui peningkatan scientific reasoning setelah diterapkan pendekatan levels of inquiry maka pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan

penelitian kuantitatif dengan melakukan analisis secara deskriptif. Metode kuantitatif yang digunakan adalah metode experimental design. Metode pre-experimental design merupakan metode yang bersifat menguji pengaruh variabel

satu terhadap variabel yang lain tanpa adanya penyamaan karakteristik (random) dan tanpa adanya pengontrolan variabel sama sekali.

D. Definisi Operasional

1. Pendekatan Levels Of Inquiry

Pendekatan levels of inquiry yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan inkuiri yang dijelaskan oleh Wenning 2005. Secara umum, levels of inquiry merupakan pendekatan pengajaran yang menuntut siswa untuk lebih aktif

dalam mengajukan pertanyaan, melakukan penyelidikan, dan mencari informasi untuk menemukan suatu konsep yang dimana guru hanya berperan untuk membimbing siswa melalui kegiatan mengajukan pertanyaan awal serta membimbing kegiatan diskusi. Carl. J Wenning dalam tulisannya yang berjudul Level Of Inquiry: Hierarchies of pedagogical practices and inquiry process

membagi tahapan levels of inquiry ini dimulai dengan tahapan discovery learning, interactive demonstration, inquiry lesson, inquiry lab, real world application dan

hypothetical inquiry. Untuk penelitian ini, tahapan level of inquiry dibatasi hanya

(21)

M aya M aryanti, 2014

Penerapan Pendekatan Levels Of Inquiry Untuk M eningkatkan Scientific Reasoning Siswa Smp

Pada M ateri Kalor

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Keterlaksanaan setiap tahapan levels of inquiry tersebut diukur dengan menggunakan lembar observasi keterlaksanaan pendekatan levels of inquiry. Kemudian dihitung peresentasi keterlaksanaanya sesuai dengan jumlah aktivitas yang terlaksana. Presentasi keterlaksanaan ini selanjutnya di_interpretasikan berdasarkan kriteria keterlaksanaan menurut Budiarti.

2. Scientific Reasoning

Scientific Reasoning merupakan suatu kemampuan berpikir dan memberikan

suatu alasan melalui kegiatan inquiri, eksperimen, menarik kesimpulan berdasarkan fakta-fakta dan argumentasi untuk menyusun dan merubah (memodifikasi) suatu teori tentang alam maupun sosial (Bao et al, 2009). Scientific reasoning yang digunakan didasarkan pada kerangka yang dirumuskan

oleh Jing Han yang merupakan hasil pengembangan dari Lawson.

Kemampuan penalaran ilmiah yang dimaksud terdiri dari 7 aspek yaitu, control of variable, proportion and ratios, probability, correlational reasoning,

deductive reasoning, induktif reasoning, hypothetical-deduktif reasoning. Namun,

yang diteliti dalam penelitian ini hanya aspek control of variable, causal reasoning, proportion and ratios, correlational reasoning, deductive reasoning

dan hypothetical-deduktif reasoning. Untuk melihat scientific reasoning digunakan LCTSR modifikasi dengan konten kalor. Peningkatan scientific reasoning dihitung dengan menggunakan persamaan cohen’s effect size. Selain

itu, untuk melihat aspek apa saja yang dilatihkan selama pembelajaran maka digunakan lembar kegiatan siswa (LKS) kemudian dihitung presentasenya.

E. Instrumen Penelitian

(22)

M aya M aryanti, 2014

Penerapan Pendekatan Levels Of Inquiry Untuk M eningkatkan Scientific Reasoning Siswa Smp

Pada M ateri Kalor

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1. Tes Scientific Reasoning

Tes yang digunakan berupa tes prestasi atau achievement test yaitu tes yang digunakan untuk mengukur pencapaian seseorang setelah mempelajari sesuatu (Arikunto, 2006, hlm 151). Tes ini berbentuk pilihan ganda beralasan (two tier) sebanyak 24 soal yang diadaptasi dan diadopsi berdasarkan LCTSR standar

dan dibuat sesuai konten kalor. Tes ini diberikan dua kali yakni saat pretest dan posttest untuk mengukur scientific reasoning. Siswa diberi skor 1 bila siswa dapat

menjawab benar pada tingkat satu dan tingkat dua. Berikut adalah tabel distribusi soal scientific reasoning

Tabel 3.2 Distribusi soal scientific reasoning

Domain SR Nomor Soal Jumlah

Soal Causal Reasoning 1, 12, 13, 14, 17, dan 21 6 soal

Proportional Reasoning 5,6 2 soal

Corelational Reasoning 7, 9, 19, 20, 22, dan 23 6 soal

Control of Variable 2, 3, 4, dan 8 4 soal

Deductive reasoning 15, 16, 18, dan 24 4 soal Hypotetical-Deductive

Reasoning

1. an 11 2 soal

2. Lembar Observasi Keterlaksanaan Levels of Inquiry

(23)

M aya M aryanti, 2014

Penerapan Pendekatan Levels Of Inquiry Untuk M eningkatkan Scientific Reasoning Siswa Smp

Pada M ateri Kalor

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mengisi lembar keterlaksanaan pendekatan adalah dengan mengamati aktivitas guru dan siswa selama pembelajatan berlangsung.

3. Lembar Kegiatan Siswa (LKS)

Lembar Kegiatan Siswa (LKS) merupakan lembaran tugas yang harus diselesaikan oleh siswa serta digunakan sebagai panduan bagi siswa dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Dalam penelitian ini, LKS digunakan sebagai salah satu alat untuk melatihkan scientific reasoning. LKS yang penulis buat untuk penelitian ini adalah sebanyak satu buah LKS yang telah disesuaikan dengan pendekatan levels of inquiry yang diterapkan dalam penelitian ini.

F. Proses Pengembangan Instrumen Penelitian

Dalam suatu penelitian, instrument penelitian harus memenuhi persyaratan tertentu. Persyaratan yang dimaksud adalah analisis terhadap instrumen yang akan digunakan, meliputi validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran. Oleh karena itu sebelum diberikan kepada sampel penelitian, instrument harus diujicobakan terlebih dahulu. Setelah itu, maka instrument ini dianalisis validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran.

1. Uji Validitas a. Validitas Isi

Analisis validitas tes merupakan analisis tes yang dilakukan untuk menunjukkan tingkat ketepatan suatu instrumen tes dalam mengukur sasaran yang hendak diukur. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan validitas isi. Validitas isi adalah validitas yang akan mengecek kecocokan diantara butir-butir tes yang dibuat dengan indikator, materi atau tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan (Budi, 2011, hlm 89).

(24)

M aya M aryanti, 2014

Penerapan Pendekatan Levels Of Inquiry Untuk M eningkatkan Scientific Reasoning Siswa Smp

Pada M ateri Kalor

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dosen jurusan pendidikan fisika, yakni Achmad Samsudin,S.Pd, M.Pd, Muhamad Gina Nugraha, S.Pd, M.Si dan Duden Saepuzzaman S.Pd, M.Si. Ketiga orang ahli tersebut diminta pendapatnya untuk mengecek kesesuaian antara soal dengan konsep, kesesuaian soal dengan kerangka LCTSR dan indikator serta aspek penyajian soal. Peneliti melakukan dua kali tahap judgment kepada ahli yang sama. Pada tahap pertama peneliti meminta penjudment dalam pengecekan soal dan keterbacaan soal kemudian direvisi. Pada tahap kedua barulah peneliti meminta penjudgment untuk melakukan penilaian terhadap soal tersebut dengan skala penilaian dari skala 1 sampai 5. Format penilaian judgement dapat dilihat di lampiran.

Adapun cara untuk mengetahui validitas isi yang umum digunakan adalah teknik kecocokan para ahli yang berkecimpung dalam bidang keilmuan tertentu. Format yang digunakan untuk menghitung validasi ahli dalam penelitian ini adalah format skala kiraan (rating) politomi. Gambaran format skala kiraan (rating) politomi dapat dilihat sebagai berikut:

Kecocokan rendah Kecocokan tinggi

1 2.5 5

Tabel 3.4 Contoh skala politomi

Validitas isi ini dihitung berdasarkan indeks V dari Aiken. Aiken mengembangkan indeks validitas dengan nama indeks V. Validitas indeks V digunakan untuk butir yang penilaiannya menggunakan skala politomi (Skala 1 sampai dengan 5). Adapun rumus indeks V adalah

(25)

M aya M aryanti, 2014

Penerapan Pendekatan Levels Of Inquiry Untuk M eningkatkan Scientific Reasoning Siswa Smp

Pada M ateri Kalor

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(Aiken, 2010, hlm 3)

Keterangan: V = validitas isi N = banyak ahli C = skor tertinggi

ni = r-1 ; r = nilai rating yang diberikan ahli

Tabel 3.3 Kriteria Validitas

NIlai Kriteria validitas

0,80 < r ≤ 1,00 Sangat tinggi

0,60 < r ≤ 0,80 Tinggi

0,40 < r ≤ 0,60 Cukup

0,20 < r ≤ 0,40 Rendah

0,00 < r ≤ 0,20 Sangat rendah

(Arikunto, 2009, hlm.75) Jumlah soal dalam tes ini berjumlah 34 soal. Hasil validitas isi menurut ahli sebagai berikut:

Tabel 3.4 Hasil Validitas Menurut Ahli

Validitas No soal Jumlah

Sangat rendah - -

Rendah 7,8,29 3 soal

Sedang 1,3,11,20,23,24,26,27,28,30,31,34 12 soal

(26)

M aya M aryanti, 2014

Penerapan Pendekatan Levels Of Inquiry Untuk M eningkatkan Scientific Reasoning Siswa Smp

Pada M ateri Kalor

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sangat tinggi 6,9,13,14,15,16,17,19,25,32,33 11 soal

b. Validitas Empiris

Validitas tes merupakan ukuran yang menyatakan kesahihan suatu instrumen sehingga mampu mengukur apa yang hendak diukur. Selain validitas isi peneliti juga melakukan validitas empiris. Untuk menguji validitas empiris ini, peneliti melakukan uji coba instrument kepada siswa kelas VIII SMP yang dijadikan lokasi penelitian. Sedangkan untuk mengetahui validitas empiris digunakan uji statistik, yakni teknik korelasi Pearson Product Moment, yaitu :

(Sudjana, 2005: 369) Dengan :

rxy = Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y

X = skor tiap butir soal Y = skor total tiap butir soal N = jumlah siswa

Untuk menginterpretasikan kriteria validitas, maka koefisien korelasi dikategorikan sebagai berikut:

Tabel 3.5 Kriteria Validitas

NIlai Kriteria validitas

0,80 < r ≤ 1,00 Sangat tinggi

0,60 < r ≤ 0,80 Tinggi

(27)

M aya M aryanti, 2014

Penerapan Pendekatan Levels Of Inquiry Untuk M eningkatkan Scientific Reasoning Siswa Smp

Pada M ateri Kalor

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

0,20 < r ≤ 0,40 Rendah

0,00 < r ≤ 0,20 Sangat rendah

(Sudjana, 2005: 369)) 2. Reliabilitas

Reliabilitas adalah ukuran sejauh mana suatu alat ukur yang dapat memberikan gambaran yang benar dapat dipercaya tentang kemampuan seseorang. Rumus yang digunakan untuk menentukan reliabilitas adalah rumus sebagai berikut:

=

(Suharsimi Arikunto, 2009: 109) Dimana :

= reliabilitas tes secara keseluruhan ∑ Jumlah varians skor tiap-tiap item

Varians total

banyaknya butir soal uraian Rumus varians skor tiap butir soal

(28)

M aya M aryanti, 2014

Penerapan Pendekatan Levels Of Inquiry Untuk M eningkatkan Scientific Reasoning Siswa Smp

Pada M ateri Kalor

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(Suharsimi Arikunto, 2009: 109) Adapun kriteria reliabilitas dapat dilihat pada Tabel 3.6 berikut:

Tabel 3.6 Interpretasi Reliabilitas

Koefisien Korelasi Kriteria validitas

0,81 < r ≤ 1,00 Sangat tinggi

0,61 < r ≤ 0,80 Tinggi

0,41 < r ≤ 0,60 Cukup

0,21 < r ≤ 0,40 Rendah

0,00 < r ≤ 0,20 Sangat rendah

(Suharsimi Arikunto, 2009:75) Hasil uji coba instrument, reliabilitas berada pada kategori sedang yakni 0,6 dalam kategori cukup.

3. Daya Pembeda

(29)

M aya M aryanti, 2014

Penerapan Pendekatan Levels Of Inquiry Untuk M eningkatkan Scientific Reasoning Siswa Smp

Pada M ateri Kalor

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(Suharsimi Arikunto, 2009:211-218) Keterangan :

D : daya pembeda

BA: banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal tersebut dengan benar

BB : banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal tersebut dengan

benar

JA : banyaknya peserta kelompok atas

JB : banyaknya peserta kelompok bawah

PA : proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

PB : proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Tabel 3.7 Klasifikasi daya pembeda

Daya pembeda Kategori

0,71 – 1,00 Baik sekali 0,41 – 0,70 Baik 0,21 – 0,40 Cukup 0,00 – 0,20 Jelek

(Suharsimi Arikunto, 2009:211-218)

Adapun hasil uji coba instrument, didapat daya pembeda tiap soal sebagai berikut:

Tabel 3.8 Daya Pembeda Hasil Uji Coba Instrument Daya

Pembeda

No soal Jumlah

(30)

M aya M aryanti, 2014

Penerapan Pendekatan Levels Of Inquiry Untuk M eningkatkan Scientific Reasoning Siswa Smp

Pada M ateri Kalor

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Baik 5,8,12,14,16,20,21,25,29,31 10 soal

Baik sekali - -

4. Taraf Kesukaran

Indeks kesukaran adalah bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya suatu soal. Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 (sukar) sampai 1,00 (mudah). Rumus mencari indeks kesukaran adalah :

(Suharsimi Arikunto, 2009:207-210) Keterangan :

P : indeks kesukaran

B : banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul JS : jumlah seluruh siswa peserta tes

Tabel 3.9 Klasifikasi Indeks Taraf Kesukaran Indeks kesukaran Kategori

0,00 – 0,30 Sukar 0,3 1– 0,70 Sedang 0,71 – 1,00 Mudah

(Suharsimi Arikunto, 2009:207-210)

Hasil uji coba instrument, didapat taraf kesukaran soal sebagai berikut : Tabel 3.10 Taraf Kesukaran Hasil Uji Coba Instrumen

Taraf kesukaran

No soal Jumlah

[image:30.596.123.461.113.157.2]
(31)

M aya M aryanti, 2014

Penerapan Pendekatan Levels Of Inquiry Untuk M eningkatkan Scientific Reasoning Siswa Smp

Pada M ateri Kalor

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sedang 5,7,9,12,14,15,19,21,24,25,29,31 12 soal Sukar 1,2,3,4,6,8,10,11,13,16,17,18,22,27,28,30,32,33,34 19 soal

Berikut adalah tabel rekapitulasi hasil pengembangan instrument.

Tabel 3.11 Rekapitulasi Hasil Pengembangan Instrument

No

Soal Aspek SR

Validitas

Empirik Validitas Ahli Daya Pembeda

Tingkat Kesukaran

Ket Nilai Kategori Nilai Kategori Nilai Kategori Nilai Kategori

1 Causal

Reasoning 0.44 Sedang 0.42 Sedang 0.5 Baik 0.47 Sedang Dibuang 2 Causal

Reasoning 0.37 Rendah 0.78 Tinggi 0.5 Baik 0.69 Sedang Dipakai 3 Control of

Variabel 0.15

Sangat

Rendah 0.56 Sedang 0.2 Jelek 0.11 Sukar Dibuang 4 Control of

Variabel 0.16

Sangat

Rendah 0.72 Tinggi 0.2 Jelek 0.13 Sukar Direvisi 5 Control of

Variabel 0.32 Rendah 0.69 Tinggi 0.3 Cukup 0.58 Sedang Dipakai 6 Control of

Variabel -0

Tidak

Valid 0.81

Sangat

Tinggi 0.1 Jelek 0.639 Sedang Direvisi 7 Proportional

Reasoning 0.2

Sangat

Rendah 0.33 Rendah 0.2 Jelek 0.417 Sedang Dipakai 8 Proportional

Reasoning 0.45 Sedang 0.28 Rendah 0.5 Baik 0.444 Sedang Dipakai 9 Corelational

Reasoning 0.35 Rendah 1

Sangat

Tinggi 0.3 Cukup 0.75 Mudah Dipakai 10 Corelational

Reasoning 0.28 Rendah 0.78 Tinggi 0.2 Jelek 0.472 Sedang Dibuang 11 Control of

[image:31.596.72.573.252.679.2]
(32)

M aya M aryanti, 2014

Penerapan Pendekatan Levels Of Inquiry Untuk M eningkatkan Scientific Reasoning Siswa Smp

Pada M ateri Kalor

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 12 Corelational

Reasoning 0.38 Rendah 0.78 Tinggi 0.3 Cukup 0.861 Mudah Dipakai 13

Hypotetical-Deductive Reasoning

0.09 Sangat

Rendah 0.89

Sangat

Tinggi 0.4 Cukup 0.778 Mudah Direvisi

14

Hypotetical-Deductive Reasoning

0.52 Sedang 0.83 Sangat

Tinggi 0.6 Baik 0.722 Mudah Dipakai 15 Causal

Reasoning 0.2

Sangat

Rendah 0.83

Sangat

Tinggi 0.3 Cukup 0.694 Sedang Direvisi 16 Causal

Reasoning 0.43 Sedang 0.81

Sangat

Tinggi 0.5 Baik 0.556 Sedang Dipakai 17 Causal

Reasoning 0.07

Sangat

Rendah 0.92

Sangat

Tinggi 0.1 Jelek 0.611 Sedang Dipakai 18 Deductive

Reasoning 0.57 Sedang 0.69 Tinggi 0.9

Sangat

Baik 0.722 Mudah Dipakai 19 Causal

Reasoning 0.08

Sangat

Rendah 0.92

Sangat

Tinggi 0.3 Cukup 0.833 Mudah Dibuang 20 Causal

Reasoning 0.3 Rendah 0.58 Sedang 0.4 Cukup 0.889 Mudah Dibuang 21 Deductive

Reasoning -0

Tidak

Valid 0.67 Tinggi 0.2 Jelek 0.889 Mudah Dipakai 22 Causal

Reasoning 0.2

Sangat

Rendah 0.67 Tinggi 0.2 Jelek 0.417 Sedang Dibuang 23 Causal

Reasoning 0.25 Rendah 0.5 Sedang 0.4 Cukup 0.75 Mudah Direvisi 24 Deductive

Reasoning 0.58 Sedang 0.5 Sedang 0.6 Baik 0.722 Mudah Dipaki 25 Corelational

Reasoning 0.26 Rendah 1

Sangat

Tinggi 0.4 Cukup 0.889 Mudah Dipakai 26 Corelational

Reasoning 0.14

Sangat

Rendah 0.42 Sedang 0.2 Jelek 0.861 Mudah Direvisi 27 Corelational

Reasoning 0.21 Rendah 0.47 Sedang 0.3 Cukup 0.667 Sedang Dibuang 28 Corelational

(33)

M aya M aryanti, 2014

Penerapan Pendekatan Levels Of Inquiry Untuk M eningkatkan Scientific Reasoning Siswa Smp

Pada M ateri Kalor

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 29 Corelational

Reasoning 0.57 Sedang 0.31 Rendah 0.8

Sangat

Baik 0.472 Sedang Dibuang 30 Corelational

Reasoning 0.39 Rendah 0.42 Sedang 0.7 Baik 0.5 Sedang Dipakai 31 Corelational

Reasoning 0.06

Sangat

Rendah 0.5 Sedang 0.4 Cukup 0.861 Mudah Direvisi 32 Causal

Reasoning -0.1

Tidak

Valid 0.92

Sangat

Tinggi 0.5 Baik 0.306 Sedang Dibuang 33 Corelational

Reasoning 0.2

Sangat

Rendah 1

Sangat

Tinggi 0.5 Baik 0.417 Sedang Dibuang 34 Deductive

Reasoning -0.2

Tidak

Valid 0.58 Sedang 0.8

Sangat

Baik 0.528 Sedang Direvisi

c. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, data yang diperoleh ada dua buah data yaitu data achievement scientific reasoning siswa dan data keterlaksanaan pendekatan levels

of inquiry yang diperoleh dari lembar observasi dan transkrip video pembelajaran

dan lembar observasi keterlaksanaan pendekatan levels of inquiry. 1. Tes

Tes yang dilakukan peneliti ialah pretest (sebelum diperlakuan) dan posttest (setelah diberi perlakuan) secara tertulis dengan soal yang diteskan pada pre dan post ialah soal yang sama. Waktu pelaksanaannya ialah 80 menit.

2. Observasi

(34)

M aya M aryanti, 2014

Penerapan Pendekatan Levels Of Inquiry Untuk M eningkatkan Scientific Reasoning Siswa Smp

Pada M ateri Kalor

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

apa yang akan diamati dan ketiga observer tersebut diberikan lembar observasi dan rubrik penilaian sebagai pedoman observasi. Setelah didapatkan data hasil pengamatan dari observer, maka peneliti menganalisis hingga membuat kesimpulan tentang keterlaksanaan pendekatan levels of inquiry

3. Pendekatan Dokumentasi dengan Video Rekaman

Video rekaman digunakan untuk merekam penerapan pendekatan levels of inquiry selama pembelajaran berlangsung. Peneliti meminta tolong satu orang

untuk bertugas merekam pembelajaran. Setelah di dapatkan rekaman video maka peneliti mentranskripkan video dan menganalisis apakah tahapan levels of inquiry telah di lakukan dengan baik atau tidak.

d. Analisis Data

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka teknik analisis yang digunakan ada dua yakni teknik analisis data secara tes dan non tes. Dapat dirinci sebagai berikut :

1) Peningkatan Scientific Reasoning

Teknik analisis data yang digunakan adalah dengan menggunakan cohen’s effect size. Perhitungan effect size dimaksudkan untuk mengetahui besarnya

kontribusi levels of inquiry terhadap peningkatan scientific reasoning siswa. Rosenthal (dalam Dunst, C.J, dkk, 2004, hlm.1) menyatakan bahwa “an effect size is a measure of the magnitude of the strength of a relationship between an

independent (intervention) and dependent (outcome) variable”. Effect size yang

digunakan untuk menganalisis data adalah dengan persamaan effect size from single-participant research design karena dalam penelitian ini hanya menggunakan satu kelas saja. Perhitungan ini didasarkan pada hasil pretest dan postest siswa. Formula yang terdapat dalam effect size from single-participant

(35)

M aya M aryanti, 2014

Penerapan Pendekatan Levels Of Inquiry Untuk M eningkatkan Scientific Reasoning Siswa Smp

Pada M ateri Kalor

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

korelasi ini adalah suatu alat statistik, yang dapat digunakan untuk untuk membandingkan hasil pengukuran dua variabel yang berbeda agar dapat menentukan tingkat hubungan antara variabel-variabel ini (Arikunto, 2010, hlm 313). Koefisien korelasi yang digunakan adalah koefien korelasi product moment (r).

Formula yang pertama adalah formula yang dipakai bila koefisien korelasi pretest dan postest adalah kecil. Formulanya adalah sebagai berikut:

D = …1)

(Sigurdsson dkk dalam Carl J. Dunst dkk, 2004, hlm 6)

Mi = rata-rata skor postest Mb = rata-rata skor pretest SDi = standar deviasi postest SDb = standar deviasi pretest

Formula kedua yang digunakan adalah formula bila koefisien korelasi antara skor pretest dan posttest besar. Maka formula yang digunakan adalah sebagain berikut :

D = …2)

(Sigurdsson dkk dalam Carl J. Dunst dkk, 2004, hlm 6) Mi = rata-rata skor postest

Mb = rata-rata skor pretest

SDp = )^0,5

(36)

M aya M aryanti, 2014

Penerapan Pendekatan Levels Of Inquiry Untuk M eningkatkan Scientific Reasoning Siswa Smp

Pada M ateri Kalor

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Adapun kriteria effect size dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.12 Kriteria Effect Size Effect Size Pengaruh 0,0-0,1 Tidak berpengaruh

0,2-0,4 Kecil

0,5-0,7 Sedang

0,8-tak hingga Besar

Cohen (dalam Dennis, 2012, hlm 4) Adapun koefisien korelasi yang digunakan adalah koefisien korelasi

product moment.

(Sudjana, 2005: 369)

2) Data Observasi Keterlaksanaan Pendekatan Levels of Iinquiry

Untuk mengetahui keterlaksanaan pendekatan levels of inquiry, maka tahapan yang dilakukan oleh peneliti ialah:

 Menghitung jumlah jawaban Ya yang telah diisi oleh observer pada lembar observasi keterlaksanaan pendekatan levels of inquiry. Setiap satu jawaban Ya di beri skor 1.

[image:36.596.220.499.145.278.2]
(37)

M aya M aryanti, 2014

Penerapan Pendekatan Levels Of Inquiry Untuk M eningkatkan Scientific Reasoning Siswa Smp

Pada M ateri Kalor

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

 Menafsirkan hasil perhitungan dengan menentukan kategori keterlaksanaan pendekatan LOI sesuai tabel di bawah ini:

Tabel 3.13 interpretasi keterlaksanaan model % kategori keterlaksanaan

model (KM)

Kategori

KM = 0 Tidak satupun kegiatan terlaksana Sebagian kecil kegiatan terlaksana Hampir setengah kegiatan terlaksana KM = 50 Setengah kegiatan terlaksana

Sebagaian besar kegiatan terlaksana Hampir seluruh kegiatan terlaksana KM = 100 Seluruh kegiatan terlaksana

[image:37.596.140.511.258.462.2]
(38)

M aya M aryanti, 2014

Penerapan Pendekatan Levels Of Inquiry Untuk M eningkatkan Scientific Reasoning Siswa Smp

Pada M ateri Kalor

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan persamaan

effect size maka dapat diperoleh simpulan sebagai berikut:

1. Peningkatan scientific reasoning berada pada kategori besar. Hal

ini menunjukan bahwa pendekatan levels of inqiry memberikan

kontribusi yang besar dalam meningkatkan scientific reasoning

siswa.

2. Peningkatan aspek correlational reasoning, causal reasoning,

control of variable, hypothetical-deductive reasoning, dan

deductive reasoning berada pada kategori besar. Hal ini

menunjukan bahwa pendekatan levels of inqiry memberikan

kontribusi yang besar dalam meningkatkan scientific reasoning

siswa. Aspek proportional reasoning berada pada kategori sedang yang menunjukan bahwa pendekatan levels of inqiry memberikan kontribusi yang besar dalam meningkatkan scientific reasoning

siswa.

3. Peningkatan scientific reasoning pada sub pokok bahasan kalor berada pada kategori besar. Hal ini menunjukan bahwa pendekatan

levels of inqiry memberikan kontribusi yang besar dalam

meningkatkan scientific reasoning siswa.

(39)

M aya M aryanti, 2014

Penerapan Pendekatan Levels Of Inquiry Untuk M eningkatkan Scientific Reasoning Siswa Smp

Pada M ateri Kalor

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penelitian yang telah dilakukan yakni penerapan pendekatan levels

of inquiry masih terdapat kekurangan-kekurangan dan kendala dalam

pelaksanaan, untuk itu peneliti menyarankan sebagai berikut:

1. Proportional reasoning merupakan kemampuan siswa dalam

menentukam hubungan kesebandingan dan rasio diantara dua

kuantitas. Aspek ini harus lebih terfasilitasi pada tahap interactive

demonstration. Sehingga pada tahap interactive demonstration ini

aspek proportional reasoning dapat terlatihkan secara maksimal.

2. Ketika ingin melihat proses pembelajaran secara utuh dengan

menggunakan alat perekam, usahakan jangan ada yang terpotong

ketika proses pembelajaran. Alat perekam harus menangkap setiap

gerak-gerik guru dan siswa. Sehingga seluruh proses pembelajaran

terlihat utuh.

3. Diperlukan pengembangan lebih lanjut untuk mengetahui

peningkatan scientific reasoning siswa pada aspek proportional

(40)

M aya M aryanti, 2014

Penerapan Pendekatan Levels Of Inquiry Untuk M eningkatkan Scientific Reasoning Siswa Smp

Pada M ateri Kalor

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Aiken, (2010). Content Validity And Reliability Of Single Items Or Questionners. Malibu: Papperdine University.

Ammer, at all. (2005). “Basic Proficiencies in Scientific Reasoning”. Forsburg State University

Arikunto S. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Arikunto,S. 2010.Prosedur Penelitin. Jakarta: Rineka Cipta.

Badan Standar Nasional Pendidikan. (2007). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses. Jakarta : BSNP

Bao, et all. (2009). ” Learning and Scientific Reasoning”. Vol. 323. sciencemag.org

Bao, et all. (2012). “International Partnership of Education Reasearch an

Communication (IIPERC)” [online]. Tersedia:

www.iperc.org/home/reasearch-sr/ [Januari 2014]

Cartono. (2007). Assesment Dalam Pembelajaran Sains. Disertasi. Universitas Pendidikan Indonesia

(41)

M aya M aryanti, 2014

Penerapan Pendekatan Levels Of Inquiry Untuk M eningkatkan Scientific Reasoning Siswa Smp

Pada M ateri Kalor

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Han, Jing. (2013). “Scientific Reasoning: Research, Development, And

Assessment”. Disertasi pada The Ohio State University.

Ketut Suma (2010). “Efektivitas Pembelajaran Berbasis Inkuiri Dalam Peningkatan Pengusaan Konten Dan Penalaran Ilmiah Calon Guru Fisika”. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, Jilid 43, Nomor 6, April 2010, hlm.47 – 55

Kathleen Koenig (2010). Explicitly Targeting Pre-service Teacher Scientific Reasoning Abilities and Understanding of Nature of Science through an Introductory Science Course. Winter 2012 Vol. 21, No. 2.

Lawson, A.E. (1992). The Development of Reasoning Among College Biology Student A Review of Research. Journal of College Science Teaching,XXI (6):338-346.

Lawson, A.E. (1994). Science Teaching and Development Of Thingking. California. Wadsworth Publishing Company Belmont.

Sanjaya, Wina. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta.

Sudaryono. (2012).Dasar-dasar Evaluasi Pembelajaran.Yogyakarta:Gra ha Ilmu

Sugiyono. (2013).Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.Bandung. Alfabeta

Setiyo, Budi. (2011). Menyusun Tes Hasil Belajar. Bandung. CV. Cakra.

(42)

M aya M aryanti, 2014

Penerapan Pendekatan Levels Of Inquiry Untuk M eningkatkan Scientific Reasoning Siswa Smp

Pada M ateri Kalor

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Wenning, Carl. (2005).” Levels of inquiry: Hierarchies of pedagogical practices

and inquiry processes”. J. Phys. Tchr. Educ. Online

Wenning,Carl. (2010). “Levels of inquiry: Using inquiry spectrum learning

sequences to teach science”.J. Phys. Tchr. Educ. Online

Wenning,Carl. (2011). Levels of Inquiry Model of Science Teaching: Learning sequences to lesson plans. J. Phys. Tchr. Educ. Online, 6(2), Summer 2011. Online

Wenning, Carl & Vieyra. (2014). Intelectual Skills Scientific Reasoning. And Critical Thinking. Online.

Zimmerman, C. (2007). “The Development of Scientific Reasoning Skills: What Psychologists Contribute to an Understanding of Elementary Science

Learning”. Illinois State University

Zimmerman, C. (2007). “The development of scientiWc thinking skills in

Gambar

Gambar 3.1 Diagram Alur Penelitian
Tabel 3.2 Distribusi soal scientific reasoning
Tabel 3.3 Kriteria Validitas
Tabel 3.5 Kriteria Validitas
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sebagaimana telah dikemukakan pada Bab I, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui realisasi tindak tutur direktif dokter gigi terhadap pasien anak usia

Pilihlah salah satu jawaban yang paling sesuai menurut pendapat saudara yang menyangkut pengaruh citra merek dan perilaku konsumen serta kaitannya dengan Keputusan Pembelian

Orang dan proses secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel kepuasan berkunjung dan dilihat dari hasil output pengolahan data nilai Adjusted R

Java pertama kali dikembangkan oleh sebuah team yang diketuai oleh James Gos Line dalam perusahaan Sun Macro System, dikenal dengan nama Oak, yang dirancang pada tahun 1991. Tahun

Gambar 4.1 Display Data Pasangan Bintang dan Soni.... Tabel 2.1 Pembagian peran Duvall

Kerajaan adalah sistem yang tidak benar dalam pandangan pemikiran Hizbut Ideologi politik Hizbut Tahrir adalah Islam dengan menerapkan hukum.. Islam dalam

Bila transformator didesain dengan standar IEC dengan suhu sekitar 20 0 C tetapi beroperasi di Indonesia dimana suhu lingkungan sekitar 30 0 C maka trafo tersebut harus

Pada metode euler transformasi dari satu bentuk koordinat ke dalam bentuk koordinat yang lain dapat dibangun dengan tiga rotasi berurutan dengan sumbu yang