• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendidikan di Desa Sabungan Kecamatan Sei Kanan Kabupaten Labuhan Batu Selatan 1975-2000

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pendidikan di Desa Sabungan Kecamatan Sei Kanan Kabupaten Labuhan Batu Selatan 1975-2000"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

SEJARAH DAN KONDISI MASYARAKAT DESA SABUNGAN

2.1 Sejarah dan Kondisi Alam

Desa Sabungan merupakan desa yang berada nama suatu wilayah di

Kecamatan Sungai kanan Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Desa Sabungan mulai

terbentuk pada tahun 1928 dan pada saat itu Desa Sabungan dipimpin oleh Bapak

Baginda Halifah Siregar pada saat itu di tunjuk oleh raja selama 36 (tiga puluh

enam) tahun. Pada tahun 1964 Desa Sabungan dipimpin oleh seorang Kepala Luaat

yang bernama Baginda Mudo Harahap selama 2 (Dua) tahun kemudian pada tahun

1966 Desa Sabungan dipimpin oleh Kepala Luat yang bernama Baginda Tindi

Siregar, Beliau memimpin Desa selama 4 tahun hingga tahun 1970. Pada tahun 1970

Desa Sabungan dipimpin oleh seorang Kepala Desa yang dipilih langsung oleh

masyarakat, yang bernama Regen Harahap. Beliau memimpin Desa Sabungan hingga

tahun 1995. Pada tahun 1995 sampai 1996 Desa sabungan dipimpin oleh seorang

Kepala Desa terpilih Fahri Siregar.10

10

(2)

Secara administrasi Desa Sabungan Kabupaten Labuhan Batu Selatan

memiliki batas sebagai berikut:

Sebelah Utara :Berbatasan Desa Mampang/Desa Simatahari

Kecamatan Kotapinang Kabupaten Labuhanbatu

Selatan.

Sebelah Selatan :Berbatas dengan Kelurahan Langgapayung

Kec.Sungai Kanan Kabupaten Labuhanbatu

Selatan.

Sebelah Timur :Berbatasan Desa Bangai Kec.Torgamba

Kabupaten Labuhanbatu Selatan

Sebelah Barat :Berbatasan dengan Desa Binanga Dua

Kecamatan Silangkitang Kabupaten

Labuhanbatu Selatan.

Ibukota dari Kabupaten Labuhan Batu Selatan adalah Kota Pinang.

Desa Sabungan yang berada di Kecamatan Sungai Kanan yang memiliki luas

daerah 6334 Ha. Dan terbagi atas 13 dusun di dalamnya, meliputi Dusun Suka

Makmur, Simandiangin, Sukamulia, Sukarame, Tegal Sari, Sungai Dua,

(3)

Sentosa, Pardomuan.11Daerah yang ada di desa ini umumnya memiliki tanah

yang datar dan hanya sedikit daerah yang tanahnya memiliki kemiringan.

Suhu di desa Sabungan ini umumnya hanya berkisar rata-rata 29º-33ºC

yang merupakan suhu beriklim tropis, daerah ini dapat dikatakan memiliki

suhu tropis yang cocok untuk ditanami komoditi kelapa sawit. Curah hujan

pertahun 1500-3000 mm. Jika dilihat dari perbatasan-perbatasannya, desa

Sabungan dikelilingi oleh desa-desa maupun ibukota kabupaten yang

menunjang perkembangan desa tersebut.Jika ditinjau dari jarak Desa

Sabungan dengan ibukota Provinsi memilki jarak 125 Km, sedangkan jarak

antara desa Sabungan ke ibukota kecamatan 7 km jika ditempuh

menggunakan alat transportasi roda dua serta jarak ke ibukota kabupaten yaitu

25 Km dan ibukota kecamatan ini berada di kelurahan Langga Payung.12

Berdasarkan topografinya secara umum Desa Sabungan berada pada

ketinggian 300 - 1200 mdpl. Daerah ini terdiri dari keadaan tanah dataran

rendah, bergelombang, berbukit dan yang berbentuk datar. Daerah

bergelombang mendominasi daerah ini dengan 56 %, selanjutnya dataran

rendah 19 %, berbentuk datar 15 %, dan berbentuk bukit 10.

11

Data umum Desa Sabungan, Tahun 2000.

12

(4)

Salah satu faktor yang mendukung berkembang pesatnya perkebunan

yang ada di desa Sabungan ialah letak geografisnya yang sangat cocok untuk

menanam komoditi kelapa sawit. Faktor-faktor yang mendukung dapat

berkembang pesatnya komoditi kelapa sawit adalah kesesuaian lahan yang

ditentukan oleh letak geografis, tofografi serta ketersediaan air yang banyak.

Strategis serta suburnya tanah yang dimiliki desa Sabungan ini memberikan

dampak yang besar bagi perkembangan desa Sabungan yang semula hanya terdiri

dari hutan-hutan yang lebat dan sedikit penghuninya. Selain sawit yang menjadi

komoditas utama perkebunan di desa Sabungan, setidaknya ada beberapa

komoditas lain yang dikembangkan didesa Sabungan tersebut, komoditas itu

ialah karet. Banyaknya komoditas tanaman perkebunan di desa Sabungan itu juga

tidak terlepas dari faktor keadaan geografis dan iklim yang ada di desa Sabungan

yang sangat cocok ditanami komoditas tersebut.

2.2 Keadaan Demografi di Desa Sabungan

Desa Sabungan adalah Desa yang tumbuh bersamaan dengan

perkembangan masyarakat(warga) yang terus berkembang. Memang kemajuan

di bidang pendidikan di desa ini agak lambat namun seiring berjalannya waktu

desa ini mulai berubah dengan adanya sarana dan prasarana yang sudah

semakin lengkap. Walaupun pada awalnya desa ini memiliki keunikan

(5)

penduduk dengan jumlah agama muslim terbanyak namun desa ini tidak pernah

menunjukkan kebencian atau adanya konflik dengan agama lain. Namun inilah

alasan untuk menjaga satu sama lain dan saling menolong diantara umat

beragama. Sehingga mendukung perkembangan desa tersebut berdasarkan

hasil registrasi penduduk tahun 2000 adapun data-data mengenai Desa adalah

(6)

10 Suka Mulia 251 241 492 101

11 Suka Rame 190 182 372 92

12 Tegal Sari 201 169 370 104

13 Sungai Dua 150 125 275 85

Jumlah

Penduduk Desa

Sabungan

5.364 5.114 10.478 2.541

Sumber : Kantor Kepala Desa Sabungan, 2000.

Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa banyaknya dusun di Desa

Sabungan ternyata tidak menjadi faktor pendukung kemajuan pendidikan di

sebuah desa. Walau Desa Sabungan memiliki 13 dusun namun niat masyarakat

untuk mengenyam pendidikan masih kurang dan mereka juga kurang menyadari

bahwa pendidikan dibutuhkan oleh anak-anak mereka untuk bekal masa depan

demi generasi yang lebih baik lagi. Mereka sangat memprioritaskan pekerjaan

dibangdingkan dengan pendidikan. Dan dibanding dengan desa-desa yang lain

Desa Sabungan merupakan Desa yang kurang berkembang dari segi

pendidikanmaupun dari segi pembangunan. Desa ini juga kurang menerima

penduduk pendatang. Ini terlihat dari sedikitnya masyarakat yang datang ke desa

(7)

Tabel 2.2

Luas Masing-Masing Dusun

No Dusun Luas Wilayah (Ha)

1 Sabungan Pekan 561 Ha

2 Karang Sari 521 Ha

3 Suka Jadi 751 Ha

4 Air Lumpatan 474 Ha

5

Sapilpil 614 Ha

6 Sabungan Sentosa 401 Ha

7 Pardomuan 462 Ha

8 Suka Makmur 461 Ha

9 Simandiangin 745 Ha

10 Suka Mulia 361 Ha

11 Suka Rame 311 Ha

12 Tegal Sari 361 Ha

13 Sungai Dua 311 Ha

Jumlah Luas Wilayah Desa 6.334 Ha

(8)

Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa Desa Sabungan merupakan desa yang

terbilang cukup luas dan seharusnya dengan luas desa yang seperti itu masyarakat nya

harus lebih maju dibandngkan dengan desa-desa kecil yang ada disekitar Desa

Sabungan ini. Dan seharusnya jika dilihat dari luas desa ini seharusnya sudah

memiliki sarana dan prasarana yang mendukung namun karerna memang pola pikir

dan sifat tertutup dari warga desa ini tidak maju dan mengganggap bahwa pendidikan

hal yang memalukan dan tidak perlu maka pemerintah setempat pun kurang

memperhatikan desa ini.

Tabel2.3

Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur

No Umur Jumlah Penduduk Jiwa

1 0 – 6 Tahun 1890 Jiwa

2 7 –12 Tahun 1876 Jiwa

3 13 – 18 Tahun 1254 Jiwa

4 19 – 22 Tahun 1129 Jiwa

5 23-59 Tahun 3812 Jiwa

6 60 Tahun ke atas 517 Jiwa

Jumlah 10478 Jiwa

(9)

Dari tabel diatas dapat kita ketahui bahwa jumlah anak usia 0 – 6 tahun adalah

yang paling banyak di desa ini. Angka kelahiran di desa ini termasuk tinggi. Namun

selain faktor kurang kesadaran orangtua tingkat kemalasan juga terjadi di desa ini.

Banyak anak-anak di bawah umur yang sudah tidak bersekolah lagi. Padahal usia

mereka masih sangat membutuhkan pendidikan. Walau sekarang desa ini sudah bebas

buta huruf namun perlu penanganan khusus pada anak-anak usia 0 – 6 tahun

menginggat jumlah usia ini lebih besar dibandingkan usia yang lain. Penanganan agar

mereka mau sekolah dan meneruskan sampai jenjang yang lebih tinggi.

Tabel2.4

Jumlah Penduduk Sesuai Dengan Tingkat Pendidikan

No Pendidikan Jumlah Jiwa

1 Belum Sekolah 1890 Jiwa

2 Tidak Tamat SD 1734 Jiwa

3 Tamat SD 2789 Jiwa

4 Tamat SMP 1987 Jiwa

5 Tamat SMA 1721 Jiwa

6 Tamat Diploma dan Sarjana 357 Jiwa

7 Jumlah 10.478 Jiwa

(10)

Dari tabel diatas kita mengetahui bahwa penduduk di Desa Sabungan sangat

tidak memperdulikan pendidikan. Mereka hanya bersedia sekolah sampai tamat SD

hampir setengah anak-anak yang tamat SD tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang

lebih baik lagi. Ironis, namun memang kenyataan yang terjadi di desa ini mereka

tidak tertarik akan pendidikan. Penduduk di desa ini lebih tertarik pada mencari

pekerjaan. Karena mereka mengangap ketika kita memiliki segalanya termasuk uang

mereka akan dianggap sepenuhnya jadi latar belakang pendidikan tidak terlalu di

permasalahkan di desa ini.

Tabel2.5

Jumlah Penduduk Sesuai Dengan Agama Yang Dianut

No Pendidikan Jumlah Jiwa

1 Jumlah Agama Islam 10329 Jiwa

2 Jumlah Agama Kristen 147 Jiwa

3 Jumlah Agama Katolik Jiwa

4 Jumlah Agama Hindu Jiwa

5 Jumlah Agama Budha 2 Jiwa

6 Jumlah 10.478 Jiwa

(11)

Seperti yang kita lihat di tabel mayoritas penduduk di desa ini ialah muslim

namun penduduk muslim dengan non muslim terjalin dengan bagus. Tidak pernah

ada catatan maupun dari wawancara narasumber yang menyatakan di desa ini

memiliki konflik antar agama. Semua saling menghormati dan tidak pernah

mengusik. Adapun konflik yang terjadi tidak didasari karna agama namun karna

masalah pribadi saja. Semua berjalan dengan lancar ketika masing-masing agama

melakukan perayaan ibadah dan hari besar lainnya. Semua orang berhak memilih dan

menjalankan aturan agama nya masing-masing sesuai dengan kepercayaaan yang

mereka kehendaki.

2.3 Keadaan Sosial Budaya Desa

Penduduk Desa Sabungan berasal dari berbagai suku yang berbeda-beda,

ada suku jawa, Mandailing, Batak. Sehingga tradisi-tradisi musyawarah untuk

mufakat, gotong royong dan kearifan lokal yang lain sudah dilakukan oleh

masyarakat sejak adanya Desa Sabungan dan hal tersebut secara efektif dapat

menghindarkan adanya benturan-benturan antar kelompok masyarakat. Desa

Sabungan mempunyai jumlah penduduk 10.478 jiwa, yang terdiri dari laki-laki:

5.364 jiwa, perempuan : 5.114orang dan 2.541 KK, yang terbagi dalam 13 (tigabelas)

(12)

Tabel2.6

Sarana Rumah Ibadah

No Sarana Rumah Ibadah Jumlah Unit

1 Mesjid 16 Unit

2 Musholla / Surau 5 Unit

3 Gereja Kristen Katolik 1 Unit

4 Gereja Protestan 2 Unit

5 Wihara/ Pura - Unit

6 Jumlah 21 Unit

Sumber : Kantor Kepala Desa Sabungan, 2000.

Dari tabel diatas kita dapat mengetahui bahwa jumlah rumah ibadah umat

muslim jauh lebih besar dibandingkan dengan jumlah rumah ibadah umat lainnya. Itu

dikarenakan jumlah umat muslim mendominasi di desa ini. Walau jumlah rumah

ibadah yang berbeda jauh namun keharmonisan antar umat beragama terjalin di desa

ini.

Tabel2.7

Sarana Pendidikan

No Jenjang Pendidikan Jumlah Unit

1 Gedung PAUD 5 Unit

(13)

3 Gedung TPA 1 Unit

4 Gedung SD 4 Unit

5 Gedung SMP Sederajat 3 Unit

6 Gedung SMA Sederajat 1 Unit

6 Jumlah 15 Unit

Sumber : Kantor Kepala Desa Sabungan, 2000.

Dari tabel diatas kita dapat mengetahui berapa jumlah gedung sekolah

dan seperti yang kita lihat jumlah sekolah di desa ini terbilang cukup sedikit

dibandingkan dengan jumlah penduduk usia sekolah. Hal ini dikarenakan para

orangtua tidak berniat menyekolahkan anak-anaknya. Maka pemerintah hanya

membuat sekolah dengan gedung yang terbatas. Dan memang anak-anak di Desa

Sabungan lebih menyukai bersekolah di desa tetangga atau diluar kota karena

menurut wawancara saya dengan salah seorang anak disana hal itu disebabkan karena

jika mereka sekolah di desa maka akan dampak pengaruh buruk terhadap

teman-teman mereka yang tidak mau bersekolah lagi. Para anak yang tidak bersekolah atau

yang tidak meneruskan sekolahnya mereka akan mengajak teman-temannya untuk

tidak bersekolah atau sekedar bermain-main dan akhirnya anak-anak yang

(14)

Tabel 2.8

Sarana Kesehatan

No Sarana Kesehatan Jumlah Unit

1 Rumah Sakit - Unit

2 Puskesmas/ Pustu 2 Unit

3 Polindes 1 Unit

4 Apotik/ Toko Obat 6 Unit

5 Peraktek Dokter 1 Unit

6 Peraktek Bidan 11 Unit

7 Jumlah 21 Unit

Sumber : Kantor Kepala Desa Sabungan, 2000.

Dari tabel diatas kita dapat mengetahui bahwa di desa ini sangat

kurang sekali sarana kesehatan. Tidak heran karena penduduk disini menganggap

rendah akan pentingnya kesehatan. Jika ada anggota keluarga yang sakit mereka lebih

suka membawa anggota keluarga tersebut ke praktik dukun atau pengobatan

tradisional yang mereka yakini jauh lebih baik dan lebih manjur dibandingkan harus

pergi ke rumah sakit. Hal ini juga sebagai dampak kurangnya pendidikan yang terjadi

di desa ini. Praktek bidan memang lebih banyak di desa ini karena hampir semua

praktek bidan di desa ini adalah penduduk asli. Dan para bidan di desa ini berupaya

(15)

Walau tidak bertambah drastis penduduk yang mau berobat namun ada perubahan

yang terjadi.

Tabel2.9

Sarana Transportasi

No Jenis

Kondisi Baik Kondisi Rusak

KM Unit KM Unit

1 Jalan Kabupaten 30 6

2 Jalan Desa 5,5

3 Jalan Provinsi 78 2

4 Jalan Negara

5 Jembatan Beton 1

6 Jembatan Kayu 1

7 Jembatan Besi

8 Jembatan Gantung 1

Sumber : Kantor Kepala Desa Sabungan, 2000.

Dari tabel diatas kita dapat mengetahui bahwa sarana transportasi di

desa ini masih terbilang cukup memadai karena masih ada saja sarana yang

kondisinya rusak. Dan ketika pergi ke desa ini maka akan sering sekali kita melihat

anak-anak yang tidak sekolah akan berdiri-diri dipinggir jalan untuk meminta uang

dengan alasan perbaikan jalan. Memang anak-anak tersebut akan menutup lubang

(16)

yang lewat akan digunakan untuk kebutuhan biaya jalan atau mereka habiskan untuk

keperluan mereka sendiri.

Tabel2.10

Sarana Umum Lainnya

No Jenis Jumlah Unit

1 Kantor Kepala Desa 1 Unit

2 Balai Desa 3 Unit

3 Balai Dusun 4 Unit

4 MCK 6 Unit

5 Pasar Desa 1 Unit

Sumber : Kantor Kepala Desa Sabungan, 2000.

Dari tabel diatas dapat kita ketahui bahwa jumlah sarana yang paling

banyak ialah MCK terlihat sekali bahwa pemerintah sangat memperdulikan kesehatan

para warga di desa ini. Karena biasanya para warga akan mandi,mencuci

baju,mencuci piring,buang kotoran bahkan memasak air sekalipun akan dilakukan di

sungai. Karena kurangnya kepedulian akan kebersihan tersebut lah pemerintah

membangun MCK dengan adanya sarana ini pemerintah berharap penduduk di desa

(17)

2.4 Keadaan Ekonomi Masyarakat Desa Sabungan

Indonesia memiliki beragam daerah yang masing-masing memiliki potensi

alam serta sumber daya manusia yang berbeda dan tidak sama satu dengan yang

lainnya. Oleh karena perbedaan-perbedaan tersebut juga mempengaruhi mata

pencaharian penduduknya masing-masing tergantung dari potensi alam serta mutu

pendidikan yang dimiliki masyarakatnya. Di Indonesia ada beberapa mata

pencaharian utama yang dilakukan penduduknya, diantaranya ialah menjadi nelayan,

penambang, serta petani.Dari ketiga hal tersebut dapat disimpulkan bahwa penduduk

Indonesia pada umumnya menggunakan potensi alam saja untuk dijadikan mata

pencahariannya. Begitu juga masyarakat di desa Sabungan juga merupakan salah satu

contoh masyarakat yang mata pencahariannya masih mengutamakan potensi alamnya

yang sangat subur.Masyarakat didesa ini pada umumnya ialah mengusahakan pada

bidang pertanian maupun perkebunan.Komoditas tanaman pertanian yang pernah

dibudidayakan menjadi perkebunan di desa ini mayoritas ditanami karet, kelapa

sawit, serta komoditi tanaman pangan seperti padi,sayur-sayuran dan buah-buahan,

namun mayoritas perkebunan terbanyak adalah lahan kelapa sawit. Mata pencaharian

penduduk desa Sabungan sebelum adanya perkebunan kelapa sawit adalah tanaman

karet. Dan karet sebagai mata pencaharian utama masyarakat namun karet sudah

(18)

Perkebunan karet yang ada pada saat itu merupakan mayoritas perkebunan

karet rakyat dengan adanya perkebunan yang dimiliki oleh perusahaan pemerintah

maupun yang dimiliki swasta disekitarnya, sehingga pada umumnya perkebunan

karet tersebut nampak tidak teratur dalam penanamannya.Hingga akhirnya, pada

tahun 1980 pemerintah menggalakkan perusahaan yang dimiliki pemerintah (BUMN)

untuk membuka lahan perkebunan kelapa sawit di desa tersebut. Selain dari

perkebunan, mata pencaharian masyarakat di Desa Sabungan juga ada yang PNS

maupun karyawan perusahaan-perusahaan milik swasta maupun pemerintah yang

berdiri disana.

Oleh karena itu sebagian masyarakat di desa ini tidak hanya bergantung

kepada hasil-hasil dari perkebunan yang telah ada sebelumnya. Bahkan di Desa

Sabungan ini ada sebagian masyarakatnya memiliki dua mata pencaharian sekaligus

dalama satu rumah tangga serta masing-masing suami-istri mempunyai

penghasilannya yang satu menjadi PNS dan suaminya membeli lahan untuk menanam

kelapa sawit. Adanya pekerjaan lain yang didapat masyarakat tersebut dapat

membantu serta menutupi untuk kehidupan sehari-hari mereka maupun untuk

(19)

Untuk lebih jelasnya mari kita lihat tabel berikut ini :

Tabel2.11

Jumlah Penduduk Sesuai Dengan Mata Pencaharian

Jenis Pekerjaan Jumlah

PNS 76

TNI / POLRI 25

Dokter/ Kesehatan 41

Buruh/ Swasta 637

Pengusaha/ Pedagang 517

Petani 1216

Peternak 98

Tukang 54

Lain-lain 2121

Belum Bekerja 5693

Jumlah 10.478

Sumber : Kantor Kepala Desa Sabungan, 2000

Dari tabel diatas dapat kita ketahui bahwa jumlah penduduk yang belum

bekerja menjadi jumlah yang terbanyak di desa ini. Inilah yang menyebabkan

banyaknya kriminal yang terjadi di desa ini. Dan adanya julukan “Desa Racun” di

desa ini timbul karena penduduk di desa ini malas untuk mencari lapangan pekerjaan.

(20)

Adanya niat tidak ingin sekolah menjadi salah satu faktor penduduk di desa ini tidak

bekerja. Karena seperti yang kita ketahui pada zaman sekarang ini jika ada yang ingin

melamar pekerjaan maka kita harus memiliki ijazah sebagai tanda kita seorang yang

ahli. Dan memang kebanyakan warga bekerja sebagai buruh harian atau bulanan

diladang orang lain. Tidak adanya gelar dan surat yang membuktikan bahwa mereka

tidak sekolah menjadikan mereka pekerja serabutan atau pekerja yang tidak jelas.

Dan terkadang mereka haya mengandalkan hasil bumi untuk memenuhi kebutuhan

(21)

Transportasi Transportasi

Sumber : Kantor Kepala Desa Sabungan, 2000

Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa penduduk di desa ini memiliki aset

yang lumayan. Namun walau mereka memiliki aset dan jumlah harta yang lumayan

mereka tidak ingin anaknya bersekolah mereka lebih menyukai jika anaknya

meneruskan usaha yang mereka punya. Dan mengelolanya dengan baik tanpa harus

membuang-buang uang untuk sekolah yang mereka yakini tidak ada gunanya jika

seseorang bersekolah toh akhirnya menjadi seperti mereka juga (mengurus ladang).

Padahal rata-rata penduduk di desa ini bukan tidak memiliki uang namun mereka

memang sengaja tidak menyekolahkan anaknya.

2.5 POLA PIKIR MASYARAKAT DI DESA SABUNGAN

Dalam kehidupan dimasyarakat tidaklah luput dari polemik pola pikir ataupun

persepsi yang menjadi sandaran kehidupan yang dimiliki masyarakat dalam mengenal

lingkungan sekitar mereka. Persepsi merupakan proses yang berlangsung pada diri

kita untuk mengetahui dan mengevaluasi orang lain. Dengan proses itu, kita

membentuk kesan tentang orang lain. Kesan yang kita bentuk didasarkan pada

informasi yang tersedia di lingkungan, sikap kita terdahulu tentang

rangsangan-rangsangan yang relevan.13

13Bagus Takwin, ”

(22)

Kenyataan dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali hal-hal yang

berhubungan dengan pendidikan dan begitu pula faktor-faktor yang mempengaruhi

arti penting pendidikan seperti bervariasinya masalah yang ada dalam proses

pendidikan dari sedikitnya minat anak melanjutkan sekolahnya, mementingkan

pekerjaan di bandingkan melanjutkan tingkat pendidikan, menilai ijazah hanya

menjadi prasyarat untuk melamar pekerjaan bukan hasil dari proses pendidikan yang

hakikinya. Sangat ironis memang, tapi hal ini yang menjadi kenyataan betapa

rendahnya arti pendidikan di mata masyarakat.

Masyarakat khususnya orangtua di Desa Sabungan mempunyai pandangan

bahwa pendidikan adalah hal yang tidak penting, akan tetapi hal itu dipengaruhi oleh

tingkat pendidikan orangtua yang rendah dan ekonomi yang kurang mendukung,

sehingga pentingnya pendidikan hanya digambarkan untuk pekerjaan saja. Yaitu

bagaimana mencari uang ataupun membantu pendapatan orangtua, dan faktor lain

yang mempengaruhi pandangan masyarakat tentang anak putus sekolah terhadap

pendidikan adalah rendahnya kualitas ekonomi serta pengaruh lingkungan sekitar

seperti pergaulan dengan orang dewasa, merokok, sehingga memberi dampak negatif

terhadap arti penting pendidikan.

Kehidupan era globalisasi adalah suatu kehidupan yang mengalami perubahan

cepat terjadi semakin cepat, kompetitif dan beragam dengan kata lain dari waktu ke

waktu akan menjadi semakin kompleks. Seperti perkembangan masyarakat Desa

(23)

Sabungan. Akan tetapi sikap dan perkembangan persepsi masyarakat Desa Sabungan

seperti salah satu keluarga yang saya wawancarai yaitu Pangulu Lubis dimana

keluarganya tidak melanjutkan sekolahnya dengan alasan banyak orang pintar tapi

tidak benar. Karena disekilingnya dia melihat bahwa banyak aparatur negara atau

oknum-oknum pemerintahan yang sudah memiliki gelar dan jabatan tertentu tapi

masih saja memiliki hasrat yang licik dan memeras kaum kecil. Tidak jadi masalah

jika sebenarnya ada anggapan hal seperti ini dilihat dari bagaimana seringnya dia

diperlakukan seperti ini. Jadi, menurutnya tidak usah mempertinggi pendidikan

karena semakin tinggi pendidikan maka semakin pintar dan membuat anak-anaknya

semakin tidak benar.14

Berbeda juga dengan keluarga yang lain yaitu Nurzannah Harahap dimana

keluarganya semuanya bekerja dan tidak ada yang sampai jenjang pendidikan

sekolah. Keluarga yang ini tidak memberi pendidikan yang tinggi kepada

anak-anaknya karena paradigma keluarga ini adalah anak yang berbakti kepada orangtua

bukan menempuh jalur pendidikan setinggi-tingginya tetapi membantu orangtua

mencari uang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.15 Dengan kata lain sekolah tidak

perlu menempuh jalur pendidikan yang tinggi cukup mempunyai ijazah dan jika ada

peluang bekerja maka anak yang berbaktikepada orangtua itu harus bekerja untuk

mencari uang serta membantu orangtua. Sangat ironis dengan fakta ini, hal tersebut

14

Wawancara, Pangulu Lubis (warga Desa Sabungan), 8 Mei 2017.

15

(24)

sama dengan apa yang keluarga ini lakukan dengan memberhentikan anaknya ketika

bersekolah dikarenakan ada panggilan kerja dipabrik sebagai buruh pabrik.

Perkembangan persepsi tentang pendidikan juga dirasakan dengan pola pikir

sebuah keluarga yaitu Sariyem dimana keluarga ini semuanya diberdayakan untuk

mencari kerja dan keluarganya tidak ada juga yang melanjutkan pendidikan ke tingkat

sekolahan. Pola pikir keluarga yang satu ini adalah mencari uang lebih penting

daripada belajar karena dengan uang kita bisa memenuhi kebutuhan hidup daripada

menyekolahkan anak dengan mengeluarkan banyak uang sedangkan kita dalam

keadaan membutuhakan uang dalam menghidupi diri kita.16 Sariyem disini adalah

sebagai warga yang keluarganya semuanya diberdayakan untuk mencari kerja dan

keluarganya tidak ada yang melanjutkan pendidikan. Hal tersebut adalah pola pikir

yang berkembang di Desa Sabungan.

Pernyataan dan pola pikir tersebut jelas tidak benar karena pendidikan

merupakan faktor dan hal yang terpenting yang harus dipenuhi oleh setiap manusia,

karena pendidikan dapat membawa manusia ke jalan yang lebih baik dan membawa

dalam proses perubahan. Tanpa pendidikan, manusia senantiasa tidak memiliki nilai,

baik dalam masyarakat maupun dunia kerja. Oleh sebab itu, pendidikan harus

diterapkan sedini mungkin untuk mencapai keberhasilan yang diharapakan.

Menurut hasil pengamatan saya selama berada di Desa Sabungan sedikitnya

ada empat faktor yang mempengaruhi pola pikir warga disana, yaitu lingkungan

(25)

keyakinan. Pola pikir seseorang yang berasal dari keluarga yang sarat dengan sistem

nilai positif, dipastikan akan lebih unggul dari keluarga yang tidak atau kurang

membangun sistem nilainya. Pendidkan adalah solusi terbaik untuk membentuk pola

pikir yang unggul. Faktor yang paling dominan mempengaruhi pola pikir adalah

sisitem kepercayaan atau keyakinan seseorang.

Perkembangan persepsi masyarakat Desa Sabungan terhadap pentingnya arti

pendidikan, bahwasanya pendidikan tidak dapat mengubah sifat-sifat pembawaan dan

pendidikan hanya untuk mendapatkan ijazah untuk memperbaiki ekonomi keluarga

dengan bekerja sebagai buruh pabrik. Jadi, kalau benar pendapat tersebut, maka

dalam pendidikan kita terdapat degradasi pola pikir terhadap pendidikan atau dengan

kata lain berkembang persepsi negatif terhadap pendidikan. Dalam ilmu pendidikan,

hal ini disebut pesimisme pedagogis.

Keberagaman dan kebudayaan dan pola pikir setiap individu masyarakat

merupakan fakta empiris yang tak terpungkiri. Bahwa pendidikan yang kita anggap

penting itu bagi masyarakat desa sabungan hanyalah hal yang tabu dan tak begitu

Gambar

Tabel 2.8 Sarana Kesehatan

Referensi

Dokumen terkait

N.G diantaranya adalah memonitor tanda- tanda vital dan status neurologis, memonitor kepatenan penggunaan oksigen, mengatur posisi semi fowler, mengauskultasi suara

Perkawinan Gadis Pantai adalah perkawinan yang disertai dengan derita karena ia tidak pernah mendapatkan haknya sebagai seorang ibu dari bayi yang ia lahirkan.. Ia telah diputus

Begitu penting dan urgennya korban mendapatkan perlindungan hukum, maka dalam hukum acara pidana dikenal beberapa prinsip perlindungan saksi dan korban, yakni

marketing dari hasil wawancara didapatkan hasil berupa konten yang ditampilkan sudah sesuai dan memenuhi seluruh fasilitas yang ada di Wisata Kampoeng Rawa. Scene pendopo,

Tindak Pidana kekerasan yang dilakukan oleh guru terhadap anak di..

Simbol yang terdapat pada ornamen yang ada pada rumah adat melayu Kampar,.. diantaranya tercipta dan diciptakan atas dorongan pengaruh lingkungan seperti

Detergent is effective in cleansing action in sea water // When detergent is used, the oily stains is removed//. When detergent is used ,no scum is formed// when soap is used ,

Seminar ini dilaksanakan sebagai wahana untuk membedah konsep pembangunan Desa berdasarkan undang undang Desa nomor 06 tahun 2014 dan peraturan peraturan lainya