• Tidak ada hasil yang ditemukan

S PGSD 1204345 Chapter1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "S PGSD 1204345 Chapter1"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar. Menurut Kurniasih dan Sani (2014, hlm. 63) secara prinsip, kegiatan pembelajaran merupakan proses pendidikan yang mengembangkan potensi mereka menjadi kemampuan yang semakin lama semakin meningkat dalam sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang diperlukan dirinya untuk hidup dan untuk bermasyrakat, berbangsa, serta berkontribusi pada kesejahteraan umat manusia.

Pembelajaran juga dapat diartikan sebagai proses untuk membantu peserta didik agar dapat membuat siswa belajar. Jadi dalam proses pembelajaran tugas guru bukan hanya mengajar melainkan membelajarkan siswa. Mengajar diartikan lebih sempit daripada membelajarkan siswa, dalam konteks membelajarkan siswa peran guru adalah menjadi fasilitator untuk membuat siswa aktif, sedangkan mengajar hanya menyampaikan materi pelajaran saja.

Salah satu mata pelajaran penting di Sekolah Dasar (SD) adalah mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). IPA merupakan mata pelajaran di SD yang dimaksudkan agar siswa mempunyai pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah.

IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan sistematis dan IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.

(2)

teknologi IPA dalam bentuk pengalaman langsung yang berdampak pada sikap siswa yang mempelajari IPA.

Pembelajaran IPA seharusnya bukan hanya hafalan terhadap kumpulan konsep IPA, akan tetapi seharusnya dilakukan dengan melakukan percobaan agar siswa terlibat aktif dan mampu menemukan konsep sendiri melalui percobaan yang dilakukan siswa. Hal ini juga dikemukakan Susanto (2013, hlm. 170-171) bahwa:

Pembelajaran IPA atau sains merupakan pembelajaran berdasarkan pada prinsip-prinsip, proses yang mana dapat menumbuhkan sikap ilmiah siswa terhadap konsep-konsep IPA. Oleh karena itu, pembelajaran IPA di sekolah dasar dilakukan dengan penyelidikan sederhana dan bukan hafalan terhadap kumpulan konsep IPA. Dengan kegiatan-kegiatan tersebut pembelajaran IPA akan mendapat pengalaman langsung melalui pengamatan, diskusi, dan penyelidikan sederhana.

Berdasarkan pengamatan ketika proses pembelajaran berlangsung terlihat beberapa siswa yang masih tidak memperhatikan pembelajaran guru, mereka asyik sendiri, dan susah untuk dikondisikan. Beberapa siswa tersebut adalah JY, BL, EML, dan HR. Selain itu siswa tersebut juga mengganggu teman yang lain saat pembelajaran sehingga kelas menjadi kurang kondusif. Guru juga tidak menggunakan media atau alat peraga pembelajaran sebagai alat bantu untuk mempermudah siswa dalam memahami materi yang disampaikan guru, sehingga siswa tidak terlibat langsung dalam kegiatan belajar mengajar karena guru lebih banyak menjelaskan materi dengan menggunakan metode ceramah. Selain itu pendekatan pembelajaran yang digunakan guru belum sesuai dengan hakikat pendidikan IPA, yang seharusnya pembelajaran IPA bukan hanya hafalan konsep IPA saja tetapi diarahkan agar peserta didik memperoleh pemahaman langsung dari kegiatan ilmiah yang dilakukan siswa.

(3)

bahwa pemahaman konsep siswa pada pembelajaran IPA masih kurang sehingga perlu untuk ditingkatkan.

Adapun yang menjadi penyebab permasalahan di atas, berdasarkan hasil observasi, rendahnya pemahaman konsep siswa pada pembelajaran IPA dikarenakan ketika proses pembelajaran berlangsung sebagian besar siswa masih kurang berkonsentrasi sehingga fokus siswa mudah teralihkan, akibatnya penjelasan guru tidak tersampaikan dengan baik, guru masih menggunakan metode ceramah dalam proses pembelajaran sehingga siswa selalu diberi tahu tanpa mencari tahu, guru belum menggunakan pendekatan yang tepat serta penggunaan media yang menarik sehingga ketika guru memberikan penjelasan tidak semua siswa memperhatikan penjelasan guru akibatnya pemahaman konsep siswa rendah.

Tentu masalah ini harus segera dicari alternatif pemecahannya, karena jika terus dibiarkan akan menghambat proses kegiatan belajar mengajar dan berdampak pada rendahnya pemahaman konsep siswa. Oleh karena itu upaya peneliti untuk meningkatkan pemahaman konsep pada pembelajaran IPA di kelas III sekolah dasar, peneliti mengusulkan pembelajaran dilakukan dengan menggunakan pendekatan saintifik.

(4)

Dengan penerapan pendekatan saintifik diharapakan dapat membantusiswa untuk berpikir kritis dalam memecahkan masalah dalam proses pembelajaran sehingga pemahaman konsep siswa kelas III pada pembelajaran IPA dapat meningkat. Selain itu juga proses pembelajaran menjadi lebih menyenangkan, sehingga siswa lebih berkonsentrasi mengikuti pembelajaran.

Untuk mengatasi permasalahan di atas maka perlu Penelitian Tindakan Kelas (PTK)tentang: “Penerapan Pendekatan Saintifik Untuk Meningkatkan

Pemahaman Konsep Pada Pembelajaran IPA di Kelas III Sekolah Dasar”.

B. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, rumusan masalah pada penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran IPA untuk meningkatkan pemahaman konsep dengan menerapkan pendekatan saintifik di kelas III Sekolah Dasar?

2. Bagaimanakah peningkatan pemahaman konsep siswa pada pembelajaran IPA dengan menerapkan pendekatan saintifik di kelas III Sekolah Dasar?

C. Tujuan Penelitian

1. Mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran IPA dengan menerapkan pendekatan saintifik untuk meningkatkan pemahaman konsep di kelas III Sekolah Dasar.

2. Menganalisis peningkatan pemahaman konsep siswa pada pembelajaran IPA dengan menerapkan pendekatan saintifik di kelas III sekolah dasar.

D. Manfaat Hasil Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Penelitian tindakan kelas ini diharapkan akan meningkatkan pemahaman konsep siswa pada pembelajaran IPA.

(5)

1) Sebagai sumber bacaan untuk pengetahuan guru seberapa efektifnya penerapan pendekatan saintifik untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa pada Pembelajaran IPA.

2) Dapat dijadikan rujukan guru dalam membuat rancangan pelaksanaan pembelajaran dengan penerapan pendekatan saintifik untuk meningkatkan pemahaman konsep pada pembelajaran IPA.

b. Bagi siswa

1) Dengan penerapan pendekatan saintifik pemahaman konsep siswa pada pembelajaran IPA meningkat sehingga dapat memperbaiki kualitas dan hasil belajar siswa.

2) Dapat membuat siswa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran c. Bagi sekolah

1) Dapat digunakan sebagai referensi bagi guru yang akan menerapkan pendekatan saintifik dalam pembelajaran

2) Dapat meningkatkan kualitas dan profesionalisme guru dalam mengajar materi IPA.

d. Bagi peneliti lain

Referensi

Dokumen terkait

penggunaan lahan aktual, (2) kebun kakao pola pengelolaan tradisonal (KPT) dan palawija yang menerapkan pola tanam tumpang gilir dan pemberian mulsa (PPK0), (3) kebun kakao

kompetensi dasar dikembangkan sesuai dengan kemampuan siswa, guru menggunakan berbagai media pembelajaran yang terdiri dari media gambar, media langsung, media

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa komunikasi yang dilakukan oleh agen Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumiputera 1912 Cabang Syariah Makassar efektif dalam

Beberapa aspek yang terkait untuk perencanaan kapasitas pembangkit listrik di Kepulauan Madura antara lain adalah pertumbuhan permintaan energi listrik, rasio

Kita dapat melakukan analisis isi media hanya dengan menggunakan pendekatan kecenderungan isi media (analisis isi dan analisis framing ), atau dapat menggunakan metode yang

Persepsi Anggota Atas Kinerja Pengurus Dalam Meningkatkan Unit Usaha Simpan Pinjam di KPN Untan Pontianak dari faktor Timeliness (Ketepatan Waktu). Persepsi

Distribusi kecepatan aliran sungai, bergantung pada bentuk saluran, kekasaran dinding saluran dan debit air [5]. Dalam arah vertikal kecepatan maksimum mendekati

Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) tahun 2006 sampai dengan 2008 lebih besar dari kriteria penilaian tingkat kesehatan bank yang ditetapkan oleh Bank