• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN KUNJUNGAN APRESIASI SENI DAN BUD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN KUNJUNGAN APRESIASI SENI DAN BUD"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN KUNJUNGAN APRESIASI SENI DAN BUDAYA KELAS X DI YOGYAKARTA

Oleh: MUTIA RATNASARI X MIA 2 / 30

(2)

Karya Tulis Ini Telah Disetujui Oleh Guru Pembimbing dan Disahkan Oleh

Kepala Sekolah

Pada Tanggal

Maret 2014

Pembimbing

R. Anang Mustofa, S.Pd NIP : 19690913 199803 1 008

Mengesahkan Kepala SMA N 1 Sleman

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas taufik dan hidayah-Nya, kami bisa menyusun karya tulis ini dengan baik.Sebagai tanda bukti bahwa kami telah mengunjungi obyek-obyek penelitian.

Karya tulis ini telah kami lengkapi dengan gambar-gambar dan informasi dari obyek-obyek penelitian yang telah kami kunjungi.

Upaya penyusunan acara ini tidak lepas dari bantuan dan arahan dari berbagai pihak, maka kami mengucapkan terimakasih kepada:

1. Yang terhormat ibu Dra.Hermintarsih selaku kepala sekolah SMA N 1 Sleman

2. Yang terhormat bapak R. Anang Mustofa, S.Pd selaku wali kelas X MIA 1 dan pembimbing

kami

3. Yang terhormat ibu Hj. Sumaryati, S.Pd selaku ketua paniti

4. Yang tercinta rekan-rekan kelas X yang turut berpartisipasi dalam kunjungan ini

Karya tulis yang kami susun ini jauh dari kesempurnaan. Kami memohon maaf jika ada kesalahan dalam penyusunan karya tulis ini. Untuk itu kami mohon kritik dan saran demi kesempurnaan karya tulis ini.

Semoga karya tulis sederhana ini, dapat bermanfaat bagi para pembacanya.

Sleman, 15 Maret 2014

Penyusun

(4)

Daftar Isi

Lembar pengesahan ii

Kata pengantar iii

Daftar isi iv

Bab I pendahuluan

A. Latar belakang 1

B. Rumusan masalah 1

C. Tujuan penelitian 1

D. Manfaat penelitian 2

Bab II Pembahasan

A. Museum Purbakala Sangiran 3

B. Obyek Wisata Tawangmangu Karanganyar Jawa Tengah

15

Bab III Penutup

A. Kesimpulan 16

B. Saran 17

Lampiran 18

Daftar pustaka 22

BAB I PENDAHULUAN

(5)

Pelaksanaan kunjungan museum merupakan kegiatan wajib sekolah. Kunjungan moseum ini dilaksanakan setiap satu tahun sekali.Kunjungan moseum ini diikuti oleh kelas X karena pada agenda sekolah kunjungan museum dilaksanakan pada kelas X.

Dipilihnya objek museum purbakala Sangiran karena untuk mengetahui lebih jelas gambaran evolusi nenek moyang peradaban manusia. Di sana kita semua dapat mengetahui secara gambling bagaimana nenek moyang kita ber-evolusi, di sana kita disuguhkan berbagai bukti sejarah. Mulai dari tulang belulang atau fosil-fosil manusia, tumbuhan ,dan hewan purba. Di museum kita juga disuguhkan film mengenai penelitian dan penggalian fosil-fosil makhluk purbakala oleh berbagai peneliti di penjuru dunia. Dipilihnya objek wisata Tawangmangu karena di sana kita dapat melihat keindahan alam berupa air terjun yang indah dan kita dapat membuktikan kebenaran mitos tentang pembuktian jumlah anak tangga saat naik dan turun yang pada papan tertulis sebanyak 1250 anak tangga.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah Museum Purbakala Sangiran?

2. Dimana letak Museum Purbakala Sangiran?

3. Bagaimana sejarah diberi nama Grojogan Sewu?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui sejarah Museum Purbakala Sangiran

2. Untuk mengetahui letak Museum Purbakala Sangiran

3. Untuk mengetahui sejarah nama Grojogan Sewu

D. Manfaat

Penulisan karya tulis ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :

A. Penulis :

1. Menambah wawasan siswa.

2. Menggali potensi siswa untuk dimanfaatkan sebagai sarana menambah nilai sosial dan rasa ingin

(6)

3. Untuk menumbuhkan rasa cinta tanah air.

4. Meningkatkan ketaqwaaan atas ciptaan Tuhan YME. B. Pembaca :

1. Penulisan ini diharapkan dapat membuka wawasan masyarakat tentang sejarah evolusi nenek

moyang di Indonesia.

(7)

BAB II PEMBAHASAN

A. Moseum Purbakala Sangiran

a) Wilayah Sangiran Museum Sangiran

Sangiran adalah sebuah situs arkeologi di Jawa, Indonesia.Sangiran memiliki area sekitar 48 km². Secara fisiografis sangiran terletak pada zona Central Depression, yaitu berupa dataran rendah yang terletak antara gunung api aktif, Merapi dan Merbabu di sebelah barat serta Lawu di sebelah timur.

Secara administratif Sangiran terletak di Kabupaten Sragen (meliputi 3 Kecamatan yaitu Kecamatan Kalijambe, Gemolong dan Plupuh serta Kecamatan Gondangrejo) dan kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.Sangiran terletak di desa Krikilan, Kec. Kalijambe ( + 40 km dari Sragen atau + 17 km dari Solo) situs ini menyimpan puluhan ribu fosil dari jaan pleistocen ( + 2 juta tahun lalu).

Situs Sangiran merupakan daerah perbukitan yang mencakup kawasan seluas 32 km² dengan bentangan arah dari utara ke selatan kurang lebih 8 km dan dari barat ke timur kurang lebih 4 km². Daerah ini meliputi 12 kelurahan di 4 kecamatan, yaitu kecamatan kalijember, gemolong, plupuh, dan godangrejo. Daerah sangiran memiliki sebuah sungai yang membelah daerah tersebut menjadi dua yaitu kali cemara yang bermuara di bengawan solo.

(8)

b) Sejarah Situs Sangiran

Sejarah Museum Sangiran bermula dari kegiatan penelitian yang dilakukan oleh Von Koeningswald sekitar tahun 1930-an. Di dalam kegiatannya Von Koeningswald dibantu oleh Toto Marsono, Kepala Desa Krikilan pada masa itu.Setiap hari Toto Marsono atas perintah Von Koeningswald mengerahkan penduduk Sangiran untuk mencari “balung buto” (Bahasa Jawa = tulang raksasa).Demikian penduduk Sangiran mengistilahkan temuan tulang-tulang berukuran besar yang telah membatu yang berserakan di sekitar ladang mereka.Balung buto tersebut adalah fosil yaitu sisa-sisa organisme atau jasad hidup purba yang terawetkan di dalam bumi.

Fosil-fosil tersebut kemudian dikumpulkan di Pendopo Kelurahan Krikilan untuk bahan penelitian Von Koeningswald, maupun para ahli lainnya.Fosil-fosil yang dianggap penting dibawa oleh masing-masing peneliti ke laboratorium mereka, sedang sisanya dibiarkan menumpuk di Pendopo Kelurahan Krikilan.

Setelah Von Koeningswald tidak aktif lagi melaksanakan penelitian di Sangiran, kegiatan mengumpulkan fosil masih diteruskan oleh Toto Marsono sehingga jumlah fosil di Pendopo Kelurahan semakin melimpah.Dari Pendopo Kelurahan Krikilan inilah lahir cikal-bakal Museum Sangiran.

Untuk menampung koleksi fosil yang semakin hari semakin bertambah maka pada tahun 1974 Gubernur Jawa Tengah melalui Bupati Sragen membangun museum kecil di Desa Krikilan, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Saragen di atas tanah seluas 1000 m². Museum tersebut diberi nama “Museum Pestosen”. Seluruh koleksi di Pendopo Kelurahan Krikilan kemudian dipindahkan ke Museum tersebut.Saat ini sisa bangunan museum tersebut telah dirombak dan dialihfungsikan menjadi Balai Desa Krikilan.

Sementara di Kawasan Cagar Budaya Sangiran sisi selatan pada tahun 1977 dibangun juga sebuah museum di Desa Dayu, Kecamatan Godangrejo, Kabupaten Karanganyar. Museum ini difungsikan sebagai basecamp sekaligus tempat untuk menampung hasil penelitian lapangan di wilayah Cagar Budaya Sangiran sisi selatan.Saat ini museum tersebut sudah dibongkar dan bangunannya dipindahkan dan dijadikan Pendopo Desa Dayu.

(9)

Ruang Laboratorium, Ruang Istirahat/ Ruang Tinggal Peneliti, Ruang Garasi, dan Kamar Mandi. Selanjutnya koleksi yang ada di Museum Plestosen Krikilan dan Koleksi di Museum Dayu dipindahkan ke museum yang baru ini.Museum ini selain berfungsi untuk memamerkan fosil temuan dari kawasan Sangiran juga berfungsi untuk mengkonservasi temuan yang ada dan sebagai pusat perlindungan dan pelestarian kawasan Sangiran.

Tahun 1998 Dinas Praiwisata Propinsi Jawa Tengah melengkaspi Kompleks Museum Sangiran dendan Bnagunan Audio Visual di sisi timur museum.Dan tahun 2004 Bupati Sragen mengubah interior Ruang Knator dan Ruang Pertemuan menjadi Ruang Pameran Tambahan.

Tahun 2003 Pemerintah pusat merencanakan membuat museum yang lebih representative menggantikan museum yang ada secara bertahap.Awal tahun 2004 ini telah selesai didirikan bangunan perkantoran tiga lantai yang terdiri dari ruang basemen untuk gudang, lantai I untuk Laboratorium, dan lantai II untuk perkantoran. Program selanjutnya adalah membuat ruang audio visual, ruang transit untuk penerimaan pengunjung, ruang pameran bawah tanah, ruang pertemuan, perpustakaan, taman purbakala, dan lain-lain.

c) Proses Terbentuknya Sangiran

Pada awalnya sangiran merupakan lautan dangkal.Pada saat itu keadaan bumi masih belum stabil seperti sekarang, di beberapa bagian bumi seringkali mendapatkan pergerakan di dalam perut bumi yang disebabkan adanya dorongan tekanan endogen.Sangiran juga mengalami hal serupa, karena adanya dorongan tenaga endogen (dari dalam bumi) terjadi pengankatan dan pelipatan pada permukaan laut sangiran. Akibat dn pelipatan permukaan maka terbentuklah daratan-daratan yang mengisolasi sebagaian lautan tersebut sehingga menjadi danau dan rawa-rawa.

Saat terjadinya masa glacial (pembekuan), permukaan air laut menyusut, itu disebabkan karena adanya pembekuan es di kutub utara maka muncullah daratan di permukaan bumi. Danau dan rawa sangiran yang terbentuk dari lautan dangkal juga menjadi daratan kering.

(10)

Tenaga endogen yang terjadi berulang-berulang mengakibatkan permukan tanah di sangiran naik akibatnya adanya dorongan di dalam dan membentuk bukit.Kemudian karena aktivitas gunung lawu membuat tanah perbukitan longsor dan membentuk kubah, tanah di sekitar sungai cemarapun ikut longsor.Akibat dari hal tersebut, terbentuklah lapisan tanah yang berbeda dari lapisan tanah permukaan.Lapisan tanah yang terbentuk adalah lapisan dari jaman purbakala dimana hsil dari terbentuknya tanah sangiran membuat para ahli purbakala dan masyarakat sekitar menemukan bukti-bukti kehidupan masa prasejarah.Higga kini lapisan tanah (stratigrafi) yang dapat ditemukan dan diteliti terdapat 4 lapis.

Situs sangiran merupakan daerah perbukitan yang terbentuk dari fragmen-fragmen batu gamping foraminifera dan batu pasir yang tercampur dengan Lumpur saat masa halosen. Juga yang endapan alivial yang terdiri dari campuran lempung, pasir, kerikil, dan krakal dengan ketebalan kurang lebih 2 meter yang dapat terlihat di sungai cemara. Sungai cemara yang mengalir didaerah sangiran merupakan sungai anteseden yang menyayat kubah sangiran.Hal ini menyebabkan struktur kubah dan stratifigrafi tanah daerah sangiran dapat dipelajari dengan baik.

Tersingkapnya tanah di tepi sungai cemara menunjukan aktivitas erosi dan sedimentasi yang intensif pada masa sekarang. Proses erosi tersebut mengakibatkan munculnya fosil-fosil binatang maupun manusia purba di permukaan tanah sehingga sering ditemukan fosil-fosil setelah turun hujan.

Akibat dari dorongan tenaga endogen pada awalnya, aktivitas erosi dan sedimentasi yang tinggi maka menyebabkan pengangkatan dan pelipatan tanah sangiran, sehingga lapisan tanah sangiran terbagi dari 4 lapisan (dari lapisan teratas) yaitu Formasi Notopuro, Formasi Kabuh, Formasi Pucangan dan Formasi Kalibeng.

d) Formasi Lapisan Sangiran

Berdasarkan studi pustaka yang telah dilakukan, formasi penyusun daerah sangiran

merupakan urutan dari pengendapan syn-orogenic danpost-orogenic (proses pengendapan bahan

rombakan yang terjadi pada dan setelah terangkatnya perbukitan Kendeng yang berada disebelah utara Sangiran), kecuali formasi tertua.

(11)

1. Formasi Kalibeng

Formasi ini terletak di dukuh Ngampon, desa Krikilan, Kecamatan Klaijambe dan Kabupaten Sragen. Umur formasi ini adalah Pliosen (2 juta -1,8 juta tahun yang lalu). Persebaran Dormasi Kalibeng ditemukan disekitar Kubah Sangiran, dan membentuk perbukitan yang landai. Ketebalan formasi ini mencapai 126,5 m. satuan litologinya berupa lempung abu-abu kebiruan setebal 107 m, pasir lanau setebal 4,2 – 6,9 m, batu gamping balanus setebal 0 - 10,1M.

Pada formasi ini banyak ditemukan fosil-fosil Foraminifera dan Moluska laut. Antara lain ditemukan : arca (anadara), arcitectonica, lopha (alectryonia), Conus, Mirex, Chlamis, Pecten, Prunum, Turicula, renella spinoca, anomia, arcopsis, linopsis, dan turitella acoyana. Fosil-fosil tersebut merupakan ciri dari lingkungan pengendapan laut dangkal.

2. Formasi Pucangan

Formasi Pucangan ini terdiri dari dua satuan litologi yaitu satuan breksi laharik dan satuan napal bercampur batu lempung. Ketebalan formasi ini mencapai 157,5 m. sedang umur formasi ini adalah plestosen bawah ( 1,8juta-900ribu).

Satuan breksi laharik, terbentuk akibat pengendapan banjir lahar hujan yang diselingi pengendapan sungai normal dilingkungan air payau. Ketebalan satuan ini berkisar antara 0,7-46 m. satruan ini termasuk Formasi Pucangan Bawah, berumur Plestosen Bawah. Kandungan fosil pada lapisan ini sangat jarang.Namun diantaranya ditemukan sedikit fosil moluska laut jenis anadara, korbicula, dan murex.

Satuan napal dan batu lempung, termasuk Formasi Pucangan Atas, yang berumur plestosen bawah. Satuan ini berwarna abu-abu muda sampai tua, yang bila lapuk berwarna hitam. Ketebalan lapisan ini mencapai 113,5 m. pada satuan ini ditemukan tiga horizon moluska laut yang bercampur dengan gigi ikan hiu, yang menandakan bahwa pada masa itu pernah terjadi transgresi laut, meskipun mungkin kejadiannya sangat singkat.

(12)

3. Formasi Kabuh

Formasi ini terletak di dukuh Ngampon, desa Krikilan, Kecamatan Klaijambe dan Kabupaten Sragen. Umur formasi ini adalah Plestosen atas sampai plestosen tengah (900ribu-200ribu tahun yang lalu).

Formasi kabuh mempunyai ketebalan 5,8 – 58,6 M. lapisan ini mempunyai kandungan litologi berupa lempung lanau , pasir, besi dan kerikil. Satuan litologi tersebut ditemukan berselang-seling dengan lapisan konglomerat dan batu lempung vulkanik (tuf).Dibawah lapisan ini ditemukan lapisan batu pasir, konglomerat “calcareous” dengan ketebalan lebih dari 2M yang merupakan ciri lingkungan transisi antara lautan dan daratan.

Lapisan tuf yang terkandung dalam formasi kabuh dibedakan atas lapisan tuf bawah, tuf tengah, dan tuf atas. Lapisan tuf bawah terletak pada formasi kabuh dengan ketebalan 4,2 – 20 M, lapisan tuf tengah terdapat pada formasi kabuh dengan ketebalan 5,8 – 20M, dan lapisan tuf atas pada formasi kabuh atas dengan ketebalan 3,4-16M.

Kandungan fosil formasi kabuh meliputi hewan vertebrata dan moluska air payau. Fosil vertebrata yang ditemukan antara lain : bovidae, babi, buaya, bulus, banteng, gajah dan rusa. Sedang fosil moluska air payau yang ditemukan meliputi astartea, melania, dan corbicula.Selain itu ditemukan pula fosil cetakan daun.

4. Formasi Notopuro ( mad volcano)

Formasi notopuro terletak secara tidak selaras diatas formasi kabuh dengan ketebalan sekitar 47 M. satuan litologinya berupa : kerikil, pasir, lanau, lempung, air tawar, lahar pumisan dan tuf. Lapisan lahaar yang terkandung dalam lapisan ini, berdasarkan letaknya dibagi 3 yaitu : lapisan lahar atas, lapisan lahar teratas dan lapisan pumiceatas. Berdasarkan adanya lapisan lahar tersebut, formasi notopuro dibedakan menjadi 3 : formasi notopro bawah, formasi notopuro tengah dan formasi notopuro atas.

Lapisan notopuro bawah dimulai lapisan lahar atas sampai lapisan lahar teratas, dengan ketebalan antara 3,2- 2,89 M. Kandungan litologinya berupa pasir tufan dengan kerikil fluvial, lanau, lempung, fragmen kerikil andesit dan formasi tuf andesit.

(13)

lanau tufan, kecuali pada lapisan lahar yang terletak didasar. Pada formasi ini tidak ditemukan fosil mammalian sama sekali.

Formasi notopuro atas dimulai dari lapisan pumiceatas secara tidak selaras terletak diatas formasi notopuro tengah dan bawah, ketebalan formasi ini mencapai 25 M dan tersebar di daerah sangiran sebelah utara dan daerah sangiran sebelah timur. Kandungan litologinya berupa tuf dan bola-bola pumisan.

e) Pembagian Ruang di Museum Sangiran

1. Ruang Pamer 1 bertemakekayaan Sangiran dan berbagai fosil yang ditemukan di daerah

Sangiran oleh Prof. Dr. Gustav Heinrich Ralph von Koenigswald dan sejumlah peneliti

lainnya. Di Ruang ini banyak fosil yang berhasil ditemukan, antara lain fosil binatang darat (gajah, harimau, dll), binatang air (kudanil, buaya, dll), bebatuan dan berbagai peralatan yang terbuat dari batu yang dulu pernah dibuat dan digunakan manusia purba yang tinggal di Sangiran.

Di Ruang Pamer 1, juga terdapat buku kegiatan digital yang berisi tentang Evolusi Manusia Purba. Buku ini berisi tentang Teori Darwin, Teori Migrasi dan tokoh lainnya lengkap dengan penjelasan mengenai temuan.

2. Ruang Pamer 2, bertema Langkah-Langkah Kemanusiaan dan berisi diorama manusia purba serta profil para peneliti Indonesia setelah merdeka. Langkah-langkah kemanusiaan dijelaskan

pada teori evolusi.Mulai dari Seleksi Alam, Adaptasi danVariasi. Seleksi Alammenjelaskan

tentang keturunan suatu makhluk tampaknya sama dengan induk atau saudaranya, kemudian

makhluk yang mampu menyesuaikan diri (adaptasi) akan bertahan hidup dan hingga bisa

menciptakan suatu variasi.Setiap makhluk yang dilahirkan itu mempunyai unsur keturunan

masing-masing, unik. Di Ruang Pamer 2, di sini terdapat beberapa diorama lain dari yang lain.

Terdapat diorama G.H.R. von Koenigswald .Seorang geolog dan salah satu penemu tengkorak

“Sangiran II” yang kemudian disebut sebagai Pithecanthropus erectus. Koenigswald terlihat

(14)

keterangan dari pemandu, meski ada patung yang menggambarkan sedang menyalakan api, namun sampai sekarang belum ditemukan fosil alat yang digunakan untuk menyalakan api. Entah itu menggunakan batu atau sejenisnya, tapi sampai sekarang belum ditemukan.Masih banyak patung yang menggambarkan kegiatan mereka pada jaman dahulu, misalnya; berburu, masak dan makan bersama.

3. Ruang Pamer 3, bertema tentang Homo Erectus dan berisi replika kehidupan species Homo erectus. Pada tahun 2004, ditemukan sisa-sisa prasejarah dari goa Leang Boa di Flores yang

kemudian terkenal dengan namaHomo Floresiensis. Temuan ini menggemparkan dunia, karena

dia merupakan individu dewasa tetapi berpostur pendek, dengan tinggi bandan kira-kira 106 cm. Hidup pada 18.000-13.000 tahun yang lalu. Berdasarkan penelitian perkakas yang ditemukan,

Homo Floresiensis tergolong manusia yang cerdas, mampu menggunakan alat kayu dan bambu sebagai alat utama untuk mengadakan pemburuan.

f) Koleksi Museum Sangiran

1. Fosil manusia, antara lain Australopithecus africanus , Pithecanthropus mojokertensis

(Pithecantropus robustus ), Meganthropus palaeojavanicus , Pithecanthropus erectus, Homo soloensis , Homo neanderthal Eropa, Homo neanderthal Asia, dan Homo sapiens .

2. Fosil binatang bertulang belakang, antara lain Elephas namadicus (gajah), Stegodon

trigonocephalus (gajah), Mastodon sp (gajah), Bubalus palaeokarabau (kerbau), Felis palaeojavanica (harimau), Sus sp (babi), Rhinocerus sondaicus (badak), Bovidae (sapi, banteng), dan Cervus sp (rusa dan domba).

3. Fosil binatang air, antara lain Crocodillus sp (buaya), ikan dan kepiting, gigi ikan hiu,

Hippopotamus sp (kuda nil), Mollusca (kelas Pelecypoda dan Gastropoda ), Chelonia sp

(kura-kura), dan foraminifera .

4. Batu-batuan , antara lain Meteorit/Taktit, Kalesdon, Diatome, Agate, Ametis

5. Alat-alat batu, antara lain serpih dan bilah, serut dan gurdi, kapak persegi, bola batu dan

kapak perimbas-penetak 6. Koleksi lainnya

a) Fosil kayu yang terdiri dari:

(15)

Temuan dari Dukuh Jambu, Desa Dayu, Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar. Ditemukan pada tahun 1995 pada lapisan tanah lempung warna abu-abu ditemukan pada formasi pucangan

Fosil batang pohon

Temuan dari Desa krikilan , Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen. Fosil ini ditemukan pada tahun 1977 pada lapisan tanah lempung Warna abu-abu dari endapan ditemukan pada Formasi pucangan

b) Tulang hasta (Ulna) Stegodon Trigonocephalus

Ditemukan di kawasan cagar sangiran pada tanggal 23 november 1975 di tanah lapisan lempung warna abu –abu Formasi kabuh bawah.

c) Tulang paha

Ditemukan dari Desa Ngebung, Kecamatan kalijambe, Kabupaten Sragen pada tanggal 4 Februari 1989 pada lapisan tanah lempung warna abu – abu dari endapan ditemukan pada formasi pucangan atas.

d) Tengkorak kerbau

Ditemukan oleh Tardi Pada tanggal 20 November 1992 di Dukuh Tanjung, Desa Dayu Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar pada lapisan tanah Warna coklat kekuning-kunginan yang bercampur pasir ditemukan formasi kabuh berdasarkan penanggalan geologi berumur 700.000-500 tahun

e) Gigi Elephas Namadicus

Ditemukan di situs cagar budaya sangiran Pada tanggal 12 Desember 1975, Pada lapisan tanah pasir bercampur kerikil berwarna cokelat ditemukan pada Formasi kabuh

f) Fragmen gajah purba

Hidup di daerah cagar budaya sangiran. Jenisnya adalah:

 Mastodon

 Stegodon

 Elephas

(16)

Ditemukan oleh Supardi pada tanggal 3 Desember 1991 di Dukuh Bukuran, Desa Bukuran Kecamatan kalijambe Kabupaten Sragen pada lapisan lempung warna abu – abu dari endapan pucangan atas.

h) Ruas tulang belakang (Vertebrae)

Ditemukan di situs cagar budaya sangiran pada tanggal 15 Desember 1975 di lapisan tanah pasir berwarna abu – abu pada formasi kabuh bawah.

i) Tulang jari (Phalanx)

Ditemukan di situs sangiran pada tanggal 28 oktober 1975 pada lapisan tanah pasir kasar warna cokelat kekuning-kuningan pada formasi kabuh.

j) Rahang atas Elephas Namadicus

Rahang ini dilengkapi sebagian gading ditemukan oleh Atmo di Dukuh Ngrejo, Desa Samomorubuh Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen pada tanggal 24 April 1980 pada lapisan Grenz bank antara formasi pucangan dan kabuh.

k) Tulang kaki depan bagian atas (Humerus)

Bagian fosil ditemukan oleh Warsito Desa Krikilan, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen pada tanggal 28 Desember 1998 pada lapisan tanah lempung warna abu – abu dari formasi pucangan atas kala pleistosen bawah

l) Tulang kering

Ditemukan oleh Warsito di Dukuh Bubak Desa Ngebung, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen pada tanggal 4 januari 1993 lapisan tanah lempung warna abu – abu dari formasi pucangan atas.

m) Fosil Molusca

a. Klas Pelecypoda

b. Klas Gastropoda

n) Binatang air

 Tengkorak buaya (Crocodilus Sp.) ditemukan pada tanggal 17 Desember 1994 oleh Sunardi di

Dukuh Blimbing, Desa Ngebung, Kecamatan kalijambe kabupaten Sragen pada formasi pucangan

 Kura – kura (Chlonia Sp.) ditemukan pada tanggal 1 Februari 1990 oleh hari Purnomo Dukuh

(17)

 Ruas tulang belakang ikan ditemukan pada tanggal 20 November 1975 oleh Suwarno di Desa

Referensi

Dokumen terkait

Sikap keluarga terhadap pasien sebagai wujud sikap positif keluarga terhadap penerimaan pasien ketika pasien menunjukkan perilaku yang tidak wajar adalah mengajak

Judul Penelitian :' Aplikasi Pupuk Fosfut dan lnolrulan Tetbadap Prudubi Kedelai (Glycine max (L) Merrill) !'ada Dw Sislem Persiapan Laban SeteJab Padi SawalLI.

Tujuan umum pada penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat depresi dengan kualitas tidur pada lansia di Balai Pelayanan Sosial Tresna Werdha Unit Budi

Peradangan pada usus dapat mengakibatkan pendarahan dimana kondisi tersebut mengakibatkan pembuluh darah menjadi rentan untuk pecah dan menyebabkan darah segar akan

LEMBAR BUKU INDUK ANAK DIDIK

[r]

Berdasarkan hasil wawancara singkat antara peneliti dengan beberapa guru bahasa Inggris di SMP Negeri 14 Cirebon, ditemukan kesimpulan bahwa kecenderungan Kurikulum

Perancangan aplikasi permainan bekel pada perangkat mobile berbasis Android adalah sebuah analisis, desain dan implementasi dari metode gerak jatuh bebaspada bola dan