Herry Yul Salim Tarigan : Sintesis Metoksi Fenil Laurat Melalui Reaksi Transesterifikasi Antara 4-Alil-2-Metoksi Fenil Asetat Dengan Metil Laurat, 2010.
SINTESIS 4-ALIL-2-METOKSI FENIL LAURAT MELALUI REAKSI TRANSESTERIFIKASI ANTARA 4-ALIL-2-METOKSI FENIL ASETAT DENGAN METIL LAURAT
SKRIPSI
Herry Yul Salim Tarigan 030802017
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Herry Yul Salim Tarigan : Sintesis Metoksi Fenil Laurat Melalui Reaksi Transesterifikasi Antara 4-Alil-2-Metoksi Fenil Asetat Dengan Metil Laurat, 2010.
SINTESIS 4-ALIL-2-METOKSI FENIL LAURAT MELALUI REAKSI TRANSESTERIFIKASI ANTARA 4-ALIL-2-METOKSI FENIL ASETAT DENGAN METIL LAURAT
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains
Herry Yul Salim Tarigan 030802017
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Herry Yul Salim Tarigan : Sintesis Metoksi Fenil Laurat Melalui Reaksi Transesterifikasi Antara 4-Alil-2-Metoksi Fenil Asetat Dengan Metil Laurat, 2010.
PERSETUJUAN
Judul : SINTESIS 4-ALIL-2-METOKSI FENIL LAURAT MELALUI REAKSI TRANSESTERIFIKASI ANTARA 4-ALIL-2-METOKSI FENIL ASETAT DENGAN METIL LAURAT
Kategori : SKRIPSI
Nama : HERRY YUL SALIM TARIGAN
Nomor Induk Mahasiswa : 030802017
Program Studi : SARJANA (S1) KIMIA Departemen : KIMIA
Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM (FMIPA) SUMATERA UTARA
Disetujui di
Medan, Juni 2009
Komisi Pembimbing :
Dosen Pembimbing 2 Dosen Pembimbing 1
(Drs. Darwis Surbakti ,MS) (Drs. Adil Ginting, M.Sc) NIP. 131 283 733 NIP. 130 872 293
Diketahui/Disetujui Oleh : Departemen Kimia FMIPA USU Ketua,
Herry Yul Salim Tarigan : Sintesis Metoksi Fenil Laurat Melalui Reaksi Transesterifikasi Antara 4-Alil-2-Metoksi Fenil Asetat Dengan Metil Laurat, 2010.
PERNYATAAN
SINTESIS 4-ALIL-2-METOKSI FENIL LAURAT MELALUI REAKSI TRANSESTERIFIKASI ANTARA 4-ALIL-2-METOKSI FENIL ASETAT DENGAN METIL LAURAT
SKRIPSI
Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing – masing disebutkan sumbernya.
Medan, Juni 2009
Herry Yul Salim Tarigan : Sintesis Metoksi Fenil Laurat Melalui Reaksi Transesterifikasi Antara 4-Alil-2-Metoksi Fenil Asetat Dengan Metil Laurat, 2010.
PENGHARGAAN
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang, dengan limpah kurnia-Nya kertas kajian ini berhasil diselesaikan dalam waktu yang telah ditetapkan.
Herry Yul Salim Tarigan : Sintesis Metoksi Fenil Laurat Melalui Reaksi Transesterifikasi Antara 4-Alil-2-Metoksi Fenil Asetat Dengan Metil Laurat, 2010.
ABSTRAK
Sintesis 4-alil-2-metoksi fenil laurat dapat diperoleh melalui reaksi transesterifikasi
antara alil-2-metoksi fenil asetat dengan metil laurat. Cengkeh yang mengandung
4-alil-2-metoksi fenol diisolasi dengan menggunakan larutan NaOH yang kemudian
diekstraksi dengan menggunakan n-heksan, selanjutnya diasamkan dengan H2SO4 25 % sampai pH = 3 dan diekstraksi kembali menggunakan n-heksan serta dipekatkan
dan dianalisa dengan spektroskopi FT-IR. Senyawa 4-alil-2-metoksi fenol yang
diperoleh diasetilasi dengan menggunakan asetat anhidrat sehingga menghasilkan
4-alil-2-metoksi fenil asetat yang kemudian dianalisa dengan spektroskopi FT-IR. Hasil
asetilasi 4-alil-2-metoksi fenol direaksikan dengan metil laurat melalui reaksi
transesterifikasi dengan menggunakan katalis Na-metoksi sehingga menghasilkan
4-alil-2-metoksi fenil laurat. Hasil reaksi dimurnikan dengan metode kromatografi
kolom, kemudian dianalisa dengan spektroskopi FT-IR dan diukur harga HLB
Herry Yul Salim Tarigan : Sintesis Metoksi Fenil Laurat Melalui Reaksi Transesterifikasi Antara 4-Alil-2-Metoksi Fenil Asetat Dengan Metil Laurat, 2010.
ABSTRACT
The 4-alil-2-methoxy phenyl lauric compound can be synthesized by
transesterification between 4-alil-2-methoxy phenyl acetate with methyl lauric. Clove
which is contain of 4-alil-2-metoxy phenol be isolated by using NaOH, and then be
extracted with n-hexane, and then acidified with H2SO4 25 % until pH = 3, and then be extracted again by using n-hexane, concentrated and analyzed by FT – IR
spectroscopy. The 4-alil-2-metoxy phenol compound which is obtained be acetilated
with anhidrid acetate until produce 4-alil-2-methoxy phenyl acetate then analyzed by
FT – IR specstroscopy. The product of asetilation of 4-alil-2-metoxy phenol be
reacted methyl lauric by transesterification by using Na-methoxy as a catalyst.
Purification of product be done by coloumn chromatograpy method, and be analyzed
by FT – IR specstroscopy dan HLB value is determinated by titration method which
Herry Yul Salim Tarigan : Sintesis Metoksi Fenil Laurat Melalui Reaksi Transesterifikasi Antara 4-Alil-2-Metoksi Fenil Asetat Dengan Metil Laurat, 2010.
DAFTAR ISI
2.4.2. Interesterifikasi 13
2.4.3. Transesterifikasi 14
2.5. Surfaktan 14
2.6. Kromatografi 15
2.6.1. Kromatografi Lapis Tipis 16
2.6.2. Kromatografi Kolom 17
2.7. Teknik Spektroskopi 18
2.7.1. Spektrofotometer Infra Merah (FT-IR) 18
Herry Yul Salim Tarigan : Sintesis Metoksi Fenil Laurat Melalui Reaksi Transesterifikasi Antara 4-Alil-2-Metoksi Fenil Asetat Dengan Metil Laurat, 2010.
3.3.1.3. Pembuatan Larutan KOH 0,5 N 22
3.3.1.4. Pembuatan Larutan Indikator Fenolftalein 23
3.3.1.5. Pembuatan Larutan KOH 0,1 N 23
3.3.1.6. Pembuatan Larutan KOH 0,02 N 23
3.3.1.7. Pembuatan Alkohol Netral 23
3.3.2. Isolasi 4-alil-2-metoksi fenol dari minyak cengkeh 23
3.3.3. Asetilasi 4-alil-2-metoksi fenol 23
3.3.4. Pembuatan Metil Ester Asam Laurat 24
3.3.5. Transesterifikasi 4-alil-2-metoksi fenil Asetat
dengan Metil Laurat 24
3.3.6. Prosedur Analisa 25
3.3.6.1. Analisis Bilangan Penyabunan 25
3.3.6.2. Analisis Bilangan Asam 25
3.4. Bagan Penelitian 26
Bab 4 Hasil dan Pembahasan
4.1. Hasil Penelitian 31
4.2. Pembahasan 31
Bab 5 Kesimpulan dan Saran
5.1. Kesimpulan 38
5.2. Saran 38
Herry Yul Salim Tarigan : Sintesis Metoksi Fenil Laurat Melalui Reaksi Transesterifikasi Antara 4-Alil-2-Metoksi Fenil Asetat Dengan Metil Laurat, 2010.
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 4.1. Spektrum FT – IR Senyawa 4-alil-2-metoksi fenol 33
Gambar 4.2. Spektrum FT – IR Senyawa 4-alil-2-metoksi fenil asetat 34
Gambar 4.3. Spektrum FT – IR Senyawa Metil Ester Asam Laurat 35
Gambar 4.4. Spektrum FT – IR Senyawa 4-alil-2-metoksi fenil laurat 36
Herry Yul Salim Tarigan : Sintesis Metoksi Fenil Laurat Melalui Reaksi Transesterifikasi Antara 4-Alil-2-Metoksi Fenil Asetat Dengan Metil Laurat, 2010.
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Asam Lemak Jenuh 8
Tabel 2.2. Asam Lemak Tidak Jenuh 8
Tabel 2.3. Struktur Turunan Asam Karboksilat 10
Tabel 4.1. Data Penentuan Bilangan Penyabunan dengan Metode Titrasi 36
Herry Yul Salim Tarigan : Sintesis Metoksi Fenil Laurat Melalui Reaksi Transesterifikasi Antara 4-Alil-2-Metoksi Fenil Asetat Dengan Metil Laurat, 2010.
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Perhitungan Harga HLB 41
Lampiran 2. Hasil Pemisahan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Herry Yul Salim Tarigan : Sintesis Metoksi Fenil Laurat Melalui Reaksi Transesterifikasi Antara 4-Alil-2-Metoksi Fenil Asetat Dengan Metil Laurat, 2010.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang kaya dengan sumber daya alam, baik flora maupun
fauna. Sumber daya alam ini merupakan salah satu faktor pendukung dan penggerak
dalam pembangunan bangsa Indonesia. Di Indonesia dikenal beberapa flora penghasil
minyak atsiri yang salah satunya adalah berasal dari tanaman cengkeh (Syzygium
aromaticum L.) famili dari Myrtaceae. (Oller D., 2005)
Tanaman cengkeh yang berasal dari Maluku ini sudah banyak dibudidayakan
untuk diambil bunga dan minyaknya. Minyak cengkeh di Indonesia kegunaannya
masih sangat terbatas sebagai minyak gosok untuk penyembuh rasa sakit. Sebagai
obat tradisional, cengke h memiliki khasiat mengatasi sakit gigi, mual, muntah,
kembung, masuk angin, sakit kepala, radang lambung, dan lain – lain. (Anonim, 2002)
Sejauh ini minyak cengkeh belum banyak diproses sebagai bahan baku yang
lebih bermanfaat sebagai senyawa turunannya. Oleh karena itu, diperlukan usaha –
usaha untuk meningkatkan nilai tambah minyak atsiri ini melalui isolasi komponen
utamanya sehingga memiliki nilai ekonomis lebih tinggi. Sebagai negara berkembang
yang banyak menghasilkan berbagai produk parfum dan sabun melalui industri,
membutuhkan banyak bahan dasar sebagai campuran dalam pembuatan produk –
produk ini. (Sastrohamidjojo, 2002)
Kualitas minyak cengkeh dievaluasi dari kandungan fenol, terutama eugenol
(4-alil-2-metoksi fenol). Kandungan dari fenol dalam minyak cengkeh tergantung dari
pada kondisi cengkeh (utuh atau ditumbuk) dan metode penyulingan minyak dengan
kadar fenol yang tinggi menunjukkan berat jenis yang tinggi. Minyak yang baru
Herry Yul Salim Tarigan : Sintesis Metoksi Fenil Laurat Melalui Reaksi Transesterifikasi Antara 4-Alil-2-Metoksi Fenil Asetat Dengan Metil Laurat, 2010.
semakin menggelap atau ketuaan. Bau dan flavornya bersifat tipikal rendah, aromatik
tinggi, kuat dan tahan lama. Kandungan eugenol yang terdapat pada bunga cengkeh,
gagang cengkeh dan daun cengkeh berturut – turut adalah sebagai berikut 90 %, 88,5
% dan 85,5 %.
(Guenther, 1990)
Senyawa 4-alil-2-metoksi fenol (eugenol) telah banyak disintesa menjadi
beberapa senyawa turunannya oleh beberapa peneliti terdahulu. Eugenil metil eter dan
eugenil etil eter merupakan senyawa turunan dari eugenol yang sangat luas digunakan
sebagai komposisi parfum. (Sastrohamidjojo, 2004)
Senyawa eugenol telah berhasil diasetilasi dan kemudian dioksidasi menjadi
vanilin.(Bulan, R., 2004)
Atas dasar ini peneliti tertarik untuk memanfaatkan senyawa 4-alil-2-metoksi fenol
(eugenol) pada minyak cengkeh yang berasal dari bunga cengkeh sebagai bahan
pembuatan 4-alil-2-metoksi fenil laurat sebagai bahan surfaktan.
1.2. Permasalahan
Apakah reaksi 4 – alil – 2 – metoksi fenol dengan asam asetat anhidrat dapat
menghasilkan 4 – alil – 2 – metoksi fenil asetat, dan dengan menggikuti prinsip reaksi
transesterifikasi diharapkan 4 – alil – 2 – metoksi fenil asetat dapat bereaksi dengan
metil laurat sehingga diperoleh 4 – alil – 2 – metoksi fenil laurat.
1.3. Tujuan Penelitian
Untuk mendapatkan senyawa 4 – alil – 2 – metoksi fenil laurat melalui reaksi
Herry Yul Salim Tarigan : Sintesis Metoksi Fenil Laurat Melalui Reaksi Transesterifikasi Antara 4-Alil-2-Metoksi Fenil Asetat Dengan Metil Laurat, 2010.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan menghasilkan senyawa 4 – alil – 2 – metoksi fenil laurat
yang dapat digunakan sebagai bahan surfaktan.
1.5. Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di laboratorium Kimia Organik FMIPA USU, dan analisis
secara FT-IR dilakukan di Laboratorium Kimia Organik UGM, Yogyakarta.
1.6. Metodologi Penelitian
1.6.1. Isolasi 4-alil-2-metoksi fenol dari minyak cengkeh
Minyak cengkeh dicampurkan dengan larutan NaOH. Kemudian dimasukkan ke
dalam corong pisah dan ditambahkan dengan n-heksan lalu diekstraksi. Lapisan
bawah dimasukkan ke dalam gelas beaker dan dihidrolisa dengan H2SO4 25 % sampai pH = 3. Larutan pH = 3 dimasukkan ke dalam corong pisah dan ditambahkan
heksan lalu diekstraksi. Lapisan atas dirotarievaporasi untuk menghilangkan
n-heksan dan dihasilkan eugenol. Lalu dianalisa FT-IR.
1.6.2. Asetilasi 4-alil-2-metoksi fenol
Senyawa 4-alil-2-metoksi fenol direfluks dan ditetesi asam asetat anhidrat melalui
corong penetes secara perlahan – lahan sambil dipanaskan selama ± 4 jam pada suhu
Herry Yul Salim Tarigan : Sintesis Metoksi Fenil Laurat Melalui Reaksi Transesterifikasi Antara 4-Alil-2-Metoksi Fenil Asetat Dengan Metil Laurat, 2010.
hasil saringan diuapkan melalui rotarievaporasi. Residu dari hasilnya di KLT dan
dianalisa dengan FT-IR.
1.6.3. Pembuatan Metil Ester Asam laurat
Asam laurat dilarutkan dengan metanol. Setelah larut ditambahkan benzen sambil
diaduk dan ditetesi H2SO4(p) secara perlahan – lahan. Kemudian direfluks, lalu dirotari evaporasi. Residu yang diperoleh diekstraksi dengan n-heksan p.a dan dicuci
dengan akuades. Lapisan atas diambil lalu ditambahkan Na2SO4 anhidrous dibiarkan selama 24 jam lalu disaring. Filtratnya dirotarievaporasi sehingga diperoleh metil ester
asam laurat. Lalu dianalisa dengan FT-IR.
1.6.4. Transesterifikasi 4-alil-2-metoksi fenil asetat dengan metil laurat
Senyawa 4-alil-2-metoksi fenil asetat ditambahkan dengan benzen, metil laurat dan
Na-metoksi kemudian direfluks selama 5 jam pada suhu 80 oC. Pelarut yang sisa di rotarievaporasi. Residu yang dihasilkan diekstraksi dengan n-heksan p.a. dan dicuci
dengan akuades. Lapisan atas diambil lalu ditambahkan dengan Na2SO4 anhidrous lalu disaring. Filtratnya dirotarievaporasi sehingga diperoleh 4 – alil – 2 – metoksi
fenil laurat. Produk yang dihasilkan dikromatografi kolom, lalu dianalisa harga HLB
Herry Yul Salim Tarigan : Sintesis Metoksi Fenil Laurat Melalui Reaksi Transesterifikasi Antara 4-Alil-2-Metoksi Fenil Asetat Dengan Metil Laurat, 2010.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Minyak Cengkeh
Hasil utama pohon cengkeh adalah bunga cengkeh yang mengandung minyak atsiri
dengan kualitas lebih bagus bila dibandingkan dari daunnya tetapi harganya sangat
mahal. Pohon cengkeh berasal dari Maluku. Dari Maluku tanaman cengkeh tersebut
dibawa ke daerah tropis lain oleh orang – orang Portugal, Spanyol, Belanda, Perancis
dan Inggris dan ditanam di Zanzibar, Peruba, Madagaskar, Baurbon, Mauritis, dan
Penang. Sekarang, di Indonesia pohon cengkeh tidak hanya ditanam di daerah
Maluku, tetapi juga di Jawa, Irian Jaya, Sulawesi dan pulau – pulau lain. Bunga
cengkeh yang dikeringkan kebanyakan digunakan oleh pabrik rokok kretek. Di
Indonesia minyak daun cengkeh kebanyakan diekspor dan sedikit yang diproses
menjadi produk yang lebih tinggi.
Konstituen minyak daun cengkeh dapat dibagi menjadi dua kelompok.
Kelompok pertama merupakan senyawa fenolat dan eugenol yang merupakan
komponen paling besar. Senyawa ini mudah diisolasi dengan NaOH dan kemudian
dinetralkan dengan asam mineral. Kelompok kedua mengandung senyawa – senyawa
non fenolat yaitu -kariofilen, -kubeben, -kopaen, hulumen, -kadien, dan kadina
1,3,5-trien. (Sastrohamidjojo, 2004)
Herry Yul Salim Tarigan : Sintesis Metoksi Fenil Laurat Melalui Reaksi Transesterifikasi Antara 4-Alil-2-Metoksi Fenil Asetat Dengan Metil Laurat, 2010.
Senyawa 4-alil-2-metoksi fenol, atau yang umumnya disebut sebagai eugenol,
merupakan cairan tidak berwarna atau berwarna kuning-pucat, diperoleh dari sumber
alami, dapat larut dalam alkohol, eter dan kloroform; dan tidak larut dalam air.
Mempunyai rumus molekul C10H1202, bobot molekulnya adalah 164,20 dan titik didih 225 o C dan merupakan suatu turunan dari alkohol.
Rumus Bangunnya adalah
OH
CH2 - CH = CH2
OCH3
(Windholz. M and Budavari. S., )
Minyak dari cengkeh (dari Eugenia caryophyllata) mengandung banyak eugenol.
Carrophyllene tersedia dalam jumlah yang sedikit dalam senyawa terpen lainnya.
Eugenol merupakan phenol atau senyawa aromatis hidroksi. (Pavia, 1995)
2.2 Oleokimia
Oleokimia pada dasarnya merupakan cabang ilmu kimia yang mempelajari ilmu
trigliserida yang berasal dari minyak atau lemak menjadi asam lemak dan turunan
asam lemak, baik yang berasal dari minyak atau lemak alam maupun petrokimia.
Produk oleokimia yang pertama adalah sabun yang digunakan sebagai bahan
pembersih yang dibuat dengan cara reaksi penyabunan dari lemak atau minyak.
( Meffret,1984)
Pada perkembangan selanjutnya oleokimia mencakup pengertian sebagai
proses pembuatan asam lemak dan turunannya serta proses pengolahannya dari
berbagai reaksi kimia menjadi produk yang dapat digunakan untuk kebutuhan
manusia. Reaksi – reaksi yang banyak digunakan dalam oleokimia kimia antara lain
adalah saponifikasi, esterifikasi, klorinasi, sulfasi, amidasi, aminasi, epoksidasi,
reduksi, hidrogenasi, sulfonasi, oksidasi, dan sebagainya. Oleokimia alami merupakan
Herry Yul Salim Tarigan : Sintesis Metoksi Fenil Laurat Melalui Reaksi Transesterifikasi Antara 4-Alil-2-Metoksi Fenil Asetat Dengan Metil Laurat, 2010.
petrokimia misalnya alkohol asam lemak dari etilen dan parafin serta gliserin dari
propilen.( Riechler, 1984 ).
2.2.1 Asam Lemak
Asam lemak adalah asam karboksilat yang gugus alkilnya adalah rantai hidrokarbon
panjang dan tidak bercabang (Seager, 1994)
Secara umum struktur asam lemak dapat digambarkan sebagai berikut :
Yang mana : R = CnH2n +1O2 atau R = CnH2nO2 R = Asam lemak
n = jumlah atom karbon (dimulai dari 4 atom karbon)
(Murray, 1992)
Asam lemak yang tidak mempunyai ikatan rangkap antara atom C dengan
atom C lainnya adalah lurus, sedangkan asam lemak yang mempunyai ikatan rangkap
bentuk ikatan antara atom C dengan atom C lainnya agak membengkok. (Seager,
1994)
Asam lemak dengan jumlah atom C lebih dari 12 tidak larut dalam air dingin
maupun air panas, tetapi dengan jumlah rantai atom karbon yang pendek bersifat larut
dalam air, demikian juga sifat kelarutan garam dari asam lemak yang mempunyai
berat molekul rendah dan tak jenuh lebih mudah larut dalam alkohol daripada garam
dari asam lemak yang mempunyai berat molekul tinggi dan jenuh. (Winarno, 1984)
Sifat fisik dan fisiologi asam lemak ditentukan oleh panjang rantai dan derajat
ketidakjenuhan, semakin panjang rantai atom karbon maka titik cair asam lemak
Herry Yul Salim Tarigan : Sintesis Metoksi Fenil Laurat Melalui Reaksi Transesterifikasi Antara 4-Alil-2-Metoksi Fenil Asetat Dengan Metil Laurat, 2010.
semakin rendah, serta asam lemak yang berstruktur trans mempunyai titik cair yang
lebih tinggi daripada yang berstruktur cis. (Ketaren, 1986)
Konfigurasi di sekitar ikatan rangkap dalam asam lemak alamiah adalah cis,
yang menyebabkan titik leleh minyak itu rendah. Asam lemak jenuh membentuk
rantai zigzag yang dapat cocok satu sama lain, sehingga gaya tarik van der waals-nya
tinggi, oleh karena itu lemak – lemak jenuh itu bersifat padat. Jika beberapa ikatan
rangkap cis terdapat dalam rantai, molekul itu tidak dapat membentuk kisi yang rapid
dan mampat, tetapi cenderung melingkar. (Fessenden and Fessenden, 1999)
Di bawah ini beberapa contoh asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh
beserta titik cairnya.
Tabel 2.1. Asam Lemak Jenuh
Nama
Palmitat 16 Terdapat pada sebagian besar lemak hewani dan
minyak tumbuhan
64
Stearat 18 Terdapat pada sebagian besar lemak hewani dan
minyak tumbuhan
69,4
Arachidat 20 Minyak kacang 76,3
Bahenat 22 Minyak biji – bijian 80,7
Lignoserat 24 Serebrosida, minyak kacang tanah 81
Tabel 2.2. Asam Lemak Tidak Jenuh
Herry Yul Salim Tarigan : Sintesis Metoksi Fenil Laurat Melalui Reaksi Transesterifikasi Antara 4-Alil-2-Metoksi Fenil Asetat Dengan Metil Laurat, 2010.
Atom C Cair (oC)
Hypogeat 16 Minyakbiji kacang dan biji jagung 33
Oleat 18 Di sebagian besar minyak dan lemak 14
Linoleat 18 Minyak biji kapas, biji lin dan biji
poppy
11
(Ketaren, 1986)
Penggunaan asam lemak adalah dengan mengubahnya menjadi alkohol asam
lemak, amida, garam asam lemak dan juga plastik termasuk nilon (hampir mencapai
40 % dari total penggunaannya). Penggunaan terbesar berikutnya sebesar 30 % untuk
dijadikan detergen, sabun, dan kosmetik. Sekitar 15 % asam lemak juga digunakan
sebagai bahan dasar pembuatan resin dan cat. Sisa dari penggunaan asam lemak
digunakan sebagai bahan pembantu dalam industri pembuatan ban, tekstil, kulit,
kertas, pelumas, minyak gemuk, dan lilin. ( Richtler, and knault, 1984 ).
2.2.2. Asam Laurat
Asam laurat atau asam dodekanoat adalah
chained fatty acid, MCFA) yang tersusun dari 12 atom
ini adalah
Struktur asam laurat
Asam laurat memiliki titik lebur 44°C dan titik didih 225°C sehingga pada
suhu ruang berwujud padatan berwarna putih, dan mudah mencair jika dipanaskan.
Rumus kimia: CH3(CH2)10COOH, berat molekul 200,3 g.mol-1. Asam ini larut dalam
pelarut polar, misalnya
di satu ujung dan gugus
Herry Yul Salim Tarigan : Sintesis Metoksi Fenil Laurat Melalui Reaksi Transesterifikasi Antara 4-Alil-2-Metoksi Fenil Asetat Dengan Metil Laurat, 2010.
paling sering dipakai dalam industri sabun dan sampo. Pada industri kosmetik, asam
laurat ini berfungsi sebagai pengental, pelembab dan pelembut.
2.3. Asam Karboksilat
Suatu asam karboksilat adalah suatu senyawa organik yang mengandung
gugus karboksil (-COOH). Gugus karboksil ini mengandung sebuah gugus karbonil
dan sebuah hidroksil dimana antara aksi dari kedua gugus ini mengakibatkan suatu
kereaktifan kimia yang unik dari asam karboksilat.
Gugus karboksil bersifat polar dan sifat kimia yang paling menonjol dari asam
karboksilat adalah keasamannya. Dibandingkan dengan asam mineral seperti HCl dan
HNO3, asam karbosilat adalah asam lemah. Namun asam karboksilat lebih bersifat asam daripada alkohol atau fenol, terutama disebabkan karena stabilisasi resonansi
anion karboksilatnya.
Turunan asam karbosilat adalah senyawa yang menghasilkan asam karboksilat
bila direaksikan dengan air. Kecuali nitril, semua turunan asam karboksilat
mengandung gugus asil, RCO. Tabel berikut adalah struktur dari turunan asam
karboksilat.
Tabel 2.3. Struktur turunan asam karboksilat
Herry Yul Salim Tarigan : Sintesis Metoksi Fenil Laurat Melalui Reaksi Transesterifikasi Antara 4-Alil-2-Metoksi Fenil Asetat Dengan Metil Laurat, 2010.
R – C N NITRIL
Turunan dari asam karboksilat ini memiliki gugus pergi yang terikat pada
karbon asil sedangkan aldehida dan keton tidak. Asil klorida dan anhidrida asam
mempunyai gugus pergi yang baik, mudah diserang oleh air. Oleh karena itu, tidak
diharapkan bahwa senyawa ini terdapat dalam sel tumbuhan atau hewan. Namun
karena kereaktifannya tinggi, turunan asam karboksilat ini sangat berharga dalam
sintesis senyawa organik lainnya.
Suatu asam karboksilat yang kurang reaktif dapat diubah menjadi salah satu
derivat yang lebih reaktif dan kemudian diubah menjadi keton, ester atau suatu amida.
(Fessenden dan Fessenden, 1992 ).
Suatu anhidrida asam karboksilat mempunyai struktur dua molekul asam
karboksilat yang digabung menjadi satu dengan melepas satu molekul air. Anhidrida
ini tidak dapat dibentuk secara langsung dari asam karboksilat, melainkan harus
dibentuk dari turunan asam karboksilat yang lebih reaktif. Anhidrida asam karboksilat
memiliki bentuk yang simetris dan ada yang tidak simetris. Anhidrida simetris adalah
suatu anhidrida yang gugus asilnya sama. Anhidrida simetris diberi nama dengan
menambahkan kata anhidrida di depan nama asam karboksilat induknya.
Contoh :
H3C C O
O C CH3
O
Anhidrida asam etanoat ( Nama IUPAC)
Anhidrida asam asetat ( Nama Trivial)
Anhidrida tidak simetris adalah suatu anhidrida dimana kedua gugus fungsi alsilnya
berbeda. Pemberian nama anhidrida tidak simetris ini yaitu dengan menambahkan
kata anhidrida didepan nama pokok asam – asam anhidrida tersebut.
Contoh :
H3C C O
O C CH2CH3 O
Anhidrida etanoat propanoat ( Nama IUPAC)
Herry Yul Salim Tarigan : Sintesis Metoksi Fenil Laurat Melalui Reaksi Transesterifikasi Antara 4-Alil-2-Metoksi Fenil Asetat Dengan Metil Laurat, 2010.
Anhidrida asam asetat merupakan salah satu asam anhidrida yang paling umum dan
banyak digunakan di laboratorium sebagai pereaksi dan sintesis kimia organik. Asetat
anhidrida ini lazim dibuat melalui destilasi campuran natrium asetat dengan asetil
klorida.
Asetat anhidrida secara industri dapat dibuat melalui beberapa cara, yaitu :
1. Melalui asetilena kedalam asetat glasial dengan adanya ion merkurat sebagai
katalis,
kemudian mendestilasi hasil etilidina diasetat yang diperoleh:
C2H2
+
2CH3CO2H Hg2+ CH3CH(OCOCH3)2 panas (CH3CO)2O+
CH3CHO2. Mengalirkan keten ke dalam asetat glasial :
+
CH2 = C = O CH3CO2H (CH3CO)2O
anhidrida dari suatu asam berantai panjang dapat diproleh melaliu pemanasan dan
fraksinasi dari campuran asamnya dengan asetat anhidrida.
+
(CH3CO)2O+
2RCO2H (RCO)2O 2CH3CO2H
Metode ini memberikan hasil yang memuaskan untuk anhidrida yang memiliki
titik didih yang lebih tinggi dari asam asetat. (Finar, 1986).
2.4. Ester
Ester adalah turunan dari asam karboksilat dan merupakan salah satu dari kelas –
kelas senyawa organik yang sangat berguna, dapat diubah melalui berbagai proses
menjadi aneka ragam senyawa lain. Ester lazim dijumpai dalam alam. Lemak dan lilin
Herry Yul Salim Tarigan : Sintesis Metoksi Fenil Laurat Melalui Reaksi Transesterifikasi Antara 4-Alil-2-Metoksi Fenil Asetat Dengan Metil Laurat, 2010.
umumnya mempunyai bau yang enak, seperti rasa buah dan wangi buah – buahan.
(Hart, H.,1990)
Ester memiliki beberapa sifat fisik yang menguntungkan, biasanya sering
dilakukan esterifikasi terhadap campuran asam, untuk memudahkan kemurnian,
pemisahan dan karakterisasi. Ester dari asam yang berwujud padat melebur pada
temperatur lebih rendah daripada titik lebur asam karboksilat yang sering terjadi lebih
jelas tanpa dekomposisi, lebih larut di dalam pelarut organik dan mengkristal dengan
lebih sempurna. (Fieser, L.F., and Fieser, M., 1956).
2.4.1. Esterifikasi
Esterfikasi adalah reaksi pembentukan ester. Reaksi ini dapat dilakukan dengan
berbagai cara :
1. Reaksi antara asam karboksilat dengan alkohol
RCOOH + R’OH RCOOR’ + H2O
2. Reaksi antara halida asam dengan alkohol
RCOCl + R’OH RCOOR’ + HCl
3. Reaksi antara anhidrida dengan alkohol
(RCO)2O + R’OH RCOOR’ + RCOOH
4. Reaksi antara suatu karboksilat dan alkil halida
RCOOH + R’X RCOOR’ + HX
Esterifikasi yang melibatkan alkohol dan asam karboksilat dengan adanya
katalis asam dan basa, hanya akan memberikan hasil yang baik terhadap alkohol
primer, sedangkan dengan alkohol sekunder dan tersier tidak memberikan hasil yang
diharapkan. (Kammoun, 1997)
Herry Yul Salim Tarigan : Sintesis Metoksi Fenil Laurat Melalui Reaksi Transesterifikasi Antara 4-Alil-2-Metoksi Fenil Asetat Dengan Metil Laurat, 2010.
Reaksi interesterifikasi adalah suatu reaksi yang menyangkut pertukaran gugus asil
dengan trigliserida. Reaksi interesterifikasi dapat dibagi atas :
1. Alkoholisis adalah reaksi dimana suatu ester diubah menjadi ester lain melalui
reaksi dengan suatu alkohol.
RCO2R’ + ROH RCO2R + R’OH
2. Asidolisis adalah reaksi dimana suatu ester diubah menjadi suatu ester lain dengan
reaksi dengan suatu asam.
R’CO2R’’ + RCO2H RCO2R’’+ R’CO2H (Eckey, S.W., 1996)
Reaksi interesterifikasi dimungkinkan terjadi dikarenakan modifikasi gugus
pergi (leaving group), pelarut, nukleofil yang merupakan perubah pada reaksi
interesterifikasi. (Yamane, Miyawaki.,1990).
2.4.3. Transesterifikasi
Reaksi transesterifikasi merupakan proses yang telah banyak dikembangkan di Eropa
dalam produksi margarin. Negara Amerika yang secara umum melakukan proses
hidrogenasi untuk produksi margarin, telah mencoba untuk mengaplikasikan proses
transesterifikasi. Perkembangan ini sejalan untuk memperoleh margarin dengan
kandungan asam lemak trans yang rendah. (Haumann, 1994).
Transesterifikasi adalah susunan ulang dari ester asam lemak dalam molekul
gliserol. (Riegel, 1992). Dalam proses ini temperatur lebih rendah dari proses
hidrogenasi.
Transesterifikasi berlangsung dengan penambahan katalis dalam lemak atau
minyak. Katalis yang pertama digunakan adalah garam timah atau natrium, namun hal
ini membutuhkan temperatur yang sangat tinggi 225 – 250 oC. Kemudian dipelajari natrium metoksida, tempratur yang dibutuhkan jauh berkurang yaitu berkisar antara 5
Herry Yul Salim Tarigan : Sintesis Metoksi Fenil Laurat Melalui Reaksi Transesterifikasi Antara 4-Alil-2-Metoksi Fenil Asetat Dengan Metil Laurat, 2010.
Pengacakan transesterifikasi yang banyak digunakan yakni pertukaran minyak
dengan campuran lemak padat, atau dengan campuran lemak tidak jenuh ganda. Pada
tahun 1969, instansi Jerman membenarkan produksi asam lemak tidak ditemukan dari
proses transesterifikasi dalam pembuatan margarin. (Haumann, 1994)
2.5. Surfaktan
Surfaktan adalah suatu bahan yang memiliki gugus hidrofil (suka air) dan gugus liofil
(suka minyak). Kedua gugus tersebut memiliki keseimbangan hidrofilik dan lipofilik
(Hidrophilic Lipophilic Balance = HLB) yang menggolongkan jenis surfaktan
tersebut, apakah pengemulsi, pembasah, detergen, atau anti busa dan sebagainya.
(Martin, A.N., 1993)
Molekul surfaktan memiliki bagian polar yang suka akan air dan bagian yang
non polar yang suka akan minyak/lemak. Bagian polar molekul surfaktan dapat
bermuatan positif, negatif atau netral.(Lehninger, 1988). Umumnya bagian nonpolar
(lipofilik) adalah merupakan rantai alkil yang panjang, sementara bagian yang polar
(hidrofilik) mengandung gugus hidroksil.(Belitz dan Grosch, 1986). Molekul –
molekul atau ion – ion yang teradsorbsi pada perbatasan (interfasa) disebut sebagai
bahan aktif permukaan (surface active agents) atau surfaktan. Surfaktan mempunyai
peranan penting untuk menurunkan tegangan permukaan bahan yang dikenai.
Penggunaan surfaktan terbagi atas tiga golongan, yaitu sebagai bahan pembasah
(wetting agent), bahan pengemulsi (emulsifying agent), dan sebagai bahan penglarut
(solublizing agent).(Pavia, 1995).
Sebagai gambaran untuk perimbangan hidrofil – lipofil bahan – bahan aktif
permukaan dapat digunakan skala keseimbangan hidrofil –lipofil yang sering disebut
HLB (hidofil – lipofil balance) yang ditemukan oleh Griffin (1949). Dengan bantuan
harga keseimbangan ini, maka kita dapat membentuk rentang HLB setiap surfaktan
secara optimal. Makin besar nilai HLB suatu bahan maka bahan tersebut semakin
Herry Yul Salim Tarigan : Sintesis Metoksi Fenil Laurat Melalui Reaksi Transesterifikasi Antara 4-Alil-2-Metoksi Fenil Asetat Dengan Metil Laurat, 2010.
2.6. Kromatografi
Penjelasan terperinci tentang kromatografi pertama kali diberikan olah Michael
Tswett, seorang ahli botani Rusia yang bekerja di Warsawa. Pada tahun 1906, dia
mengumumkan pemisahan klorofil dan pigmen lainnya dalam suatu seri tanaman.
Larutan petroleum eter yang mengandung cuplikan diletakkan pada ujung atas tabung
gelas sempit yang telah diisi dengan serbuk kalsium karbonat. Ketika ke dalam kolom
itu dituangi petroleum eter maka akan terlihat bahwa pigmen – pigmen itu terpisah
dalam beberapa daerah. Setiap daerah berwarna itu diisolasi dan diidentifikasi
senyawa penyusunnya. Adanya pita berwarna itu, maka dia mengusulkan nama
kromatografi yang berasal dari bahasa Yunani kromos yang berarti warna dan graphos
yang berarti menulis. (Sudjadi, 1986)
Pada dasarnya semua cara kromatografi menggunakan dua fase yaitu fase tetap
(stationary) dan yang lain fase bergerak (mobile). Pemisahan - pemisahan tergantung
pada gerakan relatif dari dua fase ini. Cara – cara kromatografi dapat digolongkan
sesuai dengan sifat – sifat dari fase gerak, yang dapat berupa zat padat atau zat cair.
Jika fase tetap berupa zat padat maka cara tersebut dikenal sebagai kromatografi
serapan (absorption chromatography) dan jika zat cair maka kromatografi tersebut
dikenal dengan kromatografi partisi (partition chromatography).
(Sastrohamidjojo, 1985)
2.6.1.Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dapat dipakai dengan dua tujuan. Yang pertama,
dipakai selayaknya sebagai metode untuk mencapai hasil kualitatif, kuantitatif dan
preparatif. Kedua dipakai untuk menjajaki sistem pelarut dan sistem penyangga yang
Herry Yul Salim Tarigan : Sintesis Metoksi Fenil Laurat Melalui Reaksi Transesterifikasi Antara 4-Alil-2-Metoksi Fenil Asetat Dengan Metil Laurat, 2010.
Pada hakikatnya kromatografi lapis tipis melibatkan dua peubah: sifat fase
diam atau sifat fase lapisan dan sifat fase gerak atau campuran pelarut pengembang.
Fase diam dapat berupa serbuk halus yang berfungsi sebagai permukaan penyerap
(kromatografi cair – padat) atau berfungsi sebagai penyangga untuk lapisan zat cair
(kromatografi cair – cair) fase diam pada KLT sering disebut penyerap, walaupun
sering berfungsi sebagai penyangga untuk lapisan zat cair di dalam sistem
kromatografi cair – cair.
Hampir segala macam serbuk dapat dipakai sebagai penyerap pada KLT, yaitu
: silika gel (asam silikat), alumina (aluminium oksida), kiselgur (tanah diatome), dan
selulosa. Fase gerak dapat berupa hampir segala macam pelarut atau campuran
pelarut. (Gritter, 1991)
Faktor – faktor yang mempengaruhi gerakan noda dalam kromatografi lapis
tipis yang juga mempengaruhi harga Rf :
1. Struktur kimia dari senyawa yang sedang dipisahkan.
2. Sifat dari penyerap dan derajat aktifitasnya.
3. Tebal dan kerataan dari lapisan penyerap.
4. Pelarut (dan derajat kemurniannya) fase bergerak.
5. Derajat kejenuhan dari uap dalam mana bejana pengembangan yang digunakan.
6. Teknik percobaan; arah dalam mana pelarut bergerak di atas plat.
7. Jumlah cuplikan yang digunakan.
Penetesan cuplikan dalam jumlah yang berlebihan memberikan tendensi
penyebaran noda – noda dengan kemungkinan terbentuknya ekor dan efek tak
kesetimbangan lainnya.
8. Suhu; pemisahan sebaiknya dikerjakan pada suhu tetap, hal ini terutama untuk
mencegah perubahan dalam komposisi pelarut yang disebabkan oleh penguapan
atau perubahan fase. (Sastrohamidjojo, 1985)
Herry Yul Salim Tarigan : Sintesis Metoksi Fenil Laurat Melalui Reaksi Transesterifikasi Antara 4-Alil-2-Metoksi Fenil Asetat Dengan Metil Laurat, 2010.
Ada empat jenis kromatografi yang dapat dimasukkan dalam kromatografi kolom,
yaitu kromatografi adsorbsi, kromatografi partisi, kromatografi pertukaran ion, dan
kromatografi filtrasi gel. Secara umum dapat digambarkan, bahwa kromatografi
tersebut dilaksanakan dalam suatu kolom yang diisi (packed) dengan fase stationer
yang porous. Cairan yang dipakai sebagai fase mobil untuk mengelusi komponen
sampel keluar melalui kolom.(Adnan, 1997)
Kolom kromatografi atau tabung untuk pengaliran karena gaya tarik bumi
(gravitasi) atau sistem bertekanan rendah biasanya terbuat dari kaca yang dilengkapi
dengan keran jenis tertentu pada bagian bawahnya untuk mengatur aliran pelarut.
Ukuran keseluruhan kolom sungguh beragam, tetapi biasanya panjangnya sekurang –
kurangnya 10 kali garis tengah dalamnya dan mungkin saja sampai 100 kali.
Pada kromatografi kolom, campuran yang akan dipisahkan diletakkan berupa
pita pada bagian atas kolom penyerap yang berada dalam tabung kaca, tabung logam
atau bahkan tabung plastik. Pelarut (fase gerak) dibiarkan mengalir melalui kolom
karena aliran yang disebabkan oleh gaya berat atau didorong oleh tekanan. Pita
senyawa linarut bergerak melalui kolom dengan laju yang berbeda, memisah dan
dikumpulkan berupa fraksi ketika keluar dari alas kolom.(Gritter, 1991)
2.7. Teknik Spektroskopi
Teknik spektroskopi adalah salah satu teknik analisis kimia – fisika yang mengamati
tentang interaksi atom atau molekul dengan radiasi elektromagnetik.
Ada dua macam instrumen pada teknik spektroskopi yaitu spektrometer dan
spektrofotometer. Instrumen yang memakai monokromator celah tetap pada bidang
fokus disebut spektrometer. Apabila spektrometer tersebut dilengkapi dengan detektor
Herry Yul Salim Tarigan : Sintesis Metoksi Fenil Laurat Melalui Reaksi Transesterifikasi Antara 4-Alil-2-Metoksi Fenil Asetat Dengan Metil Laurat, 2010.
Informasi Spektrofotometer Infra Merah menunjukkan tipe – tipe dari adanya
gugus fungsi dalam satu molekul. Resonansi Magnetik Inti yang memberikan
informasi tentang bilangan dari setiap tipe dari atom hidrogen. Ini juga memberikan
informasi yang menyatakan tentang lingkungan dari setiap tipe dari atom hidrogen.
Kombinasinya dan data yang ada kadang – kadang menentukan struktur yang lengkap
dari molekul yang tidak diketahui. (Pavia, 1979)
2.7.1. Spektrofotometer Infra Merah (FT-IR)
Radiasi infra merah ditemukan oleh Sir William Hersche pada tahun 1880, yang
melaporkan penemuannya kepada Royal Society. Pada waktu itu para saintis belum
memahami secara jelas keadaan radiasi. Hampir selama satu abad teori teknik dan
instrumentasi untuk analisis infra merah dikembangkan.
Ahli kimia organik pada tahun 1930 mulai serius memikirkan spektroskopi
infra merah sebagai salah satu cara yang mungkin untuk mengidentifikasi senyawaan
melalui gugus fungsinya. Penggunaan Spektrofotometer Infra Merah untuk maksud
analisa lebih banyak ditujukan untuk identifikasi suatu senyawa. Hal ini
dimungkinkan, karena spektrum infra merah senyawa organik bersifat khas, artinya
senyawaan yang berbeda akan mempunyai spektrum yang berbeda pula. Selain dari
senyawaan isomer optik, tidak satu pun antara dua senyawaan yang mempunyai kurva
serapan inframerah yang identik. (Noerdin, 1985)
Pancaran infra merah pada umumnya mengacu pada bagian spektrum
elektromagnet yang terletak di antara daerah tampak dan daerah gelombang mikro.
Bagi kimiawan organik, sebagian besar kegunaannya terbatas di antara 4000 cm-1 dan 666 cm-1 (2,5 – 25,0 µm). Akhir – akhir ini muncul perhatian pada daerah infra merah dekat, 14.290 – 4000 cm-1 (0,7 – 2,5 µ m) dan daerah infra merah jauh, 700 – 200 cm-1 (14,3 – 50 µm).
Walaupun spektrum infra merah merupakan kekhasan sebuah molekul secara
Herry Yul Salim Tarigan : Sintesis Metoksi Fenil Laurat Melalui Reaksi Transesterifikasi Antara 4-Alil-2-Metoksi Fenil Asetat Dengan Metil Laurat, 2010.
kerapan tertentu, ataupun di dekatnya apa pun yang memungkinkan kimiawan
memperoleh informasi tentang struktur yang berguna serta mendapatkan acuan bagi
peta umum frekuensi gugus yang khas. (Silverstein, 1986)
Spektrofotometer Infra Merah pada umumnya digunakan untuk :
1. Menentukan gugus fungsi suatu senyawa organik.
2. Mengetahui informasi struktur suatu senyawa organik dengan membandingkan
daerah sidik jarinya.
Energi radiasi yang dihasilkan oleh radiasi infra merah akan menyebabkan
vibrasi atau getaran pada molekul. Pita absorpsi infra merah sangat khas spesifik
untuk setiap tipe ikatan kimia atau gugus fungsi. Metode ini sangat berguna untuk
mengidentifikasi senyawa organik dan organometalik.
Spektrum yang dihasilkan berupa grafik menunjukkan persentase transmitan
yang bervariasi pada setiap frekuensi radiasi infra merah. Satuan frekuensi yang
digunakan pada garis horizontal (aksis) dinyatakan dalam bilangan gelombang, yang
didefenisikan sebagai gelombang dalam tiap satuan panjang.
Pada suatu ikatan kovalen, atom tidak terikat dengan suati hubungan yang
rigid. Dua atom yang berhubungan satu sama lain disebabkan karena dua inti atom
terikat pada pasangan elektron yang sama. Kedua inti ini bisa mengalami vibrasi
kedepan – kebelakang dan/atau kesamping – keatas satu sama lain. Energi yang
terlibat pada vibrasi tergantung pada panjang ikatan dan massa atom –atom yang
saling berikatan. Ini berarti bahwa setiap ikatan yang berbeda akan tervibrasi dengan
cara yang berbeda pula.
Seperti halnya peregangan, ikatan juga bisa bergerak naik – turun (bend).
Ikatan bisa bervibrasi naik – turun sepanjang waktu dan jika diberikan energi yang
tepat pada ikatan ini maka vibrasinya akan semakin kuat. Naik turunnya suatu ikatan
melibatkan sejumlah energi pada frekuensi yang berbeda – beda dari radiasi infra
Herry Yul Salim Tarigan : Sintesis Metoksi Fenil Laurat Melalui Reaksi Transesterifikasi Antara 4-Alil-2-Metoksi Fenil Asetat Dengan Metil Laurat, 2010.
Berikut merupakan beberapa bilangan gelombang dari berbagai jenis ikatan.
Bilangan gelombang ( , cm-1
) Jenis ikatan
3750 – 3000 regang O-H, N-H
3000 – 2700 regang –CH3, -CH2, C-H, C-H aldehid
2400 – 2100 regang -C C-, C N
1900 – 1650 regang C=O (asam, aldehid, keton, amida, ester,
anhidrida)
1675 – 1500 regang C=C (aromatik dan alifatik), C=N
1475 – 1300 C-H bending
1000 – 650 C=C-H, Ar-H bending
Seperti terlihat pada data diatas, ada daerah serapan yang tumpang tindih sehingga
meragukan dalam interpretasi data. Tidak ada aturan yang pasti dalam
menginterpretasikan spektrum IR. (Dachriyanus, 1985)
BAB 3
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
3.1. Alat-alat
1. Neraca analitis Mettler PM 480
2. Kertas saring
3. Rotary evaporator Heidolph
Herry Yul Salim Tarigan : Sintesis Metoksi Fenil Laurat Melalui Reaksi Transesterifikasi Antara 4-Alil-2-Metoksi Fenil Asetat Dengan Metil Laurat, 2010.
10.Gelas Erlenmeyer Pyrex
11.Labu leher dua Pyrex
12.Kondensor bola Pyrex
13.Kolom kromatografi Pyrex
14.Termometer 210 oC Fisons
21.Spektrofotometer IR Shimadzu
3.2. Bahan - bahan
12.Fenolftalein P.a. E. merck
Herry Yul Salim Tarigan : Sintesis Metoksi Fenil Laurat Melalui Reaksi Transesterifikasi Antara 4-Alil-2-Metoksi Fenil Asetat Dengan Metil Laurat, 2010.
3.3. Prosedur Penelitian
3.3.1. Pembuatan Reagen
3.3.1.1. Pembuatan Larutan H2SO4 25%
Sebanyak 26 ml H2SO4 dilarutkan dengan akuades dalam labu takar 100 ml sampai garis batas.
3.3.1.2. Pembuatan Larutan HCl 0,5 N
Diukur sebanyak 10,5 ml larutan HCl(p) 37% lalu diencerkan dengan akuades dalam labu takar 250 ml sampai garis batas
3.3.1.3. Pembuatan Larutan KOH 0,5 N
Ditimbang KOH sebanyak 7,0125 gram dan dilarutkan dengan akuades dalam labu
takar 250 ml sampai garis batas.
3.3.1.4. Pembuatan Larutan Indikator Fenolftalein
Ditimbang 1 gram Fenolftalein dan diencerkan dengan alkohol dalam labu takar 100
ml sampai garis batas.
3.3.1.5. Pembuatan Larutan KOH 0,1 N
Ditimbang KOH sebanyak 1,4 gram dan dilarutkan dengan akuades dalam labu takar
250 ml sampai garis batas.
3.3.1.6. Pembuatan Larutan KOH 0,02 N
Diukur sebanyak 50 ml larutan KOH 0,1 N dan diencerkan dengan akuades dalam
labu takar 250 ml.
3.3.1.7. Pembuatan Alkohol Netral
Sebanyak 250 ml alkohol 96 % ditambahkan 4 tetes indikator fenolftalein dan ditetesi
Herry Yul Salim Tarigan : Sintesis Metoksi Fenil Laurat Melalui Reaksi Transesterifikasi Antara 4-Alil-2-Metoksi Fenil Asetat Dengan Metil Laurat, 2010.
3.3.2. Isolasi 4-alil-2-metoksi fenol dari minyak cengkeh
Minyak cengkeh sebanyak 100 ml dimasukkan ke dalam gelas beker. Sebanyak
26,024 g NaOH dilarutkan dengan akuades. Dicampurkan larutan NaOH ke dalam
minyak cengkeh. Larutan kuning kecoklatan yang dihasilkan dimasukkan ke dalam
corong pisah dan ditambahkan dengan n-heksan dan diekstraksi selama 15 menit.
Kemudian didiamkan sampai terbentuk 2 lapisan. Lapisan bawah dimasukkan ke
dalam gelas beker dan dihidrolisa dengan H2SO4 25 % sampai pH = 3. Larutan pH = 3 dimasukkan ke dalam corong pisah dan ditambahkan n-heksan lalu diekstraksi
selama 15 menit. Didiamkan sampai terbentuk 2 lapisan. Lapisan atas
dirotarievaporasi untuk menghilangkan n-heksan dan dihasilkan 4-alil-2-metoksi
fenol. Lalu dianalisa FT – IR.
3.3.3. Asetilasi 4-alil-2-metoksi fenol
Sebanyak 10 ml 4-alil-2-metoksi fenol dimasukkan ke dalam labu alas leher dua yang
dilengkapi corong penetes dan alat refluks dan tabung CaCl2. Sebanyak 12 ml asam asetat anhidrat ditetesi kedalam labu alas melalui corong penetes secara perlahan –
lahan sambil dipanaskan. Kemudian campuran direfluks selama ± 4 jam pada suhu
120 oC. Hasil reaksi dilarutkan dengan 100 ml n-heksan, selanjutnya dicuci dengan akuades sebanyak 2 kali. Hasil cucian dikeringkan dengan Na2SO4 anhidrous kemudian disaring. Filtrat dari hasil saringan diuapkan melalui rotari evaporasi.
Residu dari hasilnya di KLT dan dianalisa dengan FT-IR.
3.3.4. Pembuatan Metil Ester Asam Laurat
Ke dalam labu alas bulat dimasukkan 50 g asam laurat, dilarutkan dengan 100 ml
metanol. Setelah larut ditambahkan dengan 100 ml benzen sambil diaduk dan ditetesi
2 ml H2SO4(p) secara perlahan – lahan. Kemudian dirangkai alat refluks dan dilengkapi dengan tabung CaCl2, dan direfluks selama 5 jam. Katalis yang terbentuk kembali dibuang serta kelebihan metanol dan pelarut diuapkan dengan rotari evaporator.
Herry Yul Salim Tarigan : Sintesis Metoksi Fenil Laurat Melalui Reaksi Transesterifikasi Antara 4-Alil-2-Metoksi Fenil Asetat Dengan Metil Laurat, 2010.
ml akuades sebanyak 2 kali. Lapisan atas diambil lalu ditambahkan Na2SO4 anhidrous dibiarkan selama 24 jam lalu disaring. Filtratnya dirotari evaporasi sehingga diperoleh
metil ester asam laurat. Lalu dianalisa dengan FT-IR.
3.3.5 Transesterifikasi 4-alil-2-metoksi fenil asetat dengan metil laurat.
Sebanyak 5 ml 4-alil-2-metoksi fenil asetat dimasukkan kedalam labu alas dan
ditambahkan dengan 30 ml benzen, dan ditambahkan dengan metil laurat sebanyak
6,5 ml, lalu ditambahkan 1 g Na-metoksi. Kemudian dirangkai alat refluks yang
dilengkapi dengan tabung CaCl2, dan direfluks selama 5 jam pada suhu 80 oC. Pelarut yang sisa di rotari evaporasi. Residu yang dihasilkan diekstraksi dengan 50 ml
n-heksan p.a. dan dicuci dengan akuades sebanyak 2 kali. Lapisan atas diambil lalu
ditambahkan dengan Na2SO4 anhidrous lalu disaring. Filtratnya dirotari evaporasi sehingga diperoleh 4–alil–2–metoksi fenil laurat. Dikromatografi kolom, lalu
dianalisa harga HLB dan FT – IR.
3.3.6. Prosedur Analisa
3.3.6.1. Analisis Bilangan Penyabunan
Sebanyak 0,1 g sampel dimasukkan ke dalam erlenmeyer kemudian ditambahkan
dengan 25 ml larutan KOH 0,5 N. Kemudian direfluks selama 30 menit. Lalu
didinginkan dan ditetesi dengan 3 tetes indikator fenolftalein. Kemudian dititrasi
dengan larutan HCl 0,5 N hingga warna merah lembayung hilang. Dicatat volume HCl
0,5 N yang terpakai.
Herry Yul Salim Tarigan : Sintesis Metoksi Fenil Laurat Melalui Reaksi Transesterifikasi Antara 4-Alil-2-Metoksi Fenil Asetat Dengan Metil Laurat, 2010.
Sebanyak 0,1 g sampel dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan ditambahkan 10 ml
larutan alkohol netral. Kemudian dipanaskan selama 10 menit lalu didinginkan dan
ditambahkan 3 tetes indikator fenolftalein. Kemudian dititrasi dengan larutan KOH
0,02 N. Dicatat volume KOH 0,02 N yang terpakai.
3.4. Bagan Penelitian
Herry Yul Salim Tarigan : Sintesis Metoksi Fenil Laurat Melalui Reaksi Transesterifikasi Antara 4-Alil-2-Metoksi Fenil Asetat Dengan Metil Laurat, 2010.
100 ml Minyak Cengkeh
dimasukkan kedalam gelas beker
ditambahkan 26,024 g NaOH dalam akuades Larutan kuning kecoklatan
dimasukkan ke dalam corong pisah ditambahkan n-heksana
diekstraksi selama 15 menit
Lapisan Atas Lapisan bawah
dihidrolisa dengan H2SO4 25 % sampai pH = 3
dimasukkan ke dalam corong pisah
ditambahkan n-heksana
diekstraksi selama 15 menit
Lapisan Atas
Lapisan Bawah
dipekatkan dengan rotari evaporator Hasil
dianalisa spektroskopi FT-IR
Herry Yul Salim Tarigan : Sintesis Metoksi Fenil Laurat Melalui Reaksi Transesterifikasi Antara 4-Alil-2-Metoksi Fenil Asetat Dengan Metil Laurat, 2010.
10 ml 4-alil-2-metoksi fenol
ditambahkan 12 ml asam asetat anhidrat setetes demi setetes
direfluks pada suhu 120 o C selama ± 4 jam
Hasil Reaksi
ditambahkan 100 ml n-heksan
dicuci dengan akuades sebanyak 2 kali
ditambahkan NaSO4 anhidrous
didiamkan
disaring
dirotarievaporator
dianalisa KLT
dianalisa spektroskopi FT-IR
Filtrat Residu
Residu Pelarut
Herry Yul Salim Tarigan : Sintesis Metoksi Fenil Laurat Melalui Reaksi Transesterifikasi Antara 4-Alil-2-Metoksi Fenil Asetat Dengan Metil Laurat, 2010.
50 g Asam Laurat
ditambah 100 ml metanol ditambah 100 ml benzen ditambah 2 ml H2SO4 (p)
direfluks selama 5 jam pada suhu 80 oC Hasil Reaksi
dirotarievaporator
Residu Pelarut
diekstraksi dengan 100 ml n-heksana
dicuci dengan 25 ml akuades sebanyak 2 kali
Lapisan Atas Lapisan Bawah
ditambahkan Na2SO4 anhidrous didiamkan
disaring
dirotarievaporator
Hasil
Herry Yul Salim Tarigan : Sintesis Metoksi Fenil Laurat Melalui Reaksi Transesterifikasi Antara 4-Alil-2-Metoksi Fenil Asetat Dengan Metil Laurat, 2010.
3.4.4 Transesterifikasi 4-alil-2-metoksi fenil asetat dengan metil laurat
Residu Pelarut
diekstraksi dengan 50 ml n-heksana
dicuci dengan akuades sebanyak 2 kali
Lapisan Atas Lapisan Bawah
ditambahkan Na2SO4 anhidrous
didiamkan
disaring
dirotarievaporator
Hasil
dianalisa FT-IR
dianalisa bilangan penyabunan
dianalisa bilangan asam
5 ml 4-alil-2-metoksi feni asetat
ditambahkan 30 ml benzen ditambahkan 6,34 metil laurat ditambahkan 1 g Na-metoksi
direfluks selama 5 jam pada suhu 80 0 C
Hasil Reaksi
Herry Yul Salim Tarigan : Sintesis Metoksi Fenil Laurat Melalui Reaksi Transesterifikasi Antara 4-Alil-2-Metoksi Fenil Asetat Dengan Metil Laurat, 2010.
3.5. Bagan Analisis
3.5.1. Analisis Bilangan Penyabunan
0,1 g sampel
dimasukkan ke dalam gelas erlenmeyer
ditambahkan 25 ml KOH 0,5 N
direfluks selama 30 menit
didinginkan
ditambahkan 3 tetes indikator fenolphtalein
dititrasi dengan HCl 0,5 N dicatat volume HCl 0,5 N
Hasil Campuran
3.5.2. Analisis Bilangan Asam
dimasukkan ke dalam gelas erlenmeyer
ditambahkan 10 ml alkohol netral
didinginkan
ditambahkan 3 tetes indikator fenolphtalein
dititrasi dengan KOH 0,02 N
dicatat volume KOH 0,02N
Hasil 0,1 g sampel
dipanaskan selama 10 menit
Larutan Bening
Larutan Merah Muda
Herry Yul Salim Tarigan : Sintesis Metoksi Fenil Laurat Melalui Reaksi Transesterifikasi Antara 4-Alil-2-Metoksi Fenil Asetat Dengan Metil Laurat, 2010.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Senyawa 2-metoksi fenil laurat dapat diperoleh dengan mereaksikan 5 ml
4-alil-2-metoksi fenil asetat dan 6,5 ml metil laurat dan menggunakan katalis Na-metoksi
dalam suasana refluks. Kemudian hasil reaksi diuji kemurniannya melalui analisis
KLT dan dimurnikan dengan metode kromatografi kolom dimana dihasilkan noda
tunggal yang selanjutnya dianalisa dengan metode KLT dan ditentukan harga HLB
(Hidrofilic Lipofilic Balance) dengan menggunakan metode titrasi dimana diperoleh
sebesar 8,33.
Hasil analisi spektroskopi FT-IR untuk senyawa 4-alil-2-metoksi fenil laurat
memberikan spektrum dengan puncak-puncak vibrasi pada daerah bilangan
gelombang 3070,66 cm-1, 2924,09 – 2854,65 cm-1, 1735,93 cm-1, 1700 – 1600 cm-1, 817,82 cm-1. (Gambar 4.4.)
4.2. Pembahasan
Senyawa 4-alil-2-metoksi fenil laurat dapat diperoleh dari reaksi transesterifikasi
antara 4-alil-2-metoksi fenol sebagai sumber alkoksi dengan metil laurat sebagai
sumber asil. Namun terlebih dahulu 4-alil-2-metoksi fenol diisolasi dari minyak
cengkeh dengan menggunakan NaOH yang kemudian dihidrolisa dengan
menggunakan H2SO4 25 %. Senyawa 4-alil-2-metoksi fenol direaksikan dengan asam asetat anhidrat untuk menghasilkan 4-alil-2-metoksi fenil asetat yang mempunyai
Herry Yul Salim Tarigan : Sintesis Metoksi Fenil Laurat Melalui Reaksi Transesterifikasi Antara 4-Alil-2-Metoksi Fenil Asetat Dengan Metil Laurat, 2010.
dan menggunakan katalis Na-metoksi. Berdasarkan konsep diatas, diduga reaksi
berjalan sebagai berikut :
OH
1. Reaksi Isolasi 4-alil-2-metoksi fenol dari Minyak Cengkeh
CH3 - C - O - C - CH3
O O
Asam Asetat Anhidrat
+
2. Reaksi Asetilasi 4-alil-2-metoksi fenol
O - C - CH3
3. Reaksi Pembuatan Metil Ester Asam Laurat
CH3 - (CH2 )10 - C
Asam Laurat Metanol Metil Ester Asam Laurat
4. Reaksi Transesterifikasi 4-alil-2-metoksi fenil Asetat dengan Metil Ester Asam Laurat
CH3 - (CH2 )10 - C
Herry Yul Salim Tarigan : Sintesis Metoksi Fenil Laurat Melalui Reaksi Transesterifikasi Antara 4-Alil-2-Metoksi Fenil Asetat Dengan Metil Laurat, 2010.
Dari reaksi pertama di atas dapat dilihat bahwa gugus hidroksi pada
4-alil-2-metoksi fenol menyerang ion Na+ dari NaOH sehingga menghasilkan Na-4-alil-2-metoksi yang kemudian dihidrolisa dengan H2SO4 25 % dan menghasilkan 4-alil-2-metoksi-fenol. Terbentuknya 4-alil-2-metoksi-fenol didukung oleh spektrum FT-IR
yang menunjukkan puncak – puncak serapan pada daerah bilangan gelombang 3448,5
cm-1 merupakan vibrasi –OH, pada bilangan gelombang 3078,2 cm-1 merupakan vibrasi –OCH3, pada bilangan gelombang 2927,7 cm-1 dan 2850,6 cm-1 merupakan vibrasi –CH sp3, pada bilangan gelombang 1639,4 cm-1 merupakan vibrasi –C=C-, dan pada bilangan gelombang 1512,1 cm-1 yang menunjukkan adanya cincin aromatis. (Gambar 4.1)
Gambar 4.1 Spektrum FT-IR Senyawa 4-alil-2-metoksi fenol
Dari reaksi kedua di atas dapat dilihat bahwa gugus hidroksi dari
4-alil-2-metoksi-fenol menyerang karbokation dari asam asetat anhidrat sehingga
menghasilkan 4-alil-2-metoksi fenil asetat. Terbentuknya 4-alil-2-metoksi fenil asetat
didukung oleh spektrum FT-IR yang menunjukkan puncak – puncak serapan pada
Herry Yul Salim Tarigan : Sintesis Metoksi Fenil Laurat Melalui Reaksi Transesterifikasi Antara 4-Alil-2-Metoksi Fenil Asetat Dengan Metil Laurat, 2010.
gelombang 2927,7 cm-1 dan 2850,6 cm-1 merupakan vibrasi –CH sp3, pada bilangan gelombang 1639,4 cm-1 merupakan vibrasi –C=C-, pada bilangan gelombang 1766,7 cm-1s menunjukkan vibrasi –C=O dari ester, dan pada bilangan gelombang 1508,2 cm -1
yang menunjukkan adanya cincin aromatis. (Gambar 4.2)
Gambar 4.2 Spektrum FT-IR Senyawa 4-alil-2-metoksi fenil asetat
Dari reaksi ketiga di atas dapat dilihat bahwa gugus hidroksi yang berasal dari
asam laurat menyerang gugus karbonil dari metanol sehingga membentuk metil ester
asam laurat. Terbentuknya metil ester asam laurat didukung oleh spektrum FT-IR
yang menunjukkan puncak – puncak serapan pada daerah bilangan gelombang
Herry Yul Salim Tarigan : Sintesis Metoksi Fenil Laurat Melalui Reaksi Transesterifikasi Antara 4-Alil-2-Metoksi Fenil Asetat Dengan Metil Laurat, 2010.
Gambar 4.3 Spektrum FT-IR Senyawa Metil Ester Asam Laurat
Dari reaksi keempat dapat dilihat bahwa gugus alkoksi dari 4-alil-2-metoksi
fenil asetat menyerang gugus karbonil dari metil ester asam laurat sehingga
menghasilkan 4-alil-2-metoksi fenil laurat. Terbentuknya 4-alil-2-metoksi fenil laurat
didukung oleh spektrum FT-IR yang menunjukkan puncak – puncak serapan pada
daerah bilangan gelombang 3070,68 cm-1 merupakan vibrasi –OCH3, pada bilangan gelombang 2924,09 cm-1 dan 2854,65 cm-1 merupakan vibrasi –CH sp3, pada bilangan gelombang 1700 - 1600 cm-1 merupakan vibrasi –C=C- yang saling tumpang tindih, pada bilangan gelombang 1735,93 merupakan vibrasi –C=O ester, pada
Herry Yul Salim Tarigan : Sintesis Metoksi Fenil Laurat Melalui Reaksi Transesterifikasi Antara 4-Alil-2-Metoksi Fenil Asetat Dengan Metil Laurat, 2010.
Gambar 4.4 Spektrum FT-IR Senyawa 4-alil-2-metoksi fenil laurat
Senyawa 4-alil-2-metoksi fenil laurat yang diperoleh ditentukan bilangan
penyabunan dan bilangan asamnya dengan hasil yang ditunjukkan sebagai berikut :
Tabel. 4.1. Data Penentuan Bilangan Penyabunan dengan Metode Titrasi
Sampel Massa Sampel (g) Volume titran (ml)
Bil.
Penya
bunan
M1 M2 M3 M V1 V2 V3 V
Blanko - - - - 19,05 19,1 19,05 19,06 -
4-alil-2-metoksi
fenil
laurat
Herry Yul Salim Tarigan : Sintesis Metoksi Fenil Laurat Melalui Reaksi Transesterifikasi Antara 4-Alil-2-Metoksi Fenil Asetat Dengan Metil Laurat, 2010.
Tabel. 4.2. Data Penentuan Bilangan Asam dengan Metode Titrasi
Sampel Massa Sampel (g) Volume titran (ml) Bil.
Asam
M1 M2 M3 M V1 V2 V3 V
4-alil-2-metoksi
fenil
laurat
0,102 0,105 0,103 0,103 16,05 16,1 16,05 16,06 174,944
Kemudian untuk mencari nilai HLB dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
HLB = 20
−
A P
1
Maka dapat diperoleh harga HLB dari senyawa 4-alil-2-metoksi fenil laurat adalah
Herry Yul Salim Tarigan : Sintesis Metoksi Fenil Laurat Melalui Reaksi Transesterifikasi Antara 4-Alil-2-Metoksi Fenil Asetat Dengan Metil Laurat, 2010.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Senyawa 4-alil-2-metoksi fenil laurat dapat diperoleh melalui reaksi
transesterifikasi antara 4-alil-2-metoksi fenil asetat dengan metil laurat,
dimana senyawa 4-alil-2-metoksi fenol di asetilasi dengan asam asetet anhidrat
dan kemudian direaksikan dengan metil laurat dalam suasana refluks dengan
menggunakan katalis Na-metoksi.
2. Harga HLB dari senyawa 4-alil-2-metoksi fenil laurat adalah 8,33 yang dapat
digunakan sebagai surfaktan.
5.2. Saran
Diharapkan kepada peneliti berikutnya agar lebih mengembangkan kegunaan
Herry Yul Salim Tarigan : Sintesis Metoksi Fenil Laurat Melalui Reaksi Transesterifikasi Antara 4-Alil-2-Metoksi Fenil Asetat Dengan Metil Laurat, 2010.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2002. Cengkeh. BPPT. diakses tanggal 8 September 2008 http://www.iptek.net.id/obat.htm
Bulan, Rumondang. 2004. Reaksi Asetilasi Eugenol dan Oksidasi Metil Isoeugenol.
Eckey, S. W. 1996. Vegetables Fat and Oil in Hand Book of Food Agriculture. New York : Reinhold Publishing Coorporation
Fessenden, R.J.; Fessenden, J.S. 1999. Kimia Organik. Edisi Ketiga. Jilid 2. Jakarta : Penerbit Erlangga
Fieser, L.F., and Fieser, M., 1956. Organic Chemistry. Third Edition. New York : Reinhold Publishing Coorporation
Finar, I. L. 1986. Organic Chemistry. Sixth Edition. New York : Longman Scientific & Technical
Guenther, E. 1990. Minyak Atsiri. Penerjemah S. Ketaren. Jilid IV B. Jakarta : Penerbit UI Press
Hart, H. 1990. Kimia Organik. Edisi Keenam. Jakarta : Erlangga
Haumann, B. F. 1994. Tools Hydrogenation Interesterification. INFORM
diakses tanggal 3 Maret 2008
Kammoun, N.; Bigot, M. 1997. A New Simplified Method for Esterification of
Secondary and Tertiary Alcohols. J. Synth. Comm. 27.(16)
Ketaren, S. 1986. Minyak dan Lemak Pangan. Cetakan Pertama. Jakarta : Penerbit UI Press
Herry Yul Salim Tarigan : Sintesis Metoksi Fenil Laurat Melalui Reaksi Transesterifikasi Antara 4-Alil-2-Metoksi Fenil Asetat Dengan Metil Laurat, 2010.
Murray, K.R.; Granner, D. K. 1992. Biokimia Harper. Edisi ke-22. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Pavia, D. L. 1995. Organic Laboratory Techniques. Second Edition. New York : Saunders Collage Publishing
Oller, D. 2004. Clove. diakses tanggal 8 September 2008 http://www.oller.net/ingredie.htm
Richtler, H. J.; Knault, J. 1984. Challenges to A Nature Industry : Marketing and
Economics in Western Europe. J. Am. Oil. Chem. Soc. Vol. 61
Riegel. 1992. Hand Book Of Industrial Chemistry. Second Edition. New York : James A. Kent
Sastrohamidjojo, H. 2004. Kimia Minyak Atsiri. Cetakan Pertama. Yogyakarta : UGM Press
Seager, S.L.; Slabaugh, M.R. 1994. Organic and Biochemistry for Today. Second Edition. New York : West Publishing Company
Winarno, F. G. 1984. Kimia Pangan dan Gizi. Cetakan Keenam. Jakarta : Penerbit Gramedia
Windholz, M.; Dudavari, S. The Merck Index. Ninth Edition. New Jersey : Merck and Co. Inc
Yamane, L.; Miyawaki, Y. 1990. Manufacturing Process of -Sulphomethyl Ester and Application to Detergents. Prod. Of (1989) Int. P.O. Rev. Confence
Herry Yul Salim Tarigan : Sintesis Metoksi Fenil Laurat Melalui Reaksi Transesterifikasi Antara 4-Alil-2-Metoksi Fenil Asetat Dengan Metil Laurat, 2010.
LAMPIRAN 1. PERHITUNGAN HARGA HLB
1. Penentuan Bilangan Penyabunan dari Hasil Titrasi
N HCl = 0,5 N
2. Penentuan Bilangan Asam dari Hasil Titrasi
Herry Yul Salim Tarigan : Sintesis Metoksi Fenil Laurat Melalui Reaksi Transesterifikasi Antara 4-Alil-2-Metoksi Fenil Asetat Dengan Metil Laurat, 2010.
LAMPIRAN 2. HASIL PEMISAHAN KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT) SENYAWA 4-ALIL-2-METOKSI FENIL ASETAT
No Fase Gerak Rf
1. n-heksana : etanol (9:1 v/v) 0,92
2. n-heksana : etanol (8:2 v/v) 0,90
3. n-heksana : etanol (7:3 v/v) 0,88
4. n-heksana : etanol (6:4 v/v) 0,87
5. n-heksana : etanol (5:5 v/v) -
6. n-heksana : etanol (4:6 v/v) -
7. n-heksana : etanol (3:7 v/v) -
8. n-heksana : etanol (2:8 v/v) -
Herry Yul Salim Tarigan : Sintesis Metoksi Fenil Laurat Melalui Reaksi Transesterifikasi Antara 4-Alil-2-Metoksi Fenil Asetat Dengan Metil Laurat, 2010.
LAMPIRAN 3. HASIL PEMISAHAN KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT) SENYAWA 4-ALIL-2-METOKSI FENIL LAURAT
No Fase Gerak Rf
1. n-heksana : etanol (9:1 v/v) 0,71
2. n-heksana : etanol (8:2 v/v) 0,69
3. n-heksana : etanol (7:3 v/v) 0,67
4. n-heksana : etanol (6:4 v/v) 0,68
5. n-heksana : etanol (5:5 v/v) -
6. n-heksana : etanol (4:6 v/v) -
7. n-heksana : etanol (3:7 v/v) -
8. n-heksana : etanol (2:8 v/v) -