BAB II
KONSEP POLITIK PEMBANGUNAN HIZBUT TAHRIR
INDONESIA
A. Profil Hizbut Tahrir
Sebelum menjelaskan tentang konsep politik pembangunan Islam Hizbut
Tahrir, maka peneliti akan menjelaskan terlebih dahulu profil Hizbut tahrir,
pemikiran, tujuan, dan aktivitasnya.
1. Awal Mula Berdirinya Hizbut Tahrir
Hizbut Tahrir merupakan organisasi Politik Islam berskala internasional,
yang aktif menyeru dan memperjuangkan dakwah Islam, agar umat Islam kembali
kepada kehidupan Islam melalui tegaknya khilafah islamiyyah. Pendiri Hizbut
Tahrir adalah Taqiyuddin an-Nabhani, Hizbut Tahrir secara resmi berdiri pada
tahun 1953 M, di Al-Quds, yerussalem.40
Taqiyyudin al-nabhani adalah pendiri sekaligus pemimpin pertama Hizbut
Tahrir, ia memimpin Hizbut Tahrir hingga wafat, yaitu pada tahun 1977 M.
Taqiyyudin an-Nabhani merupakan lulusan Universitas Al-Azhar, kairo, Mesir.
Seorang hakim di mahkamah syar’iyah, Al-Quds, dan salah seorang ulama
berpengaruh di palestina.41
40
Ihsan Samarah. 2002. Biografi Singkat Taqiyuddin al-Nabhani. Bogor: Al-Izzah Press. hal. 4.
41
Taqiyuudin Al-Nabhani.1996.Membangun Sistem Ekonomi Alternatif Perspektif Islam, Terj. Nur khalish. Surabaya: Risalah Gusti. hal. 359.
Hizbut Tahrir dipegang oleh Abdul Qodim Zallum hingga wafat tahun 2003.
Setelah itu dilanjutkan oleh syeikh Atha’ Abu Rastah hingga saat ini.42
Alasan Hizbut Tahrir didirikan adalah pertama, memenuhi seruan Allah
SWT. Kedua, kemorosotan dan kemunduran yang menimpa kaum muslim dan
ingin memperbaiki itu semua. Ketiga, mengembalikan khilafah, serta menegakkan
kembali hukum-hukum Islam secara menyeluruh dalam seluruh aspek
kehidupan.43
2. Sejarah Hizbut Tahrir di Indonesia
Pada tahun 1982-1983 Hizbut Tahrir masuk ke Indonesia, dengan
semangat dan misi menegakkan khilafah. Di berbagai kampus dan perguruan
tinggi Hizbut Tahrir melalui lembaga dakwah kampus menyebarkan gagasan
khilafahnya.44
Tokoh HTI banyak yang berdomisili di Bogor dan upaya mereka dalam
mensosialisasikan gerakannya mendapat sambutan positif dari kalangan civitas
academica Institut Pertanian Bogor (IPB), sehingga salah satu pimpinan pusat Hizbut Tahrir Indonesia resmi melakukan aktifitasnya secara
terbuka pada tahun 2000, semenjak terselenggaranya konferensi nasional. Di
Indonesia Hizbut Tahrir dikenal dengan nama Hizbut Tahrir Indonesia yang
disingkat dengan HTI.
42
Ihsan Samarah. Op.Cit. hal. 5-6.
43
Muhammad Muhsin Rodhi. Tsaqofah dan Metode Hizbut Tahrir dalam Mendirikan Negara Khilafah, Terj. M.Bajuri dan Romli Abu Wafa. 2012. Bogor: Al Azhar Fresh Zone Publishing. hal. 29.
44
HTI adalah alumnus dan dosen IPB yakni Muhammad al-Khattat. 45
Penanggungjawab kewilayahan nasional disebut Juru Bicara (Jubir) yang saat ini
untuk Indonesia dipegang oleh Ismail Yusanto.46
3. Pemikiran, Tujuan dan Aktivitas Hizbut Tahrir
a. Pemikiran Hizbut Tahrir
Dasar pemikiran yang menjadi dasar berdirinya Hizbut Tahrir adalah
pemikiran Islam. Hizbut Tahrir menjelaskan setiap pemikiran yang diadopsinya
dalam berbagai buku dan pamflet yang dikeluarkan, serta menjelaskan dalil dari
setiap pendapat, pemikiran, konsep yang diadopsi Hizbut Tahrir.47
Hizbut Tahrir menolak segala sistem politik atau pemerintahan negara
yang diluar atau tidak bersumber dari Islam. Beberapa sistem yang sedang berlaku
di dunia saat sekarang ini, seperti demokrasi, sosialisme, Republik, ataupun
Kerajaan adalah sistem yang tidak benar dalam pandangan pemikiran Hizbut Ideologi politik Hizbut Tahrir adalah Islam dengan menerapkan hukum
Islam dalam bingkai Khilafah. Hizbut Tahrir berpegang pada dalil Al-Quran dan
Hadist Nabi serta Ijma’ para Sahabat Rasulullah dalam mendukung dan
membenarkan ide khilafahnya. Dengan itu Hizbut Tahrir menguatkan dasar
pemikiran politik Islamnya.
45
Endang Turmudzi dan Riza Sihabudin (ed.). 2006. Islam dan Radikalisme di Indonesia. Jakarta: LIPI Press. hal. 266.
46
Ibid. hal. 267.
47
Tahrir. Khilafah adalah satu-satunya konsep negara yang dipercayai dan diakui
oleh Hizbut Tahrir.
Hizbut Tahrir berpendapat bahwa negara dengan konsep Khilafah pertama
kali yang berdiri dan diterapkan adalah pada masa Nabi Muhammad Rasulullah
SAW. Setelah beliau wafat kepemimpinan dilanjutkan oleh khulufaur rosyidun,
hingga setelah masa kepemimpinan 4 sahabat berakhir dilanjutkan berturut-turut
oleh Bani Umayyah, Bani Abbasiyah, dan Kekhalifahan Turki Usmani (Bani
Usmani) sebagai kekhalifahan terakhir.
Dengan berakhirnya pemerintahan turki usmani Hizbut Tahrir
menganggap bahwa saat ini umat Islam di seluruh dunia tidak memiliki pemimpin
yang satu, umat Islam di dunia telah kehilangan pemimpinnya. Sehingga Hizbut
Tahrir bangkit sebagai kelompok Islam yang berusaha membangkitkan semangat
dan menyadarkan umat Islam seluruh dunia untuk kembali menegakkan Khilafah
dan menyatukan seluruh negeri Islam dalam satu kepemimpinan dan satu sistem,
yang pernah terjadi pada masa dahulu.
Konsep dan sistem Khilafah yang dianut oleh Hizbut Tahrir banyak
merujuk pada sistem yang pernah diterapkan oleh Nabi Muhammad SAW semasa
kepemimpinan beliau di madinah dan Makkah. Juga merujuk dari praktek
kepemimpinan para sahabat (khulufaur rosyidun). Dengan praktek pada masa itu
Hizbut Tahrir menjadikannya sebagai standar baku pemikiran Hizbut Tahrir dan
b. Tujuan Hizbut Tahrir
Tujuan Hizbut Tahrir ialah mengembalikan kaum muslim kedalam
kehidupan Islam di dalam Dar al-Islam dan masyarakat Islam, dimana seluruh
kehidupan di dalamnya dijalankan sesuai dengan hukum-hukum Syara’ yang
menjadi pandangan hidup (way of life) di bawah naungan negara Islam, yaitu
negara khilafah yaitu, negara yang dipimpin oleh seorang Khalifah yang dibai’at
oleh kaum Muslim.48
Hizbut Tahrir bertujuan mengembalikan kemuliaan dan keagungan umat
Islam, dengan cara merebut kembali kendali kepemimpinan dunia, umat dan
bangsa. Sehingga negara umat Islam kembali menjadi negara nomor satu di dunia.
Membimbing dan memimpin umat manusia melakukan pergolakan pergolakan
terhadap kekufuran, sistem dan pemikiran kufur, hingga Islam tersebar secara
menyeluruh di seluruh dunia.49
c. Aktivitas Hizbut Tahrir
Pertama, pengkaderan (at-tatsqif). Membina individu-individu melalui
kelompok kajian (halaqah), agar memperbanyak jumlah anggota, membentuk
kepribadian Islam yang berkualitas. Membina masyarakat dengan pemikiran dan
hukum Islam yang diadopsi Hizbut Tahrir, dengan harapan membentuk dukungan
umat Islam sehingga bisa dipimpin untuk menegakkan khilafah.
48
Ibid.
49
Kedua, perang pemikiran (as-shira’ al-fikriy) terhadap akidah, sistem dan
pemikiran kufur, dan juga terhadap akidah yang rusak, pemikiran yang salah, dan
konsep yang keliru, dengan cara mengungkap kepalsuan, kekeliruan dan
kontradiksinya dengan Islam.
Ketiga, perjuangan politik (al-kifah as-siyasi). Perjuangan politik ini
tercermin dalam aktivitas berikut:
• Berjuang melawan negara-negara penjajah yang memiliki kekuasaan dan
pengaruh di negeri-negeri Islam. Berjuang melawan penjajahan dalam
segala bentuknya, baik berupa pemikiran, politik, ekonomi maupun militer.
Mengungkap persekongkolan di tengah-tengah mereka agar umat selamat
dari dominasinya, serta terbebas dari pengaruhnya dalam berbagai
bentuknya.
• Menentang para penguasa di negeri-negeri arab dan negeri-negeri Islam.
Mengungkap kejahatan mereka, mengoreksinya dan mengkritiknya. Juga
melakukan pembersihan terhadap pemerintahan yang menerapkan hukum
dan sistem kufur, kemudain menggatinya dengan pemerintahan Islam.
Keempat, mengadopsi kepentingan umat yang bersifat substansial dengan
menjelaskan hukum syara’ terhadap berbagai peristiwa dan problem aktual.50
50
Hizbut Tahrir berjuang dan bergerak di tengah-tengah masyarakat dengan
melontarkan wacana mendirikan kembali khilafah Islamiyah. Adapun maksud dan
arti didirikannya khilafah oleh Hizbut Tahrir diantaranya adalah :
1. Penegakan hukum-hukum syari'ah ditengah-tengah kaum muslim,
sekaligus pencampakan hukum-hukum kufur yang diterapkan atas mereka
saat ini.
2. Penyebaran Islam ke seluruh dunia melalui dakwah dan jihad untuk
mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya yang
terangbenderang.
3. Penyatuan negeri-negeri kaum muslim di dalam lindungan satu negara di
bawah kepemimpinan seorang khalifah. Tegaknya khalifah menandakan
berakhirnya perpecahan dan ketercerai-beraian yang sengaja diadakan oleh
kaum kafir dan kaki tangan mereka di negerinegeri kaum muslim.
4. Pengembalian ikatan ukhuwah islamiyah, sebagaimana sabda
Nabi……"Seorang Muslim adalah saudara muslim yang lain. Karena itu,
ikatan ukhuwah adalah satu-satunya ikatan yang menggantikan
ikatan-ikatan Jahiliyah seperti ikatan-ikatan patriotisme, nasionalisme, kesukuan dan
yang lainnya, yang telah memecah belah kaum muslim saat ini.
5. Kembalinya umat mendapatkan kekuasaannya yang telah dirampas. Umat
juga memegang kembali kehendak dan keputusan di tangan mereka
6. Pembebasan negeri-negeri kaum muslim yang dikuasai oleh kekuasaan
yang zolim, seperti Irak, Afganistan, Kashmir, Timor Timur dan yang lain.
7. Realisasi jaminan pemenuhan makanan pokok bagi kaum muslim dengan
menempuh strategi-strategi yang bertujuan menjamin pencapaian
swasembada bahkan lebih baik, baik dari hasil-pertanian, peternakan,
perikanan laut maupun darat.
8. Realisasi keamanan industrial melalui strategi politik pembangunan dan
pengembangan industri berat untuk memproduksi berbagai peralatan,
mesin-mesin pabrik dan persenjataan, sekaligus menghentikan sikap
mengekor dan mengemis-ngemis di depan pintu negara-negara barat.
9. Pemberdayaan sumber daya umat yang amat besar melalui politik
pendidikan yang bertujuan membuka ruang dan kesempatan bagi semua
orang. Dengan demikian mereka menjadi orang-orang yang kreatif dan
produktif demi kepentingan agama dan umat mereka. Dengan itu pula
dapat mengurangi akumulasi jumlah penganguran meski berijazah tinggi.
10.Pengembalian kekuasaan umat atas kekayaan-kekayaannya sehingga umat
menjadi pemilik murni akan kekayaan-kekayaan itu.
11.Penyebarluasan kebaikan, keutamaan, keadilan serta penjagaan atas darah,
kekayaan, kehormatan dan kemuliaan kaum muslim.51
51
B. Politik Pembangunan Islam Hizbut Tahrir
Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam kerangka teori bahwa politik
pembangunan Islam menurut warjio, yaitu:
“Politik pembangunan Islam sebagai suatu konsep diperlukan untuk menjelaskan bagaimana cara-cara (politik) atau strategi-strategi/aliran tertentu yang digunakan dalam konteks pembangunan mencapai sasarannya dengan cara-cara Islam. Cara atau strategi Islam ini dapat dilakukan oleh negara, institusi/organisasi ataupun partai politik.”52
“Politik pembangunan memliliki nilai, rencana, visi maupun strategi. Nilai strategi, rencana strategis, visi, maupun misi itulah yang terkandung dalam politik pembangunan.”
Berdasarkan penjelasan warjio, maka suatu institusi atau organisasi Islam yang
melakukan pembangunan tentunya memiliki strategi-strategi atau cara-cara dalam
konteks pembangunannya dan dengan adanya konsep politik pembangunan Islam
hadir untuk menjelaskannya. Maka, Hizbut Tahrir sebagai organisasi Islam dapat
diketahui bagaimana politik pembangunan Islamnya.
Untuk menjelaskan politik pembangunan Islam Hizbut Tahrir, maka
diperlukan penjelasan tentang bagaimana nilai, rencana, visi maupun strategi yang
dimiliki Hizbut tahrir. Karena, nilai, rencana, visi maupun strategi adalah yang
terkandung dalam politik pembangunan. Sebagaimana dikatakan warjio, yaitu:
53
Selain itu dari strategi dan cara yang dijalankan dalam upaya
pembangunan yang hendak dicapai dapat menunjukkan ideologi suatu
52
Warjio. 2013. Politik Pembangunan Islam (Pemikiran dan Implementasi). Medan: Perdana Publishing. hal. xviii.
53
institusi/organisasi yang melakukan pembangunan tersebut, sebagai mana
dikatakan warjio, yaitu:
“politik pembangunan bukan saja mengenai cara atau strategi yang hendak dicapai dalam pembangunan tetapi juga pemikiran atau ideologi yang termaktub dalam pembangunan dari strategi dan cara yang dijalankan itu.”54
GAMBAR 2.1
Adapun kegiatan yang dilakukan dalam Politik Pembanguna Islam adalah
untuk Mempromosikan Budaya Politik Islam dan Membangun Institusi Islam,
Struktur dan Administrasi, sebagaimana diterangkan dalam gambar :
54
Warjio. Op. Cit. hal. xix.
Pembangunan dalam prespektif Islam
Revitalisasi Budaya Islam ke dalam semua aspek institusi
POLITIK PEMBANGUNAN ISLAM
Mempromosikan Budaya Politik Islam dan Membangun Institusi Islam,Struktur dan
Administrasi
Berikut penjelasan politik pembangunan Islam Hizbut Tahrir.
1. Dasar Pemikiran Khilafah
Visi ataupun misi merupakan bagian yang terkandung dalam politik
pembangunan. Sebagaimana yang diungkapkan warjio, yaitu:
“Politik pembangunan memliliki nilai, rencana, visi maupun strategi. Nilai strategi, rencana strategis, visi, maupun misi itulah yang terkandung dalam politik pembangunan.”55
Menurut Hizbut Tahrir khilafah ialah “kepemimpinan umum bagi seluruh
kaum muslim di dunia untuk menegakkan hukum-hukum perundang-undangan
Islam dan mengemban dakwah Islam ke seluruh dunia”.
Maka visi yang dimiliki oleh Hizbut tahrir adalah bagian dari Politik
Pembangunan Islam Hizbut Tahrir. Adapun yang menjadi visi dan misi dari
Hizbut Tahrir adalah mendirikan negara berbentuk khilafah.
56
Negara khilafah (negara Islamiyah) memiliki dua fungsi utama, yakni :
pertama, menerapkan hukum-hukum syara’ terhadap seluruh rakyat.
Mengumpulkan zakat dan mendistribusikannya, melaksanakan hudud, Intinya Hizbut Tahrir
menganggap bahwa seluruh umat Islam di dunia harus memiliki seorang
pemimpin yang menyatukan seluruh umat Islam di dunia. Dengan kata lain
seluruh umat Islam di dunia haruslah berkemimpinan kepada satu orang dan
menjalankan hukum Islam secara menyeluruh dalam kehidupan, serta tidak
terpecah manjadi negara-negara seperti saat sekarang ini.
55
Warjio. Op. Cit. hal. 70.
56
memelihara urusan manusia dengan Islam, dan mengatur sistem kehidupan Islam
secara umum. Kedua, mengemban dakwah Islam keluar batas kekuasaan negara
Islamiyah sampai keseluruh dunia, dan melenyapkan setiap bentuk penghalang
yang menghambat jalannya dakwah Islam dengan jihad.
Hizbut Tahrir berpendapat bahwa hukum menegakkan khilafah adalah
wajib, dengan berpedoman pada beberapa dalil dari beberapa sumber, yaitu
Al-qur’an, As-Sunnah (hadist), ijma’ sahabat (kesepakatan para sahabat Nabi).
Seperti : Surat Al-Maidah ayat 48-49, surat An-Nisa’ ayat 59.
“maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka supaya mereka tidak memalinkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu.”57
“Hai orang-orang yang beriman,taatilah Allah dan taatilah Rasul(Nya), dan ulil amri di antara kamu.”58
Maksud ayat tersebut adalah berupa khitob (seruan) Allah SWT kepada
Rasul-Nya agar memutuskan perkara di antara manusia menurut apa yang
diturunkan Allah adalah juga khitob (seruan) kepada umatnya. Artinya mereka
diperintahkan agar mewujudkan (mengangkat) penguasa setelah Rasulullah SAW
yang akan memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang telah
diturunkan Allah. Perintah pada khitob (seruan) tersebut menunjukkan pada
perintah yang tegas atau harus (jazm). Penguasa yang memutusakn perkara di
57
Q.S Al maidah 48-49.
58
antara manusia menurut apa yang telah Allah turunkan, setelah wafatnya
Rasulullah SAW adalah khalifah. Berdasarkan hal ini, maka sistem pemerintahan
Islam adalah khilafah. Melaksanakan hudud dan hukum-hukum syara’ adalah
wajib. Dengan demikian, mewujudkan penguasa yang melaksanakan syari’at
(hukum-hukum Islam) adalah wajib. Sedangkan penguasa yag sesuai dengan
kriteria tersebut adalah khalifah, dan sistem pemerintahannya adalah sistem
khilafah.59
“Barangsiapa menarik ketaatan (kepada Allah), maka pada hari kiamat ia akan bertemu Allah dengan tidak memiliki hujjah. Dan barangsiapa mati sedang pada pundaknya tidak ada bai’at (kepada khalifah), maka ia mati seperti mati jahiliyah.”
Dalil berdasarkan As-Sunnah (hadist) tentang wajibnya khilafah, Hizbut
Tahrir berdalil dengan sabda Rasulullah SAW:
60
Hadist Nabi tersebut mewajibkan kepada kaum Muslim agar adanya
bai’at. Bai’at setelah kepergian (wafatnya) Nabi itu tidak ada kecuali kepada
Khalifah, bukan yang lain. Karena Hadist tersebut mewajibkan adanya bai’at di
pundak setiap orang Islam, maka kewajiban bai’at atas setiap orang Islam itu
dapat direalisasikan hanya dengan adanya Khalifah.61
Adapun dalil Ijma’ sahabat, maka sesungguhnya para sahabat telah
berijma’ atas wajibnya mengangkat khalifah yang menggantikan Rasulullah SAW
setelah beliau wafat. Mereka berijma’ mengangkat Abu Bakar sebagai khalifah,
59
Muhammad Muhsin Rodhi. Op. Cit. hal. 489.
60
Ibid. hal. 460.
61
kemudian Umar, kemudian Ustman setelah wafatnya masing-masing dari mereka.
Ijma’ sahabat yang menekankan pentingnya pengangkatan khalifah, nampak jelas
dalam kejadian bahwa mereka menunda kewajiban mengebumikan jenazah
Rasulullah SAW setelah beliau wafat, padahal menyegerakan mengebumikan
jenazah adalah wajib hukumnya. Namun sebagian para sahabat menyibukkan diri
mengangkat Khalifah daripada mengebumikan jenazah Rasulullah SAW, tentu hal
tersebut tidak akan terjadi seandainya pengangkatan kahlifah tidak lebih wajib
daripada menguburkan jenazah.62
Seluruh sahabat selama hidupnya telah bersepakat (ijma’) mengenai
wajibnya mengangkat khalifah. Walaupun mereka berselisih mengenai siapa
orang yang tepat untuk dipilih dan diangkat menjadi khalifah, namun mereka
tidak pernah berselisih sedikitpun mengenai wajibnya mengangkat seorang
khalifah, baik ketika Nabi Muhammad telah wafat maupun ketika salah seorang
dari khulufaur rosyidun wafat.63
Hizbut Tahrir menjelaskan bahwa sistem pemerintahan Islam (khilafah)
tegak di atas 4 pilar. Yaitu : pertama, kedaulatan di tangan syara’ bukan di tangan
umat. Kedua, kekuasaan di tangan umat. Ketiga, mengangkat satu khalifah adalah
wajib atas kaum Muslim. Keempat, hanya khalifah yang memiliki hak
mentabanni (mengadopsi) hukum-hukum syara’. Menurut Hizbut Tahrir, keempat
hal di atas merupakan pilar pemerintahan Islam. Essensi pemerintahan Islam tidak
62
Ibid. hal. 463.
63
ada kecuali dengan keempat tersebut, apabila ada salah satu dari keempat pilar itu
yang hilang, maka hilanglah essensi pemerintahan Islam itu.64
“politik pembangunan bukan saja mengenai cara atau strategi yang hendak dicapai dalam pembangunan tetapi juga pemikiran atau ideologi yang termaktub dalam pembangunan dari strategi dan cara yang dijalankan itu.”
Berdasarkan paparan di atas dapat ditarik kesimpuan bahwa pemikiran
atau ideologi Hizbut Tahrir adalah Islam. Sebagaimana yang dijelaskan oleh
warjio, bahwa:
65
2. Bentuk Negara Khilafah
Maka pemikiran atau ideologi yang menjadi landasan-landasan pemikiran yang
digunakan oleh Hizbut Tahrir adalah Islam, karena Hizbut Tahrir menggunakan
landasan sumber hukum Islam yaitu Al-Qur’an dan Hadist.
Dalam politik pembangunan Islam, salah satu kegiatan yang dilakukan
adalah Membangun Institusi Islam, Struktur dan Administrasi.66
Menurut Hizbut Tahrir Struktur negara khilafah berbeda dengan dari
struktur sistem-sistem yang ada pada saat ini, meskipun tidak menafikan adanya Dalam hal ini
Hizbut Tahrir juga memiliki struktur dan administrasi yang coba ditawarkan.
Tentunya struktur dan administrasi tersebut adalah bagian dari negara khilafah
yang ingin dibangun oleh Hizbut Tahrir.
64
Ibid. hal. 485.
65
Warjio. 2013. Politik Pembangunan Islam (Pemikiran dan Implementasi). Medan: Perdana Publishing. hal. xix.
66
kesamaan pada sebagian indikasinya. Strukur negara khilafah ini diambil dari
strukur yang pernah dipraktekkan oleh Rasulullah SAW di Madinah. Adapun
struktur dan admistrasi yang coba ditawarkan dan dibangun oleh Hizbut Tahrir
adalah sebagai berikut :
1. Khalifah
2. Mu’awin at-Tafwidh (wuzara’ at-Tafwidh)
3. Wuzara’ at-Tanfidz
4. Para wali (gubernur)
5. Amir al jihad (panglima perang)
6. Keamanan dalam negeri
7. Urusan luar negeri
8. Industri
9. Peradilan (al-Qadha’)
10.Mashalih an-Nas (kemaslahatan umum)
11.Baitul Mal
12.Lembaga informasi
13.Majelis Umat67
Berikut struktur Negara Khilafah yang dibuat Hizbut Tahrir:
67
STRUKTUR DAULAH KHILAFAH
KHALIFAH Perwakilan Umat
(Majelis Umat)
Dan lain-lain Pengairan
Adapun keterangan mengenai beberapa jabatan-jabatan dan poisisi-posisi
yang ada di dalam konsep negara khilafah ialah :
1. Khalifah
Khalifah adalah orang yang mewakili umat dalam menjalankan
pemerintahan, kekuasaan, dan penerapan hukum-hukum syariah. Khalifah
diangkat oleh kaum Muslim. Seseorang tidak menjadi khalifah tanpa baiat dari
umat. Khalifah dibaiat oleh Ahl al-Halli wa al-‘Aqdi dengan baiat in‘iqâd yang
sesuai dengan syariah.68
Gelar lain yang disandang untuk menyebut kepala pemerintahan Islam
selain gelar Khalîfah adalah Imâm, atau Amîral-Mu’minîn. Khalifah yang
diangkat apabila memenuhi syarat, Pertama: Khalifah harus seorang Muslim,
kedua : laki-laki, ketiga : balig, Keempat : berakal, Kelima : adil, Keenam:
merdeka, Ketujuh : mampu.69
• Khalifah berhak mengadopsi hukum-hukum syariah yang memang
dibutuhkan untuk memelihara urusan-urusan rakyat. Hukum-hukum itu
harus digali—dengan ijtihad yang sahih— dari Kitabullah dan Sunnah
Rasul-Nya. Dengan diadopsi oleh Khalifah, hukum-hukum itu menjadi Khalifah memiliki sejumlah wewenang sebagai berikut:
68
Hizbut Tahrir. 2006. Struktur Negara Khilafah (Pemerintahan dan Administrasi) .terj. Yahya A.R. Jakarta: HTI Press. hal. 31.
69
undang-undang yang wajib ditaati, dan seorang pun tidak boleh
melanggarnya.
• Khalifah adalah penanggung jawab politik dalam negeri maupun luar
negeri sekaligus. Khalifah juga yang memegang kepemimpinan atas
angkatan bersenjata; ia memiliki hak untuk mengumumkan perang serta
mengadakan perjanjian damai, gencatan senjata, dan seluruh bentuk
perjanjian lainnya.
• Khalifah memiliki hak untuk menerima atau menolak para duta negara
asing. Khalifah juga berwenang mengangkat dan memberhentikan para
duta kaum Muslim.
• Khalifah memiliki wewenang untuk mengangkat dan memberhentikan
para Mu‘âwin dan para wali/gubernur (termasuk para amil). Mereka
semuanya bertanggung jawab di hadapan Khalifah sebagaimana mereka
juga bertanggung jawab di hadapan Majelis Umat.
• Khalifah memiliki wewenang untuk mengangkat dan memberhentikan
Qâdhî al-Qudhât (Kepala Kehakiman) dan para qâdhî (hakim) yang lain,
kecuali Qâdhî Mazhâlim. Khalifahlah yang mengangkat Qâdhi Mazhâlim,
sedangkan berkaitan dengan pencopotannya, Khalifah harus terikat dengan
beberapa batasan yang akan dijelaskan pada bab al- Qâdhâ’. Khalifah juga
memiliki wewenang mengangkat dan memberhentikan para dirjen,
semuanya ber tanggungjawab di hadapan Khalifah dan tidak bertanggung
jawab di hadapan Majelis Umat.
• Khalifah memiliki wewenang mengadopsi hukum-hukum syariah yang
menjadi pegangan dalam menyusun APBN. Khalifah memiliki wewenang
menetapkan rincian APBN, besaran anggaran untuk masing-masing pos
baik.70
2. Mu’awin at-Tafwidh (Pembantu Khilafah bidang Pemerintahan)
Mu‘âwin adalah pembantu tugas yang telah diangkat oleh Khalifah untuk
membantunya dalam mengemban tanggung jawab dan melaksanakan tugas-tugas
kekhilafahan. Karena banyaknya tugas-tugas kekhilafahan, khususnya ketika
wilayah negara Khilafah menjadi semakin besar dan bertambah luas, Khalifah
akan berat untuk mengembannya seorang diri. Karena itu, ia membutuhkan orang
yang dapat membantunya dalam mengemban tanggung jawab kekhilafahan dan
melaksanakan tugas-tugas kekhilafahan itu.
Dari segi pengangkatan: setiap Mu‘âwin diangkat dengan wewenang dan
otoritas yang bersifat umum sebagai wakil Khalifah di seluruh penjuru negara.
Dari segi tugas: setiap Mu‘âwin dibebani tugas di sebagian wilayah negara.
Artinya, wilayah (propinsi) negara di bagi di antara para Mu‘âwin yang ada.
Dengan begitu, Mu‘âwin ini menjadi pembantu Khalifah di wilayah timur;yang
itu menjadi pembantu Khalifah di wilayah barat; dan yang lainnya lagi di wilayah
utara. Begitulah praktiknya. Dari segi perpindahan: seorang mu‘âwin dipindahkan
70
dari satu posisi/tempat ke posisi/tempat yang lain dan darisatu tugas ke tugas yang
lain tanpa memerlukan pengangkatan yang baru, tetapi cukup dengan
pengangkatan awal. Sebab, asal pengangkatannya adalah sebagai mu‘âwin yang
mencakup semua tugas.
Syarat pengangkatan seorang wazir sama dengan syarat yang harus
dipenuhi seorang Khalifah, yaitu Muslim, laki-laki, merdeka, balig, berakal,
mampu dan termasuk di antara orang yang memiliki kemampuan dalam semua
tugas yang diwakilkan kepadanya.71
3. Wuzara’ at-Tanfidz (Sekretaris Negara)
Wazîr at-Tanfîdz adalah wazir yang ditunjuk oleh Khalifah sebagai
pembantunya dalam implementasi kebijakan, dalam menyertai Khalifah, dan
dalam menunaikan kebijakan Khalifah. Wazîr at-Tanfîdz merupakan penghubung
Khalifah dengan struktur dan aparatur negara, rakyat, dan pihak luar negeri. Ia
bertugas menyampaikan kebijakan-kebijakan Khalifah kepada mereka dan
menyampaikan informasi dari mereka kepada Khalifah.
Tugasnya adalah tugas administrasi, bukan tugas pemerintahan.
Departemennya merupakan lembaga pelaksana yang melaksanakan berbagai
kebijakan yang dikeluarkan oleh Khalifah kepada instansi-instansi dalam negeri
dan luar negeri, di samping menyampaikan informasi-informasi dari berbagai
instansi itu. Wazîr at-Tanfîdz merupakan penghubung Khalifah dengan struktur
71
negara dan aparat yang lain; menyampaikan kebijakan dari Khalifah kepada
bawahannya dan menyampaikan informasi dari bawahan Khalifah kepada
Khalifah.
Urusan-urusan yang di dalamnya Mu‘âwin at-Tanfîdz menjadi
penghubung Khalifah dengan pihak lain ada empat urusan:
1) Hubungan Internasional, baik yang ditangani langsung oleh Khalifah
maupun yang dibantu oleh Departemen Luar Negeri yang menjalankan
urusan itu.
2) Militer atau tentara.
3) Aparat/instansi negara selain militer.
4) Hubungan dengan rakyat.
4. Wali (Gubernur)
Wali adalah orang yang diangkat oleh Khalifah sebagai penguasa (pejabat
pemerintah) untuk suatu wilayah (propinsi) serta menjadi amîr (pemimpin)
wilayah itu. Negeri yang diperintah oleh Negara (Khilafah) dibagi dalam beberapa
bagian dan setiap bagian disebut wilâyah. Setiap wilayah dibagi dalam beberapa
bagian dan setiap bagian disebut ‘imâlah. Setiap orang yang memimpin wilâyah
disebut walî atau amîr dan orang yang memimpin ‘imâlah disebut ‘âmil atau
hâkim.
Para wali adalah para penguasa (hukâm) karena wewenangnya dalam hal
mereka harus memenuhi syarat-syarat sebagai penguasa, yaitu: harus seorang
laki-laki, merdeka, Muslim, balig, berakal, adil, dan termasuk orang yang memiliki
kemampuan. Jabatan wali memerlukan adanya pengangkatan dari Khalifah atau
orang yang mewakili Khalifah dalam melaksanakan pengangkatan itu. Wali tidak
diangkat kecuali oleh Khalifah.
5. Al-Qadla (Peradilan)
Lembaga ini bertugas menyelesaikan perselisihan di antara anggota
masyarakat, mencegah hal-hal yang dapat membahayakanhak-hak jamaah, atau
mengatasi perselisihan yangterjadi antara rakyat dan seseorang yang duduk dalam
strukturpemerintahan; baik ia seorang penguasa atau pegawai negeri,Khalifah
ataupun selain Khalifah.72
1) Peradilan yang mengurusi penyelesaian perselisihan di antara anggota
masyarakat dalam masalah muamalah, yang ditangani oleh seorang
Qadhi biasa.
Ada 3 jenis peradilan yang dimaksudkan Hizbut Tahrir
dalam lembaga peradilan. Orang yang memutuskan perkara disebut Qadhi
(hakim).
2) Peradilan yang mengurusi penyelesaian dalam masalah
penyimpangan-penyimpangan (mukhâlafât) yang dapat membahayakan hak-hak jamaah
yang ditangani oleh Qadhi yang al-Muhtasib.
3) Peradilan yang pemutusan perkara-perkara mazhâlim (kezaliman).
Mazhâlim ituadalah: penyampaian keputusan hukum syariah yang
72
bersifat mengikat dalam masalah yang terjadi di antara anggota
masyarakat dengan Khalifah atau salah seorang Mu‘âwin Khalifah, para
wali, atau pegawai negeri. Hakim yang menangani perkara ini disebut
Qadhi Mazhalim.
6. Baitul Mal
Baitul Mal digunakan untuk menyebut tempatpenyimpanan berbagai
pemasukan negara dan sekaligus menjaditempat pengeluarannya. Baitul Mal juga
digunakan untukmenyebut lembaga yang bertugas memungut dan
membelanjakanharta yang menjadi milik kaum Muslim.73
Baitul Mal dibagi menjadi 2 bagian. Pertama, bagian pemasukan yang
meliputi: Pos Fa’i dan Kharaj(ghanimah,kharaj, tanah-tanah, jizyah, fa’i dan
pajak), Pos Kepemilikan Umum (minyak bumi, gas, listrik,barang tambang, laut,
sungai, selat, mata air, hutan, padang gembalaan, hima, dan sebagainya), Pos
Zakat ( zakat uang, komoditas perdagangan,pertanian dan buah-buahan, unta,
sapi dan domba). Kedua, bagian pembelanjaan yang meliputi:Pos Dâr
al-Khilâfah, Pos Kemaslahatan Negara, Pos Subdisi, Pos Jihad, Pos Pengelolaan Baitul Mal merupakan
institusitersendiri yang mandiri dari institusi negara yang lain. Baitul Malberada
di bawah Khalifah sebagaimana institusi negara yang lain, Baitul Mal merupakan
departemen pusat mengenai masalah harta.
73
Zakat, Pos Pengelolaan Kepemilikan Umum, Pos Keperluan Darurat, Pos
Anggaran, Pengontrolan, dan Pengawasan Umum.74
7. Amir Al Jihad (Departemen Perang)
Departemen Peperangan merupakan salah satu instansi negara. Kepalanya
disebut Amir al-Jihad dan tidak disebut Mudîr al-Jihad (Direktur Jihad).
Departemen Peperangan (Da’irah al-Harbiyah) menangani semua urusan yang
berhubungan dengan angkatan bersenjata seperti pasukan, logistik, persenjataan,
peralatan, amunisi dan sebagainya; menangani akademi-akademi militer,
misi-misi militer, serta pemikiran Islam dan pengetahuan umum apa saja yang menjadi
keharusan bagi tentara; serta menangani segala hal yang berhubungan dengan
peperangan dan persiapannya. Termasuk dalam wewenang departemen
peperangan ini adalah menyebarkan mata-mata (intel) untuk memata-matai kaum
kafir. Membentuk lembaga yang mengatur masalah ini (lembaga intelijen)
menjadi bagian dari wewenang departemen peperangan.75
8. Dairah ash-Shina'ah (Departemen Industri)
Departemen Perindustrian adalah departemen yang mengurusi semua
masalah yang berhubungan dengan perindustrian, baik yang berhubungan dengan
industri berat seperti industri mesin dan peralatan, pembuatan dan perakitan alat
transportasi (kapal, pesawat, mobil, dsb), industri bahan mentah dan industri
elektronik, maupun yang berhubungan dengan industri ringan; baik industri itu
74
Ibid. hal. 238.
75
berupa pabrik-pabrik yang menjadi milik umum maupun pabrik-pabrik yang
menjadi milik pribadi, yang memiliki hubungan dengan industri-industri militer
(peperangan).
9. Dairah al-Amni ad-Dakhiliy (Dept. Keamanan Dalam Negeri)
Keamanan dalam negeri ditangani oleh satu departemen yang dinamakan
Departemen Keamanan Dalam Negeri. Departemen ini dikepalai oleh Mudir
Keamanan Dalam Negeri (Mudir al-Amni ad-Dakhili). Departemen ini memiliki
cabang di setiap wilayah yang dinamakan Idarah al-Amni ad-Dakhili
(Administrasi Keamanan Dalam Negeri) yang dikepalai oleh Kepala Kepolisian
Wilayah (Shâhib asy-Syurthah al-Wilâyah). Cabang ini di bawah wali dari sisi
tanfîdz (pelaksanaan/eksekusi), tetapi dari sisi administrasi berada di bawah
Departemen Keamanan Dalam Negeri. Hal ini akan diatur dengan undangundang
yang khusus untuk masalah ini.76
Departemen Keamanan Dalam Negeri merupakan departemen yang
mengurusi segala bentuk gangguan keamanan.Departemen ini juga mengurusi
penjagaan keamanan di dalam negeri melalui satuan kepolisian dan ini merupakan
sarana utama untuk menjaga keamanan dalam negeri. Departemen Keamanan
Dalam Negeri berhak menggunakan satuan kepolisian kapan pun dan seperti yang
diinginkannya. Perintah departemen ini harus segera dilaksanakan. Adapun jika
keperluan menuntut untuk meminta bantuan pasukan, maka departemen ini wajib
menyampaikan perkara tersebut kepada Khalifah. Khalifah berhak memerintahkan
76
pasukan untuk membantu Departemen Keamanan Dalam Negeri, atau dengan
menyiapkan kekuatanmiliter untuk membantu Departemen Keamanan Dalam
Negeri untuk menjaga keamanan, atau perkara lain menurut pandangan Khalifah.
Khalifah juga berhak menolak permintaan Departemen Keamanan Dalam Negeri
itu dan memerintahkannya agar mencukupkan diri dengan satuan kepolisian
saja.77
Satuan kepolisian beranggotakan laki-laki yang sudah balig dan memiliki
kewarganegaraan. Wanita boleh menjadi anggota kepolisian untuk melaksanakan
tugas-tugas wanita yang memiliki hubungan dengan tugas-tugas keamanan dalam
negeri. Negara akan mengeluarkan undang-undang yang khusus untuk mengatur
masalah ini sesuai dengan hukum-hukum syariah. Satuan kepolisian ada dua jenis:
polisi militer dan polisi yang berada di samping penguasa. Satuan kepolisian ini
memiliki seragam khusus dan ciri-ciri tertentu untuk menjaga keamanan. Polisi
adalah setiap kesatuan yang merupakan kesatuan terbaik. Di antara kesatuan
pilihan tersebut adalah polisi, karena mereka adalah prajurit-prajurit
pilihan.Bahkan dikatakan mereka adalah kesatuan terbaik yang lebih menonjol
daripada tentara. Dikatakan bahwa mereka dinamakan syurthah (polisi) karena
mereka memiliki ciri-ciri yang telah dikenal, baik dari pakaian maupun
kemampuan geraknya Polisi militer adalah bagian dari tentara yang memiliki
tanda tanda yang lebih menonjol daripada pasukan lainya untuk mendisiplinkan
urusan-urusan pasukan. Polisi militer marupakan bagian dari pasukan yang berada
77
di bawah Amirul Jihad, yaitu berada di bawah Departemen Perang. Adapun polisi
yang selalu siap di samping penguasa berada di bawah Departemen Keamanan
Dalam Negeri.78
10.Dairah al-Kharijiyah (Dept. Urusan Luar Negeri)
Departemen Luar Negeri mengurusi seluruh urusan luar negeri yang
berkaitan dengan hubungan negara Khilafah dengan negara-negara asing, apapun
jenis perkara dan bentuk hubungan luar negeri itu; baik perkara yang berkaitan
dengan aspek politik dan turunannya—seperti perjanjian, kesepakatan damai,
gencatan senjata, pelaksanaan berbagai perundingan, tukarmenukar duta,
pengiriman berbagai utusan dan delegasi, serta pendirian berbagai kedutaan dan
konsulat—ataupun perkara yang berkaitan dengan aspek ekonomi, pertanian,
perdagangan, pos, telekomunikasi, komunikasi nirkabel dan satelit, dan lain
sebagainya. Semua perkara tersebut diurusi oleh Departemen Luar Negeri karena
semua itu menjadi kepentingan hubungan negara Khilafah dengan negara-negara
lain.79
11.Mashalih an-Nas (Pelayanan Masyarakat)
Manajemen berbagai urusan negara dan berbagai kepentingan masyarakat
ditangani oleh departemen, jawatan,serta unit-unit yang didirikan untuk
menjalankan urusan-urusan negara dan memenuhi kepentingan-kepentingan
masyarakat tersebut. Untuk setiap departemen diangkat seorang direktur jenderal.
78
Ibid. hal. 154.
79
Untuk setiap jawatan diangkat seorang direktur yang mengurusi manajemennya
dan ia bertanggung jawab secara langsung terhadap jawatan tersebut. Para direktur
itu bertanggung jawab kepada orang yang memimpin departemen, jawatan, atau
unit mereka yang lebih tinggi dari sisi pertanggungjawabanpelaksanaan
tugas-tugas mereka. Mereka juga bertanggung jawab kepada wali dan amil dari sisi
pertanggungjawaban terhadap keterikatan mereka dengan hukum-hukum syariah
dan peraturanperaturan secara umum.80
Struktur administratif ini terdiri dari departemen-departemen (Mashlahah),
jawatan-jawatan (Da’irah), dan unitunit (Idarah). Mashlahah (Departemen)
merupakan lembaga administratif tertinggi untuk satu kemaslahatan di antara
berbagai kemaslahatan negara seperti kewarganegaraan, transportasi, pencetakan
mata uang, pendidikan, kesehatan, pertanian, ketenagakerjaan, jalan, dan
sebagainya. Departemen itu mengurusi manajemen departemen itu sendiri,
jawatan-jawatan, dan unit-unit yang ada di bawahnya. Jawatan (Da’irah)
mengurusi manajemen jawatan itu sendiri dan unit-unit di bawahnya. Adapun unit
(Idârah) mengurusi urusan-urusan unit itu sendiri dan cabang serta bagian yang
ada di bawahnya.81
Departemen-departemen, jawatan-jawatan, dan unit-unit tersebut didirikan
tidak lain hanya untuk menjalankan berbagai urusan negara dan untuk memenuhi
berbagai kepentinganmasyarakat.Untuk menjaga jalannya
80
Ibid. hal. 212.
81
departemen, jawatan-jawatan, dan unit-unit harus diangkat para penanggung
jawab untuk masing-masing departemen, jawatan, dan unittersebut. Karena itu,
untuk setiap departemen diangkat seorang direktur jenderal yang secara langsung
mengurusi manajemen urusan-urusan departemennya. Ia juga bertugas
mengontrolsemua jawatan dan unit yang ada di bawahnya. Untuk setiap jawatan
dan setiap unit diangkat seorang direktur yang bertanggung jawab secara langsung
atas jawatan dan unit yang dikepalainya serta cabang dan bagian yang ada di
bawahnya.82
Setiap orang yang memiliki kewarganegaraan danmemenuhi kualifikasi,
baik laki-laki ataupun perempuan, Muslim maupun non-Muslim, boleh diangkat
menjadi direktur suatu departemen, jawatan, atau unit. Mereka juga boleh menjadi
pegawai di departemen, jawatan, dan unit-unit yang ada. Ketentuan ini diambil
dari hukum-hukum kepegawaian/ perburuhan (ijârah). Sebab, sesuai dengan
hukum ijârah, direkturdirektur dan para pegawai negeri merupakan ajir (pekerja/
pegawai). Karena itu, negara boleh mempekerjakan pegawai secara mutlak, baik
Muslim maupun non-Muslim.83
3. Metode Penegakan Khilafah yang Dilakukan Hizbut Tahrir
Strategi pembangunan pada dasarnya adalah cara atau jalan yang terbaik
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan semula berasaskan flatform
82
Ibid.
83
yangdibuat.84
Metode atau acuan yang dibuat memiliki 3 tahapan ,tahapan yang dibuat
oleh Hizbut Tahrir dan menjadi acuan dalam menegakkan khilafah ialah: pertama,
tahap pembinaan (marhalah tatsqif), kedua tahap berinteraksi (marhalah
at-tafa’ul), ketiga tahap menerima kekuasaan (marhalah istilamulhukmi).
Adapun strategi pembangunan yang dilakukan Hizbut Tahrir adalah
dengan membuat acuan dan metode dalam upaya mereka menegakkan khilafah.
85
1. Tahap Pembinaan (marhalah tsastqif)
Bagi Hizbut Tahrir Tahap pengkaderan adalah pembinaan secara intensif
(at-tsaqafah al-murakkazah) terhadap individu (perorangan) dan pembinaan
terhadap masyarakat secara umum. Melaui kelompok-kelompok kajian (halqah)
individu-individu dibentuk dengan kepribadian Islam dan ditujukan untuk
mengemban dakwah. Tujuannya ialah memperbesar jumlah anggota Hizbut Tahrir
serta menciptakan opini umum di tengah-tengah masyarakat dan membentuk
dukungan umat untuk menegakkan khilafah.86
Dalam pengkaderan Hizbut Tahrir hanya berfokus membangun tubuh
partai dan memperbanyak anggota serta membina mereka di berbagai halqah,
sehingga dalam tahap ini aktivitas Hizbut Tahrir hanya pada aspek pembinaan
saja.87
Nantinya, orang yang telah meyakini fikrah (pemikiran) dan thariqah
oleh Hizbut Tahrir. Orang tersebut disebut daris (pelajar). Seorang daris dituntun
dalam mengikuti halqah dengan mengkaji 4 buah kitab, yakni Nidzam Al-Islam
(peraturan dalam Isam), at-takattul al-hizbi (pembentukan partai politik Islam),
Mafahin Hizb at-Tahrir (kosep-konsep Hizbut Tahrir) dan Min Muqowwimat
an-Nafsiyyah al-Islamiyah (pilar-pilar pengokoh nafsiyah Islam).88
Selain mendalami 4 kitab tersebut, Hizbut Tahrir juga menekankan tentang
beberapa hal yang harus senantiasa dilakukan anggota Hizbut Tahrir seperti,
membaca Al-Quran, berkomunikasi dengan masyarakat, rajin melakukan
pengamatan.89
2. Tahap interaksi (marhalah at-tafa’ul)
1) Interaksi
Interaksi adalah tahap dimana Hizbut Tahrir melakukan kontak dengan
masyarakat secara umum dan kolektif, kontak yang dimaksud disini adalah
melakukan hubungan dengan masyarakat luas dengan memperkenalkan Hizbut
Tahrir dan pemikiran pemikirannya.
Dalam tahap ini Hizbut Tahrir menetapkan beberapa hal yang harus
dilakukan pada tahap ini yaitu : penanaman pengkaderan (tsaqafah) secara
intensif terhadap individu; pembinaan masyarakat umum (tsaqafah jama’iyyah);
pergolakan pemikiran (ash-shira’ul fikri); perjuangan politik : memerangi
negara-negara kafir imperialis yang memiliki pengaruh di negeri-negeri Islam,
88
Ibid. hal. 691.
89
menentang, mengkritik para penguasa di negeri Arab yang merampas hak umat;
dan mengadopsi (mentabanni) kepentingan kepentingan umat (mashalihul
ummah) serta memelihara urusan mereka sesuai hukum syara’.90
Berinteraksi dengan umat yang dimaksud Hizbut Tahrir bukanlah
mengumpulkan umat di sekeliling Hizbut Tahrir, melainkan memberikan
pemahaman akan ideologi partai (Hizbut Tahrir) supaya menjadi ideologi umat.
Objek dakwah atau interaksi yang dilakukan Hizbut Tahrir adalah orang-orang
Islam bukan non Muslim. Hizbut Tahrir menekankan agar pada tahap ini harus
dilakukan secara terbuka (terang-terangan), dalam menyampaikan pemikiran
dilakukan dengan menantang terhadap penguasa, negara-negara imperialis, dan
kelompok-kelompok politik. Pada tahap ini aspek yang ditekankan adalah pada
aspek yang berhubungan dengan pemikiran saja bukan aspek praktis (pelaksanaan
pemikiran).91
(1) Pada tahap pengkaderan Hizbut Tahrir adalah menanamkan pemikiran
kepada umat, sedangkan pada tahap interaksi aktivitas yang dilakukan Ada 3 hal yang menjadi perbedaan antara tahap pengkaderan dengan tahap
interaksi, yaitu : (1) membangun kekuatan massa (Qa’idah Sya’biyah), (2)
perhatian lebih pada aktivitas parsial dan peninjauan kembali tsaqafah partai, (3)
target pengambilalihan kekuasaan secara langsung. Adapun penjelasannya sebagai
berikut :
90
Ibid. hal. 702.
91
hixbut tahrir dimaksudkan untuk mempersiapakan masyarakat secara
umum respek terhadap pemikiran-pemikiran dan pendapat Hizbut
Tahrir. Dengan ikut sertanya masyarakat umum secara praktis, maka
akan terbentuk kekuatan massa (qa’idah sya’biyah) dari mayoritas
umat.
(2) Pada tahap pengkaderan aktivitas Hizbut Tahrir fokus pada usaha
menjelaskan pemikiran-pemikirannya kepada masyarakat, sehingga
perhatian terhadap persoalan-persoalan politik jadi kurang tergarap.
Namun, dalam tahap interaksi maka staf struktur partai dan personil
anggotanya harus melakukan kontak dengan masyarakat dan
menyampaikan pemikiran, pendapat, dan hukum yang berkenaan
dengan segala peristiwa yang terjadi di tengah-tengah masyarakat.
(3) Pada tahap pengkaderan Hizbut Tahrir menjelaskan konsep-konsep
meraih kekuasaan, namun itu hanya sebatas menyampaikan
konsep-konsep tersebut. Pada tahap interaksi maka tujuan yang ingin dicapai
Hizbut Tahrir adalah meraih kekuasaan secara riil dengan diserahkan
sendiri pada tangan umat, karena Hizbut Tahrir memahami kekuasaan
diraih dan diterima dari tangan umat.92
2) Mencari pertolongan (Thalabun Nushrah)
Proses mencari pertolongan dilakukan Hizbut Tahrir dilakukan dengan 2
tujuan, yaitu : pertama, untuk meminta perlindungan (proteksi) agar dapat
92
menjalankan aktivitas dakwah dengan aman. Kedua, untuk sampai pada
kekuasaan guna menegakkan khilafah dan mengembalikan pemerintahan sesuai
hukum Islam. Pencarian pertolongan dilakukan dari jamaah secara riil, atau dari
individu yang mewakili jamaah, dan keberadaan jamaah tersebut diprediksi
mampu menolong dan membela dakwah Hizbut Tahrir.93
Orang yang ditugaskan oleh Hizbut Tahrir untuk melakukan tugas ini tidak
lebih dari hitungan jari, yaknin hanya beberapa anggota Hizbut Tahrir dari setiap
wilayah. Hal ini dilakukan karena Hizbut Tahrir menganggap mencari
pertolongan bukan sebagai aktivitas dan tujuan Hizbut Tahrir, namun
menjadikannya sebagai bagian aktivitasnya, sehingga tidak seluruh anggota
Hizbut Tahrir dibebankan tugas ini.94
Pencarian pertolongan ditujukan kepada setiap jamaah yang diprediksi
memiliki kekuatan dan kemampuan. Maka hibut tahrir menujukannya kepada
jamaah yang berbentuk negara yang merdeka, kabilah, duta besar, delegasi
perundingan, utusan konferensi, dengan catatan negara tersebut tidak berada
pengaruh negara kafir.95 Selain itu juga ditujukan kepada kelompok perwira yang
berpengaruh dalam tentara atau pasukan, pemimpin yang berpengaruh di kota atau
daerah, dan tokoh dari sebuah jamaah yang kuat.96
93
Ibid. hal. 729.
94
Ibid. hal. 730.
95
Ibid. hal. 734.
96
Pada tahap ini Hizbut Tahrir melakukan permintaan kepada pihak yang
dapat dipercaya dapat memberikan pertolongan (ahlun nushrah), agar melakukan
sesuatu atau perbuatan, dan memberikan berbagai arahan dan bimbingan kepada
mereka.
3) Penyerahan kekuasaan dan pendirian negara
Metode ini dilaksanakan ketika Hizbut Tahrir telah menemukan dan
menentukan wilayah yang tepat untuk penyerahan kekuasaan atau pendirian
negara. Wilayah tersebut disebut dengan titik sentral (nuqthatul irtikaz). Ciri ciri
wilayah yang bisa disebut titik sentral tersebut adalah terbentuknya opini umum
terhadap Hizbut Tahrir, kuantitas dan kualitas anggota dan pendukung telah
mencukupi, kekuatan materi (sarana dan prasarana) telah memadai. Maka desa
ataupun kota manapun ketika di tempat tersebut telah terbentuk opini umum yang
diinginkan Hizbut Tahrir, dan telah mendapat jaminan dukungan dari
negeri-negeri lain, maka Hizbut Tahrir akan mendirikan negara di desa atau kota tersebut
apapun kondisinya selama dukungan dari negeri-negeri yang lain dapat dijamin
dan dipastikan.97
97