• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perlindungan hukum terhadap konsumen dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Perlindungan hukum terhadap konsumen dan"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN DAN JUGA PELAKU USAHA

DALAM MELAKUKAN TRANSAKSI JUAL BELI SECARA ON LINE

Makalah

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Regulasi dan Hukum ICT

Disusun Oleh:

Lilies Juliana Gultom (55416120018)

Dosen : DR Ir Iwan Krisnadi MBA

UNIVERSITAS MERCU BUANA PROGRAM PASCASARJANA PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO

(2)

DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

2. Rumusan Masalah

3. Tujuan Penelitian

4. Manfaat Penelitian

II. LANDASAN TEORI

1. Konsumen dan Pelaku Usaha

2. Hak dan kewajiban dari konsumen dan pelaku usaha

3. Jual beli on line e-commerce

III. PEMBAHASAN

1. Hukum Perlindungan Konsumen

2. Kontrak Elektronik dan Perlindungan Konsumen berdasarkan UU ITE dan PP PSTE

3. Penyelesaian Sengketa

IV. KESIMPULAN

(3)

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Penelitian

Jual beli (e-commerce) adalah sebuah kegiatan yang mungkin hampir setiap hari kita temukan dalam kehidupan sehari-hari. Berbagai macam transaksi jual beli pun dapat kita jumpai dimana-mana bahkan sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kegiatan manusia sebagai mahluk sosial dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Adapun pada zaman dahulu praktek barter atau tukar menukar digunakan oleh masyarakat dalam bertransaksi satu sama lain. Seiring dengan berjalannya waktu dewasa ini transaksi jual beli pun sekarang menjadi sebuah transaksi yang dahulunya sangat sederhana sekarang menjadi sebuah transaksi modern serta kompleks.

Di indonesia sendiri jual beli adalah sesuatu yang tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat. Seiring dengan perkembangan zaman jual belipun akhirnya menjadi sebuah transaksi yang dirasa untuk perlu diberikan rambu-rambu. Sebagaimana kita ketahui bersama berdasarkan Pasal 1 ayat (3) undang-undang dasar Negara Republik Indonesia bahwa “ Negara Indonesia adalah Negara yang berdasarkan atas hukum” maka dari itu hukum muncul untuk mengatur setiap aspek kehidupan masyarakat yang mana dimana hukum itu diharapkann bisa mengakomodir kepentingan semua pihak sehingga semua orang bisa menggunakan haknya tanpa melupakan kewajiban tentunya. Hal ini sangat penting agar tidak terjadi kesewenang-wenangan sehingga jelas mengenai batasan-batasan dalam bertingkah laku.

Kemunculan internet sebagai salah satu terobosan yang sangat maju telah membuka cakrawala kita tentang adanya ruang,informasi dan komunikasi yang telah menembus batas-batas antarnegara. Dengan kecanggihan yang membuat kemudahan bagi semua orang akan tetapi di satu sisi internet tak luput dari pelaku kejahatan untuk menjadikannya sarana untuk melakukan tindak kejahatan yang dinamakan cyber crime.

(4)

manfaat,keadilan, keseimbangan, keamanan dan keselamatan konsumen, serta kepastian hukum. Meskipun ada undang-undang nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen dan juga undang-undang nomor 11 Tahun 2008 tentang informasi transaksi elektronik, tapi menurut hemat saya banyak aturan-atuaran yang tidak tercantum yang kurang mampu untuk memayungi transaksi secara online.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan Latar belakang yang telah dijabarkan diatas, maka kemudian isu hukum dan permasalahan yang akan diteliti antara lain sebagai berikut :

1. Apakah prinsip tanggung jawab dalam Perlindungan Konsumen bagi pelaku usaha mampu melindungi hak-hak konsumen terhadap barang yang tidak sesuai dengan yang ada pada situs penyedia online shop ?

2. Apakah peraturan perundang-undangan yang ada dalam bidang perlindungan konsumen mampu mengakomodir kepentingan, keamanan dan kepastian hukum konsumen dan pelaku usaha dalam melakukan transaksi jual beli secara online ( e-commerce) ?

3. Perlukah sebuah aturan khusus tersendiri yang mengatur lalu lintas transaksi jual beli secara online (e-commerce) di Indonesia ?

3. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penelitian hukum ini adalah :

1. Untuk mengetahui dan Menganalisis peraturan perundang-undangan yang terkait dengan jual beli online terutama aspek perlindungan konsumen dan juga pelaku usaha apakah mampu untuk mengakomodir hak-hak para pihak, menciptakan transaksi yang aman, serta adanya status hukum yang jelas dari sebuah transaksi yang dilakukan secara elektronik.

2. Menyusun suatu argumentasi hukum tentang perlindungan hak-hak konsumen juga pelaku usaha sebagai upaya perlakuan yang sama antara konsumen dan pelaku usaha sebagaimana asas keseimbangan dalam kaitannya dengan persamaan di depan hukum.

4. Manfaat Penelitian

(5)

Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi dalam kesadaran akan pentingnya hak hak konsumen dan pelaku usaha untuk diakomodir, adanya tanggung jawab dari pelaku usaha berdasarkan prinsip tanggung jawab, sehingga terciptanya lalu lintas transaksi elektronik yang aman, nyaman, dan adanya kepastian hukum. Dan juga diharapkan konsumen melakukan transaksi online berdasarkan prinsip kehati-hatian.

2. Manfaat penyusunan aturan hukum

(6)

BAB II LANDASAN TEORI

1. Konsumen dan Pelaku Usaha 1. Konsumen dan Pelaku usaha

Istilah konsumen berasal dari kata consumer, secara harfiah arti kata consumer adalah (lawan dari produsen) setiap orang yang menggunakan barang. Konsumen secara sederhana digambarkan sebagai setiap orang yang menjadi pengguna barang atau jasa. Kamus umum bahasa Indonesia sendiri mendefinisikan konsumen sebagai lawan podusen, yakni barang-barang industri, bahan makanan, dan sebagainya.1 Berdasarkan pengertian dari Pasal 1 ayat (2) undang-undang nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen “ konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan jasa yang tersedia dalam masyrakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun mahluk hidup lainnya dan tidak untuk diperdagangkan”.

Dalam Black’s Law Dictionary mendefinisikan konsumen sebagai berikut : a persson who buys goods or service for personal, family, or household use, with no intention or resale; a natural person who use produects for personal rather than business purpose.2

Berdasarkan dari beberapa pengertian konsumen yang telah dikemukakan diatas, maka konsumen dapat dibedakan kepada tiga batasan, yaitu:

a) Konsumen komersial (commercial consumer), adalah setiap orang yang mendapatkan barang dan/atau jasa yang digunakan untuk memproduksi barang/ dan atau jasa lain dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan.

b) Konsumen antara(intermediate consumer), adalah setiap orang yang mendapatkan barang dan/atau jasa yang digunakan untuk diperdagangkan kembali juga dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan.

c) Konsumen akhir (ultimate cosumer/ end user) adalah setiap orang yang mendapatkan dan menggunakan barang dan/atau jasaa untuk tujuan memenuhi kebutuhan pribadi, keluarga dan orang lain, dan mahluk hidup lainnya dan tidak untuk diperdagangkan kembali dan/atau untuk mencari keuntungan.3

Pelaku usaha secara sederhana digambarkan sebagai setiap orang atau kelompok yang melakukan suatu usaha yang dilakukan untuk suatu tujuan tertentu.

(7)

Berdasarkan Pasal 1 ayat (3) undang-undang nomor 8 tahun 1999 “ pelaku usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badaan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayag hukum Negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi”.

2. Hak dan Kewajiban dari Konsumen dan Pelaku Usaha 2.1.Hak Konsumen

Secara internasional hak konsumen dapat dibedakan menjadi 4 (empat) hak utama yang telah diakui secara global yaitu:4

a) hak untuk mendapatkan keamanan b) hak untuk mendapatkan informasi c) hak untuk memilih

d) hak untuk didengar

Dalam perkembangannya terdapat penambahan hak konsumen dalam International Organization of Consumer Union (IOCU)5 yaitu hak mendapat pendidikan, hak mendapatkan ganti rugi dan hak mendapatkan lingkungan yang baik dan sehat. Sedangkan dalam Pasal 4 UUPK terdapat beberapa hak konsumen yaitu:6

a) Hak atas kenyamanan dan keselamatan dalam mengonsumsi barang dan/atau jasa b) Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa

tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan c) Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan

barang dan/atau jasa

d) Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang digunakan

e) Hak untuk mendapatkan advokasi perlindungan dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut

f) Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen

g) Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif

4 Celina Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen, Sinar Grafika, Jakarta,2011, hlm. 30-31. 5 Ibid

(8)

h) Hak untuk mendapatkan kompensasi ganti rugi dan/atau penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinyaa

i) Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya

2.2.Kewajiban konsumen

Selain memiliki hak, konsumen juga memiliki kewajiban, hal ini bertujuan untuk mengimbangi hak konsumen, sehinggga kewajiban ini diatur dalam Pasal 5 UUPK yang mencantumkan 5 (lima) macam kewajiban konsumen, yaitu:7

a) Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau pemanfaatan barang dan/atau jasa, demi keamanan dan keselamatan;

b) Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau jasa; c) Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati;

d) Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara patut.

2.3.Hak Pelaku Usaha

Menurut Pasal 6 UUPK tercantum 5 (lima) hak-hak dari (pelaku usaha) sebagai berikut:8

a) Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai kondisi dan nilai tukar barang dan/atau jasa yang diperdagangkan

b) Hak untuk mendapatkan perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang beritikad tidak baik

c) Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian hukum sengketa konsumen

d) Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa kerugian konsumen tidak berakibatkan oleh barang dan/atau jasa yang diperdagangkan e) Hak-hak yang diatur dalam ketentuan perundang-undangan lainnya

2.4.kewajiban pelaku usaha

Menurut Pasal 7 UUPK kewajiban produsen (pelaku usaha) adalah:9 a) Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya

7Ibid, hlm. 47.

(9)

b) Memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan, dan pemeliharaan

c) Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif

d) Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa yang berlaku

e) Memberikan kesempatan kepada konsumen untuk menguji dan/atau mencoba barang dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan/atau garansi atas barang yang dibuat dan/atau yang diperdagangkan

f) Memberi kompensasi, ganti rugi, dan/atau penggantian atas kerugian akibat penggunaan, pemakaian, dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang diperdagangkan

g) Memberikan kompensasi, ganti rugi, dan/atau penggantian apabila barang dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.

3. Jual beli on line E- commerce

(10)

BAB III PEMBAHASAN

1. Hukum Perlindungan Konsumen

Sebelum masuk dalam substansi terkait ketentuan UUPK, ada baiknya kita mengenali dulu terkait beberepa istilah yang tidak asing dari konsumen. Konsumen yang diperbincangkan dalam hal ini ialah setiap pengguna barang atau jasa untuk kebutuhan diri sendiri, keluarga atau rumah tangga, dan tidak untuk memproduksi barang/jasa lain atau memperdagangkannya kembali, adanya transaksi konsumen yang mana maksudnya ialah proses terjadinya peralihan pemilikan atau penikmatan barang atau jasa dari penyedia barang atau penyelenggara jasa kepada konsumen.

Pasal 4 UUPK menyebutkan bahwa hak konsumen diantaranya; hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan; hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa; hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya; dll.

Di sisi lain, kewajiban bagi pelaku usaha sesuai Pasal 7 UUPK diantaranya; memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan; memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian, dll.

Lebih tegas lagi Pasal 8 UUPK melarang pelaku usaha untuk memperdagangkan barang/jasa yang tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam label, etiket, keterangan, iklan atau promosi penjualan barang dan/atau jasa tersebut. Berdasarkan pasal tersebut, ketidaksesuaian spesifikasi barang yang Anda terima dengan barang tertera dalam iklan/foto penawaran barang merupakan bentuk pelanggaran/larangan bagi pelaku usaha dalam memperdagangkan barang.

(11)

usaha dapat dipidana berdasarkan Pasal 62 UUPK, yang berbunyi: “Pelaku usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 13 ayat (2), Pasal 15, Pasal 17 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf c, huruf e, ayat (2) dan Pasal 18 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau pidana denda paling banyak Rp 2.000.000.000,00 (dua milyar rupiah).

2. Kontrak Elektronik dan Perlindungan Konsumen berdasarkan UU ITE dan PP PSTE.

Transaksi jual beli, meskipun dilakukan secara online, berdasarkan UU ITE dan PP PSTE tetap diakui sebagai transaksi elektronik yang dapat dipertanggungjawabkan. Kontrak Elektronik itu sendiri menurut Pasal 48 ayat (3) PP PSTE setidaknya harus memuat hal-hal sebagai berikut; data identitas para pihak; objek dan spesifikasi; persyaratan Transaksi Elektronik; harga dan biaya; prosedur dalam hal terdapat pembatalan oleh para pihak; ketentuan yang memberikan hak kepada pihak yang dirugikan untuk dapat mengembalikan barang dan/atau meminta penggantian produk jika terdapat cacat tersembunyi; dan pilihan hukum penyelesaian Transaksi Elektronik.

Dengan demikian, pada transaksi elektronik yang terjadi dikasus dapat menggunakan instrumen UU ITE dan/atau PP PSTE sebagai dasar hukum dalam menyelesaikan permasalahannya.

Terkait dengan perlindungan konsumen, Pasal 49 ayat (1) PP PSTE menegaskan bahwa Pelaku Usaha yang menawarkan produk melalui Sistem Elektronik wajib menyediakan informasi yang lengkap dan benar berkaitan dengan syarat kontrak, produsen, dan produk yang ditawarkan. Pada ayat berikutnya lebih ditegaskan lagi bahwa Pelaku Usaha wajib memberikan kejelasan informasi tentang penawaran kontrak atau iklan. Lalu muncul pertanyaan bahwa bagaimana jika barang bagi pihak konsumen tidak sesuai dengan yang diperjanjikan?

(12)

Menurut Prof. R. Subekti, S.H. dalam bukunya tentang “Hukum Perjanjian”, wanprestasi adalah kelalaian atau kealpaan yang dapat berupa 4 macam kondisi yaitu:

a. Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya

b. Melaksanakan apa yang dijanjikannya, tetapi tidak sebagaimana dijanjikan; c. Melakukan apa yang dijanjikannya, tetapi terlambat;

d. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukannya. Jika salah satu dari 4 macam kondisi tersebut terjadi, maka Anda secara perdata dapat menggugat penjual online dengan dalih terjadi wanprestasi (misalnya, barang yang Anda terima tidak sesuai dengan spesifikasi barang yang dimuat dalam tampilan beranda suatu laman online).

3. Penyelesaian Sengketa

Penyelesaian sengketa E- Commerce internasional dimungkinkan untuk diselesaikan terutama yang meliputi sengketa bernilai kecil dalam forum yang tepat, yaitu dengan Online Dispute Resolution (ODR), atau APS online yang menjadi cara praktis untuk memberi para pelanggan remedy yang tepat, murah dan efektif serta mengurangi penentuan perkara di negara asing. Ada beberapa keuntungan bagi pembeli dan pelaku usaha trnsaksi E-Commerce dalam penyelesaian sengketa melalui ODR antara lain:

1. Pertama, penghematan waktu dan uang. Keuntungan ini karena para pihak tidak perlu membayar biaya yang harus dikeluarkan untuk menghadiri persidangan dan biaya- biaya yang berkaitan dengan hal itu. Kecepatan ODR adalah salah satu keuntungan dasarnya, pihak-pihak dan pihak netral tidak perlu melakukan perjalanan untuk bertemu, mereka tidak perlu ada di waktu yang sama, jangka waktu antara penyerahan dapat singkat, penyelesaian dapat berdasarkan dokumen saja.

2. Kedua, biasanya biaya layanan penyelesaian sengketa perdata adalah gabungan dari biaya institusi penyelesaian sengketa, fee, dan biaya pihak netral, biaya para pihak, ongkos hukum. Dalam ODR beberapa biaya ini tidak ada atau berkurang signifikan.

3. Ketiga, pihak yang menggunakan akses internet lebih yakin dalam menghadapi proses yang akan dijalaninya, sebab mereka dapat dengan mudah mengontrol dan merespon apa yang terjadi dalam proses.

(13)

Berdasarkan pada penyelesaian sengketa alternatif secara offline atau tradisional, maka dapat dibagi juga bentuk penyelesaian sengketa dengan cara online (ODR) yang dapat dilakukan melalui Arbitrase Online. Perkembangan teknologi yang memungkinkan terjadinya perdagangan secara elektronik, telah mengilhami dilakukan penyelesaian sengketa secara elektronik pula. Di tengah kegalauan sistem hukum yang tidak mengikuti perkembangan zaman dan cepatnya kemajuan tekhnologi, tekhnologi telah menggoreskan gagasan tentang penyelesaian sengketa secara online, dalam bentuk arbitrase onlien (E- Arbitration).

Arbitrase online menjadi suatu pilihan menarik dalam penyelesaian sengketa E-Commerce. Karaktersitik transaksi di internet merupakan transaksi lintas batas geografis yang menghubungkan antara konsumen dengan pelaku usaha dari berbagai negara yang dapat melahirkan sengketa. Dimana sengketa tersebut nilai nominalnya sebahagian sangat kecil, tetapi membutuhkan penyelesaian yang cepat, dan dengan biaya yang tidak terlalu mahal. Berbagai upaya yang telah dilakukan diantaranya dengan menyediakan Alternatif Penyelesaian Sengketa secara online, seperti arbitrase online. Penyelesaian sengketa secara online mulai dilakukan pada tahun 1995 dengan didirikannya Virtual Magistrate pada

Vilanova Center For Law & Technology.

Tujuannya adalah untuk menjadi penyedia jasa penyelesaian sengketa, khusus untuk sengketa- sengketa secara online. Kasus pertama ditangani pada tahun 1996. Dalam kasus tersebut seorang telah mengajukan gugatan karena telah menerima iklan-iklan tidak diminta melalui email yang dikirimkan dengan menggunakan alamat dari American Online (AOL). AOL setuju untuk menanggapi gugatan ini dan virtual magistrate yang menangani perkara tadi mengabulkan gugatan penggugat dan memerintahkan kepada AOL untuk tidak lagi mengirim email yang berisi iklan.

(14)

BAB IV KESIMPULAN

Transaksi jual-beli melalui E- Commerce saat ini dan terutama di wilayah hukum negara Indonesia telah berkembang dengan pesat. Indonesia telah memiliki landasan hukumnya mengenai perlindungan konsumen yakni Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen disamping masih adanya peraturan perundang- undangan lainnya mengatur hal yang sama.

Konsumen dalam hal ini harus diberikan berbagai perlindungan khusus yang mana sangat rentan dengan berbagai kemungkinan yang akan merugikan pihak konsumen itu sendiri dari para pelaku usaha yang tidak beritikad baik dalam melakukan transaksi jual-beli secara online. Transaksi secara online bagi pihak para pelaku usaha maupun konsumen masing-masing harus memiliki iktikad baik dari awal.

Jika para pihak konsumen maupun para pelaku usaha dalam melakukan transaksi jual beli terdapat permasalahan maka dapat menggunakan sarana UUPK yang mana sebagai pedoman bagi konsumen terutama untuk memperjuangkan hak-haknya untuk melindungi kepentingannya. Tidak menutup kemungkinan bagi para pelaku usaha jika mendapatkan pembeli yang tidak memiliki iktikad baik dapat menyelesaikan hal melalui proses yang serupa.

(15)

REFERENSI

Djoni S.Gazali dan Rachmadi Usman,

Hukum Perbankan, Ctk.kedua, Sinar Grafika, Jakarta; 2012

Richardus Eko Indrajit, E-Commerce: Kiat dan Strategi Bisnis Di Dunia Maya, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta, 2001

Abdul Halim Barkatullah dan Teguh Prasetyo, Bisnis E-Commerce: Studi Sistem Keamanan dan Hukum di Indonesia, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2005

Az Nasution, “Konsumen dan Hukum”, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1995 Subekti, R, Prof, S.H., “Hukum Perjanjian”, Cetakan ke-VIII, PT Intermasa, Jakarta, 2000

Peraturan Perundang-undangan

Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun

Referensi

Dokumen terkait

Dalam makalah ini akan disampaikan hal-hal yang berhubungan dengan kejadian disfungsi telomer pada penyakit autoimun, seperti rheumatoid arthritis dan penyakit lupus..

Salah satu tanaman di Indonesia yang sering digunakan sebagai bahan pengobatan alami yaitu daun kucai.Tanaman kucai (Allium schoenoprasum L.).daun dari tanaman kucai

Untuk merumuskan strategi pengelolaan wilayah pesisir yang akan dikembangkan dalam bentuk poinpoin untuk selanjutnya dianalisa proses hirarki AHP, setelah itu perkiraan dampak

Sedangkan variabel independen lainnya yaitu rasio leverage, basis perusahaan, umur perusahaan, perubahan laba terhadap ekuitas (ROE), dan rasio nilai pasar terhadap

PER-03/BL/2007 dijelaskan bahwa Sewa Guna Usaha (Leasing) adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi (Finance

awal diperoleh data tentang hasil belajar matematika siswa sebelum dilakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sebagai berikut: siswa yang mendapat nilai dengan kriteria

Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2014 ini ialah papan partikel, dengan judul Kombinasi Perlakuan Oksidasi, Penambahan

Beliau mengatakan : Di dalam keterangan ini terkandung penjelasan bahwa jalan keluar/solusi dari kezaliman para penguasa -yang mereka itu berasal dari bangsa kita sendiri