• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kehidupan Masyarakat Penambang Kayu Arang Di Desa Nagasaribu Kecamatan Lintongnihuta 1992-2002 Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kehidupan Masyarakat Penambang Kayu Arang Di Desa Nagasaribu Kecamatan Lintongnihuta 1992-2002 Chapter III V"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

KEHIDUPAN MASYARAKAT PENAMBANG KAYU ARANG DI DESA NAGASARIBU KECAMATAN LINTONGNIHUTA 1992-2002

3.1 Kehidupan Ekonomi

Lintongnihuta dengan sumber mata pencaharian yang baik terutama hasil

pertanian kopi dan padi yang kaya dan melimpah. Akan tetapi, ada juga

menggantungkan hidupnya lewat pada penambangan sebagai mata pencaharianya

untuk memenuhi hidup. Seperti, penambangan kayu arang dan penambangan batu

gunung. Hasil dari penambangan ini kemudian dijual di pasar daerahnya atau di

kirim keluar kota.

Mengandalkan potensi alam lingkungan merupakan langkah yang tepat yang

dilakukan masyarakat untuk mempertahankan hidup. Hal ini bisa dilihat dari

bagaimana masyarakat Lintongnihuta terutama desa Nagasaribu mengelola kekayaan

alam seperti tanah gambut. Pada tahun 1992 masyarakat yang bekerja sebagai

penambang kayu arang dan menetap di kawasan pegunungan. Masyarakat

penabambang berangkat pada pagi hari, pulang pada sore hari, itulah aktivitas sehari

hari masyarakat di desa nagasaribu tepatnya dilahan gambut.

Pada tahun 1992 arang belum banyak dipergunakan oleh masyarakat, karena

pada saat itu kayu sangat berperan untuk bahan bakar memasak dirumah. Pada masa

(2)

pengerjaanya masih sangat tradisional, belum ada pestisida. Sering sekali hasil panen

tidak bagus. Hal ini menyebabkan masyarakat bertani padi sambil menambang kayu

arang. Supaya ketika menambahkan penghasilan ekonomi keluarga beras tidak ada.

Selain itu ada juga masyarakat yang menjadi peternak. Potensi peternakan yang

menonjol seperti kerbau, kuda, babi, dan ayam . Kegiatan penambangan kayu arang

memberikan dampak terhadap tingkat pendapatan masyarakat, hal ini terdapat pada

masyarakat bahwa adanya kegiatan penambangan ini memberikan keuntungan yang

sangat besar sehingga bisa mencukupi kebutuhan hidupnya, Keinginan untuk

memenuhi kebutuhan ekonomi yang semakin tahun semakin sulit mendorong

masyarakat harus bekerja dan berusaha lebih giat lagi dan pertumbuhan penduduk

yang semakin tahun semakin banyak. Tanah gambut sebagai tanah yang memiliki

nilai ekonomi yang tinggi dan jika diliat dari prosesnya hal yang sangat mudah untuk

diperoleh karena hanya membutuhkan tenaga yang kuat tanpa dana yang cukup besar

lain halnya dengan bertani dan berdagang harus mebutuhkan modal yang besar.

Semakin besarnya jumlah keturunan mengakibatkan sempitnya Perekonomian

merupakan masalah utama dalam sebuah kehidupan masyarakat, sehingga tak dapat

dipungkiri lagi berbagai usaha ditempuh untuk memenuhi kebutuhan perekonomian

tersebut, mulai dari usaha kecil-kecilan hingga usaha besar-besaran. Salah satu usaha

yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan perekonomian masyarakat di desa

(3)

arang. Selain untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dampak positif dari

penambangan bagi kehidupan masyarakat nagasaribu adalah sebagai berikut

• Membuka lapangan pekerjaan

Pada dasarnya tingkat ekonomi seseorang atau masyarakat ditentukan oleh

kesempatannya memperoleh sumber pendapatan, kesempatan kerja dan kesempatan

berusaha , namun pada kenyataanya masyarakat di hadapkan pada masalah masalah

yang menimbulkan tingkat ekonominya rendah diantaranya seperti sulitnya

mendapatkan pekerjaan, kesempatan kerja di desa nagasaribu semakin terbuka setelah

adanya kegiatan penambangan kayu arang yang memberikan dampak positif bagi

warga sekitar sehingga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat

• Meningkatkan daya kreativitas masyarakat

Penambangan kayu arang sangat lah menguntungkan bagi masyarakat desa

nagasaribu dimana masyarakat dapat memanfaatkan akar akar kayu yang ada di tanah

gambut diolah menjadi arang yang berfungsi untuk tempa besi dan sebagai bahan

bakar untuk memasak untuk menambah uang masuk disamping bertani. Dan juga

meningkatkan daya kreativitas masyarakat supaya tidak pengangguran lagi dan bisa

(4)

3.2 Kehidupan Sosial

Aspek kehidupan manusia tidak terlepas dari hubungan interaksi antar

sesamanya. Ini disebabkan manusia merupakan jenis makhluk yang hidup secara

kolektif. Manusia merupakan makhluk sosial yang saling membutuhkan komunikasi

untuk melaksanakan kerja sama dalam hidup bermasyarakat. Masyarakat adalah

kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat-istiadat tertentu,

yang bersifat kontinu yang terikat oleh suatu identitas bersama.38

Secara umum interaksi sosial dapat diartikan sebagai bentuk-bentuk hubungan

sosial di dalam masyarakat. Hubungan sosial dapat dilihat baik hubungan antar

individu dengan masyarakat maupun antar masyarakat itu sendiri. Interaksi yang

berlangsung memperlihatkan bagaimana peranan yang ada pada setiap anggota

masyarakat di dalam kelompoknya dan bagaimana pula peranan mereka di dalam

mengadakan hubungan terhadap kelompok lainnya. Hubungan ini menjelaskan yang

menjadi dasar dan tujuan dari setiap peranan yang dilakukan oleh setiap anggota

kelompok di dalam keluarganya maupun dengan kelompok lainnya.39

Sebagai makhluk sosial yang memiliki akal dan budi, manusia di dalam

hidupnya selalu melakukan interaksi dengan manusia lainnya, saling membutuhkan

satu sama lain. Pada intinya manusia itu tidak dapat hidup sendiri. Pada umumnya di

38 Koentjaraningrat, Manusia dan Kebudayaan di Indonesia, Jakarta : Djambatan, 1981, hal 159-160

(5)

dalam sebuah proses interaksi terdapat sifat-sifat saling mempengaruhi karena di

dalamnya melibatkan lebih dari satu orang. Jadi antara individu yang satu dengan

individu yang lain, dan antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain secara

sadar ataupun tidak terlibat dalam proses saling mempengaruhi. Terlepas dari budaya

mana yang lebih dominan dalam proses interaksi tersebut, bentuk hubungan sosial

yang mempertemukan lebih dari satu kebudayaan akan melahirkan jenis kebudayaan

yang baru sebagai “buah” dari proses interaksi. Oleh karenanya interaksi jelas

berbeda dari adaptasi. Adaptasi juga merupakan bentuk ataupun pola

hubungan-hubungan sosial yang ada dalam masyarakat. Adaptasi lebih kepada penyesuaian

tanpa turut “mewarnai” proses hubungan sosial yang terjadi sebagaimana ditunjukkan

dalam interaksi. Singkatnya adaptasi lebih kepada penyesuaian yang bersifat positif

oleh individu ataupun satu komunitas kelompok terhadap realitas sosial yang ada,

sedangkan interaksi bersifat lebih proaktif dalam melihat realitas sosial. Jadi di dalam

pola interaksi sosial ada proses saling mempengaruhi dan umumnya proses ini

berlangsung tanpa disadari oleh masyarakat. Implikasi dari proses interaksi itu dapat

terlihat dalam kehidupan sehari-hari.40

Demikian juga halnya yang terjadi pada masyarakat desa nagasaribu ,

kehidupan sosial yang berawal dari tegur sapa dengan masyarakat itu sendiri

kemudian berbincang dengan kelompokmasyarakat lainnnya dengan tujuan yang

(6)

sama yaitu bekerja sebagai penambang kayu, hal ini secara tidak langsung dan tanpa

disadari mereka telah membentuk hubungan interaksi sosial di tempat kerja.

Interaksi sosial antar masyarakat yang ada di lahan gambut tempat

penambangan terbentuk secara alamiah dan dari satu kesatuan tertentu sesuai dengan

kesamaan identitas dan kedudukannya. Kesamaan identitas timbul karena adanya

perasaan senasib sepenanggungan dan persamaan kedudukan dalam status pekerjaan.

Selain itu juga di kalangan masyarakat nagasaribu penambang kayu terbentuk

hubungan yang baik sesama mereka karena berasal dari daerah yang sama, juga

bekerja dalam satu wilayah yang sama, maka hal ini membuat hubungan mereka lebih

erat antara yang satu dengan yang lainnya. Selain itu juga mereka menganggap bahwa

masyarakat yang bekerja di lahan gambut yang sama adalah merupakan teman

senasib sepenanggungan, yang mengetahui bagaimana susah senangnya bekerja di

tempat mereka bekerja sekarang. Namun dengan demikian bukan berarti mereka tidak

menjalin hubungan dengan masyarakat lainnya. Mereka sambil bercerita dan

bercengkrama antar sesama masyarakat hingga sampai di lokasi penambangan. Itulah

kebiasaan sehari-hari yang dilakukan oleh masyarakat nagasaribu dalam berinteraksi

antar sesamanya

Hubungan interaksi sosial antara masyarakat nagasaribu dengan masyarakat

lainnya berjalan cukup baik. Mereka saling membantu dan tolong menolong jika

(7)

menolongnya. Karena mereka telah menganggap hubungan antar sesama sudah

menjadi keluarga keduanya.41

1. Aktivitas tolong menolong antara tetangga yang berdekatan, untuk

pekerjaan-pekerjaan kecil sekitar rumah dan pekarangan, misalnya : menggali sumur,

mengganti dinding rumah, membersihkan rumah dan atap rumah dari hama

tikus dan sebagainya.

Karena mayoritas yang bekerja adalah suku batak toba, maka bahasa yang

digunakan oleh masyarakat nagasaribu adalah batak toba sehingga terjalin kesamaan

dalam bahasa tersebut. Hubungan baik antar sesama masyarakat dapat terlihat jelas,

disaat ada teman dari mereka yang mengadakan pesta ataupun mengalami

kemalangan, dengan sukarela masyarakat akan baik tenaga maupun materi untuk

teman mereka yang mengadakan suatu pesta pernikahan, ataupun yang sedang

mengalami kemalangan. Dari hal-hal terkecillah mereka bisa menjalin rasa sosialisasi

yang erat dengan sesama.

Menurut Koentjaraningrat, aktivitas tolong menolong yang tampak dalam kehidupan

masyarakat terbagi atas 3, yaitu :

2. Aktivitas tolong menolong antara kaum kerabat (tetangga dekat) untuk

menyelenggarakan pesta sunat, perkawinan, atau upacara adat lain sekitar titik

(8)

peralihan pada lingkaran hidup individu (hamil tujuh bulan, kelahiran,

melepaskan tali pusat dan lain sebagainya).

3. Aktivitas spontan tanpa permintaan dan tanpa pamrih untuk membantu secara

spontan pada waktu seorang tetangga mengalami kematian atau bencana.42

Hal diatas tampak bahwa, aktivitas tolong menolong buruh akan terlihat pada

acara seperti perkawinan, baik dari keluarga buruh maupun dari keluarga masyarakat

setempat. Biasanya mereka akan saling mengundang, dan saling membantu tanpa

harus diminta oleh yang bersangkutan. Dan begitu juga halnya jika ada buruh atau

keluarga masyarakat setempat yang mengalami kemalangan atau bencana, maka

tanpa diminta mereka datang memberikan bantuan baik berupa tenaga maupun

materi. Mereka memberikan sumbangan secara sukarela tanpa adanya paksaan.

Bentuk interaksi sosial masyarakat di sektor informal lainnya, dapat dilihat

ketika pada saat kegiatan-kegiatan sosial, seperti kerja bakti atau gotong royong

membersihkan parit atau lingkungan sekitar. Gotong royong merupakan aktivitas

bekerjasama antara sejumlah besar warga untuk menyelesaikan suatu pekerjaan

tertentu yang dianggap berguna untuk kepentingan umum.43

Manusia sebagai makhluk sosial tidak pernah terlepas dari permasalahan

hidup kesehariannya. Hal ini yang selalu mengiringi proses hidup manusia sehingga

42 Koentjaraningrat, Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan, Jakarta : PT. Gramedia, 1981, hal. 59-60.

(9)

sehingga banyak orang berpendapat bahwa manusia adalah makhluk sosial yang sarat

akan permasalahan hidup. Atas dasar inilah maka salah satu bentuk upaya manusia di

dalam masyarakat adalah membentuk wadah-wadah yang dapat dipakai sebagai

media yang dapat menumbuhkan rasa persahabatan dan solidaritas diantara sesama

warga masyarakat di tempat mereka tinggal.44

Biasanya wadah-wadah sosial ini dibentuk berdasarkan kepentingan dari

warga masyarakat. Oleh karena itu bentuk dan wadah yang dipakai sebagai media

untuk memenuhi kepentingan tersebut menunjukkan corak yang beraneka ragam.

Wadah sosial ini lebih kita kenal dengan istilah organisasi sosial. Organisasi sosial

adalah penyusunan aktivitas dari dua orang atau lebih yang disesuaikan untuk

menghasilkan kesatuan aktivitas yang merupakan suatu kerja sama.45

Sejalan dengan itu, dalam hal tingkat pendidikan khususnya bagi anak

penambang, untuk bekal kerja mencari kayu arang dilahan gambut latar belakang

pendidikan seorang penambang tidaklah begitu penting artinya karena pekerjaan

sebagai penambang merupakan pekerjaan yang lebih banyak mengandalkan otot dan Dengan adanya penambangan kayu arang di Nagasaribu dapat membuat

masyarakat sadar akan adanya rasa tolong menolong dan saling membantu antar

sesama seperti pada acara pernikahan, kelahiran dan kematian.

3.3 Tingkat Pendidikan Anak-anak penambang kayu arang

44 Ibid. Hal. 80

(10)

pengalaman, maka setinggi apapun tingkat pendidikan penambang tersebut itu

tidaklah memberikan pengaruh terhadap kecakapan mereka dalam menambang.

Persoalan dari arti penting tingkat pendidikan ini biasanya baru mengedepankan jika

seorang penambang ingin berpindah ke pekerjaan lain yang lebih menjanjikan.

Dengan pendidikan yang rendah jelas kondisi itu akan mempersulit penambang

memilih atau memperoleh pekerjaan lain selain mejadi penambang

Kalaupun anak-anak mereka bersekolah, maka dianggap sudah cukup kalau

bisa melek huruf saja. Asal bisa baca tulis bisa mengenal nilai nominal uang, itu

sudah cukup. Dari beberapa Sekolah Dasar yang ada di Nagasaribu, hal yang sering

terjadi adalah kalau anak-anak penambang ini sudah agak besar misalnya kelas V SD

dan sudah bisa baca tulis, mereka mau meninggalkan bangku sekolah mereka karena

disebabkan pengaruh lingkungan dimana pada musim itu sangat mudah menambang.

Faktor yang paling menghambat kelanjutan pendidikan anak-anak penambang

adalah tidak menetapnya pendapatan keluarga yang sangat besar variasinya,

jangankan untuk uang sekolah dan biaya sekolah lainnya, untuk makanpun

hampir-hampir tak mencukupi. Rumah yang mereka tempati sangat jauh dari keterlayakan.

Papan yang minim kurang untuk menutupi dinding rumah. Selain itu, banyak

penyakit yang disebabkah karena perumahan masyarakat penambang yang tidak

sehat. Padahal untuk pembiayaan sekolah kelanjutannya sangat perlu. Kebiasaan

(11)

Berawal dari seorang tetangga yang meyekolahkan anaknya hingga ke jenjang

yang lebih tinggi, dan hasilnya hidup anaknya ini pun lebih baik dari orangtuanya.

Hal ini menjadi motivasi bagi banyak orangtua untuk menyekolahkan anak-anaknya.

Pola pikir masyarakat yang seperti itu perlahan-lahan mulai terkikis seturut

dengan berkembangnya zaman. Pada tahun 2002 sudah semakin banyak anak-anak

penambang yang masuk Sekolah Dasar negeri di Nagasaribu Lintongnihuta. Semakin

tahun semakin banyak jumlah anak-anak penambang yang sekolah. Sekolah-sekolah

pun semakin banyak berdiri disini. Semangat dari anak-anak untuk sekolah semakin

meningkat. Meskipun jarak dari rumah dengan sekolah jauh dapat menempuh waktu

kurang dari 30 menit, bahkan angkutan umum yang masih sedikit tidak menjadi

hambatan bagi anak-anak untuk dapat bersekolah.

Dalam arti sederhana pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia

untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan

kebudayaan. Secara umum pendidikan merupakan upaya terus menerus untuk

memajukan budi pekerti (karakter, kekuatan batin), pikiran dan jasmani anak-anak

selaras dengan alam dan masyarakatnya. Adapun tujuan dari pendidikan adalah

menciptakan seseorang yang berkualitas dan berkarakter sehingga memiliki

pandangan yang luas ke depan untuk mencapai suatu cita-cita yang di harapkan dan

mampu beradaptasi secara cepat dan tepat di dalam berbagai lingkungan. Hal ini

(12)

untuk pendidikan itu sendiri memotivasi diri kita untuk lebih baik dalam segala aspek

kehidupan.46

Masyarakat Lintongnihuta terkenal dengan minat sekolah yang lumayan

tinggi jika dibanding dengan daerah lain, istilah anakkon hi do hamoraaon di au,

naingkon do sikola satimbo-timbona, nasa ni natolap gogoki (anakku harta paling

bergarga bagi hidupku, harus sekolah setinggi mungkin, semampuku akan kulakukan

itu. Semiskin-miskin keluarga, rata-rata bisa menguliahkan anaknya ke perguruan

Pendidikan akan berpengaruh pada mata pencaharian dan tingkat penghasilan

seseorang, hal ini juga berpengaruh pada pendidikan anak anak dari masyarakat desa

nagasaribu yang bekerja sebagai penambang sebelum tahun 1992 pendidikan dari

anak anak masyarakat nagasaribu tamatan Sekolah Dasar bahkan banyak juga yang

tidak tamat sekolah, sehingga hanya dengan tamatan seperti ini tidak banyak

pekerjaan yang bisa dilakukan masyarakat, ujung-ujungnya mereka akan bekerja

penambang kayu arang sebagai kerja sampingan untuk menambah ekonomi terhadap

kebutuhan keluarga terutama dibidang menaikkan pendidikan, Pendidikan adalah

salah satu jalur penting untuk memperoleh status sosial yang tinggi, bagi orang batak

pendidikan dipandang sebagai jalur mobiitas sosial untuk mencari pangkat.

(13)

tinggi, begitu juga dengan daerah Nagasaribu yang telah melahirkan banyak kaum

intelektual yang telah bekerja dibergai bidang profesi47

Nama

.

Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap masyarakat desa nagasaribu yang kerja

sampingan yaitu melakukan penambangan kerja bekerja dapat dilihat tingkat

pendidikan formal yang telah dicapainya. Tingkat pendidikan menjadi salah satu

syarat penting dalam proses pelamaran suatu pekerjaan.

Dari pengamatan yang ditemukan di lapangan, rata rata pendidikan anak anak

masyarakat yang bekerja dipenambangan kayu arang yaitu sebagai berikut.

Pendidikan anak anak masyarakat penambang Pada tahun 2002

Jumlah

Anak

SD SMP SMA PERGURUAN

TINGGI

Ibu Edo 5 orang 2 orang 1 orang 1 orang 1 orang

Ibu Hasril 4 orang 2 orang 1 0rang 1 orang 0

Bapak Agus 6 orang 3 orang 1 orang 1 orang 0

Ibu Sarah 7 orang 2 orang 2 orang 1 orang 2 orang

Bapak Ida 6 orang 1 orang 2 orang 2 orang 1 orang

47

(14)

Jumlah 28 orang 10 orang 7 orang 6 orang 4 orang

Data diperoleh dari hasil wawancara dengan informan.

Dari hasil data diatas dapat kita lihat bahwa pendidikan meningkat setelah

dilakukannya penambangan kayu arang di desa Nagasaribu, hal ini sangat

mempengaruhi perubahan terhadap dampak pendidikan. Untuk ke jenjang yang lebih

tinggi yakni ke perguruan tinggi, para penambang kayu arang ini juga sudah ada

beberapa yang menyekolahkan anaknya sekalipun harus merantau ke luar Medan.

Jika pada musim-musim tertentu arang sangat mudah didapatkan terutama musim

kemarau, hal ini sangat menolong mereka untuk menyekolahkan anak-anak mereka.

Tidak lagi seperti dulu, kini penambang kayu arang nelayan sudah menabung

uangnya jika pada saat musim kemarau pendapatan arang sangat banyak. Ada yang

menabung di Bank, CU, dan ada juga yang membeli emas sebagai simpanannya.

Kelak akan di jual apabila anaknya ingin masuk sekolah. Dengan gambaran ini

jelaslah bahwa penduduk di daerah ini dan sekitarnya sudah berpikiran maju.

3.4 Tingkat Pendapatan Masyarakat Nagasaribu

Ditinjau dari segi pendapatan keluarga, maka masyarakat Nagasaribu hampir

semua digolongkan sebagai penambang namun tidak meninggalkan mata pencaharian

utama yaitu bertani. Maksudnya adalah seluruh pendapatan keluarga itu berasal dari

hasil penambangan. Seluruh waktu mereka digunakan untuk bekerja sebagai

(15)

ketika cuaca buruk tiba, mereka hanya berdiam diri dirumah dan tidak mempunyai

pekerjaan lain karena tidak memungkinkan menambang di hari hujan.karena

teknologi yang mereka gunakan tergolong sederhana, ketika musim badai atau ketika

cuaca buruk tiba sebagian besar dari mereka tidak bisa menambang karena lokasi

penambangan akan menjadi basah padahal proses penambangan arang ini harus

dilakukan pada saat hujan tidak turun .

Tidak semua penambang di Nagasaribu dikategorikan sebagai penambang

penuh dimana pendapatan keluarga tersebut hanya berasal dari hasil penambangan

sepenuhnya. Selain sebagai penambang ada juga yang bekerja sambilan sebagai

petani. Pertanian penambang tetap seperti: padi, palawija, dan peternakan yang

merupakan pelengkap pendapatan keluarga tersebut. Akan tetapi, hal ini hanya

terdapat untuk beberapa orang saja.

Sumber pendapatan utama penduduk di daerah penelitian ini tidak terlepas

dari pertanian namun masyarakat juga bekerja penambang kayu arang kerja

sampingan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga dan juga karena factor

ekonomi. Pekerjaan sebagai penambang merupakan mata pencaharian penduduk

setelah bertani. Pendapatan penambang ini sangat kuat dipengaruhi oleh iklim.

Faktor. Pada musim hujan biasanya pendapatan masyarakat agak menurun sedangkan

musim kemarau relatif banyak. Demikian juga pada saat musim kemarau pendapatan

masyarakat melonjak tinggi karena pada saat musim ini lah kesempatan masyarakat

(16)

Tidak semua penambang memiliki alat yang baik seperti traktor dan tidak

semua yang mampu menyewa alat berat tersebut untuk menggali kayu dari tanah

biasanya mereka yang menggunakan alat cangkul,linggis dan kapak adalah orang

yang bekerja untuk mengurangi modal. Usia produktif untuk penambangan kayu

arang ini adalah rata rata dari usia 17-60 tahun. Karena menambang kayu arang ini

sangat muda, yang paling sulitnya adalah menggali kayu dari dalam tanah gambut

tersebut sehingga semua keluarga yang berusia 17-60 an mampu melakukan

pekerjaan ini.

Adapun hasil penambangan kayu arang selama satu minggu per keluarga pada

tahun 2002 pada saat dilakukannya penambangan adalah

Dimana satu karung dikalikan dengan Rp 80,000 dan pendapatan tidak

selamanya tetap bisa saja berubah perminggu terhadap masyarakat penambang.

(17)

No Nama Arang yang diperoleh Jumlah

1 Bu Asta 20 karung Rp 1.600.000

2 Jaihot 21 karung Rp 1.680.000

3 Bu marni 19 karung Rp 1.520.000

4 Hartono 21 karung Rp 1.680.000

5 Kartika 20 karung Rp 1.600.000

Data diatas diperoleh dari hasil wawancara dari informan

Dari table diatas dapat diketahui pedapatan penambang per keluarga pada

(18)

BAB IV

PEMASARAN KAYU ARANG DESA NAGASARIBU PADA TAHUN 1992-2002

Pemasaran merupakan suatu proses perpindahan suatu barang atau jasa dari

tangan produsen ketangan konsumen. Seiring dengan berjalan sejarah manusia dalam

memenuhi kebutuhannya, ada pihak yang meminta dan yang menawarkan. pada awal

sejarah bahwa pemasaran dilakukan dengan cara pertukaran barter dan terus

berkembang menjadi perekonomian dengan menggunakan uang dengan pemasaran

yang modern. Pemasaran merupakan aspek yang biasanya paling penting dalam

sebuah industri, pemasaran pada dasarnya dapat diartikan sebagai transaksi jual beli.

artinya pemilik barang menjual kepada pembeli pada tingkatan harga yang

disepakatin dari lokasi yang satu kelokasi yang lainnya.

4.1 Luar Daerah

Pemasaran kayu arang merupakan pemasaran yang dilakukan oleh masyarakat

terhadap konsumen pembeli ataupun tauke. Dimana arang ini dipasarkan di Luar

Daerah seperti di daerah siborong borong kabupaten tapanuli utara dan kota medan.

Produksi arang kayu selama ini masih dianggap sebelah mata oleh sebagian orang.

Namun anggapan itu tidak berlaku bagi warga masyarakat nagasaribu yang berada di

kecamatan Lintongnihuta, pasalnya harga penjualan arang kayu lumayan

(19)

Harga penjualan arang kayu saat ini kisaran 90-110 Rb keluar daerah besar

Warga masyarakat Nagasaribu biasanya menjual arang kayu ke sitampurung yang

berada di kabupaten tapanuli utara tepatnya di Siborong borong. Dimana masyarakat

ada yang menjual arang melalui tauke dan ada juga sebagian menjual langsung

kepada pembeli. karena harga penjualan ke konsumen ini mencapai 70 Rb perkarung

besar, proses penjualan ini berlangsung ditempat pembeli maksudnya arang kayu

yang mengangkut adalah penjual sendiri yaitu melalui alat angkut mobil pasar atau di

antar dengan menggunakan roda kendaraan dua , begitu juga yang menjual kepada

tauke masyarakat menggunakan mobil pasar yang sudah disediakan oleh tauke untuk

mengambil arang tersebut dari tempat pengambilannya. Dimana satu mobil berisi

8-10 karung plastik arang. Cara muat ke dalam truk dapat dilakukan dengan cara

Manual yaitu, Dengan menggunakan tenaga manusia (panggul), dimuat dalam bentuk

karung besar. Dimana satu karung arang plastik tersebut dipanggul ke pinggir jalan

raya tempat mobil berhenti.48

Pemasaran merupakan suatu tindakan yang paling menentukan suatu usaha

yang akan didapat. Makin terbuka luas pasar, maka akan semakin banyak jumlah

produk yang dipasarkan. Dalam pemasaran arang ini, para masyarak sangat terbantu

dengan kehadiran para tauke. Masyarakat juga harus menjalin hubungan yang baik

dengan dengan tauke, begitu juga sebaliknya tauke juga perlu membangun relasi yang

baik juga dengan masyarakat penambang, sebab keduanya sama saling .

48

(20)

menguntungkan (simbiosis mutualisme). Tauke membutuhkan hasil arang untuk

melancarkan usaha mereka dan masyarakat membutuhkan tauke untuk pemasaran

hasil penambangan mereka. Namun ada juga masyarakat tidak membutuhkan

penjualan melalui tauke karena tidak ingin merepotkan beban, ada yang langsung

dijual kepasaran tanpa melalui tauke.

Dengan adanya tauke ini maka akan semakin mempermudah pendistribusian

arang ke daerah yang ada di Sumatera Utara, seperti Pematang Siantar, Tarutung,

Balige, Sidikalang, dan Tapanuli utara. Pemasaran Arang sebenarnya cukup mudah,

karena penambang mempunyai banyak opsi untuk menjual arangnya. Cara yang

mudah arang tersebut biasanya dijual ke tauke melalui agen-agen yang dikirimnya ke

ke siborong borong untuk membeli arang tersebut. Ada tauke yang datang langsung

ke tempat penambangan tersebut.

Arang sebagai hasil tambang masyarakat yang diperoleh sangat bergantung

terhadap hasil perolehan karena dapat memberikan jaminan untuk pemenuhan

kebutuhan hidup bagi keluarganya. Sebelum arang tersebut diperjual belikan terlebih

dahulu harus di sortir dan di olah. Kemudian baru didistribusikan untuk dipasarkan

pada konsumen.

Jenis pengolahan dapat di bagi atas:

a. Pengolahan arang kecil

(21)

Dimana arang yang kecil dipisahkan dari hasil penyaringan semua arang dan

tidak untuk diperjual belikkan di khalangan masyarakat namun dipakai untuk

kebutuhan bahan bakar oleh rumah tangga sendiri, sedangkan arang yang besar dijual

dan dimasukkan ke dalam karung plastik yang besar.

Hasil dari pengololahan ini kemudian di packing ke dalam karung plastik yang telah

disediakan. Dari sinilah, para tauke akan membelinya.

Pemasaran kayu arang dilakukan dengan 2 cara yaitu melaui tauke dan tidak melalui

tauke

1. Melalui Tauke

Pada proses hasil pemasaran kayu arang dapat dilakukan dengan cara

menjualnya ke tauke.Dimana tauke dan si penjual telah melakukan kesempakatan

atau perjanjian yang telah dibuat. Seperti biasanya yang dilakukan oleh keluarga ibu

Sarmauli dimana penjualan hasil arang tersebut dijual terhadap tauke.

Dimana beliau berpendapat bahwa Penghasilan yang didapat perminggu tidak

stabil kadang naik kadang turun, kadang 19 Karung kadang 20 jadi tergantung

terhadap pekerjaan dan kondisi cuaca, jadi jika arang sudah siap ditambang maka

arang tersebut dijual keberbagai daerah melaui tauke karna lebih mudah menjual

langsung ke tauke dan tidak lagi repot memanggul dipasaran, namun ada juga ruginya

kalau dijual langsung ke tauke satu karung dipotongnya Rp 5000 padahal dijual jadi

(22)

laku dan gak laku karna udah diserahkan semuanya ke tauke,dan arang ini diangkat

sendiri oleh mobil milik tauke tersebut ke tempat penambang, hasil pemasaran arang

ini dilakukan dengan sekali seminggu dimana arang yang didapat dikumpulkan

sampai seminggu dan dan dijual ketauke setiap hari seninnya karna pemasaran ini

dilakukan sekali seminggu dipasaran.. Kemudian tauke mengangkat dan dijual

kembali dengan harga lebih dari yang sudah ditetapkan. Sehingga lebih

menguntungkan di tauke daripada di masyarakat tutur beliau’’49

Penjualan yang dilakukan tanpa perantara oleh tauke jauh lebih

menguntungkan dibanding penjualan langsung ketauke, dimana hasil perkarung

bersih ada ditangan tidak ada pemotongan harga, jika perkarung Rp 80,000 maka

yang dijual ke pasaran harus Rp 80,000 namun kalau hasil penjualan sendiri kadang

tidak semua habis, sehingga arang tersebut dibawa lagi pulang kerumah, dan dijual

besoknya. Hasil pemasaran tanpa tauke ini dilakukan tiap hari dimana penjualan

4.2 Dalam Daerah

Pemasaran arang ini juga dilakukan didalam daerah seperti di lintongnihuta,

pearung ,paranginan atau dolok sanggul dengan catatan tidak melalui tauke karena

bisa sendiri diantar oleh penjual ketempat pembeli.

1.Tidak melalui tauke ( tanpa perantara oleh tauke)

49

(23)

arang ini dilakukan dikalangan masyarakat atau diantar tiap rumah dan dipesan

langsung kepada penjual oleh si pembeli.50

50

Wawancara, Jones Lumbantoruan, Nagasaribu, 23 Maret 2016

(24)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kecamatan Lintongnihuta berada pada 2º13’-2º20” Lintang Utara, dan

98º47’-98º57” Bujur Timur yang terletak di Kabupaten Humbang Hasundutan.

Kecamatan Lintongnihuta terletak 1000-1500 meter diatas permukaan laut dengan

luas wilayah mencapai 18.126,03 ha yang terdiri dari 22 desa salah satunya adalah

desa Nagasaribu, desa ini memiliki kekayaan alam yang melimpah menjadi sumber

mata pencaharian masyarakat yaitu lahan gambut, dimana masyarakat mengolah

lahan tersebut menjadi penambangan arang. Pada tahun 1992 merupakan tahap awal

bagi masyarakat mengadakan penambangan arang dimana pada saat itu arang sangat

dibutuhkan.

Masyarakat penambang kayu arang di desa Nagasaribu Kecamatan

Lintongnihuta adalah masyarakat yang mandiri, kuat dan memiliki kegigihan bekerja

untuk meningkatkan taraf hidup keluarganya dan juga adanya keinginan untuk maju

dalam kondisi ekonomi serta pendidikan anak anaknya, apapun mereka lakukan demi

anak dan keluarganya. Mereka bekerja keras dari pagi hari hingga petang tanpa kenal

lelah. Dengan pendapatan yang dihasilkan perminggu tidak menetap Rp 1.200.000-

Rp 1.260.000 kadang naik kadang turun bisa jadi disebabkan oleh faktor cuaca. Pada

(25)

yang diujungnya diruncingi dengan tajam kemudian adanya perubahan dengan

menggunakan cangkul ,linggis dan traktor. Dengan adanya alat alat ini masyarakat

menjadi lebih giat lagi melakukan aktivitasnya.

Ditinjau dari segi pendapatan keluarga, maka penambang di Nagasaribu

hampir semua digolongkan sebagai penambang penuh namun tidak meninggalkan

mata pencaharian utama yaitu bertani. Maksudnya adalah kebanyakan pendapatan

keluarga itu berasal dari hasil penambangan arang. Seluruh waktu mereka digunakan

untuk bekerja sebagai penambang, sehingga ketika cuaca buruk tiba, mereka hanya

berdiam diri dirumah dan tidak melalukan penambangan. Hasil pendapatan

masyaraka yang sebelumnya bertani tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan

ekonomi keluarga. Bahkan harus berhutang kepada orang lain. Hal ini sangat

berbanding terbalik dengan adanya penambangan kayu arang di desa Nagasaribu.

Dengan adanya penambangan ini menjadikan kehidupan masyarakat jauh lebih baik

dari yang sebelumnya bukan hanya dibidang perekonomian namun pendidikan juga

(26)

5.2 Saran

Adapun saran-saran yang yang dapat diajukan oleh penulis berdasarkan

kesimpulan yang diatas demi perbaikan ke depan adalah sebagai berikut:

• Disarankan kepada Penambang dan masyarakat desa Nagasaribu untuk

bersama-sama dengan pemerintah maupun pihak yang berwenang

untuk menjaga kelestarian Alam.

• Diharapkan kepada instansi pemerintah agar lebih memperhatikan

kehidupan para penambang kayu arang di desa nagasaribu dalam

memberikan bantuan terutama dibidang perekonomian.

• Diharapkan kepada semua pihak yang memanfaatkan hasil

penambangan dilahan gambut agar mampu menjaga kelestarian

dengan tidak merusaki lingkungan alam sehingga tidak terjadi tanah

Referensi

Dokumen terkait

Dilihat dari distribusi usia anak laki-laki didapatkan bahwa paling banyak terinfeksi pada usia sekolah (5-12 tahun) sebanyak 15 orang anak disusul dengan usia bayi (0-1

Seorang penulis harus mengetahui lebih dalam tentang gagasan utama yang diangkat dalam cerita, seperti tentang daerah yang diangkat pada skenario film “Simpur”

Ibu Esti Wijayanti, M.Kom selaku pembimbing II yang telah banyak memberikan masukan selama penyusunan skripsi ini.. kedua orang tua yang selalu memberi semangat dan

Bila sayap atas dan bawah balok dilas langsung ke sayap kolom dengan las tumpul penetrasi penuh, dengan kapasitas tarik sebesar 0.9FyA, maka dapat terjadi gaya tarik pada sayap

Badan pusat statistik (BPS)adalah Lembaga Pemerintah Non Kementerian yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden yang berperan Menyediakan kebutuhan data bagi

Cross-linking atau ikat silang umumnya dilakukan dengan perlakuan pati granular dengan reagen yang mampu membentuk hubungan antar molekul antara eter atau ester antara

Dalam pengujian di laboratorium penambahan prategang tipe segitiga pada model jembatan rangka untuk mendapatkan nilai gaya prategang optimum perlu adanya peninjauan

pada lokasi yang bersuhu hangat (Russo, 1977). Sepanjang garis pantai Pulau Okinawa dapat ditemukan bervariasi bulu babi E. mathaei yang memiliki distribusi yang