• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN SISTEM EKONOMI ISLAM DALAM MEMPERB (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERAN SISTEM EKONOMI ISLAM DALAM MEMPERB (1)"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

1 PERAN SISTEM EKONOMI ISLAM DALAM MEMPERBAIKI

KELEMAHAN SISTEM EKONOMI KAPITALIS

Abstrak

Sistem ekonomi liberal atau yang lebih dikenal dengan sistem ekonomi kapitalis, merupakan sistem yang paling banyak dianut pada dewasa ini, walaupun ternyata sistem ini tidak menjamin terjadinya pemeratan pendapatan bagi seluruh penduduk di sebuah negara. Hal yang terjadi justru adanya kesenjangan yang semakin tinggi antara kaum yang kaya dan kaum miskin yang diakibatkan oleh adanya prinsip individualistik dan mencari profit yang sebesar-besarnya. Hal ini berbeda dengan sistem ekonomi Islam, dimana keuntungan bukan merupakan tujuan satu-satunya yang harus dipenuhi, tetapi hal itu lebih merupakan sebuah titik antara untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat dimana dunia dipandang sebagai tempat mencari bekal bagi kehidupan diakhirat.

1. Pendahuluan

Sampai saat ini, sistem ekonomi kapitalis masih merupakan primadona dari sistem ekonomi dunia, dengan Amerika sebagai pendukung utamanya. Sistem ekonomi ini muncul sebagai bagian dari gerakan liberalisme yang mulai muncul pada tahun 1648 dari daratan Eropa sebagai akibat dari timbulnya pertentangan antara Katolik dan Protestan. Hal yang mendasari adalah adanya ketidakmampuan gereja dalam mengakomodasi keinginan seluruh rakyat, terutama berhubungan dengan sikap gereja di Roma yang beranggapan bahwa segala sesuatu harus diatur atau dalam kekuaasaan gereja. Hal ini pada akhirnya memunculkan gerakan protes dan menghasilkan sebuah solusi bahwa ada pemisahan antara gereja dan pemerintahan dengan sistem negara yang merdeka berdasarkan kedaulatan dan menolak ketundukan pada otoritas politik Paus dan Gereja Katolik Roma (fimadani, 2014).

(2)

2 Kebebasan hak milik ini yang pada saatnya membentuk sistem ekonomi kapitalis dimana semua kegiatan ekonomi manusia, produksi maupun konsumsi diarahkan kepada pencarian keuntungan semata, tidak memperhatikan kesejahteraan sosial, mengacuhkan kepentingan bersama, serta semua keuntungan merupakan milik pribadi yang mengusahakannya(fimadani, 2014).

Schumpeter menyatakan hal ini sebagai sistem perusak kreatif (Schumpeter, 2006) dimana setiap individu atau perusahaan dalam pasar kecil maupun pasar yang lebih besar dan kompetitif, akan selalu dapat mencapai kemajuan setelah melakukan restrukturisasi, yaitu dengan melakukan pergantian pekerja dan modal, karena asumsi dasar yang digunakan adalah bahwa yang baru akan selalu lebih baik.

Adam Smith juga pernah menyatakan bahwa ada sesuatu yang tidak nampak dalam menjalankan roda ekonomi dengan sewajarnya sehingga tidak akan terjadi kekacauan dalam pasar. Hal ini mengacu kepada mekanisme penawaran dan permintaan, dimana akan terjadi keseimbangan antara penawaran dan permintaan. Jika terjadi perubahan pada salah satu sisi, baik penawaran maupun permintaan, hal ini akan memacu terjadinya perubahan berikutnya samapi tercapai keseimbangan berikutnya dengan tujuan akhir adalah kesejahteraan bagi seluruh masyarakat (Smith, -).

Kondisi yang digambarkan oleh Adam Smith ini kemudian memacu tumbuhnya kompetisi bebas di pasar dimana seseorang bisa mendapatkan keuntungan yang sangat besar dan setiap pemilik modal bebas menentukan pekerjaan atau usaha apa pun yang akan mereka kerjakan, yang pada akhirnya akan menimbulkan akibat yang kurang baik, mengingat bahwa apa yang dimunculkan oleh sistem ekonomi kapitalis in adalah sistem ekonomi yang bebas nilai sehingga akhirnya akan menghalalkan segala cara untuk mencapai keuntungan yang sebesar-besarnya.

(3)

3 akhirat dimana pencapaian kesejahteraan di dunia merupakan modal atau aset untuk mencapai kebahagiaan di akhirat. Sistem ini mengajarkan kepada penggunanya bahwa Allah SWT. telah memberikan sumber daya yang berlimpah ruah di muka bumi untuk digunakan bagi kesejahteraan seluruh makhluk hidup yang terdapat di bumi itu sendiri.

Makhluk hidup yang dimaksud di sini adalah manusia, serta seluruh spesies makhluk hidup yang pernah di kenal termasuk binatang dan tumbuh-tumbuhan. Manusia disini berperan sebagai wakil Allah di muka bumi yang diberikan petunjuk yaitu al-Qur’an dan Sunnah Rasullullah SAW. Manusia, menurut Ibnu Khaldun, merupakan modal utama perekonomian sebuah bangsa, karena manusia dapat berusaha yang pada akhirnya akan menghasilkan keuntungan. Manusia juga dapat mengolah alam dan lingkungan tempat hidupnya menjadi lebih baik dibandingkan dengan kondisi sebelumnya, walaupun di beberapa sistem ekonomi, hal ini mungkin tidak akan tercapai.

Sistem ekonomi Islam, seperti yang terlihat diatas, tidak menafikan keuntungan yang diperoleh dari hasil usaha, tetapi lebih kepada menyeimbangkan pendistribusian pendapatan melalui distribusi zakat, infaq dan shadaqah. Dalam Islam keuntungan bahkan dicari oleh mereka yang secara posisi berada ditempat tertinggi, seperti Nabi Muhammad SAW, dan contoh tentang aktivitas mencari keuntungan ini sangat banyak (El-Ashker & Wilson, 2006).

Sistem ekonomi Islam merupakan sebuah sistem ekonomi yang bersifat membangun, baik manusia mau pun alam sekitar, bertujuan untuk mensejahterakan kehidupan masyarakat dengan jalan yang benar, tidak menghalalkan segala cara, tetapi juga tidak apatis dalam mencari nafkah. Mengakui hak kepemilikan seseorang tetapi tidak sebebasnya karena diatur oleh sebuah prinsip bahwa apa yang dimiliki oleh manusia di muka bumi ini hanya merupakan pinjaman dari Allah SWT. Adanya sistem ini menjamin bahwa manusia tidak akan menggunakan barang miliknya untuk hal yang tidak sesuai dengan tujuan, yaitu kesejahateraan manusia di dunia dan kebahagiaan dunia dan akhirat.

(4)

4 tetapi bukan merupakan reaksi dari adanya sistem ekonomi kapitalis, melainkan lebih kepada kemunculan atau kebangkitan dari sebuah sistem ekonomi yang terlupakan, mengingat bahwa sistem ekonomi Islam ini muncul sejalan dengan kemunculan Islam sebagai agama yang dibawa oleh Rasullullah Muhammad SAW. selama lebih dari 14 Abad yang lalu.

2. Rumusan Masalah

Permasalahan yang muncul adalah bahwa sistem ekonomi kapitalis dapat dianggap menyimpang dari tujuan utamanya, yaitu kesejahteraan masyarakat sehingga yang tampak saat ini adalah semakin lebarnya jurang antara si miskin dan si kaya, sebagai akibat dari kebebasan individu untuk mencari keuntungan setingi-tingginya. Hal ini menimbulkan pertanyaan, apakah sistem ini masih dapat terus dikembangkan ataukah perlu campur tangan sistem lain untuk membantu meluruskan tujuan sistem ekonomi tersebut. Atau bila dimungkinkan, kenapa tidak beralih ke sebuah sistem yang sama sekali baru, karena menurut Schumpeter sebagaimana disebutkan diatas, bahwa restrukturisasi itu diperlukan untuk menjamin kemajuan dan bahwa yang baru itu akan selalu lebih baik. Atau kah sistem ini masih dapat diperbaiki dengan meminjam sistem ekonomi yang lain, dalam hal ini adalah sistem ekonomi Islam.

Untuk itu diperlukan sebuah perbandingan tentang kedua sistem ekonomi tesebut dan bagaimana sebuah sistem mampu mencapai tujuan yang diinginkan sesuai dengan prinsip ekonomi yang dianutnya.

3. Metode

(5)

5 4. Tinjauan Literatur

4.1 Sistem Ekonomi kapitalis

Kebijakan sebuah negara tergantung dari sistem politik yang dianut oleh negara tersebut, sementara kebijakan politik sendiri merupakan pengembangan dari sistem ekonomi yang dijalankan di negara tersebut. Pemerintahan demokrasi akan menjalankan sistem ekonomi kapitalis sementara pemerintahan sosialis akan menggunakan sistem ekonomi sosialis dan tidak pernah ditemukan bahwa terdapat dua buah sistem ekonomi dapat berjalan dengan baik pada sebuah sistem pemerintahan tertentu (Childs, 2002). Dengan kata lain bahwa kepentingan ekonomi akan mendorong sebuah negara untuk menjalankan sebuah kebijakan politik tertentu untuk melindungi kepentingan ekonominya.

Amerika merupakan negara yang mempraktikkan sistem ekonomi kapitalis seutuhnya dan melakukan segala macam cara untuk mengembangkannya. Sistem kapitalis ini mulai tumbuh subur setelah kejatuhan pemerintahan sosialis, terutama di wilayah Eropa Timur, sebagai sebuah sistem yang berkembang pesat di dunia sampai pada saat ini. Hal ini bisa terjadi karena Amerika, akan mensyaratkan penggunaan sistem ekonomi kapitalis bagi negara berkembang yang mengharapkan bantuan atau dukungan dari negara Amerika (ibid).

Sebuah sistem ekonomi, pada dasarnya akan selalu berhubungan dengan faktor-faktor produksi utama yaitu tanah, tenaga kerja, dan modal. Tanah merupakan sebuah faktor produksi alami yang terdiri dari sumber daya alam sebelum seseorang mengusahakan faktor produksi ini. Tenaga kerja adalah faktor produksi yang melibatkan usaha manusia dalam proses produksi. Modal merupakan sebuah barang atau apa pun juga yang bisa digunakan dalam proses produksi untuk menghasilkan barang atau jasa lainnya. Mengingat bahwa menurut sistem ekonomi kapitalis, ketiga sumber daya ini terbatas, maka perlu dimunculkan sebuah sistem yang bisa menjaga kelanggenggan sumber daya alam tersebut, dalam hal ini adalah sistem ekonomi kapitalis tersebut.

(6)

6 bisa memenuhi kebutuhan. Hal ini terjadi apabila makna modal yang digunakan adalah titik kesejahteraan (ibid). Perkembangan kapitalisme dapat dibagi mejadi tiga bagian yaitu kapitalisme purba, kapitalisme industri dan kapitalisme lanjut (ibid).

Kapitalisme purba adalah tahap awal pembentukan kapitalisme yang berasal dari pemikiran masyarakat feodal yang berkembang di babilonia, Mesir, Yunani dan Kekaisaran Roma (Wuryanta, 2010). Kapitalisme ini muncul sesudah berkembangnya perdagangan antar suku dan kekaisaran sehingga membutuhkan sebuah sistem ekonomi yang terstruktur dengan pelakunya adalah para pedagang, tuan tanah dan pendeta atau rohaniwan. Sistem ekonomi muncul untuk menjaga kepentingan para tuan tanah yang nantinya dikenal sebagai kaum borjuis. Konsep ini kemudian berkembang menjadi kapitalisme merkantilis yang dikembangkan oleh para pedagang yang banyak berkumpul di daerah pelabuhan, seperti Genoa, Venice dan Pisa. Hal ini muncul dari perkembangan sistem perdagangan pada masa itu yang menyangkut sistem pasar, keuangan, barter barang dan perdagangan itu sendiri. Pembicaraan tentang pasar dan perdagangan dengan sendirinya akan mengarah kepada jenis barang yang diperjualbelikan serta nilai lebih yang akan di dapat dari barang tersebut, sehinggga keuntungan menjadi bagian dari kapitalisme tersebut (ibid).

(7)

7 pemilikan modal menjadi hal yang sangat penting. Dipadu dengan pandangan bahwa pemilikan pribadi harus dihargai maka hal ini memunculkan sebuah sistem kolonialisme dan imperialisme ekonomi yang pada akhirnya mempraktikkan eksploitasi besar-besaran terhadap semua sumber daya yang ada (Wuryanta, 2010). Walaupun terdapat perlawanan dengan munculnya sistem ekonomi sosialis, hal ini ternyata tidak bisa menghalangi perkembangan sistem ekonomi kapitalisme yang terus berlanjut sampai saat ini.

Tahap berikutnya adalah kapitalisme lanjut yang merupakan tahap dimana akumulasi modal bukan lagi merupakan satu-satunya kondisi yang menentukan poses produksi tetapi berlanjut ke sebuah pengumpulan modal bersama dengan perusahaan korporasinya. Kapitalisme tidak hanya bermakna produksi dan konsumsi tetapi juga sudah bermakna menabung dan menanam modal sehingga mendapatkan keuntungan berlipat dari usaha yang dilakukannya. Hal ini menjadi dasar dari sebuah sistem dinamis yang luar biasa yang akhirnya menghasilkan tatanan dunia global seperti saat ini (Wuryanta, 2010). Pengawasan dilakukan terus menerus untuk melindungi aset yang dimiliki serta yang mungkin menjadi aset untuk keuntungan selanjutnya. Kekuatan militer digunakan sebagai sebuah satuan yang mempertahankan motif ekonomi sebuah negara. Kemajuan teknologi informasi semakin memberi ruang kepada kemajuan kapitalisme lanjut dengan segala akibatnya yang ditanggung bahkan oleh mereka yang tidak ikut dalam perputaran sistem tersebut.

Dapat dikatakan bahwa kapitalisme itu muncul untuk melindungi segelintir orang dengan kepentingan ekonominya serta membuat banyak orang dan sumber daya yang berlimpah berada dalam kekuasaan mereka agar dapat digunakan untuk mraih keuntungan yang sebesar-besarnya. Kondisi ini tidak berubah dari waktu ke waktu, sejak dari kapitalisme purba sampai ke era global saat ini.

4.1.1 Prinsip Dasar Sistem Ekonomi Kapitalis

(8)

8 1. Produksi dimiliki oleh individu

Dengan prinsip ini, tidak akan timbul masalah apabila lahan produksi yang ada masih terbuka lebar dan memiliki keuntungan yang sama. Masalah besar akan muncul apabila ternyata lahan produksi terbatas dan banyak orang menginginkannya. Hal yang akan terjadi adalah perebutan kekuasan atas produksi tersebut dengan dukungan kekuatan yang ada dimiliki oleh masing-masing individu tersebut. Kondisi ini membuat seseorang yang kuat akan semakin kuat, yang lemah akan tergeser bahkan hilang dari persaingan. Maka akan timbul ketidakseimbangan dan bahkan hal ini memicu terjadi pertentangan antara kaum Katolik dan Protestan sehingga memunculkan sistem ekonomi tandingan, yaitu ekonomi sosialis.

2. Tidak ada campur tangan pemerintah

Pemerintah sepenuhnya akan membiarkan apa yang terjadi di pasar karena pasar sudah diserahkan kepada pihak swasta sebagai pemilik produksi. Hal-hal yang terjadi sesuai dengan mekanisme pasar tidak akan dianggap sebagai pelanggaran atas pemenuhan tujuan mencari keuntungan yang sebesar-besarnya. Jika ada seseorang yang tidak bisa bertahan pada persaingan pasar, hal ini dianggap sebagai hal yang biasa sehingga tidak perlu diselidiki lebih lanjut, walaupun terdapat dugaan persaingan tidak sehat. Kondisi ini akan mengakibatkan ketidakseimbangan dalam pasar itu sendiri, karena akan memunculkan monopoli yang sebenarnya tidak boleh terjadi di sebuah pasar sempurna yang menjadi tujuan sistem ekonomi kapitalis.

3. Kepemilikan sumber daya alam diijinkan

(9)

9 sumber daya alam itu terbatas. Hal ini yang memicu terjadinya kolonialisme yang dimulai dengan mendaratnya perusahaan dagang Inggris di India pada masa kesultanan Moghul. Tujuan perusahaan untuk mencari barang dagangan berupa rempah-rempah yang tidak terdapat di daratan Eropa berubah menjadi keinginan untuk menguasai sumber daya alam di daerah yang ditujunya agar tidak diambil oleh negara yang lain. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa motif ekonomi telah mengubah wajah dunia hingga menjadi seperti apa yang kita alami pada saat ini.

4. Alokasi sumber daya ditentukan oleh hukum penawaran dan permintaan

Hukum penawaran dan permintaan pada dasarnya melepaskan kenaikan harga sesuai dengan kondisi yang terjadi dipasar. Jika dilihat pada prinsip tidak adanya campur tangan pemerintah dalam pasar di sistem ekonomi kapitalis akan mengakibatkan prinsip alokasi sumber daya berdasarkan hukum penawaran dan permintaan bisa menjadi tidak stabil. Ada kemungkinan akan terjadi penawaran atau permintaan palsu yang bisa menaikkan harga menjadi tinggi bahkan mungkin di luar kemampuan masyarakat untuk menjangkau harga tersebut. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya kesenjangan dalam pemilikan dan permintaan barang tersebut dan bukan tidak mungkin bahwa kondisi ini disengaja oleh sekelompok orang yang berkeinginan untuk mencari untung yang sebesar-besarnya dengan cara menimbun barang yang diperlukan sehingga harga dipasaran akan naik dengan selisih yang tinggi.

5. Kepemilikan individu

(10)

10 dianggap bernilai tinggi atau dibuat untuk bernilai tinggi agar bisa menghasilkan keuntungan yang setinggi-tingginya. Hal ini akan menyebabkan pertarungan atau perebutan untuk mendapatkan barang atau wilayah yang diinginkan tersebut. Dengan kata lain, siapa yang memiliki modal yang kuat maka ia akan mendapatkan barang atau wilayah yang terbaik dan atau terbanyak.

4.1.2 Tujuan Sistem Ekonomi Kapitalis

Tujuan dari sistem ekonomi kapitalis tidak lain dan tidak bukan adalah untuk mencari keuntungan yang sebesar-besarnya. Berdasarkan dari pendapat Adam Smith bahwa kapitalisme memiliki mekanisme pasar yang berdasarkan dari kepentingan pribadi yang berkompetisi dengan kekuatan individualismenya dalam menciptakan keseimbangan ekonomi yang dikenal dengan nama hukum penawaran dan permintaan (Prasetyo, 2004). Dengan mekanisme ini, kapitalisme akan selalu berpijak pada perbandingan antara nilai guna dengan nilai tukar yang ada pada setiap komoditi.

(11)

11 Amerika bisa memaksakan kehendak kepada negara lain sesuai dengan kepentingannya.

Sebagai sebuah sistem yang memiliki tujuan mengusahakan kesejahteraan untuk pemenuhan kebutuhan, sistem ekonomi kapitalis akhirnya berubah menjadi sebuah sistem raksasa yang bertujuan untuk mengeruk keuntungan sebanyak-banyaknya sehingga terjadi perubahan paradigma dalam beberapa hal, seperti misalnya pemenuhan kesejahteraan masyarakat, yang sampai saat ini tampaknya belum terpenuhi, terutama di negara Amerika, yang sampai saat ini masih memiliki tingkat pengangguran yang cukup tinggi.

4.1.3 Penerapan Prinsip Dasar Sistem Ekonomi Kapitalis

Prinsip dasar sistem ekonomi kapitalis diterapkan di berbagai bidang secara sistematis. Berikut ini akan dibahas beberapa bidang yang memiliki nilai strategis dalam dunia dewasa ini.

1. Pemilikan Sumber Daya.

Kapitalisme didukung oleh banyak prinsip ekonomi, salah satu yang paling penting adalah prinsip kelangkaan sumber daya. Sebagaimana yang dikatakan oleh Thomas Robert Malthus pada tahun 1798, kelangkaan sumber daya merujuk kepada fakta bahwa terdapat jumlah yang terbatas untuk sumber daya di Bumi kita ini sementara jumlah kebutuhan dan keinginan dari populasi tidak terbatas. Nilai dari sumber daya yang ada di bumi berhubungan langsung dengan kelangkaannya. Berawal dari kelangkaan ini, maka banyak negara yang memiliki kelangkaan sumber daya tetapi memiliki modal berupa uang atau kekuatan mulai mengarungi dunia untuk mencari sumber daya alam. Hal yang terjadi adalah munculnya kolonialisme yang dilakukan oleh banyak negara super power pada masanya seperti Inggris, Spanyol, Portugis dan Belanda. Di masa kini pun masih terjadi kolonialisme dengan mengambil alur yang berbeda tetapi masih dengan motif yang sama yaitu mencari keuntungan sebesar-besarnya.

(12)

12 Sistem moneter dalam sistem ekonomi kapitalis membuat uang melalui penyebaran kredit. Ketika seorang nasabah menyimpan uangnya pada sebuah bank, bank akan meminjamkan sejumlah uang dari dana yang disimpan tersebut kepada mereka yang membutuhkannya dengan mengharapkan sejumlah bunga yang akan dibayarkan atas pokok pinjaman tersebut. Hal ini berasal dari prinsip awal bahwa semua yang dimiliki harus bernilai guna dan memberikan nilai tambah kepada pemiliknya. Mekanisme ini akan memastikan adanya dukungan keuangan yang cukup untuk pertumbuhan GDP sebuah negara. Selain itu, dalam hal kebijakan keuangan publik, negara akan memaksimalkan pendapatan dari warga negaranya berupa pajak. Pajak ini bisa diatur sedemikian rupa sehingga bisa dipakai untuk menutupi kebutuhan negara dan berlaku untuk semua orang yang berada dalam yurisdiksi negara tersebut. Selain itu, sistem ini akan menyebabkan sektor moneter menjadi tumpuan untuk peningkatan GDP sebuah negara, yang berarti bahwa kecukupan likuditas menjadi pemicu naiknya perekonomian sebuah negara.

3. Kecukupan Modal.

Akumulasi modal merupakan aspek lain dalam sistem ekonomi kapitalis. Modal adalah sesuatu yang dimiliki yang bisa digunakan untuk memproduksi lebih banyak kesejahteraan. Jumlah modal merupakan sesuatu yang sangat penting untuk mencapai kesuksesan dalam lingkungan kapitalis, sebagai kesejahteraan lanjutan, dalam bentuk output produktif atau bunga, yang bisa dihasilkan dari modal. Jika modal yang dimiliki berkurang atau tidak bisa memenuhi kebutuhan produksi maka akan diadakan pengumpulan modal yang pada akhirnya akan mengarah kepada pembentukan korporasi yang memiliki jumlah modal yang sangat besar.

4. Perilaku konsumen

(13)

13 pola hidup konsumerisme di masyarakat luas. Hal ini akan membawa kepada kacaunya prioritas pemenuhan kebutuhan dasar manusia.

4.2 Sistem Ekonomi Islam

Berbicara tentang ekonomi Islam tidak bisa dilepaskan dari pembicaraan mengenai kondisi Islam itu sendiri. Saat ini banyak orang di dunia yang memandang Islam sebagai agama yang mendidik umatnya untuk melakukan teror, terutama selepas peristiwa 9/11, terlepas dari benar tidaknya peristiwa tersebut dilakukan oleh umat Islam. Setidaknya hal tersebut membuat orang berpikir bahwa umat Islam adalah umat yang penuh dengan kekerasan. Di negeri kita tercinta inipun, nama Islam tercoreng dengan peristiwa bom bali 1 dan 2, yang pelakunya terdiri dari umat Islam. Salah satu pendapat yang mewakili pendapat para orientalis terhadap Islam mungkin yang ditulis oleh Graham E.Fuller dalam bukunya A World Without Islam (2010) yang menyatakan sebagai berikut:

Imagine, if you will. A world without Islam. Nearly impossible, it would seem, when images and references to Islam dominate our headlines, airwaves, computer screens, and political debates. We are inundated with term such as Jihad, fatwa, madrasa, Taliban, Wahhabi, mullah, martyr, mujahideen, Islamic radicals, and Sharia’a Law....

Pernyataan tersebut terdapat pada halaman 3 buku A World without Islam (Fuller, 2010) dan berdasarkan pernyataan tersebut dapat kita tangkap sekilas bahwa Islam banyak dikenal terutama karena kiprahnya di bidang politik dan bukan dalam kondisi positif, tetapi lebih kepada sikap negatif, karena kebanyakan berita utama yang ada pada surat kabar di negara Amerika Serikat biasanya berisi skandal, pertentangan politik dan bencana kemanusiaan (headline-surat-kabar-dunia-menjadi.html, 2013).

Berdasarkan hal tersebut diatas dapat dikatakan bahwa saat ini dunia Islam dipenuhi tantangan untuk bisa menjawab kecurigaan kaum orientalis dalam menegakkan ajaran agama Islam di dunia yang merupakan fitrah seluruh umat manusia.

(14)

14 pusat perkembangan ekonomi Islam di Inggris (https://www.dur.ac.uk/dcief/) yang jika dirunut ke belakang merupakan salah satu negara yang paling loyal pada saat terjadinya perang salib (1145-1149).

Hal tersebut menyatakan bahwa ekonomi Islam dipandang sebagai sebuah sistem yang mempunyai kemampuan dan kapabilitas untuk menggerakkan ekonomi dunia terutama karena prinsip bagi hasil yang dianutnya dan hal ini tentunya tidak terlepas dari penerapan prinsip dasar Islam yang berlaku dalam sistem ekonomi Islam.

Pada dasarnya prinsip dasar Islam merupakan hubungan antara hablum minallah dan hablum minannas yang jika digambarkan akan mengambil bentuk seperti pada gambar berikut:

Gambar 1 Hubungan Tuhan Manusia Alam

Hablum minallah merupakan hubungan antara manusia dengan Tuhannya,

yang telah menciptakan dan memberikan kehidupan kepada manusia sehingga manusia mempunyai kewajiban untuk beribadah kepada-Nya jika ingin mendapatkan ganjaran berupa pahala dan tempat kembali yang baik di sisi Tuhan.

Hablum minannas merupakan hubungan antara manusia dengan manusia lainnya

dan juga antara manusia dengan alam sekitarnya. Jika manusia harus beribadah kepada Allah SWT. maka manusia harus mempunyai etika dengan manusia dan alam sekitarnya, karena itu pun merupakan satu bentuk ibadah dan setiap ibadah pasti akan mendapatkan ganjaran di sisi Allah SWT.

Tuhan merupakan pencipta seluruh alam semesta sebagaimana yang terdapat pada surat al-Baqarah ayat 117 yang artinya lebih kurang adalah sebagai berikut:

TUHAN

(15)

15 (Allah) Pencipta langit dan bumi. Apabila Dia hendak menetapkan sesuatu, Dia hanya berkata kepadanya, “Jadilah!” Maka jadilah sesuatu itu(Ghazali et all. 2011)

Tidak ada kesulitan bagi Allah SWT. untuk menciptakan alam semesta beserta seluruh isinya karena Allah adalah satu-satunya yang Maha Mengetahui segala sesuatu yang ada di alam semesta ini beserta manfaatnya. Allah menurunkan hujan dan menumbuhkan mata air yang dengan perantaraan air tersebut ditumbuhkan berjenis-jenis tanaman yang ada di bumi ini, Allah menciptakan matahari sebagai lentera disiang hari sehingga semua tanaman dan manusia bisa berproduksi, tanaman dengan fotosintesis dan manusia bekerja mencari nafkah yang halal dan Allah juga yang menciptakan bulan sebagai pelita dimalam hari agar manusia tidak selamanya berada dalam kegelapan dan bisa beristirahat sebagaimana yang tercantum dalam surat An-Naba ayat 9-11 yang artinya lebih kurang seperti berikut:

Dan Kami menjadikan tidurmu untuk istirahat, dan Kami menjadikan

malam sebagai pakaian, dan Kami menjadikan siang untuk mencari penghidupan.

Allah SWT. juga memberikan agama Islam sebagai rahmatan lil alamin, rahmat bagi seluruh alam semesta dan dengan agama ini manusia bisa menempuh hidup didunia dengan selamat dan kembali kesisi Allah SWT. dengan keadaan selamat pula, yaitu berkumpul denganNya di surga yang dijanjikan oleh Allah SWT. bagi setiap makhluknya yang tidak mendustakan ayat-ayat Allah.

Dengan demikian jelaslah bahwa sebenarnya manusia itu sudah diberi petunjuk untuk mengarungi kehidupan didunia ini agar bisa melewatkan hidupnya dalam kondisi beribadah dan selamat di dunia dan akhirat dan petunjuk itu tidak hanya dalam hal yang berhubungan dengan ibadah kepada Tuhan, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari antara manusia dengan manusia lainnya serta antara manusia dengan alam sekitarnya termasuk juga dalam kehidupan berekonomi.

4.2.1 Prinsip Dasar Ekonomi Islam

(16)

16 1. Allah menentukan Benar dan Salah

2. Prinsip Penggunaan 3. Prinsip Pertengahan 4. Kebebasan Ekonomi 5. Prinsip Keadilan

Al-Qur’an, sebagai petunjuk bagi umat manusia merupakan kumpulan firman Allah SWT. yang didalamnya juga memuat prinsip benar dan salah yang pada dasarnya merupakan hak Allah semata. Tidak ada manusia yang boleh mengharamkan apa yang dihalalkan atau sebaliknya menghalalkan apa yang diharamkan oleh Allah. Hal ini berlaku di semua segi kehidupan manusia, baik dalam ibadah rububiyah maupun dalam ibadah muamalat. Dengan demikian, hal ini pun bisa dan harus diterapkan dalam kehidupan ekonomi umat manusia.

Jika konsep benar salah menurut Allah dapat diterapkan oleh manusia, maka tidak akan terjadi kekerasan dan eksploitasi yang berlebihan, karena yang halal juga dapat menjadi haram jika dilakukan secara berlebihan. Konsep penggunaan sesuatu secara sewajarnya dan tidak berlebih-lebihan merupakan inti dari konsep penggunaan yang diajarkan oleh Allah SWT. Manusia diperbolehkan menikmati seluruh karunia yang dilimpahkan oleh Allah tetapi tidak boleh berlebihan. Dalam arti yang lain dapat dikatakan bahwa manusia boleh memanfaatkan alam dan seisinya, karena Allah sudah menciptakan alam dan seisinya untuk melayani kepentingan manusia, tetapi tidak membolehkan adanya eksploitasi yang berlebihan atas semua sumber daya yang ada.

(17)

17 Salah satu syarat untuk bisa menunaikan beberapa perintah Allah adalah kecukupan harta, misalnya perintah menunaikan haji hanya diwajibkan kepada mereka yang mampu baik jasmani maupun rohani, yang berarti harus ada kecukupan materi sebelum seseorang bisa menunaikan ibadah ini. Contoh lain adalah dalam membayar zakat, hanya diwajibkan untuk harta telah memenuhi batas minimal dalam jumlah dan waktu, dan masih banyak lagi hal lainnya. Kondisi ini membuat seseorang harus mempunyai pendapatan dan setiap orang mempunyai hak yang sama untuk berpendapatan. Untuk itu Islam tidak melarang seseorang untuk melakukan usaha jual beli atau usaha lainnya, selama tidak dilarang oleh aturan, agar bisa mendapatkan kemampuan untuk memenuhi kewajibannya kepada Allah. Dalam hal ini maka kebebasan ekonomi dapat digunakan, karena setiap individu mempunyai kemampuan dan mungkin minat yang berbeda-beda.

Potensi dan minat individu yang berbeda-beda memungkinkan terjadinya perbedaan cara dalam mencari nafkah dan juga dalam banyaknya pendapatan yang dihasilkan oleh seseorang. Islam tidak memandang ini sebagai sebuah ketidakadilan, melainkan sebuah keadilan yang berlaku atas siapapun juga. Jika seseorang mempunyai kemampuan untuk mendapat penghasilan yang besar, maka ia dibolehkan untuk melakukannya dengan syarat tidak melupakan seluruh ajaran agama, seperti misalnya membayar zakat. Jika seseorang tidak mempunyai kemampuan untuk mendapatkan penghasilan yang besar, maka ia akan mendapat hasil sesuai dengan apa yang telah dikerjakannya. Apabila seseorang, karena satu dan lain hal, tidak mampu untuk mendapatakan penghasilan yang layak, maka ia akan diberi bagian sebagai orang yang berhak mendapatkan zakat. Dengan demikian konsep keadilan dalam sistem ekonomi Islam dapat tercapai.

4.2.1 Tujuan Ekonomi Islam

Agar umat manusia bisa melakukan ibadah dalam kehidupan ekonominya maka manusia harus mengerti tujuan adanya sistem ekonomi Islam tersebut. Menurut Chaudhry (2012), tujuan utama sistem ekonomi Islam itu adalah sebagai berikut:

(18)

18 2. Distribusi yang Adil dan Merata

3. Tersedianya Kebutuhan Dasar 4. Tegaknya Keadilan Sosial

5. Mengutamakan Persaudaraan dan Persatuan 6. Pengembangan Moral dan Materiil

7. Sirkulasi Harta

8. Terhapusnya Eksploitasi

Pencapaian kebahagian umat manusia didunia dan di akhirat adalah tujuan utama yang seharusnya bisa dicapai oleh seluruh umat manusia selama manusia tersebut mau mengikuti petunjuk yang terdapat dalam ayat-ayat Allah. Chaudry (2012) berpendapat bahwa dalam ekonomi, konsep falah merujuk kepada kesejahteraan materiil seluruh warga negara Islam. Kesejahteraan ini dapat tercapai jika dan hanya jika terdapat pendistribusian kekayaan yang adil dan merata.

Distribusi kekayaan atau sumber ekonomi (Chaudhry, 2012) harus disebarkan dan jangan ada pada tangan segelintir orang tetapi harus berputar di seluruh bagian masyarakat. Dengan demikian semua lapisan masyarakat dapat menarik manfaat dari sumber ekonomi tersebut. Hal ini berarti akan ada penyempitan celah antara si miskin dan si kaya dengan alatnya antara lain adalah zakat, infak dan sedekah. Pendistribusian kekayaan juga akan menjamin tersedianya kebutuhan dasar seluruh umat manusia.

Dalam hadisnya Rasul bersabda: “Anak Adam tidak memiliki hak yang

lebih baik daripada sebuah rumah tempat ia tinggal, selembar pakaian untuk

menutupi auratnya, serta sepotong roti dan air” (HR Tirmidzi). Semua hal tersebut

(19)

19 benar karena pemenuhan kebutuhan dasar ini tercantum dalam UUD 1945 dimana negara berkewajiban untuk mengurus fakir miskin dan anak-anak terlantar, dengan kata lain negara harus bertanggung jawab terhadap hajat hidup warga negaranya yang karena satu dan lain hal, tidak mampu memenuhi kebutuhan dasarnya sendiri. Penegakan keadilan sosial dalam Islam diwakili dengan adanya kewajiban membayar zakat bagi para muzakki sebagai sebuah cara untuk mendistribusikan kekayaannya kepada orang lain. Hal ini akan menjamin terciptanya sebuah keadilan sosial, karena pada dasarnya rejeki antara seseorang dengan orang lainnya berbeda-beda. Oleh karena itu, Islam memunculkan sistem zakat, infak dan sedekah sebagai sebuah cara yang adil sehingga celah antara si kaya dan si miskin tidak menjadi lebih lebar, paling tidak dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia.

Islam menumbuhkan rasa persaudaraan antara seluruh umat manusia dengan memperkenalkan sistem zakat, infak dan sedekah. Hal ini pada dasarnya dilakukan untuk membangun persaudaraan dan persatuan diantara umat Islam. Salah satu hal yang paling berat dilakukan pada era saat ini adalah membagikan harta kita pada orang lain tanpa ada imbalan apapun, tetapi dalam Islam hal ini digunakan sebagai pengungkapan rasa syukur dari mereka yang mempunyai kelebihan harta sebagaimana yang tercantum dalam al-Quran surat al-Baqarah ayat 276 yang artinya lebih kurang seperti berikut ini (Zuhaili et all., 2004) :

Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran dan bergelimang dosa.

Dengan bersedekah, maka akan diberikan balasan yang berlipat ganda, sebagaimana yang termaktub dalam ayat diatas, sehingga untuk mereka yang beriman, sedekah menjadi sebuah alat untuk menunjukkan bahwa mereka mensyukuri nikmat yang diberikan oleh Allah SWT. dengan jalan menumbuhkan rasa persaudaraan dan persatuan melalui pemberian zakat, infak dan sedekah.

(20)

20 mau memberikan atau membelanjakan hartanya dijalan Allah, dijanjikan akan diberikan balasan yang berlipat ganda. Hal ini akan menjamin terjadinya pengembangan moral, rasa bersyukur terutama, baik pada si kaya dan si miskin, serta menjadikan kseimbangan materi antara keduanya. Untuk selanjutnya jika materi terbagi, maka setiap orang akan memiliki daya beli untuk memenuhi kebutuhannya, dan pada gilirannya nanti akan menjadikan pola penawaran dan permintaan berputar sedemikian rupa sehingga akan tercapai kesejahteraan masyarakat.

Kondisi diatas juga akan mendukung terjadinya perputaran harta, karena Islam mengecam mereka yang menimbun hartanya dan tidak membelanjakan atau menginvestasikan harta yang dimilikinya bahkan mereka yang menimbun hartanya diancam dengan siksaan neraka Jahannam (Surat 9: 34-35). Dengan demikian akan terjadi perputaran harta melalui investasi, pemenuhan kebutuhan dasar, dan lainnya, serta adanya perputaran harta kepada mereka yang kurang mampu melalui zakat, infak dan sedekah yang pada gilirannya nanti akan kembali ke perputaran alami penawaran dan permintaan.

Tujuan sistem ekonomi Islam yang paling akhir, menurut Chaudury (2012), merupakan tujuan yang paling penting, yaitu terhapusnya eksploitasi seseorang terhadap orang lain. Jika kesejahteraan dapat dicapai melalui sistem ekonomi Islam, maka tidak akan lagi terjadi ekploitasi, baik dalam bentuk jasmani maupun rohani, karena setiap orang memiliki kedudukan yang seimbang sehingga tidak akan tercipta celah untuk melakukan eksploitasi tersebut.

4.2.3 Penerapan Prinsip Dasar Ekonomi Islam

(21)

21 Untuk menentukan mana yang terpenting, maka itu berpulang kepada manusia itu sendiri, karena manusia sudah diberi kebebasan memilih.

Sebagai contoh, prinsip yang pertama, bahwa hanya Allah yang menentukan benar salah harus diikuti untuk bisa memenuhi seluruh tujuan, karena jika hal ini dilanggar maka kemungkinan akan terjadi hal, seperti yang dikatakan oleh Max Weber dalam bukunya The Protestant Ethic and the Spirit of Capitalism (1905):

The emancipation from economic traditionalism appears, no doubt, to be a factor which would greatly strengthen the tendency to doubt the sanctity of the religious tradition, as of all traditional authorities. But it is necessary to note, what has often been forgotten, that the Reformation meant not the elimination the Church’s control over everyday life, but rather the substitution of a new form of control for the previous one....

Pernyataan diatas menyebutkan bahwa reformasi diadakan untuk mengganti pengawasan dari yang sebelumnya menjadi sebuah bentuk pengawasan baru. Hal ini terjadi karena pada masa tersebut, peran gereja (katolik) sangat besar andilnya dalam menentukan keputusan dalam kehidupan manusia, termasuk didalamnya keputusan ekonomi. Dilain pihak kaum protestan menyatakan bahwa (Weber, 2005):

...that the greater participation of Protestants in the positions of ownership

and management in modern economic life may today be understood, in part at least,

simply as a result of the greater material wealth they have inherited....

Jelas bahwa kemampuan materi seseorang atau sekelompok orang ternyata memegang peranan yang sangat penting dalam menentukan sebuah keputusan berskala besar, dalam hal ini adalah terjadinya reformasi dimasa tersebut. Hal menjadi sebuah contoh yang baik dimana dapat dilihat bahwa penggunaan norma ajaran agama untuk kepentingan sekelompok golongan akan berdampak kurang baik dan ini karena yang menentukan benar tidaknya sesuatu bukanlah berasal dari

Tujuan Kebutuhan Keadilan Persaudaraan Moral & Sirkulasi Terhapusnya

Prinsip Dasar Sosial & Persatuan Materiil Harta Eksploitasi

(22)

22

kitab Allah tetapi berdasarkan kitab yang “seolah-olah” berasal dari Allah. Pada akhirnya muncullah kebenaran dan kesalahan yang beraneka ragam.

Kondisi ini juga berlaku bagi semua prinsip ekonomi Islam yang telah disebutkan diatas, sehingga pada akhirnya dapat diambil kesimpulan bahwa pada intinya semua tujuan dalam ekonomi Islam harus bisa memenuhi seluruh prinsip Islam dalam sistem ekonomi.

Penerapan prinsip dasar ekonomi Islam dalam ekonomi terutama pada bidang-bidang berikut dapat dijelaskan seperti ini:

1. Pemilikan Sumber Daya

Konsep kepemilikan diakui dalam Islam dengan menganut prinsip bahwa semua barang yang ada di muka bumi ini merupakan milik Allah SWT. yang dipinjamkan kepada manusia sebagai khalifah Allah dimuka bumi. Kepemilikan ini terdiri dari tiga tingkat yaitu kepemilikan individu, kepemilikan bersama serta kepemilikan barang milik negara. Pemisahan kepemilikan ini dimaksudkan untuk memberikan tanggung jawab sesuasi dengan tingkat kepemilikan yang dipunyai oleh seseorang sehingga tidak ada penggunaan yang sia-sia terhadap barang yagn dimiliki tersebut. Selain itu, dalam ajaran Islam, tidak ada yang namanya kelangkaan sumber daya, karena Allah sudah menjamin ketersediaan sumber daya yang ada di alam untuk pemenuhan kebutuhan makhluk hidup yang ada. Hal yang menjadi masalah dalam hal sumber daya ini adalah masalah distribusi. Maka dalam ekonomi Islam, hal yang harus dipecahkan adalah bagaimana manusia bisa mendistribusikan sumber daya agar bisa memenuhi kebutuhan dasar selurh makhluk hidup. Selain itu, mengingat bahwa seluruh barang yang ada merupakan kepunyaan Allah SWT. maka manusia berkewajiban untuk menjaga milik Allah SWT. tersebut yang berarti melestarikan sumber daya yang ada dan tidak melakukan eksplorasi besar-besaran yang bisa mengakibatkan rusaknya sumber daya alam tersebut.

(23)

23 Dalam Islam, tidak dilarang untuk memiliki uang selama uang tersebut digunakan sebagai alat penyimpan nilai dan bukan sebagai komoditi. Oleh karena itu tidak dikenal sistem bunga atau riba, selain karena riba itu dilarang oleh agama, secara moneter riba juga akan menyebabkan terjadinya gelembung ekonomi yang menyebabkan terjadinya pertumbuhan ekonomi yang palsu. Selain itu, karena uang itu hanya merupakan alat penyimpan nilai dan bukan merupakan sebuah komoditi, maka uang tidak akan berharga apabila didiamkan begitu saja. Agar bisa bernilai guna, uang tersebut harus diinvestasikan ke dalam sebuah usaha sehingga dengan demikian, uang dapt menghasilkan keuntungan berdasarkan usaha yang dilakukan. Secara moneter berarti bahwa sektor riil menjadi penggerak pertumbuhan ekonomi sebuah negara. Dalam kebijakan publik, pendapatan negara dalam sistem ekonomi Islam tidak hanya berasal dari pajak, bahkan pajak ini belum diberlakukan sebelum kebijakan yagn lain dilakukan. Pendapatan utama negara dalam sistem ekonomi Islam berasal dari zakat. Zakat akan dikumpulkan dari mereka yang memiliki harta yang cukup memenuhi nishabnya dan hanya berlaku bagi orang muslim. Hasil dari zakat ini akan digunakan untuk membiayai kebutuhan pengeluaran negara. Selain itu, dalam sistem ekonomi Islam juga berlaku jizyah yaitu pendapatan yang berasal dari orang non muslim yang hidup di negara muslim tersebut. Pendapatan ini digunakan untuk pengeluaran negara demi sebesar-besar kemakmuran masyarakat. Jika pendapatan dari kedua kebijakan ini masih tidak mencukupi maka diberlakukan kebijakan penarikan pendapatan yang lain (kharaj, rampasan perang, bea cukai, dan lainnya).

3. Modal

(24)

24 Khaldun, manusia secara alamiah memerlukan sesuatu untuk makan dan menyediakan segala sesuatu yang diperlukan mulai dari lahir sampai menuju dewasa dan akhirnya tua (ibid.). Hal yang diperlukan ini harus ditukar dengan sesuatu yang lain yang sama berharganya, karena orang lain mendapatkannya dengan bersusah payah dan tidak boleh ada perampasan (Ibn Khaldun, 1958:). Ibn Khaldun berpendapat bahwa tenaga kerja merupakan titik awal untuk menciptakan kesejahteraan dan pembangunan ekonomi (El-Ashker & Wilson, 2006). Hal ini tersurat dalam pernyataannya bahwa (Ibn Khaldun 1958:480):

“The effort to (obtain sustenance) depends on God's determination and inspiration. Everything comes from God. But human labor is necessary for every profit and capital accumulation.”

Disini Ibn Khaldun menyatakan dengan jelas bahwa Tuhan berperan besar dalam memberikan rejeki kepada umat manusia tetapi bahwa usaha manusia sangat diperlukan dalam mengumpulkan setiap pendapatan dan modal yang diinginkan. Ibn Khaldun juga berpendapat bahwa manusia sudah memiliki pendapatan secara otomatis atau tanpa usaha tertentu melalui siklus alam, yaitu adanya hujan yang menumbuhkan tanaman di ladang (Ibid:479).

Keuntungan yang didapat oleh manusia akan berkembang dan terkumpul menjadi akumulasi modal, jika keuntungan yang dimiliki lebih besar dari kebutuhannya (ibid.). Satu hal yang menarik adalah pendapatnya bahwa jika seseorang tidak menggunakan pendapatannya untuk memenuhi kebutuhannya, berarti hal tersebut tidak bisa disebut sebagai rejeki (ibid.).

Ibn Khaldun juga berpendapat bahwa untuk menilai atau sebagai dasar penilaian modal yang dimiliki oleh manusia sebaiknya menggunakan emas dan perak, karena kedua benda ini tidak akan terkena fluktuasi nilai sementara benda lainnya terkena fluktuasi nilai ( (Ibn Khaldun, 1958:480).

(25)

25 manusia dihargai keahliannya, maka semakin banyak manusia pada sebuah kota atau peradaban berarti semakin besar modal yang ada pada kota atau peradaban tersebut, yaitu modal manusia. (Ali, 2006).

4. Perilaku Konsumen

Dalam sistem ekonomi Islam, tidak dikenal adanya perilaku konsumerisme yaitu lebih banyak lebih baik. Islam justru menyarankan agar segala sesuatu dilakukan dengan secukupnya saja, tidak berlebih-lebihan. Perintah ini dilakukan baik dalam melaksanakan ibadah maupun dalam kondisi muamalah atau pun dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Dalam hal makan pun, kondisi ini diberlakukan, yaitu makan itu sebaiknya dilakukan sebelum lapar dan berhenti sebelum merasa kenyang. Dengan demikian tidak ada sumber atau hasil produksi yang terbuang. Selain itu, pola tidak berlebihan dalam segala sesuatu akan membuat seseorang terhindar dari pola hidup konsumerisme yang saat ini banyak terjadi. Satu contoh yang kecil, misalnya mengenai pembelian alat-alat elektronik, seperti telepon genggam. Saat ini, telepon genggam pun menjadi sebuah komoditas dengan berbagai macam nilai tambahnya, sehingga kebanyakan orang tidak membeli telepon genggam ini berdasarkan kebutuhan dan fungsinya tetapi berdasarkan apa yang ditawarkan oleh produsen. Hal ini merupakan bagian dari sistem ekonomi kapitalis sehingga kebanyakan orang terjebak dengan kondisi ini dan membeli kembali telepon baru walaupun sudah dimiliki masih tetap berfungsi. Hal ini juga merupakan sebuah sikap yang berlebih-lebihan. Untuk itu diperlukan sikap yang sederhana, yaitu mencukupkan diri dengan apa yang ada, apabila masih berfungsi, agar terhindar dari sikap konsumerisme.

Kesimpulan

(26)

26 ternyata akal tidak bisa menjelaskan hal yang terjadi tersebut berarti hal tersebut dianggap tidak ada. Hal ini berpijak pula kepada prinsip bahwa manusia adalah segalanya sehingga apa yang ada diluar yang bisa dijelaskan oleh manusia dianggap tidak rasional. Kelemahan dari hal ini adalah bahwa para penganut aliran ini tidak mempertimbangkan bahwa masih banyak hal yang tidak bisa dijelaskan oleh akal manusia karena berada dalam lingkup kekuasaan Allah SWT. Selain itu, akal manusia pun sangat terbatas dibandingkan dengan kekuasaan Allah SWT. Konsep kapitalis yang hanya mementingkan kepentingan duniawi ini membuat sistem ekonomi Islam mempunyai sebuah nilai tambah, mengingat bahwa konsep ekonomi Islam melingkupi waktu di dunia dan di akhirat dengan aspek kehidupan dunia di lihat sebagai jalan untuk mencapai kehidupan di akhirat. Konsep ekonomi Islam juga mendorong kepada pemeluk ajaran agama Islam agar mewujudkan kesejahteraan, tidak hanya untuk di dunia, tetapi juga di akhirat. Hal-hal yang terjadi, yang tidak bisa dijelaskan oleh akal, tidak dianggap tidak ada, tetapi tetap diyakini keberadaannya, karena sifat Allah yang Maha Kuasa dalam menciptakan segala sesuatu.

(27)
(28)

28

Bibliography

A, M. M. (1991). Islamic Economics: Theory and Practice A Comparative Study.

Lahore: Sh. Muhammad Ashraf Publisher.

Addas, W. A. (2008). Methodology of Economics: Secular vs Islamic. Kuala Lumpur: Ampang Press Sdn. Bhd.

Ali, S. S. (2006). Economic Though of Ibn Khaldun. Jeddah: IRTI.

Badan Pusat Statistik. (2013, Mei 6). Berita Resmi Statistik. Keadaan Ketenagakerjaan Februari 2013, hal. 5.

Cevik, S., & Charap, J. (2011). The Behaviour of Conventional and Islamic Bank Deposit returns in Malaysia and Turkey. IMF.

Chaudhry, M. S. (2012). Fundamental of Islamic Economic System (Terj.). (S. Rosyidi, Penerj.) Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Childs, C. N. (2002). A Comparative Analysis of Capitalist and Islamic Economic Systems. AAPTIS 331 (hal. 1-12). -: -.

Choudhury, M. A. (1986). Contribution to Islamic Economis Theories. New York: St. Martins' Press.

El-Ashker, A., & Wilson, R. (2006). Isla mic Economics: A Short History. Leiden: Koninklijke Brill NV.

fimadani. (2014, Januari 30). www.fimadani.com. Diambil kembali dari Fimadani: http://www.fimadani.com/sistem-ekonomi-kapitalis/

Fuller, G. E. (2010). A World Without Islam. New York: Back Bay Books.

Ghazali, M. Y., Kurnianto, F., Fath, M., & Ismail, J. (2011). Ensiklopedia Al-Quran dan Hadis Per Tema. Jakarta: Alita Aksara Media.

headline-surat-kabar-dunia-menjadi.html. (2013, 11 26). Diambil kembali dari aneh didunia.com: http://www.anehdidunia.com/2012/06/headline-surat-kabar-dunia-menjadi.html

Hitti, P. K. (2013). History of The Arabs. (R. C. Yasin, & D. S. Riyadi, Penerj.) Jakarta: Serambi Ilmu Semesta.

(29)

29 Ibn Khaldun, A. A. (1958, March 13). The Muqaddimah: An Introduction to

History. New York: Pantheon.

Kamimura, Y. (2010). Employment Structure and Unemployment Insurance in East Asia A Strategy to Establish Social Protection for All Workers. Working Paper, 1-17.

Karatas, S. C. (2006). The Economic Theory of Ibn Khaldun and the Rise and fall

of Nations. Manchester: Foundation for Science Technology and

Civilisation.

Katria, S., Bhutto, N. A., Butt, F., Domki, A. A., Khawaja, H. A., & Khalid, J. (-). TRADEOFF BETWEEN INFLATION AND UNEMPLOYMENT.

Proceedings of 2nd International Conference on Business Management

(hal. 1-18). -: -.

Meera, A. K. (2011). The Case For The Islamic Gold Dinar. International Journal of Islamic Finance, 73-87.

Mouhammed, A. H. (-). On Ibn Khaldun's Contribution to Heterodox Political Economy. History of Economic Review, 89-104.

Nelson, R. R. (2010). Capitalism as A Mixed Economic System. Columbia: Columbia University.

Parkin, M. (2012). Macroeconomics 10th Edition. Boston: Pearson.

Prasetyo, E. (2004). Kapitalisme & Neoliberalisme Sebuah Tinjauan Singkat.

Ekonomi Politik Journal Al-Manar, 1-9.

Reisman, G. (1998). Capitalism. Columbus: Jameson Books.

Schumpeter, J. A. (2006). History of Economic Analysis. Taylor & Francis e-Library.

Smith, A. (-). An Inquiry into the Nature and Causes of The Wealth of Nations. : -.

Suryadarma, D., Suryahadi, A., & Sumarto, S. (2007). Reducing Unemployment in Indonesia: Result from a Growth-Employment Elasticity Model. Jakarta: SMERU Research Institute.

Wallerstein, I. (2002). The Capitalist World-Economy. Cambridge: Cambridge University Press.

(30)

30 http://www.marxists.org/reference/archive/weber/protestant-ethic/

Wuryanta, A. E. (2010, Juli 8). Kapitalisme: Sekilas Sejarah. Diambil kembali dari http://saif1924.wordpress.com/:

Gambar

Gambar 1 Hubungan Tuhan Manusia Alam

Referensi

Dokumen terkait

Pembagian Tugas Mengajar Semester Gasal 2014 – 2015 Strata I Fakultas Teologi.. Universitas Kristen

Dasar teoritis manajemen publik baru perlu dipertimbangkan lebih detail, terutama seperti teori di belakang model administrasi tradisional yang dikritik dalam bab

Penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan (field research). Peneliti mendapatkan data dengan melakukan penelitian langsung dari Satuan Polisi Pamong Praja

Oleh karena probabilitas data diatas lebih kecil dari 0.05, maka dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan varians pada data perbandingan keuangan Bank Umum Syariah dengan Bank

Bahwa permohonan Pemohon adalah menguji Pasal 22 ayat (1) huruf a, b, dan c, Pasal 39 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, yang

Penelitian pengembangan buku saku memahami rangkaian flip flop ini bertujuan untuk menghasilkan buku saku yang dapat membantu siswa dalam memahami rangkaian flip flop, untuk

tujuan pembelajaran dinilai sangat baik seperti 57.7% dari 26 siswa, dinilai baik sekitar. 42.3% dari

Jangan merepotkan diri dengan kegagalan masa lalu, apalagi sampai traughma. Ubah rasa traughma kita, ubah kegagalan menjadi kekuatan baru dimana kita akan melakukan upaya