BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Seorang wanita hamil yang memiliki kadar Hb kurang dari 10 gr/ 100 ml
disebut menderita anemia dalam kehamilan, Karena itu, para wanita hamil dengan Hb
antara 10 dan 12 g/ 100 ml tidak dianggap menderita anemia patologik, akan tetapi
anemia fisiologik atau pseudoanemia (Sarwono, 2007).
World Health Organization (WHO) memperkirakan sekitar 10% kelahiran
hidup mengalami komplikasi pendarahan pascapersalinan. Komplikasi paling sering
dari pendarahan pascapersalinan adalah anemia. Jika kehamilan terjadi pada seorang
ibu yang telah menderita anemia, maka pendarahan pascapersalinan dapat
memperberat keadaan anemia dan dapat berakibat fatal (Saifuddin, 2010).
Frekuensi anemia dalam kehamilan cukup tinggi, diseluruh dunia berkisar
antara 10% dan 20%. Karena defisiensi makanan memegang peranan yang sangat
penting dalam timbulnya anemia maka dapat di pahami bahwa frekuensi itu lebih
tinggi dari negara berkembang seperti Indonesia. Menurut penelitian Tjiong
dalam Sarwono (2007), frekuensi anemia dalam kehamilan setinggi 18,5%, dan
dalam trimester I Hb rata-rata 12,3 gr/ml, dalam trimester II Hb rata-rata 11,3 g/100
ml, dan dalam trimester III Hb rata-rata 10,8 g/100 ml, Hal ini disebabkan karena
pengenceran darah menjadi makin nyata dengan lanjutnya umur kehamilan, sehingga
frekuensi anemia dalam kehamilan menjadi meningkat (Sarwono, 2007).
Anemia pada umumnya terjadi diseluruh dunia, terutama di negara
berkembang (developing countries) dan pada kelompok sosial-ekonomi rendah. Pada
kelompok dewasa terjadi pada wanita usia reproduksi, terutama wanita hamil dan
wanita menyusui karena mereka banyak yang mengalami defisiensi Fe. Secara
keseluruhan, anemia terjadi pada 45% wanita di negara berkembang dan 13% di
negara maju (developed countries). Terdapat 12% di Amerika, wanita usia subur
(WUS) 15-49 tahun, adalah 11% wanita hamil usia subur mengalami anemia.
Sementara persentase wanita hamil dari keluarga miskin terus meningkat seiring
bertambahnya usia kehamilan (dalam trimester I terjadi anemia sebesar 8%, dalam
trimester II terjadi anemia sebesar 12%, dan dalam trimester ke III terjadi anemia
sebesar 29%). Anemia pada wanita masa nifas (pascapersalinan) juga umum terjadi,
sekitar 10% dan 22% terjadi pada wanita postpartum dari keluarga miskin (Fatmah,
2008).
Salah satu indikator tingkat kesehatan yang penting dan tantangan bagi bangsa
Indonesia adalah masih tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) yaitu 307/100.00
kesehatan dan gizi ibu yang rendah selama masa hamil, terlihat dengan masih
banyaknya kejadian anemia gizi besi pada ibu hamil yaitu 63,5% (SDKI, 2003).
Prevalensi anemia pada wanita hamil di Indonesia berkisar 20-80%, tetapi
pada umumnya banyak penelitian yang menunjukkan prevalensi anemia pada wanita
hamil yang lebih besar dari 50%. Hal yang sama diperoleh dari hasil penelitian
Wahyudin (2008) dimana prevalensi anemia ringan dan berat akan makin tinggi
dengan bertambahnya paritas.
Berdasarkan hasil surfey cepat anemia gizi pada ibu hamil di Riau pada tahun
2007 jumlah ibu hamil yang mengalami anemia gizi sebesar 27,30%. Hal ini
menunjukkan adanya peningkatan prevalensi anemia gizi dibandingkan hasil
pengukuran kadar Hb tahun 2001 sebesar 20,06% (Data Kesehatan Provinsi Riau,
2008).
Berdasarkan data di Puskesmas Pulau Godang Kari Kabupaten Kuantan
Singingi tahun 2010 jumlah ibu hamil dengan anemia sebesar 85 orang dari 1422 ibu
hamil (5,9%), pada tahun 2011 jumlah ibu hamil dengan anemia sebesar 197 orang
dari 1495 ibu hamil(13,1%), sedangkan pada tahun 2012 jumlah ibu hamil dengan
anemia sebesar 215 orang dari 1426 ibu hamil (15,1%).
Faktor Umur, Pemberian Tablet Fe, Paritas, dan Jarak Kehamilan, sangat
berkaitan dengan kejadian anemia pada ibu hamil, karena umur ibu yang tidak dalam
tidak sesuai standar, paritas yang tinggi dan jarak kelahiran yang terlalu dekat dapat
menjadi penyebab anemia (Amiruddin, 2007).
Berdasarkan data di atas terlihat bahwa dalam kurun waktu 3 tahun terakhir
terjadi peningkatan kasus yang signifikan, padahal sudah banyak upaya-upaya dai
pihak tekait untuk mengatasi hal ini sehingga, hal inilah yang membuat peneliti
tertaik untuk melakukan penelitian guna mengetahui ”Faktor-faktor yang
Berhubungan dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil di Wilayah kerja Puskesmas
Pulau Godang Kari Kecamatan Kuantan Singingi Tahun 2014”.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan suatu rumusan
masalah penelitian ”Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Anemia Pada
Ibu Hamil di Wilayah kerja Puskesmas Pulau Godang Kari Kecamatan Kuantan
Singingi Tahun 2014”.
1.3 PERTANYAAN PENELITIAN
1.3.1 Apakah ada hubungan status gizi ibu dengan kejadian anemia pada
ibu hamil
1.3.2 Apakah ada hubungan umur ibu dengan kejadian anemia pada ibu
hamil
1.3.4 Apakah ada hubungan Pemberian Tablet Fe dengan kejadian anemia
pada ibu hamil 1.4 TUJUAN PENELITIAN
1.4.1 Tujuan Umum
Diketahuinya ”Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian
Anemia Pada Ibu Hamil di Wilayah kerja Puskesmas Pulau Godang Kari
Kecamatan Kuantan Singingi Tahun 2014”.
1.4.2 Tujuan Khusus
1.4.2.1 Untuk mengetahui hubungan status gizi ibu dengan kejadian
anemia pada ibu hamil
1.4.2.2 Untuk mengetahui hubungan umur ibu dengan kejadian anemia
pada ibu hamil
1.4.2.3 Untuk mengetahui hubungan paritas dengan kejadian anemia pada
ibu hamil
1.4.2.4 Untuk mengetahui hubungan Pemberian Tablet Fe dengan kejadian
anemia pada ibu hamil
1.5 MANFAAT PENELITIAN
Sebagai bahan masukan dalam pembuatan kebijakan terkait
Pencegahan dalam penanggulangan Anemia pada Ibu Hamil di Kelurahan
Pulau Godang Kari Kuantan Singingi.
1.5.2 Bagi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Pekanbaru
Sebagai bahan masukan dan rujukan dalam penelitian selanjutnya
yang dilakukan oleh mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah
Pekanbaru
1.5.3 Bagi peneliti
Menambah wawasan dan pengetahuan serta pengalaman penulis dalam
pelaksanaan program kerja di lapangan, pelaksanaan penelitian ini merupakan
wahana bagi peneliti untuk melihat perbedaan antara teori dengan fakta di
lapangan.
1.6 RUANG LINGKUP PENELITIAN
Penelitian ini difokuskan terhadap anemia pada ibu hamil yang masih menjadi
permasalahan yang cukup besar yakni pada tahun 2010 jumlah ibu hamil dengan
anemia sebesar 85 orang dari 1422 ibu hamil (5,9%), pada tahun 2011 jumlah ibu
hamil dengan anemia sebesar 197 orang dari 1495 ibu hamil(13,1%), sedangkan pada
tahun 2012 jumlah ibu hamil dengan anemia sebesar 215 orang dari 1426 ibu
hamil (15,1%) dengan ruang lingkup penelitian meliputi tentang paritas ibu, umur
ibu, status gizi dan Pemberian Tablet Fe pada wilayah kerja Puskesmas Pintu Gobang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 TELAAH PUSTAKA
2.1.1 Kehamilan
Kehamilan adalah masa di mulainya konsepsi sampai lahirnya
janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7
hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3
triwulan yaitu triwulan pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan,
triwulan kedua dari bulan keempat sampai 6 bulan, triwulan ketiga dari
bulan ketujuh sampai 9 bulan (Sarwono, 2006).
Kehamilan mulai dari ovulasi sampai partus adalah kira-kira 280
hari (40 minggu), dan tidak lebih dari 300 hari (43 minggu). Kehamilan 40
minggu ini disebut kehamilan matur (cukup bulan). Bila kehamilan lebih
dari 43 minggu di sebut kehamilan postmatur. Kehamilan antara 28 dan 36
minggu disebut kehamilan prematur (Wiknjosastro, 2007).
2.1.1.2 Usia kehamilan
Menurut Hani (2010), kehamilan dibagi dalam 3 trimerter :
1. Trimester I (konsepsi sampai 12 minggu)
2. Trimester II (13 minggu sampai 27 minggu)
2.1.1.3 Diagnosis Kehamilan
Menurut Hani (2010), diagnose kehamilan terbagi menjadi tiga yaitu :
a. Tanda Tidak Pasti
Tanda tidak pasti adalah perubahan-perubahan fisiologis yang
dapat dikenali dari pengakuan-pengakuan atau yang dirasakan oleh
wanita hamil.
Tanda tidak pasti terdiri dari :
- Amenorea (berhentinya menstruasi)
- Mual (nausea) dan muntah (emesis)
- Ngidam (mengingini makanan tertentu)
- Syncope (pingsan)
- Kelelahan
- Payudara tegang
- Sering miksi
- Konstipasi atau abstipasi
- Epulis
b. Tanda Kemungkinan
Tanda kemungkinan adalah perubahan-perubahan fisiologis
yang dapat diketahui oleh pemeriksa dengan melakukan pemeriksaan
fisik kepada wanita hamil.
Tanda kemungkinan terdiri dari :
- Pembesaran perut
- Tanda hegar
- Tanda goodel
- Tanda Chadwicks
- Tanda Piscaseck
- Kontraksi Braxton hicks
- Teraba Ballotement
- Pemeriksaan tes biologis kehamilan (planotest) positif.
c. Tanda Pasti
Tanda pasti adalah tanda yang menunjukkan langsung
Tanda pasti terdiri dari :
- Gerakan janin dalam rahim
- Denyut jantung janin
- Bagian-bagian janin
- Kerangka janin
2.1.2 ANEMIA
2.1.2.1 Defenisi Anemia
Anemia adalah suatu kondisi dimana berkurangnya sel darah
merah (eritrosit) dalam sirkulasi darah atau massa Hemoglobin
sehingga tidak mampu memenuhi fungsinya sebagai pembawa
oksigen keseluruhan jaringan (Tarwoto, 2007).
Menurut WHO anemia adalah suatu keadaan dimana
kadar Hemoglobin lebih rendah dari batas normal untuk kelompok
orang yang bersangkutan.
2.1.2.2 Kriteria Anemia
1. Wanita dewasa tidak hamil : Hemoglobin <12 gr%
2. Wanita hamil : Hemoglobin <11 gr%
2.1.2.3 Derajat Anemia
Menurut Tarwoto, (2007) Departemen Kesehatan menetapkan
derajat anemia sebagai berikut :
a. Ringan sekali : Hb 11 g/dl - batas normal
b. Ringan : Hb 8 g/dl - <11 g/dl
c. Sedang : Hb 5 g/dl - <8 g/dl
d. Berat : Hb <5 g/dl
2.1.3 ANEMIA PADA KEHAMILAN
2.1.3.1 Pengertian
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar
hemoglobin di bawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar
hemoglobin < 10,5 gr% pada trimester II ( Depkes RI, 2009 ). Anemia
adalah kondisi dimana sel darah merah menurun atau menurunnya
hemoglobin, sehingga kapasitas daya angkut oksigen untuk kebutuhan
kehamilan, indikasi anemia adalah jika konsentrasi hemoglobin kurang
dari 10,50 sampai dengan 11,00 gr/dl (Varney, 2006 ).
Hemoglobin ( Hb ) yaitu komponen sel darah merah yang
berfungsi menyalurkan oksigen ke seluruh tubuh, jika Hb berkurang,
jaringan tubuh kekurangan oksigen. Oksigen diperlukan tubuh untuk
bahan bakar proses metabolisme. Zat besi merupakan bahan baku
pembuat sel darah merah. Ibu hamil mempunyai tingkat metabolisme
yang tinggi misalnya untuk membuat jaringan tubuh janin,
membentuknya menjadi organ dan juga untuk memproduksi energi
agar ibu hamil bisa tetap beraktifitas normal sehari – hari ( Sin sin,
2010 ).
Hb merupakan komponen utama eritrosit yang berfungsi
membawa oksigen dan karbondioksida. Warna merah pada darah
disebabkan oleh kandungan Hb yang merupakan susunan protein yang
komplek yang terdiri dari protein, globulin dan satu senyawa yang
bukan protein yang disebut heme. Heme tersusun dari suatu senyawa
lingkar yang bernama porfirin yang bagian pusatnya ditempati oleh
logam besi (Fe). Jadi heme adalah senyawa-senyawa porfirin-besi,
sedangkan hemoglobin adalah senyawa komplek antara globin dengan
2.1.3.2 Penyebab Anemia pada Kehamilan
Penyebab anemia umunya adalah kurang gizi, kurang zat besi,
kehilangan darah saat persalinan yang lalu, dan penyakit – penyakit
kronik (Mochtar, 2004). Dalam kehamilan penurunan kadar
hemoglobin yang dijumpai selama kehamilan disebabkan oleh karena
dalam kehamilan keperluan zat makanan bertambah dan terjadinya
perubahan-perubahan dalam darah : penambahan volume plasma yang
relatif lebih besar daripada penambahan massa hemoglobin dan
volume sel darah merah. Darah bertambah banyak dalam kehamilan
yang lazim disebut hidremia atau hipervolemia. Namun bertambahnya
sel-sel darah adalah kurang jika dibandingkan dengan bertambahnya
plasma sehingga terjadi pengenceran darah. Di mana pertambahan
tersebut adalah sebagai berikut : plasma 30%, sel darah 18%, dan
hemoglobin 19%. Pengenceran darah dianggap sebagai penyesuaian
diri secara fisiologi dalam kehamilan dan bermanfaat bagi wanita
hamil tersebut. Pengenceran ini meringankan beban jantung yang
harus bekerja lebih berat dalam masa hamil, karena sebagai akibat
hipervolemia tersebut, keluaran jantung (cardiac output) juga
meningkat. Kerja jantung ini lebih ringan apabila viskositas darah
rendah. Resistensi perifer berkurang pula, sehingga tekanan darah
Selama hamil volume darah meningkat 50 % dari 4 ke 6 L,
volume plasma meningkat sedikit menyebabkan penurunan
konsentrasi Hb dan nilai hematokrit. Penurunan ini lebih kecil pada
ibu hamil yang mengkonsumsi zat besi. Kenaikan volume darah
berfungsi untuk memenuhi kebutuhan perfusi dari uteroplasenta.
Ketidakseimbangan antara kecepatan penambahan plasma dan
penambahan eritrosit ke dalam sirkulasi ibu biasanya memuncak pada
trimester kedua ( Smith et al., 2010 ).
Pola makan adalah pola konsumsi makan sehari-hari yang
sesuai dengan kebutuhan gizi setiap individu untuk hidup sehat dan
produktif. Untuk dapat mencapai keseimbangan gizi maka setiap orang
harus menkonsumsi minimal 1 jenis bahan makanan dari tiap
golongan bahan makanan yaitu Karbohidrat, protein hewani dan
nabati, sayuran, buah dan susu.( Bobak, 2005 ). Seringnya ibu hamil
mengkonsumsi makanan yang mengandung zat yang menghambat
penyerapan zat besi seperti teh, kopi, kalsium ( Kusumah, 2009 ).
Wanita hamil cenderung terkena anemia pada triwulan III karena pada
masa ini janin menimbun cadangan zat besi untuk dirinya sendiri
sebagai persediaan bulan pertama setelah lahir ( Sin sin, 2008). Pada
penelitian Djamilus dan Herlina (2008) menunjukkan adanya
semakin tinggi angka kejadian anemia. Hasil uji statistic juga
menunjukkan kebermaknaan (p > 0.05).
Faktor umur merupakan faktor risiko kejadian anemia pada ibu
hamil. Umur seorang ibu berkaitan dengan alat – alat reproduksi
wanita. Umur reproduksi yang sehat dan aman adalah umur 20 – 35
tahun. Kehamilan diusia < 20 tahun dan diatas 35 tahun dapat
menyebabkan anemia karena pada kehamilan diusia < 20 tahun secara
biologis belum optimal emosinya cenderung labil, mentalnya belum
matang sehingga mudah mengalami keguncangan yang
mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan
zat – zat gizi selama kehamilannya. Sedangkan pada usia > 35 tahun
terkait dengan kemunduran dan penurunan daya tahan tubuh serta
berbagai penyakit yang sering menimpa diusia ini. Hasil penelitian
didapatkan bahwa umur ibu pada saat hamil sangat berpengaruh
terhadap kajadian anemia (Amirrudin dan Wahyuddin, 2004).
Ibu hamil yang kurang patuh mengkonsumsi tablet Fe
mempunyai risiko 2,429 kali lebih besar untuk mengalami anemia
dibanding yang patuh konsumsi tablet Fe (Jamilus dan Herlina 2008 ).
Kepatuhan menkonsumsi tablet Fe diukur dari ketepatan jumlah tablet
yang dikonsumsi, ketepatan cara mengkonsumsi tablet Fe, frekuensi
merupakan salah satu upaya penting dalam mencegah dan
menanggulangi anemia, khususnya anemia kekurangan besi.
Suplementasi besi merupakan cara efektif karena kandungan besinya
yang dilengkapi asam folat yang sekaligus dapat mencegah anemia
karena kekurangan asam folat (Depkes, 2009). Konsumsi tablet besi
sangat dipengaruhi oleh kesadaran dan kepatuhan ibu hamil.
Kesadaran merupakan pendukung bagi ibu hamil untuk patuh
mengkonsumsi tablet Fe dengan baik. Tingkat kepatuhan yang kurang
sangat dipengaruhi oleh rendahnya kesadaran ibu hamil dalam
mengkonsumsi tablet besi, inipun besar kemungkinan mendapat
pengaruh melalui tingkat pengetahuan gizi dan kesehatan. Kepatuhan
ibu hamil mengkonsumsi tablet besi tidak hanya dipengaruhi oleh
kesadaran saja, namun ada beberapa faktor lain yaitu bentuk tablet,
warna, rasa dan efek samping seperti mual, konstipasi (Simanjuntak,
2004).
Paritas adalah jumlah anak yang telah dilahirkan oleh seorang
ibu baik lahir hidup maupun lahir mati. Seorang ibu yang sering
melahirkan mempunyai risiko mengalami anemia pada kehamilan
berikutnya apabila tidak memperhatikan kebutuhan nutrisi. Karena
selama hamil zat – zat gizi akan terbagi untuk ibu dan untuk janin
tidak terdapat hubungan antara paritas dengan kejadian anemia pada
ibu hamil, ibu hamil dengan paritas tinggi mempunyai risiko 1.454
kali lebih besar untuk mengalami anemia dibanding yang paritas
rendah ( Djamilus dan Herlina, 2008)
2.1.3.3 Gejala Anemia pada Ibu Hamil
Gejala yang paling umum dari anemia selama kehamilan adalah:
a. Kulit, bibir, dan kuku pucat
b. Merasa lelah atau lemah
c. Pusing
d. Sesak napas
e. Detak jantung yang cepat
f. Sulit berkonsentrasi
Pada tahap awal, anemia mungkin tidak memiliki gejala yang
jelas. Dan banyak diantara gejala yang dirasakan sering terjadi di masa
kehamilan. Jadi, pastikan ibu hamil untuk mendapatkan tes darah rutin
ketika melakukan pemeriksaan kehamilan, agar anemia dapat
2.1.3.4 Klasifikasi Anemia pada Kehamilan
a. Anemia Defisiensi Besi
Anemia defisiensi besi merupakan jenis anemia
terbanyak didunia. Terutama pada negara miskin dan
berkembang. Anemia defisiensi besi merupakan gejala kronis
dengan keadaan hiprokromik (kosentrasi hemoglobin kurang)
(Tarwoto, 2007). Penyakit ini lebih dikenal dengan penyakit
kurang darah, yang disebabkan kekurangan zat besi dalam
jumlah yang tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Kehilangan zat besi yang meningkat disebabkan oleh investasi
cacing (Tarwoto, 2007).
b. Anemia Megaloblastik
Anemia yang disebabkan karena kerusakan sintesis
DNA yang mengakibatkan tidak sempurnanya SDM.Keadaan
ini disebabkan karena defisiensi Vit B12 (Cobalamin) dan
asam folat. Karakteristik Sel SDM, dalam darah dan sumsum
tulang. Sel megaloblas ini fungsinya tidak normal, dihancurkan
tidak efektif dan masa hidup eritropoesis lebih pendek
(Tarwoto, 2007).
c. Anemia Hipoplastik
Anemia pada wanita hamil yang disebabkan karena
sum-sum tulang kurang mampu membuat sel-sel darah baru,
dinamakan anemia hipoplastik dalam kehamilan (Sarwono,
2007). Etiologi anemia hipoplastik karena kehamilan hingga
kini belum diketahui dengan pasti, kecuali yang disebabkan
oleh sepsis, sinar Roentgen, racun, atau obat-obat. Dalam hal
yang terakhir anemianya dianggap hanya sebagai komplikasi
kehamilan (Sarwono, 2007). Karena obat-obat penambah darah
tidak memberi hasil, maka satu-satunya cara untuk
memperbaiki keadaan penderita ialah tranfusi darah, yang
sering perlu diurai sampai beberapa kali (Sarwono, 2007).
d. Anemia Hemolitik
Anemia Hemolitik adalah anemia yang terjadi karena
meningkatnya penghancuran sel darah merah. Dalam keadaan
normal, sel darah merah mempunyai waktu hidup 120 hari.
hati dapat mengetahuinya dan merusaknya (Kusumawardani,
2010).
Jika suatu penyakit menghancurkan sel darah merah
sebelum waktunya (hemolisis), sumsum tulang berusaha
menggantinya dengan mempercepat pembentukan sel darah
merah yang baru, sampai 10 kali kecepatan normal. Jika
penghancuran sel darah merah melebihi pembentukannya,
maka akam terjadi anemia hemolitik(Kusumawardani, 2010).
2.1.3.5 Pengaruh Anemia Pada Kehamilan
Anemia dapat berpengaruh terhadap kehamilan, baik itu
selama kehamilan, dalam masa persalinan, pada masa nifas dan
memberikan pengaruh juga pada janin yang ada dalam kandungan
(Sarwono, 2007).
Menurut Sarwono (2007) Penyulit yang dapat timbul akibat
anemia, seperti :
a. Abortus
b. Partus prematurus
c. Partus lama karena inertia uteri
e. Syok
f. Infeksi, baik intrapartum maupun post partum
g. Anemia yang sangat berat dengan Hb <4 gr/100 ml
Hipoksia akibat anemia dapat menyebabkan syok dan kematian
ibu pada persalinan sulit, walaupun tidak terjadi pendarahan.
Menurut Sarwono (2007) bagi hasil konsepsi anemia dalam
kehamilan memberi pengaruh kurang baik, seperti :
a. Kematian mudigah
b. Kematian perinatal
c. Prematuritas
d. Terjadi cacat bawaan
e. Cadangan zat besi kurang
2.1.4 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil
2.1.4.1 Status Gizi
Terjadinya anemia pada ibu hamil dimungkinkan karena pada
yaitu status gizi KEK yang disebabkan asupan makan yang
kurangnya, sehingga cadangan zat besi dalam tubuh berkurang,
kurangnya pemanfaatan perawatan selama kehamilan atau ANC (Ante
Natal Care) pada ibu selama kehamilan berlangsung yang
mempengaruhi terjadinya anemia pada ibu hamil tidak terpantau
dengan baik status gizi dan kadar Hb (Wahyudin, 2008).
Gizi seimbang adalah pola konsumsi makan sehari-hari yang
sesuai dengan kebutuhan gizi setiap individu untuk hidup sehat dan
produktif. Agar sasaran keseimbangan gizi dapat dicapai, maka setiap
orang harus menkonsumsi minimal 1 jenis bahan makanan dari tiap
golongan bahan makanan yaitu KH, protein hewani dan nabati,
sayuran, buah dan susu (Fariansjah, 2009).
Penelitian menunjukkan adanya kecendrungan bahwa semakin
kurang baik pola makan, maka akan semakin tinggi angka kejadian
anemia (Fariansjah, 2009).
2.1.4.2 Umur
Keadaan yang membahayakan saat hamil dan meningkatkan
bahaya terhadap bayinya adalah usia saat <20 tahun atau >35 tahun.
tersebut membutuhkan zat besi lebih banyak untuk keperluan
pertumbuhan diri sendiri serta bayi yang akan dikandungnya
(Wahyudin, 2008).
Secara teori umur <25 tahun secara biologis mentalnya belum
optimal dengan emosi yang cenderung labil, mental yang belum
matang sehingga mudah mengalami keguncangan yang
mengakibatkan kekurangannya perhatian terhadap pemenuhan
kebutuhan zat gizi terkait dengan penurunan daya tahan tubuh serta
berbagai penyakit yang sering menimpa diusia ini. Berbagai faktor
yang saling berpengaruh dan tidak menutup kemungkinan usia yang
matang sakalipun untuk hamil yaitu usia 25-35 tahun angka kejadian
anemia jauh lebih tinggi (Herlina, 2009).
Umur <20 tahun membutuhkan zat besi lebih banyak untuk
keperluan pertumbuhan diri sendiri serta janin yang akan
dikandungnya. Sedangkan zat besi yang dibutuhkan selama hamil 17
mg (Soebroto, 2010).
Wanita yang berumur <20 tahun atau >35 tahun, mempunyai
risiko yang tinggi untuk hamil. Karena sangat membahayakan
kesehatan dan keselamatan ibu hamil maupun janinnya. Berisiko
anemia. Usia ibu dapat mempengaruhi timbulnya anemia adalah
semakin rendah usia ibu hamil maka samakin rendah kadar
Hemoglobin. Penelitian Herlina (2009), di Bogor menunjukan adanya
kecenderungan semakin tua umur ibu hamil maka kejadian anemia
semakin besar.
Umur >35 tahun mempunyai risiko untuk hamil karena umur
>35 tahun, dimana alat reproduksi ibu hamil sudah menurun dan
kekuatan untuk mengejan saat melahirkan sudah berkurang sehingga
anemia pun terjadi pada saat ibu hamil umur <35 tahun (Sarwono
2006).
2.1.4.3 Paritas
Paritas adalah jumlah anak yang telah dilahirkan oleh seorang
ibu baik lahir hidup maupun lahir mati. Seorang ibu yang sering
melahirkan mempunyai risiko mengalami anemia pada kehamilan
berikutnya apabila tidak memperhatikan kebutuhan nutrisi. Karena
selama hamil zat-zat gizi akan terbagi untuk ibu dan untuk janin yang
Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut
kematian maternal. Paritas 1 dan paritas tinggi >3 mempunyai angka
kematian maternal lebih tinggi. Lebih tinggi paritas, lebih tinggi
kematian maternal. Risiko pada paritas 1 dapat ditangani dengan
asuhan obstetrik lebih baik, sedangkan risiko pada paritas tinggi dapat
dikurangi atau dicegah dengan keluarga berencana. Sebagian
kehamilan pada paritas adalah tidak direncanakan (Herlina, 2009).
Paritas >3 tahun dapat meningkatkan frekuensi komplikasi
pada kehamilan dan persalinan, seperti meningkatkan risiko terjadinya
kematian janin didalam kandungan dan pendarahan sebelum dan
setelah melahirkan, lebih sering dijumpai pada wanita hamil yang
anemia dan hal ini dapat berakibat vatal, sebab wanita hamil yang
anemia tidak dapat mentoleransi kehilangan darah (Soebroto, 2010).
Kecenderungan bahwa semakin banyak jumlah kelahiran
(paritas), maka akan semakin tinggi angka kejadian anemia
(Wahyudin, 2008).
2.1.4.4 Pemberian Tablet Fe
Zat besi (Fe) merupakan mikro elemen essensial bagi tubuh
yang diperlukan dalam sintesa hemoglobin. Konsumsi tablet Fe sangat
zat besi yang banyak dialami ibu hamil disebabkan oleh kepatuhan
mengonsumsi tablet Fe yang tidak baik ataupun cara mengonsumsi
yang salah sehingga menyebabkan kurangnya penyerapan zat besi
pada tubuh ibu. (Yenni, 2007).
Menurut WHO, 40% kematian di negara berkembang berkaitan
dengan anemia dalam kehamilan. Kebanyakan anemia dalam
kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan akut,
bahkan tidak jarang keduanya saling berinteraksi. Anemia merupakan
masalah kesehatan masyarakat terbesar didunia terutama bagi WUS
(Novita, 2012).
Hasil penelitian Chi, dkk, menunjukkan bahwa angka kematian
ibu adalah 70% untuk ibu-ibu yang anemia dan 19,7% untuk ibu yang
non- anemia. Kematian ibu 15-20% secara langsung atau tidak
langsung berhubungan dengan anemia. Anemia pada kehamilan juga
berhubungan dengan meningkatnya kesakitan ibu (Ridwan, 2007).
Di Indonesia program pencegahan anemia pada ibu hamil,
dengan memberikan suplemen zat besi sebanyak 90 tablet selama
masa kehamilan. Namun banyak ibu hamil yang menolak atau tidak
mematuhi anjuran ini karena berbagai alasan. Kepatuhan minum tablet
Kepatuhan ibu hamil minum pil zat besi merupakan faktor penting
dalam menjamin peningkatan kadarhemoglobin ibu hamil.
2.2 KERANGKA TEORI
V.INDEPENDEN V. DEPENDEN
(Wahyudin, 2008)
STATUS GIZI STATUS GIZI
KEK
(Herlina, 2009)
(Sarwono, 1999)
2.3 KERANGKA KONSEP
VARIABEL INDEPENDEN VARIABEL DEPENDEN UMUR
PARITAS
TABLET FE Aman ≥20 th dan
≤ 35 th
Beresiko >3 Anak
Aman <3 Anak
ANEMIA PADA IBU HAMIL
STATUS GIZI
2.4 HIPOTESIS
2.4.1 Ada hubungan Status Gizi dengan kejadian Anemia pada Ibu Hamil
2.4.2 Ada hubungan Umur dengan kejadian Anemia pada Ibu Hamil
2.4.3 Ada hubungan Paritas dengan kejadian Anemia pada Ibu Hamil
2.4.4 Ada hubungan Pemberian Tablet Fe dengan kejadian Anemia pada Ibu
Hamil
Pulau Godang Kari
Penelitian ini merupakan penelitian Analitik Observasional dengan desain
penelitian Cross Sectional untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan
kejadian anemia pada ibu hamil di wulayah kerja Puskesmas Pulau Godang Kari
Kabupaten Kuantan Singingi tahun 2014.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Pulau Godang Kari
Kabupaten Kuantan Singingi Tahun 2014.
3.3 Populasi dan Subjek Penelitian
3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang berada di
wilayah Kerja Puskesmas Pulau Godang Kari Kabupaten Kuantan Singingi
Tahun 2014.
3.3.2 Subjek Penelitian
Sebagai subjek penelitian ini adalah ibu hamil yang bekunjung di
Puskesmas Pulau Godang Kari Kabupaten Kuantan Singingi Tahun 2014.
3.4 Besar Sampel
Dalam penentuan besar sampel, digunakan rumus besar sampel dari
Keterangan: n = Besar Sampel
N = Besar Populasi
d2 = Tingkat Kesalahan (0,05)
3.5 Teknik Sampling
Prosedur pengambilan sampel diawali dengan mencari ibu hamil yang
berkunjung di Puskesmas Pulau Godang Kari Kabupaten Kuantan Singingi,
kemudian dilakukan pemberian kueshioner, hal ini terus dilakukan hingga jumlah
sampel sudah dipenuhi.
3.6 Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional
Variabel Defenisi operasional
Cara Ukur Alat Ukur Skala Ukur Hasil Ukur
Status
Wawancara Kuesioner Ordinal 0= Beresiko (berumur <20
Wawancara Kuesioner Ordinal 0= Beresiko (>3 anak)
Wawancara Kuesioner Ordinal 0= Beresiko ( mengkonsu msi <90 tablet Fe)
(hemoglobin) (mengkonsum si 90 tablet Fe)
3.7 Jenis dan Cara Pengumpulan Data
3.7.1.1 Primer
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
primer. Pengumpulan data primer diperoleh dari wawancara terhadap
ibu hamil yang berkunjung di wilayah kerja Puskesmas Pulau Godang
Kari Kabupaten Kuantan Singingi Tahun 2014.
3.7.1.2 Sekunder
Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data
sekunder. Pengumpulan data sekunder diperolah dari Dinas Kesehatan
Provinsi Riau dan dari Puskesmas Pulau Godang kari Kabupaten
Kuantan Singingi.
3.7.2 Cara Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah pengamatan berbagai variable yang telah
ditentukan, dimana pengumpulan data berupa:
3.7.2.1 Wawancara
Wawancara dilakukan dengan menggunakan kuesioner untuk
mengetahui faktor resiko kejadian anemia yang diberikan kepada
responden.
Data yang telah terkumpul diolah dengan komputerisasi dengan
langkah-langkah sebagai beikut:
3.7.3.1 Editing
Editing merupakan kegiatan melakukan pengecekan isi
kuesioner dan data, apakah data sudah lengkap, jelas dan konsisten.
3.7.3.2 Coding
Coding (pengkodean) adalah kegiatan merubah data berbentuk
huruf menjadi data berbentuk angka/bilangan dengan cara memberikan
kode untuk masing-masing jawabn menurut kriteria tertentu Angka 0
yang beesiko sedangkan angka 1 yang tidak beresiko.
3.7.3.3 Entry
Entry yaitu memasukkan data dalam program computer untuk
dilakukan analisis lanjut.
3.7.3.4 Processing
Tahap ini merupakan kegiatan pemprosesan data dengan cara
penelitian ini entry data dilakukan dengan menggunakan progam
SPSS versi 17.0.
3.7.3.5 Cleaning
Cleaning merupakan pengecekan embali data yang sudah di entry
untuk mengetahui antara lain missing data melalui list distribusi
frekuensi dibandingkan dengan jumlah sampel, variasi data melalui
distribusi masing-masing variabel melalui tabel silang.
3.8 Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan caa:
3.8.1 Analisis Univariat
Analisa univariat dilakuan terhadap variable umur yang menghasilkan
dalam table distribusi frekuensi dan persentase.
3.8.2 Analisa Bivariat
Analisa bivariat dilakukan untuk mencari hubungan dan membuktikan
hipotesis dua variable, yaitu variable independen diantaranya status gizi,
paritas, umur, dan pemberian tablet fe dengan variable dependen yaitu anemia
Analisis bivariat dapat melihat hubungan antara dua variabel yaitu
variabel independen dengan variabel dependen, menggunakan uji chi square
dengan derajat kepercayaan 95% dan alpha = 0,05. Apabila p< 0,05 maka ada
hubungan atara variabel independen dengan variabel dependen. Apabila p>
0,05 maka tidak ada hubungan antara variabel independen dan variabel
dependen.
Prosedur uji yang digunakan adalah :
Ho : Tidak ada hubungan antara variabel independen terhadap variabel
dependen
Ha : Ada hubungan antara variabel independen terhadap variabel dependen.
Apabila P value > 0,05 maka Ho diterima, Ha ditolak