• Tidak ada hasil yang ditemukan

Skrining Fitokimia dan Analisa Kromatografi Lapis Tipis Komponen Kimia Biji Durian (Durio zibethinus) Dalam Ekstrak Metanol dan N-heksan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Skrining Fitokimia dan Analisa Kromatografi Lapis Tipis Komponen Kimia Biji Durian (Durio zibethinus) Dalam Ekstrak Metanol dan N-heksan"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tanaman Obat di Indonesia

Indonesia sangat kaya dengan berbagai spesies flora (Syukur,2008). Dan merupakan negara dengan hutan tropis paling besar ketiga di dunia setelah Brazil dan Zaire (Yuhernita et al.,2011). Dari 40 ribu jenis flora yang tumbuh di dunia, 30 ribu diantaranya tumbuh di indonesia. Sekitar 26 % telah dibudidayakan dan sisanya sekitar 74 % masih tumbuh liar di hutan-hutan (Syukur,2008).

Keanekaragaman hayati merupakan basis berbagai pengobatan dan penemuan industri farmasi dimasa mendatang. Jumlah tumbuhan berkhasiat obat di Indonesia diperkirakan sekitar 1.260 jenis tumbuhan. Tumbuhan menghasilkan metabolit sekunder yang berpotensi sebagai antioksidan, zat perwarna, penambah aroma makanan, parfum, insektisida dan obat. Ada 150.000 metabolit sekunder yang sudah diidentifikasi dan ada 4000 metabolit sekunder “baru”/tahun (Yuhernita et al.,2011).

2.2. Sejarah Penyebaran Durian

Seratus atau seabad tahun yang lalu, tepatnya pada abad ke-18, tanaman duria ditemukan olehTuan murray yang konon pertama kali menemukan buah aneh itu. Buah durian yang sudah masak disebut “sibusuk dari negeri tropis” (Rukmana,1996). Katanya, buah durian memiliki sifat yang buruk karena bau yang dikeluarkannya kelewat busuk. “ mirip bau musang (zibethinus)”.

(2)

kehidupan di situ, ditemukanlah buah yang membuat penasaran hatinya. Dan dimakannya daging buahnya tanpa ragu-ragu. Sesudah beliau balik ke negrinya. Yang dibawanya bukan oleh-oleh cerita jelek durian, tetapi sebaliknya. Cerita beliau ini, yang belakangan diketahui sebagai ahli pengetahuan alam bernama Alfred Russel Wallace, bahwa pengalman paling berharga dari perjalanan di negri timur adalah makan durian. Dan beliau memberikan julukan bahwa durian adalah si raja buah (Setiadi,1996).

Meskipun belum ditemukan data yang terperinci dan pasti tentang silsilah atau asal-usul tanaman durian, namun para pakar botani dan petani memastikan daerah asal tanaman ini adalah kawasan Asia tropis (Rukmana,1996). Tanaman aneh tersebut memang masih tumbuh liar dan terpencar-pencar di hutan raya “Malesia”, yang sekarang ini meliputi daerah Malaysia, Sumatera, dan Kalimantan. Para ahli menafsirkan, dari daerah asal tersebut durian menyebar keseluruh indonesia, lantas melalui mungthai menyebar ke Birma, india, dan Pakistan. Adanya penyebaran sampai sejauh itu, karena akibat pola kehidupan masyarakat saat itu tidak menetap. Mereka merambah daerah hutan yang satu menuju daerah hutan yang lain. Setiap daerah yang selesai dihuninya ditinggalkan begitu saja, tumbuhlah tanaman durian bersamaan dengan semak belukar di sekitar situ. Rupanya kebiasaan mereka dulu untuk membuang apa saja di sembarang tempat, membuat biji-biji durian juga berceceran di mana-mana. Tidak hanya di sekitar tempat tinggalnya saja tapi juga di sepanjang jalan yang dilalui ketika ia mencari buah ini. Dengan begitu, biji-biji tersebut tumbuh secara alami dan berkembang biak secara alami pula. Tidak beraturan tempatnya, juga tidak beraturan tumbuhnya.

(3)

Buahnya memiliki nilai ekonomis yang cukup tinngi, karena harga buah durian dimana-mana sama mahalnya (Setiadi,1996).

2.3. Mengenal Durian

2.3.1. Taksonomi dan Morfologi tanaman Durian

Dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan, tanaman durian diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan) Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji) Sub-divisi : Angiospermae (berbiji tertutup) Kelas : Dicotyledonae (biji berkeping dua) Ordo : Bombacales

Famili : Bombacaceae Genus : Durio

Spesies : Durio zibethinus

King of the fruit, itulah julukan yang diberikan orang pada durian. Tak diragukan lagi bahwa durian termasuk buah terpopuler di negara-negara anggota ASEAN, terutama di Thailand, Malaysia dan Indonesia. Penduduk di tiga wilayah itu sudah krab dengan aroma, rasa, dan bentuk buah berduri ini. Namun, mungkin banyak yang belum tahu bahwa awalnya durian berasal dari pulau kalimantan. Dari tempat itu akhirnya durian menyebar keseluruh kawasan ASEAN.

(4)

(Djaeni et al.,2010). Umumnya kulit dan biji menjadi limbah yang hanya sebagian kecil dimanfaatkan sebagai pakan ternak, dan bahkan sebagian besar dibuang begitu saja. Biji durian mentah tidak dapat dimakan karena mengandung asam lemak siklopropena yang beracun. Asam lemak siklopropena yang terdapat dalam biji durian akan hilang dengan sendirinya ketika biji durian direbus atau dipanaskan pada suhu 80 ̊C.

Secara fisik, biji durian berwarna putih kekuning-kuningan berbentuk bulat telur, berkeping dua, berwarna putih kekuning- kuningan atau coklat muda. Setiap 100 gram biji durian mengandung 51 gram air, 46,2 gram karbohidrat, 2.5 gram protein dan 0.2 gram lemak. Kadar karbohidratnya ini lebih tinggi dibanding singkong 34,7% ataupun ubi jalar 27,9%.Dengan termanfaatkannya biji durian, maka akan menambah nilai ekonomisnya dan tentunya akan meningkatkan pendapatan masyarakat (Djaeni et al.,2010).

Ditinjau dari segi pengembangannya, durian biasanya dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu kelompok durian liar dan durian yang sudah dibudidayakan. Jumlah anggota kelompok durian liar tergolong banyak. Sementara durian yang sudah dibudidayakan hanya satu spesies saja.

2.3.2. Spesies Durian

Prof. Dr. A.J.G.H. kostermans mencatat ada 27 spesies durian. Sejumlah 19 spesies ditemukan di Kalimantan, 11 di semenanjung Malaysia, 7 di Sumatera, dan 1 di Myanmar. Dari sekian banyak spesies itu, yang bisa dimakan hanya tujuh. Spesies lain tidak bisa dikonsumsi lantaran berbagai sebab misalnya : rasa tidak enak, buah terlalu kecil, atau daging buah tidak ada.

Ketujuh spesies durian yang bisa dimakan itu terdiri dari : Durio zibethinus (Durian),

(5)

kura-kura). Dari ketujuh spesies itu hanya Durio zibethinus yang paling banyak dibudidayakan lantaran buahnya enak. Spesies lain masih dianggap liar, kecuali durian lai (Untung,2003).

2.4. Manfaat hasil ikutan tanaman durian

Hasil utama tanaman durian adalah buahnya. Akan tetapi di samping hasil pokok berupa buah, tanaman durian juga memberikan beberapa manfaat dan hasil ikutan, antara lain sebagai berikut (AAK,1997).

2.4.1. Tanaman Durian

Tanaman durian dapat di manfaatkan sebagai pencegah erosi di lahan-lahan yang miring, terutama tanah yang miring ketimur karena intensitas sinar matahari pagi akan diterima lebih banyak. Perakaran durian akan mencengkram lapisan tanah atas sehingga tanah tersebut terbebas dari erosi. Adapun sisa-sisa tanaman akan tertahan oleh batang-batang durian sehingga dapat menyuburkan tanah. Pengembangan tanaman durian secara intensif dan komersial selai merupakan upaya pelestarian buah tropis, juga bermanfaat bagi peningkatan kualitas lingkungan dan tatanan kehidupan manusia.

2.4.2. Batang (pohon) Durian

(6)

kayu lapis olahan dan mudah dibuat serta dibentuk menjadi perkkas rumah tangga, seperti rak, gelas, piring, sendok nasi, alu, lumpang, dan lain-lain.

2.4.3. Daging Buah Durian

Bagian utama dari tanaman durian yang mempunyai nilai ekonomi dan sosial cukup tinggi adalah “ buah” buah atau daging buah yang telah matang (masak) selain enak di konsumsi segar, juga dapat diolah lebih lanjut menjadi berbagai jenis makanan maupun pencampur minuman, seperti dibuat kolak, dodol, atau penambah cita rasa ice cream.

2.4.4. Biji Durian

Biji durian (jawa:pongge) memiliki kandungan pati yang cukup tinggi sehingga berpotensi sebagai alternatif pengganti bahan makanan. Biji durian sebagai bahan makanan memang belum memasyarakat di indonesia. Di thailand, biji durian sudah cukup memasyarakat untuk dibuat bubur dengan cara diberi campuran dengan daging buahnya. Bubur biji durian ini menghasilkan kalori yang cukup potensial bagi manusia.

(7)

2.4.5. Kulit Durian

Kulit durian dapat dipakai sebagai bahan abu gosok yang bagus. Caranya adalah dengan di jemur sampai kering, kemudian dibakar sampai hancur dan abunya dipakai untuk mencuci piring dan gelas. Disamping itu, abu kulit durian dapat juga digunakan untuk campuran media tanaman di dalam pot, baik tanaman indoor maupun bunga-bungaan.

2.4.6. Bunga/buah mentah Durian

Bagian tanaman durian yang juga enak dijadikan makanan adalah bunga dan buah mentah, antara lain dibuat sayur.

Disamping itu, bauah durian mengandung gizi cukup tinggi dan komposisinya lengkap, seperti disajikan pada tabel 2.1

Tabel 2.1. kandungan gizi dalam tiap 100 gram buah durian segar

No Kandungan gizi Banyaknya

1 Kalori 134.0 kal.

2 Protein 2.5 gr.

3 Lemak 3.0 gr.

4 Karbohidrat 28.0 gr

5 Kalsium 7.4 mgr.

6 Fosfor 44.0 mgr.

7 Zat besi (Fe) 1.3 mgr.

8 Vitamin A 175.0 S.I

9 Vitamin B1 0.1 mrg.

10 Vitamin C 53.0 mrg.

11 Air 65.0 gr.

(8)

2.5. Metode ekstraksi dan isolasi

2.5.1. Bahan Tumbuhan

Idealnya, untuk analisis fitokimia, harus digunakan jaringan tumbuhan yang segar. Beberapa menit setelah dikumpulkan, bahan tumbuhan itu harus dicelupkan kedalam alkohol mendidih. Kadang- kadang, tumbuhan yang ditelaah tidak tersedia dan bahan mungkin harus disediakan oleh seorang pengumpul yang tinggal di benua lain. Dalam hal demikian, jaringan yang diambil segar harus disimpan kering didalam kantung plastik, dan biasanya akan tetap dalam keadaan baik untuk dianalisa setelah beberapa hari dalam perjalanan dengn pos udara.

Cara lain, tumbuhan dapat dikeringkan sebelum diekstraksi. Bila ini dilakukan, pengeringan tersebut harus dilakukan dalam keadaan terawasi untuk mencegah terjadinya perubahan kimia yang terlalu banyak. Bahan harus dikeringkan secepat-cepatnya, tanpa menggunakan suhu tinggi, lebih baik dengan aliran udara yang baik. Setelah betul-betul kering, tumbuhan dapat disimpan untuk jangka waktu lama sebelum digunakan untuk analisa. Dan memang demikianlah, analisis flavonoid, alkaloid, kuinon, dan terpenoid telah dilakukan dengan berhasil pada herbarium yang telah disimpan bertahun-tahun.

2.5.2. Ekstraksi

(9)

Metode ini berguna bila kita bekerja dengan sekala gram. Tetapi jarang sekali kita mencapai pemisahan kandungan dengan sempurna, dan senyawa yang sama mungkin saja terdapat (dalam perbandingan yang berbeda-beda) dalam beberapa freaksi. Ekstrak yang diperoleh dijernihkan dengan penyaringan menggunakan ‘celite’ dan pompa air, lalu dipekatkan dalam hampa. Sekarang hal ini biasanya dilakukan dalam penguapan putar yang akan memekatkan larutan menjadi volume kecil tanpa terjadi percikan pada suhu antara 30-40 ̊C. Ekstrak yang pekat mungkin mengkristal bila dibiarkan. Bila hal ini terjadi, ekstrak harus disaring dan keseragamannya diuji dengan kromatografi dengan menggunakan beberapa pengembang.

Bila terdapat senyawa tunggal, kristal dapat dimurnikan dengan pengkristalan kembali, dengan demikian bahan tersedia untuk analisis lebih lanjut. Kebanyakan kristal tersebut berupa campuran sehingga perlu dilarutkan kembali dalam pelarut yang sesuai dan kandungannya dipisahkan dengan cara kromatografi. Untuk memisahkan golongan utama kandungan yang satu dan golongan utama lainnya. Suatu prosedur berdasarkan perbedaan kepolaran yang dapat digunakan pada tumbuhan.

2.6. Skrining Fitokimia

(10)

2.6.1. Alkaloid

1. Pengenalan dan Manfaat Alkaloid

Sekitar 5500 telah diketahui, merupakan golongan zat tumbuhan sekunder yang terbesar. Alkaloid mencakup senyawa bersifat basa yang mengandung stau atau lebih atom nitrogen, biasanya dalam gabungan, sebagai bagian dari sistem siklik. Alkaloid adalah senyawa organik yang mengandung nitrogen yang diekstrak dari bahan tanaman.Tiga senyawa alkaloid yang paling dikenal adalah nikotin (tanaman tembakau), kafein (biji kopi dan daun teh), dan kokain (coca tanaman). Sejumlah alkaloid yang saat ini digunakan dalam pengobatan. Atropin, yang diisolasi dari tanaman belladonna, digunakan untuk melebarkan pupil mata pada pasien yang menjalani pemeriksaan mata. Atropin juga digunakan sebagai obat pra operasi untuk mengendurkan otot dan mengurangi sekresi saliva pada pasien bedah (Stoker,2010).

Alkaloid sering kali beracun bagi manusia dan banyak yang mempunyai kegiatan fisiologi yang menonjol jadi digunakan secara luas dalam bidang pengobatan. Alkaloid biasanya tanwarna, sering kali bersifat optis aktif, kebanyakan berbentuk kristal tetapi hanya sedikit yang berupa cairan (misalnya nikotina) pada suhu kamar.

Fungsi alkaloid pada tumbuhan masih sangat kabur, meskipun masing-masing senyawa telah dinyatakan terlibat sebagai pengatur tumbuh, atau penghalu atau penarik serangga. Teori yang menyatakan bahwa alkaloid merupakan bentuk penyimpanan nitrogen dalam tumbuhan, sekarang ini tidak lagi diterima (Harborne,1987).

(11)

2. Klasifikasi alkaloid

Banyak usaha untuk mengklasifikasikan alkaloid. Sistem klasifikasi yang paling banyak diterima, menurut Hegnauer, alkaloid dikelompokkan menjadi:

- Alkaloid sesungguhnya

Alkaloid sesungguhnya adalah racun, senyawa tersebut menunjukkan aktivitas phisiologi yang luas, hampir tanpa terkecuali bersifat basa lazim mengandung nitrogen dalam cin-cin heterosiklis diturunkan dari asam amino, biasanya terdapat dalam tanaman sebagai garam asam organik. Sebagai contoh morfin, reserpin dan vinkristin. Beberapa pengecualian terhadap aturan tersebut adalah kolkishin dan asam aristolokhat yang bersifat bukan basa dan tidak memiliki cincin heterosiklis dan alkaloid quartener, yang bersifat agak asam daripada bersifat basa.

- Protoalkaloid

Protoalkaloid merupakan amin yang relatif sederhana dalam mana nitrogen asam amino tidak terdapat pada cin-cin heterosiklis. Protoalkaloid diperoleh berdasarkan biosintesis dari asam amino yang bersifat basa. Contoh, adalah meskalin, ephedin, dan N,N-dimetiltriptamin.

- Pseudoalkaloid

Pseudoalkaloid tidak diturunkan dari prekursor asam amino. Senyawa biasanya bersifat basa. Ada dua seri alkaloid yang penting dalam klas ini, yaitu alkaloid stereoidal (contoh konessin). Dan purin (contoh kaffein) (Sastrohamidjojo,1996).

2.6.2. Flavonoid

1. Pengenalan dan Manfaat Flavonoid

(12)

satuan karbon (Sastrohamidjojo,1996). Yang tersusun dalam konfigurasi C6 – C3 – C6 yang dapat atau tak dapat membentuk cincin ketiga. Agar mudah, cincin diberi tanda A, B, dan C: atom karbon dinomori menurut sistem penomoran yang menggunakan angka biasa untuk cincin A dan cincin C, serta angka beraksen untuk cincin B (Markham,1988). Kerangka flavonoid terdiri atas satu cincin aromatik A, satu cincin aromatik B, dan cincin tengah berupa heterosiklik yang mengandung oksigen dan bentuk teroksidasi cincin ini dijadikan dasar pembagian flavonoid ke dalam sub-sub kelompoknya. Sistem penomoran digunakan untuk membedakan posisi karbon di sekitar molekulnya (Redha,2010).

Gambar 2.1. struktur dan penomoran Flavonoid

Tidak ada benda menyolok seperti flavonoid yang memberikan kontribusi keindahan dan kesemarakan pada bunga dan buah-buahan di alam. Flavin memberikan warna kuning atau jingga, antosianin memberikan warna merah, ungu atau biru, yaitu semua warna yang terdapat pada pelangi kecuali warna hijau. Secara biologis, flavonoid memainkan peranan penting dalam kaitan penyerbukan pada tanaman oleh serangga. Sejumlah flavonoid mempunyai rasa pahit hingga dapat bersifat menolak sejenis ulat tertentu (Sastrohamidjojo,1996).

(13)

flavonoid bersumber pada kemampuan mendonasikan atom hidrogennya atau melalui kemampuannya mengkelat logam (Redha,2010).

2. Klasifikasi flavonoid

Berdasarkan biosintesisnya flavonoid di klasifikasikan menjadi: flavon, falavonol, antosianidin, isoflavon, flavanon, dihidroflavonol, biflavonoid, kalkon, dan auron.

- Flavonoid O-glikosida

Flaponoid biasanya terdapat sebagai flavonoid O-glikosida : pada senyawa tersebut satu gugus hidroksil flavonoid (atau lebih) terikat pada satu gula atau lebih dengan ikatan hemiasetal yang tak tahan asam.

- Flavonoid C-glikosida

Gula dapat juga terikat pada atom karbon flavonoid dan dalam hal ini gula tersebut terikat langsung pada inti benzena dengan suatu ikatan karbon-karbon yang tahan asam.

- Flavonoid Sulfat

Flavonoid ini mudah larut dalam air. Senyawa ini mengandung satu ion sulfat, atau lebih, yang terikat pada hidroksil fenol atau gula. Tampaknya senyawa ini terdapat terbatas hanya pada angiospermae dan terutama pada angiospermae yang mempunyai hubungan ekologi dengan habitat air.

- Biflavonoid

(14)

- Aglikon flavonoid yang aktif-optik

Aglikon flavonoid mempunyai atom karbon asimetris dan dengan demikian menunjukkan keaktifan optik (yaitu memutar cahaya terpolarisasi datar). Yang termasuk dalam golongan flavonoid ini ialah flavanon, dihidroflavonol, katekin, pterokarpan, rotenoid, dan beberapa biflavonoid.

2.6.3. Tanin

1. Pengenalan dan Manfaat tanin

Penentuan struktur kimia tanin sukar dilakukan dan baru dalam 10 tahun terakhir ini saja beberapa kerumitan strukturnya telah dipahami sepenuhnya. Misalnya terdapat perbedaan stereokimia antara proantosianidin tumbuhan berkepin satu dan proantosianidin tumbuhan berkeping dua.

Menurut batasannya, tanin dapat bereaksi dengan proteina membentuk kopolimer mantap yang tak larut dalam air. Dalam industri, tanin adalah senyawa yang berasal dari tumbuhan, yang mampu mengubah kulit hewan yang mentah menjadi kulit siap pakai karena kemampuannya menyambung silang proteina.

(15)

2. Klasifikasi Tanin

Tabel 2.2. Penggolongan Tanin Tumbuhan

Tata Nama Struktur Jangka Bobot Molekul Endapan Protein Tanin-terkondensasi

Prazat tanin Katekin (dan galokatekin) flavan-3,4-diol

200 – 600 ±

٭ istilah leukoantosianidin (leukoantosianin) dahulu dipakai secara luas untuk tanin ini, tetapi

sekarang penggunaannya terbatas pada flavan-3,4-diol monomer yang tidak mempunyai kerja tanin (Harborne,1987)

2.6.4. Saponin

1. Pengenalan dan manfaat saponin

(16)

(https://mhanafi123.files.wordpress.com/2012/11/saponin-makalah.pdf). Dan Secara garis besarnya sapogenin steroid dibagi atas cabang yang tidak mengandung atom nitrogen dan cabang yang mengandung atom nitrogen yang disebut juga sapogenin steroid alkaloid (Tarigan,1980).

Saponin adalah glikosida triterpena dan sterol dan telah terdeteksi dalam lebih dari 90 suku tumbuhan. Saponin merupakan senyawa aktif permukaan dan bersifat seperti sabun, serta dapat dideteksi berdasarkan kemampuanya membebtuk busa dan menghemolisis darah. Pencarian saponin dalam tumbuhan telah dirangsang oleh kebutuhan akan sumber sapogenin yang mudah diperoleh dan dapat diubah dilaboratorium menjadi sterol hewan yang berkasiat penting misalnya kortison, ekstrogen kontraseptif, dan lain-lain (Harborne,1987). Saponin merupakan senyawa berasa pahit menusuk dan menyebabkan bersin dan sering mengakibatkan iritasi terhadap selaput lendir. Saponin diketahui memiliki efek sebagai antimikroba, menghambat jamur, dan melindungi tanaman dari serangan serangga. Saponin mempunyai tingkat toksisitas yang tinggi melawan fungi.

Dalam pemakaiannya saponin bisa dipakai untuk banyak keperluan, misalnya dipakai untuk membuat minuman beralkohol, dalam industri pakaian, kosmetik, membuat obat-obatan, dan dipakai sebagai obat tradisional.

2. Klasifikasi saponin

(17)

2.6.5. Terpenoid dan Steroid

1. Pengenalan dan Manfaat Terpenoid dan Steroid

Nama terpen diberikan terhadap senyawa yang mempunyai perumusan molekul C10H16. Terpenoid berasal dari molekul isoprena CH2 =C(CH3)-CH=CH2 dan kerangka karbonnya dibangun oleh penyambungan dua atau lebih satuan C5,atau aturan isopren yang menyatakan bahwa terpen merupakan kelipatan satuan C5 yang terikat bersama melalui kepala dan ekor(Harborne,1987).Terpen mendapat tempat tersendiri dalam kimia organik. Cepatnya

asetibilitas mereka, kelimpahan, mudahnya mereka diisolasi, relatif sederhana komposisi mereka dan mudahnya dikenal serta transformasi yang sangat menarik menyebabkan senyawa trpen menjadi objek yang sangat disukai oleh pakar kimia organik. Secara kimia, terpenoid umumnya larut dalam lemak dan terdapat dalam sitoplasma sel tumbuhan. Manfaat dari terpenoid dalam industri parfum tertarik pada minyak atsiri, terpentil digunakan untuk cat, dan yang paling penting diantara terpen secara pisiologis merupakan senyawa sangat aktif yang terlibat dalam proses kehidupan, seperti hormon adrenal (kortison), hormon seks (ostron dan testosteron), vitamin A,D, dan E, dan sebagainya. Senyawa terpenoid yang meliputi kimia steroid dan karotenoid sekarang merupakan bagian utama dalam bidang kimia organik dan kimia organik bahan alam (Sastrohamidjojo,1996).

(18)

Terpenoid dan steroid merupakan senyawa tanwarna,berbentuk kristal, sering kali bertitik leleh tinggi dan aktif optik, yang umumnya sukar dicirikan karena tak ada kereaktifan kimianya. Uji yang banyak digunakan ialah reaksi Lieberman-Burchard. Mereka berfungsi sebsgai pelindung untuk menolak serangga dan serangan mikroba (Harborne,1987).

2. Klasifikasi Terpenoid dan Steroid

Terpen diklasifikasikan sesuai dengan jumlah satuan C5= hemiterpen, C10= monoterpen, C15= sesquiterpen, C20= diterpen, C25= sesterterpen, C30= triterpen, dan C40= tetraterpen, steroid, C27, maupun sejumlah senyawa lain yang tidak mengikuti aturan (sastrohamidjojo,1996).

Tabel 2.3. Golongan Utama Terpenoid Tumbuhan Jumlah satuan

isoprena

Jumlah karbon Golongan Jenis utama dan sumbernya

1 C5 Isoprena Dideteksi dalam daun Hamamelis

japonica

2 C10 Monoterpenoid monoterpena dalam minyak atsiri tumbuhan (misalnya mentol dari

mentha), monoterpena lakton (misalnya nepetalakton), tropolon (dalam kayu Gymnospermae) 3 C15 Seskuiterpenoid Seskuiterpena dalam minyak atsiri

seskuiterpena lakton (terutama dalam Compositae), absisin (misalnya asam absisat)

4 C20 Diterpenoid Asam diterpena dalam damar

tumbuhan, giberelin (misalnya asam giberelat)

6 C30 Triterpenoid Sterol (misalnya sitosterol), triterpena

(19)

yamogenin), glikosida jantung 8 C40 Tetraterpenoid karotenoid٭ (misalnya β-karotena) N Cn Poliisoprena Karet, misalnya dalam hevea

brasiliensis

٭ karotenoid C50 dikenal dalam beberapa bakteri (Harborne,1987).

2.7.Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Kromatografi merupakan suatu proses pemisahan yang mana analit-analat dalam sampel terdistribusi antara dua fase, yaitu fase diam dan fase gerak. Kromatografi lapis tipis dikembangkan oleh Izmailoff dan Schraiber pada tahun 1938 (Rohman,2009)

Dibanding dengan kromatografi cara kinerja tinggi (KCKT) dan kromatografi gas (KG), KLT mempunyai beberapa keuntungan, yaitu:

1. KLT memberi fleksibilitas yang lebih besar, dalam hal memilih fase gerak.

2. Berbagai macam teknik untuk optimasi pemisahan seperti pengembangan bertingkat, dan pembaceman penjerap dapat dilakukan pada KLT.

3. Proses kromatografi dapat diikuti dengan mudah dan dapat dihentikan kapan saja. 4. Semua komponen dalam sampel dapat dideteksi

5. Peralatan yang digunakan lebih sederhana dan dapat dikatakan bahwa hampir semua laboratorium dapat melaksanakan setiap saat secara cepat (Rohman,2009)

6. Pemisahan dapat dilakukan dengan adsopsi, pertukaran ion, kromatografi partisi, atau filtrasi gel pada medium yang digunakan

7. Metode ini sangat cepat dan dapat dilakukan kurang dari 1 hari.

(20)

2.7.1. Defenisi dan prinsip KLT

Kromatografi lapis tipis ialah metode pemisahan fisikokimia. Lapisan yang memisahkan, yang terdiri atas bahan berbutir-butir (fase diam), ditempatkan pada penyangga berupa pelat gelass, logam, atau lapisan yang cocok. Campuran yang akan dipisah, berupa larutan, ditotolkan berupa bercak atau pita. Setelah pelat atau lapisan ditaruh di dalam bejana tertutup rapat yang berisi larutan pengembang yang cocok (fase gerak), pemisahan terjadi selama perambatan kapiler. Selanjutnya, senyawa yang tidak berwarna harus ditampakkan atau dideteksi (Stahl,1985).

2.7.2. Penjerap/ fase diam

Berikut adalah tabel 2.4 yang memperlihatkan tentang berbagai macam Adsorben untuk kromatografi lapis tipis.

Tabel 2.4. Adsorben untuk kromatografi lapis tipis Adsorben Bahan yang dipisahkan

Silika Gel Asam amino, alkaloid, gula, asam lemak, lipid, minyak esensial, anion dan kation anorganik, steroid, terpenoid

Alumina Alkaloid, pewarna makanan, fenol, steroid, vitamin, karoten, asam amino

Kieselguhr Gula, oligosakarida, asam dibasic, asam lemak, trigliserida, asam amino, steroid

Celite Steroid

Tepung selulosa Asam amino, pewarna makanan, alkaloid, nukleotida Selulosa penukar ion Nukleotida

Pati Asam amino

(21)

Fase diam pada KLT sering disebut penjerap, hampir segala macam serbuk dapat dan telah dipakai sebagai penjerap pada KLT, tetapi kita akan membatasi pembahasan kita pada empat penjerap yang paling umum dipakai: silika gel (asam silikat), alumina (aluminium oksida), kieselgur (tanah diatome), dan selulosa.

1. Silika Gel, merupakan penjerap yang paling banyak dipakai dalam KLT dan KCKT dan karena itu masuk akal jika dipakai pada percobaan pertama. Senyawa netral yang mempunyai gugusan sampai tiga pasti dapat dipisahkan pada lapisan yang diaktifkan dengan memakai pelarut organik atau campuran pelarut yang normal. Karena sebagian besar silika gel bersifat sedikit asam, maka asam sering agak mudah dipisahkan, jadi meminimumkan reaksi asam basa antara penjerap dan senyawa yang dipisahkan.

2. Alumina, berbeda dengan silika gel, alumina bersifat sedikit basa dan sering dipakai untuk pemisahan basa. Cara ini juga meminimumkan reaksi asam-basa. KLT pada alumina sering dipakai sebagai cara kualitatif cepat, untuk meramalkan sistem pelarut dalam kromatografi kolom yang terutama memakai alumina.

3. Kieselgur dan selulosa, merupakan bahan penyangga lapisan zat cair yang dipakai dalam sistem KCC, dan lapisan tipis selulosa berkaitan erat dengan kromatografi kertas klasik. Kromatografi jenis ini selalu dipakai untuk pemisahan senyawa polar seperti asam amino, karbohidrat, nukleotida, dan berbagai senyawa hidrofil alam lainya (Gritter et al.,1991)

2.7.3. Fase gerak pada KLT

(22)

harus mempunyai kemurnian yang sangat tinggi, daya elusi fase gerak harus diatur sedemikian rupa sehingga harga Rf solut terletak antara 0.2-0.8 untuk memaksimalkan pemisahan. Pemisahan menggunakan fase diam polar seperti silika gel, polaritas fase gerak akan menntukan kecepatan migrasi solut yang berarti juga menentukan nilai Rf (Rohman,2009).

2.7.4. Aplikasi (penotolan) sampel

Pemisahan pada kromatografi lapis tipis yang obtimal akan diperoleh hanya jika menotolkan sampel dengan ukuran bercak sekecil dan sesempit mungkin (Rohman,2009). Penotolan dapat dilakukan dengan memakai kapiler halus yang dibuat dari pipa kaca demikian rupa sehingga besarnya tidak jauh berbeda dengan peniti (Gritter et al.,1991).

2.7.5. Deteksi

Bercak pemisahan pada KLT umumnya merupakan bercak yang tidak berwarna. Untuk penentuannya dapat dilakukan secara kimia, fisika, maupun biologi. Cara kimia yang biasa digunakan adalah dengan mereaksikan bercak dengan suatu pereaksi melalui cara penyemprotan sehingga bercak menjadi jelas. Cara fisika yang dapat digunaka untuk menampakkan bercak adalah dengan pencacahan radioaktif dan dengan fluoresensi dibawah sinar ultraviolet (Rohman,2009).

2.7.6. Angka Rf pada KLT

(23)

�� =jarak titik pusat bercak dari titik awal jarak garis depan dari titik awal

Gambar

Tabel 2.1. kandungan gizi dalam tiap 100 gram buah durian segar
Gambar 2.1. struktur dan penomoran Flavonoid
Tabel 2.2. Penggolongan Tanin Tumbuhan
Tabel 2.3. Golongan Utama Terpenoid Tumbuhan
+2

Referensi

Dokumen terkait

Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) adalah kegiatan kurikuler yang wajib diikuti oleh mahasiswa Universitas Negeri Semarang (UNNES) yang mengambil program

Yaitu gratifikasi yang diterima oleh Pegawai Negeri atau Penyelenggara Negara yang berhubungan dengan jabatannya dan tidak berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya

Judul Tesis : Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usahatani Udang Windu Organik dan Nonorganik (Studi Kasus : Batang Kilat Kota Medan Propinsi Sumatera Utara).. Nama :

Saya mengharapkan kesediaan Saudara untuk mengisi angket dalam rangka penelitian tetang “Pengaruh Ketersediaan Koleksi Perpustakaan Terhadap Minat Baca Siswa SMP Negeri 30

Pada penelitian terdahulu, penelitian pengaruh pendidikan perkoperasian terhadap partisipasi anggota dilakukan terhadap koperasi yang beranggotakan mahasiswa, sedangkan

Hasil analisis menunjukkan bahwa tingkat rendemen, jumlah tenaga kerja, penggunaan bahan baku, dan lama giling berpengaruh terhadap produksi gula PG. Fungsi produksi

UNIT LAYANAN PENGADAAN EMPAT LINGK UNGAN PERADILAN KOORDINATOR WILAYAH JAWA T IMUR.. Jalan

Dari hasil wawancara penulis menganalisa bahwa memang Badan Koordinasi Penanaman Modal dan Perijinan Terpadu terlalu masuk ke teknis sementara jika dilihat dari tugasdan