• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identifikasi Potensi dan Strategi Pengembangan Produk Ekowisata (Studi Kasus Taman Wisata Iman (TWI), Sitinjo, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Identifikasi Potensi dan Strategi Pengembangan Produk Ekowisata (Studi Kasus Taman Wisata Iman (TWI), Sitinjo, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara)"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

berguna untuk dapat mengembangkan wisata tersebut dengan strategi yang tepat.

3. Bagi Program Studi Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis, yaitu untuk bahan referensi, menambah wawasan dan ilmu untuk Mahasiswa/I di Jurusan Administrasi Bisnis FISIP-USU.

BAB II

KERANGKA TEORI

2.1 Pariwisata

(2)

awalnya mengenal pariwisata dengan mempergunakan bahasa asing yaitu “tourisme”. Perubahan istilah “tourisme” menjadi “pariwisata” pertama kali dikemukakan secara

resmi oleh Prof. Priyano (Alm), ketika dilangsungkan Musyawarah Nasioal Pariwisata II di Tretes Jawa Timur pada tanggal 12 s/d 14 Juni 1958 (Kamus Bahasa Indonesia di www.google.com). Atas keputusan tersebut, maka selanjutnya istilah “Dewan Tourisme” Indonesia dirubah menjadi Dewan Pariwisata Indonesia

(DEPARI).

Pada tahun 1960, DEPARI ditetapkan sebagai satu-satunya penanggung jawab dan menyelenggarakan segala jenis pariwisata. Bersama-sama dengan bagian kementrian perhubungan ditetapkan sebagai Biro Eksekutif untuk melaksanakan kebijakan pemerintah dibidang kepariwisataan.

2.1.1 Definisi Pariwisata

Pengertian pariwisata secara lengkap dapat dilihat dalam Undang-undang Republik Indonesia No. 9 tahun 1990 tentang kepariwisataan dalam pasal 1 menyatakan:

a. Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk meikmati oyek dan daya tarik wisata.

b. Wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata.

(3)

d. Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata.

e. Usaha pariwisata adalah kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan jasa pariwisata atau menyediakan atau mengusahakan oyek dan daya tarik wisata, usaha sarana pariwisata, dan usaha lain yang terkait di bidan tersebut.

f. Obyek dan daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata.

g. Kawasan wisata adalah kawasan dengan luas tertentu yang dibangun atau disediakan untuk memeuhi kebutuha pariwisata.

Sedangkan pendapat para ahli mengenai pariwisata dapat dilihat berikut ini. Pariwisata adalah lalu-lintas orang-orang yang meninggalkan tempat kediamannya untuk sementara waktu, untuk berpesiar ditempat lain, semata-mata sebagai konsumen dari buah hasil perekonomian dan kebudayaan, guna memenuhi kebutuhan hidup dan budayanya atau keinginan yang beraneka ragam dari pribadinya menurut Kurt Morgenroth (Suwardjoko, 2007:6).

Menurut McIntosh, Goeldner& Ritchie, 1995 (Indira, 2007:6) bahwa pariwisata adalah kegiatan perjalanan seseorang ke dan tinggal di tempat lain di luar lingkungan tempat tinggalnya untuk waktu kurang dari satu tahun terus-menerus, dengan maksud bersenang-senang, berniaga dan keperluan-keperluan lainnya.

Kemudian Prof. Salah Wahab (Yoeti, 1983:106), dalam bukunya berjudul “An

(4)

yaitu daerah atau ruang lingkup tempat melakukan perjalanan, dan waktu (time), yakni waktu yang digunakan selama dalam perjalanan dan tinggal di daerah tujuan wisata.

Jadi secara umum, Pariwisata adalah berbagai bentuk kegiatan wisata sebagai kebutuhan dasar manusia yang diwujudkan dalam berbagai macam kegiatan yang dilakukan oleh wisatawan, didukung berbagai fasilitas dan pelayanan disediakan oleh masyarakat, pengusaha, dan pemerintah.

Pendit (2006:38) merinci penggolongan pariwisata menjadi 13 jenis wisata antara lain wisata budaya, wisata kesehatan, wisata olah raga, wisata komersil, wisata industri, wisata politik, wisata konvensi, wisata sosial, wisata pertanian, wisata maritim (marina) atau bahari, wisata cagar alam, wisata buru, wisata pilgrim, wisata bulan madu.

2.1.2 Komponen Pariwisata

Ada beberapa komponen dasar yang harus dipertimbangkan dalam priwisata sesuai dengan kondisi lingkungan setempat dan sesuai sasaran yang akan dituju. George McIntyre (1993), menyatakan bahwa komponen dasar pariwisata terdiri dari: a. Atraksi dan Kegiatan Wisata yang Menjadi Obyek/ Daya Tarik Wisata

(5)

melaksanakan wisata. Adapun yang menjadi unsur atraksi wisata terdiri dari tiga daya tarik, yaitu:

 Sesuatu yang bersifat alami, atas dasar fitur lingkungan alam, misalnya keadaan ekologi lingkungan, suasana alam pedesaan, suasana pegunungan, pemandangan pantai, flora dan fauna langka.

 Sesuatu yang merupakan hasil budaya yang berupa produk fisik, misalnya: tempat ritual keagamaan, bangunan makam, kuliner, museum, candi, monument, bangunan bersejarah, dll.

 Sesuatu yang berupa perilaku/ kegiatan manusia yang dikemas secara khusus sebagai atraksi wisata, misalnya: gaya hidup, pelaksanaan ritual agama, keidupan keseharian masyarakat.

b. Fasilitas Akomodasi dan Pelayanannya

Keberadaan fasilitas akomodasi ini sangat penting, yakni untuk memberikan pelayanan terhadap wisatawan yang membutuhkan tempat tinggal sementara (hotel, motel, guess houses, losmen, penginapan) selama berada di daerah tujuan wisata atau selama mengujungi suatu obyek wisata.

c. Fasilitas Transportasi dan Pelayanannya

(6)

d. Sumberdaya Manusia

Sumberdaya manusia dapat berperan sebagai pelaku pariwisata maupun pengelola usaha priwisata, misalnya: sebagai wisatawan, sebagai penjual jasa pelayanan terhadap wisatawan, maupun sebagai pengembang dan pengelola industri pariwisata.

e. Fasilitas Pelayanan Lainnya

Unsur ini berperan sebagai sarana untuk meningkatkan pelayanan kepada wisatawan, misalnya: pusat informasi pariwisata, jaringan komunikasi, took retail, penjualan souvenir, fasilitas air bersih, pelayanan jasa pos,dll. yang fungsinya untuk mendukung pelayanan pada wisatawan.

f. Unsur-unsur Institusional

Unsur ini meliputi: program pemasaran dan promosi, kebijakan tentang pariwisata, peraturan lain yang terkait dengan pariwisata, struktur organisasi pariwisata publik maupun swasta, kebijakan mengenai pemberian insentif bagi investor di bidang pariwisata, program pendidikan dan pelatihan pariwisata, program lingkungan, program sosioekonomis,dll.

Dari keenam komponen yang diungkapan oleh George tersebut, Burkart dan Medlik (dalam Wardiyanto, 2011:26) merangkum dalam empat (4) komponen, yaitu:

Atraction (atraksi wisata)

Aksesbilitas (infrastuktur transportasi)

(7)

Accelary (kelembagaan)

2.1.3 Kawasan Wisata

Pengertian kawasan berasal dari bahasa Sansekerta, kawaśan yang berarti daerah. Sedangkan waśa artinya wewenang, kuasa. Di dalam wikipedia dijelaskan daerah yang memiliki ciri khas tertentu atau berdasarkan pengelompokan fungsional kegiatan tertentu (http://id.wikipedia.org).

Berdasarkan Undang- Undang Republik Indonesia No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau budi daya. Undang- Undang No. 10 tahun 2009 disebutkan dengan istilah Kawasan Strategis Pariwisata, terdapat dalam pasal 1 menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan Kawasan Strategis Pariwisata adalah kawasan yang memiliki fungsi utama pariwisata atau memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata yang mempunyai pengaruh penting dalam satu atau lebih aspek, seperti pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, pemberdayaan sumber daya alam, daya dukung lingkungan hidup, serta pertahanan dan keamanan.

(8)

hidup dalam masyarakat; kelestarian budaya dan lingkungan hidup; kelangsungan usaha pariwisata; tata ruang; rencana induk pembangunan pariwisata daerah.

Kawasan wisata dibagi dalam dua konsep dasar yaitu kawasan pariwisata murni dan kawasan pariwisata terbuka.

 Kawasan pariwisata murni adalah kawasan yang seluruh lahan diperuntukkan bagi pengembangan dan pembangunan sarana dan prasarana pariwisata.  Kawasan pariwisata terbuka adalah kawasan yang bobot utamanya untuk

pengembangan pariwisata, yang dapat pula digunakan untuk kegiatan lain, seperti pemukiman, hutan, perkebunan, pertanian, perindustrian (Ismayanti, 2010: 145).

Berdasarkan pengertian dan konsep kawasan pariwisata di atas dapat dikatakan bahwa Taman Wisata Iman dapat digolongkan kawasan pariwisata murni, karena kegiatan yang ada di dalam kawasan merupakan hal-hal yang seluruhnya berkaitan dengan wisata seperti perjalanan wisata, akomodasi, fasilitas, dan penjualan souvenir.

2.1.4 Potensi Wisata

Potensi wisata menurut Mariotti (Suwardjoko 2007:50) adalah segala sesuatu yang terdapat di daerah tujuan wisata,dan merupakan daya tarik agar orang-orang mau datang berkunjung ke tempat tersebut.

(9)

1. Potensi Alam

Potensi alam adalah keadaan dan jenis flora dan fauna suatu daerah, bentang alam daerah, misalnya pantai, hutan, dll. (keadaan fisik suatu daerah).

2. Potensi Kebudayaan

Potensi kebudayaan adalah semua hasil cipta, rasa dan karsa manusia baik berupa adat istiadat kerajinan tangan, kesenian, peninggalan bersejarah berupa bangunan, monument, dll.

3. Potensi Manusia

Manusia juga memiliki potensi yang dapat digunakan sebagai daya tarik wisata, lewat pementasan tarian/ pertunjukan dan pementasan seni budaya suatu daerah.

2.2 Pengembangan Produk

2.2.1 Pengembangan Produk Wisata

Kotler dan Amstrong (1997:317) berpendapat produk sebagai sesuatu yang ditawarkan kepada konsumen atau pangsa pasar untuk memuaskan kemauan dan keinginan termasuk di dalam obyek fisik, layanan, SDM yang terlibat dalam organisasi dan terobosan atau ide-ide baru.

(10)

rangkaian perjalanan tersebut dapat memberikan pengalaman yang baik bagi orang yang melakukan perjalanan atau yang menggunakan produk tersebut.

Menurut Kotler (2003:408) produk wisata dibagi menjadi empat (4) tingkatan, yaitu, produk inti (core product) yang menjadi sasaran utama wisatawan dalam melakukan kegiatan wisata, produk penunjang (facilitating product) berupa barang atau jasa yang harus tersedia apabila wisatawan menggunakan produk inti, produk pendukung (supporting product) yang berfungsi untuk meningkatkan nilai produk inti, dan tingkatan yang terakhir adalah produk tambahan (augmented product) merupakan citra/image keseluruhan dari tingkatan produk.

Keempat tingkatan tersebut sangat erat kaitannya dengan packaging yang merupakan kombinasi dari pelayanan dan daya tarik wisata yang saling berkaitan, programming yang merupakan pengembangan aktivitas tertentu acara, atau program untuk meningkatkan niat konsumsi wisatawan terhadap wisata, people merupakan sumber daya manusia pengelola jalannya wisata, dan partnership atau kemitraan

Assaury (Rendi 2015:22) mengatakan bahwa pengembangan produk (product development) adalah suatu kegatan atau aktifitas yang dilakukan dalam menghadapi

kemungkinan perubahan suatu produk ke arah yang lebih baik sehingga dapat memberikan daya guna maupun daya pemuas lebih besar.

(11)

Pengembangan produk wisata adalah usaha dalam menghadapi perubahan produk wisata ke arah yang lebih baik dalam meningkatkan daya tarik wisatawan, baik dala peninngkatan pelayanan, desain wisata, fasilitas, dll.

Dalam pengembangan produk wisata perlu mempertimbangkan (Ali Hasan 2015:127):

 Dalam kondisi tertentu, pengembangan produk dilakukan dari produk yang sudah ada, dengan lebih menekankan pada style, tampilan produk dan nilai tambah untuk meningkatkan daya tarik yang lebih besar, daripada membuka destinasi baru.

 Pengembangan produk harus mempertimbangkan partisipasi masyarakat lokal, budaya, karakter ikatan sosial, dan lingkungan alam. Manajemen dan masyarakat lokal dapat menikmati keuntungan dari pariwisata dalam keselarasan dengan budaya, sosial, dan lingkungan setempat.

 Kerja sama antar unit daerah, dikoordinasikan dengan dukungan teknologi informasi dan komunikasi untuk merangsang apresiasi terhadap pentingnya pengembangan produk untuk kepentingan masyarakat local secara keseluruhan.

 Situasi dan tren pariwisata dipertimbangkan, karena akan menjadi faktor penentu permintaan pasar.

(12)

Produk wisata dapat berkembang dengan baik jika mampu memenuhi kebutuhan wisatawan. Abraham Maslow (Wardiyanto 2011:8) menyatakan motivasi wisatawan melakukan perjalanan adalah sebagai berikut:

 Motivasi Fisik: memperoleh sesuatu yang berhubungan dengan hasrat untuk mengembalikan kondisi fisik, istirahat, santai, olahraga atau pemeliharaan kesehatan.

 Motivasi Kultural: untuk melihat dan mengetahui kependudukan dan kebudayaan daerah wisata yang dituju.

 Motivasi Interpersonal: untuk melarikan diri dari kesibukan rutin sehari-hari.  Motivasi Status dan Harga Diri: untuk menunjukkan kedudukan, status dalam

masyarakat tertentu demi prestige pribadinyadan ada kalanya dihubungkan dengan perjalanan bisnis, dinas, pendidikan, profesi, hobi, dan lain-lain. Beberapa hal penting dalam pengembangan produk wisata terkait wisatawan (Ali Hasan 2015:161) adalah sebagai berikut:

1. Penyesuaian Produk dengan Pengalaman Wisatawan

Memahami krakteristik sikap dan preferensi wisatawan terhadap produk-produk wisata yang berbeda satu sama lain berdasarkan hal berikut:

Unvisitors or unexperienced visitors

(13)

First time visitors

Tipe ini merupakan wisatawan yang berkunjung untuk pertama kali dan masih sensitif terhadap harga. Pihak wisata sulit untuk mengomunikasikan kualitas produk dan hanya bergantung pada harga untuk bisa meenjual produk wisata. Keunikan perlu diberitahukan kepada wisatawan tipe ini, karena pada umumnya mereka masih minim pengetahuan, agar di lain kesempatan memiliki niat berkujung kembali.

Repeat visitors

Wisatawan ini merupakan pengunjung ulang yang biasanya adalah para wisatawan yang mendukung produk dan pengembangan produk tersebut. Wisatawan ini cenderung lebih menghargai keunikan karakteristik suatu destinasi.

2. Penawaran Daya Saing Produk

Tidak ada pilihan lain untuk menarik wisatawan, selain membuat produk wisata tersebut memiliki nilai tambah yang lebih strategis dibanding dengan wisata lain, memiliki nilai tawar yang lebih unggul dari yang lainnya baik produk alami maupun produk buatan, dan ragam budaya.

3. Inovasi Produk Wisata

(14)

4. Perbedaan Produk

Hanya produk wisata unik yang dapat menemukan cara untuk membedakan diri dari produk wisata lain dan wisatwan mengakui keunggulannya. Keunikan produk yang khas, pelayanan yang baik sesuai kebutuhan wisatawan akan mudah diingat sehingga dalam pengembangan produk juga semakin tertata sesuai target. b. Kebijakan Pariwisata Sebagai Industri

Dalam perspektif industri pariwisata, menurut Soetomo WE (2011: 20), “sektor kepariwisataan tingkat keberhasilan pembangunannya banyak bergantung

pada komponen dan variabel yang lain dari pada pembangunan pada umumnya”.

Artinya, tingkat keberhasilan pembangunan kepariwisataan banyak bergantung pada partisipasi sektor yang lain, misalnya sektor perhubungan, sektor lingkungan, sektor pendidikan, sektor sosial, sektor ekonomi, hankam, agama dan sektor – sektor yang yang lainnya, baik formal maupun non formal. Sehingga dalam industri pariwisata dihindari egoisme sektoral. Pendapat Soetomo WE (2011:15), tentang pembangunan kepariwisataan mendasarkan pemahaman tidak boleh digarap secara parsial, akan tetapi harus integral, menghindari egoisme sektoral, dan arogansi institusional serta perlunya sinkronisasi dan koordinasi menjadi pemikiran baru pada pembangunan kepariwisataan.

(15)

tujuan wisata dan pasar wisatawan (permintaan), baik aktual maupun potensial kemudian dilakukan suatu analisis terhadap kedua aspek tersebut agar tercapai.

Konsep pendekatan kesesuaian antara permintaan dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 2.1 Konsep Pendekatan Kesesuaian Penawaran dan Permintaan Sumber: Rendi Redona (Skripsi, 2015:22)

2.2.2 Siklus Hidup Produk

Pada dasarnya setiap produk memiliki siklus hidup mulai awal produk tersebut diciptakan, adapun siklus hidup produk menurut Kotler dan Amstrong (1997:324), yaitu:

 Pengembangan produk: diawali ketika perusahaan menemukan dan mengembangkan gagasan produk baru.

 Perkenalan: masa pertumbuhan penjualan yang lambat ketika produk diperkenalkan di pasar.

(16)

 Kedewasaan: masa pertumbuhan penjualan yang melambat karena produk telah diterima oleh sebagian besar pembeli potensial, umumnya pada tahap ini menahan serangan produk pesaing.

 Penurunan: masa ketika penjualan dan laba merosot.

2.3 Strategi

2.3.1 Definisi Strategi

Strategi adalah turunan dari bahasa Yunani yaitu strat gos yang artinya adalah komandan perang dalam jaman tersebut. Adapun pada pengertiannya saat ini, strategi adalah rencana jangka panjang dengan diikuti tindakan-tindakan yang diitujukan untuk mencapai tujuan yang umumnya adalah “kemenangan”.

Menurut Glueck dan Jauch (1998:12), strategi adalah rencana yang disatukan, luas dan berintegrasi yang menghubungkan keunggulan strategis perusahaan dengan tantangan lingkungan, yaitu dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama dari perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh organisasi. sehingga dapat disimpulkan pengertian strategi secara umum dan khusus, yaitu:

 Pengertian umum: Strategi adalah proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai.

(17)

Dari uraian diatas diketahui bahwa strategi memiliki beberapa sifat, yaitu, menyatukan seluruh bagian-bagian dalam organisasi (menyatu/unified), mencakup seluruh aspek organisasi (menyeluruh/comprehesif) , dan seluruh strategi akan cocok/ sesuai seluruh bagian organisasi (integral/integrated).

2.3.2 Tipe-tipe Strategi

Pada prinsipnya strategi dapat dikelompokkan berdasarkan tiga tipe strategi, yaitu strategi manajemen, strategi investasi, dan strategi bisnis (Rangkuti, 2014:7).

1. Strategi Manajemen

Strategi manajemen meliputi strategi yang dapat dilakukan oleh manajemen dengan orientasi pengembangan strategi secara makro. Misalnya, strategi pengembangan produk, strategi penerapan harga, strategi akuisisi, strategi pengembangan pasar, strategi mengenai keuangan, dan sebagainya.

2. Strategi Investasi

Strategi ini merupakan kegiatan yang berorientasi pada investasi. Misalnya, apakah perusahaan ingin melakukan strategi pertumbuhan yang agresif atau berusaha mengadakan penetrasi pasar, strategi bertahan, strategi pembangunan kembali suatu divisi baru atau strategi divestasi, dan sebagainya.

3. Strategi Bisnis

(18)

2.3.4 Jenis-jenis Strategi

Menurut David (2012:252), strategi dibedakan menjadi 4 jenis yaitu: 1. Strategi-strategi Integrasi

 Integrasi ke Depan

Integrasi ke depan (forward integration) berkaitan dengan usaha untuk memperoleh kepemilikan atau kendali yang lebih besar atas distributor atau peritel. Satu cara yang efektif untuk menerapkan integrasi ke depan adalah pewaralabaan (franchising). Bisnis ini memanfaatkan pewaralabaan untuk mendistribusikan produk atau jasa mereka. Bisnis dapat melakukan ekspansi secara cepat melalui pewaralabaan karena biaya dan peluang yang muncul disebar di kalangan banyak individu.

 Integrasi ke Belakang

Integrasi ke belakang (backward integration) adalah sebuah strategi yang mengupayakan kepemilikan atau kendali yang lebih besar atas pemasok perusahaan. Strategi tersebut sangat tepat ketika pemasok perusahaan yang ada saat ini tidak bisa diandalkan, terlampau mahal, atau tidak mampu memenuhi kebutuhan perusahaan.

 Integrasi Horizontal

(19)

wilayah tertentu tanpa bertentangan dengan aturan pemerintah, ketika organisasi bersaing di sebuah industri yang sedang berkembang, ketika meningkatnya skala ekonomi, ketika organisasi memiliki modal maupun sumber daya manusia yang dibutuhkan, dan ketika pesaing melemah karena kurangnya keterampilan manajerial.

2. Strategi-strategi Intensif  Penetrasi Pasar

Penetrasi pasar (market penetration) adalah strategi yang mengusahakan peningkatan pangsa pasar untuk produk atau jasa yang ada di pasar saat ini melalui upaya-upaya pemasaran yang lebih besar. Penetrasi pasar meliputi penambahan jumlah tenaga penjualan, peningkatan pengeluaran untuk iklan, penawaran produk-produk promosi penjualan secara ekslusif, atau pelipat gandaan upaya-upaya pemasaran.

 Pengembangan Pasar

(20)

Pengembangan produk (product development) adalah sebuah strategi yang mengupayakan peningkatan penjualan dengan cara memperbaiki atau memodifikasi produk atau jasa yang ada saat ini.

3. Strategi Diversivikasi  Diversifikasi Terkait

Bisnis dikatakan terkait ketika rantai nilai bisnis memiliki kesesuaian strategis lintas bisnis yang bernilai secara kompetitif. Strategi diversifikasi terkait berupaya mentransfer keahlian yang bernilai secara kompetitif, tips dan trik teknologis, atau kapabilitas lain dari satu bisnis ke bisnis yang lain, memadukan aktivitas-aktivitas terkait dari bisnis yang terpisah ke dalam satu operasi tunggal untuk mencapai biaya yang lebih rendah, memanfaatkan merek yang sudah dikenal luas, kerja sama lintas bisnis untuk menciptakan kekuatan dan kapabilitas sumber daya yang bernilai secara kompetitif.

 Diversivikasi Tak Terkait

Strategi diversivikasi tak terkait lebih memilih portofolio bisnis yang sanggup memberikan kinerja keuangan yang sangat baik di industrinya sendiri, alih-alih berupaya memanfaatkan kesesuaian strategis rantai nilai di antara bisnis. Diversifikasi tak terkait melibatkan usaha untuk mencari dan mengakuisisi perusahaan-perusahaan yang asetnya bernilai rendah, atau secara finansial sedang tertekan, atau yang memiliki prospek pertumbuhan tinggi namun kekuraga modal invetasi.

(21)

 Penciutan

Penciutan (retrenchment) terjadi manakala sebuah organisasi melakukan pengelompokan ulang melalui pengurangan biaya dan asset untuk membalik penjualan dan laba yang menurun. Penciutan dirancang untuk memperkuat kompetensi khusus dasar asuatu organisasi. Penciutan bisa melibatkan penjualan lahan dan bangunan untuk mendapatkan kas yang dibutuhkan, memangkas lini produk, menutup bisnis yang tidak menguntungkan, menutup parik yang using, megotomasisasi proses, mengurangi jumlah karyawan, dan membangun sistem pengendalian beban.

 Divestasi

Menjual satu divisi atau bagian dari suatu organisasi disebut dengan divestasi (divestiture). Divestasi sering dipakai untuk mendapatkan modal guna akuisisi atau investasi strategis lebih jauh. Divestasi dapat mejadi bagia dari keseluruhan strategi penciutan untuk membebaskan organisasi sari bisnis yang tidak menguntungkan, yang membutuhkan terlalu banyak modal, atau yang tidak begitu sesuai dengan aktivitas-aktivitas perusahaan yang lain.

 Likuidasi

(22)

2.4 Analisis Lingkungan Internal Dan Eksternal

2.4.1 Analisis Lingkungan Internal

Menurut Fred (2012: 190) terdapat 6 kekuatan internal utama yang mempengaruhi suatu lingkungan internal perusahaan yaitu:

1. Manajemen

Fungsi manajemen (functions of management) terdiri dari lima aktivitas pokok yaitu perencanaan, pengorganisasian, pemotivasian, penempatan staf, dan pengontrolan.

2. Pemasaran

Pemasaran dapat dideskripsikan sebagai proses pendefinisian, pengantisipasian, penciptaan, serta pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen akan produk dan jasa. Cakupan kegiatan pemasaran ditentukan oleh konsep pemasaran yang disebut bauran pemasaran. Menurut Yazid (2003:18) dalam pemasaran jasa terdapat 7 elemen pemasaran yaitu:

1) Product

Produk merupakan keseluruhan konsep objek atau proses yang memberikan sejumlah nilai manfaat kepada konsumen. Yang perlu diperhatikan dalam produk adalah konsumen tidak hanya membeli fisik dari produk itu saja tetapi membeli benefit dan value dari produk tersebut yang disebut the offer. Dalam hal produk wisata juga erat kaitannya dengan motivasi (motives) dan atraksi (attraction).

(23)

Strategi penentuan harga sangat signifikan dalam pemberian value kepada konsumen dan mempengaruhi image produk, serta kepuasan konsumen untuk membeli.

3) Place

Place dalam service merupakan gabungan antara lokasi dan keputusan atas

saluran distribusi, dalam hal ini berhubungan dengan bagaimana cara penyampaian jasa kepada konsumen dan dimana lokasi yang strategis.

4) Promotion

Yang perlu diperhatikan dalam promosi adalah pemilihan bauran promosi. Promotion mix terdiri dari advertising, personal selling, sales promotion, public relation, word of mouth, dan direct mail.

5) People

Dalam hubungannya dengan pemasaran jasa, maka people yang berfungsi sebagai service provider sangat mempengaruhi kualitas jasa yang diberikan. Keputusan dalam people ini berarti sehubungan dengan seleksi, trainning, motivasi, dan manajemen sumber daya manusia.

6) Bukti Fisik (Physical Evidence)

Bukti fisik jasa mencakup semua hal yang tangible berkenaan dengan suatu jasa seperti brosur, kartu bisnis, format laporan, dan peralatan.

7) Process

(24)

3. Keuangan/Akuntansi

Menentukan kekuatan dan kelemahan keuangan suatu organisasi sangat penting untuk merumuskan strategi secara efektif. Faktor keuangan sering mengubah strategi yang ada dan menggeser rencana penerapan.

4. Produksi/Operasi

Fungsi produksi/operasi suatu bisnis mencakup semua aktivitas yang mengubah input menjadi barang atau jasa. Manajemen produksi/operasi menangani input, transformasi, dan output yang beragam dari satu industri dan pasar ke industri dan pasar yang lain.

5. Penelitian dan Pengembangan

Area operasi internal kelima yang harus dicermati kekuatan dan kelemahannya adalah penelitian dan pengembangan - litbang (research and development). Manajemen fungsi litbang yang efektif membutuhkan kemitraan yang

strategis dan operasional antara fungsi litbang dengan fungsi-fungsi bisnis penting lainnya. Misi litbang secara keseluruhan menjadi luas, termasuk mendukung bisnis yang sudah ada, mambantu peluncuran bisnis baru, mengembangkan produk baru, memperbaiki kualitas produk, meningkatkan efisiensi produksi, serta memperdalam atau memperluas kapabilitas teknologis perusahaan.

6. Sistem Informasi Manajemen

(25)

keuangan, produksi, dan hal-hal yang terkait dengan personalia secara internal, juga faktor-faktor sosial, budaya, demografis, lingkungan, ekonomi, politik, pemerintahan, hukum dan teknologi secara eksternal.

2.4.2 Analisis Lingkungan Eksternal

Menurut Fred (2012: 120) terdapat 4 kekuatan eksternal utama yang mempengaruhi suatu perusahaan yaitu sebagai berikut:

1. Kekuatan Ekonomi

Faktor ekonomi memiliki dampak langsung terhadap daya tarik potensial dari beragam strategi. Sebagai contoh, ketika tingkat suku bunga naik, dana yang diperlukan untuk ekspansi modal menjadi lebih mahal atau tidak tersedia. Selain itu, ketika pasar bertumbuh, kekayaan konsumen dan bisnis meluas.

2. Kekuatan Sosial, Budaya, Demografis dan Lingkungan

Perubahan sosial, budaya, demografis, dan lingkungan memiliki dampak yang besar atas hampir semua produk, jasa, pasar dan konsumen. Organisasi-organisasi kecil, besar, laba, dan nirlaba di semua industri dikejutkan dan ditantang oleh peluang dan ancaman yang muncul dari perubahan dalam variabel sosial, budaya, demografis, dan lingkungan.

3. Kekuatan Politik, Pemerintahan dan Hukum

(26)

sangat bergantung pada kontrak atau subsidi pemerintah, ramalan politik bisa menjadi bagian terpenting bagi suatu perusahaan.

4. Kekuatan Teknologi

Kekuatan teknologi mempresentasikan peluang dan ancaman besar yang harus dipertimbangkan dalam perumusan strategi. Kemajuan teknologi bisa secara dramatis mempengaruhi produk, jasa, pasar, pemasok, distributor, pesaing, konsumen, proses produksi, praktik pemasaran, dan posisi kompetitif organisasi. Kemajuan teknologi dapat menciptakan pasar baru, menghasilkan pengembangbiakan produk yang baru dan lebih baik, mengubah posisi biaya kompetitif relatif dalam suatu industri, serta mengakibatkan produk dan jasa yang ada saat ini usang. Kemajuan teknologi bisa menciptakan keunggulan kompetitif baru yang lebih baik daripada keunggulan kompetitif yang ada.

5. Kekuatan Kompetitif

Mengumpulkan dan mengevaluasi informasi tentang pesaing penting bagi perumusan strategi yang berhasil. Mengidentifikasi pesaing tidak selalu mudah karena banyak perusahaan memiliki divisi-divisi yang bersaing di industri yang berbeda. Banyak perusahaan multidivisional umumnya tidak menyediakan informasi penjualan dan laba menurut divisi karena alasan kompetitif.

2.5 Analisis SWOT

(27)

namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weakness) dan ancaman (Threats). Proses pengambilan keputusan strategi selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan. Dengan demikian perencanaan strategis (strategic planner) harus menganalisis faktor-faktor strategis (kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini. Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal Peluang dan Ancaman dengan faktor internal Kekuatan dan Kelemahan.

Gambar 2.2 Analisis SWOT

Sumber: Blogspot (Adam Nugraha, 2012)

Kuadran 1 : Ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada.Strategi pemasaran yang diterapkan dalam kondisi ini adalah strategi yang mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif ( Growth Oriented Strategy )

(28)

kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara Strategi Diversiasi (Produk/Pasar)

Kuadran 3 : Perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi dipihak lain menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal. Fokus strategi perusahaan ini adalah meminimalkan masalah-masalah internal perusahaan sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik.

Kuadran 4 : Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, perusahaan tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal. Harus segera mencari Strategi Bertahan (Defensif).

2.6 Analisis Matriks

Tahap I : The Input Stage

1. Matriks External Factor Evaluation (EFE)

Matriks EFE digunakan untuk mengevaluasi faktor-faktor eksternal perusahaan. Data eksternal dikumpulkan untuk menganalisis hal-hal yang menyangkut persoalan ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik, pemerintahan, hukum, teknologi, persaingan di pasar industri dimana perusahaan berada, serta data eksternal relevan lainnya. Hal ini penting karena faktor eksternal berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap perusahaan.

Tahapan Kerja

(29)

yang mencakup perihal opportunities (peluang) dan threats (ancaman) bagi perusahaan.

b. Tentukan bobot (weight) dari critical success factors tadi dengan skala yang lebih tinggi bagi yang berprestasi tinggi dan begitu pula sebaliknya. Jumlah seluruh bobot harus sebesar 1,0. Nilai bobot dicari dan dihitung berdasarkan rata-rata industrinya.

c. Tentukan rating setiap critical success factors antara 1 sampai 4, dimana: 1 = di bawah rata-rata

2 = rata-rata

3 = di atas rata-rata 4 = sangat bagus

Rating ditentukan berdasarkan efektivitas strategi perusahaan. Dengan demikian nilainya didasarkan pada kondisi perusahaan.

d. Kalikan nilai bobot dengan nilai ratingnya untuk mendapatkan skor semua critical success factors.

e. Jumlahkan semua skor untuk mendapatkan skor total bagi perusahaan yang dinilai. Skor total 4,0 mengindikasikan bahwa perusahaan merespon dengan cara yang luar biasa terhadap peluang-peluang yang ada dan menghindari ancaman-ancaman di pasar industrinya. Sementara itu, skor total sebesar 1,0 menunjukkan bahwa perusahaan tidak memanfaatkan peluang-peluang yang ada atau tidak menghindari ancaman-ancaman eksternal.

(30)

Key External Factors Bobot Rating Skor Peluang (Opportunities)

Ancaman (Threats) Total

Sumber: Husein Umar (2005:249)

2. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE)

Matriks IFE digunakan untuk mengetahui faktor-faktor internal perusahaan berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan yang dianggap penting. Data dan informasi aspek internal perusahaan dapat digali dari beberapa fungsional perusahaan, misalnya dari aspek manajemen, keuangan, SDM, pemasaran, sistem informasi, dan produksi/operasi.

Tahapan Kerja

Pada prinsipnya, tahapan kerja pada matriks IFE sama dengan matriks EFE:

a. Buatlah daftar critical success factors untuk aspek internal kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses).

(31)

c. Beri rating (nilai) antara 1 sampai 4 bagi masing-masing faktor yang memiliki nilai:

1 = sangat lemah 2 = tidak begitu lemah 3 = cukup kuat

4 = sangat kuat

Jadi, rating mengacu pada kondisi perusahaan, sedangkan bobot mengacu pada industri di mana perusahaan berada.

d. Kalikan antara bobot dan rating dari masing-masing faktor untuk menentukan nilai skornya.

e. Jumlahkan semua skor untuk mendapatkan skor total bagi perusahaan yang dinilai. Nilai rata-rata adalah 2,5. Jika nilainya di bawah 2,5 menandakan bahwa secara internal perusahaan adalah lemah, sedangkan nilai yang berada di atas 2,5 menunjukkan posisi internal yang kuat. Seperti halnya pada matriks EFE, matriks IFE terdiri dari cukup banyak faktor. Jumlah faktor-faktornya tidak berdampak pada jumlah bobot karena ia selalu berjumlah 1,0.

Tabel 2.2 Matriks IFE

Key External Factors Bobot Rating Skor Kekuatan (Strength)

Kelemahan (Weakness) Total

(32)

Tahap II: The Matching Stage

1. Matriks SWOT

Matriks Strengths-Weakness-Opportunities-Threats (SWOT) merupakan matching tool yang penting untuk membantu para manajer mengembangkan empat

tipe strategi.

a. Strategi SO (Strength- Opportunity)

Strategi ini menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk meraih peluang-peluang yang ada di luar perusahaan.

b. Strategi WO (Weakness- Opportunity)

Strategi ini bertujuan untuk memperkecil kelemahan-kelemahan internal perusahaan dengan memanfaatkan peluang-peluang eksternal.

c. Strategi ST (Strength- Threat)

Melalui strategi ini perusahaan berusaha untuk menghindari atau mengurangi dampak dari ancaman-ancaman eksternal.

d. Strategi WT (Weakness- Threat)

Strategi ini merupakan taktik untuk bertahan dengan cara mengurangi kelemahan internal serta menghindari ancaman.

(33)

Sumber: Husein Umar (2005:252)

2. Matriks Internal-Eksternal (IE)

(34)

a. Strategi bisnis yang berada pada sel I,II, atau IV dapat digambarkan sebagai Grow dan Build. Strategi-strategi yang cocok bagi strategi bisnis ini adalah Strategi Intensif seperti Market Penetration, Market Development, dan Product Development atau Strategi Terintegrasi seperti Backward Integration, Forward Integration, dan Horizontal Integration.

b. Strategi bisnis yang berada pada sel-sel III, V atau VII paling baik dikendalikan dengan strategi-strategi Hold dan Maintain. Strategi-strategi yang umum dipakai yaitu strategi Market Penetration dan Product Development.

c. Strategi bisnis yang berada pada sel VI, VIII, atau IX dapat menggunakan strategi Harvest atau Divestiture. Perusahaan yang dianggap paling sukses adalah perusahaan yang mampu menghasilkan bisnis yang berada pada sel I.

Tabel 2.4 Matriks IE

Sumber: Husein Umar (2005:235)

2.7 Penelitian Terdahulu

(35)

Nama Peneliti Judul Penelitian Kesimpulan Umum

Dengan adanya panorama alam yang indah dan suasana dan suasana obyek wisata yang memberikan kenyamanan yang dimiliki oleh Obyek Wisata Waduk Gunungrowo Indah maka pengunjung tidak akan bosan dalam berkunjung. Sehingga tidak terpengaruh dengan munculnya obyek wisata baru serta persaingan antar obyek wisata. Maka pemerintah harus meningkatkan sarana dan prasarana serta infrastruktur yang menunjang seperti membangun wahana permainan air, outbond, gardu pandang, kereta wisata dan fasilitas-fasilitas penunjang lainnya sehingga menarik dan member kenyamanan bagi pengunjung. Disamping itu perbaikan jalan yang rusak dan pelebaran jalan tentunya dapat memudahkan akses bagi pengunjung Obyek Wisata Waduk Gunungrowo Indah.

(36)

Banjarangkan, Kabupaten Klungkung

Pengembangan Promosi, dan Membangun dan Menyediakan Sarana Pokok dan Penunjang Kepariwisataan di Desa Tihingan.

Pengembangan Danau Habema sebagai daerah ekowisata dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat lokal. Fasilitas yang terdapat di sekitar Danau Habema masih kurang memadai. Model wisata yang dapat ditampilkan adalah model pariwisata berbasis lingkungan, hal ini guna mengurangi kerusakan terhadap biofisik serta budaya lokal yang ada.

(37)

Tengah) masyarakat. d)Strategi WT (Weakness Threat): Program Pengembangan Kelembagaan dan SDM (Destination Management Organization): Pembentukan Local Working Group Destinasi dan Program peningkatan kualitas SDM dan Budaya.

Ulva Nila Santi

Berdasarkan analisis SWOT untuk menguji kestrategisan isu maka diperoleh ada 1 isu yang sangat strategis yaitu isu untuk meningkatkan kerjasama dengan pihak-pihak terkait. Ada 2 isu yang cukup strategis yaitu isu untuk meningkatkan promosi untuk semakin menjaring banyaknya wisatawan dan isu untuk mengusahakan adanya alokasi dana untuk penanggulangan bencana alam. Ada 3 isu yang kurang strategis yaitu isu untuk menyediakan guide yang profesional, isu untuk memberikan sosialisasi dan pembinaan kepada masyarakat yang sering menggunakan candi serta program pelestarian Candi Cetho.

BAB III

Gambar

Gambar 2.1 Konsep Pendekatan Kesesuaian Penawaran dan Permintaan Sumber: Rendi Redona (Skripsi, 2015:22)
Gambar 2.2 Analisis SWOT Sumber: Blogspot (Adam Nugraha, 2012)
Tabel 2.2 Matriks IFE
Tabel 2.4 Matriks IE

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Tata Sutabri Sistem Informasi adalah Suatu sistem di dalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian yang mendukung

Sesuai dengan pengertiannya saturasi merupakan besarnya fluida dalam suatu reservoir, maka saturasi merupakan parameter yang digunakan untuk menentukan besar IGIP pada suatu

“Jika dalam pelaksanaan ujian nasional telah dilakukan ujian berbasis komputer, maka penilaian buku teks pelajaran juga memiliki peluang yang kuat untuk dilakukan

Hasil penelitian ini secara simultan gender, usia, waktu mengaudit, pergantian auditor dan biaya eksternal audit berpengaruh secara simultan terhadap kualitas audit.. Kata kunci

Manhattan Distance adalah pengukuran similarity / kemiripan yang paling cocok untuk approval project yang merepresentasikan kasus yang relevant dengan angka yang

terpengaruh dari sistem informasi yang berlangsung dalam perusahaan.. Purinusa Ekapersada merupakan perusahaan yang besar dan

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah pengaruh gender, usia, waktu mengaudit, pergantian auditor dan biaya eksternal audit sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi

Saran yang diberikan kepada orang tua adalah agar melakukan pendampingan pada anak untuk membaca melalui komik atau sumber bacaan lain tentang upaya pencegahan