• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PE"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Kebidanan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 76 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP-ASI) DINI PADA BAYI DI PUSKESMAS PAYUNG SEKAKI KOTA PEKANBARU TAHUN 2015

Elmia Kursani1, Leni Irwana2

Dosen STIKes Hang Tuah Pekanbaru, Indonesia1

Mahasiswa Prodi IKM STIKes Hang Tuah Pekanbaru, Indonesia2

ABSTRACT

Food companion ASI (MP-ASI) is the food that is given to infants over 6 months old because the milk is no longer able to meet the needs of the baby. Food Companion ASI have contibution much of the baby are malnutrition and gastrointestinal.WHO (World Health Organization) states that 60% of the 10.9 million children under five deaths related either directly or indirectly with the problem of malnutrition. Coverage food prelakteal types of infant formula for Riau Province including the highest order to the three of 90.5%. This study aimed to determine the knowledge, attitudes, parity, employment and family support with the provision of complementary feeding.

This type of research in this study is the quantitative analytic with cross sectional design. Number of samples 79 with the sampling technique is accidental sampling. The analysis used univariate and bivariate. Bivariate using Chi-Square

on the degree of α = 0.05. Measuring tool used is to fill out a questionnaire.

Research shows there is a relationship between knowledge with (p value 0.008) and POR 4.211 (95% CI: 1.553 to 11.414), attitude (P value 0.001) and POR 5.850 (95% CI: 2.135 to 16.031), parity (P value 0.011) and POR 3.870 (95% CI: 1.454 to 10.304), employment (P value 0.001) and POR 7.212 (95% CI: 2.535 to 20.521) and family support (P value 0.007) and POR 4.211 (95% CI: 1.553 to 11.414) with complementary feeding premature infants.

Puskesmas is expected to Sekaki to always improve the communication program, information, education and communication (IEC), particularly regarding the provision of complementary feeding on pregnant women and mothers with infants aged 0-6 months and the need for complementary feeding programs appropriately in accordance with the toddler needs.

Bibliography : 33 ( 2007-2014 )

(2)
(3)

Jurnal Kebidanan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 77 PENDAHULUAN

Menurut Depkes (2007), MP-ASI (Makanan Pendamping MP-ASI) adalah makanan yang diberikan pada bayi yang telah berusia diatas 6 bulan karena ASI tidak lagi dapat memenuhi kebutuhan bayi. Kebiasaan pemberian MP-ASI dini memiliki kontribusi terhadap banyak masalah anak di kemudian hari seperti alergi, malnutrisi serta masalah gastrointestinal. Pada bulan-bulan pertama kehidupan sistem saluran cerna bayi belum berkembang sempurna sehingga pemberian makanan pendamping ASI yang terlalu dini dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan. Karena itu perlu diketahui faktor-faktor yang memengaruhi kebiasaan pemberian MP-ASI dini (Riksani, 2012).

UNICEF (United National

Children’s Find) menyebutkan bahwa asupan nutrisi serta ada atau tidaknya penyakit merupakan determinan langsung dari pertumbuhan, perkembangan dan kelangsungan hidup anak. WHO

(World Health Organization)

menyatakan bahwa 60% dari 10,9 juta kematian balita berhubungan baik secara langsung maupun tidak langsung dengan masalah kekurangan gizi. Sedangkan 2/3 dari kematian tersebut, yang sering kali berhubungan dengan masalah pemberian makan, terjadi pada tahun-tahun pertama kehidupan (Sulistyowati, 2013).

Menurut Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, persentase anak umur 0-23 bulan yang diberi makanan pendamping ASI (makanan atau minuman yang diberikan kepada neonatus sebelum ASI keluar) menunjukkan bahwa Provinsi

Sumatera Utara merupakan Provinsi dengan cakupan pemberian makanan pendamping ASI tertinggi pada bayi yaitu 62,7%, dan untuk Provinsi Riau cakupan pemberian makanan pendamping ASI menunjukkan urutan tertinggi ke tiga yaitu 58,6% dari 33 Provinsi di Indonesia. Berdasarkan hasil RISKESDAS (Riset Kesehatan Dasar), jenis makanan pendamping ASI yang paling banyak diberikan pada bayi adalah susu formula sebesar 79,8%. Cakupan makanan pendamping ASI jenis susu formula di Indonesia, untuk Provinsi Riau termasuk urutan tertinggi ke tiga sebesar 90,5% (Depkes RI, 2013).

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru Tahun 2014, dari 20 Puskesmas di Pekanbaru didapatkan tiga Puskesmas yang jumlah penduduknya besar tetapi untuk cakupan ASI eksklusif terendah yaitu Puskesmas Payung Sekaki sebesar 1382 (62,68%) dari 2205 bayi, Puskesmas Simpang baru sebesar 506 (44,19%) dari 1145 bayi, dan Puskesmas Rejosari sebesar 624 (54%) dari 1152 bayi. Di sini dapat diketahui bahwa Puskesmas yang cakupan ASI eksklusif terendah yaitu Puskesmas Payung sekaki dimana ada 400 lebih bayi yang diantaranya mendapatkan MP-ASI atau makanan pendamping ASI lainnya.

(4)

Jurnal Kebidanan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 78 Puskesmas Payung Sekaki Kota

Pekanbaru Tahun 2015”.

METODE

Jenis penelitian ini adalah Analitik Kuantitatif dengan desain penelitian Cross Sectional Study

yang dilaksanakan pada bulan Maret-Juli 2015 di Puskesmas Payung Sekaki Kota Pekanbaru. Jumlah populasi dalam penelitian ini seluruh ibu yang mempunyai bayi usia 0-6 bulan di Puskesmas Payung Sekaki Kota Pekanbaru Tahun 2015 dengan sampel 79 orang. Jenis data yang dikumpulkan yaitu data sekunder yaitu data yang diperoleh dari Puskesmas Payung Sekaki Kota

(5)

Jurnal Kebidanan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 79 HASIL

Univariat

Tabel 5

Resume Distribusi Frekuensi Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) Dini pada Bayi di Puskesmas Payung Sekaki

Kota Pekanbaru Tahun 2015

No. Variabel Kategori Frekuensi Persentase (%) 1. Pemberian

2. Pengetahuan Rendah Tinggi yang memberikan MP-ASI sebanyak 28 orang (35,4%), pengetahuan rendah sebanyak 39 orang (49,4%), sikap negatif sebanyak 30 orang (38,0%), paritas ibu yang primipara sebanyak 37 orang (46,8%), ibu yang bekerja sebanyak 26 orang (32,9) dan dukungan keluarga yang mendukung sebanyak 21 orang (26,6%).

Tabel 1

Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) Dini pada Bayi di Puskesmas

Payung Sekaki Kota Pekanbaru Tahun 2015

Berdasarkan tabel 6 dapat dilihat dari 79 orang, yang pengetahuan rendah yaitu 39 orang, 20 orang (51,3%) yang memberikan MP-ASI

Pengetahuan

Pemberian MP-ASI Dini Total P Value POR 95% CI

(6)

Jurnal Kebidanan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 80 dini pada bayi. Dari 40 orang yang pengetahuan tinggi, 8 orang (20,0%) yang memberikan MP-ASI dini pada bayi

Tabel 2

Hubungan Sikap Ibu dengan Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) Dini pada Bayi di Puskesmas Payung Sekaki

Kota Pekanbaru Tahun 2015

Berdasarkan tabel 7 dapat dilihat dari 79 orang, yang sikap negatif sebanyak 30 orang, 18 orang (60,0%) yang memberikan MP-ASI dini pada bayi. Dari 49 orang yang sikap positif, 10 orang (20,4%) yang memberikan MP-ASI dini pada bayi.

Tabel 3

Hubungan Paritas dengan Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) Dini pada Bayi di Puskesmas Payung Sekaki

Kota Pekanbaru Tahun 2015

Berdasarkan tabel 8 dapat dilihat dari 79 orang, yang primipara sebanyak 37 orang, 19 orang (51,4%) yang memberikan MP-ASI dini pada bayi. Dari 42 orang yang multipara, 9 orang (21,4%) yang memberikan MP-ASI dini pada bayi.

Tabel 4

Hubungan Pekerjaan dengan Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) Dini pada Bayi di Puskesmas Payung Sekaki Kota

Pekanbaru Tahun 2015

Berdasarkan tabel 9 dapat dilihat dari 79 orang, yang ibu bekerja yaitu 26 orang, 17 orang (65,4%) yang memberikan MP-ASI dini pada bayi. Dari 53 orang yang tidak bekerja, 11 orang (20,8 %) yang memberikan MP-ASI dini pada bayi.

Sikap

Pemberian MP-ASI Dini Total P Value POR 95% CI Memberikan Tidak Memberikan

F % F % n %

Negatif 18 60,0 12 40,0 30 100 0,001 5,850

2,135-16,031

Positif 10 20,4 39 79,6 49 100

Total 28 35,4 51 64,6 79 100

Paritas

Pemberian MP-ASI Dini Total P Value POR 95% CI Memberikan Tidak Memberikan

f % f % n %

Primipara 19 51,4 18 48,6 37 100 0,011 3,870

1,454-10,304

Multipara 9 21,4 33 78,6 42 100

Total 28 35,4 51 64,6 79 100

Pekerjaan

Pemberian MP-ASI Dini Total P Value POR 95% CI

Memberikan Tidak Memberikan

f % f % n %

Bekerja 17 65,4 9 34,6 26 100 0,001 7,212

2,535-20,521

Tidak Bekerja 11 20,8 42 79,2 53 100

(7)

Jurnal Kebidanan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 81 Tabel 5

Hubungan Dukungan Keluarga dengan Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) Dini pada Bayi di Puskesmas Payung

Sekaki Kota Pekanbaru Tahun 2015

Berdasarkan tabel 10 dapat dilihat dari 79 orang, yang keluarga mendukung sebanyak 21 orang, 13 orang (61,9%) yang memberikan MP-ASI dini pada bayi. Dari 58 orang keluarga yang tidak mendukung, 15 orang (25,9%) yang memberikan MP-ASI dini pada bayi.

PEMBAHASAN

Hubungan Pengetahuan dengan Pemberian MP-ASI Dini pada Bayi

Hasil uji Chi-Square diperoleh P

value 0.008 < α (0,05), yang berarti terdapat hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian MP-ASI dini pada bayi di Puskesmas Payung Sekaki Kota Pekanbaru Tahun 2015. Dengan nilai Prevalen Odds Ratio

(POR) 4,211 (CI 95%: 1,553-11,414), yang artinya bahwa ibu yang pengetahuan rendah berpeluang 4 kali memberikan MP-ASI dini pada bayi dibandingkan ibu yang berpengetahuan tinggi.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Ginting dkk (2012), yang menunjukkan ada pengaruh secara bermakna antara tingkat pengetahuan ibu dengan pemberian MP-ASI. Ginting berasumsi bahwa karakteristik ibu yang berpengaruh terhadap terhadap pemberian MP-ASI dini pada bayi usia <6 bulan yakni faktor internal yaitu: tingkat pengetahuan ibu.

Variabel independen yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap pemberian MP-ASI dini pada bayi usia <6 bulan adalah tingkat pengetahuan ibu untuk itu Puskesmas dalam menyusun perencanaan kegiatan khususnya promosi ASI Eksklusif dan pemberian MP-ASI diharapkan sasarannya kepada ibu hamil maupun ibu menyusui.

Hubungan Sikap dengan

Pemberian MP-ASI Dini pada Bayi

Hasil uji Chi-Square diperoleh P

value 0.001 < α (0,05), yang berarti terdapat hubungan sikap ibu dengan pemberian MP-ASI dini pada bayi di Puskesmas Payung Sekaki Kota Pekanbaru Tahun 2015. Dengan nilai

Prevalen Odds Ratio (POR) 5,850 (CI 95%: 2,135-16,031), yang artinya bahwa ibu yang memiliki sikap negatif berpeluang 5 kali memberikan MP-ASI dini pada bayi dibandingkan ibu yang memiliki sikap positif.

(8)

Jurnal Kebidanan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 82 beberapa faktor salah satunya faktor

perilaku yakni pada sikap ibu. Sikap ibu mempengaruhi dalam pemberian MP-ASI dini pada bayi. Sikap tidak baik ibu kepada bayi memicu terlaksananya pemberian MP-ASI dini seperti ibu yang tidak menghiraukan akan kesehatan bayinya dan bersikap cuek terhadap apa yang akan terjadi kedepannya setelah memberikan MP-ASI dini pada bayi, sehingga berdampak buruk bagi kesehatan bayi itu sendiri Hubungan Paritas dengan Pemberian MP-ASI Dini pada Bayi

Hasil uji Chi-Square diperoleh P value 0.011 < α (0,05), yang berarti terdapat hubungan paritas ibu dengan pemberian MP-ASI dini pada bayi di Puskesmas Payung Sekaki Kota Pekanbaru Tahun 2015. Dengan nilai

Prevalen Odds Ratio (POR) 3,870 (CI 95%: 1,454-10,304), yang artinya bahwa ibu yang paritas primipara berpeluang 3 kali memberikan MP-ASI dini pada bayi dibandingkan ibu yang paritas multipara.

Hasil Penelitian ini sejalan dengan penelitian Kardiani dkk (2012), tentang karakteristik dan pengetahuan ibu yang mempengaruhi pemberian MP-ASI terlalu dini, berdasarkan paritas yang memberikan MP-ASI terlalu dini terbanyak adalah pada jumlah paritas 1 sebesar 46% (30 orang). Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,013 (p

<0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh secara bermakna antara paritas ibu dengan pemberian MP-ASI pada bayi. Kardiani berasumsi bahwa ibu-ibu yang baru pertama kali mempunyai

anak (primipara) memiliki masalah-masalah menyusui. Berbeda dengan ibu-ibu yang sudah menyusui pernah menyusui sebelumnya, lebih baik dibandingkan yang baru pertama kali menyusui.

Hubungan Pekerjaan dengan Pemberian MP-ASI Dini pada Bayi

Hasil uji Chi-Square

diperoleh P value 0.001 < α (0,05), yang berarti terdapat hubungan pekerjaan ibu dengan pemberian MP-ASI dini pada bayi di Puskesmas Payung Sekaki Kota Pekanbaru Tahun 2015. Dengan nilai Prevalen Odds Ratio (POR) 7,212 (CI 95%: 2,535-20,521), yang artinya bahwa ibu yang bekerja berpeluang 7 kali memberikan MP-ASI dini pada bayi dibandingkan ibu yang tidak bekerja.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Hariyani (2012), khusus pada ibu-ibu yang bekerja, dengan singkatnya cuti hamil dan melahirkan bahkan sebelum pemberian ASI ekslusif berakhir, ibu sudah harus kembali bekerja meninggalkan bayinya. Keadaan ini juga menganggu pemberian ASI eksklusif sehingga timbulnya pemberian makanan pendamping ASI yang terlalu dini pada bayi. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Pemberian MP-ASI Dini pada Bayi

Hasil uji Chi-Square diperoleh P value 0.007 < α (0,05), yang berarti terdapat hubungan dukungan keluarga dengan pemberian MP-ASI dini pada bayi di Puskesmas Payung Sekaki Kota Pekanbaru Tahun 2015. Dengan nilai Prevalen Odds Ratio

(9)

Jurnal Kebidanan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 83 yang keluarga mendukung

berpeluang 4 kali memberikan MP-ASI dini pada bayi dibandingkan ibu yang keluarga tidak mendukung dalam memberikan MP-ASI dini pada bayi.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Agustini (2013), dukungan keluarga merupakan hal penting dalam terwujudnya hal yang positif. Dukungan keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan. Baik keluarga inti maupun keluarga besar berfungsi sebagai sistem pendukung bagi anggota-anggotanya, baik dalam bentuk emosional, instrumenal,

informative maupun penghargaan.

Dalam hal ini ibu yang menyusui memberikan MP-ASI dini terdapat faktor yang memicunya salah satunya faktor lingkungan yaitu suami dan keluarga. Keluarga yang mendukung dalam makanan pendamping ASI bayi membuat ibu lebih terpengaruh untuk melakukannya karena keluarga merupakan orang terdekat ibu.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang Pemberian MP-ASI Dini pada Bayi di Puskesmas Payung Sekaki Kota Pekanbaru Tahun 2015, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Prevalensi pemberian MP-ASI dini pada bayi yaitu 28 orang (34,5%) ibu yang memberikan MP-ASI dini pada bayi. Terdapat hubungan pengetahuan 0,008 < (0,05) dan 2,535-20,521), dukungan keluarga dengan P value 0,007 < (0,05) dan nilai POR 4,658 (CI 95%: 1,616-13,430) dengan pemberian MP-ASI dini pada Bayi di Puskesmas Payung Sekaki Kota Pekanbaru.

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian tersebut ada beberapa saran yang dapat disampaikan peneliti antara lain: Diharapkan kepada Puskesmas Payung Sekaki meningkatkan program komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) khususnya tentang pemberian makanan pendamping ASI pada ibu-ibu hamil maupun ibu yang mempunyai bayi usia 0-6 bulan dan perlu adanya program pemberian makanan pendamping ASI secara tepat sesuai dengan kebutuhan balita. Diharapkan bagi peneliti selanjutnya agar melakukan penelitian tentang pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) dengan variabel yang berbeda dan variabelnya ketersediaan susu formula dan keterpaparan media massa.

DAFTAR PUSTAKA

Agustini. (2013). Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu dan Dukungan Keluarga dengan Cakupan Pelayanan Antenatal di Wilayah Kerja Puskesmas

Buleleng (Tesis). Program

(10)

Jurnal Kebidanan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 84 Sukandar, H. (2012). Pengaruh Karakteristik, Faktor Internal Dan Eksternal Ibu Terhadap

Pemberian Mp-Asi Dini pada

Bayi Usia < 6 Bulan diWilayah Kerja Puskesmas Barusjahe

(Tesis). Sumatera Utara:

Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Bandung.

Hariyani, D. (2012). Hubungan

Tingkat Pendidikan Status

Pekerjaan, Motivasi, dan

Persepsi Ibu Terhadap

Pemberian ASI Eksklusif di

Wilayah Kerja Puskesmas

Kampar Kiri Hilir Kabupaten Kampar. Pekanbaru: Skripsi Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat STIKes Hang Tuah.

Hidayat, A. (2009). Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika.

Hidayat, A. (2011). Metode

Penelitian Kebidanan dan

Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika.

Husanah, E. (2014). Pemberian

Makanan Pendamping ASI

(MP-ASI) Dini pada Bayi

Puskesmas Rumbai Pesisir.

Pekanbaru: Skripsi Program Studi Ilmu Kesehatan

Masyarakat STIKes Hang Tuah.

Imelda, R. (2010). Panduan Kehamilan & Perawatan Bayi dari A-Z. Surabaya: Victory.

Indiarti. (2008). ASI Susu Formula dan Makanan Bayi. Yogyakarta: Khazanah Ilmu-Ilmu Terapan.

Jannah, N. (2011). Biologi Reproduksi. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Kardiani, R, Santosa, U dan Susanti.

(2012). Gambaran

Karakteristik dan Pengetahuan

Ibu yang Mempengaruhi

Pemberian Makanan

Pendamping ASI. Majalengka: Program Studi Diploma III Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran.

Krisnatuti, D. (2008). Menyiapkan

Makanan Pendamping ASI.

Jakarta: IKAPI.

Maineny, A. (2013). Faktor Determinan Terhadap Lama

Pemberian Asi Penuh di

Kecamatan Palu Utara Kota

Palu (Skripsi). Sulawesi

Tengah: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.

Manuaba, I. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB

Untuk Pendidikan Bidan.

(11)

Jurnal Kebidanan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 85 Marimbi, H. (2011). Biologi

Reproduksi. Yogyakarta: Nuha Medika.

Mawaddah, I. (2012). Gambaran

Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Pemberian

Susu Formula pada Bayi Usia

0-6 Bulan di Puskesmas

Kembang Tanjong Kabupaten Pidie. Banda Aceh: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (Stikes) U’budiyah Banda Aceh Diploma III Kebidanan.

Muthmainnah, F. (2010).

Faktor-Faktor yang Berhubungan

dengan Pengetahuan Ibu

Dalam Memberikan Makanan Pendamping Air Susu Ibu di

Puskesmas Pamulang

(Skripsi). Jakarta: Program Sudi SI Ilmu Keperawatan UIN Syahid.

Notoatmodjo, S. (2007). Kesehatan Masyarakat Ilmu & Seni. Jakarta: PT Rineka Cipta

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nuraini, T, Julia, M, dan Dasuki, D. (2013). Sampel Susu Formula dan Praktik Pemberian Air Faktor yang Mempengaruhi Ibu Dalam Pemberian MP-ASI

Dini di Kecamatan Pandan Kabupaten Tapanuli (Tesis). Medan: Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Puspitorini, I. (2011). Intisari

Lengkap Kebidanan dan

Keperawatan. Yogyakarta:

New Diglossia.

Purnamawati. (2013). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Ibu Dalam Pemberian Asi Eklusif pada Bayi 0-6 Bulan dengan Kejadian Diare di Puskesmas Kajhu Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar (Skripsi). Banda Aceh:

yang Mempengaruhi

Pemberian PASI pada Bayi Usia 0 6 Bulan di Wilayah

Kerja Puskesmas Christina

Martha Tiahahu (Skripsi).

Makassar: Fakultas Kesehatan Masyarakat, UNHAS.

Saleh, L. (2011). Faktor-Faktor yang

Menghambat Praktik ASI

Eksklusif pada Bayi Usia 0-6 Bulan (Skripsi). Semarang: Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.

(12)

Jurnal Kebidanan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 86 Suherni, Widyasih, H dan

Rahmawati, A. (2009).

Perawatan Masa Nifas.

Yogyakarta: Fitramaya.

Sukmawati, D. (2012). Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Serta Keterpaparan Iklan Susu Formula Selama Kehamilan

Terhadap Pemberian ASI

Eksklusif di Posyandu Desa

Pakualam Kecamatan

Tangerang (Skripsi).

Tangerang: Ilmu Kesehatan Universitas Esa Unggul.

Sulistyowati, A. (2013). Pola

Pemberian Makanan

Pendamping ASI (MP-ASI)

pada Bayi di Kecamatan Pasar

Minggu,Jakarta Selatan

(Tesis). Jakarta: Fakultas Kedokteran Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Kesehatan Anak.

Sulistyawati, A. (2009). Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Yogyakarta: ANDI.

Wiknjosastro, H. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.

Gambar

Tabel 5 Resume Distribusi Frekuensi Pemberian Makanan Pendamping ASI

Referensi

Dokumen terkait

All of tested fish died Hidup Alive 120 Ikan melemah dan hanya bergerak mengambil oksigen Fish weaken and only moved to take oxygen 221 Ikan mengalami kematian 757

Rancangan percobaan yang dipakai dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap faktorial dengan pola 4 x 4 dan menggunakan 2 faktor yaitu faktor perbedaan

anak di Cirebon yang masih berstatus pelajar, yang kali ini korbannya adalah anak perempuan berumur 14 tahun yang dipaksa menenggak minuman keras (miras) oleh

• A student takes a group of Papua students and a group of Java students and test whether they have a same consumption behavior two samples from different population. to

teknik komunikasi yang disesuaikan dengan keadaan masyarakat sehingga informasi. dapat dimengerti dan dilaksanakan

Jika bagian terbesar sumber adalah dari luar lingkungan sosial yang akan menerima program, sudah dapat dibayangkan bahwa fungsi sebagai institusi sosial yang membekali khalayak

Pada tingkatan lokal atau pemilihan caleg setingkat kotamadya/kabupaten dan provinsi maka umumnya iklan politik dibuat dalam bentuk media luar ruang seperti poster, pamflet,

Sesuai dengan analisa data yang kami dapatkan dapat diambil kesimpulan bahwa tata guna lahan di persimpangan Jalan Telaga Asih dan Jalan Imam Bonjol memiliki tata