1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia, terdiri dari lebih 17.000 buah pulau besar dan kecil, dengan panjang garis pantai mencapai hampir 81.000 km yang dilindungi oleh ekosistem terumbu karang, ekosistem padang lamun dan ekosistem mangrove. Luas ekosistem terumbu karang Indonesia diperkirakan mencapai 75.000 km2 yaitu sekitar 12% sampai 15% terumbu karang dunia. Dengan ditemukannya 362 spesies scleractinia (karang batu) yang termasuk dalam 76 negara, Indonesia merupakan episenter dari sebaran karang batu dunia (Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia, 2012).
Ekosistem terumbu karang merupakanekosistem yang paling produktif di lautan.Hal inimenjadikan terumbu karang memiliki potensikeragaman jenis biota yang tinggi dan bernilaiekonomis penting.Terumbu karang menjadi habitatikan-ikan karang, seperti habitatikan-ikan Kerapu, habitatikan-ikan KakapMerah dan habitatikan-ikan Napoleon, habitatikan-ikan hias laut, Teripangdan Kima.Potensi terumbu karang juga memberikanjasa lingkungan karena keindahan yang dimilikinyadan sekaligus sebagai sumberdaya industri ekowisatakelautan.Namun potensi sumberdaya terumbukarang di Indonesia semakin menurun dan terancamrusak.Kerusakan terumbu karang di Indonesiadiindikasikan terutama sebagai akibat aktivitasmanusia.Praktek penangkapan ikan yang tidak ramahlingkungan, seperti pemboman, pembiusan danpenggunaan racun oleh nelayan di sekitar terumbukarang.Penambangan karang dan pasir juga turutandil dalam eksploitasi
2
sumberdaya ekosistemterumbu. Perusakan ini menjadi kekhawatiran akan punahnya biota laut di pulau kecil dan terganggunyakeseimbangan ekologi yang selanjutnya berpengaruh terhadap berkurangnya populasi ikan (Indarjo, dkk., 2004).
Perairan Pulau Mursala Kabupaten Tapanuli Tengah Provinsi Sumatera Utara memiliki terumbu karang yang eksotik, sehingga berpotensi untuk kegiatan wisata bahari, dan daerah penangkapan jenis-jenis ikan karang .Untuk mencegah kerusakan, perlu diatur daerah penangkapan ikan yang diperbolehkan serta daerah dimana kapal-kapal penangkap ikan boleh melabuhkan kapalnya.
Pengembangan pariwisata dikawasan Pulau Mursala harus mengikuti kaidah–kaidah ekologis, khususnya tingkat pembangunan secara keseluruhan tidak boleh melebihi daya dukung (carring capacity) suatu pulau.Dampak negatif pembangunan (cross–sectoral impacts) hendaknya ditekan seminimal mungkin sesuai dengan kemampuan ekosistem pulau tersebut untuk menenggangnya (Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Utara, 2012).
Pulau Janggi di Kecamatan Tapian Nauli Kabupaten Tapanuli Tengah Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu bagian dari Pulau Mursala. Mengingat banyaknya penurunan persentase tutupan karang di Indonesia, penulistertarik untuk melakukan analisis tutupan karang di Pulau Janggi pada saat sekarang dan membandingkannya dengan data tahun sebelumnya, agar dapat menjadi bahan acuan dan bahan pertimbangan bagi pihak dalam pengelolaan Pulau Mursala secara berkelanjutan.
3
Rumusan Permasalahan
Ekosistem pesisir Pulau Janggi memiliki hamparan terumbu karang yang berpotensi untuk kegiatan perikanan dan pariwisata bahari.Tekanan terhadap sumberdaya terumbu karang akibat aktivitas manusia dapat menyebabkan degradasi terumbu karang.Untuk melihat kodisi terumbu karang dan jenis ikan karang yang ada di Pulau Janggi maka perlu dilakukan pengamatan secara mendalam, sehingga rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Berapa persentase tutupan karang di Pulau Janggi? 2. Bagaimana kondisi terumbu karang di Pulau Janggi?
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalahsebagai berikut.
1. Mengetahui persentase tutupan karang di Pulau Janggi.
2. Mengetahui kondisiekosistem terumbu karang di Pulau Janggi.
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai bahan informasi dalam pengelolaan lingkungan pesisir khususnya terumbu karang dan sebagai referensi dalam bidang pengelolaan lingkungan pesisir.
4
Kerangka Pemikiran
Pulau Janggi merupakan bagian dari Pulau Mursala yang memiliki potensi kegiatan pariwisata dan perikanan.Analisis tutupan karang merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui persentase lifeform karang yang terdapat di suatu perairan dan selanjutnya dapat di tentukan kondisi karang hidup yang ada di perairan tersebut.Oleh sebab itu perlu dilakukan analisis tutupan karang untuk mengetahui kondisi karang hidup yang ada di Pulau Janggi agar diketahui cara pengelolaan yang tepat untuk masa yang akan datang oleh pihak terkait. Kelimpahan ikan karang juga menentukan baik tidaknya suatu ekosistem terumbu karang sehingga perlu diketahui bagaimana kelimpahan ikan karang di Pulau Janggi.Kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian Kondisi Ekosistem
Terumbu Karang
Kegiatan Wisata Bahari Kegiatan Perikanan
Ekosistem Pesisir Pulau Janggi
Tutupan Karang Jenis Karang
Terumbu Karang
Pengelolaan Terumbu Karang Berkelanjutan
BAIK BURUK