• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Materi Bahasa Inggris Bermu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pengembangan Materi Bahasa Inggris Bermu"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Pengembangan Materi Bahasa Inggris Bermuatan Karakter untuk

Siswa Sekolah Dasar

Oleh:

I Putu Ngurah Wage Myartawan, S.Pd., M.Pd.

Pendahuluan

Thomas Lickona dalam bukunya yang berjudul Character Matters: How to Help Our Children Develop Good Judgment, Integrity, and Other Essential Virtues (Lickona, 2004) menyatakan bahwa:

Children are 25 percent of the population but 100 percent of the future. If we wish to renew society, we must raise up a generation of children who have strong moral character. And if we wish to do that, we have two responsibilities: first, to model good character in our own lives, and second, to intentionally foster character development in our young (p. xxiii).

Kutipan Lickona di atas secara tegas menyebutkan pentingnya anak-anak bagi masa depan sebuah bangsa, dan bahwa jika sebuah bangsa ingin menciptakan perbaikan pada masyarakatnya, maka bangsa tersebut harus memunculkan generasi anak-anak yang mempunyai karakter yang kuat. Juga menurut Lickona, untuk menciptakan generasi demikian, ada dua tanggung jawab yang harus dipikul oleh kita semua, yaitu mencontohkan karakter yang baik dalam kehidupan sehari-hari dan secara sengaja memupuk pengembangan karakter pada diri anak-anak kita.

(2)

seorang siswi SMP dipolisikan karena menjadi germo bagi beberapa teman-teman sekolahnya.

Mirisnya, berbagai krisis moral ini ditengarai salah satunya disebabkan oleh kegagalan sistem pendidikan Indonesia. Berdasarkan analisis para pakar pendidikan di Indonesia, degradasi moral ini terjadi karena bertahun-tahun pendidikan di Indonesia hanya berkiblat pada aspek akademis yang semata-mata diukur berdasarkan nilai, tetapi miskin pada aspek moral atau karakternya (Kesuma dkk., 2011). Dengan kata lain, ada sebuah tuntutan agar pelajaran di sekolah memberikan ruang lebih bagi pendidikan karakter.

Pengembangan karakter dapat dilakukan terintegrasi dengan pembelajaran atau kegiatan lain di sekolah, termasuk di dalamnya penyisipan muatan karakter dalam materi yang akan digunakan dalam pembelajaran. Hal ini menggarisbawahi peran penting materi pelajaran dalam pengembangan karakter di sekolah. Karena gurulah yang bertugas mendesain materi pelajaran, hal ini sekaligus menunjukkan betapa peran penting guru dalam pendidikan karakter di sekolah.

Hakikat Pendidikan Karakter

Beberapa ahli pendidikan telah memberikan definisi dari pendidikan karakter. Fakri Gaffar (2010, dalam Kesuma et al. 2011) menyatakan bahwa pendidikan karakter merupakan sebuah proses transformasi nilai kehidupan untuk ditumbuhkembangkan dalam kepribadian seseorang sehingga menjadi satu dengan orang tersebut. Secara lebih mengkhusus Kesuma et al. (2011) mendefinisikan pendidikan karakter dalam seting sekolah sebagai proses pembelajaran yang mengarah pada penguatan dan pengembangan prilaku anak secara utuh yang didasarkan pada suatu nilai tertentu yang dirujuk oleh sekolah.

(3)

pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa pada diri peserta didik sehingga mereka memiliki nilai dan karakter sebagai karakter dirinya, menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan dirinya, sebagai anggota masyarakat, dan warganegara yang religius, nasionalis, produktif dan kreatif .

Dari ketiga definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa pada hakikatnya pendidikan karakter adalah sebuah proses transformasi nilai-nilai karakter budaya bangsa bagi peserta didik untuk selanjutnya dapat diterapkan dalam kehidupan mereka sendiri dalam kehidupan bermasyarakat dan sebagai warga negara.

Fungsi dan Tujuan Pendidikan Karakter

Badan Pengembangan dan Penelitian Pusat Kurukulum (2010) menyatakan adapun tujuan dan fungsi pendidikan karakter yang diistilahkan sebagai Pendidikan Karakter Budaya Bangsa adalah sebagai berikut:

Fungsi Pendidikan Karakter Budaya Bangsa

(4)

Tujuan Pendidikan Karakter Budaya Bangsa

Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum (2010) menyatakan ada 5 tujuan Pendidikan Karakter, yaitu :

1. mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai manusia dan warganegara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa.

2. mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius

3. menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai generasi penerus bangsa

4. mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan; dan

5. mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan (dignity).

Nilai-Nilai Pendidikan dan Karakter Budaya Bangsa

Pusat Kurikulum (2010) menyatakan ada 18 nilai karakter budaya bangsa. Semua nilai-nilai karakter ini disarikan dari 4 sumber yang mendasari kehidupan bangsa Indonesia yaitu agama, Pancasila, budaya bangsa Indonesia, dan tujuan pendidikan nasional. Adapun kedelapan belas karakter tersebut adalah religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tangung jawab.

(5)

Penerapan Pendidikan Karakter di Sekolah

Peterson (dalam Dewi, 2012) menyatakan bahwa proses pencapaian sekaligus perkembangan karakter dan intelektualitas memerlukan proses yang lama dan berkelanjutan. Disarankan juga bahwa pendidikan karakter ini sebaiknya diberikan mulai dari jenjang pendidikan yang paling rendah hingga pendidikan yang paling tinggi. Ini bertujuan agar peserta didik sedari kecil mempunyai dasar karakter yang kuat sehingga mereka tidak terpengaruh dan tidak terjerumus dalam tindakan-tindakan amoral di masa kehidupan mereka selanjutnya. Selain itu, penanaman pendidikan karakter sejak kecil akan mengurangi kemungkinan mereka untuk bertindak yang tidak baik pada jenjang pendidikan selanjutnya.

Lebih jauh Lickona dalam Kesuma et al. (2011) menyebutkan bahwa cara terbaik mengimplementasikan pendidikan karakter di sekolah adalah tidak dengan menambahkan mata pelajaran yang baru tetapi diinsersikan ke dalam mata pelajaran yang sudah ada. Selain itu nilai-nilai karakter juga dapat dimasukan ke dalam kegiatan ekstrakurikuler maupun kegiatan-kegiatan sekolah lainnya.

Pusat Kurikulum (2010) menyatakan bahwa ada tiga langkah menginsersikan nilai-nilai karakter ke dalam mata-pelajaran yaitu:

1. Tahap persiapan

Pada tahapan ini guru menyiapkan silabus dan RPP yang mendukung terlaksananya proses pembelajaran yang berbasis kararter. Silabus-silabus ini harus disusun dengan seksama agar mengakomodasi nilai-nilai karakter yang ingin dicapai.

2. Tahap implementasi

(6)

3. Tahap evaluasi

Pada tahapan ini, dilakukan penilaian terhadap penerapan pendidikan karakter yang telah dilakukan sebelumnya. Hasil ini selanjutnya akan digunakan sebagai balikan untuk pelaksanaan proses pembeajaran berbasis karakter selanjutnya.

Dari ketiga langkah di atas, maka pengembangan materi bermuatan (terinsersi) karakter dapat dilakukan pada tahap perencanaan, yakni ketika guru menyusun RPP. Demikian karena ketika membuat RPP, guru akan menentukan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai (termasuk nilai-nilai karakternya) termasuk materi yang akan digunakan dalam pembelajaran.

Karakteristik Pebelajar Anak-Anak

(7)

kecuali jika aktivitas pembelajaran benar-benar menarik dan melibatkan mereka, cepat bosan, dan mudah kehilangan minat, kurang lebih setelah 10 menit.

Ketika menyusun materi bermuatan karakter, karakteristik belajar anak-anak ini harus menjadi perhatian. Misalnya, materi tidak boleh terlalu abstrak (gramatika), sehingga harus kontekstual dan ada di sekitar mereka, tidak mengandung penjelasan yang panjang lebar, tetapi sebaiknya lebih bersifat multimodal (dapat dilihat, didengar, disentuh, dan dilakukan) terutama hal-hal yang berbau cerita, tidak panjang, dan memberi kesempatan merespon makna (penggugahan) karena mereka sudah mampu memahami makna.

Pembelajaran Bahasa Inggris Pada Pebelajar Anak-Anak

Menilik pada karakteristik pebelajar anak-anak diatas maka ini akan berimplikasi pada proses pembelajaran ataupun aktivitas belajar-mengajar yang dilakukan di kelas. Cameron (2008) menyatakan aktivitas belajar-mengajar bagi anak-anak haruslah kongruen artinya aktivitas-aktivitas itu disesuaikan dengan umur anak, pengalaman dan lingkungan sosiokultural mereka serta tingkat kebahasaan yang diajarkan haruslah mampu menjadi dasar bagi pembelajaran yang akan mereka hadapi pada jenjang pendidikan selanjutnya. Materi pembelajaran yang diberikan pada anak-anak harus real atau nyata dan dengan dikerjakan secara bersama-sama seperti misalnya pemecahan masalah, permainan (game), dan puzzle (Wilis dalam Cameron 2011). Selain itu, pembelajaran yang diberikan kepada anak-anak harus mempunyai makna dan tujuan yang jelas, dan tidak terlalu menekankan pada bentuk bahasa. Aktivitas yang dilakukan di kelas haruslah mempunyai awal dan akhir yang jelas serta mampu melibatkan semua siswa secara aktif ( Cameron, 2011).

Mengembangkan Materi

(8)

ditekankan dalam setiap pertemuan. Padahal penginsersian muatan karakter dapat dilakukan mulai dari aspek materi pelajaran yang akan digunakan.

Sebagaimana diusulkan oleh Pusat Kurikulum (2010) sebagaimana sudah dikemukan di atas, penginsersian muatan karakter dapat dilakukan melalui 3 tahap: persiapan, implementasi, dan evaluasi. Dari ketiga tahap ini, secara logika pengembangan materi dilakukan pada tahap persiapan. Karena sifatnya muatan, pada pelaksanaanya, pengembangan materi ini bahasa Inggris sebaiknya dilakukan terlebih dahulu, baru dilanjutkan dengan penyisipan materi karakter dalam materi inti ini. Tetapi, harus diupayakan agar materi inti dan materi karakter yang dimuatkan menyatu dan menjadi satu bagian materi yang selaras dan koheren. Langkah sederhananya adalah sebagai berikut.

1. Tentukan standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD) dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai;

2. Tentukan aspek nilai-nilai/karakter (dari 18 karakter) yang dapat disisipkan dalam pencapaian tujuan pembelajaran tersebut;

3. Pilih atau kembangkan materi bahasa Inggris (inti) yang akan digunakan untuk mencapai KD/tujuan pembelajaran yang telah direncanakan; materi bisa berbasis cerita, berupa gambar, video, kartun, dan sebagainya.

4. Kembangkan materi bahasa Inggris tersebut sehingga mengakomodasi pengembangan nilai/karakter yang telah ditentukan;

5. Pengembangan materi ini harus mengakomodasi prinsip-prinsip karakteristik pebelajar anak-anak sebagaimana dikemukan di atas;

(9)

Contoh Pengembangan Materi Bermuatan Karakter

Sekarang, kita mencoba menerapkan langkah-langkah pengembangan materi tadi dalam praktek. Dalam aplikasinya, kita akan melakukannya satu demi satu langkah-langkah tersebut.

 Menentukan SK, KD dan tujuan pembelajaran Kelas IV Semester 1:

SK: BERBICARA: mengungkapkan instruksi dan informasi sangat sederhana dalam konteks kelas

KD: 2.2 Bercakap-cakap untuk meminta/memberi jasa/barang secara berterima yang melibatkan tindak tutur: meminta bantuan; 2.3 Bercakap-cakap untuk meminta/memberi informasi secara berterima yang melibatkan tindak tutur: berterima kasih; 2.4 Mengungkapkan kesantunan secara berterima yang melibatkan ungkapan: thank you, dan please serta you are welcome.

Tujuan Pembelajaran: 1) melalui konteks yang diberikan guru, siswa dapat membuat kalimat meminta bantuan dengan kata help ditambah ekspresi kesantunan; 2) melalui konteks yang diberikan, siswa dapat merespon bantuan seseorang dengan ungkapan kesantunan; 3) melalui konteks tertentu siswa dapat merespon ucapan terima kasih seseorang; 4) siswa dapat membuat kalimat sederhana berisi apa yang dapat dia bantu terhadap situasi yang membutuhkan bantuan tertentu yang diberikan.

 Menentukan nilai/karakter yang diinsersikan

Melihat KD dan tujuan pembelajaran di atas, maka nilai/karakter yang dapat diinsersikan dalam materi pelajaran adalah toleransi, peduli sosial/komunikatif.

 Mengembangkan materi inti

Aspek kosakata: penggunaan kata help , penanda kesopanan: please , you are welcome .

(10)

Kalimat sederhana:

Mom is cleaning the house. I will help ... the floor. I will help ... the table, etc.  Menyisipkan materi nilai/karakter

Penggunaan video: menceritakan ada seorang anak melihat temannya jatuh, kemudian siswa bisa diberikan pertanyaan apa yang sebaiknya mereka lakukan dalam situasi seperti ini? Tetapi dalam video, anak tersebut malah ditertawakan temannya. Selanjutnya guru dapat menggugah perasaan siswa dengan memberi pertanyaan apakah tindakan seperti ini baik atau tidak.

(Source:http://www.youtube.com/watch?v=kLRMuYf0HEY)

 Sebagai penutup, kelas bisa menyanyikan lagu Barney I love you dan guru menekankan seperti inilah kita semestinya hidup dalam kebersamaan, saling tolong-menolong.

(11)

Simpulan

Pendidikan karakter di sekolah sebaiknya dilakukan dengan tidak melalui pembentukan mata pelajaran baru, tetapi melalui insersi ke dalam pembelajaran dan kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. Sesuai dengan saran Puskur (2010), insersi pendidikan karakter ini dapat dilakukan pada tahap persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi. Khusus terkait dengan pengembangan materi bahasa Inggris bermuatan karakter, prakteknya dilakukan pada tahap persiapan, di mana pertama guru harus terlebih dahulu menentukan SK, KD, tujuan pembelajaran, serta nilai-nilai/karakter yang mungkin dikembangkan didasarkan atas SK/KD dan tujuan pembelajaran. Selanjutnya, guru mengembangkan materi inti bahasa Inggris berdasarkan SK, KD, dan tujuan pembelajaran. Di sini guru harus mencari celah di mana materi karakter dapat dimuatkan dalam materi inti sehingga materi bahasa Inggris bermuatan karakter yang dikembangkan dapat terlihat sebagai sebuah keutuhan yang selaras.

Daftar Pustaka

Cameron, L. Teaching Languages to Young Learners. Cambridge: Cambridge University Press.

Dewi, D. N. D. R. 2012. Designing Character Building Based Syllabus and Teaching Manual for Teaching English to Young Learners. Tesis takterpublikasi. Singaraja: Program Pascasarjana Undiksha.

Harmer, J. 2007. The Practice of English Language Teaching, 4th Edition. Essex: Pearson.

Kesuma, D., Triatna, C., dan Permana, J. 2011. Pendidikan Karakter: Kajian Teori dan Praktik di Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Lickona, T. 2004. Character Matters: How to Help Our Children Develop Good Judgment, Integrity, and Other Essential Virtues.New York: Touchstone. Puskur. 2010. Bahan Pelatihan Penguatan Metodologi Pembelajaran Berdasarkan

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Hal ini artinya konsentrasi yang dapat mematikan wereng batang padi coklat (WBPC) lebih 50% adalah pada konsentrasi 50 gram/liter. Hal ini berarti dengan

Apabila Return On Investment suatu perusahaan tinggi, menandakan bahwa perusahaan efektif dalam menggunakan seluruh aktiva yang tersedia di perusahaan, pada prinsipnya semakin

Nya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan Penulisan Hukum (Skripsi) yang berjudul Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Cirebon Nomor 13 Tahun 2006 Terkait Proses

Menurut Assauri (1999:4) mendefinisikan pemasaran: “Sebagai usaha menyediakan dan menyampaikan barang dan jasa yang tepat kepada orang-orang yang tepat pada tempat dan waktu

Di KB-TK Siti Sulaechah sudah memiliki sarana dan prasarana yang menunjang untuk pendidikan anak, sebagaimana yang saya sebutkan di gambaran umum halaman bermain yang

MRP adalah lembaga yang termasuk dalam susunan pemerintahan daerah dalam UU Otsus, Pasal 5 ayat (2) Dalam rangka penyelenggaraan Otonomi Khusus di Provinsi Papua dibentuk Majelis

Faktor dorongan tersebut pada umumnya berkaitan dengan ciri habitat: ini termasuklah kebergantungan mereka kepada persekitaran fizikal sehingga membentuk kearifan