BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Desain penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pendekatan potong lintang.
3.2. Tempat dan Waktu 3.2.1. Tempat penelitian
Penelitian dilakukan pada tiga puskesmas di Kabupaten Batubara.2
3.2.2. Waktu penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni - Juli 2015
3.3. Populasi dan sampel penelitian 3.3.1. Populasi target
3.4. Perkiraan Besar Sampel
Besar sampel dihitung dengan mempergunakan rumus uji satu proporsi yaitu sebagai berikut :38
�
= {
(
0 0+
)
(
−
0)
}
2n = besar sampel
P0 = proporsi uji tuberkulin positif pada anak di negara berkembang.3 = 2.3% = 0,023
Pa– P0 = selisih proporsi yang diharapkan = 10 % = 0,1
Pa– P0 = 0,1 Pa = 0,1 + P0
= 0,1 + 0,023 = 0,123 Qa = 1 – Pa
= 1 – 0,123 = 0,877
P0 = 0,023
Pada penelitian ini ditetapkan yaitu :
= kesalahan tipe I = 0,05 (tingkat kepercayaan 95%) Z = 1,96
= kesalahan tipe II = 0,2 (power 80%) Z = 0,842
�
= {
(
0 0+
)
(
−
0)
}
2
1,96 √ 0,023 . 0,977 + 0,842 √ 0,123 . 0,877 2 0,1
= 32 40
Dari hasil perhitungan diperoleh jumlah sampel 40 anak .
3.5. Kriteria Inklusi dan Eksklusi Kriteria Inklusi
Usia1 – 14 tahunyang mempunyai riwayat kontak pend erita TB dewasa Kriteria Eksklusi
1. Anak yang tidak memiliki riwayat kontak dengan penderita TB dewasa 2. Anak dengan penyakit immunokompromais
3. Anak dengan kecacingan
4. Anak perempuan sedang menstruasi 5. Anak dengan riwayat tranfusi berulang 6. Anak sedang mendapat suplementasi besi
3.6. Persetujuan Setelah Penjelasan/ Informed Consent
Semua subyek penelitian telah diminta persetujuan dari orang tua setelah dilakukan penjelasan terlebih dahulu
3.7. Etika Penelitian
Penelitian ini disetujui oleh Komite Etik Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
3.8. Cara Kerja dan Alur Penelitian 3.8.1. Cara Kerja
1. Peneliti memberikan penjelasan kepada orang tua mengenai penelitian 2. Orang tua yang setuju diminta menandatangani informed consent. 3. Data dasar diperoleh dari wawancara dan kuesioner
5. Semua anak yang memenuhi kriteria inklusi dilakukan uji tuberkulin cara Mantoux, pemeriksaan darah lengkap, dan profil besi
6. Dilakukan penilaian uji tuberkulin cara Mantoux setelah 72 jam pasca penyuntikan
7. Data dimasukkan dalam tabel dan kemudian dianalisis lebih lanjut .
13.8.2. Alur Penelitian
Gambar 5. Alur Penelitian Wawancara, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan antropometri Populasi terjangkau yang
memenuhi kriteria inklusi
Uji tuberkulin cara Mantoux positif
Uji tuberkulin cara Mantoux negatif Uji tuberkulincara Mantoux
3.9. Identifikasi Variabel
Variabel bebas Skala
Uji tuberkulin cara Mantoux Nominal
Variabel tergantung Skala
Hb Numerik
Feritin Numerik
Besi Numerik
TIBC Numerik
Saturasi transferin Numerik
3.10. Definisi Operasional
a. Riwayat kontak : adanya orang dewasa serumah yang sudah diketahui menderita TB dalam menjalani terapi / gejala TB dan diperiksa sputum BTA positif atau penderita TB dewasa yang sudah mendapat OAT kurang dari 2 bulan.37
b. InfeksiM. tuberculosis : anak riwayat kontak penderita TB dewasa yang dilakukan uji tuberkulin cara Mantoux dengan penilaian positif.3,37 c. Tanpa infeksi M. tuberculosis : anak riwayat kontak penderita TB
d. Status nutrisi : pengukuran berdasarkan kurva CDC yang dipakai untuk usia > 5 tahun dan kurva WHO untuk usia ≤ 5 tahun sesuai umur, BB, TB / PB dengan
gizi buruk jika kurva WHO BB berdasarkan TB atau BB dibawah
-3 dan kurva CDC jika persentase BB/TB dengan nilai < 70% gizi kurang jika kurva WHO BB berdasarkan TB atau BB
diantara -3 dan -2 dan kurva CDC jika persentase BB/TB dengan nilai 70% sampai 90%
gizi normal jika kurva WHO BB berdasarkan TB atau BB
diantara -1 dan 2 dan kurva CDC jika persentase BB/TB dengan nilai 90% sampai 110%.39
e. Uji tuberkulin positif :diameter indurasi ≥ 10 mm dan pada anak balita yang mendapat imunisasi BCG dengan diameter indurasi ≥ 15 mm.37
f. Uji tuberkulin negatif : diameter indurasi < 10 mm pada anak balita yang mendapat imunisasi BCG dengan diameter indurasi <15 mm37 g. Anak dengan penyakit immunokompromais: anak dengan gizi buruk,
infeksi HIV, keganasan, morbili, varisela, atau pasien-pasien yang mendapat imunosupresan jangka panjang ( ≥ 2 minggu ).37
i. Anak perempuan sedang menstruasi : anak perempuan usia 10 – 14 tahun yang sedang menstruasi
j. Anak dengan riwayat tranfusi berulang : anak yang mendapat tranfusi ≥ 1 kali dalam jangka waktu 3 bulan terakhir.
k. Anak sedang mendapat suplementasi besi : anak yang sedang mengkonsumsi sediaan dan multivitamin mengandung besi
l. Anak sedang mendapat OAT : anak yang sedang mengkonsumsi OAT m. Kadar Hb berdasarkan WHO tergolong rendah untuk umur 6 bulan
sampai 6 tahun apabila di bawah 11 gr/dL dan untuk umur 6 tahun sampai 14 tahun bila memiliki nilai di bawah 12 gr/dL.6
n. Kadar feritin serum untuk umur 1- 15 tahun dengan nilai normal 7 - 140 ng/mL.40
o. Kadar besi serum untuk seluruh usia dengan nilai normal 80 – 180 µg/dL.24
p. Kadar TIBC serum untuk usia diatas 1 tahun dengan nilai normal 250 – 400 µg/dL.40
q. Saturasi transferin yang diperoleh dengan :27 besi serum X 100%
TIBC
r. Anemia defisiensi besi : pemeriksaan profil besi dijumpai besi serum menurun, feritin menurun, TIBC meningkat, saturasi transferin menurun.5,9
s. Anemia penyakit kronik : pemeriksaan profil besi dijumpai besi serum menurun, feritin normal atau meningkat, TIBC menurun, saturasi transferin menurun.5,9
t. Anemia penyakit kronik dan ADB :pemeriksaan profil besi dijumpai besi serum menurun, feritin menurun atau normal, TIBC menurun atau normal, saturasi transferin menurun.5,9
3.11. Pengolahan dan Analisis Data
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Gambar 6. Profil penelitian
Jumlah subyek pada penelitian 50 anak terdiri dari kelompok anak dengan infeksi M.tuberculosis (n=26) dan tanpa infeksi M.tuberculosis (n=24). Sebanyak 14 anak usia 1 sampai 6 tahun, 16 jenis kelamin laki-laki, 14 anak dengan pekerjaan ayah sebagai nelayan, 20 anak dengan ibu tidak bekerja,
74 anak dengan riwayat kontak
- 3 anak menolak dilakukan uji tuberkulin cara Mantoux
Uji tuberkulin cara Mantoux dilakukan pada 57 anak :
- 26 anak dengan uji tuberkulin cara Mantoux positif
- 31 anak dengan uji tuberkulin cara Mantoux negatif
7 anak dengan uji tuberkulin cara Mantoux negatif menolak pengambilan darah lengkap dan profil besi
Pemeriksaan darah lengkap dan profil besi pada 50 anak :
- 26 anak dengan uji tuberkulin cara Mantoux positif
penghasilan keluarga sebanyak 1 sampai 2 juta per bulan, 18 anak dengan dengan status nutrisi gizi kurang pada kelompok anak dengan infeksi M.tuberculosis. Karakteristik subyek penelitian dapat dilihat pada tabel 1
Tabel 1. Karakteristik subyek penelitian
Kelompok
Karakteristik Infeksi M.tuberculosis tanpa infeksi M.tuberculosis
Tabel 2. menunjukkan profil besi anak dengan riwayat kontak didapatkan 13 anak dengan Hb menurun, 23 anak dengan feritin serum normal, 20 anak dengan besi serum menurun, 23 anak dengan TIBC normal, 16 anak dengan saturasi transferin menurun pada kelompok anak infeksi M.tuberculosis.
Tabel 2. Profil besi anak dengan riwayat kontak
Kelompok
Profil besi Infeksi M.tuberculosis Tanpa infeksi M.tuberculosis
(n=26) (n=24)
Tabel 3. Beda rerata profil besi anak dengan infeksi dan tanpa infeksi
*menunjukkan perbedaan bermakna p<0.05; Nilai p dihitung dengan uji t independen
Tabel 4. menunjukkan jenis anemia pada anak dengan riwayat kontak. Pada anak dengan infeksi M.tuberculosis dijumpai ADB 2 anak, anemia penyakit kronik dan ADB dengan 6 anak, anemia diluar definisi operasional pada 5 anak dengan kadar besi serum menurun, feritin serum, TIBC serum dan saturasi transferin normal pada 3 anak, anemia dengan kadar besi, TIBC dan feritin serum normal, saturasi transferin meningkat pada 2 anak. Anak tanpa infeksi M.tuberculosis dijumpai anemia penyakit kronik dan ADB pada 3 anak dan diluar definisi operasional 1 anak dengan besi serum menurunferitin serum, TIBC serum dan saturasi transferin normal.
Tabel 4. Jenis anemia pada anak dengan riwayat kontak
Kelompok
Anemia Infeksi M.tuberculosis Tanpa infeksi M.tuberculosis
(n=26) (n=24)
ADB 2 0
Anemia penyakit kronik 0 0
Anemia penyakit kronik dan ADB 6 3
BAB 5 PEMBAHASAN
Data Indonesia secara nasional menunjukkan jumlah seluruh kasus TB anak dari tujuh Rumah sakit Pusat Pendidikan di Indonesia selama lima tahun dari tahun 1988 sampai 2002 pada penderita TB dengan kelompok usia 12 sampai 60 bulan dengan 42.9%. Pada penelitian kami usia anak 1 sampai 6 tahun dengan infeksi M.tuberculosis sebanyak 14 anak. Respons imun terhadap bakteri belum berkembang sempurna sebelum anak berusia 2 tahun karena berhubungan dengan maturitas IgM dan IgA. Kadar IgM serum naik dengan cepat pada sekitar enam hari sesudah lahir dan berlanjut sampai kadar dewasa dicapai sedangkan IgA serum makin lama makin meningkat selama awal masa kanak-kanak, kadar dewasa dicapai dan dipertahankan sampai usia 10 atau 11 tahun.6
predisposisi terhadap respons hipersensitivitas tipe lambat.42 Penelitian ini tidak membagi jenis kelamin sesuai usia.
Pekerjaan ayah pada kelompok anak dengan infeksi M.tuberculosis terbanyak adalah nelayan dan ibu tidak bekerja. Hal ini berkaitan dengan lokasi penelitian di pantai yang mayoritas pekerjaan ayah nelayan dan kemungkinan kontak penderita TB dewasa adalah ibu.
Status nutrisi anak dengan infeksi M. tuberculosis pada umumnya gizi kurang dan ini sesuai dengan penelitian di Surabaya tahun 2011.7 Salah satu faktor resiko infeksi TB anak adalah keadaan malnutrisi yang mempengaruhi fungsi imun. Sitokin termasuk diantaranya TNF-, IL-4, IL-1 bertanggung jawab terhadap penurunan berat badan. Pada penelitian ini gizi buruk merupakan kriteria eksklusi.29
Hasil penelitian tidak terdapat perbedaan rerata kadar feritin serum pada kedua kelompok meskipun feritin serum lebih tinggi pada infeksi M. tuberculosis dan ini sesuai dengan penelitian di Semarang tahun 2010.6 Status besi pejamu yang diubah oleh infeksi M.tuberculosis dengan penurunan besi dalam serum dan konsentrasi feritin yang normal cenderung meningkat. Keadaan ini menunjukkan cadangan besi yang dapat segera digunakan sehingga penurunan ketersediaan besi merupakan mekanisme pertahanan pejamu terhadap bakteri patogen.22
Terdapat perbedaan rerata kadar besi serum pada kedua kelompok dengan kadar besi serum menurun pada anak dengan infeksi M.tuberculosis. Penelitian di Surabaya tahun 2011 juga melaporkan kadar besi serum yang menurun pada kelompok anak yang sakit.7 Pejamu akan menanggapi infeksi dengan mengubah status besi internal dimana makrofag yang merupakan sel utama akan menyerap bakteri serta monosit dan akan menelan bakteri yang menyerang sehingga makrofag akan mempertahankan besi dan penyerapan besi menurun yang menghasilkan keadaan hipoferemi.18,36
Penelitian ini melaporkan terdapat perbedaan rerata saturasi transferin pada kedua kelompok dengan saturasi transferin menurun pada kelompok infeksi M. tuberculosis dan keadaan ini sesuai dengan penelitian di Surabaya tahun 2011.7 Penelitian di Jakarta tahun 2011 melaporkan 51% saturasi transferin yang menurun pada anak anemia dengan TB.11 Saturasi transferin merupakan suatu nilai yang menggambarkan suplai besi ke eritroid sumsum tulang dan merupakan penilaian terbaik untuk mengetahui pertukaran besi antara plasma dan cadangan besi dalam tubuh. Bila saturasi transferin kurang dari 16% menunjukkan suplai besi yang tidak adekuat untuk mendukung eritropoesis.13 Hasil penelitian didapatkan rerata saturasi transferin 16.3% pada kelompok infeksi M. tuberculosis.
Pada penelitian ini dijumpai proporsi anemia 50% pada anak dengan infeksi M.tuberculosis terdiri dari ADB 2 anak, anemia penyakit kronik dan ADB pada
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Terdapat perbedaan pada Hb, besi serum, dan saturasi transferin diantara kelompok anak dengan infeksi dan tanpa infeksi M.tuberculosis tetapi tidak terdapat perbedaan untuk feritin serum dan TIBC serum diantara kelompok anak dengan infeksi dan tanpa infeksi M.tuberculosis yang mempunyai riwayat kontak penderita TB dewasa.
6.2. Saran