BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam tugas akhir ini yaitu metode pengumpulan data, metode analisa. Metode pengumpulan data terbagiatas data primer dan data sekunder. Proses analisa data terbagi dua yaitu analisa hidrologi dan analisa hidrolika. Kemudian dievaluasi berdasarkan debit saluran di saluran drainase eksisting dengan debit saluran rencananya.
3.1Pelaksanaan Penelitian
Hal pertama yang diperlukan yaitu pengumpulan data, yaitu data primer dan data sekunder.
● Data Primer
Data primer yang digunakan didapatkan dari hasil peninjauan langsung dari drainase-drainase eksisting yang terletak di beberapa lokasi penelitian. Data yang dikumpulkan berhubungan dengan bentuk struktur, arah aliran, dan kondisi eksisting dari drainase yang ditinjau yaitu, jalan Jendral Sudirman (simpang PLN – rumah dinas walikota), jalan S. Parman dan jalan Veteran (Pajak Kawat) Kota Tanjung Balai, Asahan.
● Data Sekunder
45
20 tahun yang diperoleh dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Sampali Medan, dan peta jalan dilokasi drainase-drainase yang ditinjau yang didapatkan dari earth explorer.
Setelah di dapat data primer dan data sekunder, selanjutnya akan dilakukan penganalisaan data berdasarkan dari sisi analisis hidrologi dan analisis hidrolika.
3.2 Penyajian Data
Untuk mendukung penelitian ini, data-data yang diperlukan antara lain: 1. Peta catchment area yang didapat dari peta jalan earth explorer.
2. Data curah hujan selama 20 tahun terakhir (1993-2013)
3. Data pengukuran langsung dari eksisting drainase-drainase yang ditinjau. 4. Dokumentasi.
3.2.1 Data Curah Hujan
45
Tabel 3.1 Data Curah Hujan Kota Tanjung Balai
Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nov Des
1993 11 87 92 138 85 179 211 116 180 155 337 111
1994 120 54 170 131 101 82 50 229 72 187 189 90
1995 8 97 212 109 91 112 146 155 139 157 180 196
1996 183 187 66 105 131 76 125 176 223 188 230 127
1997 20 55 41 94 82 83 91 332 79 249 215 192
1998 27 0 91 105 52 137 139 162 168 89 188 169
1999 128 19 113 73 68 117 148 169 175 107 196 210
2000 172 32 110 128 96 205 231 211 182 150 227 188
2001 54 44 179 141 102 89 134 146 62 137 179 93
2002 22 81 162 119 128 135 71 249 32 176 182 69
2003 6 89 159 114 156 70 135 196 203 146 240 89
2004 120 71 169 117 90 57 49 225 64 178 198 127
2005 77 99 211 106 102 121 164 159 135 167 184 104
2006 58 143 79 108 123 85 122 174 229 182 231 193
2007 169 96 55 79 83 92 87 289 181 156 89 60
2008 31 16 81 104 51 136 138 161 167 88 187 137
2009 98 14 131 61 54 127 138 152 165 99 202 146
2010 92 25 109 135 65 199 221 113 185 140 327 90
2011 130 34 190 121 162 139 50 279 42 157 199 70
2012 5 77 216 128 61 100 156 135 149 163 170 190
3.2.2 Kondisi Saluran Eksisting dan Permasalahannya
Saluran eksisting berdasarkan keadaan sebenarnya yang diperoleh saat peninjauan langsung.
3.2.2.1 Kondisi Saluran Eksisting Jalan Sudirman simpang PLN – Rumah
Dinas Walikota
45
dan menyebabkan lebar penampang drainase menjadi berkurang. Hal ini sangat menyumbang besar terhadap banjir yang sering terjadi di jalan ini.
Bukaan saluran drainase yang berada di sisi-sisi jalan menjadi tidak terawat dan akhirnya tidak mampu mengalirkan debit dengan baik. Selain itu, faktor banjir di jalan ini juga disebabkan kapasitas drainase yang tidak memadai untuk menampung limpasan hujan dan limpasan air buangan.
Gambar 3.1
Banjir di Jalan Sudirman
(sumber: http://www.metrosiantar.com/2013/05/04/53603/kantor-dprd-terendam-banjir/)
Gambar 3.2
45
Gambar 3.3
Drainase eksisting Jalan Sudirman
3.2.2.2 Kondisi Saluran Eksisting Jalan S.Parman
45
Gambar 3.4
Kondisi drainase eksisting Jalan S.Parman
Gambar 3.5
Drainase eksisting Jalan S.Parman
Gambar 3.6
45
3.2.2.3 Kondisi Saluran Eksisting Jalan Veteran (Pajak Kawat)
Jalan Veteran merupakan daerah pasar tradisional yang ada di Kota Tanjung Balai. Ketidaksadaran warga pasar akan pentingnya menjaga saluran drainase, membuat jalan ini langganan banjir di musim penghujan.
Tumpukan sedimen dan sampah-sampah yang memenuhi saluran drainase menghambat jalannya air yang mengalir. Lebar penampang saluran drainase yang tidak memadai juga menjadi alasan banjir di daerah ini.
Gambar 3.7
Drainase eksisting Jalan Veteran (Pajak Kawat)
Gambar 3.8
45
3.3 Analisa Data
3.3.1 Analisis Hidrologi
- Mengevaluasi frekuensi curah hujan berdasarkan data curah hujan 20 tahun dengan menggunakan empat jenis distribusi yaitu, Distribusi Normal, Distribusi Log Normal, Distribusi Log Person III, dan Distribusi Gumbel.
- Mengevaluasi waktu konsentrasi - Mengevaluasi koefisien limpasan
- Mengevaluasi intensitas curah hujan dengan menggunakan metode Mononobe - Perhitungan debit banjir rencana dengan metode rasional
3.3.2 Analisis Hidrolika
- Mengevaluasi kapasitas penampang drainase di Jalan Sudirman simpang PLN sampai rumah dinas walikota, Jalan S. Parman dan Jalan Veteran (Pajak Kawat). - Mengevaluasi besar debit saluran dengan besar debit saluran rencana.
45
Gambar 3.9 Diagram Alir Metode Penelitian
Evaluasi Penanggulangan Banjir di Beberapa Ruas Jalan
di Kota Tanjung Balai Kabupaten Asahan
Tinjauan Pustaka
Pengambilan Data
Data Primer Data Sekunder
Kesimpulan dan Saran Menghitung debit maksimum
dari saluran eksisting
- Menentukan luas catchment area - Menghitung curah hujan maksimum
45
BAB IV
ANALISA DATA
4.1 Analisa Hidrologi
Dalam tugas akhir ini, data curah hujan diperoleh dari Badan Meteorologi dan Geofisika Sampali Kota Medan selama 20 tahun terakhir untuk stasiun pengamatan kota Tanjung Balai Asahan. Data curah hujan ini akan diolah sehingga dapat menghasilkan curah hujan rencana yang dibutuhkan.
4.1.1Analisis Frekuensi Curah Hujan
Ada empat jenis distribusi yang paling banyak digunakan dalam bidang hidrologi untuk menghitung curah hujan rencana yaitu Distribusi Normal, Distribusi Log Normal, Distribusi Log Person III, dan Distribusi Gumbel.
Tabel 4.1 Nilai Variabel (k) Reduksi Gauss
Periode Ulang (Tahun)
2 5 10 20 50 100
0,000 0,840 1,280 1,640 2,050 2,330
4.1.1.1Distribusi Normal
Tabel 4.2 Curah Hujan Distribusi Normal
(Sumber:Hasil Perhitungan)
Dari data-data diatas didapat:
Standar Deviasi :
S
=
( Xi− X) 2n−1
=
43831 ,2
20−1
=
48,0303Perhitungan Curah Hujan Rencana dengan menggunakan Distribusi Normal
● Untuk periode ulang (T) 2 tahun
KT =
XT− X
S
→
X
T= X + (KT× S)= 240,2 + (0 × 48,0303) = 240,2
●Untuk periode ulang (T) 5 tahun
KT =
XT− X
S
→
X
T= X + (KT× S)= 240,2 + (0,840 × 48,0303) = 280,5455
●Untuk periode ulang (T) 10 tahun
KT =
XT− X
S
→
X
T= X + (KT× S)= 240,2 + (1,280 × 48,0303) = 301,6788
●Untuk periode ulang (T) 20 tahun
KT =
XT− X
S
→
X
T= X + (KT× S)●Untuk periode ulang (T) 50 tahun
KT =
XT− X
S
→
X
T= X + (KT× S)= 240,2 + (2,050 × 48,0303) = 338,6621
●Untuk periode ulang (T) 100 tahun
KT =
XT− X
S
→
X
T= X + (KT× S)= 240,2 + ( 2,330 × 48,0303) = 352,1106
Tabel 4.3 Analisa Curah Hujan Rencana dengan Distribusi Normal
(Sumber : Hasil Perhitungan) No
Periode Ulang (T)
Tahun
KT X S
Curah Hujan (XT) mm
1 2 0 240.2 48.0303 240.2
2 5 0.84 240.2 48.0303 280.545452
3 10 1.28 240.2 48.0303 301.678784
4 20 1.64 240.2 48.0303 318.969692
5 50 2.05 240.2 48.0303 338.662115
4.1.1.2 Distribusi Log Normal
Tabel 4.4 Curah Hujan Distribusi Log Normal
No
(Sumber: Hasil Perhitungan)
Dari data-data diatas didapat:
X
= 47,45869Standar Deviasi :
S
=
( Log Xi−Log X)2 n−1 =0,12802
20−1 = 0,0821
Perhitungan Curah Hujan Rencana dengan menggunakan Distribusi Log Normal
● Untuk periode ulang (T) 2 tahun
KT =
Log XT– Log X
S
→
Log X
T= Log X + (KT× S) = 2,3729 + (0 × 0,0821) = 2,3729XT = 235.9935 ●Untuk periode ulang (T) 5 tahun
KT =
Log XT−Log X
S
→
LogX
T= Log X + (KT× S)= 2,3729 + (0,840 × 0,0821) = 2,44186
XT = 276.6075 ●Untuk periode ulang (T) 10 tahun
KT =
Log XT–Log X
S
→
LogX
T=X + (KT × S)= 2,3729 + (1,280 × 0,0821) = 2,4799
XT = 300.5993 ●Untuk periode ulang (T) 20 tahun
KT =
Log XT– Log X
= 2,3729 + (1,640 × 0,0821) = 2,50754
XT = 321.7689 ●Untuk periode ulang (T) 50 tahun
KT =
Log XT– Log X
S
→
Log X
T=X + (KT× S)= 2,3729 + (2,050 × 0,0821) = 2,54121
XT = 347.7002 ●Untuk periode ulang (T) 100 tahun
KT =
Log XT– Log X
S
→
Log X
T=X + (KT× S)= 2,3729 + ( 2,330 × 0,0821) = 2,56419
XT = 366.6005
Tabel 4.5 Analisa Curah Hujan Rencana dengan Distribusi Log Normal
(Sumber : Hasil Perhitungan)
No
Periode Ulang
(T) Tahun
KT Log
�
Log S Log XTCurah Hujan (XT) mm
1 2 0 2.3729 0.0821 2.37290 235.9935
4.1.1.3 Distribusi Log Person III
Tabel 4.6 Curah Hujan Distribusi Log Person III
No
(Sumber:Hasil Perhitungan)
Dari data-data diatas didapat:
X
= 47,45869Standar Deviasi:
Perhitungan Curah Hujan Rencana dengan menggunakan Distribusi Log Person III
●Untuk periode ulang (T) 2 tahun
KT = ●Untuk periode ulang (T) 5 tahun
KT = ●Untuk periode ulang (T) 10 tahun
KT =
Log XT– Log X
S
→
Log X
T = Log X + (KT× S)XT = 303.339 ●Untuk periode ulang (T) 20 tahun
KT =
Log XT– Log X
S
→
Log X
T = Log X + (KT× S)= 2.3729 + (2.402 x 0.0821) = 2.5701
XT = 371.624 ●Untuk periode ulang (T) 50 tahun
KT =
Log XT– Log X
S
→
Log X
T = Log X + (KT× S)= 2.3729 + (2.359 x 0.0821) = 2.5666
XT = 368.616 ●Untuk periode ulang (T) 100 tahun
KT =
Log XT– Log X
S
→
Log X
T = Log X + (KT× S)= 2.3729 + (2.755 x 0.0821) = 2.5991
Tabel 4.7 Analisa Curah Hujan Rencana dengan Distribusi Log Person III
No PeriodeUlang
(T) Tahun Log X KT Log S Log XT
CurahHujan (XT) mm
1 2 2.3729
-0.099
0.0821 2.3648 231.618
2 5 2.3729 0.800 0.0821 2.4386 274.524
3 10 2.3729 1.328 0.0821 2.4819 303.339
4 20 2.3729 2.402 0.0821 2.5701 371.624
5 50 2.3729 2.359 0.0821 2.5666 368.616
6 100 2.3729 2.755 0.0821 2.5991 397.270
4.1.1.4 Distribusi Gumbel
Tabel 4.8 Curah Hujan Distribusi Gumbel
(Sumber: Hasil Perhitungan)
Standar Deviasi :
●Untuk periode ulang (T) 2 tahun YTR= 0.3668
●Untuk periode ulang (T) 5 tahun YTR= 1.5004
●Untuk periode ulang (T) 10 tahun YTR= 2.251
3088
●Untuk periode ulang (T) 50 tahun YTR= 3.9028
●Untuk periode ulang (T) 100 tahun YTR= 4.3117
Tabel 4.9 Analisa Curah Hujan Rencana dengan Distribusi Gumbel
Tabel 4.10 Rekapitulasi Analisa Curah Hujan Rencana Maksimum
Curah Hujan Rencana Maksimum
Periode Ulang T (Tahun)
0 50 100 150 200 250 300 350 400 450
2 5 10 20 50 100
Normal Log Normal Log Person III Gumbel
No
Periode Ulang (T)
Tahun
Normal Log Normal
Log Person
III
Gumbel
4.1.2 Waktu Konsentrasi
Untuk saluran air hujan daerah perkotaan, waktu konsentrasi terdiri dari waktu yang diperlukan oleh limpasan untuk mengalir di permukaan tanah untuk mencapai saluran terdekat (tc) dan waktu pengaliran dalam saluran ke titik yang
dimaksud (td).
Tabel 4.11 Perhitungan Waktu Konsentrasi (menit)
No Nama
Jalan Saluran L
4.1.3 Intensitas Hujan
Intensitas hujan adalah tinggi atau kedalaman air hujan dalam satu persatuan waktu. Apabila data hujan jangka pendek tidak tersedia, yang ada hanya data hujan harian, maka intensitas hujan dapat dihitung dengan rumus Mononobe. Untuk luas daerah 10-100 ha maka dipilih periode ulang 5 tahun. Maka intensitas curah hujan rencana dapat diperhitungkan sebagai berikut:
Tabel 4.12 Perhitungan Intensitas Curah Hujan (mm/jam)
No Nama Jalan Saluran L
(m) S
Tc
(menit) R24 I
1
Jendral Sudirman (Simpang PLN s/d Rumah Dinas Walikota)
S-JSD 121.6 0.001 133.837 284.46 57.674 2 S. Parman S-SPM 118.4 0.001 126.367 284.46 59.923 3 Veteran S-VTR 93 0.001 133.568 284.46 57.751 Dimana:
S-JSD = saluran jalan Jendral Sudirman (dari simpang PLN – rumah dinas walikota)
S-SPM = saluran jalan S.Parman S-VTR = saluran jalan Veteran L = panjang saluran S = kemiringan saluran Tc = waktu konsentrasi (jam)
R24 = curah hujan rencana periode ulang (T) 5 tahun Distribusi Gumbel
4.1.4 Koefisien Pengaliran
Tabel 4.13 Nilai Koefisien Limpasan (C) daerah yang ditinjau
Berdasarkan Tabel diatas telah ditentukan nilai dari koefisien limpasan terhadap kondisi karakter permukaannya yaitu berhubung keterbatasan data penggunaan lahan yang tidak saya miliki, maka saya memutuskan untuk menggunakan Koefisien penggunaan lahan = 0,8 (Jalan Beton dan Aspal) di sesuaikan dengan kondisi penggunaan lahan terbesar dilokasi penelitian.
Kondisi Permukaan Tanah Koefisien Pengaliran (C)
Jalan Beton dan Jalan Aspal 0.70 - 0.95 Jalan Kerikil dan Jalan Tanah 0.40 - 0.70
Bahu Jalan :
Tanah Berbutir Halus 0.40 - 0.65 Tanah Berbutir Kasar 0.10 - 0.20 Batuan Masif Keras 0.70 - 0.85 Batuan Masif Lunak 0.60 - 0.75 Daerah Perkotaan 0.70 - 0.95 Daerah Pinggiran Kota 0.60 - 0.70
Daerah Industri 0.60 - 0.90
Permukaan Padat 0.60 - 0.80
Permukaan Tidak Padat 0.40 - 0.60
Taman dan Kebun 0.20 - 0.40
Persawahan 0.45 - 0.60
Perbukitan 0.70 - 0.80
Tabel 4.14 Perhitungan Debit Rencana (m3/dtk)
Dimana :
S-JSD = saluran jalan Jendral Sudirman (dari simpang PLN s/d Rumah Dinas Walikota)
S-SPM = saluran jalan S.Parman S-VTR = saluran jalan Veteran C = koefisien limpasan Cs = koefisien tampungan Tc = waktu konsentrasi (menit)
QT = debit rencana (m3/dtk)
V = kecepatan aliran di dalam saluran (m/dtk) Ls = panjang lintasan aliran di dalam saluran (m) Td = conduit time sampai ke tempat pengukuran I = intensitas curah hujan (mm/jam)
4.1.5 Debit Rencana
Debit Rencana pada Saluran S-JSD
Cs = 2
2 +
Cs = 2 � 133,837
2 � 133,837 +7.821
Cs= 0,972
Q = 0,278 . C .Cs . I . A
4.2 Analisa Hidrolika
4.2.1 Analisa Kapasitas Penampang Saluran
Tabel 4.15.Penampang dan Lokasi Saluran Drainase
No
Nama
Saluran
Lokasi
Saluran
PenampangSaluran Dokumentasi
1 S - JSD
2 S – SPM
Tabel 4.16 Analisa Kapasitas Penampang Saluran
No Nama
Jalan Saluran Konstruksi Bentuk Kondisi
Dimensi Saluran
S-SDM Beton Trapesium Sedimen,
sampah 0.5 0.6 0.65 0.2 0.6 0.015 0.001 0.524 0.966 0.542 1.402 0.163 0.735
2 S.Parman S-SPM Beton Trapesium Sedimen,
sampah 0.6 1 0.6 0.45 0.6 0.015 0.001 0.722 1.650 0.437 1.215 0.150 0.877
3 Veteran S-VTR Batu Kali Persegi Sedimen,
Dimana :
S-JSD = saluran Jalan Jendral Sudirman (dari simpang PLN – rumah dinas walikota)
S-SPM = saluran Jalan S.Parman S-VTR = saluran Jalan Veteran Qs = debit saluran (m3/dtk)
B = lebar atas (m) b = lebar bawah n = koefisien manning
(koefisien manning 0.015 untuk tipe saluran beton dan 0.03 untuk tipe saluran pasangan batu)
A = luas catchment area (m2) S = kemiringan dasar saluran (m) m = kemiringan dinding saluran P = keliling basah (m)
h = kedalaman air (m) H = kedalaman saluran (m) R = jari-jari hidrolik (m)
1.Saluran S-SDM
A = (B + mh)h
A = (0,5 + (0,6 x 0,2)) x 0,2 A = 0,524 m2
P = B + 2h 2 + 1
P = 0,5 + (2 x 0,2) 0,62 + 1 P = 0,966 m
R = �
�
R =0,524 0,966
R = 0,542 m
V =1 2 3
1 2
V = 1
0,015� (0,542) 2
3� (0,001) 1 2
V = 1,402 m/dtk
Qs = As.V
2.Saluran SPM
A = (B + mh)h
A = (0,6 + (0,6 x 0,45)) x 0,45 A = 0,722 m2
P = B + 2h 2 + 1
P = 0,6 + (2 x 0,45) 0,62 + 1 P = 1,650 m
R = �
�
R =0,722 1,649
R = 0,437 m
V =1 2 3
1 2
V = 1
0,015� (0,437) 2
3� (0,001) 1 2
V = 1,215 m/dtk
Qs = As.V
3.Saluran S-VTR
A = B.h
A =0,45 x 0,45 A= 0,203 m3
P = B + 2h
P = 0,45 + (2 x 0,45) P = 1,35 m
R = �
�
R = 0,2025 1,35
R =0,15 m
V =1. 2 3.
1 2
V = 1
0,02.�(0,15
2
)3�(.0,001) 1 2
V = 0,298 m/dtk
Qs = As.V
Tabel 4. 17 Evaluasi debit saluran dengan debit rencana
No Nama Jalan Nama Saluran
Qs (m3/dtk)
QT (m3/dtk)
Keterangan
Qs ≥ QT
1
Jendaral Sudirman (simpang PLN-rumah dinas walikota)
S-SDM 0,735 1,598 Tidak OK
2 S. Parman S-SPM 0,877 2,200 Tidak OK
4.2.2 Perencanaan Ulang Saluran Drainase Sesuai Debit Rencana
Dari hasil tabel 4.17, didapatkan hasil bahwa jalan Jendral Sudirman, jalan S.Parman dan jalan Veteran, memiliki debit berlebih yang meluap dan menggenangi jalan ketika hujan dengan intensitas tinggi.
Tabel 4.18 Evaluasi jumlah debit yang berlebih
No Nama Jalan Nama Untuk mengatasi masalah banjir, maka diperlukan perhitungan untuk mendesain ulang saluran drainase yang dapat menampung debit banjir puncak dari masing-masing saluran drainase yang ditinjau.
4.2.2.1 Perhitungan Saluran Drainase Jalan Jendral Sudirman (Simpang
PLN- Rumah Dinas Walikota)
Dari perhitungan yang telah dilakukan, maka didapat debit puncak sebesar 1,598 m3/dtk, sedangkan debit yang mampu ditampung oleh saluran
drainase yang ada sebesar 0,735 m3/dtk, berarti ada debit yang sebesar 0,863 m3/dtk yang meluap menggenangi jalan pada saat hujan besar terjadi.
Tabel 4.19 Perhitungan kapasitas drainase Jalan Jendral Sudirman
(simpang PLN- rumah dinas walikota)
Gambar 4.1
Penampang melintang desain saluran rencana Jalan Jendral Sudirman (simpang PLN – rumah dinas walikota)
Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan, dimensi saluran drainase dengan luas penampang 1,273 m2 dapat menampung debit saluran maksimum sebesar 1,630 m3/dtk, dan debit puncak banjir periode selama 5 tahun
adalah 1,598 m3/dtk. Dengan demikian dimensi saluran ini dapat digunakan
untuk saluran drainase yang sesuai dengan debit rencananya.
4.2.2.2 Perhitungan Saluran Drainase Jalan S.Parman
Saluran drainase jalan S.Parman memiliki debit sebesar 2,2 m3/dtk,
sedangkan dari perhitungan yang telah dilakukan, kapasitas drainase eksisting yang mampu ditampung oleh saluran drainase yang ada hanya sebesar 0,877
m3/dtk, berarti ada debit yang sebesar 1,323 m3/dtk yang menggenang saat banjir
besar terjadi.
Gambar 4.2
Penampang melintang desain saluran jalan S.Parman
Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan, dimensi saluran drainase dengan luas penampang 1,718 m2 dapat menampung debit saluran maksimum sebesar 2,277 m3/dtk, dan debit puncak banjir periode selama 5 tahun
adalah 2,2 m3/dtk. Dengan demikian dimensi saluran ini dapat digunakan untuk
saluran drainase yang sesuai dengan debit rencananya.
4.2.2.3 Perhitungan Saluran Drainase Jalan Veteran
Saluran drainase jalan Veteran memiliki debit sebesar 1,617 m3/dtk,
sedangkan dari perhitungan yang telah dilakukan, kapasitas drainase eksisting yang mampu ditampung oleh saluran drainase yang ada hanya sebesar 0,060
m3/dtk, berarti ada debit yang sebesar 1,557 m3/dtk yang menggenang saat banjir
besar terjadi.
Gambar 4.3
Penampang melintang desain saluran jalan Veteran
Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan, dimensi saluran drainase dengan luas penampang 2,480 m2 dapat menampung debit saluran maksimum sebesar 1,696 m3/dtk, dan debit puncak banjir periode selama 5 tahun
adalah 1,617 m3/dtk. Dengan demikian dimensi saluran ini dapat digunakan untuk
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan langsung di lapangan, perhitungan secara teknis pada data yang ada, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: a. Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan maka didapat besar debit rencana
untuk:
● Saluran drainase eksisting Jalan Jendral Sudirman (simpang PLN-rumah dinas walikota = 1,598 m3/dtk
● Saluran drainase eksisting Jalan S. Parman = 2,200 m3/dtk ● Saluran drainase Jalan Veteran (Pajak Kawat) = 0,040 m3/dtk
b. Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan, maka didapat besar kapasitas drainase eksisting :
● Jalan Jendral Sudirman (simpang PLN-rumah dinas walikota = 0,753 m3/dtk ● Jalan S. Parman = 0,877 m3/dtk
● Jalan Veteran (Pajak Kawat) = 0,060 m3/dtk
c. Kapasitas drainase eksisting di Jalan Jendral Sudirman (simpang PLN-rumah dinas walikota), Jalan S.Parman dan Jalan Veteran tidak mampu mengalirkan air pada masing-masing saluran.
5.2 Saran
a. Membuat pengaturan tata guna lahan.
b. Memperbesar penampang saluran drainase yang ada agar berfungsi secara optimal.
c. Memperbaki dan membersihkan bukaan/lubang sisi-sisi jalan (street inlet) agar dapat mengalirkan limpasan air hujan dengan maksimal.
d. Perlu dilakukannya pemeliharaan saluran, seperti pengangkatan sedimen secara berkala untuk menghindari pendangkalan yang diakibatkan oleh sampah dan limbah yang tersumbat dari kegiatan perdagangan sekitar drainase.
e. Membuat tempat pembuangan sampah yang efektif untuk mencegah dibuangnya sampah ke saluran drainase.