• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem dan Mekanisme Pengelolaan Keselam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Sistem dan Mekanisme Pengelolaan Keselam"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH K3LH TAHUN 2013/2014

SISTEM DAN MEKANISME PENGELOLAAN

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA

PELAKSANAAN PROYEK KONSTRUKSI

OLEH KELOMPOK 5 2 TEKNIK SIPIL 2

POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN

(2)

KELOMPOK 5:

ADRIAN CHRISTO . I

AGUS DARMAWAN . J

(3)

DAFTAR ISI

Nama Kelompok... i

Daftar Isi... ii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Rumusan Masalah... 2

1.3 Tujuan Penelitian... .. 3

1.4 Manfaat Penelitian... .. 3

BAB II KAJIAN TEORI... 5

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 6

BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Pengertian K3 4.1.1 Tujuan K3... .. 7

4.1.2 Adanya Ilmu K3... 7

4.1.3 Sasaran K3... 8

4.1.4 Norma-Norma yang Harus Dipahami dalam K3.... 8

4.1.5 Hambatan dari Penerapan K3... 8

4.1.6 Jenis-Jenis Bahaya dalam K3... 9

4.1.7 Istilah-Istilah yang Ditemui dalam Dunia Kerja... 9

4.2 Proyek Konstruksi 4.2.1 Karakteristik Kegiatan Proyek Konstruksi... 10

4.2.2 Klasifikasi Proyek Konstruksi... 11

4.2.3 Peraturan tentang K3 Proyek Konstruksi... 12

4.2.4 Jenis Bahaya Konstruksi... 14

4.2.5 Sebab Kecelakaan Konstruksi... 15

4.2.6 Strategi Penerapan k3 di Proyek Konstruksi... 17

4.3 Jaminan Sosial Tenaga Kerja... 25

(4)

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan... 28

5.2 Saran... 28

DAFRAT PUSTAKA... 29

(5)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Industri konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan yang mendukung kegiatan konstruksi dimulai dari penyediaan barang/material keperluan pekerjaan konstruksi sejak pabrikan, suplai/pasokan (delivery) hingga ke pelaksanaan pekerjaan konstruksi yang mencakup kegiatan : sipil, arsitektural, mekanikal, elektrikal dan tata lingkungan masing- masing beserta kelengkapannya, untuk mewujudkan suatu bangunan atau bentuk fisik lainnya sesuai dengan yang direncanakannya.

Pekerjaan konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan perencanaan dan/atau pelaksanaan beserta pengawasan yang mencakup pekerjaan arsitektural, sipil, mekanikal, elektrikal, dan tata lingkungan masing masing beserta kelengkapannya, untuk mewujudkan suatu bangunan atau bentuk fisik lain.

(6)

Setiap tahun ribuan kecelakaan terjadi di tempat kerja yang menimbulkan korban jiwa, kerusakan materi, dan gangguan produksi. Pada tahun 2007 menurut jamsostek tercatat 65.474 kecelakaan yang mengakibatkan 1.451 orang meninggal, 5.326 orang cacat tetap dan 58.697 orang cedera. Data kecelakaan tersebut mencakup seluruh perusahaan yang menjadi anggota jamsostek dengan jumlah peserta sekitar 7 juta orang atau sekitar 10% dari seluruh pekerja di Indonesia. Dengan demikian angka kecelakaan mencapai 930 kejadian untuk setiap 100.000 pekerja setiap tahun. Oleh karena itu jumlah kecelakaan keseluruhannya diperkirakan jauh lebih besar. Bahkan menurut penelitian world economic forum pada tahun 2006, angka kematian akibat kecelakaan di Indonesia mencapai 17-18 untuk setiap 100.000 pekerja.

(7)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, maka permasalahan dapat dirumuskan adalah bagaimana penerapan sistem dan mekanisme pengelolaan keselamatan dan kesehatan kerja pada pelaksanaan proyek konstruksi.

1.3 Tujuan Penelitian

Dari rumusan permasalahan, maka makalah ini disusun dengan tujuan: 1. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja

baik secara fisik, sosial dan psikologis.

2. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya selektif mungkin.

3. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.

4. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai.

5. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja. 6. Agar tehindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan

atau kondisi kerja.

7. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungin dalam bekerja.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dalam makalah ini adalah:

1. Melatif kreatifitas penulis dalam menuangkan gagasan pemikirannya tentang suatu kajian atau topik dari ilmu-ilmu yang sudah didapat. Secara tidak langsung penulis juga dilatih untuk menerapkan kemampuan berpikir secara logis-sistematis tenntang keselamatan dan kesehatan kerja, serta kemampuan analisis.

(8)

3. Melatih berpikir tertib dan teratur karena menulis ilmiah harus mengikuti tata cara penulisan yang sudah ditentukan prosedur tertentu, metode dan teknik, aturan, disajikan teratur, runtun dan tertib.

(9)

BAB II

KAJIAN TEORI

1. Modul K3L (Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan) dan Hukum

2. Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Disusun Oleh: Sekretaris Direktorat Jenderal Pembinaan Pengawasan

Ketenagakerjaan

3. http://haris08.community.undip.ac.id/2012/06/03/k3-konstruksi-bangunan/

Ditulis Oleh: Abdul Haris

4. http://www.ftsl.itb.ac.id/kk/manajemen_dan_rekayasa_konstruksi/wp-content/uploads/2007/05/makalah-reini-d-wirahadikusumah.pdf

(10)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

(11)

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Pengertian K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) Dibagi menjadi 2 pengertian, yaitu:

 Secara Filosofis

Suatu pemikiran atau upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani, tenaga kerja pada khususnya dan masyarakat pada umumnya terhadap hasil karya dan budayanya menuju masyarakat adl dan makmur.

 Secara Keilmuan

Ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

4.1.1 Tujuan K3 Tujuan dari k3:

o Melindungi kesehatan, keamanan dan keselamatan dari tenaga kerja.

o Meningkatkan efisiensi kerja.

o Mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

4.1.2 Adanya Ilmu Tentang K3

o Mempelajari tentang k3

o Melaksanakan tentang k3

(12)

4.1.3 Sasaran K3

o Menjamin keselamatan pekerja

o Menjamin keamanan alat yang digunakan

o Menjamin proses produksi yang aman dan lancer

4.1.4 Norma-Norma yang Harus Dipahami dalam K3

o Aturan yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kerja

o Diterapkan untuk melindungi tenaga kerja

o Resiko kecelakaan dan penyakit kerja

Tujuan norma-norma : agar terjadi keseimbangan dari pihak perusahaan dapat menjamin keselamatan pekerja.

Dasar hukum k3 :

 UU No.1 tahun 1970

 UU No.21 tahun 2003

 UU No.13 tahun 2003

 Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. PER-5/MEN/1996

4.1.5 Hambatan dari Penerapan K3

a) Hambatan dari sisi pekerja/ masyarakat :

- Tuntutan pekerja masih pada kebutuhan dasar

- Banyak pekerja tidak menuntut jaminan k3 karena SDM yang masih rendah.

b) Hambatan dari sisi perusahaan:

(13)

4.1.6 Jenis-Jenis Bahaya dalam K3 Dibagi menjadi 3, yaitu: 1) Jenis kimia

Terhirupnya atau terjadinya kontak antara manusia dengan bahan kimia berbahaya.

Contoh: abu sisa pembakaran bahan kimia, uap bahan kimia dan gas bahan kimia.

2) Jenis fisika

- Suatu temperatur udara yang terlalu panas maupun terlalu dingin.

- keadaan yang sangat bising. - keadaan udara yang tidak normal.

Contoh: Kerusakan pendengaran dan Suatu suhu tubuh yang tidak normal

3) Jenis proyek/ pekerjaan

- Pencahayaan atau penerangan yang kurang. - Bahaya dari pengangkutan barang.

- Bahaya yang ditimbulkan oleh peralatan.

Contoh:

- Kerusakan penglihatan

- Pemindahan barang yang tidak hati-hat sehingga melukai pekerja

- Peralatan kurang lengkap dan pengamanan sehngga melukai pekerja

4.1.7 Istilah-istilah yang Ditemui dalam Dunia Kerja

(14)

b. Danger/ bahaya adalah tingkat bahaya suatu kondisi yang dapat mengakibatkan peluang bahaya yang mulai tampak sehingga mengakibatkan memunculkan suatu tindakan.

c. Risk adalah prediksi tingkat keparahan bila terjadi bahaya dalam siklus tertentu.

d. Incident adalah memunculnya kejadian yang bahaya yang dapat mengadakan kontak dengan sumber energi yang melebihi ambang batas normal.

e. Accident adalah kejadan bahaya yang disertai dengan adanya korban atau kerugian baik manusia maupun peralatan.

4.2 Proyek Konstruksi

4.2.1 Karakteristik Kegiatan Proyek Konstruksi

o Memiliki masa kerja terbatas

o Melibatkan jumlah tenaga kerja yang besar

o Melibatkan banyak tenaga kerja kasar (labour) yang berpendidikan relatif rendah

o Memiliki intensitas kerja yang tinggi

o Bersifat multidisiplin dan multi crafts

o Menggunakan peralatan kerja beragam, jenis, teknologi, kapasitas dan kondisinya

(15)

4.2.2 Klasifikasi Proyek Konstruksi

1. Proyek Konstruksi Bangunan Gedumg (Building Construction)

Proyek konstruksi bangunan gedung mencakup bangunan gedung perkantoran, sekolah, pertokoan, rumah sakit, rumah tinggal dan sebagainya. Dari segi biaya dan teknologi terdiri dari yg berskala rendah, menengah, dan tinggi. Biasanya perencanaan untuk proyek bangunan lebih lengkap dan detail. Untuk proyek-proyek pemerintah (di Indonesia) proyek bangunan gedung ini dibawah pengawasan/pengelolaan DPU sub Dina Cipta Karya.

2. Proyek Bangunan Perumahan (Residential Construction/Real Estate)

Di sini proyek pembangunan perumahan/pemukiman (Real Estate) dibedakan dengan proyek bangunan gedung secara rinci yang didasarkan pada klase pembangunannya serempak dengan penyerahan prasarana-prasarana penunjangnya, jadi memerlukan perencanaan infrastruktur dari perumahan tersebut (jaringan tranfusi, jaringan air, dan fasilitas lainnya). Proyek pembangunan ini dari rumah yang sangat sederhana sampai rumah mewah, dan rumah susun. Di Indonesia pengawasan di bawah Sub Dinas Cipta Karya.

3. Proyek Konstruksi Teknik Sipil/Proyek

(16)

4. Proyek Konstruksi Industri (Insustrial Construction)

Proyek konstruksi yang termasuk dalam jenis ini biasanya proyek industri yang membutuhkan spesifikasi dari persyaratan khusus seperti untuk kilang minyak, industri berat, industri dasar, pertambangan, nuklir dan sebagainya. Perencanaan dan pelaksanaannya membutuhkan ketelitian dan keahlian atau teknologi yang spesifik.

4.2.3 Peraturan tentang K3 Proyek Konstruksi

Pemerintah telah sejak lama mempertimbangkan masalah perlindungan tenaga kerja, yaitu melalui UU No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja. Sesuai dengan perkembangan jaman, pada tahun 2003, pemerintah mengeluarkan UU 13/2003 tentang Ketenagakerjaan. Undang undang ini mencakup berbagai hal dalam perlindungan pekerja yaitu upah, kesejahteraan, jaminan sosial tenaga kerja, dan termasuk juga masalah keselamatan dan kesehatan kerja.

Aspek ketenagakerjaan dalam hal K3 pada bidang konstruksi, diatur melalui Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.PER-01/MEN/1980 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Konstruksi Bangunan. Peraturan ini mencakup ketentuan-ketentuan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja secara umum maupun pada tiap bagian konstruksi bangunan. Peraturan ini lebih ditujukan untuk konstruksi bangunan, sedangkan untuk jenis konstruksi lainnya masih banyak aspek yang belum tersentuh. Di samping itu, besarnya sanksi untuk pelanggaran terhadap peraturan ini sangat minim yaitu senilai seratus ribu rupiah.

(17)

No.Kep.174/MEN/1986-104/KPTS/1986: Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Tempat Kegiatan Konstruksi. Pedoman yang selanjutnya disingkat sebagai ”Pedoman K3 Konstruksi” ini merupakan pedoman yang dapat dianggap sebagai standar K3 untuk konstruksi di Indonesia. Pedoman K3 Konstruksi ini cukup komprehensif, namun terkadang sulit dimengerti karena menggunakan istilah-istilah yang tidak umum digunakan, serta tidak dilengkapi dengan deskripsi/gambar yang memadai. Kekurangankekurangan tersebut tentunya sangat menghambat penerapan pedoman di lapangan, serta dapat menimbulkan perbedaan pendapat dan perselisihan di antara pihak pelaksana dan pihak pengawas konstruksi.

Pedoman K3 Konstruksi selama hampir dua puluh tahun masih menjadi pedoman yang berlaku. Baru pada tahun 2004, Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, yang kini dikenal sebagai Departemen Pekerjaan Umum, mulai memperbarui pedoman ini, dengan dikeluarkannya KepMen Kimpraswil No. 384/KPTS/M/2004 Tentang Pedoman Teknis Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Tempat Kegiatan Konstruksi Bendungan. ”Pedoman Teknis K3 Bendungan” yang baru ini khusus ditujukan untuk proyek konstruksi bendungan, sedangkan untuk jenis-jenis proyek konstruksi lainnya seperti jalan, jembatan, dan bagunan gedung, belum dibuat pedoman yang lebih baru. Namun, apabila dilihat dari cakupan isinya, Pedoman Teknis K3 untuk bendungan tersebut sebenarnya dapat digunakan pula untuk jenis-jenis proyek konstruksi lainnya. ”Pedoman Teknis K3 Bendungan” juga mencakup daftar berbagai penyakit akibat kerja yang harus dilaporkan.

(18)

secara berkala (setiap tahun). Peraturan atau pedoman teknis tersebut juga sangat komprehensif dan mendetail. Hal lain yang dapat dicontoh adalah penerbitan brosur-brosur penjelasan untuk menjawab secara spesifik berbagai isu utama yang muncul dalam pelaksanaan pedoman teknis di lapangan. Pedoman yang dibuat dengan tujuan untuk tercapainya keselamatan dan kesehatan kerja, bukan hanya sekedar sebagai aturan, selayaknya secara terus menerus disempurnakan dan mengakomodasi masukan-masukan dari pengalaman pelaku konstruksi di lapangan. Dengan demikian, pelaku konstruksi akan secara sadar mengikuti peraturan untuk tujuan keselamatan dan kesehatan kerjanya sendiri.

4.2.4 Jenis Bahaya Konstruksi - Terbentur

Kecelakaan ini terjadi pada saat seseorang yang tidak diduga ditabrak atau ditampar sesuatu yang bergerak. Contohnya: terkena pukulan palu, ditabrak kendaraan, benda asing material.

- Membentur

Kecelakaan yang selalu timbul akibat pekerja yang bergerak terkena atau bersentuhan dengan beberapa objek. Contohnya: terkena sudut atau bagian yang tajam, menabrak pipa-pipa.

- Terperangkap (caught in, caught on, caught between)

(19)

- Jatuh dari ketinggian

Kecelakaan ini banyak terjadi, yaitu jatuh dari tingkat yang lebih tinggi ke tingkat yang lebih rendah. Contohnya: jatuh dari tangga atau atap.

- Jatuh dari ketinggian yang sama

Beberapa kecelakaan yang timbul pada tipe ini seringkali berupa tergelincir, tersandung, jatuh dari lantai yang sama tingkatnya.

- Pekerjaan yang terlalu berat

Kecelakaan ini timbul akibat pekerjaan yang terlalu berat yang dilakukan pekerja seperti mengangkat, menaikkan, menarik benda atau material yang dilakukan diluar batas kemampuan.

- Terkena aliran listrik

Luka yang ditimbulkan dari kecelakaan ini terjadi akibat sentuhan anggota badan dengan alat atau perlengkapan yang mengandung listrik.

- Sangat dominan dilingkungan konstruksi.

(20)

- Pengetahuan tentang keselamatan rendah.

- Perlu penanganan khusus

Pencegahan :

- Pemilihan Tenaga Kerja

- Pelatihan sebelum mulai kerja

- Pembinaan dan pengawasan selama kegiatan berlangsung

2. Faktor Lingkungan

- Gangguan-gangguan dalam bekerja, misalnya suara bising yang berlebihan dapat mengakibatkan terganggunya konsentrasi pekerja.

- Debu dan material beracun, mengganggu kesehatan kerja, sehingga menurunkan efektivitas kerja.

- Cuaca (panas, hujan)

Pencegahan:

- Dianjurkannya menggunakan penutup telinga dan masker pada pekerja.

3. Faktor Teknis

- Berkaitan dengan kegiatan kerja Proyek seperti penggunaan peralatan dan alat berat, penggalian, pembangunan, pengangkutan dan sebagainya.

(21)

Pencegahan:

- Perencanaan Kerja yang baik

- Pemeliharaan dan perawatan peralatan

- Pengawasan dan pengujian peralatan kerja

- Penggunaan metoda dan teknik konstruksi yang aman

- Penerapan Sistim Manajemen Mutu

4.2.6 Strategi Penerapan K3 di Proyek Konstruksi 1. Kebijakan K3

 Merupakan landasan keberhasilan K3 dalam proyek.

 Memuat komitment dan dukungan manajemen puncak terhadap pelaksanaan K3 dalam proyek.

 Harus disosialisasikan kepada seluruh pekerja dan digunakan sebagai landasan kebijakan proyek lainnya.

2. Administratif dan Prosedur

 Menetapkan sistim organisasi pengelolaan K3 dalam proyek.

 Menetapkan personal dan petugas yang menangani K3 dalam proyek.

 Menetapkan prosedur dan sistim kerja K3 selama proyek berlangsung termasuk tugas dan wewenang semua unsur terkait Organisasi dan SDM.

(22)

Organisasi K3 harus memiliki asses kepada penanggung jawab projek.

 Kontraktor harus memiliki personnel yang cukup yang bertanggung jawab mengelola kegiatan K3 dalam perusahaan yang jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan.

 Kontraktor harus memiliki personel atau pekerja yang cakap dan kompeten dalam menangani setiap jenis pekerjaan serta mengetahui sistim cara kerja aman untuk masing-masing kegiatan.

 Kontraktor harus memiliki kelengkapan dokumen kerja dan perijinan yang berlaku.

 Kontraktor harus memiliki Manual Keselamatan Kerja sebagai dasar kebijakan K3 dalam perusahaan.

 Kontraktor harus memiliki prosedur kerja aman sesuai dengan jenis pekerjaan dalam kontrak yang akan dikerjakannya.

3. Identifikasi Bahaya

 Sebelum memulai suatu pekerjaan,harus dilakukan Identifikasi Bahaya guna mengetahui potensi bahaya dalam setiap pekerjaan.

 Identifikasi Bahaya dilakukan bersama pengawas pekerjaan dan Safety Departement.

 Identifikasi Bahaya menggunakan teknik yang sudah baku seperti Check List, What If, Hazops, dan sebagainya.

(23)

4. Project Safety Review

 Sesuai perkembangan proyek dilakukan kajian K3 yang mencakup kehandalan K3 dalam rancangan dan pelaksanaan pembangunannya.

 Kajian K3 dilaksanakan untuk meyakinkan bahwa proyek dibangun dengan sstandar keselamatan yang baik sesuai dengan persyaratan.

 Kontraktor jika diperlukan harus melakukan project safety review untuk setiap tahapan kegiatan kerja yang dilakukan, terutama bagi kontraktor EPC (Engineering-Procurement-Construction).

 Project Safety Review bertujuan untuk mengevaluasi potensi bahaya dalam setiap tahapan project secara sistimatis.

5. Pembinaan dan Pelatihan

 Pembinaan dan Pelatihan K3 untuk semua pekerja dari level terendah sampai level tertinggi.

 Dilakukan pada saat proyek dimulai dan dilakukan secara berkala.

Pokok Pembinaan dan Latihan :

Kebijakan K3 proyek:

- Cara melakukan pekerjaan dengan aman

- Cara penyelamatan dan penanggulangan darurat

6. Safety Committee (Panitia Pembina K3)

(24)

 Panitia Pembina K3 merupakan saluran untuk membina keterlibatan dan kepedulian semua unsur terhadap K3

 Kontraktor harus membentuk Panitia Pembina K3 atau Komite K3 (Safety Committee).

 Komite K3 beranggotakan wakil dari masing-masing fungsi yang ada dalam kegiatan kerja.

 Komite K3 membahas permasalahan K3 dalam perusahaan serta memberikan masukan dan pertimbangan kepada manajemen untuk peningkatan K3 dalam perusahaan.

7. Promosi K3

 Selama kegiatan proyek berlangsung diselenggarakan program-program Promosi K3.

 Bertujuan untuk mengingatkan dan meningkatkan awareness para pekerja proyek.

 Kegiatan Promosi berupa poster, spanduk, buletin, lomba K3 dan sebagainya.

 Sebanyak mungkin keterlibatan pekerja.

8. Safe Working Practices

 Harus disusun pedoman keselamatan untuk setiap pekerjaan berbahaya dilingkungan proyek misalnya :

- Pekerjaan Pengelasan

- Scaffolding

- Bekerja diketinggian

(25)

- Bekerja diruangan tertutup

- Bekerja diperalatan mekanis dan sebagainya

9. Sistem Ijin Kerja

 Untuk mencegah kecelakaan dari berbagai kegiatan berbahaya, perlu dikembangkan sistim ijin kerja.

 Semua pekerjaan berbahaya hanya boleh dimulai jika telah memiliki ijin kerja yang dikeluarkan oleh fungsi berwenang (pengawas proyek atau K3).

 Ijin Kerja memuat cara melakukan pekerjaan, safety precaution dan peralatan keselamatan yang diperlukan.

10. Safety Inspection

 Merupakan program penting dalam phase konstruksi untuk meyakinkan bahwa tidak ada “unsafe act dan unsafe Condition” dilingkungan proyek.

 Inspeksi dilakukan secara berkala.

 Dapat dilakukan oleh Petugas K3 atau dibentuk Joint Inspection semua unsur dan Sub Kontraktor.

11. Equipment Inspection

 Semua peralatan (mekanis,power tools,alat berat dsb) harus diperiksa oleh ahlinya sebelum diijinkan digunakan dalam proyek.

 Semua alat yang telah diperiksa harus diberi sertifikat penggunaan dilengkapi dengan label khusus.

(26)

12. Keselamatan Kontraktor (Contractor Safety)

 Harus disusun pedoman Keselamatan Konstraktor/Sub Kontraktor.

 Sub kontraktor harus memenuhi standar keselamatan yang telah ditetapkan.

 Setiap sub kontraktor harus memiliki petugas K3.

 Pekerja Sub kontraktor harus dilatih mengenai K3 secara berkala.

 Contractor Safety:

- Kontraktor merupakan unsur penting dalam perusahaan sebagai mitra yang membantu kegiatan operasi perusahaan.

- Kontraktor rawan terhadap kecelakaan dalam menjalankan kegiatannya.

- Tenaga Kontraktor bersifat sementara.

- Kecelakaan yang menimpa kontraktor tinggi.

- Kelalaian yang dilakukan kontraktor dapat menimbulkan bahaya bagi operasi perusahaan dan berakibat kecelakaan perusahaan.

- Kecelakaan yang menimpa kontraktor juga berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.

 Perusahaan harus menerapkan Contractor Safety Management System (CSMS)

(27)

merupakan sistim komprehensif dalam pengelolaan kontraktor sejak tahap perencanaan sampai pelaksanaan pekerjaan.

Tujuan CSMS:

- Untuk meyakinkan bahwa kontraktor yang bekerja dilingkungan perusahaan telah memenuhi standar dan kriteria K3 yang ditetapkan perusahaan.

- Sebagai alat untuk menjaga dan meningkatkan kinerja Keselamatan di lingkungan kontraktor.

- Untuk mencegah dan menghindarkan kerugian yang timbul akibat aktivitas kerja kontraktor.

Dasar Penerapan CSMS:

- Undang-undang Keselamatan Kerja No 1 Tahun 1970 Perusahaan bertanggung jawab menjamin keselamatan setiap orang yang berada ditempat kerjanya (termasuk kontraktor dan pihak lainnya yang berada di tempat kerja).

- Undang undang Perlindungan Konsumen Perusahaan wajib melindungi keselamatan konsumen sebagai akibat kegiatan perusahaan API RP 2221.

13. Keselamatan Transportasi

 Kegiatan Proyek melibatkan aktivitas transportasi yang tinggi.

 Pembinaan dan Pengawasan transportasi diluar dan didalamn lokasi Proyek.

(28)

14. Pengelolaan Lingkungan

 Selama proyek berlangsung harus dilakukan pengelolaan lingkungan dengan baik mengacu dokumen Amdal/UKL dan UPL.

 Selama proyek berlangsung dampak negatif harus ditekan seminimal mungkin untuk menghindarkan kerusakan terhadap lingkungan.

15. Pengelolaan Limbah dan B3

 Kegiatan proyek menimbulkan limbah dalam jumlah besar, dalam berbagai bentuk.

 Limbah harus dikelola dengan baik sesuai dengan jenisnya. Limbah harus segera dikeluarkan dari lokasi proyek.

16. Keadaan Darurat

 Perlu disusun Prosedur keadaan darurat sesuai dengan kondisi dan sifat bahaya proyek misalnya bahaya kebakaran, kecelakaan, peledakan dan sebagainya.

 SOP Darurat harus disosialisasikan dan dilatih kepada semua pekerja.

17. Accident Investigation and Reporting System

 Semua kecelakaan dan kejadian selama proyek harus diselidiki oleh petugas yang terlatih dengan tujuan untuk mencari penyebab utama agar kejadian serupa tidak terulang kembali.

 Semua kecelakaan/kejadian harus dicatat dan dibuat analisa serta statistik kecelakaan.

(29)

18. Audit K3

 Secara berkala dilakukan audit K3 sesuai dengan jangka waktu proyek.

 Audit K3 berfungsi untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan pelaksanaan K3 dalam proyek sebagai masukan pelaksanaan proyek berikutnya.

 Sebagai masukan dalam memberikan penghargaan K3.

4.3 Jaminan Sosial Tenaga Kerja

Penanganan masalah kecelakaan kerja juga didukung oleh adanya UU No. 3/1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Berdasarkan UU ini, jaminan sosial tenaga kerja (jamsostek) adalah perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan uang sebagai pengganti sebagian penghasilan yang hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat dari suatu peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, tua dan meninggal dunia. Jamsostek kemudian diatur lebih lanjut melalui PP No. 14/1993 mengenai penyelenggaraan jamsostek di Indonesia. Kemudian, PP ini diperjelas lagi dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. PER-05/MEN/1993, yang menunjuk PT. ASTEK (sekarang menjadi PT. Jamsostek), sebagai sebuah badan (satu-satunya) penyelenggara jamsostek secara nasional.

(30)

maka KepMen ini sangat membantu nasib mereka. Para pengguna jasa wajib mengikutsertakan pekerja-pekerja lepas ini dalam dua jenis program jamsostek yaitu jaminan kecelakaan kerja dan jaminan kematian. Apabila mereka bekerja lebih dari 3 bulan, pekerja lepas ini berhak untuk ikut serta dalam dua program tambahan lainnya yaitu program jaminan hari tua dan jaminan pemeliharaan kesehatan.

Khusus mengenai aspek kesehatan kerja diatur melalui Keppres No.22/1993. Dalam Keppres ini, terdapat 31 jenis penyakit yang diakui untuk mungkin timbul karena hubungan kerja. Setiap tenaga kerja yang menderita salah satu penyakit ini berhak mendapat jaminan kecelakaan kerja baik pada saat masih dalam hubungan kerja maupun setelah hubungan kerja berakhir (sampai maksimal 3 tahun). Pada umumnya, penyakit-penyakit tersebut adalah sebagai akibat terkena bahan kimia yang beracun yang berasal dari material konstruksi yang apabila terkena dalam waktu yang cukup lama dapat mengakibatkan penyakit yang serius. Penyakit yang mungkin timbul juga termasuk kelainan pendengaran akibat kebisingan kegiatan konstruksi, serta kelainan otot, tulang dan persendian yang sering terjadi pada pekerja konstruksi yang terlibat dalam proses pengangkutan material berbobot dan berulang, dan penggunaan peralatan konstruksi yang kurang ergonomis.

Dengan demikian, perlindungan tenaga kerja dalam bentuk jamsostek secara legal dapat dikatakan memadai. Namun, besarnya pembayaran jaminan tersebut sering kali tidak memadai. Sebagai contoh, biaya-biaya transportasi dan perawatan di rumah sakit akibat kecelakaan kerja yang sudah tidak sesuai lagi dengan tingginya kenaikan harga yang terjadi pada saat ini.

4.4 Alat Pelindung Diri

Perlengkapan wajib yang digunakan saat bekerja sesuai bahaya dan resiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiridan orang di sekelilingnya.

Adapun bentuk peralatan dari alat pelindung:

(31)

Berfungsi sebagai pelindung kepala dari benda-benda yang dapat melukai kepala.

b) Safety belt

Berfungsi sebagai alat pengaman ketika menggunakan alat trasportasi. c) Penutup telinga

Berfungsi sebagai penutu telinga ketika bekerja di tempat yang bising.

d) Kaca mata pengamanan

Berfungsi sebagai pengamanan mata ketika bekerja dari percikan.

e) Pelindung wajah

Berfungsi sebagai pelindung wajah ketika bekerja.

f) Masker

Berfungsi sebagai penyaring udara yang dihisap di tempat yang kualitas udaranya kurang bagus.

g) Safety Shoes

(32)

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data yang dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan :

1. Masih kurangnya pengetahuan tentang keselamatan dan kesehatan kerja dari para pekerja mengenai keselamatan dan kesehatan kerja.

2. Dengan adanya sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja para pekerja dapat sedikit terhindar dari kecelakaan dan penyakit kerja.

3. Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang ada dapat dikatakan belum terealisasikan dengan baik.

4. Menghindarkan setiap kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja dengan melakukan tindakan pencegahan dan perbaikan, pengawasan dan inspeksi, untuk memenuhi keselamatan dan kesehatan kerja

5.2 Saran

1. Program K3 harus lebih ditingkatkan lagi supaya para pekerja lebih merasa aman dan nyaman.

(33)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2013. Modul K3L (Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan) dan

Hukum. Balikpapan: Program Studi Teknik Sipil.

Sekretariat Direktorat Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan, 2008.

Himpunan Peraturan Perundang – Undangan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I

http://haris08.community.undip.ac.id/2012/06/03/k3-konstruksi-bangunan/

(34)

LAMPIRAN

1. Alat Pelindung Diri

Gambar 1.1 Safety Helmet Gambar 1.2 Safety Belt

(35)

Gambar 1.4 Kacamata Pengamanan

Gambar 1.5 Pelindung Wajah Gambar 1.6 Masker

(36)

2. Slogan K3

(37)

3. Rambu – Rambu K3

(38)

Gambar

Gambar 1.3 Penutup Telinga
Gambar 1.7 Safety Shoes
Gambar 2.1 Slogan K3
Tabel 1 Makna Rambu

Referensi

Dokumen terkait

Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini melakukan pendekatan aktifitas hukum terhadap Peraturan Daerah Nomor 27 Tahun 1997 tentang Ketertiban Umum Kabupaten Bengkalis

Oleh karena itu, pada makalah ini bertujuan melakukan eksplorasi Zachman framework untuk diterapkan pada pengembangan sistem informasi aplikasi Government, dengan studi kasus

Untuk mendapatkan hasil respon kestabilan sistem terbaik dapat menggunakan nilai konstanta PI Kp = 2; dan Ki = 17; dimana respon kestabilan sistem untuk kontrol arah hadap pada

Hal ini membuktikan bahwa masyarakat Jepara tidak bisa mengonsumsi nasi pada masa pendudukan Jepang dan harus mencari makanan pokok pengganti nasi yang terbuat

Model yang menggambarkan struktur statis dari suatu objek dalam sistem dan relasinya adalah.. tidak ada

Dalam penelitian ini tahap analisis data dilakukan bersamaan dengan proses pengujian. Analisis dan pengujian akan dilakukan menggunakan tool 123ahp.com. Proses

Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 17 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2020 tentang Pemberian Tunjangan Hari Raya Tahun 2020 kepada Pegawai Negeri

Pelupusan produk ini, larutan dan sebarang produk sampingan perlulah pada setiap masa mematuhi keperluan perlindungan alam sekitar dan perundangan pelupusan sisa dan