BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian merupakan bagian penting dari sebuah penelitian. Metode
penelitian merupakan cara ilmiah guna mendapatkan data demi tujuan tertentu
dalam sebuah penelitian (Sugiyono, 2011, hlm. 2). Sub bab pada bagian ini terdiri
dari lokasi dan subjek penelitian, variabel, metode, teknik pengumpulan data,
instrumen, prosedur penelitian, serta teknik analisis data. Berikut adalah
pemaparannya:
A. Lokasi dan Subjek Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SLB Negeri A Kota Bandung yang
terletak di Jl. Pajajaran No. 52. Pemilihan SLB Negeri A Kota Bandung
sebagai tempat penelitian didasarkan pada hasil pra penelitian yang
dilakukan dimana terdapat anak tunanetra dengan keterampilan bahasa
tubuh yang masih kurang serta terdapat perbedaan penguasaan bahasa
tubuh antara tunanetra total dan low vision. Selain itu, alasan lainnya
adalah dikarenakan di SLB Negeri A Kota Bandung seringkali diadakan
drama dalam proses pembelajaran juga dalam kegiatan di luar
pembelajaran, sehingga menjadi sebuah alasan yang kuat dilakukannya
penelitian drama modern dan pengaruhnya bagi bahasa tubuh anak
tunanetra.
2. Subjek Penelitian a. Identitas Subjek
Subjek dalam penelitian ini adalah empat orang siswa tunanetra
kelas VII SMPLB di SLBN A Kota Bandung. Berikut adalah identitas
keempat subjek tersebut:
No. Nama TTL Jenis
Kelamin Kadar Penglihatan
1 DW Kuningan,
9 Maret P
Low Vision
Nurul Fadhilah, 2016
2000 mulai dari warna hingga bentuk suatu
benda dan dapat mendeskripsikannya dan
diasumsikan dapat membaca huruf
dengan ukuran besar hanya saja anak
mendeskripsikan detail bentuk jika
ukurannya kecil atau hanya bisa
mendeskripsikan bentuk benda secara
kasar.
Anak terlihat seperti anak pada umumnya ketika berjalan ataupun
berbicara dengan orang di sekitarnya. Namun, jika diperhatikan lebih
lanjut, bahasa tubuh anak terlihat memiliki perbedaan dengan anak
pada umumnya, mulai dari gerakan kepala yang seringkali tanpa
tujuan serta ekspresi yang terkadang berlebihan ataupun kurang dari
yang biasanya terdapat pada anak pada umumnya.
2) Kasus Kedua
Anak dalam kasus kedua ini mempunyai karakter bersemangat yang
ditunjukkan dengan suara yang intonasinya ekspresif. Namun
terkadang hal ini tidak sejalan dengan gerakan dan postur tubuh yang
ditunjukkan anak. Hal yang menonjol adalah gerakan kepala anak
yang terkadang berlebihan dalam mencari tahu hal di sekitarnya
tidak berhadapan dengan rekannya disebabkan terbatasnya
pandangan anak. Serta ekspresi wajah anak yang kurang terlihat jelas
jika dikaitkan dengan hal yang dibicarakan anak.
3) Kasus Ketiga
Anak menampilkan ekspresi wajah yang datar serta kekakuan dalam
bergerak dan juga postur tubuh, sehingga terkadang sulit menebak
tentang respon anak dalam suatu hal, apakah anak menyukai hal
tersebut ataupun sebaliknya jika anak tidak mengeluarkan suara.
Selain itu, terkadang anak terlihat tidak fokus ketika berkomunikasi
dengan sekitarnya berhubungan dengan respon yang terkadang
lambat diberikan oleh anak.
B. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian
ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011, hlm. 38). Sedangkan menurut Hadi
(dalam Darmadi, 2013, hlm. 19) „variabel penelitian adalah gejala-gejala yang menunjukkan variasi, baik dalam jenis maupun tingkatannya‟.
Berikut adalah variabel yang ada pada penelitian ini:
1. Variabel Bebas
Menurut Sugiyono (2011, hlm.39) variabel bebas adalah “Merupakan
variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau
timbulnya variabel dependen (terikat).” Pada penelitian dengan metode eksperimen variabel bebas disebut juga dengan variabel independen.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran drama modern.
„Drama berasal dari bahasa Yunani „draomai‟ yang berarti berbuat,
berlaku, bertindak, atau beraksi‟ menurut Haryamawan (dalam
Hasanuddin, 1996, hlm.2).
Berdasarkan pengertian di atas, drama dilakukan dengan cara praktek
yang menuntut kesempurnaan dalam bertindak. Menurut Harymawan
( 1988, hlm.25) ada tiga bahan bagi aktor untuk menggambarkan apa yang
Nurul Fadhilah, 2016
b. Mimik yaitu pernyataan atau perubahan muka : mata, mulut, bibir,
hidung, kening.
b. Plastik yaitu cara bersikap dan gerakan-gerakan anggota badan.
c. Diksi cara penggunaan suara/ucapan.
Drama yang digunakan pada penelitian ini adalah drama modern.
Drama modern adalah drama yang dalam pelaksanaannya menggunakan
naskah (Widayati, 2013). Drama modern dipilih karena naskah drama akan
digunakan sebagai panduan pembelajaran serta penilaian keterampilan
bahasa tubuh, dengan kata lain drama modern ini digunakan sebagai
sarana peneliti dalam mengatur bahasa tubuh yang akan diintervensikan
ketika proses penelitian.
Pelaksanaan pembelajaran drama modern dilakukan setelah siswa
diberikan penjelasan dan pemahaman terlebih dahulu mengenai bahasa
tubuh. Setelah itu siswa pun diberi naskah drama modern yang di
dalamnya terdapat bahasa tubuh yang dilatihkan dan dituntut untuk
mengaplikasikan bahasa tubuh ke dalam drama modern yang dilaksanakan.
2. Variabel Terikat
”Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat, karena adanya variabel bebas” (Sugiyono, 2011, hlm.39).
Variabel terikat pada penelitian ini adalah bahasa tubuh anak tunanetra.
“Bahasa tubuh (body language), yaitu postur atau gerakan tubuh
(termasuk ekspresi wajah dan mata) yang mengandung makna pesan”
(Tarsidi, 2008).
Bahasa tubuh yang diteliti dalam penelitian ini meliputi:
a. Ekspresi wajah
Segala bentuk ekspresi yang terlihat dengan perubahan raut wajah
dengan bagian-bagian wajah yang berubah. Misalnya dahi mengkerut,
b. Gerakan badan
Terdiri dari seluruh gerakan badan yang melibatkan anggota badan
seperti tangan, kaki, kepala. Gerakan ini juga bisa berupa sebuah
aktivitas seperti cara duduk, cara berdiri dan juga cara berjalan.
Hal yang perlu diperhatikan dari rangkaian bahasa tubuh yang
digunakan adalah variasi bahasa tubuh yang ada merupakan bahasa tubuh
yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang terjadi dalam adegan
drama. Sehingga tidak menutup kemungkinan terdapat bahasa tubuh yang
serupa tapi digunakan dalam beberapa adegan yang berbeda.
C. Metode Penelitian
Metode penelitian secara umum diartikan sebagai “cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.” (Sugiyono, 2012,
hlm. 2). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen.
Menurut Sugiyono (2012, hlm.72), eksperimen adalah metode penelitian
yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang
lain dalam kondisi terkendalikan. Tujuan penelitian ini untuk memperoleh
data tentang peningkatan keterampilan bahasa tubuh siswa tunanetra melalui
pembelajaran drama modern serta mengetahui perbedaan keterampilan bahasa
tubuh tunanetra total dan low vision kelas VII SMPLB di SLBN A Kota
Bandung.
Penelitian eksperimen ini memiliki subjek tunggal dengan pendekatan
Single Subject Research (SSR). Pola desain eksperimen subjek tunggal yang
dipakai dalam penelitian ini adalah desain A-B-A yang memiliki tiga tahap,
yaitu A-1 (baseline-1), B (intervensi), dan A2 (baseline-2). Menurut Sunanto
(2005, hlm. 78), Desain A-B-A merupakan salah satu pengembangan dari
desain dasar A-B, desain A-B-A ini telah menunjukan adanya hubungan
sebab-akibat antara variabel terikat dan variabel bebas. Secara visual desain
Nurul Fadhilah, 2016
Grafik 3.1
Prosedur Dasar Desain A-B-A
(Sunanto, 2005, hlm.73)
Keterangan :
A1 : Mengukur dan mengumpulkan data pada kondisi baseline 1 (A1) secara kontinu sekurang – kurangnya 3 atau 5 sampai kecenderungan arah dan level data menjadi stabil.
B : Mengukur dan mengumpulkan data pada kondisi intervensi (B) dengan waktu tertentu sampai data menjadi stabil.
A2 : Setelah kecenderungan arah dan level data pada kondisi intervensi (B) stabil mengulang kondisi baseline 1 (A1).
D. Teknik Pengumpulan Data
Kualitas pengumpulan data ikut mempengaruhi kualitas data hasil
penelitian (Sugiyono, 2011, hlm. 137). Penelitian ini menggunakan teknik
pengumpulan data yang berupa tes.
Tes adalah sejumlah pernyataan yang harus diberikan tanggapan dengan
tujuan untuk mengukur tingkat kemampuan seseorang atau mengungkap
aspek tertentu dari subjek yang diberikan tes (Widoyoko, 2012, hlm. 57).
Data dikumpulkan pada saat tes dilakukan pada fase beseline 1 (A1), fase
treatment (B), dan pada fase baseline 2 (A2). Tes yang diberikan merupakan
serangkaian keterampilan bahasa tubuh yang mengacu kepada naskah drama
diterjemahkan ke dalam bentuk angka penilaian kemampuan anak. Hasil
pengumpulan data pada penelitian ini terlampir.
E. Instrumen
1. Tes Keterampilan Bahasa Tubuh
Instrumen merupakan suatu alat pengumpul data dalam penelitian.
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan mengukut fenomena alam
maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2011, hlm. 102).
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes
keterampilan bahasa tubuh. Tes berisikan rangkaian bahasa tubuh yang
berada dalam naskah drama modern yang selanjutnya rangkaian bahasa
tubuh tersebut dideskripsikan berupa bentuk gerakan dan maksud yang
dituju. Selanjutnya tes dilakukan untuk melihat sejauh mana anak mampu
melakukan gerakan sesuai dengan maksud yang dituju sebagai bentuk
keterampilan bahasa tubuh. Kemudian hasil tes tersebut dijadikan acuan
kemampuan anak dalam menggunakan bahasa tubuh.
Instrumen keterampilan bahasa tubuh yang digunakan terdiri dari 2
aspek, yaitu gerakan badan dan ekspresi wajah dalam pelaksanaan drama
modern. Kedua aspek tersebut dideskripsikan berdasarkan peran yang
dituntut dalam naskah drama modern yang disediakan. Deskripsi kedua
aspek tersebut berasal dari berbagai sumber mengenai teori bahasa tubuh
kemudian diolah, sehingga menjadi instrumen keterampilan bahasa tubuh
yang digunakan dalam penelitian. Penilaian dilakukan dengan penyekoran
mulai dari angka 0, 1, dan 2 sesuai ketentuan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Instrumen penelitian ini dapat dilihat dengan jelas pada
bagian lampiran.
2. Validitas
Instrumen dikatalan valid jika instrumen tersebut dapat dengan tepat
mengukur hal yang hendak diukur (Widoyoko, 2012, hlm. 141). Hal ini
penting untuk diperhatikan dikarenakan instrumen yang valid akan
Nurul Fadhilah, 2016
penelitian ini adalah validitas konstruksi. Hal ini didasarkan pada
instrumen yang disusun berdasarkan teori yang relevan, sehingga validitas
yang diberikan ditujukan untuk melihat sejauh mana suatu instrumen
mengukur konsep dari suatu teori yang menjadi dasar penyusunan
instrumen. Validitas konstruksi dapat dilakukan dengan pendapat dari ahli
(judgment experts). Dalam hal ini setelah instrumen dikonstruksi tentang
aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandasakan teori tertentu maka
selanjutnya dikonsultasikan dengan para ahli. Menurut Sugiyono (2011,
hlm. 125) jumlah tenaga ahli yang digunakan minimal tiga orang dan
umumnya mereka yang telah bergelar doktor sesuai dengan lingkup yang
diteliti. Skor hasil validitas diolah menggunakan rumus :
P =
x 100 %
Sumber: (Susetyo, 2014, hlm. 57)
Keterangan :
P = Persentase
F = Jumlah Cocok
N = Jumlah Penilai Ahli
Hasil penilaian ahli dilihat hasilnya dan jika hasilnya lebih dari 50%
dinyatakan cocok, maka butir instrumen dinyatakan valid, tapi jika
kecocokan butir instrumen kurang dari 50% maka instrumen haruslah
diperbaiki atau diganti karena dinyatakan tidak valid. Hasil penghitungan
validitas instrumen terlampir.
3. Reliabilitas
Menurut Widoyoko (2011, hlm. 157) instrumen tes dikatakan reliabel
jika memberikan hasil yang tetap atau ajeg. Skornya bisa saja berubah, tapi
perubahannya merupakan perubahan yang tetap.
Berdasarkan cara-cara melakukan pengujian tingkat reliabilitas
instrumen, secara garis besar ada dua jenis reliabilitas eksternal dan
diperoleh jika kriteria tingkat reliabilitas berada di luar instrumen,
sebaliknya dengan reliabilitas internal diperoleh jika kriteria tingkat
reliabilitas didasarkan pada data dari instrumen itu sendiri.
Reliabilitas yang digunakan pada instrumen ini adalah reliabilitas
internal yang didasarkan pada skor yang diperoleh dari satu perangkat
ukur dengan satu kali pengukuran pada peserta tes. Uji reliabilitas
instrumen ini dilakukan pada tiga orang siswa tunanetra kelas VII SMPLB
di SLBN A Kota Bandung yang tidak dijadikan subjek penelitian. Hal ini
didasarkan pada kemiripan kriteria antara subjek yang dimiliki dengan
subjek yang diujicobakan instrument. Penelitian ini menggunakan
reliabilitas internal Teknik Alpha Cronbach. Koefisien reliabilitas Alpha
Cronbach digunakan untuk butir soal yang diskor politomi. Hal tersebut
dikarenakan penghitungan dalam butir ini bukan merupakan angka 1 dan 0,
namun merupakan skala angka.
Adapun rumus Alpha Cronbach adalah:
r
11=
Keterangan :
k = jumlah item
= jumlah varians skor tiap-tiap item
= varians total
r
11 = nilai reliabilitasRumus untuk varian total dan varian item
st
2=
-
si
2
Nurul Fadhilah, 2016
Kriteria reliabilitas yang dibuat oleh Guilford, dikategorikan sebagai
berikut:
Tabel 3.2
Interpretasi Reliabilitas
Nilai r Interpretasi
0,000 – 0,200 Sangat rendah
0,200 – 0,400 Rendah
0,400 – 0,600 Cukup
0,600 – 0,800 Tinggi
0,800 – 1,000 Sangat tinggi
(hasil penghitungan reliabilitas terlampir)
F. Prosedur Penelitian
Proses penelitian ini dilakukan mulai dari tahap awal, pelaksanaan,
hingga tahap akhir. Setiap proses melibatkan banyak pihak yang turut serta
bereran penting dalam penelitian ini. Adapun prosedur penelitian yang
dilaksanakan oleh penulis adalah sebagai berikut:
a. Tahap awal berisikan kegiatan mendalami permasalahan di lapangan
melalui studi literature agar masalah dapat dirumuskan dan memiliki
kekuatan secara teori sehingga perlu untuk dilakukan penelitian lanjutan.
Studi literature ini juga berguna untuk mengetahui posisi penelitian yang
dilakukan oleh peneliti. Khusus untuk penelitian ini, memang penulis
belum menemukan desain penelitian yang sama persis. Namun, sumber
mengenai variable penelitian yang sama banyak ditemukan oleh penulis.
Seteleh itu, dibuatlah instrumen penelitian berdasarkan teori yang ada
kemudian diambil aspek-aspek yang akan diteliti, lalu instrument tersebut
direvisi dan diujicobakan pada sampel yang dipilih.
b. Inti dari prosedur penelitian ini adalah rangkaian kegiatan penelitian di
terdiri dari penentuan kondisi awal keterampilan bahasa tubuh subjek
sebelum dilakukan pembelajaran drama modern, lalu setelah itu diberikan
latihan keterampilan bahasa tubuh pada saat dilaksanakan pembelajaran
drama modern dan hasilnya dievaluasi dengan pementasan drama modern
sesuai dengan naskah yang dipakai dalam proses pembelajaran drama. Hal
tersebut merupakan rangkaian kegiatan dari SSR yang terdiri dari fase
beseline 1 (A1), fase treatment (B), dan pada fase baseline 2 (A2).
c. Akhir dari penelitian ini adalah pengolahan dan analisis data yang didapat
dari hasil fase beseline 1 (A1), fase treatment (B), dan pada fase baseline 2
(A2). Setelah itu dibuat kesimpulan yang menyeluruh dari hasil analisis
data yang telah dilakukan.
G. Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian subjek tunggal dilakukan dengan presentasi
melalui grafik. Grafik ini merupakan hasil pengolahan penelitian yang telah
diperoleh dari fase baseline 1 (A1), fase treatment (B), dan pada fase baseline
2 (A2).
Langkah–langkah yang dilakukan dalam menganalisis data tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Menskor hasil penilaian pada kondisi baseline-1 (A1).
b. Membuat tabel penelitian dari skor yang diperoleh dari kondisi baseline-1
(A1).
c. Menskor hasil penilaian pada kondisi intervensi (B).
d. Membuat tabel penelitian dari skor yang diperoleh dari kondisi intervensi
(B).
e. Menskor hasil penilaian pada kondisi baseline-2 (A2).
f. Membandingkan hasil skor pada kondisi baseline-1 (A1), intervensi (B),
dan baseline-2 (A2).
g. Membuat analisis data dalam bentuk tabel dan grafik sehingga dapat