PELAKSANAAN HUKUM WARIS ISLAM PADA MASYARAKAT SAKAI DI KECAMATAN MANDAU KABUPATEN BENGKALIS PROVINSI RIAU
T E S I S
Oleh:
RATNA PURNAMA SARI BR SIMANJUNTAK 137011005/M.Kn
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PELAKSANAAN HUKUM WARIS ISLAM PADA MASYARAKAT SAKAI DI KECAMATAN MANDAU KABUPATEN BENGKALIS PROVINSI RIAU
T E S I S
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan Pada
Program Studi Kenotariatan Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara
Oleh
RATNA PURNAMA SARI BR SIMANJUNTAK
137011005/MKn
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Telah diuji pada
Tanggal : 11 Februari 2016
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Dr. Utary Maharany Barus, S.H., M.Hum
Anggota : 1. Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN
2. Dr. Idha Aprilyana Sembiring, S.H., M.Hum
3. Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, M.Hum
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : RATNA PURNAMA SARI BR SIMANJUNTAK
Nim : 137011005
Program Studi : Magister Kenotariatan FH USU
Judul Tesis : PELAKSANAAN HUKUM WARIS ISLAM PADA
MASYARAKAT SAKAI DI KECAMATAN MANDAU
KABUPATEN BENGKALIS PROVINSI RIAU
Dengan ini menyatakan bahwa Tesis yang saya buat adalah asli karya saya sendiri
bukan Plagiat, apabila dikemudian hari diketahui Tesis saya tersebut Plagiat karena
kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia diberi sanksi apapun oleh Program Studi
Magister Kenotariatan FH USU dan saya tidak akan menuntut pihak manapun atas
perbuatan saya tersebut.
Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan dalam keadaan
sehat.
Medan
Yang membuat Pernyataan
ABSTRAK
Sistem kehidupan masyarakat adat ditentukan oleh sistem kekerabatan yang bermula dari bentuk perkawinan. Bentuk kekerabatan itu berpengaruh terhadap pemikiran dan cara pemilikan atas harta serta cara penyelesaian peralihan harta. Hal ini nampak pada praktik pembagian kewarisan hampir di seluruh daerah Nusantara salah satunya adalah sistem kewarisan yang dilaksanakan oleh masyarakat Sakai di Kecamatan Mandau. Dalam adat Sakai yang menarik keturunannya secara Matrilineal bertolak belakang dengan garis keturunan menurut Islam yang Bilateral. Demikian pula dengan sistem kewarisan Sakai yang dilakukan secara kolektif sedangkan hukum Islam melakukannya secara Individual. Adapun rumusan masalah dalam tesis ini adalah Mengapa terjadi pergeseran Hukum waris adat menjadi Hukum waris Islam pada masyarakat Sakai di Kecamatan Mandau, Bagaimana pelaksanaan Hukum waris Islam pada masyarakat Sakai di Kecamatan Mandau, Bagaimana penyelesaian sengketa harta warisan pada masyarakat Sakai diKecamatan Mandau.
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau dengan meneliti masyarakat adat Sakai yang beragama Islam. Kecamatan Mandau terdiri dari 15 desa dan diambil 3 Desa sebagai sampel yaitu Desa Petani, Desa Bumbung dan Desa Kesumbo Ampai. Teknik Sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Purposive Sampel. Dari setiap Desa akan diambil 5 orang sebagai responden dengan keseluruhan responden yang jumlah total 15 orang. Pertimbangan dalam pemilihan responden adalah, orang Sakai yang merupakan penetap lama, yang telah memeluk agama Islam dalam waktu yang lama, dan telah menggunakan waris Islam dalam menyelesaikan warisannya. Untuk memperoleh informasi yang lebih lengkap dilakukan wawancara dengan informan yaitu 1 orang Kepala Desa, 2 Orang Ketua Adat dan 1 Orang Pemuka Agama di Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis. Data dianalisis secara sistemaris dengan menggunakan metode kualitatif yaitu analisis berupa kalimat dan uraian.
Pergeseran Hukum waris adat Sakai menjadi Hukum waris Islam terjadi disebabkan oleh dua faktor yaitu Faktor internal adalah agama dan kesadaran hukum, sedangkan faktor eksternal adalah Pendidikan, Perantauan/Migrasi, Ekonomi dan Sosial. Fakta yang ditemukan dari hasil penelitian ini bahwa masyarakat telah mengenal Hukum waris Islam (faraidh), namun dalam pembagian harta warisan belum seluruhnya menggunakan Hukum waris Islam (faraidh), hal ini dapat terlihat dari porsi bagian waris. Perselisihan dalam pembagian harta warisan pada masyarakat Sakai dapat diselesaikan dengan cara musyawarah, baik melalui musyawarah keluarga maupun musyawarah dengan pemuka adat. Sampai saat ini belum ada masyarakat Sakai yang mengajukan sengekta warisan sampai pada Pengadilan Negeri maupun pengadilan Agama. Masyarakat Sakai muslim hendaknya melaksanakan Hukum waris berdasarkan sistem waris Islam. Pengadilan Agama seharusnya memberikan penyuluhan mengenai porsi pembagian waris berdasarkan sistem waris Islam kepada para Ketua Adat maupun pemuka Agama, sehingga dapat terlaksana pembagian waris menurut sistem waris Islam.
ABSTRACT
The system of life in adat community is determinded by the kinship system which is started from marriage. This kinship system influences the thought and the way of ownership of property and the way how to settle the transfer of property. This can be seen in the practice of distributing inheritance throughout Indonesia and it is practiced by Sakai community in Mandau Subdistrict. Sakai community thats follows matrilineal system is contrary to the Islamic line of descent (bilateral system). Sakai inheritance system which is done collectively is also contrary to the Islamic law which is done individually. The problems of the research were as follows : how about the shift of adat inheritance law to the Islamic inheritance law in Sakai community in Mandau District, how about the implementation of the Islamic inheritance law in Sakai community in Mandau Subdistrict, and how about the settlement of dispute in inheritance law in Sakai community in Mandau Subdistrict.
The research was about Sakai adat community that was Moslems. It was conducted in Mandau Subdistrict, Bengkalis District, Riau Province. Mandau Subdistrict consists of 15 villages, and three of them (Petani village, Bumbung village and Kesumbo Ampai village) were used as the samples, taken by using purposive sampling technique. Five people from each village were taken as the samples so that there were 15 respondents all together. The reason for selecting the respondents was that they were old settlers and Moslems, and had used the Islamic inheritance system for a long time. Interviews with informants (a Village Head, two adat leaders, and one religious figure in Mandau Subdistrict, Bengkalis District). The data were analyzed systematically and qualitatively by analyzing sentences and explanation.
The shift in adat inheritance law to the Islamic inheritance law occurs because two factors: internal factors (religion and law awareness) and external factors (education, migration, economy and social). The result of the research showed that the community had known the Islamic inheritance law (faraidh), but not all community had known the Islamic inheritance law (faraidh) which could be seen from the portion of the inheritance. Dispute in distributing inheritance to Sakai community could be settled by reconciliation, either through family reconciliation with or through reconciliation with adat leaders. Up to the present, no one in Sakai community has complained abaout inheritance distribution to the District Court and the Religious Court. It is recommended that the Sakai Moslems perform inheritance law according to the Islamic inheritance system. The Religious Court should provide conseling about the portion of inheritance system for the adat leaders and religious figures so inheritance system for the adat leaders and religious figures so that inheritance distribution according to the Islamic law can be implemented.
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Pertama-tama penulis mengucapkan puji dan syukur atas kehadirat Allah
SWT, karena dengan rahmat dan hidayah-Nya penulis bisa menyelesaikan tesis ini
dengan baik. Dan tak lupa juga sholawat dan salan penulis hadiahkan kepada
junjungan besar Nabi Muhammad SAW, sebagai Nabi dan Rasul yang diutus
Allah untuk memperbaiki akhlak manusia agar menuju pada pencerahan.
Adapun judul dari tesis ini adalah : “PELAKSANAAN HUKUM WARIS
ISLAM PADA MASYARAKAT SAKAI DI KECAMATAN MANDAU
KABUPATEN BENGKALIS PROVINSI RIAU ”, pengangkatan judul Tesis ini
adalah merupakan kewajiban penulis untuk menyelesaikan tugas akhir Program
Studi Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara.
Dalam melakukan penulisan dan penelitian tesis ini, penulis mengucapkan
terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan,
dorongan, motivasi, serta bimbingan baik secara moril maupun materil, sehingga
terselesaikannya penulisan tesis ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Runtung, S.H, M.Hum., selaku Rektor Universitas Sumatera
pendididkan pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Runtung, S.H, M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara yang telah memberi kesempatan kepada penulis
untuk menjadi Mahasiswa Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN., selaku Ketua Program
Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
sekaligus Pembimbing II dalam penulisan tesis ini, atas segala dedikasi dang
pengarahan, serta masukan kepada penulis selama mengikuti dan menuntut
ilmu pengetahuan di Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, M.Hum., selaku Sekretaris Program
Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, yang
menyetujui pengangkatan judul Tesis ini, dan telah banyak memberikan saran
dan pengarahan kepada penulis selama mengikuti dan menuntut ilmu
pengetahuan di Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara.
5. Ibu Dr. Utary Maharany Barus, S.H., M.Hum., sebagai Pembimbing I dalam
penulisan tesis ini yang telah meluangkan waktunya yang juga telah banyak
penyelesaian tesis ini untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan tesis
ini;
6. Ibu Dr. Idha Aprilyana Sembiring, S.H., M.Hum, sebagai Pembimbing III
dalam penulisan tesis ini yang telah meluangkan waktunya yang juga telah
banyak memberikan arahan dan saran serta bimbingan kepada penulis dalam
penyelesaian tesis ini untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan tesis
ini;
7. Guru Besar Universitas Sumatera Utara dan Dosen-Dosen Universitas Sumatera
Utara beserta Staff Pengajar Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmunya dan
membuka cakrawala berpikir penulis yang sangat bermanfaat dikemudian hari.
8. Para Pegawai Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara yang telah membantu dan memberi kemudahan
administrasi kepada penulis selama mengikuti Program Studi Magister
Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
9. Karyawan Perpustakaan Universitas Universitas Sumatera Utara atas segala
bantuan dalam penyediaan bahan referensi dalam penyusunan Tesis ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada kedua orang
tua tercinta ayahanda H. Mohd. Nadjib Simanjuntak, SE dan Ibunda tersayang
Burhanuddin Simanjuntak, yang telah memberikan dukungan semangat serta doanya
hingga Adinda dapat menyelesaikan Tesis ini.
Terimakasih kepada keluarga besar penulis Alm. H. M. Simanjuntak, yang
telah memberikan dukungan semangat serta doanya hingga penulis dapat
menyelesaikan Tesis ini.
Terimakasih kepada teman-teman mahasiwa Magister Kenotariatan Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara khususnya teman-teman Grup B Angkatan 2013
terutama kepada Soraya Novia, Ira Quwaity Saragih, Novi Fajar Anggraini, Riska
Yunus Putri, Hasiani Putrinta Dongoran, Elvira Lieshanty Febryza, Khairi
Ayumi Hasan, Fitri Kesuma Zebua, Framita Utami, Henry Halomoan Siregar,
Ahmad Yaser Arafat dan teman-teman lain angkatan 2013, penulis mengucapkan
terima kasih banyak karena telah membantu dan memberikan dukungan dan
hiburannya dalam penulisan Tesis ini
Tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada masyarakat Sakai di Kecamatan
Mandau Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau khususnya Desa Petani, Desa Bumbung
dan Desa Kesumbo Ampai dan pihak terkait lainnya yang telah yang telah membantu
penulis dalam memperoleh data sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.
Atas bantuan yang diberikan para pihak yang tidak dapat penulis tuliskan satu
persatu, penulis mengucapkan terima kasih, semoga Allah SWT melimpahkan Rahmat
Penulis menyadari tesis ini masih banyak memiliki kekurangan dan jauh dari
sempurna. Namun harapan penulis semoga tesis ini bermanfaat kepada seluruh
pembaca. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan karunia-Nya. Amin.
Medan, 11 Februari 2016 Penulis
Ratna Purnama Sari Br Simanjuntak
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
Nama : Ratna Purnama Sari Br Simanjuntak Tempat Tanggal Lahir : Binjai, 15 juli 1988
Email : nasimanjuntak@gmail.com
II. IDENTITAS KELUARGA
Nama Ayah : H. Mohd. Nadjib Simanjutak, SE Nama Ibu : Hj. Nisma Dalimunthe
Nama Saudara Kandung : 1. Nani Fatma Putri Simanjuntak, SE 2. Burhanuddin Simanjuntak
DAFTAR ISI
BAB II PERGESERAN HUKUM WARIS ADAT MENJADI HUKUM WARIS ISLAM PADA MASYARAKAT SAKAI DI KECAMATAN MANDAU ……….. 28 A. Gambaran Umum Masyarakat Sakai di Kecamatan Mandau ……….. 28 B. Identitas dan Sifat- sifat Orang Sakai ……… 34 C. Hukum Waris Adat Pada Masyarakat Sakai di Kecamatan Mandau ……….. 43
BAB III PELAKSANAAN HUKUM WARIS ISLAM PADA MASYARAKAT SAKAI DI KECAMATAN
MANDAU ………... 64
A. Pengertian Hukum Waris Islam ………. 64
1. Unsur-Unsur Hukum Waris Islam ………... 68
2. Syarat-Syarat Mewarisi Dalam Islam …………... 70
3. Sebab-sebab Timbulnya Kewarisan Dalam Islam .. 72
4. Halangan Mewarisi Atau Hilangnya Hak Waris-Mewarisi Dalam Islam ……….. 76
B. Pelaksanaan Waris Pada Masyarakat Sakai di Kecamatan Mandau ………... 81
C. Proses Pembagian Harta Warisan Dalam Masyarakat Sakai ………... 91
BAB IV PENYELESAIAN SENGKETA HARTA WARISAN PADA MASYARAKAT SAKAI DI KECAMATAN MANDAU ………...... 98
A.Sengketa Harta Warisan diantara para Ahli Waris ….... 98
B.Penyelesaian Sengketa Waris Pada Masyarakat Sakai di Kecamatan Mandau ………... 99
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………... 104
A.KESIMPULAN ………... 104
B.SARAN ………..…... 105
DAFTAR PUSTAKA ………... 107
DAFTAR ISTILAH ASING
Al ‘Aul : Bertambahnya pembagi (jumlah bagian fardh) sehingga menyebabkan berkurangnya bagian para ahli waris
Al-Muwarrits : Orang yang pada saat meninggalnya atau yang dinyatakan meninggal berdasarkan putusan pengadilan beragama Islam, meninggalkan ahli waris dan harta peninggalan
Animisme : Kepercayaan kepada makhluk halus dan roh merupakan asas kepercayaan agama yang mula-mula muncul dikalangan manusia primitif mempunyai peranan penting dalam hubungan dengan makhluk gaib, ataupun makhluk halus
Ego : Saya
Furu’ : Anak turun (cabang) dari si mati
Harta Pusako : Semua harta yang ditinggalkan oleh simati samada harta alih atau harta tak alih termasuklah apa-apa hak dan kepentingan yang berkaitan dengannya.
Hawasyi : Keluarga yang dihubungkan dengan si meninggal dunia melalui garis menyamping, seperti saudara, paman, bibi, dan anak turunnya dengan tidak membeda-bedakan laki-laki atau perempuan.
Konjouw : Tombak yang terbuat dari besi yang dipanaskan yang digunakan untuk berburur hewan dan telah dibekali oleh mantra-mantra hewan
Magi : Agama
Manggalo Mersik : Olahan ubi yang berbentuk kerak, berbutir-butir atau bergumpal-gumpal kecil
Mati Haqiqi : Kematian yang dapat disaksikan oleh panca indra
Mati Taqdiry : Kematian yang didasarkan pada dugaan yang kuat bahwa orang yang bersangkutan telah mati.
Matrilineal : Sistem yang mengatur kehidupan dan ketertiban suatu masyarakat yang terikat dalam suatu jalinan kekerabatan dalam garis ibu
Mauruts : Harta peninggalan si mati setelah dipotong biaya pengurusan mayit, melunasi hutangnya, dan melaksanakan wasiatnya yang tidak lebih dari sepertiga
Parental : Sistem keturunan yang ditarik melalui garis orang tua, atau menurut garis dua sisi (bapak-ibu), dimana kedudukan pria dan wanita tidak dibedakan di dalam pewarisan
Perbatin Lima : Sistem pemerintahan masyarakat Sakai pada masa lalu yang terdiri dari Daerah sekitar Minas, Daerah sekitar hulu Sungai Penaso, Daerah sekitar hulu sungai Beringin, Daerah sekitar sungai Belutu, Daerah sekitar sungai Ebon di Tengganau Perbatin Delapan : Sistem pemerintahan masyarakat Sakai pada masa lalu yang
terdiri dari Petani, Sebanga/Duri km, 13,Air Jamban Duri, Pinggir, Semunai, Syam-Syam, Kandis dan Balai makam Puak Melayu : Suku Melayu
Sakai Dalam : Suku Sakai yang telah maju dan hidup berbaur dengan masyarakat sekitar
Sakai Luar : Suku Sakai yang masih hidup primitif di dalam hutan dengan keyakinan animism
Tajhiz : Segala yang diperlukan seseorang yang meninggal dunia sejak dari wafatnya sampai pada penguburannya
Tenung : Kepandaian dan sebagainya untuk mengetahui (meramalkan)
sesuatu yang gaib (seperti meramalkan nasib, mencari orang hilang)
Tirkah : Sesuatu yang ditinggalkan (Harta peninggalan)
Teori Receptie : Teori ini menyatakan bahwa pada dasarnya bagi rakyat pribumi berlaku hukum adat dan Hukum Islam berlaku jika telah dierima oleh masyarakat sebagai hukum adat.
Teori Receptie In : Suatu teori dimana hukum adat istiadat dan hukum undang – Complexu undang mengacu pada arah hukum agama yang dianut leh
Teori Receptie Exit : Teori ini menyatakan bahwa pemberlakuan hukum Islam tidak harus didasarkan atau ada ketergantungan dengan hukum adat
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
TABEL I : Tabel Penduduk Menurut Agama Thun 2012
Provinsi Riau ... 4
TABEL II : Sampel Desa dan Responden ………... 24
TABEL III : Tingkat Pendidikan Responden ……… 60
TABEL IV : Perkawinan Antar Suku Yang Dilakukan Oleh Responden ………... 62
TABEL V : Sistem Pewarisan ……….. 82
TABEL VI : Alasan Pemilihan Sistem Pewarisan ... 82
TABEL VII : Bagian Ahli Waris ……… 83
TABEL VIII : Jenis Harta Yang Diwariskan ……… 85
TABEL IX : Keberadaan Harta Pusako Dalam Warisan ... 86
TABEL X : Pemisahan Harta Pusako dan Harta Pencaharian Dalam Pembagian Waris ... 86
TABEL XI : Sengketa Waris Dalam Pembagian Harta Warisan .. 87
TABEL XII : Proses Pembagian Waris ……….. 96