HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
Berikut ini merupakan tabel yang menunjukkan hasil analisis residu
kandungan pestisida pada kijing kolam A dan kolam B
Tabel 1 Kandungan residu pestisida pada kijing kolam A dan B
Pestisida Kolam AKijing Kolam BKijing
Lindan 0.0053 0.0129
Heptaklor 0.0020 0.0023
Aldrin 0.0014 0.0014
Endosulfan 0.0054 0.0014 Dieldrin 0.0116 0.0090
Endrin 0.0020 0.0011
Berdasarkan tabel ditunjukkan bahwa kandungan pestisida pada kijing kolam A berkisar antara 0.0014-0.0116 mg/kg L sedangkan kolam B berkisar antara 0.0011-0.0129 mg/kg L. Namun kandungan masing-masing pestisidanya berbeda-beda seperti kandungan lindan dan heptaklor pada kijing kolam B lebih ebsar dibandingkan kijing kolam A. Sedangkan Endosulfan, Dieldrin dan Endrin pada kining kolam A lebih besar dibandingkan dengan kijing kolam B.
Berikut ini merupakan tabel yang menunjukkan area pestisida pada baku mutu, kijing kolam A dan kijing kolam B Tabel 2 Area residu pestisida pada baku mutu, kijing kolam A dan kijing kolam B
Pestisida
Area (Baku mutu)
Area Kijing Kolam A
Area Kijing Kolam B Lindan 10109.3 873.7 2102 Heptaklor 37850.2 1235.5 1381.2 Aldrin 43552.5 1018 960.8 Endosulfan 38515.3 3385.6 866.6 Dieldrin 15644.2 2932.5 2284.9 Endrin 27115.5 878.6 473.6
Hasil analisis kandungan pestisida menunjukkan bahwa area kijing kolam A dan kolam B masih memenuhi baku mutu (standar). Kandungan aldrin pada area kijing kolam A adalah 1235.5 sedangkan pada kijing kolam B sebesar 1381.2 kandungan heptaklor tersebut belum melebihi baku mutu sebesar 37850.2. (ini aku msh belum tau dibandinginnya baku mutu sama hasil atau sama area yang kijing a dan b coba kamu chat kak hadi minta wa nya sm aan)
Pembahasan
Kijing lokal (Pilsbryoconcha oxilis) merupakan salah satu jenis spesies yang berasal dari filum moluska. Kijing lokal umumnya banyak ditemukan di kolam, danau, sungai, situ dan perairan tawar lainnya (Suwignyo et al.1998 in Sulistiawan 2007). Menurut Prihartini (1999) in Prasastyane (2009), kijing merupakan hewan filter feeder yang mampu menyaring volume air hingga 300 ml/jam sehingga kijing dapat dimanfaatkan sebagai biofilter untuk menjernihkan air. Kijing umumnya digunakan sebagai biomonitoring kandungan bahan organik di perairan, salah satunya pestisida.
sumber pencemar potensial bagi sumberdaya dan lingkungan perairan (Taufik dan Yosmaniar 2010).
Berdasarkan hasil analisis residu yang dilakukan di Laboratorium Residu Bahan Agro Kimia Departemen Pertanian ditunjukkan bahwa kijing pada kolam A dan B mengandung 6 jenis pestisida yaitu Lindan, heptaklor, aldrin, endosulfan, dieldrin dan endirn. keberadaan pestisida di dalam kolam budidaya dapat disebabkan oleh penggunaan pestisida sebagai bahan baku produksi. Selain itu kandungan pestisida di kolam dapat disebabkan oleh kandungan pestisida pada air yang mengalir menuju kolam, dimana air pda kolam Budidaya Perairan (BDP) berasal dari Danau.
Hasil analisis residu menunjukkan bahwa kandungan total residu pestisida pada kijing kolam B lebih besar dibandingkan dengan kolam A yaitu 0.0280 mg/kg L > 0.0279 mg/kg L. Kandungan pestisida tertinggi pada kijing kolam A adalah dieldrin yaitu sebesar 0.0116 mg/kg L, sedangkan pada kolam B sebesar 0.0090. Menurut Martopo (1990) in Wiryanto et al. (2000), dieldrin merupakan senyawa mirip dengan insektisida organoklor yang berupa gugus siklodiena, dieldrin bersifat karsinogenik yang dapat merusak hati dan ginjal. Dieldrin dapat terlarut dalam air dan terakumulasi dalam jaringan lemak.
Residu pestisida tertinggi pada kijing kolam B adalah lindan yaitu sebesar 0.0129 mg/kgL dan pada kolam B 0.0053 mg/kg L. Secara keseluruhan, kandungan residu pestisida teringgi terdapat pada kijing kolam B. Menurut Nugroho (2006), umumnya kijing yang berukuran besar memiliki kemampuan filtrasi yang lebih baik dibandingkan dengan kijing yang berukuran lebih kecil.
Kandungan pestisida pada kijing A dan B memiliki nilai yang lebih rendah dibandingkan baku mutu, hal ini menunjukkan bahwa kandungan pestistida pada kijing kolam A dan kolam B masih memenuhi baku mutu yang ditetapkan. Kandungan residu pestisida dalam biota perlu untuk diketahui karena adanya Batas Maksimum Residu (BMR). Menurut MATSUMURA (1976) in Yuningsih dan Yuliastuti (2005), BMR meupakan batas kadar residu yang diperbolehkan menurut Standar Nasional Indonesia (SNI). Batas Maksimum Residu digunakan yaitu untuk mengetahui kandungan pestisida dalam biota sudah melebihi batas baku mutu atau tidak, karena sebagian residu pestisida bersifat karsinogenik.
Tinggal pembahasan baku mutu dan dapus aja liss…
DAFTAR PUSTAKA
Nugroho AE. 2006. Tingkat biofiltrasi kijing (Pilsbryoconcha oxilis) terhadap bahan organik. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Prasastyane A. 2009. Karakteristik asam
lemak dan kolesterol kijing lokal (Pilsbryoconcha oxilis) dari Situ Gede Bogor akibat orises pengukusan. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Sulistiawan RSN. 2007. Potensi kijing (Pilsbryoconcha oxilis) sebagai biofilter perairan di Wduk Cirata, kabupaten Cianjur, Jawa Barat. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Wilda GH. 1999. Uji kapasitas kijing taiwan (Anadonta woodiana Lea) dalam menurunkan kadar polutan pestisida karbaril pada perairan tawar. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Wiryanto, Kusumo W, Okid PA et al. 2000. Identifikasi limbah cair kampus Kentingan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Bio SMART, 2(1): 7-12. Yuningsih dan Yuliastuti S. 2005. Analisis