• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 31 Tahun 2002 Tentang Tempat Rekreasi dan Olahraga Ditinjau Dari Hukum Administrasi Negara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 31 Tahun 2002 Tentang Tempat Rekreasi dan Olahraga Ditinjau Dari Hukum Administrasi Negara"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

H. Latar Belakang

Dalam rangka meningkatkan efektivitas tugas pemerintahan maka penyelenggaraan tugas-tugas pemerintahan dilaksanakan di daerah sesuai dengan Pasal 18 UUD 1945. Menurut penjelasan Pasal 18 UUD 1945 tentang pemerintahan daerah ditentukan karena negara Indonesia adalah negara kesatuan maka Indonesia tidak akan mempunyai daerah didalam wilayahnya yang juga berbentuk negara. Wilayah negara Indonesia dibagi menjadi daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi menjadi daerah yang lebih kecil. Daerah itu menurut aturan yang akan ditetapkan dengan UU bersifat otonom/bersifat administratif belaka. Maksud dari Pasal 18 UUD 1945 adalah wilayah Indonesia dibagi menjadi sejumlah daerah besar dan kecil yang bersifat otonom yaitu daerah yang boleh mengurus rumah tangganya sendiri dan daerah administrasi yaitu daerah yang tidak boleh berdiri sendiri.1

Munculnya otonomi daerah menyebabkan terjadinya pergeseran paradigma dari sistem pemerintahan yang bercorak sentralisasi mengarah kepada sistem pemerintahan yang desentralisasi, yaitu dengan memberikan keleluasaan kepada daerah dalam mewujudkan daerah otonom yang luas dan bertanggung jawab, untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat sesuai kondisi dan potensi wilayahnya. Pemberian otonomi kepada daerah pada dasarnya bertujuan meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintah

Oleh sebab itu UUD 1945 merupakan landasan yang kuat untuk menyelenggarakan otonomi dengan memberikan kewenangan yang luas, nyata dan bertanggung jawab kepada daerah, sebagaimana tertuang dalam ketetapan MPR RI Nomor XV/MPR/1998 tentang penyelenggaraan otonomi daerah yang meliputi pengaturan, pembagian dan pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan serta perimbangan keuangan pusat dan daerah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

1

(2)

daerah, terutama dalam pelaksanakan pembangunan dan pelayanan terhadap masyarakat serta untuk meningkatkan pembinaan kesatuan politik dan kesatuan bangsa.

Berdasarkan undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, otonomi yang seluas-luasnya bagi pemerintah kabupaten merupakan peluang dan sekaligus tantangan. Peluang disini bagi pemerintahan daerah yang memiliki potensi sumber daya alam yang memadai untuk mengelola sendiri potensi tersebut, sedangkan bagi pemerintah daerah yang mempunyai sumber daya alam yang kurang memadai justru merupakan tantangan.2

Dalam rangka memenuhi pembiayaan pembangunan dan penyelenggaraan pemerintah di daerah dapat diperoleh dari penerimaan daerah sendiri atau dapat pula dari luar daerah. Sumber-sumber pendapatan yang dapat dilaksanakan oleh pemerintah daerah dalam rangka peningkatan Pendapatan Asli Daerah adalah dengan meningkatkan pendapatan dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah & pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan serta lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah. Upaya-upaya peningkatan Pendapatan Asli Daerah ini tidak terlepas dari mekanisme sistem pemerintahan daerah yaitu kerjasama antar Kepala Daerah dan Dewan Perwakilan Daerah dengan cara pendekatan terpadu dan tidak menghilangkan identitas, tugas serta fungsi masing-masing.

Masalah yang sering muncul dalam melaksanakan otonomi daerah adalah prospek kemampuan pembiayaan pemerintah daerah dalam rangka melaksanakan fungsinya sebagai penyelenggara pembangunan, penyelenggara pemerintah serta melayani masyarakat setempat sejalan dengan dinamika kehidupan masyarakat yang harus dilayani. Oleh karena itu penyelenggaraan kegiatan pemerintahan daerah senantiasa terus meningkat sehingga biaya yang dibutuhkan juga akan bertambah. Peningkatan penerimaan daerah harus senantiasa diupayakan secara periodik oleh setiap daerah otonom melalui penataan administrasi pendapatan daerah yang efisien dan efektif sesuai dengan pola yang telah ditetapkan dalam berbagai peraturan perundang-undangan dan petunjuk pelaksanaan.

2

(3)

Seiring dengan pelaksanaan Otonomi Daerah yang dititip beratkan pada Daerah Kabupaten dan Kota, maka Pemerintah Kota Medan berupaya mengembangkan mekanisme pembiayaan dengan menggali berbagai bentuk pembiayaan yang potensial untuk menunjang pembangunan Daerah sekaligus untuk peningkatan mutu pelayanan kepada masyarakat termasuk Penyediaan Sarana dan Prasarana Tempat rekreasi dan olahraga. Berdasarkan pengamatan langsung di beberapa titik tempat rekreasi dan olahraga masih banyak yang belum mengurus izin.

Berdasarkan pokok pikiran tersebut maka pembangunan yang diharapkan adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya. Pokok pikiran tersebut diwujudkan dalam tugas-tugas pembangunan yang dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan yang meliputi aspek kehidupan materiil dan spirituil. Keberhasilan pembangunan itu sendiri merupakan tanggung jawab bersama yang dipikul oleh pemerintah dan rakyat, dimana pelaksanaan pembangunan tersebut akan berhasil jika ditunjang dengan stabilitas nasional yang mantap.

Mengenai hubungan antara pemerintah pusat dan daerah perlu diperhatikan bahwa di daerah terdapat dua jenis pemerintahan yaitu pemerintahan dari daerah otonom yang diadakan sebagai pelaksanaan asas desentralisasi dan pemerintahan dari wilayah administratif yang diadakan sebagai pelaksanaan asas dekonsentrasi.

Otonomi daerah dilaksanakan dengan cara memberikan hak, wewenang dan kewajiban mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Setiap tugas-tugas daerah harus dijamin kelancarannya untuk dapat berjalan dengan baik. Untuk dapat menjamin kelancaran tugas-tugas pemerintah daerah maka daerah harus mempunyai keuangan sendiri yang cukup kuat. Semakin kuat keuangan suatu daerah maka semakin besarlah kemampuannya dalam menyelenggarakan usaha-usahanya dalam memberikan kesejahteraan dan pelayanan umum kepada masyarakat.

(4)

persediaan dana yang cukup. Salah satu cara dengan mengadakan intensifikasi dan ekstensifikasi sumber pendapatan baru. Pelaksanaan pembangunan dan pemberian pelayanan kepada masyarakat diperlukan penyediaan sumber-sumber pendapatan asli daerah yang hasilnya memadai. Hal tersebut bisa didapat dari peningkatan kinerja pemungutan, penyempurnaan dan penambahan jenis retribusi serta keleluasaan yang diberikan kepada daerah.

Dalam Tap MPR No. IV/MPR/1999, tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara bab IV arah kebijakan huruf (f) mengenai bidang sosial dan budaya nomor 2 huruf (h) diatur masalah pembangunan kepariwisataan. Mengembangkan pariwisata melalui pendekatan sistem yang utuh dan terpadu bersifat interdisipliner dan partisipasi dengan menggunakan kriteria ekonomis, teknis, ergonomis, sosial budaya, hemat energi, melestarikan alam dan tidak merusak lingkungan. Pembangunan kepariwisataan yang semua diorientasikan pada wilayah tertentu dan dikerjakan sendiri, kadang-kadang tidak dapat terlaksana karena menemui permasalahan-permasalahan tertentu sehingga mau tidak mau pembangunan tersebut harus dilakukan secara kerjasama. Permasalahan itu antara lain karena ruang lingkup dari kawasan wisata yang cukup luas baik dari segi kepentingan maupun dari segi wilayah yang terkadang melintasi batas wilayah administratif dari beberapa lingkungan pemerintah.

Bahwa dengan adanya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah maka daerah pun diberi kewenangan untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan secara optimal yang diikuti dengan pemberian sumber-sumber penerimaan yang cukup kepada daerah. Daerah diberi hak untuk mendapatkan sumber keuangan guna mempercepat proses pembangunan bagi terwujudnya kesejahteraan masyarakat.

(5)

Guna mendukung proses pembangunan, pemerintah yang bekerjasama dengan perangkat daerah memerlukan suatu peraturan. Peraturan daerah yang ditetapkan oleh kepala daerah setelah mendapat persetujuan dari DPRD dibuat sebagai salah satu pedoman dalam menjalankan kinerjanya secara sempurna. Peraturan daerah merupakan produk hukum dari pemerintah daerah. Keberadaan pemerintah daerah (otonom) adalah dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah yaitu untuk mengatur dan mengurus urusan rumah tangga daerahnya sendiri. Agar peraturan daerah dapat berfungsi dengan baik maka peraturan tersebut berdasarkan pada landasan filosofis, sosiologis, dan yuridis. Sehubungan di Kota Medan ada salah satu produk hukum daerah yaitu peraturan daerah tentang retribusi tempat rekreasi dan olah raga maka segala hal yang mengatur tentang pemungutan retribusi tempat rekreasi dan olah raga berpedoman pada perda ini. Perda tersebut digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan pemungutan retribusi yang terjadi di lapangan.

I. Perumusan Masalah

1. Bagaimana izin dalam perspektif hukum administrasi Negara?

2. Bagaimana Gambaran Umum Tempat Rekreasi Dan Olahraga Di Kota Medan?

3. Bagaimana Kendala-Kendala Yang Timbul Dalam Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 31 Tahun 2002 Tentang Retribusi Tempat Rekreasi Dan Olah Raga?

J. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Untuk mengetahui izin dalam perspektif hukum administrasi negara

2. Untuk mengetahui Gambaran Umum Tempat Rekreasi Dan Olahraga Di Kota Medan.

(6)

K. Keaslian Penulisan

Skripsi ini berjudul Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Medan No. 31 tahun 2002 Tentang Tempat Rekreasi Dan Olahraga Ditinjau dari Hukum Administrasi Negara. Berdasarkan penelusuran kepustakaan dan studi kasus sepanjang yang diketahui belum dilakukan penulisan, oleh karena itu penulisan ini asli. Bila ternyata terdapat skripsi yang sama dengan skripsi ini sebelum dibuat penulis bertanggungjawab sepenuhnya.

L. Tinjauan Kepustakaan

Sejak bergulirnya era reformasi, maka seluruh tatanan penyelenggaraan negara dan pemerintahan di negara kita menjadi berubah. Dalam era reformasi ini penyelenggaraan lebih ditonjolkan, sebagai upaya untuk mewujudkan masyarakat madani (civil society).

(7)

Peraturan Daerah merupakan kebijakan Pemerintah Daerah, untuk itu harus digunakan kebijakan publik yang baik. Menurut Syamsi kebijakan yang tepat adalah kebijakan yang berorientasi pada kepentingan masyarakat umum, namun tanpa mengorbankan wewenang yang dimiliki pemerintah, yakni kebijakan dalam keseimbangan yang optimal.3

Perda juga merupakan instrumen (sarana/alat) kebijakan publik karena pada dasarnya Perda adalah suatu keputusan yang mempunyai tujuan untuk memenuhi kepentingan masyarakat (public interest). Orientasnya adalah kepentingan publik, sehingga pada tataran konseptual kebijakan publik harus memiliki keberpihakan yang kuat terhadap kepentingan masyarakat dan berorientasi pada pelayanan kepentingan tersebut.

Perda merupakan produk hukum yang dibuat oleh pemerintah daerah (gubernur/bupati/walikota) bersama-sama dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) sebagai payung hukum dalam melaksanakan kebijakan-kebijakan pemerintah di daerah, baik di daerah provinsi, kabupaten maupun kota. Diharapkan melalui payung hukum ini, kebijakan pemerintah daerah akan lebih berpihak pada kepentingan masyarakat luas sehingga mutu kehidupan masyarakat lebih baik.

Retribusi adalah pungutan yang dilakukan sehubungan dengan sesuatu jasa atau fasilitas yang diberikan oleh pemerintah secara langsung dan nyata kepada pembayar. Retribusi merupakan pembayaran dari wajib retribusi kepada pemerintah karena adanya jasa tertentu yang diberikan oleh pemerintah bagi wajib retribusi secara perorangan atau dapat diartikan sebagai pemugutan pembayaran pemakaian karena memperoleh jasa pekerjaan, usaha atau milik pemerintah bagi yang berkepentingan karena jasa yang diberikan oleh pemerintah dan berdasarkan peraturan umum yang diberikan oleh pemerintah. Dapat ditarik kesimpulan bahwa retribusi adalah iuran kepada pemerintah yang dapat dipaksakan dengan jasa balik langsung yang dapat ditunjuk.

4

3

Ibnu Syamsi, Pokok-Pokok Kebijaksanaan, Perencanaan, Pemograman dan Penganggaran Pembangunan Tingkat Nasional dan Regional, (Jakarta : Rajawali, 1986), hal 79

4

(8)

Pemerintah sebagai lembaga yang berwenang untuk membuat keputusan yang berhubungan dengan kebijakan publik harus selalu memperhatikan kepentingan masyarakat.

Menurut High Heclo kebijakan (policy) adalah suatu arah kegiatan yang tertuju pada tercapainya beberapa tujuan. Selanjutnya dia mengatakan suatu kebijaksanaan akan lebih cocok dilihat sebagai suatu arah tindakan atau tidak dilakukannya suatu tindakan daripada sekedar sebagai suatu keputusan yang spesifik. Sedangkan Heinz Eulan dan Kenneth Prewitt memberikan definisi kebijakan dengan suatu perilaku dan dan berulangnya tindakan, baik oleh mereka yang membuatnya maupun oleh mereka yang harus mematuhinya.5

Bambang Sunggono dalam bukunya hukum dan kebijaksanaan publik menyebutkan bahwa kebijaksanaan public tidaklah hanya catatan, pikiran atau pendapat dari pejabat negara yang memiliki rakyat, akan tetapi harus mencerminkan opini publik dengan porsi yang sama tercermin dalam kebijaksanaan publik, setiap kebijaksanaan publik harus selalu berorientasi kepada kepentingan publik (public interest)

6

1. Kleijn, kebijaksanaan sebagai tindakan secara sadar dan sistematis dengan mempergunakan sarana-sarana yang cocok dengan tujuan politik yang jelas sebagai sasaran yang dijalankan selangkah demi selangkah.

Penggunaan istilah kebijaksanaan (policy) masih ditemui adanya keragaman. Beberapa ahli mengemukakan pendapat tentang kebijaksanaan antara lain :

2. Kuypers, kebijaksanaan sebagai suatu susunan dari ;

a) Tujuan-tujuan yang dipilih oleh administrator public baik untuk kepentingan diri sendiri maupun untuk kepentingan kelompok,

b) Jalan-jalan dan sarana-sarana yang dipilih olehnya dan c) Saat-saat yang mereka pilih.

5

Solicchin Abdul Wahab, Analisis Kebijaksanaan dari formulasi ke Implementasi Kebijaksanan Negara, (Jakarta : Bumi Aksara,2001), hal 3

6

(9)

3. Priend, kebijaksanaan dan hakekatnya adalah suatu posisi yang sekali dinyatakan akan mempengaruhi keberhasilan yang akan dibuat dimasa yang akan datang.

4. James E. Anderson, kebijaksanaan adalah serangkaian tindakan yang mempunyai tujuan tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh seorang pelaku atau sekelompok pelaku guna memecahkan masalah tertentu.7

Sementara Irfan Islami dalam bukunya prinsip-prinsip perumusan kebijaksanaan negara juga menggunakan istilah kebijaksanaan yang diartikan bermacam-macam.

Harold D Lasswel dan Abraham Kaplan member arti kebijaksanaan sebagai “a profected program of good, values and practices” (suatu program pencapaian tujuan, nilai-nilai dan praktek-praktek yang terarah)8

Keputusan kebijaksanaan adalah keputusan-keputusan yang dibuat oleh para pejabat pemerintah yang dimasksudkan untuk memberikan keabsahan, kewenangan, atau memberikan arah terhadap pelaksanaan kebijaksanaan Negara.

Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan suatu pemahaman bahwa kebijakan/kebijaksanaan publik adalah merupakan suatu keputusan yang diputuskan dan dilaksanakan oleh pemerintah yang berwenang untuk mewujudkan kepentingan rakyat.

Kebijakan pemerintah secara praktis dapat diperinci dalam beberapa kategori antara lain: policy demand (tuntutan kebijaksanaan), policy decisions

(keputusan-keputusan kebijaksanaan), policy statement (pertanyaan kebijaksanaan), policy output (keluaran kebijaksanaan), policy out comes (hasil akhir kebijaksaan).

Tuntutan kebijaksaan tuntutan atau desakan yang ditujukan kepada pejabat-pejabat pemerintah yang dilakukan oleh aktor-aktor lain baik swasta maupun kalangan pemerintah sendiri, untuk melakukan tindakan tertentu atau tidak melakukan tindakan terhadap suatu persoalan.

7

Ibid. hal 13-14

8

(10)

Termasuk di dalamnya membuat keputusan-keputusan untuk menciptakan ketentuan-ketentuan dasar atau menafsirkan terhadap undang-undang.

Pernyataan kebijaksanaan adalah pernyataan resmi atau penjelasan mengenai kebijaksanaan Negara. Termasuk dalam hal ini adalah Ketetapan-Ketetapan MPR, Keputusan Presiden, Peraturan Daerah.

Keluaran kebijaksanaan adalah merupakan wujud dari kebijaksanaan Negara yang paling dapat dilihat dan dirasakan karena menyangkut hal-hal yang senyatanya dilakukn untuk merealisasikan apa yang telah digariskan dalam keputusan-keputusan. Secara singkat keluaran kebijaksanaan ini adalah menyangkut apa yang telah dikerjakan pemerintah.

Hasil akhir kebijaksanaan adalah akibat atau dampak yang benar-benar dirasakan oleh masyarakat. Baik yang diharapkan maupun yang tidak diharapkan sebagai suatu konsekuensib dari tindakan atau tidak dilakukannya suatu tindakan oleh pemerintah dalam masalah tertentu.9

a. Teori Inkrimental (Incremental Theory)

Ada beberapa teori yang berkaitan dengan proses pengambilan kebijaksanaan pemerintah antara lain.

Teori Inkrimental diperkenalkan oleh Charles E. Lindblom dalam karyanya The Science of Mudding Through yang memandang kebijaksanaan Negara sebagai suatu kelanjutan kegiatan-kegiatan pemerintah dimasa lalu dengan hanya mengubahnya atau memodifikasinya sedikit-sedikit yang disesuaikan dengan kepentingan saat ini. Dalam hal ini karena para pembuat keputusan dipandang sebagai administrative man yang mempunyai keterbatasan-keterbatasan tentang waktu, pengetahuan, kecakapan, biaya, system dan sebagainya sehingga tidak mampu menganalisa semua nilai-nilai serta tujuan yang ada dalam masyarakat. Keseluruhan alternatif-alternatif kebijaksanaan beserta konsekuensi-konsekuensinya, menilai rasio biaya dan keuntungan secara detail dan seterusnya.

Keputusan dengan model Incremental sangat menekankan pada perumusan kebijaksanaan secara berkelanjutan yang dibuat tidak sekali untuk

9

(11)

semua (once and for all) yang masih mengalami banyak kekurangan tenaga ahli dan dana serta memerlukan waktu yang cepat untuk mengejar ketertinggalan-ketertinggalan dalam perkembangan dan pembangunan sebagaimana dinyatakan Ralp Huitt (dalam Henry), “what is most feasible is incremental”, (apa yang paling memungkinkan untuk berhasil adalah incremental).10

b. Teori Kelompok

Menurut David B. Truman dalam bukunya The Govermental Process

menyebutkan bahwa interaksi diantara kelompok-kelompok adalah merupakan kenyataan politik. Individu-individu dengan kepentingan yang sama meningkatkan baik secara formal maupun informal kedalam kelompok kepentingan yang dapat mengajukan dan memaksakan kepentingan-kepentingan kepeda pemerintah.

Pengertian kelompok kepentingan adalah suatu kelompok yang memiliki sikap yang sama yang mengajukan tuntutan-tuntutan terhadap kelompok lain di dalam masyarakat, kelompok kepentingan itu akan mempunyai arti politis kalau kelompok kepentingan itu mengajukan tuntutan terhadap pemerintah. Dalam teori kelompok kebijaksanaan pemerintah merupakan perimbangan (equilibrium) yang dicapai sebagi hasil perjuangan kelompok. Upaya untuk menjaga perimbangan tersebut maka peranan sistem politik adalah menengahi konflik yang terjadi diantara kelompok-kelompok tersebut dengan membuat aturan-aturan yang harus dipatuhi oleh kelompok-kelompok yang ada dalam masyarakat. Oleh sebab itu menjadi tugas sistem politik untuk mengadakan peraturan guna jalannya persaingan dan perjuangan antara kelompok masyarakat itu, mewujudkan kompromi tersebut dalam bentuk kebijakan pemerintah dan memaksakan berlakunya kebijakan itu pada semua pihak.

c. Teori Substantif dan Prosedural (Procedural and Substantive Theory)

Salah satu kategori model kebijaksanaan publik menurut James E. Anderson dalam bukunya Public Policy Making adalah kategori substantive policies atau procedural policies. Hal yang menjadi tekanan dari substantive policy adalah adanya pokok masalah (subject matter) kebijaksanaan, sementara

10

(12)

procedural policy merupakan kebijaksanaan tentang siapa atau pihak-pihak mana saja yang terlibat dalam perumusan kebijaksanaan publik serta cara bagaimana kebijaksanaan publik tersebut diimplementasikan.

d. Teori Kelembagaan

Teori ini adalah peranan lembaga pemerintah, yang didasarkan pada tiga ciri pokok. Pertama, hanya pemerintahan yang dapat memberi kekuatan hukum pada setiap kebijakan yang diambil. Kedua, hanya pemerintahlah yang mempunyai kewenangan dan kekuatan untuk memberlakukan suatu kebijakan kepada seluruh rakyat. Ketiga, pemerintahlah yang dapat memaksakan berlakunya kebijakan pada masyarakat.

Teori untuk membahas kebijakan Pemerintah Daerah yang berupa Perda Retribusi Tempat Pelelangan Ikan adalah teori incremental dan kelembagaan, karena pembuatan Perda Retribusi Tempat Pelelangan Ikan ini meneruskan kebijakan-kebijakan pemerintah dahulu. Demikian halnya dalam implementasi kebijaksanaan tersebut tetap melibatkan unsur-unsur yang terlibat dalam merumuskan Perda tersebut, sehingga diharapkan dapat secara optimal di laksanakan di lapangan. Begitu juga pembuatan Perda Retribusi Tempat Pelelangan Ikan disyahkan oleh lembaga yang berwenang.

M.Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian adalah penelitian yuridis empiris dalam mengumpulkan fakta-fakta sosial atau permasalahan hukum secara terstruktur dan materi hukum positif dapat diperoleh dari kegiatan mempelajari bahan-bahan hukum terkait.11 2. Sumber Data

Sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data Sekunder adalah data normative terutama yang bersumber dari perundang-undangan.12

11

Bahder Johan Nasution. Metode Penelitian Ilmu Hukum (Bandung :Mandar Maju. 2008), hal 174

12

Abdul Khadir Muhammad. Hukum dan Penelitian Hukum.(Bandung : Citra Aditya Bakti. Bandung. 2004), hal 52

(13)

Didalam penelitian ini menggunakan:

a. Bahan hukum primer, merupakan bahan hukum yang bersifat autoratif artinya mempunyai otoritas. Bahan-bahan hokum primer terdiri dari Perundang-undangan, catatan resmi atau risalah dalam pembuatan Perundang-undangan dan Putusan putusan Hakim.13

b. Bahan hukum sekunder yaitu berupa semua publikasi tentang hukum yang bukan merupakan dokumen-dokumen resmi14

3. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian akan diperoleh melalui data primer dan data sekunder dengan mengunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

a. Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat dan terdiri dari Undang-Undang Dasar 1945 dan Peraturan Daerah Kota Medan No. 31 Tahun 2002 tentang retribusi tempat rekreasi dan olah raga

b. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh melalui buku-buku teks, karena buku teks berisi mengenai prinsip-prinsip dasar ilmu hukum dan pandangan-pandangan klasik para Sarjana yang mempunyai kualifikasi tinggi, didalam memilih buku teks ini, sekali lagi perlu dikemukakan bahwa mengingat Indonesia bekas jajahan Belanda sangat dianjurkan kalau buku teks yang digunakan adalah, buku teks yang ditulis oleh penulis dari Eropa Kontinental dan bukubuku teks yang ditulis oleh penulis Anglo Amerika. Di dalam ilmu hukum, buku-buku teks terdapat pada buku-buku mengenai Jurisprudence. Disamping buku teks bahan huum sekunder dapat berupa tulisan-tulisan tentang hukum baik dalam bentuk buku ataupun jurnal-jurnal.15

4. Analisis Data

Analisis hasil penelitian berisi uraian tentang cara-cara analisis yang menggambarkan bagaimana suatu data dianalisis dan apa manfaat data yang terkumpul untuk dipergunakan dalam memecahkan masalah penelitian.

13

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum. Jakarta Kencana. 2008. hal 141

14

Abdul Khadir Muhammad, Op. Cit. hal 141

15

(14)

Berdasarkan prosedur pengumpulan bahan hukum yang diperoleh, analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif yang diawali dengan mengelompokkan data dan informasi yang sama menurut sub aspek dan selanjutnya melakukan penafsiran atau pemberian pendapat untuk memberi makna terhadap tiap sub aspek dan hubungannya satu sama lain. Kemudian setelah itu menganalisis keseluruhan aspek untuk memahami makna hubungan antara aspek yang satu dengan aspek yang lain dan dengan keseluruhan aspek yang menjadi pokok permasalahan penelitian yang dilakukan secara induktif sehingga memberikan gambaran hasil secara utuh, dengan demikian penelitian menjadi lebih fokus dan tertuju pada masalah.16

N. Sistematika Penulisan

Dalam skripsi yang berjudul Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Medan No. 31 Tahun 2002 tentang Tempat Rekreasi dan Olahraga Ditinjau dari Hukum Administrasi Negara, sistematika penulisannya adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Berisikan mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, keaslian penelitian, tinjauan kepustakaan, metode penelitian dan sistematika penulisan

BAB II IZIN DALAM PERSPEKTIF HUKUM ADMINISTRASI N NEGARA

Pada bab ini akan membahas Pengertian Izin, Proses Mendapatkan Izin dan Fungsi Pemberian Izin

BAB III GAMBARAN UMUM TEMPAT REKREASI DAN OLAHRAGA DI KOTA MEDAN

Dalam bab ini akan membahas mengenai profil kota Mdan, pengertian tempat rekreasi dan olahraga, peraturan daerah tempat rekreasi dan olahraga dan penegakan hukum terhadap tempat rekreasi dan olahraga.

16

(15)

BAB IV KENDALA-KENDALA YANG TIMBUL DALAM

PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NOMOR 31 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT REKREASI DAN OLAH RAGA

Berisikan Kendala dalam Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Medan No. 31 Tahun 2002 Tentang Tempat Rekreasi dan Olahraga dan Upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan dalam pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 31 Tahun 2002 Tentang Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah Raga

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Referensi

Dokumen terkait

Further testing was then performed within BLUH in order to determine the optimal set of additional parameters, compensating for systematic image errors and impact upon object

UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2014 DAN 2013 PEMERINTAH KABUPATEN KERINCI.. Urusan Pemerintahan : 1

In this study, the feasibility of time lapse terrestrial photogrammetry for glaciological applications was demonstrated. The cost effectiveness of the technique coupled with

UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2014 DAN 2013 PEMERINTAH KABUPATEN KERINCI.. Urusan Pemerintahan : 2

Aplikasi Game Memory yang dibuat oleh penulis diharapkan bisa dimainkan oleh semua kalangan mulai dari anak-anak, remaja sampai dewasa yang digunakan sebagai game hiburan yang

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik

UNIT PELAKSANA TEKNIS BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN. BPTP Sulawesi

Pada website ini seorang user dapat mengambil materi-materi yang beerhubungan dengan bahasa SQL dan menguji kemampuannya yang berkaitan dengan bahasa SQL selain itu, setiap user