• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap Kinerja Guru di SMA Negeri 1 Suruh T1 BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap Kinerja Guru di SMA Negeri 1 Suruh T1 BAB II"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1Hakekat Kinerja Guru A. Guru

Berdasarkan Undang-undang No. 14 tahun 2005, guru adalah

pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,

membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi

peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,

pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

(Mahardika, 2009), Guru sebagai tenaga profesional dalam bidang

pembelajaran wajib memiliki kualifikasi yang sesuai dengan

syarat-syarat khusus yaitu guru harus menguasai seluk beluk pendidikan dan

pengajaran dengan berbagai ilmu pengetahuan lainnya yang perlu

dibina dan dikembangkan melalui masa pendidikan tertentu atau

pendidikan pra-jabatan.

Berdasarkan pengertian-pengertian diatas, maka dapat disimpulkan

bahwa guru adalah seseorang yang memperoleh surat keputusan (SK)

baik dari pihak swasta atau pemerintah untuk menggeluti profesi yang

memerlukan keahlian khusus dalam tugas utamanya untuk mengajar

(2)

formal, pendidikan dasar, dan menengah, yang tujuan utamanya untuk

mencerdaskan bangsa dalam semua aspek.

B. Kinerja guru

Istilah kinerja berasal dari kata job performance (prestasi kerja).

(Mangkunegoro, 2000:67) mengartikan kinerja adalah “hasil kerja

secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam

melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan

kepadanya”. Secara umum, kinerja didasarkan pada apa yang menjadi

harapan dan permintaan kelompok atau organisasi dimana seseorang

itu bekerja. Harapan dan permintaan itu mengacu pada tujuan

kelompok atau organisasi itu sendiri. Dengan demikian, seseorang

yang menjadi anggota kelompok atau organisasi tersebut diharapkan

mampu menguasai apa yang menjadi peran dan tanggung jawabnya di

kelompok tersebut serta memiliki motivasi yang tinggi untuk bekerja

secara profesional. Di dalam daftar penilaian pelaksanaan pekerjaan

(DP3), hasilnya merupakan bahan pertimbangan yang obyektif dalam

pembinaan Pegawai Negeri Sipil berdasarkan system karier dan system

prestasi kerja. Unsur-unsur yang dinilai dalam DP3 meliputi :

kesetiaan, prestasi kerja, tanggung jawab, ketaatan, kejujuran,

kerjasama, dan kepemimpinan. Menurut Hasibuan (2005:87), penilaian

kinerja adalah “menilai rasio hasil kerja nyata dari standar kualitas

maupun kuantitas yang dihasilkan setiap karyawan”. Menurut Sikula

(3)

sistematis terhadap pekerjaan yang telah dilakukan oleh karyawan dan

ditunjukkan untuk pengembangan”.(Yoder dalam Hasibuan, 2005),

penilaian kinerja sebagai “prosedur yang formal dilakukan di dalam

organisasi untuk mengevaluasi pegawai dan sumbangan serta

kepentingan bagi pegawai”.

Kinerja guru dapat direfleksikan dalam tugasnya sebagai pengajar

dan pelaksana administrasi kegiatan mengajarnya. Kinerja guru adalah

gambaran dari seorang guru dalam melaksanakan tugas kesehariannya

yang salah satunya adalah melaksanakan kegiatan tatap muka dengan

peserta didik dalam kurun waktu yang telah ditentukan dan sesuai

dengan aturan yang telah ditetapkan. Kinerja guru merupakan salah

satu tanggung jawab yang mesti diembannya dalam rangka

melaksanakan amanat undang-undang (Hasibuan 2005:67).

Kinerja dapat dikatakan baik apabila indikator-indikator yang

dijadikan tujuan perencanaan dapat dicapai dalam kurun waktu yang

telah ditetapkan (Mangkunegara, 2000:16). Kinerja guru adalah

kepatuhan guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai guru yang

berkaitan dengan menyusun perencanaan, pelaksanaan serta evaluasi

hasil yang telah dilakukan.

C. Indikator Kinerja Guru

Keberhasilan seorang guru dapat dilihat apabila kriteria-kriteria

yang ada telah mencapai secara keseluruhan. Jika kriteria telah

(4)

kerja yang baik. Sebagaimana yang telah disebutkan dalam pengertian

kinerja bahwa kinerja guru adalah hasil kerja yang telihat dari

serangkaian kemampuan yang dimiliki oleh seorang yang berprofesi

guru. Kemampuan yang harus dimiliki guru telah disebutkan dalam

Peraturan Permerintah No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan (SNP) pasal 28 ayat 3 yang berbunyi “Kompetensi sebagai

agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta

pendidikan anak usia dini meliputi Kompetensi Pedagogik,

Kompetensi Kepribadian, Kompetensi Profesional, Kompetensi

Sosial”.

Adapun penjelasan dari ke empat kompetensi tersebut adalah :

a. Kompetensi Pedagogik

Kompetensi pedagogik adalah mengenai bagaimana kemampuan guru dalam mengajar, dalam Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dijelaskan kemampuan ini meliputi kemampuan mengelola pembelajaran yang mencakup pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Kompetensi pedagogik ini berkaitan pada saat guru mengadakan proses belajar mengajar dikelas. Mulai dari membuat skenario pembelajaran, memilih metode, media, juga alat evaluasi bagi anak didik agar tercapai tujuan pendidikan baik pada ranah kognitif, efektif, maupun psikomotorik siswa. b. Kompetensi Kepribadian

(5)

guru harus dengan sabar menghadapi keinginan siswanya juga harus melindungi dan melayani siswanya tetapi disisi lain guru juga harus bersikap tegas jika ada siswanya yang berbuat salah. c. Kompetensi Profesional

Kompetensi profesional, pekerjaan seorang guru merupakan suatu profesi yang tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang. Profesi adalah pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus dan biasanya dibuktikan dengan sertifikasi dalam bentuk ijazah. Profesi guru memiliki prinsip yang tertuang dalam Undang-Undang Guru dan Dosen No.14 Tahun 2005 sebagai berikut :

1. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme 2. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu

pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia 3. Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang

pendidikan sesuai dengan bidang tugas

4. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas

5. Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan

6. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja

7. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dangan sepangjang hayat

8. Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan

9. Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan yang mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru

d. Kompetensi Sosial

(6)

2.2 Profesionalisme guru

1. Pengertan Profesionalisme Guru

Kunandar (2007:45), disebutkan bahwa profesionalisme berasal dari kata

profesi yang artinya suatu bidang pekerjaan yang ingin atau akan ditekuni

oleh seseorang. Profesi juga diartikan sebagai suatu jabatan atau pekerjaan

tertentu yang mensyaratkan pengetahuan dan keterampilan khusus yang

diperoleh dari pendidikan akademis yang intensif. Jadi, profesi adalah suatu

pekerjaan atau jabatan yang menuntut keahlian tertentu.

Dengan demikian profesi guru adalah keahlian dan kewenangan khusus

dalam bidang pendidikan, pengajaran dan pelatihan yang ditekuni untuk mata

pencaharian dalam mememuhi kebutuhan hidup yang bersangkutan. Guru

sebagai profesi berarti guru sebagai pekerjaan yang mensyaratkan kompetensi

(keahlian dan kewenangan) dalam pendidikan dan pembelajaran agar dapat

melaksanakan pekerjaan tersebut secara efektif dan efisien serta berhasil guna

(Kunandar, 2007:46). Adapun mengenai kata Profesional, (Usman, dalam

Kunandar2007:55) dapat disimpulkan bahwa suatu pekerjaan yang bersifat

profesional memerlukan beberapa bidang ilmu yang secara sengaja harus

dipelajari dan kemudian diaplikasikan bagi kepentingan umum. Kata

profesional itu sendiri berasal dari kata sifat yang berarti pencaharian dan

sebagai kata benda yang berarti orang yang mempunyai keahlian seperti guru,

dokter, hakim, dan lain sebagainya. Dengan kata lain, pekerjaan tang bersifat

profesional adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang

(7)

mereka yang karena tidak dapat memperoleh pekerjaan lain. Dengan bertitik

tolak pada pengertian ini, maka pengertian guru profesional adalah orang

yang memiliki kemampuan dan kehlian khusus dalam bidang keguruan

sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan

kemampuan yang maksimal.

Kunandar (2007:46-47) menyatakan profesionalisme guru merupakan guru

merupakan kondisi, arah, nilai, tujuan, dan kualitas suatu keahlian dan

kewenangan dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang berkaitan dengan

pekerjaan seseorang yang menjadi mata pencaharian. Sementara itu, guru

yang profesional adalah guru yang memiliki kompetensi yang dipersyaratkan

untuk melakukan tugas pendidikan dan pengajaran. Dengan kata lain, maka

dapat disimpulkan bahwa pengertian guru profesional adalah orang yang

memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga

ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan

maksimal. Guru yang profesional adalah orang yang terdidik dan terlatih

dengan baik, serta memiliki pengalaman yang kaya dibidangnya.

2. Aspek-aspek Kompetensi Guru Profesional

Dalam pembahasan profesionalisme guru, selain membahas mengenai

pengertian profesionalisme guru, terlebih dahulu penulis akan menjelaskan

mengenai kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru yang

profesional.

Berdasarkan Undang-Undang Guru dan Dosen No. 14 tahun 2005,

(8)

a. Kompetensi Pedagogik

Kompetensi pedagogik adalah mengenai bagaimana kemampuan guru dalam mengajar, dalam Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dijelaskan kemampuan ini meliputi kemampuan mengelola pembelajaran yang mencakup pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Kompetensi pedagogik ini berkaitan pada saat guru mengadakan proses belajar mengajar dikelas. Mulai dari membuat skenario pembelajaran, memilih metode, media, juga alat evaluasi bagi anak didik agar tercapai tujuan pendidikan baik pada ranah kognitif, efektif, maupun psikomotorik siswa.

b. Kompetensi Kepribadian

Kompetensi kepribadian berperan sebagai guru memerlukan kepribadian yang unik. Kepribadian guru ini meliputi : kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Seorang guru harus mempunyai peran ganda. Peran tersebut diwujudkan sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi. Adakalanya guru harus berempati pada siswanya dan adakalanya guru harus bersikap kritis. Berempati maksutnya guru harus dengan sabar menghadapi keinginan siswanya juga harus melindungi dan melayani siswanya tetapi disisi lain guru juga harus bersikap tegas jika ada siswanya yang berbuat salah.

c. Kompetensi Profesional

Kompetensi profesional, pekerjaan seorang guru merupakan suatu profesi yang tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang. Profesi adalah pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus dan biasanya dibuktikan dengan sertifikasi dalam bentuk ijazah. Profesi guru memiliki prinsip yang tertuang dalam Undang-Undang Guru dan Dosen No.14 Tahun 2005 sebagai berikut :

1. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme

2. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia

3. Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas

4. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas

(9)

6. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja.

7. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dangan sepangjang hayat.

8. Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.

9. Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan yang mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru

d. Kompetensi Sosial

Kompetensi sosial berkaitan dengan kemampuan diri dalam menghadapi orang lain. Dalam Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dijelaskan kompetensi sosial adalah kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua peserta didik, dan masyarakat sekitar. Kompetensi sosial seorang guru merupakan modal dasar guru yang bersangkutan dalam menjalankan tugas keguruan. Menurut Saiful Hadi (Musarofah, 2008) berpendapat kompetensi ini berhubungan dengan kemampuan guru sebagai anggota masyarakat dan sebagai makhluk sosial yang meliputi :

1. Kemampuan untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan teman sejawat untuk meningkatkan kemampuan profesional 2. Kemampuan untuk mengenal dan memahami fungsi-fungsi

setiap lembaga kemasyarakatan

3. Kemampuan untuk menjalin kerjasama baik secara individual maupun secara kelompok.

Menurut (Mulyasa 2004:25) mengemukakan bahwa untuk mampu

melaksanakan tugas mengajar dengan baik, guru harus memiliki kemampuan

profesional yaitu terpenuhinya 10 kompetensi guru, yang meliputi :

a. Menguasai bahan meliputi :

1. Menguasai bahan bidang studi dalam kurikulum sekolah 2. Menguasai bahan pengayaan/penunjang bidang studi b. Mengelola program belajar mengajar, meliputi :

1. Merumuskan tujuan instruksional

2. Mengenal dan dapat menggunakan prosedur instruksional yang tepat

(10)

4. Mengenal kemampuan anak didik c. Mengelola kelas, meliputi :

1. Mengatur tat ruang kelas untuk pelajaran

2. Menciptakan iklim belajar mengajar yang serasi d. Menggunakan media atau sumber, meliputi :

1. Mengenal, memilih dan menggunakan media 2. Membuat alat bantu pelajaran yang sederhana

3. Menggunakan perpustakaan dalam proses belajar mengajar

4. Menggunakan micro teaching untuk unit program pengenalan lapangan

e. Menguasai landasan-landasan pendidikan f. Mengelola interaksi-interaksi belajar mengajar g. Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pelajaran

h. Mengenal fungsi layanan dan program bimbingan dan penyuluhan i. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah

j. Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran.

Dalam PERMENDIKNAS No. 16 Tahun 2007 (psl 1 dan 2) mengenai kualifikasi

akademik dan kompetensi guru dijelaskan pula bahwa :

Pasal 1

a. Setiap guru wajib memenuhi standar kualifikasi akademik dan

kompetensi guru yang berlaku secara nasional

b. Standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru sebgaimana yang

dimaksud tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri.

Pasal 2

Ketentuan mengenai guru dalam jabatan yang belum memenuhi kualifikasi

akademik diploma (D-IV) atau Sarjana (S1) akan diatur dangan Peraturan

Menteri tersendiri.

Dari penjelasan yang telah dikemukakan diatas mengenai aspek-aspek kompetensi

(11)

kompetensi guru yang banyak hubungannya dengan usaha peningkatan proses dan

hasil belajar dapat diguguskan kedalam empat kemampuan yakni :

a. Merencanakan program belajar mengajar

b. Menguasai bahan pelajaran

c. Melaksanakan dan memimpin/mengelola proses belajar mengajar

d. Menilai kemajuan proses belajar mengajar

3. Kriteria Guru Sebagai Profesi

(Supriyanto, 2011), ciri-ciri utama suatu profesi sebagai berikut :

a. Suatu jabatan yang memiliki fungsi dan signifikansi sosial yang menentukan.

b. Jabatan yang menuntut keterampilan tertentu.

c. Keterampilan yang dituntut jabatan itu didapat melalui pemecahan masalah dengan menggunakan teori dan metode ilmiah.

d. Jabatan itu berdasarkan pada batang tubuh disiplin ilmu yang jelas, sistematik, eksplisit, yang bukan hanya sekedar pendapat khalayak umum. e. Jabatan itu memerlukan pendidikan tingkat perguruan tinggi dengan

waktu yang cukup lama.

f. Proses pendidikan untuk jabatan itu juga merupakan aplikasi dan sosialisasi nilai-nilai profesional itu sendiri.

g. Dalam memberikan layanan kepada masayarakat, anggota profesi itu berpegang teguh pada kode etik yang dikontrol oleh organisasi profesi. h. Tiap anggota profesi mempunyai kebebasan dan memberikan judgement

terhadap permasalahan profesi yang dihadapinya.

i. Dalam prakteknya melayani masyarakat, anggota profesi otonom dan bebas dari campur tangan orang luar.

j. Jabatan ini memiliki prestise yang tinggi dalam masyarakat dan oleh karenanya memperoleh imbalan yang tinggi pula.

4. Kriteria Guru Profesional

Menjadi seorang guru bukanlah pekerjaan yang mudah, seperti yang

dibayangkan sebagian orang, dengan bermodal penguasaan materi dan

menyampaikannya kepada siswa sudah cukup, hal ini belumlah dapat

(12)

yang profesional, mereka harus memiliki berbagai keterampilan, kemampuan

khusus, mencintai pekerjaannya, menjaga kode etik guru, dan lain-lain.

Menurut (Supriyanto, 2011:23), guru profesional harus memiliki persyaratan,

yang meliputi :

a. Memiliki bakat sebagai guru b. Memiliki keahlian sebagai guru

c. Memiliki keahlian yang baik dan terintegrasi d. Memiliki mental yang sehat

e. Berbadan sehat

f. Memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas g. Guru adalah manusia berjiwa pancasila

h. Guru adalah seorang warga negara yang baik

Kunandar mengemukakan bahwa suatu pekerjaan profesional memerlukan

persyaratan khusus, yakni (1) menuntut adanya keterampilan berdasarkan

konsep dan teori ilmu pengetahuan yang mendalam, (2) menekankan pada

suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan bidang profesinya, (3)

menuntut adanya tingkat pendidikan yang memadai, (4) adanya kepekaan

terhadap dampak kemasyarakatan dari pekerjaan yang dilaksanakannya, (5)

memungkinkan perkembangan sejalan dengan dinamika kehidupan.

2.3 Program Setifikasi Guru 1. Pengertian Sertifikasi Guru

Menurut Undang-Undang Tentang Guru dan Dosen No. 14 tahun 2005 :

a. Psl 1 butir 11 : sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik

kepada guru dan dosen.

b. Psl 8 : guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi,

sertifikasi pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki

(13)

c. Psl 16 : guru yang memiliki sertifikat pendidik memperoleh tunjangan

profesi sebesar satu kali gaji, guru negeri maupun swasta dibayar

pemerintah.

Dalam undang-undang no.14 tahun 2005 tentang guru dan dosen,

dikemukakan bahwa sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat

pendidik untuk guru dan dosen. Berdasarkan Undang-Undang No.14 TH

2005 Tentang Guru dan Dosen , sertifikat pendidik adalah bukti formal

sebagai tenaga profesional, sedangkan sertifikasi guru adalah suatu proses

pemberian pengakuan bahwa seorang telah memiliki kompetensi untuk

melaksanakan pelayanan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu

setelah lulus uji kompetensi yang diselenggarakan oleh lembaga

sertifikasi. Jadi sertifikasi guru adalah proses uji kompetensi yang

dirancang untuk mengungkapkan penguasaan kompetensi seseorang

sebagai landasan pemberian sertifikat pendidik (Mulyasa, 2005:33).Dari

uraian sertifikasi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa sertifikasi adalah

dalam proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru yang telah

memenuhi persyratan tertentu, yaitu memiliki kualifikasi akademik,

kompetensi, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk

mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

Peningkatan mutu guru lewat program sertifikasi ini sebagai upaya

peningkatan mutu pendidikan. Rasionalnya adalah apabila kompetensi

gruru bagus yang diikuti dengan penghasilan bagus, diharapkan kinerjanya

(14)

yang bagus diharapkan dapat membuahkan pendidikan yang bermutu.

Pemikiran itulah yang mendasari bahwa guru perlu disertifikasi.

2. Penyelenggara Sertifikasi Guru

Pelaksanaan sertifikasi diatur oleh penyelenggara, yaitu kerjasama antara

Dinas Pendidikan Nasional Daerah atau Departemen Agama Provinsi

dengan Perguruan Tinggi yang ditunjuk. Kemudian pendanaan sertifikasi

ditanggung oleh pemerintah dan pemerintah daerah sebagaimana yang

terdapat dalam UU 14 TH 2005 pasal 13 (ayat 1) yaitu pemerintah dan

pemerintah daerah wajib menyediakan anggaran untuk peningkatan

kualifikasi akademik dan sertifikasi pendidik bagi guru dalam jabatan

yang diangkat oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh

pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat.

3. Manfaat Uji Sertifikasi Guru

Menurut Wibowo dalam Mulyasa (2005:35), manfaat sertifikasi adalah :

a. Melindungi profesi guru dari praktik layanan pendidikan yang tidak

kompeten sehingga dapat merusak citra profesi guru itu sendiri.

b. Melindungi masyarakat dari praktik pendidikan yang tidak berkualitas

dan profesional yang akan menghambat upaya peningkatan kualitas

pendidikan dan penyiapan sember daya manusia di negeri ini.

c. Menjadi wahana penjamin mutu bagi LPTK yang bertugas

mempersipakan calon guru dan juga berfungsi sebagai kontrol mutu

(15)

d. Menjaga lembaga penyelengara pendidikan dari keinginan internal dan

eksternal yang potensial dapat menyimpang dari ketentuan yang

berlaku.

2.3Hakekat Kepemimpinan A. Kepemimpinan

Menurut Joseph C. Rost (Safaria, 2004:3) Kepemimpinan adalah

“sebuah hubungan yang saling mempengaruhi diantara pemimpin dan

pengikut (bawahan) yang menginginkan perubahan nyata yang

mencerminkan tujuan bersama”.

“Kepemimpinan didefinisikan sebagai kemampuan untuk

mempengaruhi orang-orang agar bersedia mengikuti bimbingannya

atau ajakannya dalam mengambil keputusan tertentu” (Larson, 2009

dalam Safaria 2004:4). Kepemimpinan adalah “proses mempengaruhi

orang-orang ke arah tujuan organisasi” (Yukl, 2001). Kepemimpinan

juga dapat diartikan sebagai kemampuan mempengaruhi kelompok ke

arah tujuan pencapaian organisasi (Mulyasa, 2004). Menurut Owens

(dalam Sudarwin dan Suparno, 2009), kepemimpinan merupakan

“suatu interaksi antara satu pihak sebagai yang memimpin dengan

pihak yang dipimpin. Kepemimpinan hanya ada dalam proses relasi

seseorang dengan orang lain. Tidak ada pengikut, tidak ada pemimpin.

Dengan demikian, pemimpin yang efektif harus mengetahui

(16)

dengan bawahannya. No Followers, No Leader. No Leadership, No

Followership”.

Dari berbagai definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa

kepemimpinan selalu melibatkan unsur pemimpin, pengikut, dan

konteks. Menurut Harsiwi (2003), kepemimpinan sebagai suatu proses

membujuk (inducing) orang-orang lain menuju sasaran bersama.

Definisi tersebut mencakup tiga elemen yaitu :

a. Kepemimpinan merupakan suatu konsep relasi (relation concept)

Kepemimpinan hanya ada dalam proses relasi orang lain. Apabila

tidak ada pengikut, maka tidak ada pemimpin. Tersirat dalam

definisi ini adalah premis bahwa para pemimpin yang efektif harus

mengetahui bagaimana membangkitkan inspirasi dan berelasi

dengan para pengikut mereka.

b. Kepemimpinan merupakan suatu proses

Gerdner (1988), kepemimpinan lebih dari sekedar menduduki

suatu otoritas. Kendati otoritas yang diformalkan mungkin sangat

mendorong proses kepemimpinan, namun sekedar menduduki

posisi itu tidak menandai seseorang untuk menjadi pemimpin.

c. Kepemimpinan harus membujuk orang-orang lain untuk

mengambil tindakan

Pemimpin membujuk pengikutnya melalui berbagai cara, seperti

(17)

(menjadi teladan), penetapan sasaran, memberi imbalan dan

hukum, restrukturi organisasi, dan mengkomunikasikan visi.

Kemampuan kepemimpinan kepala sekolah tercermin dari

semua program berdasarkan strategi sesuai dengan fungsi dan

situasi yang dihadapi. Seorang kepala sekolah sejati dapat

mempengaruhi dan diakui oleh bawahan, memotivasi anggota

komunitas sekolah untuk mengkaderkan diri menjadi pemimpin

masa depan, menciptakan lingkungan yang kondusif untuk

pertumbuhan organisasi, mempertahankan kejayaan organisasi

sekolah, dan membuat cara kerja yang lebih mudah.

2.4Unsur-unsur Kepemimpinan

Dari uraian tentang kepemimpinan, pemimpin serta pengikut

sebagaimana dikemukakan diatas, segeralah dapat disimpulkan bahwa

kepemimpinan hanya akan muncul jika ditemukan sekurang-kurangnya

unsur pokok dibawah ini.

Empat unsur pokok kepemimpinan :

1. Adanya kepemimpinan

Unsur pertama dari kepemimpinan adalah adanya pemimpin yakni

seorang yang mendorong dan atau mempengaruhi seseorang atau

sekelompok orang lain, sehingga tercipta hubungan kerja yang serasi

dan menguntungkan untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk

(18)

2. Adanya pengikut

Unsur kedua dari kepemimpinan adalah adanya pengikut, yakni

seorang atau sekelompok orang yang mendapat dorongan atau

pengaruh sehingga bersedia dan dapat melakukan berbagai aktivitas

tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

3. Adanya sifat dan atau perilaku tertentu

Unsur ketiga dari kepemimpinan adalah adanya sifat maupun perilaku

tertentu yang dimiliki oleh pemimpin yang dapat dimanfaatkan untuk

mendorong dan ataupun mempengaruhi seseorang atau sekelompok

orang.

4. Adanya situasi dan kondisi tertentu

Unsur keempat dari kepemimpinan adalah adanya situasi dan kondisi

tertentu yang memungkinkan terlaksananya kepemimpinan. Situasi

dan kondisi yang dimaksud dibedakan atas dua macam. Pertama,

situasi dan kondisi yang terdapat didalam organisasi. Kedua, situasi

dan kondisi yang terdapat di luar organisasi yakni lingkungan secara

keseluruhan.

2.5Kepala Sekolah

Kepala sekolah merupakan motor penggerak penentu arah kebijakan

sekolah yang akan menentukan bagaimana tujuan sekolah dan pendidikan

pada umumnya direalisasikan. Mulyasa (2004) menyatakan bahwa “kepala

sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan”. Seperti yang

(19)

bahwa “erat hubungannya antara mutu kepala sekolah seperti halnya

disiplin sekolah, iklim, budaya, dan menurunnya perilaku nakal peserta

didik. Kepala sekolah harus memiliki visi dan misi serta strategi

manajemen pendidikan secara utuh dan berorientasi kepada mutu”.

Menurut mulyasa (2004:25) terdapat tujuh peran utama kepala

sekolah yaitu: (1) educator, (2) manajer, (3) administrator, (4) supervisor,

(5) leader, (6) pencipta iklim kerja, (7) wirausahawan. Berdasarkan

PERMENDIKNAS No. 13 Tahun 2007, tentang Standar Kepala Sekolah

yang meliputi komperensi kepribadian, manajerial, kewirausahaan,

supervisi, dan sosial. Kemampuan-kemampuan kepala sekolah yang

terjabarkan di atas dapat direfleksikan dalam pelaksanaan tugas pokok,

fungsi dan tanggungjawabnya dalam sekolah yang dipimpinnya.

2.6Peran Kepala Sekolah

Pada umumnya kepala sekolah memiliki tanggung jawab sebagai

pemimpin di bidang pengajaran, pengembangan kurikulum, administrasi

kesiswaan, administrasi personalia staf, hubungan masyarakat,

administrasi perencanaan sekolah, dan perlengkapan serta organisasi

sekolah. Untuk memberdayakan masyarakat dan lingkungan sekolah,

maka kepala sekolah harus memfokuskan perhatian kepada siswa yang

merupakan harapan dan cita-cita orang tua dan warga. Cara kerja kepala

sekolah dan cara ia memandang peranannya dipengaruhi oleh

(20)

ketetapan yang dibuat oleh sekolah mengenai peranan kepala sekolah di

bidang pengajaran.

Sementara itu, peran kepala sekolah menurut Wahjosumidjo (2002:122)

adalah

a. Pendidik

Kepala sekolah adalah guru atau pendidik yang mendapat tugas tambahan. Dalam hal ini kepala sekolah harus mampu menjalankan tugas tersebut sebagai perencana, pengelola kelas dan evaluasi pembelajaran. Kegiatan perncanaan meliputi penyusunan perangkat pengajaran, pengelolaan meliputi pemilihan dan penerapan strategi pembelajaran tepat guna dan tepat waktu, evaluasi pembelajaran meliputi kemampuan mencari metode yang sesuai dan refleksi guna perbaikan kegiatan belajar mengajar. Selain itu juga kepala sekolah melaksanakan peran dalam membimbing peserta didik, tenaga pendidik dan kependidikan.

b. Pimpinan

Kepala sekolah berperan untuk memberdayakan segala kemampuan yang terdapat disekolah, terutama tenaga pendidik dan kependidikan agar tujuan sekolah tercapai. Kepala sekolah diharapkan mengaplikasikan prinsip-prinsip dan metode-metode kepemimpinan yang baik serta mampu menjadi panutan, memotivasi dan menggerakkan bawahan.

c. Pengelola

Kepala sekolah sebagai manajer secara operasional dituntut mampu menjalankan pengelolaan kurikulum, siswa, keuangan, fasilitas sekolah, administrasi, serta hubungan kedalam dan keluar sekolah. Aktivitas-aktivitas ini dilakukan dengan berbagai langkah yakni : merencanakan, mengorganisasikan, menggerakkan dan mengawas.

d. Administrator

Kepala sekolah adalah pengambil kebijakan teratas di sekolah. Untuk mengambil kebijakan tentunya kepala sekolah harus mampu menganalisa sekelilingnya dengan tepat dan membuat strategi guna mengadakan perubahan dan perbaikan sekolah.

e. Wirausahawan

Kepala sekolah harus mampu menggali ide yang kreatif untuk pengelolaan sekolah. Hal tersebut untuk mengantisipasi keterbatasan sumber keuangan sehingga diharapkan memiliki alternatif untuk memberdayakan sumber lain yang digali dari masyarakat maupun pemerintah.

f. Pencipta Iklim Kerja

(21)

pendidik dan kependidikan saat bekerja dalam situasi yang nyaman. Kondisi dan lingkungan kerja yang positif akan memaksimalkan seluruh staf agar bekerjasama guna meraih visi dan misi sekolah.

g. Supervisor

Sebagai pemimpin pengajaran, kepala sekolah berperan melaksanakan pembinaan profesional guru dan seluruh staf. Dalam hal ini, kepala sekolah melaksanakan aktivitas berupa observasi kelas, melaksanakan rapat atau briefing untuk memberikan arahan kepada tenaga pendidik dan kependidikan, serta menolong mencarikan dan memberikan jalan keluar untuk masalah yang dihadapi guru.

2.7Gaya Kepemimpinan

(Sudarwan&Suparno, 2009:15) mendefinisikan gaya kepemimpinan

adalah gaya kepemimpinan adalah suatu cara dan proses yang kompleks

dimana seseorang mempengaruhi orang-orang lain untuk mencapai suatu

misi, tugas atau suatu sasaran dan mengarahkan organisasi dengan cara

yang membuatnya lebih kohesif dan tidak masuk akal.

Gaya kepemimpinan dari seorang pemimpin, pada dasarnya dapat

diterangkan melalui tiga aliran teori (Retno 2011:27)berikut ini :

1. Teori genetis (keturunan). Inti dari teori menyatakan bahwa “Leader are born not made” (pemimpin itu dilahirkan (bakat) bukannya dibuat). Seorang pemimpin akan menjadi pemimpin karena ia telah dilahirkan dengan bakat kepemimpinan. Dalam keadaan bagaimanapun seseorang ditempatkan telah ditakdirkan menjadi pemimpin, kelak akan timbul sebagai pemimpin.

2. Teori sosial. Inti aliran teori sosial ini ialah bahwa “Leader are born not made”. Para penganut teori ini mengetengahkan pendapat yang menyatakan bahwa setiap orang bisa menjadi pemimpin apabila diberikan pendidikan dan pengalaman yang cukup.

3. Teori ekologis. Sebagai reaksi terhadap teori genetis dan teori sosial, intinya berarti bahwa orang hanya akan berhasil menjadi pemimpin yang baik apabila telah memiliki bakat kepemimpinan. Bakat tersebut kemudian akan dikembangkan melalui pendidikan yang teratur dan pengalaman yang memungkinkan untuk dikembangkan lebih lanjut. Teori ini menggabungkan segi-segi positif dari kedua teori sosial dan genetis sehingga dapat dikatakan merupakan teori yang paling mendekati kebenaran.

(22)

Kepemimpinan transformasional mula-mula digagas oleh Burn

yang diterapkan dalam konteks politik. Selanjutnya, kepemimpinan

transformasional ini diterapkan oleh Bass ke dalam konteks organisasi

(Mahardika 2009:15). Kepemimpinan transformasional didefinisikan

sebagai kepemimpinan yang melibatkan perubahan dalam organisasi.

Kepemimpinan ini membutuhkan tindakan motivasi bawahannya agar

bersedia bekerja demi sasaran-sasaran “tingkat tinggi” yang dianggap

melampaui kepentingan pribadinya pada saat itu (Bass dalam Hasibuan,

2005).

Kepemimpinan transformasional dapat diartikan sebagai bentuk

atau gaya yang diterapkan kepala sekolah dalam mempengaruhi

bawahannya (guru, tenaga administrasi, siswa, dan orang tua peserta didik)

untuk mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan (Sudarwan dan

Suparno, 2009:26-27). Kepemimpinan transformasional memiliki

penekanan dalam hal pernyataan visi dan misi yang jelas, penggunaan

komunikasi secara efektif, pemberian rangsangan intelektual, serta

perhatian pribadi terhadap permasalahan invidu anggota organisasinya

(Sudarwan dan Suparno, 2009:27).

Menurut (Mulyasa, 2004:25) sebagai manajer ia harus mampu

mengatur agar semua potensi sekolah dapat berfungsi dan berjalan

optimal, salah satu proses manajemen yang sangat dikenal dalam literatur

akademik, yaitu POAC ( Planning, Organizing, Actuacting, Controlling).

(23)

dalam peningkatan mutu kualitas pendidikan di sekolah. Terkait dengan

cara kepemimpinan kepala sekolah, para ahli pendidikan sepakat bahwa

salah satu gaya kepemimpinan yang relevan di terapkan dalam konteks

MBS (Manajemen Berbasis Sekolah) adalah gaya kepemimpinan

transformasional. Yakni cara yang memungkinkan semua potensi yang ada

disekolah dapat berfungsi secara optimal.

Kepemimpinan transformasional di definisikan sebagai gaya

kepemimpinan yang mengutamakan pemberian kesempatan yang

mendorong semua unsur atau elemen sekolah yang meliputi guru, siswa,

staf pegawai, orang tua, masyrakat dan lain-lain untuk bekerja atas dasar

sistem nilai (values system) yang luhur, sehingga semua elemen yang ada

disekolah bersedia untuk berpartisipasi dalam pencapaian visi sekolah.

Seorang kepala sekolah yang memiliki kepemimpinan

transformasional memiliki sikap menghargai ide-ide baru, cara dan metode

baru serta praktik-praktik baru yang dilakukan para guru dalam proses

Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) disekolah. Terdapat tujuh sikap dari

kepala sekolah yang telah berhasil menerapkan gaya kepemimpinan

transformasional, yaitu :

1. Mengidentifikasi dirinya sebagai agen perubahan. 2. Memiliki sikap pemberani.

3. Mempercayai orang lain.

4. Bertindak atas dasar sistem nilai (bukan atas dasar kepentingan pribadi).

5. Meningkatkan kemampuan yang dimiliki secara terus menerus. 6. Memiliki kemampuan untuk menghadapi situasi yang rumit, tidak

(24)

7. Memiliki visi kedepan atau visioner.

Lima perilaku yang mecirikan pemimpin transformasional menurut

Bennis dan Nanus (dalam Marshall & Molly, 2011:42-43) ialah :

1) Kepemimpinan yang terfokus

Tidakan-tinadakan yang tampaknya daopat merebut perhatian orang, memfokuskan mereka pada isu-isu penting dalam suatun diskusi. 2) Kepemimpinan Komunikasi

Menggunakan keterampilan komunikasi yang efektif-aktif mendengarkan, mengutamakan umpan balik yang sesuai, dan lain-lain- untuk menjelaskan gagasan-gagasan yang rumit dengan jelas.

3) Kepemimpinan Kepercayaan

Perilaku-perilaku yang membangun kepercayaan adalah konsistensi tindakan (dapat diandalkan) dan pemenuhan janji.

4) Kepemimpinan Penuh Hormat

Tindakan-tindakan yang menunjukkan bahwa pemimpin peduli terhadap bawahan, seperti menyampaikan ucapan selamat atas pencapaian yang dilakukan bawahan.

5) Kepemimpinan Berisiko

Tindakan-tindakan yang dirancang untuk mendapat komitmen penuh dari setiap individu terhadap gagasan dan proyek baru, seringkali dengan melibatkan mereka dan memberi mereka tanggung jawab.

Pola Hubungan Pemimpin-Bawahan Kepemimpinan Transformasional

Tipe Kepemimpinan Kepemimpinan Transformasional

Hasil Kepemimpinan Tindakan independen

Dituntun oleh internalisasi nilai-nilai

bersama

Motif Kekuasaan Pemimpin Pemimpin dan bawahan yang

diberdayakan dituntun oleh suatu visi

bersama

Motif Kekuasaan Bawahan Saling tergantung, bawahan yang

diberdayakan sebagai mitra kerja.

(25)

2.9 Kerangka Berfikir

Dalam mewujudkan visi –misi sekolah tentunya diperlukansinergitas dan

tanggung jawab bersama dari berbagai elemen yang ada baik kepala

sekolah,dewan guru ataupun pegawai lainya. Jika semua elemen sekolah

mampu bekerjasama secara aktif maka akan terwujud sekolah yang

merealisasikan visi dan misinya begitu juga sebaliknya. Sudah menjadi tugas

seorang atasan sebagai pimpinan suatu organisasi harus mampu menjalankan

fungsi manajemen seperti perencanaan, pengorganisasian, pengawasan dan

penggerakkan. Jika atasan kurang mampu menerapkan fungsi tersebut, maka

akan ada beberapa pandangan atau tanggapan pada diri atasan.

Tanggapan atau persepsi guru tersebut diperoleh dari kesan-kesan yang

timbul sebagai akibat dari gaya kepemimpinan. Jika atasan membuat dirinya

mampu menerapkan gaya kepemimpinan transformasional, maka guru

tersebut akan memiliki persepsi yang baik kepada atasan. Namun jika kepala

sekolah tersebut kurang gaya kepemimpinan transformasional, maka hal itu

akan mempengaruhi dirinya. Jika hubungan dan kerjasama yang baik diantara

individu, maka kinerja atau prestasi kerja masing-masing juga akan lebih

(26)

2.10 Hipotesis Kerja

Hipotesis nol (H0) adalah :

Gaya kepemimpinan transformasional kepala sekolah tidak berpengaruh

terhadap kinerja guru.

Hipotesis alternatif (H1) adalah:

Gaya kepemimpinan transformasional kepala sekolah berpengaruh terhadap

kinerja guru.

Kepala sekolah SMA NEGERI 1 SURUH (X)

Gaya kepemimpinan transformasional :

1. Idealized influence 2. Inspirational

motivation 3. Intelectual stimulation 4. Individualized

consideration

Kinerja guru (Y) :

Referensi

Dokumen terkait

Performa Produksi Susu dan Reproduksi pada Berbagai Paritas di PT.Naksatra Kejora (Pembimbing: DIAN WAHYU HARJANTI dan ENNY TANTINI SETIATIN).. Penelitian ini

Tujuan penulisan makalah ini untuk mengetahui pentingnya manajemen dalam melakukan pembelajaran seni rupa serta mengetahui strategi yang dapat diterapkan

dengan konstruksi bagian luar dari baja yang dilapisi dengan bahan juga dapat memindahkan / transfer panas dengan lebih baik.. Bahan bakar yang terdiri dari gas alam dan dicampur

Untuk mengetahui lebih jelas tentang sistem remunerasi pegawai Trans Metro di Kota Pekanbaru, maka penulis memberikan beberapa pertanyaan kepada para karyawan Trans

Dari hasil penelitian dan pengukuran kekasaran permukaan terhadap benda kerja yang dibuat dengan proses pemesinan menggunakan mesin Milling CNC didapat bahwa nilai

 Suat u perusahaan akan mengadakan emisi saham biasa baru dengan harga j ual per lembar Rp 4000, 00 biaya emisi per lembar Rp400, 00 hasil penj ualan net o yang dit erima Rp3.. 

Silabus dan materi berdasarkan Referensi Menggambar Mesin dengan Standar ISO dan refrensi lain yang terkait.Untuk mengetahui apakah topik atau silabus Mata

Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Mendeskripsikan keterampilan berbicara bahasa Jerman siswa sebelum dan sesudah penggunaan media Film dalam pembelajaran, (2)